Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai Terbaru Malam Ini

Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai

Biasanya kembang disuatu komplek adalah seorang gadis SMU atau cewek kuliahan yang memang lagi mekar-mekarnya, tapi beda dengan komplek perumahan dimana tempat aku tinggal. Ya, dikomplek ini yang menjadi kembang adalah bu RW yang tinggal disebelah rumahku. Mungkin sebagian besar pembaca tidak percaya, tapi memang tante Devi, bu rw tetanggaku itu bagaikan magnet bagi semua laki-laki dikomplek ini.

Aku gak bisa mendeskripsikan secara tepat mengapa tante Devi bisa begitu mempesona. Memang secara fisik tante Devi jauh diatas perempuan rata-rata. Kulitnya putih seperti kebanyakan wanita sunda, tapi kulitnya mulus tak bercacat. Sebenarnya aku gak tau pasti gimana kulit ditubuhnya, tapi yang pasti kulit yang membalut betis indahnya mulus tak bercacat, aku bisa memastikan itu sebab aku sering mengagumi betis bulir padi itu saat tante Devi keluar rumah memakai celana selutut kesayangannya. Tubuhnya tidak terlalu gemuk tapi juga tidak terlalu kurus, makanya payudara sedangnya sangat cocok mengimbangi pinggul dan pantatnya yang sedikit montok.

Selain fisiknya yang memang cantik dan berbody aduhai, tante Devi punya sesuatu yang memancar dari dirinya. Mungkin kalau orang bilang tante Devi punya inner beauty yang sangat kuat. Senyum selalu menghiasi bibir mungilnya, keramahannya menanggapi lawan bicaranya, tawa lepasnya yang segar dan keanggunannya menghela rambut yang selalu dibiarkan terurai itu… Hmmmm… sosok wanita idaman setiap pria.

Sebenarnya tante Devi punya seorang anak perempuan yang bernama sarah yang sudah duduk di kelas 2 SMU. Jelas sarah mewarisi kecantikan ibunya, tapi inner beauty tante Devi memang susah untuk ditandingi.

Aku sangat akrab dengan tante Devi, sebab selain memang bertetangga, dulu aku berusaha untuk mendekati sarah dari ibunya. Tapi sepertinya usaha itu gagal. Hubunganku dengan sarah gak lebih dari cuma say hello, tapi sebaliknya dengan ibunya, tante Devi senang sekali mengajak aku mengobrol. Bahkan tante Devi melarang aku untuk membayar iuran warga yang memang ditanganinya untuk beberapa bulan sekaligus. Aku diwajibkan untuk membayar per bulan. Alasan dia sih untuk ngembangin silaturahmi, makanya setiap aku membayar iuran warga, pasti tante Devi mengajakku mengobrol terlebih dahulu, hasilnya minimal 1 jam aku tertahan dirumahnya.

Dua bulan lalu, saat aku hendak membayar iuran warga, aku mendatangi rumah tante Devi. Aku mendapati rumahnya kosong.

“Pada kemana tan ?” tanyaku saat kami mengobrol diruang tamu.

“Oh… Sarah sama papanya lagi ke sukabumi, kerumah neneknya” jawab tante Devi.

“Kok tante gak ikut ?” tanyaku. 

“Maunya sih, tapi besok ibu-ibu pkk ada kegiatan, gak enak kalo tante gak dateng” jelas tante Devi. Aku cuma mengangguk tanda mengerti.

Setelah itu kami mengobrol seru seperti kebiasaanku kalau berkunjung kerumahnya. Sampai tante Devi menanyakan hal pribadi padaku.

“Rian, kapan nih kamu menikah ?” tanya tante Devi menyelidiki.

“He..he..he.. kapan ya tan ?” jawabku setengah becanda. “Masih belom punya calon nih tan” lanjutku.

“Ah masa sih kamu gak punya calon. Kan kamu lumayan ganteng, materi juga udah lumayan, mo nunggu apa lagi” tanya tante Devi lagi.

“Maunya sih secepetnya, udah gak tahan” jawabku sambil tertawa, tante Devi ikutan tertawa. “Tapi mo gimana lagi, emang belom ada calonnya” kataku meneruskan.

“Emang kamu mo cari cewek kayak gimana ?” tanya tante Devi. 

