Menikmatin Tubuh Sekretaris Baru dan Adik Kandungnya Terbaru Malam Ini

Menikmatin Tubuh Sekretaris Baru dan Adik Kandungnya

Saya merupakan karyawan di sebuah perusahaan swasta di kawasan Kuningan, Jakarta.

Perusahaan tempat saya bekerja bergerak dalam bidang ekspor impor, di perusahaan tersebut saya memiliki sebuah jabatan yang cukup membuat iri bagi rekan kerja saya di perusahaan tersebut.

Dalam umur 27 tahun saya sudah menjabat kedudukan sebagai Direktur utama di perusahaan tersebut. Meskipun demikian, saya masih tak ingin mencari calon istri. Saya masih ingin merasakan kehidupan saya sebagai laki laki lajang yang sukses dengan segala apa yang saya miliki. Segala yang saya inginkan dapat dengan mudah saya miliki.

Saya tinggal disebuah perumahan yang cukup elite untuk warga Jakarta yang mengetahuinya. Menteng.

Sesehari dirumah hanya di temani oleh 2 pembantu yang mengurusi segala kebutuhan saya sehari hari.

Pengalaman sex ini saya dapatkan ketika saya mencari seorang sekretaris untuk membantu saya dalam menyelesaikan pekerjaan saya di perusahaan tersebut.

Mungkin kriteria saya dalam memilih seorang sekretaris sama dengan banyak laki laki lajang pada umumnya di kota jakarta ini. Kecantikan adalah utama, kulit putih bersih, paras yang ayu, serta mungkin kemolekan atas lekuk tubuhnya.

“Iya… masuk.” Terdengar ketukan diluar pintu ruangan saya.

“Maaf pak. Apakah bapak mau memulai untuk menyeleksi calon sekretaris.”

“Hmmm… suruh masuk.” Perintah Irwan tanpa menoleh kepada bawahannya.

Beberapa saat kemudian terdengar kembali suara ketukan di pintu ruangan tersebut.

“Masuk…”

“Siang pak…”

“Hmmm… silahkan perkenalkan siapa kamu.” Sahut Irwan tanpa terlalu memperdulikan kehadiran calon pelamar tersebut di hadapannya yang masih berdiri. Saat itu Irwan memang sedang asik membaca cerita-cerita dewasa di lensa69.com.

“Tolong sebutkan nama kamu… umur kamu… sekarang kamu tinggal dimana… dan apa pendidikan terakhir kamu serta dari universitas mana.” Tanya kembali Irwan yang tak memperdulikan wanita yang kini duduk di depan mejanya.

“Nama saya Sarah Pradipta, saat ini saya berusia 21 tahun. Saya tinggal di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Saya merupakan Lulusan D3 jurusan sekretaris pada universitas Swasta Trisakti.” Jawab Sarah dengan lancar tanpa merasa gugup bila sedang interview.

Saat itu sarah mengenakan baju yang sungguh menawan. Blazer hitam dipadu kemben putih tanpa memakai Bra yang menahan buah dada yang berukuran 36B hingga terlihat jelas sekali terbentuk puting susunya pada pakaiannya.

Rok ketat pendek yang memamerkan kemulusan kulit pahanya yang putih, seakan memancing setiap tangan untuk menjamah serta merasakan kehalusannya. Dengan postur tubuh sekitar 170 cm yang cukup tinggi bagi wanita seperti Sarah.

Terkadang banyak sahabatnya yang bertanya kepadanya, mengapa ia lebih memilih untuk menjadi seorang sekretaris dibandingkan menjadi seorang model karena Sarah memiliki segala kriteria seorang model papan atas. Paras wanita indo antara Belanda-Jawa.

Bola mata coklat dipadu dengan Rambut berombak merah bata sepunggung, kulit putih bersih. Memiliki leher yang jenjang, dengan sedikit rambut halus yang tumbuh di lehernya. Lekukan tubuh yang mengiurkan setiap mata yang memandang.

Seakan akan mengundang terjangan setiap laki laki yang memandangnya bila sedang berjalan. Memang selama ini Sarah sangat menjaga kebugaran tubuhnya dengan erobik rutin di sebuah gym Selebritis Fitnnes dibilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sepintas Irwan tertuguh dengan hadirnya bidadari yang berdiri dihadapannya saat itu. Tanpa kembali memperdulikan fresh news yang paling ia suka bila membuka forum.

Tatapannya bagaikan menelanjang Sarah, menatap dan menilai setiap lekukan tubuh Sarah saat itu.

“Pak… apakah ada yang salah dengan pakaian yang sekarang saya kenahkan. Apakah bapak kurang berkenan dengan pakaian ini.” Tutur Sarah setelah menyadari tatapan Irwan yang menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Ooh… tidak tidak ada yang salah, hmmm… saya suka dengan penampilan kamu… apakah kamu sudah berkeluarga saat ini.” Tanya Irwan yang ingin mengetahui status pelamarnya saat itu.

“Belum pak… Saat ini saya ingin memfokuskan untuk karier saya, oleh karena itu saya tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan siapapun.” Jawab Sarah dengan menundukkan wajahnya menatap ke bawah karena malu atas pertanyaan itu. Atau mungkin karena malu atas tatapan Irwan yang terus menatapnya.

“Selain kemampuan dibidang kesektretarisan. Kamu memiliki kemampuan apa lagi. Mungkin ini agak mengherankan, namun ini sebetulnya sangat diperlukan sekali bagi seorang sekretaris saya.”

“Hmmm… dilain bidang kesekretarisan… mungkin saya juga bisa memberikan sesuatu yang lebih untuk bapak… namun bila bapak juga mengingginkannya.”

Perlahan Sarah berjalan mendekati tempat Irwan, dengan menampilkan paras muka nakalnya Sarah membuka retsleting celana Irwan dan mengeluarkan naga saktinya keluar dari sarangnya. Di genggamnya batang kemaluan Irwan dengan jari jari lentiknya.

Perlahan dikocok kocok batang kemaluan itu naik turun seirama. Sesekian detik kemudian naga yang tertidur itu terbangun dan mengeliak dengan urat urat yang menonjol di tubuhnya.

Dengan lidah nakalnya Sarah memulai permainannya dengan menjilat kepala kemaluan yang ia genggam itu. Memasukkan kemaluan Irwan dengan diameter cukup besar dan panjangnya sekitar 17 – 20 sentimeter itu ke dalam mulutnya.

Dengan lahap Sarah menelan habis batang kemaluan itu. Mengoral dengan menaik turunkan sambil tangan sebelah kanannya membelai kantung kemenyan Irwan.

Merasa kemaluannya sedang di oral oleh Sarah dengan nikmatnya, tangan sebelah kanan Irwan pun turun mencari bongkahan buah surga yang menjulang mengemaskan ke dalam genggaman tangannya yang kekar berotot itu.

Merasa tak ingin sensasi ini terganggu, Irwan melepaskan genggaman buah dada Sarah yang kini telah mengelantung di luar baju dalamnya dan mengapai telphonenya serta memberitahukan bawahannya bahwa untuk saat ini ia tak ingin diganggu serta memberitahukan bahwa ia telah menerima Sarah sebagai sekretarisnya yang baru.

Saat ini ia memberitahukan juga bahwa ia sedang memberikan tugas kepada Sarah tentang tugas tugasnya sebagai sekretarisnya.

Setelah menaruh kembali gagang telphone tersebut Irwan kembali mencari mainannya yang tadi sempat tertunda.

Kemudian Sarah melepaskan kulupannya dan menanyakan kemungkinan apakah Irwan mengingginkan sensasi yang lebih dari permainan ini dan yang merupakan tanda terima kasih karena ia telah diterima untuk bekerja di perusahaan ini.

Sarah duduk di atas meja kerja Irwan dan merenggangkan kedua kakinya tepat dihadapan Irwan yang menampilkan celana dalam putih dengan model renda.

Menurunkan celana dalam berendanya yang membungkus lipatan gundukan daging montok itu dihadapan Irwan yang mulai terpanah dengan pemandangan yang kini ia saksikan.

Tak ingin berlama lama memandangnya. Irwan langsung memendamkan kepalanya di dalam selangkangan Sarah dan melahap harumnya liang kemaluan Sarah yang terawat itu.

Ternyata selain merawat kebugaran tubuhnya. Sarah juga tak lupa merawat liang kewanitaannya dengan segala ramuan ramuan tradisional yang berasal dari ibunya yang keturunan orang Jawa.

Keharuman terpancar di dalam selangkangannya, memberikan sejuta rangsangan terhadap Irwan.

“Sshhhhh…. mmmmm….” rintih Sarah mendahakkan kepalanya menatap ke atas menikmati setiap jengkal jilatan Irawan terhadap vaginanya.

Menikmatin Tubuh Sekretaris Baru dan Adik Kandungnya

Sluup… sluup… terdengar suara jilatan Irwan yang sedang menikmati.

“Sssshhh…. Pak. Ooohh….” erang kembali Sarah saat Irwan memainkan klitorisnya dan mengigit halus serta menekan nekan kepala Irwan tanpa memperdulikan bahwa Irwan adalah atasannya saat itu.

Jilatan demi jilatan menjelajahi vagina Sarah, hingga tak sanggup lagi Sarah menahan lebih lama rasa yang ingin meledak didalam dirinya.

Nafas yang makin memburu… sahut menyahut didalam ruangan yang cukup besar itu. Beruntung ruangan Irwan kedap suara, jadi tak khawatir sampai terdengan oleh karyawannya di luar sana.

Beberapa menit kemudian Sarah mengejang sambil mendesah keras serta meluruskan kedua kakinya yang jenjang itu lurus tepat di belakang kepala Irwan yang sedang terbenam menjilati bongkahan vagina Sarah.

Akhirnya Sarah mencapainya dengan keringat disekujur tubuhnya. Meskipun ruangan tersebut Full AC namun Sarah masih merasa kepanasan di sekujur tubuhnya saat itu. Mungkin karena pengaruh hawa nafsu yang kini menjalar didalam dirinya atas rasa yang baru kali ini ia dapatkan.

Masih dengan posisi Sarah duduk di atas mejanya. Irwan membuka seluruh celana serta celana dalamnya dan membebaskan sepenuhnya naga sakti yang ia banggakan itu.

Menyadari hal itu Sarah menaikan lebih tinggi Rok ketatnya hingga ke pinggangnya yang ramping dan merenggangkan kedua pahanya yang siap akan dinikmati oleh atasan barunya.

Irwan mengenggam batang kemaluannya dan mengosokannya diantara bibir vagina Sarah yang telah basah bercampur liur Irwan dan mani Sarah yang tadi keluar.

Perlahan Irwan menekan kepala kemaluannya ke dalam vagina Sarah yang menantang ingin segera di ganjal oleh batang kemaluaan besar berurat Irwan. Vagina yang hanya dihiasi bulu bulu halus berbentuk V diatas liangnya.

Semakin membuat gemas Irwan yang memandangnya. Dengan dibantu Sarah yang membuka kedua pahanya semakin lebar, mempermudah kemaluan Irwan untuk segera menerobos masuk.

“Pak… plan… pelan Pak. Sakit.” Ujar Sarah ketika merasakan mahkota keperwanannya ini akan segera dilahap oleh atasannya. Dengan mimik muka Sarah yang mengigit bibir sensualnya.

“Tahan sebentar yah… setelah ini kamu akan merasakan sebuah sensasi yang tak mungkin kamu dapatkan ditempat lain selain dengan saya.

Sarah hanya mengangguk kecil kepada Irwan yang melanjutkan dorongannya untuk segera mendobrak pintu surganya yang masih rapat tertutup itu.

Dengan kedua tangan yang memegang kedua sisi meja Irwan, Sarah menahan dorongan Irwan yang terus berusaha.

Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Kepala kemaluannya memasuki vagina Sarah perlahan lahan dan semakin dalam. Setelah terasa seluruh dari batang kemaluannya masuk semua. Irwan tak langsung menariknya kembali.

Sesaat didiamkan dulu batang kemaluannya didalam vagina sempit Sarah yang perawan itu. Menikmati remasan remasan otot vagina Sarah terhadap batang kemaluannya.

Sensasi wajah Sarah yang menahan sakit yang dirasakan semakin membuat Irwan semakin meluap birahinya untuk lebih lanjut menyetubuhi Sarah.

Pelan pelan Irwan menarik kembali batang kemaluannya dari dalam vagina Sarah dan hanya menyisakan kepalanya saja dan kembali menekan masuk terus dan berulang ulang hingga Sarah merasakan birahinya kembali bangkit bersamaan dengan gesekan gesekan yang dibuat oleh Irwan kepada liang kewanitaannya.

“Pak… lebih cepat dong pak dorongannya.” Ujar Sarah meminta agar Irwan semakin cepat memompa vaginanya.

Setiap tekanan yang dilakukan Irwan terhadap vagina Sarah, mengakibatkan klitorisnya ikut tergesek dan menimbulkan sensasi nikmat yang begitu indah.

Merasa Vagina Sarah telah dapat menerima kehadiran batang kemaluannya yang besar ini, maka pompaan Irwan pun semakin genjar keluar masuk kedalam vagina Sarah.

Tak terasa pergumulan ini berlangsung selama 30 menit lamanya. Hingga Sarah telah keluar sebanyak 4 kali.

“Pak… sssshhh…. please pak… nikmatnya batang kemaluan bapak ini. Trus pak….” desah Sarah semakin mengila atas rasa yang ia dapatkan ini.

“Paaaakkk… Sarah tidak kuat lagi…. Aaakkkhhh…”

Mendengar seruhan Sarah yang sedikit lagi mencapai puncaknya, maka Irwan pun tak ingin lebih lama lagi. Kali ini Irwan ingin mengakhiri dengan bersama sama.

“Tahan sebentar Sarah… kita sama sama keluarinnya. Jangan dikeluarin dulu… tahan.” Perintah Irwan yang semakin genjar memompa vagina sarah yang tak memperdulikan perih yang dirasakan Sarah pada bibir vaginanya yang semakin memerah itu.

Akhirnya….

“Aaaakkkhhh… Saaaarrraaah.” Erang Irwan yang bersamaan dengan erangan sarah pada saat itu memanjang sambil saling berpelukan dalam dekapannya masing masing.

Seusai persenggamahan mereka. Sarah bergegas mengenakan seluruh pakaiannnya dan merapikan pakaian yang agak lesuh itu karena pergumulannya dengan Irwan atasan barunya.

Tak lupa Sarah mengambil secarik Tissue basah dari tas kecilnya dan membersihkan vaginanya dari bekas bekas sperma yang di muncratkan Irwan didalam liang kewanitaannya.

Sepulang kerja Irwan menawarkan untuk mengantar sekretaris barunya Sarah pulang ke rumahnya yang berada di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Setibanya Sarah dan Irwan didepan rumahnya. Sarah dikejutkan dengan hal yang membuat Sarah untuk meninggalkan Irwan sendiri dirumahnya bersama dengan adiknya Anita. Kepergian Sarah yang tiba tiba itu dikarena ada salah satu keluarganya yang sakit keras malam itu juga.

Dan Sarah tak sungkan meminta pertolongan Irwan untuk menunggunya di rumahnya bersama Anita adiknya yang masih kuliah di Universitas Gunadarma. Karena mereka hanya tinggal bertiga di rumah itu, sedangkan ayahnya Sarah telah meninggal dunia sekitar 4 tahun yang silam. Bersama dengan ibunya yang kini menjanda.

Dengan spontan Irwan menawarkan Sarah untuk mengunakan mobil Jaguarnya untuk menemani ibunya ke rumah saudaranya malam itu. Tawaran Irwan pun tak sia sia kan. Sarah bersama ibunya berangkat menuju rumah saudaranya yang berada cukup jauh dari tempat tinggalnya dengan mengunakan mobil Jaguar yang Irwan tawarkan.

Kecantikan Anita tak kalah dengan kecantikan kakaknya. Paras muka Anita mungkin dapat dikatakan lebih menawan dan mempesona dibandingkan dengan kakaknya Sarah. Dengan kulit yang sama putih serta berambut hitam lurus sebahu, dihiasi bibir dan mata yang menantang laki laki disekitar komplek perumahannya.

Postur tubuh Anita lebih pendek dibandingkan dengan kakaknya. Sekitar 165 cm dengan sepasang buah dada berukuran 36 C lebih besar diatas kakaknya. Sepasang bongkahan pantat menawan yang dipadu dengan pinggulnya yang langsing.

Postur tubuh Anita membuat Darah muda Irwan kembali terbakar setelah mengetahui kemolekkan tubuh adik Sarah ini.

“Mimpi apa aku kemarin malam… hingga hari ini aku dikelilingi oleh bidadari cantik seperti Sarah dan Anita. Sungguh beruntungnya diriku hari ini.” Kata Irwan dalam hatinya. Ketika merasa keberuntungan berpihak kepadanya saat ini.

Pertama mendapatkan seorang sekretaris secantik Sarah serta mendapatkan kenikmatan menyetubuhi Sarah siang tadi didalam ruangannya.

“yuk masuk… kita tunggu mama dan kak Sarah didalam saja.” “Oh yah, perkenalkan nama saya Anita, umur saya 20 tahun nanti bulan depan. Anita panggil siapa yah sama….” Oceh Anita yang terus menerus sambil berjalan kedalam rumahnya.

“Nama saya Irwan Direktur disalah satu Perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang ekspor impor. Sekaligus merupakan atasan baru kakakmu Sarah. Panggil saja kak Irwan.” Ujar Irwan buru buru karena belum sempat memperkenalkan namanya sebari tadi karena ocehan Anita wanita yang membuat mata Irwan terus terpanah dengan goyangan pantatnya ketika berjalan tepat dibelakangnya.

“Oh… jadi boss baru kak Sarah yah… wah kak Sarah beruntung sekali yah memiliki boss yang baik hati serta tampan seperti kak Irrrrwaaan…” “Anita juga mau bila nanti kerja memiliki boss setampan kakak Irwan.” Ujar Anita yang panjang lebar.

“Kak… sebentar yah, Anita mau menyegarkan badan Anita dulu. Bau nih, seharian kena terik matahari. Kak Irwan kalau mau minum ambil saja sendiri, jangan malu malu anggap saja seperti rumah kakak sendiri.” Kata Anita sambil memainkan matanya yang nakal ke arah tatapan Irwan.

Gila sungguh mengiurkan tubuh Anita adiknya Sarah ini. Beruntung sekali bila ada pria yang akan menjadi kekasihnya kelak nanti. Tak kalah dengan kakaknya Sarah.

Merasa haus… Irwan berjalan mencari kulkas untuk mengambil sebotol minuman ringan menghapus dahaganya.

Sambil kembali duduk di sofa ruang tamu keluarga Sarah. Irwan kembali dikagetkan dengan kehadiran Anita yang hanya mengenahkan gaun tidur putih tipis tiga jari dari lututnya, samar samar menampakkan seluruh lekukkan tubuhnya dibalik gaun yang seksi itu.

Begitu indah pemandangan yang sekarang Irwan saksikan, sayang bila matanya harus mengedip meski hanya sekejap. Anita mengunakan gaun putih dengan celana dalamnya hitam model G-String dipadu dengan Bra berwarna hitam segitiga yang hanya menutupi puting susunya saja.

Tak terasa naga yang bersembunyi didalam celana katun Irwan kembali mengeliak dengan hebat hingga membentuk tonjolan yang cukup besar pada luar celananya.

“Loh kok malah bengong sih… apa ada yang salah yah dengan baju tidur yang Anita pakai ini atau mungkin kakak kurang menyukainya.” Ujar Anita setelah melihat tatapan Irwan yang kaget melihatnya keluar dari dalam kamarnya yang masih dengan rambutnya yang masih basah karena mandi tadi.

“Tidak… tidak ada yang salah dan saya suka kok dengan gaun tidur kamu… hanya saja hhhmmmm…” jawab Irwan dengan gugup karena tertangkap basah melihat kearah buah dadanya serta ke arah selangkangannya.

“Hanya saja… apa? Kok diam sih. Atau mungkin karena kakak kaget malihat Anita mengenahkan gaun tidur dengan dalamanya yang terlihat jelas yah.” Sahut Anita sambil mengoda Irwan yang merasa malu karena melihatnya begitu seksi.

Dengan agak gugup Irwan menjawab “Hanya saja kamu terlihat begitu sangat dewasa di bandingkan dengan saat kamu mengenakan kaos dan celana jeans.” Tutur Irwan.

“Trus setelah itu…”

“Trus kamu juga sangat seksi sekali mengenahkan gaun tidur itu. Kakak sangat mengagumi keindahan tubuhmu.”

Tiba tiba deringan Handphone Anita berbunyi. Ternyata yang menelon itu adalah kakaknya. Sarah.

“Hallo… kenapa Kak Sarah.” Sahut Anita menjawab panggilan itu.

“Anita. Mungkin kakak tidak bisa pulang malam ini karena paman ternyata sedang mengalami pendarahan, saat ini paman sedang dirawat intensif dirumah sakit RSCM, Salemba. Kak Irwan masih disana tidak? Suruh saja ia menginap dirumah kita, karena hari semakin malam dan mustahil ada taksi yang berkeliaran jam segini. Kak Irwan nanti persilahkan saja untuk tidur di kamar kakak saja.” Ujar Sarah memberitahukan bahwa ia serta ibunya tak dapat pulang malam ini.

“Iya… kak Irwan masih disini sedang ngobrol dengan Anita.” Jawab Anita kembali.

“Anita ingat yah… kak Irwan adalah milik kakak. Jadi jangan kamu sekali kali berbuat yang bukan bukan terhadapnya malam ini. Ingat pesan kakak yah.” Ancam Sarah yang memfokuskan pembicaraannya untuk tidak mengusik kehadiran Irwan malam ini disaat ia tak ada disana.

“Oke boss… bagi bagi dong kalau punya cowok setampan ini kak…” ejek Anita kepada Sarah di telphone.

“Awas kamu kalau macam macam yah…”

“Gimana… apakah Sarah pulang malam ini…” Tanya Irwan yang ingin tahu apakah Sarah pulang malam ini.

“Kak Sarah tidak dapat pulang malam ini, dan kakak diminta untuk menginap saja disini dan tidur di kamarnya nanti malam.” Ujar Anita sambil meletakkan Handphonenya di atas meja tamu setelah mengakhiri pembicaraan itu.

“Kak kayaknya ada sesuatu yang menonjol tuh di balik celana kak Irwan… kayaknya besar banget!” sambil menghampiri Irwan yang duduk depannya dan duduk tepat disampingnya.

“Ah gak ini bisa lah… kalau liat wanita cantik bergaun tidur sexy serta transparan lagi… yah gini deh akibatnya. Gak bisa kompromi, minta jatah…” canda Irwan menutup malunya karena adik kecilnya menonjol dibalik celananya.

“Kayaknya kalau diusap usap sama tangan Anita mungkin bisa lebih besar lagi yah… ih jadi pengen nih liat itunya kak Irwan.” Seru Anita sambil memegang batang kemaluan Irwan diluar celana panjangnya.

Karena merasa mendapatkan angin segar dari perbincangan yang mulai menjurus ke hubungan badan. Maka tak sungkan sungkan Irwan mulai meraba halus paha Anita yang putih mulus itu. Perlahan namun semakin berjalan menuju titik temu nikmatnya.

Antara bibir Irwan dan Anita saling berpangutan, mendesah, nafas yang memburu karena nafsu yang menjadi.

Tak kala desahan Anita semakin menjadi saat tangan kekar Irwan mulai menyusup di balik celana dalam G-string yang dikenakan Anita.

Mengorek… mencari dimana gerangan daging lebih tersebut… setiap gesekan yang dilakukan Irwan membuat Anita mendesah bagaikan setan kepanasan dengan mulut yang engap engapan layaknya manusia yang kekurangan oksigen.

Merasa tak ingin disaingi kegesitannya. Anita pun segera melancarkan serangannya. Membuka gesper yang melingkar pada pinggang Irwan dan menurunkan retsleting celana serta langsung membuka seluruh kain yang membalut bagian bawah Irwan.

Dengan posisi Anita berjongkok di bawah. Anita dengan bebasnya menikmati batang kemaluan Irwan bertubi tubi, layaknya seorang anak kecil yang sedang menemukan mainan barunya. Tak henti hentinya Anita mengulup kepala serta batang kemaluan Irwan… naik turun keluar masuk mulutnya.

Terasa sekali ngilu kepala kemaluan Irwan saat Anita mengesikkan batang kemaluannya pada sisi gigi rahangnya, kanan kiri dan terus bergantian.

“Gila nih cewek… kayaknya Anita lebih berpengalaman dibandingkan dengan kakaknya Sarah… pintar sekali ia mempermainkan batang kemaluanku… sungguh nikmat sekali, meski terkadang rasa ngilu bertubi datang namun nikmatnya gak bisa di utarakan dengan kata kata.” Guyam Irwan dalam hati sambil menikmati setiap jengkal batang kemaluaanya di hisap oleh Anita.

Lalu tak ingin akan berakhir sampai disini… Irwan menarik tubuh Anita dan disuruhnya mengangkang tepat di atas mukanya.

Dengan gencar Irwan menyapu vagina Anita yang sama sama nikmatnya dengan Sarah. Namun vagina Anita seakan menebarkan bau yang sungguh membuat Irwan semakin gencar dan lahap menjilati liang kewanitaannya hingga setiap cair yang keluar dari sela bibir kemaluannya yang montok itu, tak dibiarkan sia sia oleh Irwan.

Dibukanya kedua belah bibir kemaluan Anita dengan jari telunjuk Irwan, kemudian dengan leluasa lidah Irwan bermain… berputar putar… dan menekan nekan menerobos liang kewanitaan Anita yang berwaran merah muda itu. sungguh rasa dan sensasi yang berbeda.

Merasa mereka berdua hampir sama sama akan sampai, maka di turunkan tubuh Anita yang semula mengangkang di kepalanya dan berjongkok tepat di atas batang kemaluannya yang tegang menunjuk ke atas tepat dibawah bibir vagina Anita berada.

Hanya dengan sedikit tekanan pada bibir vagina Anita. Batang kemaluan Irwan berhasil menerobosnya tanpa harus bersusah payah seperti vagina milik kakaknya Sarah.

Sesaat ketika batang kemaluan Irwan telah tertancap penuh didalam vagina Anita.

“Uuuuhhh… kak. Mmmmhhh… nikmatnya punya kakak yang besar ini.”

“Sssshhhh…. mmmmhhh… pantas kak Sarah takut tinggalin kak Irwan sendiri di sini dengan Anita. Ternyata kak Sarah tergila gila dengan punya kak Irwan yang sungguh perkasa ini…” ujar Anita sambil mengoyangkan pinggulnya maju mundur… berputar putar merangsang batang kemaluan Irwan yang mengaduk liang kewanitaannya.

“kalau begini nikmatnya… Anita mau selama 1 bulan nonstop dient*t setiap hari sama kak Irwan yang ganteng dan perkasa ini.” Goda Anita dengan bahasa yang mulai berbicara kotor. Layaknya pelacur yang haus akan sodokan sodokan kejantanan laki laki.

Kenyataannya ternyata Anita sudah tak perawan lagi seperti kakaknya Sarah saat pertama kali Irwan menyetubuhinya siang tadi di dalam kantornya.

“Uuuhh… kak… uuuuhh… kak. Gendong Anita kedalam. Please…” pinta Anita sambil mencium puting susu Irwan yang berbulu itu.

“Dengan senang hati sayang… kakak akan memberikan kepuasan yang kamu inginkan. Asal kamu tak memberitahukan kepada kakak mu Sarah.” Sahut Irawan sambil berdiri dengan mengendong Anita di pangkuannya tanpa melepaskan batang kemaluannya keluar dari dalam vagina Anita.

Setiap gerakan langkah yang diambil oleh Irwan mengendong Anita menuju kamarnya. Desahan dan erangan Anita semakin menjadi karena hentakan hentakan yang diakibatkan oleh sodokan yang mementok hingga rahim Anita.

Namun sensasi yang begitu nikmatnya… begitu beringasnya Anita kala bersenggama dengan Irwan, tak sungkan sungkan Anita mengigit pundak Irwan hingga bertanda…

Hingga tiba pula didalam kamarnya… Irwan merebahkan tubuh Anita diatas ranjang springbednya dan menekukkan salah satu kaki jenjang mulus Anita ke atas dan yang satunya tetap di bawah.

Dengan posisi ini batang kemaluan Irwan dapat dengan leluasa menhujam keluar masuk vagina Anita tanpa merasa terhalangi oleh bongkahan pantatnya yang bulat padat berisi itu.

“Plak… plak… plak…” suara yang muncul ketika hentakan yang di lakukan oleh Irwan menyodok vagina Anita bertubi tubi.

“Kak… truuus… beri Anita kenikmatan seperti kakak berikan buat kak Sarah…”

“Uuuhhh… kak. Nikmatnya. Uuuhhh….” erang Anita yang mengila sambil mencakar punggung Irwan.

Irwan tak memperdulikan Anita. Sekarang yang ada di pikirannya adalah mengalahkan Anita di atas ranjang. Irwan ingin merasa selalu perkasa diatas ranjang meski dengan wanita manapun, tentunya masuk kategori seleranya.

Seakan Irwan tak memberi ruang istirahat untuk Anita sesaat. Irwan terus menyodok batang kemaluannya tak henti henti… hingga Anita sendiri wanita yang haus akan seks ini merasa heran atas keperkasaan yang ada dalam diri Irwan.

Dengan postur tubuh yang tegap kekar, tinggi, tampan, serta memiliki kedudukan yang tinggi disalah satu perusahaan swasta.

Akhirnya Anita pun terkapar tak berdaya mengimbangi kekuatan seksual Irwan yang hingga saat ini masih terpacu menyetubuhinya tanpa merasa lelah sedikitpun.

“Kak… Aaannita tidak tahan lagi… kak. Aaakkkhhh…. Anita sampai….” Erang Anita panjang yang menyatakan ia akan telah mencapai puncak kenikmatannya yang ke 3 semenjak pertama kali vaginanya di aduk aduk oleh tangan Irwan yang kekar itu.

Tak memperdulikan keadaan Anita yang telah lemas ditindih tubuhnya… Irwan tetap terus menghantam vagina Anita bertubu tubi… masuk keluar tak henti hentinya…

Namun tak lama kemudian Irwan merasakan denyut denyut yang keras sekali pada pangkal kemaluannya. Lalu Irwan pun mencabut batang kemaluannya dari dalam liang vagina Anita dan sambil tetap mengocok kemaluaannya Irwan membimbing batang kemaluaannya ke mulut Anita dan memasukkan kemaluaannya hingga menumpahkan seluruh spermanya.

Tak sedikitpun sperma yang tersisa atau tertumpah keluar dari mulut Anita. Karena Irwan menyuruh Anita untuk menikmati setiap tetes sperma yang keluar dari kemaluannya. Kalau tidak maka Irwan tak’kan mengulanggi persetubuhan ini lagi kepada Anita. Meski Irwan sendiri memiliki kelebihan dalam hal seks yang lama dengan lawan jenisnya.

Cerita sex : Ngewe Dengan Sahabatku Rini

Tak terasa Irwan melirik jam yang masih melekat di lengan tangannya. Hampir selama tiga jam persenggamahan mereka berlangsung. Kelelahan dan keletihan baru terasa setelah ia merebahkan tubuhnya di samping Anita yang tergulai lemas tampa sehelai benangpun.

#Menikmatin #Tubuh #Sekretaris #Baru #dan #Adik #Kandungnya

Perselingkuhan Dengan Adik Ipar Yang Disetujui Terbaru Malam Ini

Perselingkuhan Dengan Adik Ipar Yang Disetujui

Cerita Seks Ngentot Memek Windy Pengalaman nyata ini terjadi kurang lebih 19 tahun yang lalu. Panggil saja aku Windy (nama samaran). Saat itu usiaku 24 tahun dan sudah mempunyai 2 anak yang masih balita.

Untuk mengisi waktu aku bekerja sebagai salah satu manager pada perusahaan yang berkantor di kawasan Kebayoran Baru. Banyak orang mengatakan diriku cantik. Dengan tinggi badan 161 cm, berat badan 48 kg aku masih kelihatan seperti gadis remaja.

Sejak masih remaja nafsu seksku memang tinggi.

Keperawananku telah direnggut oleh seorang pria mantan pacar pertamaku, saat aku berusia 17 tahun. Semasa pacaran dengan suamiku yang sekarang, sebut saja namanya Zali, kami berdua telah sering melakukan hubungan seks.

Untungnya hubungan seks yang cukup kami berdua lakukan sebelum menikah itu tidak sampai membuahkan hasil.

Aku bersyukur walau Zali mendapatkan diriku yang sudah tidak perawan lagi, ia tetap bertanggung jawab menikahiku.

Kecintaan suami terhadap kedua orang tuanya, menyebabkan kami sekeluarga tinggal di rumah mertua.

Di rumah mertua juga masih tinggal empat orang adik ipar,

dimana dua diantaranya adalah adik ipar laki-laki yang sudah dewasa.

Pekerjaan yang digeluti suami, menyebabkan suamiku sering melakukan tugas dinas ke luar kota.

Suatu hari, sekitar bulan Mei, suamiku mendapat tugas ke daerah untuk jangka waktu dua bulan.

Beberapa hari sebelum keberangkatannya, tanpa diduga ia bertanya kepadaku,

“Mam, seandainya Papa pergi untuk waktu yang cukup lama, apakah Mama tahan nggak ngeseks?”

Aku terkejut mendengar pertanyaan suamiku itu, “Nggak lah Pap..”

Namun suamiku tetap mendesakku, dan selanjutnya berkata, “Papa nggak keberatan kok jika

Mama mau selingkuh dengan pria lain, asalkan Mama mau dan pria itu sehat, Papa mengenalnya dan Mama jujur.”

Aku menjawab, “Mana mungkin lah Pa, siapa sih yang mau sama aku.”

Kemudian suamiku menawarkan beberapa nama antara lain bosku, teman-teman prianya dan terakhir salah satu adik kandungnya (sebut saja namanya Ary, usianya lebih muda satu tahun dariku).

Walaupun aku mencoba mengelak untuk menjawabnya, ternyata suamiku tetap merayuku untuk berselingkuh dengan pria lain.

Pada akhirnya ia menawarkan aku untuk berselingkuh dengan Ary.

Terus terang, Ary memang adik iparku yang paling ganteng bahkan lebih ganteng dari suamiku.

Selain itu, Ary sering membantuku dan dekat dengan kedua anakku.

Perasaanku agak berdebar mendengar tawaran ini dan saat itu pikiranku tergoda dan mengkhayal jika hal ini benar-benar terjadi.

Kemudian aku mencoba mencari tahu alasan suami menawarkan adiknya, Ary, sebagai pasangan selingkuhku.

Tanpa kuduga dan bak halilintar di tengah hari bolong, suamiku bercerita bahwa sebelumnya tanpa sepengetahuanku ia pernah berselingkuh dengan adik kandungku yang berusia 19 tahun saat adikku tinggal bersama kami di kota M.

Pengakuan suamiku itu menimbulkan kemarahanku. Kuberondong suamiku dengan beberapa pertanyaan, kenapa tega berbuat itu dan apa alasannya.

Dengan memohon maaf dan memohon pengertianku, suamiku memberikan alasan bahwa hal itu dilakukan selain karena lupa diri, juga sebenarnya untuk menebus kekecewaannya karena tidak mendapatkan perawanku pada malam pengantin.

Aku mencoba menanggapi alasannya, “Kenapa Papa dulu mau menikahiku..” Suamiku hanya menjawab bahwa ia benar-benar mencintaiku.

Mendengar alasan tersebut, aku terdiam dan dapat menerima kenyataan itu, walau yang agak kusesalkan kenapa ia lakukan dengan adik kandungku.

Selanjutnya suamiku berkata, “Itulah Mam mengapa Papa menawarkan Ary sebagai teman selingkuh Mama, tak lain sebagai penebus kesalahan Papa dan juga agar skor menjadi 1-1,” sambil ia memeluk dan menciumiku dengan penuh kasih sayang.

Aku mencoba merenung, dan dalam benakku muncul niat untuk melakukannya.

Pertama, jelas aku menuruti harapan suami. Kedua, kenapa kesempatan itu harus kusia-siakan, karena selain ada ijin dari suami, juga akan ada pria lain yang mengisi kesepianku,

lebih-lebih dapat memenuhi kebutuhan seksku yang selalu menggebu-gebu dan sangat tinggi. Sempat kubayangkan wajah Ary yang selama ini kuketahui masih perjaka.

Ketampanannya yang ditunjang oleh fisiknya yang tegap dan gagah. Kubayangkan tentunya akan sangat membahagiakan diriku.

Bermodalkan khayalan ini kuberanikan berkata kepada suamiku, “Boleh aja Pa, asal Ary mau..” Mendengar perkataanku tersebut, suamiku langsung memelukku dan akhirnya kami berdua melanjutkan permainan seks yang sangat memuaskan.

Sehari setelah suamiku berangkat ke luar kota, aku mulai berpikir mencari strategi bagaimana mendekati Ary.

Selain memancing perhatian Ary di rumah, kutemukan jalan keluar yaitu minta tolong dijemput pulang dari kantor.

Waktu kerja di kantorku dibagi dalam dua shift, yaitu shift pagi (08:00 – 14:30) dan shift siang (14:30 – 21:00).

Rute pengantaran selalu berganti-ganti, karenanya jika aku mendapat giliran terakhir, pasti sampai rumah agak terlambat. Hal ini aku keluhkan kepada kedua mertuaku.

Mendengar keluhanku ini, kedua mertuaku menyarankan agar setiap kali pulang dari dinas siang, tidak perlu ikut mobil antaran, nanti Ary yang akan disuruh menjemputku.

Hatiku begitu gembira mendengar saran ini, karena inilah yang kutunggu-tunggu untuk lebih dekat pada Ary.

Sampai kedua kali Ary datang menjemputku dengan motornya, sikapnya padaku masih biasa-biasa saja, walau dalam perjalanan pulang di atas motor, kupeluk erat-erat pinggangnya dan sekali-kali sengaja kusentuh penisnya.

Suatu hari, pembantu rumah tanggaku terserang penyakit. Karena aku dinas siang, mertuaku menyuruhku membawanya ke rumah sakit bersama Ary.

Sambil menunggu giliran pembantuku dipanggil dokter, aku dan Ary mengobrol.

Dalam obrolan itu, Ary menanyakan beberapa hal antara lain berapa lama suamiku dinas di luar kota, dan apa aku tidak kesepian ditinggal cukup lama.

Pertanyaan terakhir ini cukup mengejutkan diriku, dan bertanya sendiri dalam hati apa maksudnya.

Tanpa sungkan aku memberanikan diri menjawab untuk memancing reaksinya. “Yakh sudah tentu kesepian donk Ri, apalagi kalau lama tidak disiram-siram.” sambil aku tersenyum genit.

Entah benar-benar lugu atau berpura-pura, Ary menanggapinya,

“Apanya yang disiram-siram..” Kujawab saja,

“Masa sih nggak ngerti, ibarat pohon kalau lama nggak disiram bisa layu kan..” Ary hanya terdiam dan tidak banyak komentar, namun aku yakin bahwa Ary tentunya mengerti apa yang kuisyaratkan kepadanya.

Selesai urusan pembantuku, kami semua kembali ke rumah.

Seperti biasa jam 14:00 aku sudah dijemput kendaraan kantor.

Sekitar jam 16:00 aku menerima telepon dari Ary. Selain mengatakan akan menjemputku pulang, ia juga menyinggung kembali kata-kataku tentang ‘siram menyiram’.

Kukatakan padanya, “Coba aja terjemahkan sendiri..” Sambil tertawa di telepon, Ary berkata, “Iya deh nanti Ary yang siram..”

Tepat jam 21:00, Ary sudah datang menjemputku dengan motornya.

Dalam perjalanan, kutempelkan tubuhku erat-erat dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya.

Aku mencoba memancing reaksi Ary dengan menyentuhkan jari-jari tanganku ke penisnya.

Kurasakan penisnya menjadi keras.

Saat berada di depan Taman Ria Remaja Senayan, Ary membelokan motornya masuk.

Aku sedikit kaget, dan mencoba bertanya,

“Ri, kok berhenti di sini sih..?” Ary menjawab, “Nggak apa-apa kan, sekali-kali mampir cuci pemandangan, sekalian ngobrol lagi soal siram-siraman.”

Aku mengangguk dan menjawab, “Iya boleh juga Ri..”

Setelah parkir motor, tanpa sungkan, Ary menggandeng pinggangku sambil berjalan, dan aku tak merasa risih mendapat perlakuan ini.

Setelah berhenti sebentar membeli dua cup coca cola dan popcorn, sambil bergandengan aku dibawa Ary ke tempat yang agak gelap dan sepi.

Dalam perjalanan, kulihat beberapa pasangan yang sedang asyik masyuk bercinta, yang mebuat nafsu seksku naik.

Setelah mendapat tempat yang strategis, tidak ada orang di kiri kanan, kami berdua duduk bersebelahan dengan rapat.

Kemudian Ary membuka pembicaraan dengan kembali mengulangi pertanyaannya. “Berapa lama Mas Zali tugas di luar kota.?”

Kujawab, “Yah.. katanya sih dua bulanan, memang kenapa Ri?

“Apa Windy nggak akan kesepian begitu cukup lama ditinggal Mas Zali?” kata Ary.

“Yah tentunya normal dong kesepian, apalagi nggak disiram-siram.” kuulangi jawaban yang sama sambil kupandang wajah Ary dengan ekspresi menggoda.

Tiba-tiba Ary meletakkan tangannya di pundakku dan dengan beraninya menarik wajahku. Kemudian ia mencium pipi dan melumat bibirku dengan penuh nafsu.

Diriku seperti terbang, kulayani lumatan bibirnya dengan penuh nafsu pula. Sambil berciuman, dengan lirih Ary bertanya,

“Oh Windy sangat cantik, boleh nggak Ary mengisi kesepian Windy?”

Sebagai jawaban kubisikkan di telinganya, “Oh.. Ri, boleh saja, Windy memang kesepian dan butuh orang yang dapat memuaskan..”

Sambil berciuman, tangan Ary membuka kancing bajuku dan memasukkan tangannya di balik kutangku sambil meremas-remas buah dadaku dan memilin-milin puting susuku.

Tubuhku menggelinjang menahan rangsangan tangannya.

Kemudian tangannya terus turun ke bawah, dari balik rokku dan celana dalamku yang sudah basah, ia memasukkan jari-jari tangannya mempermainkan klitorisku.

Nafsuku semakin naik, dengan lirih aku mengerang,

Perselingkuhan Dengan Adik Ipar Yang Disetujui

“Oh.. oh Ri, aduh Ary pinter sekali.. oh.. puaskan Windy Ri.. Oh..” Dengan semangat Ary mempermainkan vaginaku sambil kadang-kadang ia melumat bibirku

Tubuhku terasa terbang menikmati permainan jari-jari tangannya di vaginaku. Kurasakan satu dan akhirnya dua jari Ary masuk ke dalam lubang vaginaku.

“Oh.. Ri.. aduh.. enaknya Ri.. oh terus Ri..” aku mengerang menahan kenikmatan. Mendengar eranganku, kedua jari tangan Ary makin mengocok lubang vaginaku dengan gerakan yang sangat merangsang.

Dan akhirnya, beberapa menit kemudian karena tak tahan, aku mencapai orgasme.

“Oh Ri, aagh.. Windy keluar Ri..” Kujilati seluruh permukaan wajah Ary dan kulumat bibirnya dengan nafsuku yang masih tinggi.

Ary masih tetap memainkan kedua jarinya di dalam vaginaku.

Begitu hebatnya permainan kedua jari tangan Ary yang menyentuh daerah-daerah sensitif di dalam lubang vaginaku, membuatku orgasme sampai tiga kali.

Kelihatannya Ary begitu bernafsu dan saat itu ia mengajakku bersetubuh.

“Windy.. boleh nggak Ary masukkan lontong Ary ke dalam apem Windy?”

Walau aku sebenarnya juga menginginkannya, namun aku khawatir dan sadar akan bahaya kalau ketahuan satpam Taman Ria. Kujawab saja, “Jangan di sini Ri, bahaya kalau ketahuan satpam, nanti di rumah saja ya Yang..”

“Benar nih jangan bohong ya.. dan bagaimana caranya?” tanya Ary.

Kujawab saja, “Nanti kamar nggak dikunci, masuk aja Ri, yang penting jangan ketahuan orang rumah.”

Akhirnya Ary setuju dengan tawaranku itu. Mengingat waktu sudah menunjukkan jam 22:10 kami berdua sepakat pulang.

Sebelum meninggalkan tempat, sambil berdiri kami berdua berpelukan erat, saling melumat bibir dan lidah.

Sambil bergandengan mesra, tanpa khawatir kalau ada orang yang kenal melihatnya, kami berdua berjalan menuju parkir motor.

Dalam perjalanan pulang, kupeluk erat tubuh Ary, sambil jari-jari tangan kananku membelai dan meremas-remas lontongnya dari balik celananya.

Sesampainya di rumah, selesai mandi kukenakan daster tidurku tanpa celana dalam, dan kusemprotkan parfum di tubuhku, siap menanti pria yang akan mengisi kebutuhan seksku.

Kulihat kedua anakku sudah tidur pulas.

Kemudian kira-kira jam 23:30 kumatikan lampu kamar dan kurebahkan tubuhku di tempat tidur terpisah dari tempat tidur anak-anakku.

Sambil tidur-tidur ayam, kunantikan Ary masuk ke kamarku.

Sekitar jam 01:00, kulihat pintu kamar yang sengaja tidak kukunci secara perlahan dibuka orang.

Kulihat Ary dengan sarung masuk.

Setelah ia menutup kembali pintu kamar dan menguncinya, ia menuju tempat tidurku dan langsung menindih tubuhku dan menciumi wajah serta bibirku.

Sambil menciumiku, tangannya menggerayangi vaginaku. Ary berkata, “Wah sudah siap nih ya.. nggak pakai celana dalam..” Tak berapa lama Ary mengangkat dasterku dan mempermainkan klitorisku dan sesekali memasukkan jarinya ke lubang vaginaku, membuatku melayang dan vaginaku cepat banjir.

Ternyata Ary juga sudah siap dengan tidak memakai celana dalam.

Digesek-gesekannya lontongnya yang sudah mengeras di pahaku sambil jari-jari tangannya mempermainkan vaginaku.

Kubalas gerakan Ary dengan meremas-remas dan mengocok lontongnya.

Nafsuku semakin naik, begitu juga Ary karena nafasnya terdengar semakin memburu.

Sambil tersengal-sengal, ia melenguh, “Oh.. oh.. Windy.. Ary sudah nafsu.. Windy haus kan.. Ary masukkan ya..” Aku pun sudah tidak tahan, “Oh Ri.. masukkan cepat lontongnya.. Windy sudah nggak tahan.. Ohh Ri..”

Kemudian, “Slep..” kurasakan lontong Ary yang lebih besar dan panjang dibandingkan lontong suamiku itu masuk dengan mudah masuk ke dalam lubang vaginaku yang sudah benar-benar basah itu. Kurasakan lontongnya sampai menyentuh dinding vaginaku yang terdalam.

“Oh.. Ri.. aduh enaknya Ri.. oh gede Ri..” aku merintih, sambil kupeluk erat tubuh Ary. Kudengar pula rintihan Ary sambil menurun-naikkan lontongnya di dalam vaginaku.

“Oh.. oh.. agh.. Windy, enak sekali apem Windy.. oh.. aagh..” Dari cara permainannya, aku merasakan Ary belum berpengalaman dalam hal seks dan kelihatannya baru pertama kali ia berbuat begini.

Mungkin karena begitu nafsunya kami berdua kurang lebih 10 menit menikmati hujaman lontong Ary, aku sudah mau mencapai orgasme.

“Oh.. agh.. aduh Ri.. cepatkan tusukannya Ri.. Windy mau keluar.. oh…aagh..” Kurasakan Ary pun sudah mau orgasme.

“Oh.. agh.. Mbak, Ary juga mau keluar.. oh.. aaaghh..” Tak lama kemudian, berbarengan dengan keluarnya spermaku, kurasakan semburan sperma yang keluar dari penis Ary yang masih perjaka, keras dan berkali-kali memenuhi lubang vaginaku.

Kami berdua berpelukan erat merasakan kenikmatan yang tiada taranya ini.

Kubisikkan di telinga Ary, “Terima kasih Ri, Mbak puas sekali..” Ary pun berbisik, “Aduh Windy, baru pertama kali ini Ary rasakan enaknya apem.. Windy puas kan..” tambahnya.

Kemudian, Ary mencabut lontongnya dari dalam lubang vaginaku. Aku berusaha menahannya karena aku ingin nambah lagi.

Ary berbisik, “Besok-besok aja lagi, sekarang Ary harus keluar.. takut ada orang yang bangun..” Setelah mengecup kening dan pipiku, Ary permisi keluar. Kubisikkan di telinganya,

“Hati-hati ya Ri.. jangan sampai ketahuan orang lain..” Walaupun belum begitu puas, tapi hatiku bahagia bahwa Ary akan mengisi kesepian dan memenuhi kebutuhan seksku selama suami di luar kota.

Dalam hati aku pun mengucapkan terima kasih kepada suamiku atas ijinnya dan pilihannya yang tepat.

Setelah kejadian pertama ini, hubungan seksku dengan adik suamiku ini terus berlanjut.

Sayangnya hal ini kami berdua lakukan di rumah, karena saat itu memang tidak pernah terpikir untuk main di luar misalnya di Motel.

Saking puasnya menikmati permainan seks dari Ary, aku lupa akan jadwal kalender KB yang selama ini kugunakan. Sedangkan setiap kali Ary menyetubuhiku, spermanya selalu ditumpahkan di dalam vaginaku.

Aku sendiri memang tidak menginginkan sperma Ary ditumpahkan di luar, karena justru merasakan semburan dan kehangatan sperma Ary di dalam vaginaku, merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa.

Akibatnya setelah beberapa kali melakukan hubungan, aku sempat terlambat 6 hari datang bulan (mens).

Hal ini kuceritakan kepada Ary, saat kami mengobrol berdua di paviliun.

Khawatir benar-benar hamil, kuminta Ary mengantarku ke dokter untuk memeriksakannya.

Pada mulanya Ary tidak setuju, dan ingin mempertahankan kehamilanku. Aku tidak setuju dan tetap ingin menggugurkannya.

Keesokan paginya dengan diantar Ary, aku memeriksakan diri ke suatu rumah sakit bagian kandungan.

Ternyata hasil pemeriksaan tidak bisa keluar hari itu juga, dan harus menunggu tiga hari.

Sampai dua hari setelah pemeriksaan dokter, ternyata mens-ku masih belum datang

Aku tidak sabar dan khawatir jika ternyata aku benar-benar hamil.

Hal ini kuutarakan kepada Ary dan kuminta ia membantu membelikan satu botol bir hitam untukku.

Keesokan harinya, Ary menyerahkan bir hitam itu kepadaku, dan malamnya kuminum. Tiga hari setelah minum bir hitam tersebut, mens-ku datang.

Setelah mens-ku selesai sekitar 7 hari, aku dan Ary melanjutkan lagi hubungan seks seperti biasanya.

Praktis selama dua bulan ada 18 kali aku dan Ary berhasil melakukan hubungan seks yang memuaskan dengan aman tanpa ketahuan keluarga di rumah.

Keinginan untuk melakukannya setiap hari sulit terlaksana, mengingat situasi rumah yang tidak memungkinkan.

Dari sekian kali hubungan seksku dengan Ary, seingatku ada tiga kali yang benar-benar sangat memuaskan diriku.

Selain kejadian yang pertama kali, hubungan seksku dengan Ary yang sangat memuaskan adalah sewaktu kami berdua melakukan di suatu siang hari dan saat malam takbiran.

Kejadian di siang hari itu, yaitu saat aku selesai mandi dan bersiap-siap berhias diri mau pergi ke kantor.

Saat itu kedua mertuaku dan adik-adik iparku yang lain sedang tidak ada di rumah.

Yang ada hanya Ary, yang kebetulan sudah pulang dari kantornya, karena hari Jumat. Kedua anakku asyik bermain dengan pengasuhnya.

Tanpa sepengetahuanku, saat aku memakai make-up, tiba-tiba Ary masuk kamarku yang tidak terkunci.

Setelah menutup pintu kembali dan menguncinya, dari belakang ia memelukku, melepaskan handuk yang membungkus tubuhku, sehingga aku dalam posisi telanjang bulat. Diciumnya pundak belakangku, sambil tangannya memainkan kedua payudaraku, dan turun mempermainkan vaginaku. Akibatnya, aku tak tahan dan vaginaku cepat basah.

Segera kubalikkan tubuhku dan kupeluk serta kulumat bibir Ary dengan penuh nafsu.

Kemudian kubuka reitsleting celananya dan kutanggalkan celana panjang dan celana dalamnya.

Kemudian aku jongkok di hadapannya, sambil meremas, menjilati, dan mengulum lontongnya dalam mulutku.

Setelah kurasakan lontongnya semakin keras, kudorong tubuh Ary duduk di tepi tempat tidur.

Kemudian aku berdiri membelakanginya, dan setengah jongkok kupegang dan kuarahkan lontongnya masuk ke dalam lubang kewanitaanku yang sudah basah itu.

Kuturun-naikkan dan kuputar pinggulku untuk merasakan nikmatnya lontong Ary yang telah masuk seluruhnya dalam lubang vaginaku.

Sambil bergoyang itu, aku merintih dan berdesah, “Oooh.. aaaghh..” Ary tak mau ketinggalan, ia membantu menurun-naikkan pinggulku dan kadang-kadang meremas-remas kedua buah dadaku.

Kurang lebih tiga menit dengan posisi ini, terasa aku sudah mau orgasme. Kupercepat gerakan turun naik dan goyangan pinggulku, dan saat itu Ary merintih, “Oh.. oh.. Windy, Ary mau keluar.. oh..”

Akhirnya berbarengan dengan keluarnya spermaku, kurasakan lontong Ary menyemprotkan spermanya dengan keras memenuhi lubang vaginaku.

Tubuhku terasa terbang merasakan semprotan yang hangat dan nikmat itu.

Kemudian kukeluarkan lontong Ary dari lubang vaginaku.

Kulihat masih cukup keras.

Dengan penuh nafsu kujilati, kuhisap lontong Ary yang masih basah diselimuti campuran sperma kami berdua.

Tak berapa lama kemudian lontong Ary kembali keras.

Kemudian kuminta Ary menyetubuhiku dari belakang.

Dengan menopangkan kedua tanganku di atas meja hias dan posisi menungging, kusuruh Ary memasukkan lontongnya ke dalam lubang vaginaku dari belakang.

Betapa nikmatnya kurasakan lontong Ary menghunjam masuk ke dalam lubang vaginaku, kemudian sambil meremas-remas kedua buah dadaku, Ary mempercepat tusukan lontongnya.

Dari cermin yang berada di hadapanku, kulihat gerakan dan ekspresi wajah Ary yang sedang mempermainkan lontongnya di dalam lubang vaginaku.

Situasi ini menambah naiknya birahiku. Kurang lebih tiga menit merasakan tusukan-tusukan lontongnya, aku tak tahan ingin orgasme lagi.

Aku merintih, “Aduh.. oh.. agh.. Ri, tembus Ri.. aagh.. Windy mau keluar lagi, cepatkan Ri.. oh.. aaghhh..” Ternyata Ary pun mau keluar.

Ia pun merintih, “Oh.. augh.. Windy, Ary juga mau keluar.. aduh.. Windy.. bareng ya.. oh..” Beberapa saat kemudian, secara bersamaan aku dan Ary mencapai orgasme. Kurasakan kembali semprotan sperma Ary yang hangat dan nikmat lubang vaginaku.

Setelah itu, kami berdua berpelukan dengan mesra. Aku berkata, “Nakal ya..” Ary mencium pipi dan keningku kemudian pamit keluar.

Kemudian aku pun keluar ke kamar mandi untuk membasuh vaginaku. Jam 14:00, jemputan mobil dari kantorku datang.

Malamnya sesuai janji via telepon, kembali Ary masuk ke kamarku dan menyetubuhiku secara terburu-buru, karena khawatir ada yang memergoki.

Walau dalam keadaan terburu-buru, persetubuhanku dengan Ary yang dilakukan setiap dini hari itu, cukup memuaskan,

karena paling tidak setiap bersetubuh itu aku bisa orgasme minimal satu kali dan merasakan semprotan sperma Ary di dalam vaginaku.

Selanjutnya, persetubuhanku dengan Ary yang benar-benar memuaskan dan menyebabkan aku lemas tak berdaya adalah saat malam takbiran.

Pada malam itu, aku menginap di rumah orang tuaku. Sesuai janji via telepon Ary datang menjengukku.

Kami berdua duduk mengobrol merayakan takbiran di rumah. Kedua orang tuaku menyuruhku menawarkan bir kepada Ary.

Selesai acara TV, ayahku pergi keluar rumah dan ibuku masuk tidur. Kini di ruang tamu, tinggal aku dan Ary duduk berdua ngobrol sambil menikmati bir sepuas-puasnya.

Karena pengaruh bir, kurasakan nafsu seksku mulai naik. Kemudian aku pamit sebentar, melihat kedua anakku sekalian mengecek Ibuku.

Aku mengganti bajuku dengan daster dan kutanggalkan celana dalamku.

Setelah kuketahui ibuku sudah pulas tidur dan keadaan aman, aku kembali ke ruang tamu, duduk di sebelah Ary.

Tak lama kemudian Ary sudah memelukku, menciumiku sambil bertanya apa ibuku sudah tidur.

Mengetahui ibuku sudah tidur, Ary mulai menggerayangi vaginaku dengan jari-jari tangannya sambil melumat bibirku.

Aku menggelinjang dan merintih, “Oh.. Ri.. enak sekali.. Ri.. oh terus Ri..” Aku tak mau kalah dan kuremas-remas lontongnya dari luar celana yang membuat lontongnya semakin keras.

Kemudian kusuruh Ary berdiri, kubuka reitsleting celana panjangnya dan sekaligus celana dalamnya. Kulihat dan rasakan lontong Ary lebih keras dan besar dari biasanya.

“Aduh.. wow.. kok lebih keras dan besar Ri lontongnya?” Ary berterus terang bahwa sorenya ia minum jamu kuat laki-laki sebagai persiapan untuk memuaskan diriku.

Kuhisap, kujilati dan kukulum lontongnya dengan penuh nafsu.

Karena tak tahan lagi, kudorong tubuh Ary duduk di sofa.

Aku duduk di atas pangkuannya. Kemudian kupegang dan arahkan lontongnya ke dalam vaginaku.

“Wow.. aduh Ri.. gede banget dan enak Ri, lontongnya.. aduh.. oohh..” aku mengerang. Sambil kulumat bibirnya, kunaik-turunkan pinggulku agar dapat merasakan gerakan, tusukan dan denyutan lontong Ary.

Sekitar dua menit kugoyang, akhirnya aku mencapai orgasme karena tak tahan merasakan lontong Ary yang lebih keras dan besar dari biasanya.

Kemudian kami berdua merubah posisi dengan doggy style. Kurang lebih tiga menit, lagi-lagi aku tidak tahan dan orgasme untuk yang kedua kalinya. Setelah beristirahat sebentar, kami berdua merubah posisi dengan berdiri. Lontong Ary masih keras dan ia belum keluar sama sekali. Lagi-lagi, mungkin karena pengaruh bir dan nafsu yang menggebu, aku mencapai orgasme yang ketiga kalinya.

Dengan masih mempertahankan lontongnya yang keras dan panjang di dalam vaginaku, Ary menggendongku masuk ke kamar tidurku.

Direbahkan tubuhku di kasur di atas lantai yang sudah kusiapkan. Masih kurasakan nikmatnyan dan orgasmeku yang keempat kalinya saat Ary menyetubuhiku dengan posisi di atas.

Setelah itu aku tak ingat lagi dan menyerah pasrah menerima tusukan-tusukan lontong Ary.

Mungkin lebih dari 10 kali aku mencapai orgasme, dan aku tak tahu berapa kali Ary keluar.

Saat terbangun kira-kira jam 5 pagi, terasa kepuasan yang amat sangat pada diriku walau kakiku rasanya gontai dan lemas.

Kurasakan juga kehangatan sperma Ary yang masih ada di dalam vaginaku.

Tak disangka selingkuhku di malam takbiran dengan Ary adik suamiku adalah yang terakhir, karena beberapa hari kemudian, suamiku sudah kembali ke rumah.

Sekembalinya suami di rumah, malam harinya suami mengajakku bersetubuh. Sambil bersetubuh, suami bertanya apakah jadi selingkuh dengan Ary.

Karena memang sudah diijinkannya, aku berterus terang mengaku

Pada mulanya suamiku agak marah, mungkin tersinggung, tapi akhirnya ia memaafkanku.

Sejak saat itu hubunganku dengan Ary praktis terputus.

Namun, Ary masih mencoba mendekatiku dan berusaha mengajakku untuk berhubungan lagi.

Hal itu ia lakukan beberapa kali via telepon saat suamiku ke kantor.

Walau sebenarnya aku sendiri masih menginginkannya, namun ajakan Ary tersebut terpaksa kutolak.

Selain suasana rumah memang tidak memungkinkan, aku juga khawatir jika suamiku akan marah karena ia belum mengijinkan lagi.

Peristiwa perselingkuhanku dengan adik ipar atas saran dan ijin suami menjadi pengalaman yang manis sampai saat ini.

Lebih dari itu, jika suami mengungkit-ungkit lagi masalah ini dan minta aku menceritakannya kembali, bukannya marah yang kudapat darinya, malah sebaliknya kasih sayang yang makin besar.

Setiap kali akan meniduriku, untuk merangsang dirinya, suamiku selalu meminta aku untuk menceritakan kembali pengalaman selingkuhku dengan adiknya itu.

Ia kerap bertanya posisi apa saja yang aku dan Ary lakukan saat berhubungan seks, berapa kali aku klimaks, bagaimana rasanya vaginaku menerima semburan sperma Ary dlsb.

Untuk membahagiakannya, kuceritakan semuanya secara jujur.

Setiap kali mendengar ceritaku itu, nafsu seks suamiku semakin meningkat dan ia meminta aku mempraktekannya kembali dengan menganggap dirinya sebagai Ary.

Terus terang, gairah seksku pun semakin meningkat saat harus membayangkan dan mempraktekan kembali cara-cara hubungan seksku dengan Ary.

Ternyata perselingkuhan tidak selalu merusak keharmonisan rumah tangga.

Cerita sex : Kupuaskan Kekasihku Si Janda Bahenol

Mungkin ada benarnya jika orang menerjemahkan arti kata ‘selingkuh’ sebagai ‘selingan indah keluarga utuh’. 

#Perselingkuhan #Dengan #Adik #Ipar #Yang #Disetujui

Ngentot Adik Sepupu Waktu Dia Tidur Terlelap Bagian Satu Terbaru Malam Ini

Aku baru saja pulang dari KKN di desa, di daerah Kabupaten Blora (sekarang masuk Kabupaten Cepu), dua hari setelah sampai di rumah, ada telepon dari salah satu sepupuku, katanya dia sedang Study Tour ke kotaku. Sepupuku ini masih sekolah di SMK di daerah Madiun, sebenarnya aku belum pernah bertemu langsung dengan dia, jangan heran ya, sebab dia sepupu jauh sekali.

Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia.

Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku.

Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.

Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jum’at buat disuntik.

Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Yadi dan nama sepupuku Rena. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.

Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.

“Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?” tanyaku.
“Ya… mungkin kira-kira 8 jam Mas..” katanya.
Dalam hati aku berpikir, “Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialan…”

Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Rena. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya.

Rena yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Rena dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat.

Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton TV.

Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Rena sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Rena.

Aku bertanya pada dia, “Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!”
“Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?” dia balik bertanya.
“Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih.”
“Iya deh… tapi Rena boleh nemenin Mas ngga?”
“Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas dong…”
“Ih.. Mas curang.. Oke deh Rena buatin.”

Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Rena ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil.

Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.
Tiba-tiba dia nyeletuk, “Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..”
“Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?” kataku.
“Oke deh!”

Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

“An.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yah…?”
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagi… lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.

“Ngapain Mas..?”
“Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?”
“Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Mas…”
“Oke An..”

Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.

“Nah, ketemu nih…” batinku.
Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.

Setengah sadar dia bertanya, “Mas, kok enak banget sih pijitannya?”
“Tenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.” jawabku.

Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, “Nngggh… ngghh… enak loh Mas… agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkul…, ya.. di situ… terus.. terus..”

Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
“Wah, lha ini nih yang kunanti,” batinku.
Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMA yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.

Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas.

Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

Aku berbisik padanya, “Ren.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.”
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
“Ren.. gimana kalo semuanya aku buka…?” tanyaku.
Ternyata ia mengangguk mengiyakan, “Silakan Mas…”
Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
“Ehm… Mas.., Rena sayang sama Mas…” katanya.

Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Rena.

“An.. kita pindah ke kamarku aja yah?”
Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, “Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?”

Aku rasakan ternyata Rena sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Rena adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.

Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.
“Mana ya?” aku bergumam pelan.

Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
“Cari apa Di?” tanya Tanteku.
“Tante liat kacamata Yadi ngga?”
“Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,” sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, “Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Yadi mandi dulu.” kataku.
“Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.”
“Oke Tante..” sahutku.
Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

Kamarku terletak di sebelah kamar Rena, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Rena masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.

Aku tanya ke tante, “Ketemu ngga kacamatanya Tante?”
“Ngga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.”
“Waduh… gimana nih… susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,” pikirku, “Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.”

Pukul 9:30, kulihat kamar Rena sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.
Aku tanya dia, “Kok cuman empat gelasnya Ren?”

“Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.” jawabnya.
“Gitu ya?” sahutku.
Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.
“Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?” tanyanya.
“Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,” spontan aku menyahut, “Heh! Itu pasti kacamataku.”
“Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Yadi, Ren!” sahut Tante, “Sana cepet ambilin!”

Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Rena. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.

Dalam hati aku berpikir, “Sekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Rena. Wuih! kalo… hehehe kalo… misalnya aku iseng gimana ya?”
Akhirnya, ternyata aku nekat juga.

Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. “Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.” pikirku.

Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Rena, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.

“Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?” tapi pikirku, “Biarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.”

Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.

“Eit… nanti dulu… ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik nih…” pikirku.
Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

Rena menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
“Mampus gua,” pikirku.
Dia melotot sambil teriak, “Lepasin dong Mas… apa-apaan nih Mas?”
Aku gelagapan berusaha mencari alasan, “Ren… kamu ngga inget semalem ya?”
“Lupain aja Mas! Rena ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!”
“Tapi Rena semalem udah ngelakuin dosa lho… kenapa ngga sekalian aja?” rayuku.

Kali ini dia benar-benar marah. Rena teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.

Wah… gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Rena keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.

Katanya, “Mas maapin Rena ya? Rena udah bentak-bentak Mas…”
“Ngga papa Ren.., Mas yang salah.” balasku.
“Sebenarnya Rena sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!” jelasnya.

“Ya sudah.. lupain aja Ren, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.” lanjutku.
“Iya Mas, Mas… Rena mau ngasih sesuatu buat Mas.”
“Apa Ren?” tanyaku.
“Liat sini deh Mas..” (dia mulai tidak kaku lagi)

Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
“Mmpphh…”
“Plas!” jantungku spontan berdegup keras, “Kok tau-tau nyium sih?” pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.

Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja.

Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.

Aku berkata pada Rena, “Sini Ren… Mas pangku..”
“Ngga ah Mas… nanti kayak tadi malem deh jadinya…!”
“Percaya deh sama Mas… ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?”

Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.

Kuraba dadanya sambil berkata, “Ren.. Rena ngga marah-marah lagi nih?”
“Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasen…” pintanya.
“Okey Ren!”

Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.

Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat.

Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Rena memandangiku. Lama kami berpandangan.

Rena kemudian bicara, “Mas, kita lakukan yuk. Rena udah ngga tahan…”
Wah, benar-benar kejutan..! Rena tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Rena melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Rena bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku.

Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.

Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya.

Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.

“Kok.., berhenti Mas..?” suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
“Ehh.. terusin Mas… hhh… kurang dikit lagi..!” suaranya tertahan.

Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Rena bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu.

Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Rena berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, “Ayo Mas… masukin..!”

Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.

Dan, “Ssleeeppp..” ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Rena melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Rena sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.

“Aaahhh… aayooo Mass… aaduhh… cepat Masss..!” pintanya dengan nafsu.
Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

Tiba-tiba Rena menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.

“Aaahhh… sss…” terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.

Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

Dan, “Annn… Annaaa… aaadduuhhh… ssss… Renn..!” spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, “Masss… aaa… Maass… ssshhh… aaddduuhh..!”

Rena menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Rena, “Ren… kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh…”
“Sialan… iya deh, Rena mandi, makasih ya Mas… Rena udah dikasih pelajaran sama Mas.”
“Sama-sama Ren..”

Cerita sex : Mbak Ayu Tetanggaku Yang Suka Ngentot

Aku tidak merasa menyesal karena dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Rena lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya.

#Ngentot #Adik #Sepupu #Waktu #Dia #Tidur #Terlelap #Bagian #Satu

Ku Renggut Keperawanan Adik Sahabatku Terbaru Malam Ini

Sebut saja namaku Upi. Disekolah gue tergolong cowok yang ganteng dan digemari para cewek.. Mengapa tidak, gue yang tingginya 175cm, hidung mancung, kulit putih,trus pandai bermain Basket.

Pada waktu itu gue sangat dekat dengan teman gue sebut saja namanya Fadil. Kami berteman sangat dekat sekali. Karena kami berteman dari kami masih SMP sampai SMA pun kami bersama-sama. Suatu hari gue bermain kerumahnya Fadil.

Sesampai di rumah Fadil gue di kejutkan oleh sesosok cewek cantik yang tidak lain adalah adik temanku Fadil. Sebut saja namanya Dina. pada saat itu Dina terlihat sangat manis sekali. karena pakaian yang di kenakannya terlalu minim,dan kebetulan sekali Dina pada saat itu Dina sedang membersihkan halaman rumah.

Kuperhatikan mukanya yang manis,putih, tinggi mungkin 160cm. bisa di katakan Dina adalah cewek tercantik di sekolahnya. Sejenak kuperhatikan buah dadanya yang montok dan bodynya yang aduhai montok itu yang membuat nafasku tak beraturan.

aku sangat kaget melihat Dina. karena setiap kali gue bermain ke rumahnya Fadil jarang sekali gue melihat Dina. pada saat itu Dina berumur 14 tahun. pada saat gue masuk rumah Fadil, Dina menegurku.”eh kakak Upi” sejenak gue terdiam, dan berfikir dalam hati

“tumben – tumbennya Dina menegurku” gue pun membalasnya “eh Dina, Fadilnya ada nga…?” “oh kakak, ada tuh di dalam sedang mandi mungkin. bentar ya Dina panggilin. Kakak Upi duduk aja dulu di teras.” gue pun langsung duduk diteras. Tiba-tiba Dina keluar “Kakak Upi bentar ya,kakakku lagi mandi tuh.

Katanya gue temenin kakak Upi dulu.” gue pun sangat senang, mengapa tidak, gue bisa mengobrol dengan adik teman gue yang cantik. gue pun mulai memperhatikan Dina dari ujung kakinya sampai kepalanya. Memang cantik benar adik temanku ini gumamku. kulitnya yang mulus dan putih, trus gue pun melihat pahanya yang putih semakin membuat nafasku tak beraturan.

Tiba-tiba Dina tersenyum dan menegurku “kakak Upi kok lihatin Dina trus..?” gue pun kaget lalu kujawab saja dengan nada yang kecil “oh itu soalnya Dina cantik sih…. trus Dina sekarang udah kelas berapa…?” Dina pun menjawabnya ” kelas 3 SMP ka.” “oh kelas 3 SMP ya….!” kami berdua pun mengobrol sampai akhirnya Fadil pun keluar.

“Oi Pi maap yah lama soalnya air kerannya macet jadi harus ngambil air di tetangga ni.” dengan sedikit kesal sih,aku pun menjawab ” nga apa-apa soalnya kan ada adik kamu tuh yang temanin gue ngobrol.” Kami berdua pun berangkat karena kami harus menghadiri acara ulang tahunnya temen sekelas kami. Tapi gue sangat sedikit menyesal. Karena kapan lagi gue bisa mengobrol sama adik temanku ini.

Pada suatu hari akhirnya gue bisa mengobrol sama adik temanku dan dimulai dari situlah kejadiannya..

Pada saat itu gue berencana pergi ke rumah Fadil mau bikin tugas,karena sudah kelas 3 jadi tugas yang diberikan sangatlah banyak. Jadi gue berencana untuk membuat tugas dirumahnya Fadil. Sesampainya di rumah Fadil, gue pun mengetuk pintu rumahnya. Yang keluar ternyata adiknya Fadil yaitu Dina.

Kulihat Dina yang sedang memakai celana pendek dan baju yang hanya se utas tali. ketika kutanya tentang Fadil dan tujuanku kerumahnya, Fadilnya nga ada, kebetulan sekali,pada saat itu orang tua Fadil sering keluar kota untuk urusan bisnis,sedangkan Fadil sedang keluar sama pacarnya.

Akupun langsung menghubungi Fadil. Dan ternyata Fadil pulangnya sedikit kemalaman. sedangkan pada waktu itu jam masi menunjukkan pukul 15:30. Fadil menyuruh adiknya untuk menemani gue sampai Fadil pulang dari kencannya. Adiknya hanya setuju-setuju saja.

Akupun disuruh masuk sama Dina,karena berhubung Dina lagi sedang menonton Film Korea. gue pun menemani Dina menonton Film Korea. Tiba-tiba dalam film tersebut ada adegan saling berciuman. Serentak Dina pun malu. Trus waktu gue melihat mukanya yang merah, gue pun langsung mengajak ngobrol.

“Dina pernah ciuman nga seperti di film itu….?” kulihat wajahnya tambah merah, bisa dikatakan seperti kepiting rebus. Dinapun hanya menggelengkan kepala. gue pun senang mengetahuinya. Kulihat bibirnya yang berwarna merah muda, yang keliatan sekali masih belum di sentuh oleh laki-laki. gue pun coba memancing untuk mengetahui apakah Dina mau ciuman denganku atau tidak, jika tidak gue akan pasrah dengan keaadan ini.

“Dina mau ga coba ciuman kek di film…?” Wajah Dina memerah, dan hanya berkata “Malu kak,soalnya Dina nga pernah Ciuman.” gue pun kebingungan, gue pun mencoba mendekati Dina perlahan-lahan. Kemudian gue membisikkan ketelinganya ” Ga usah malu kan cuman kita berdua. kakak kamu sedang pergi,sedangkan orang tua kamu sedang keluar kota.”

Kemudian kudekapkan bibirku kebibir Dina. kupikir Dina bakalan menjauhin bibirnya, ternyata tidak malahan Dina membalas ciuman saya.tak disangka bibirnya Dina halus trus lembut juga. kami berduapun saling berciuman selama 10menit.

Tiba-tiba nga di sengaja Dina menyentuh anuku yang sedang lagi dalam keadaan tegak lurus ke atas. Sontak Dina kaget karena menyentuh kontolku. Gimana kontolku ga mo tegap melihat Dina yang begitu seksi dan bibirnya yang lembut. “maap ka Dina nga sengaja beneran kok” gue pun menjawab dengan nada yang sopan”oh nga apa-apa kok”

Akupun berpikir bagaimana caranya agar Dina bisa menyentuh lagi dan memainkan kontolku ini. gue pun memberanikan diri ” Dina mau coba pegang anuku ga….?” wah tidak disangka Dina tidak menolaknya… gue pun langsung membuka celanaku. kulihat Dina sedikit malu dan kaget dengan menutup setengah wajahnya karena melihat kontolku yang berukuran 15 Cm dan berdiameter 4 cm.

Kemudian gue pun mengambil tangannya dan menyentuhnya ke kontolku. Wah serasa di surga. mengapa Tidak, ternyata bukan cuma bibirnya saja yang lembut dan halus, tapi tangannya juga. kulihat Dina sedikit keasikan memainkan kontolku. Kemudian sambil Dina memainkan kontolku, gue mencium bibirnya kembali.

Aku pun sedikit-sedikit coba menyentuh dadanya yang menonjol. Kemudian gue pun coba memasukkan tanganku kedalam bajunya dan ternyata Dina tidak memakai Bra. Waktu kuremas buah dadanya udah mengeras yang tandanya Dina pun menikmatinya. Tak dihitung lagi gue langsung memainkan buah dadanya yg berukuran sekitar 34 A. Dan juga tak Lupa gue memainkan putingnya yang masih mekar itu.

“Ah… Ah… Ah.. Ah…. enak ka… Ah… Ah…” Kulihat Dina semakin keenakan.. gue pun langsung membuka bajunya. kali ini gue melihat sesuatu yang sangat di luar pikiran saya. yaitu putingnya yang masih berwarna merah muda yang pengen sekali gue melumatnya.

Akupun tak menyianyiakan kesempatan yang begitu beruntung ini.
“Cin coba donk masukkan ke mulut Dina “
“ takut kha”… ” takut kenapa..?..”
“ Nga apa-apa, dah to dicoba dulu …” pintaku
“ Rasanya gimana kha … ?” tanyanya
“ Dah to di coba nanti kan tahu rasanya ..”

Lalu dengan sedikit ragu dia mengarahkan ujung kontolku ke mulutnya, mula-mula bibirnya yang lembut itu menempel di ujung kontolku, kemudian dia membuka sedikit bibirnya lalu kepala kontolku sudah masuk ke mulutnya, lalu dilepas lagi dan berkata

“Kok asin ya kha “ tanyanya, “ Iya nga apa-apa memang rasanya begitu. Selanjutnya dimasukkannya lagi kontolku ke mulutnya sedikit demi sedikit, dengan pelan-pelan gue membantu mendorong agar kontolku bisa masuk semua di mulutnya.

Lalu ku gerak-gerakkan sehingga kontolku maju mundur di mulutnya, dan dia juga mulau mengimbangi dengan memaju mundurkan mulutnya. “ Cin … enak sekali Cin …” gue merasa keenakan kontolku di emut Dina … ketika ujung kontolku berada di bibirnya; “ Cin disedot dong alonya “ …. gue meminta dia untuk menyedot dan ternyata walaupun belum pengalaman sedotannya enak sekali …

Pada saat itu gue pun pengen ngerasain vaginanya.. karena gue belom pernah melihat yang real.. biasanya gue melihat yang begituan lewat internet atau nga lewat DVD or Hp teman. gue pun coba memasukkan tanganku ke celana mininya.

Dan tak disangka ternyata waktu gue menyentuh Vaginanya telah basah. Itu pertanda Dina menikmati nya selama ini.. gue pun langsung membuka Celananya.. setelah gue membuka celananya, terlihat jelas Cd nya yg sudah basah. Tak kusiasiakan kesempatan ini.. gue langsung membuka Cdnya..

Yang tampak disana adalah vagina yang halus dan basah. gue pun coba memasukkan jari telunjukku ke vaginanya. tak disangka,ternyata Dina masih perawan tulen, takkan kubiarkan keperawanannya di ambil orang lain. kemudian gue coba memainkan jari telunjukku ke lobang vaginannya.

“Ah…. sakit ka.. ah.. ah… sakit.. ka..”

Akupun makin bersemangat memainkan jari telunjukku. gue hanya diam sambil mempercepat sedotan mulut dan gesekkan jari tanganku di kedua daerah sensitifnya, lalu. “Ahhh. ahhh. mmmmmhgh.” secara tiba-tiba Dina mengejang sambil tubuhnya terangkat tinggi keatas,yang tandanya Dina mau Orgasme. gue pun dengan cepatnya menggoyangkan tanganku… Tiba-tiba Dina Orgasme.

Itu kurasakan karena ada sesuatu cairan yang panas. “Cin kamu orgasme ya…?” Dinapun menjawab dengan wajah yang malu ” ia ka gue orgasme,makasih ya ka….!!”kulihat Dina mulai lemas. ketika gue melihat Dina orgasme gue pun ingin orgasme juga tapi gue ingin merasakan vaginanya..

“Cin kamu kan udah orgasme,ka belum ni. Dina maukan bantu kakak orgasme…? ” ia ka nnti Dina bantu..trus Dina musti ngapain..?” mendengar itu gue pun gembira… nafasku lebih tak beraturan… “Aku pengen rasain kontolku di masukin ke vagina Dina…!!! bisa nga…?” “takut ka sakit” “tenang aja kakak nanti akan pelan-pelan kok.”

Akupun langsung menyuruh Dina gaya belakang. Pelan-pelan kumasukkan.. sedikit sulit untuk memasukkannya,karena Dina masi perawan jadi vaginanya masih tertutup lobang yang kecil.. Tapi karena vaginanya sudah basah, gue pun coba-coba memasukkannya dengan perlahan-lahan sampai masuk 1/3 kontolku.

Pada saat kontolku masuk sepenuhnya,Kumulai mengenjot-enjot vaginanya sampai vaginanya mengeluarkan darah bercampur maninya… “ah.. ah.. ah.. sakit.. ah… sakit.. kha.. “sakit… cuman kata-kata itu yang kudengar keluar dari mulutnya.

Mendengar suaranya yang lembut gue lebih cepat mengenjot vaginanya… kemudian gue membaringkannya dengan kedua kakinya di dadaku.. gue pun mulai mengenjotnya dengan cepat.. Tiba-tiba Dina menyempitkan kakinya yang pertanda Dina mau orgasme untuk yang kedua kali… “khaa,,, khaa.. Dina mau pipisss… ahh… enak kha,,, tapi Dina mau pipis nhi…. udah ga tahan kha…” Mendengar kata itu gue semakin bergairah dan mempercepat enjotan ku..

“Sabar Cin… kita keluarin sama-sama…kha juga udah mau keluar nhi.. sabar yah..” mendengar itu Dina pun berusaha untuk menahan nya… gue pun langsung mengenjotnya dengan cepat. “Cin kha udah mau keluar ni.. Cin gimana..?” “Dina juga udah mau keluar…” “crott… crottt… crottt… crottt…” kamipun orgasme bersamaan,tapi gue menumpahkannya di atas perut Dina..

Kemudian gue memeluk Dina sambil mencium keningnya. “Cin gue sayang sama kamu” “Aku juga sayang sama kakak. sebenarnya gue sudah meyukai kakak waktu Dina kelas 1 SMP..” kami jadian pada saat itu.

Setelah itu kami membersihkan diri kami masing-masing.. Tak berapa lama kakaknya Dina datang. Tapi kami berdua hanya diam-diam saja seperti tidak terjadi apapun. Karena berhubung orang tua Fadil ngga ada, Fadil meminta gue untuk menemaninya tidur dengan nya malam ini..

Tanpa banyak basa basi gue langsung menerimanya.. Kulihat wajah Dina juga senang. Pada malam harinya waktu Fadil tidur gue menggunakan kesempatan dalam kesempitan.. Kami berdua pun melakukan kejadian yang serupa waktu sore tadi.

Cerita sex : Cerita Ngajakin ML Pacar Yang Alim Dan Lugu

Mulai pada saat itu kami sering melakukan hubungan intim di mana saja kita ketemuan.

#Renggut #Keperawanan #Adik #Sahabatku

Adik Keponakan Ku Yang Centil Dan Sexy Terbaru Malam Ini

Kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.

“Kringg.. kring..” suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.

Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.

Aku bertanya, “Cari siapa dik..?”

Dia balas dengan bertanya, “Benarkah ini rumah paman Mail..?”
Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi. “Adik ini siapa?”

Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, “Benar, ini rumah paman Mail,” sambungku lagi. Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.

Aku bertanya lagi, “Adik ini siapa sih..?”

Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, “Namaku Naomi,” kata-katanya terhenti,

“Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Mail.”
“Oh iyah..” aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.
“Silakan masuk,” kataku.

Aku persilakan dia masuk, “Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.”

Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.

“Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?”
“Hihihi..” dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.
“Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah?” sambungnya.

Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, “Kog adik tau nama abang?”
Lalu dia tertawa lagi, “Hihihi… ..tau dong.”
“Masa abang lupa sama aku?” lanjutnya. “Aku Naomi, bang. Aku anaknya tante Elen,” celotehnya menjelaskan.
Aku terkejut, “..ah.. jadi kamu anaknya tante Elen?” tambahku.

Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Elen punya anak, namanya Naomi. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Naomi kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun.

Sekembalinya dari Australia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.

Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, “Bagaimana kabar mamamu?” tanyaku.
“Baik…” jawabnya.

Kemudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.

Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, “Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?”
Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

Tiba-tiba dia bicara, “Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.”

Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, “Ternyata tante Elen punya anak cantik juga.” dia hanya tersenyum saja.

“Paman Mail kemana bang?” dia bertanya membuka keheningan.
“Belum pulang kerja.” jawabku.
“Hmmm…” gumamnya.
“Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang!” memastikan.
“Iya… oke.” jawabku pasti.
“Jangan lupa yah..!” lebih memastikan.
“Iya..” aku tegaskan lagi.

“Oke deh.. kalau gitu Naomi pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama.” jelasnya. “Pamit yah bang!” tambahnya.
“Oke deh,” mengiyakan. “Hati-hati yah!” sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.

Dia hanya tersenyum menjawabnya, “Iya bang…”

Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.

“Waduh… buat apa itu tadi?” tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.
“Abang ganteng deh,” jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.

Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna.

Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.

“Mumpung rumah sepi… kesempatan nih..” pikirku dalam hati.
Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.
Dia mendesah, “..ahh..hem..”

Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.

“Seperti penyanyi saja,” gumamku dalam hati.

Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum.

Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.

“Jangan bang..! Jangan bang..!” dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.

Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran.

Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.

“Ahh.. ohh.. yaa..” desahnya.

Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

“Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh..” terdengar suara desahya.

Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.

“Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar..” desahnya.
Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.

“Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr..” dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.

Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 14 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan.

Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

“Aduh.. sakit bang.. sakit..” rintihnya.

Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard).

Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.

“Aduh.. sakit bang…”

“Tahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya…” bisikku di daun telinganya. Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.

“Slupp.. blesss..” dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

“Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang..” pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.

“Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang!” kakinya dililitkan ke leherku.
“Ahh.. yaa..” rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.

“Selupp.. selup..” suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.

“Yahh.. aouuhh… yahh..” suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.
“Bang.. enak bang.” kusodok terus.
“Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang..” dia terus berkicau keenakan, “oohh.. yahh… aouuhh.. yaa.. i coming.. yes..” terus dia berkicau

Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat. Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.

“Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang..” dan, “Slerrrr…” dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.

Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, “Yahh.. aouuu.. yahh..” ada denyutan di kepala ucokku.

“Yahh.. ahhh..” aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.
Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.
“Terima kasih..” aku ucapkan.

Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.

“Aduh..” gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. “Ahh.. aouhhh.. yaaa.”

“Crottt.. croottt.. crottt..” kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.

Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Naomi mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.

“Terima kasih yah bang,” aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, “Kapan-kapan kita main lagi yah!”

Dia hanya tersenyum dan, “..iya,” jawabnya.

Cerita sex : Cerita Dewasa Bulan Madu Yang Membawa Bencana

Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.

#Adik #Keponakan #Yang #Centil #Dan #Sexy

Ngocok Penis Gede Adik Sepupu Ku Yang Terangsang Setelah Memijit Tubuhku Terbaru Malam Ini

Saat itu rumah saya sedang sepi. Maklum pemilu, padahal biasanya ramai sekali. Satu rumah dihuni tujuh orang, ayah, ibu, kakak laki-laki saya yang masih kuliah, saya sendiri SMA kelas tiga, baru saja selesai Ebtanas dan lulus. Kemudian adik perempuan saya kelas lima SD, lalu sepupu laki-laki saya kelas dua SMP dan pembantu satu orang. Oh iya, panggil saja saya Yuli, asli Tolaki.

Jadi pada saat pemilu rumah yang berada di kawasan Perumahan Pemda Kampung Kemah Raya, Kendari jadi sepi sekali. Ayah ke Kolaka, mengurus pemilu di sana, kebetulan juga beliau caleg Golkar untuk daerah tersebut. Kakak saya jadi pengawas pemilu untuk UNFREL Kendari, ibu saya jadi panitia pemilu lokal kawasan Kemah Raya.

Pembantu dan adik, disuruh bantuin ibu mengurus konsumsi. Praktis yang jaga rumah, saya dengan sepupu saya yang bernama, Ical. Saya belum ikut memilih, belum cukup umur, baru 16 tahun lebih dua bulan. Saya dengan Ical sangat akrab, habisnya dia ikut dengan keluarga saya sejak masih kelas satu SD, dan selalu menjadi teman main saya.

Senin itu, badan saya pegal sekali, selesai ngepel dan membersihkan rumah. Dan seperti biasa saya kepingin dipijitin. Biasanya sih oleh ibu, dan Ical juga, habis dari kecil saya sudah biasa menyuruh dia. Karena agak pegal, saya panggil saja Ical untuk mijitin, Ical nurut saja. Saya langsung berbaring telungkup di karpet depan TV, dan Ical mulai memijit tubuhku. Asyik juga dipijit oleh Ical, tangannya keras sekali, punggungku jadi fresh lagi.

“Duh, Cal.., mijitnya yang lurus dong, jangan miring kiri miring kanan..”, kataku.
“Abis, posisinya nggak bagus kak”, jawabnya.
“Kamu dudukin aja paha Kak Yuli, seperti biasa..”.
“Tapi.., kak..”.
“Alah.., nggak usah tapi.., biasanya kan juga begitu.., ayo..”, Saya tarik tangan Ical memaksanya untuk duduk di pahaku, seperti kalau dia memijit saya pada waktu-waktu kemarin.

Ical akhirnya mau, duduk dan menjadikan kedua pahaku dekat pantat sebagai bangkunya, dan mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi, pijitan agak lain, makin lama makin saya rasakan tangannya agak gemetaran dan nafasnya agak ngos-ngosan.

“Kamu kenapa Cal, capek atau sakit..?”, tanyaku.
“Tidak, tidak apa-apa kak”, jawabnya. Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat.

Akhirnya, saya menyuruhnya pindah, dan saya bangun, lalu duduk mendekati, biasa bermaksud menggoda.

“Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat.., tidak biasanya”, sambil tanganku bermaksud mencubit pantatnya.

“Tidak, tidak apa-apa kak..”, jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol celana bagian selangkangannya yang seperti agak tertarik kain celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena memang saya dan Ical kalau main seperti anak-anak yang masih TK, asal ngawur saja.

“Loh.., itu apa di celanamu Cal, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Ical merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dari saya, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut.

“Jangan Kak Yuli, Ical malu..”, katanya. Dasar saya yang nakal, saya pelototin matanya, Ical langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.

Penasaran, saya buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yang mengeras tersebut, dan astaga, ternyata penis Ical sudah menegang. Baru kali ini saya melihat penis milik orang yang bukan anak-anak dan sudah disunat yang tegang dan keras serta panjang seprti itu. Sementara Ical diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu atau bagaimana saya tidak tahu.

Saya acuh saja, perlahan-lahan, kuelus-elus penis Ical, semakin mengeras penisnya hingga urat-uratnya seperti mau keluar. Kudengar Ical mendesah tertahan. Lalu kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang merah itu, Ical makin mendesah, “Ah.., ah..”

Kugenggam erat penis Ical dan kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan Ical ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang, “Achh..”.

Semakin kencang penis Ical kukocok, semakin menggeliat badan Ical membuat saya tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Ical makin mengeras, “Ach.., achh..”. Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tidak tahan.., ia lalu memelukku erat. Mulanya saya kaget akan reaksinya, tapi saya biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis Ical. Rupanya Ical sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar atau tidak ikut menggeliat juga, meraba badanku dan payudaraku.

“He Ical.., kenapa..” tegurku, sambil tetap mengocok penis Ical, “Achh.., achh..” Hanya itu yang Ical bilang, sementara tangannya meremas-remas payudaraku, dan remasannya yang kuat membuatku merasakan sesuatu yang lain, hingga saya biarkan saja Ical meremas payudaraku, dan Ical lalu menyingkap baju kaos yang kupakai, hingga kelihatan BH-ku dan meremas payudaraku lagi hingga keluar dari BH-ku.

“Acchh.., acchh” erang Ical, saya mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada saat payudaraku tidak terbungkus BH diremas oleh tangan Ical dengan kuat, sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok. Dan entah naluri apa yang ada pada Ical, hingga dia nekat menyosor payudaraku dan mengisap putingnya seperti anak bayi yang sedang menyusu.

“Aduh.., Ical.., aduhh” Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku mulai mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Ical.

Saya juga mulai menggeliat, kutarik kepala Ical dari payudaraku, lalu kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul secara tiba-tiba, Ical balas mencium, bibir kami berdua saling memagut, lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain.

Tangan Ical menggerayangi badanku, melepaskan baju dan BH-ku, hingga aku bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai Ical, dan kupelorotkan celananya, hingga Ical bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali kukocok penisnya, sedangkan Ical kembali menyosor payudaraku yang sudah keras membukit.

Perlahan tangan Ical menelusuri rokku lalu menyelusup masuk ke dalam rokku, “Acchh.., Acchh”, Saya dan Ical terus mengerang dan menggelinjang. Tangan Ical menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku.

“Aduuhh.., Ical..” erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke dalam vaginaku yang mulai kurasakan basah, dan Ical mempermainkan jarinya di dalam vaginaku.

“Acchh.., aduuhh.., acchh..”. Tak tahan lagi, Ical menarik lepas rok dan celana dalamku, hingga akhirnya saya kini telanjang bulat. Kemudian Ical mencium bibirku dan saya tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya bermain dalam vaginaku.

“Acchh..” Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Ical yang keluar dari mulutku. Kemudian Ical berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi menindih badanku, saya membiarkan saja apa yang akan Ical lakukan, karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba saya rasakan sakit yang teramat sangat di selangkanganku.

“aacchh, Ical.., apa yang kau lakukan..”, tanyaku. Tapi terlambat, rupanya Ical sudah memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti tidak mendengarkan pertanyaanku, Ical mulai mengoyang batang penisnya naik turun dalam vaginaku yang semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah perawanku yang mengalir membasahi vaginaku.

“Acchh.., Ical.., aduuhh Ical..”, erangku.
Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan Ical dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan menggoreskan kukuku di punggung Ical. Semakin kencang goyangan penis Ical dan semakin keras pula erangan kami berdua.

“Acch.., aduhh..” Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat nikmat yang terdorong dari dalam.., dan erangan panjang saya dan Ical, “aahh”. Bersamaan semprotan mani Ical dalam vaginaku dan semburan maniku yang menciptakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan sebelumnya.

Ical menarik keluar penisnya, lalu berbaring di sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Ical, kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat penis Ical, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan hubungan badan tersebut hingga beberapa kali.

Cerita sex : Memuaskan Tante Di Atas Ranjang

Hingga hari ini saya dan Ical, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yang tiada taranya, kadang di kamarku, di kamar Ical, ataupun di dalam kamar mandi.

#Ngocok #Penis #Gede #Adik #Sepupu #Yang #Terangsang #Setelah #Memijit #Tubuhku