“Kayak gimana ya ? Mungkin kayak tante Devi ini lah” jawabku bercanda. Sebenernya aku berharap dengan jawaban itu tante Devi mau menawarkan anaknya sarah ke aku. Tapi jawaban sungguh diluar dugaan.

“Kayak tante ??? Emang tante masih cantik ya sampe brondong kayak kamu mimpiin dapet istri kayak tante” jawab tante Devi sambil tersenyum genit.

Sebenarnya aku sedikit kecewa atas reaksinya, tapi berhubung sudah terlanjur, aku teruskan saja. 

“Tentu aja tan, cowok mana sih di komplek ini yang gak ngakuin kalo tante perempuan paling cantik disini” kataku sedikit menggombal

Tante Devi terseyum kecil, mukanya sedikit memerah, mungkin dia malu. “Masa sih Rian, tante kan udah tua” kata tante Devi.

“Hmm.. walau tante udah punya anak gadis, tapi menurutku tante masih terlihat seperti anak gadis. Jujur kalo melihat tante sama sarah, saya sering menganggap tante adek kakak sama sarah” lanjutku, dalam hati aku heran kenapa aku jadi merayu gitu.

“Masa sih tante masih kayak anak gadis, badan tante udah kendor sana-sini begitu” jawab tante Devi yang kemudian berdiri dan memperhatikan tubuhnya sendiri. Dasternya ditarik kebelakang agar melekat ketubuhnya, hasilnya tubuh aduhainya tercetak. Terlihat jelas lekuk pinggul dan dadanya. Kemudian dia berputar-putar sambil mengamati tubuhnya, tentu aja mataku juga ikut mengamati atau lebih tepatnya menikmati tubuhnya. Apalagi karena dasternya ditarik, terlihat pangkal pahanya yang putih mulus. Mungkin kalau ditarik sedikit lagi celana dalamnya juga ikut terihat.

“Gak usah khawatir tante. Tante emang gak kalah sama anak gadis. Jujur aja saya juga sering bayangin tante sebelum tidur…” damn… aku nyesel banget ngomong kayak gitu, tapi wtf lah, udah terlanjur

“Masa sih kamu bayangin tante ?” tanyanya dengan muka tidak percaya. “Masa sih tante bisa merangsang kamu ?” tanya lagi. Aku cuma terdiam malu.

“Tapi kamu gak usah jawab deh, tuh adek kamu udah ngejawab sendiri” kata tante Devi sambil ketawa. Damn, gundukan penisku yang menegang dibalik celanaku ternyata terlihat sama dia aku cuma tersipu malu.

“Gak usah malu gitu ian” kata tante Devi yang kemudian duduk disebelahku. “Kamu kan udah gede, wajar kalo terangsang sama cewek” lanjut tante Devi yang kemudian mengelus penisku dari luar celana. Aku menepisnya, tapi sayang tangan tante Devi sudah mencengkram penisku dari luar.

“Hmmm… punya kamu gede juga ya” kata tante Devi yang kemudian meremas-remas penisku dan sesekali mengocoknya, aku meringis keenakkan.

Setelah beberapa lama, aku berkata “Udah tan, nanti ada orang” katakuku dengan agak gugup, soalnya ruang tamu ada dibagian depan, orang bisa aja tiba-tiba melongok melalui jendela.

“Ya udah, kalo gitu kekamar tante yuk” ajak tante Devi. Aku cuma terdiam. “Kalo mau, tante tunggu didalam ya” ajaknya sambil tersenyum genit. Kemudian dia berdiri berjalan menuju kamarnya.

Sesaat aku terdiam, jujur dalam hati aku ingin segera menyusulnya, tapi dipikiranku masih ada yang mengganjel. Ada sesuatu yang melarangku mengikutinya kekamar. Tapi pikiran itu gak lama, nafsuku menguasai semua pikiranku. Aku segera beranjak.

Aku buka perlahan pintu kamarnya dengan sangat gugup. Setelah dibuka aku melihat tante Devi sedang duduk dipinggir tempat tidurnya sambil membuka-buka majalah. Melihat aku masuk tante Devi tersenyum senang kemudian berdiri menyambutku.

“Tante kira kamu gak mau” kata tante Devi yang kemudian memelukku. Aku membalas memeluknya erat sambil mengelus-elus punggungnya. Sambil memeluk aku cium keningnya. Menerima kecupanku, dia memandangku mesra, kemudian meyodorkan bibirnya sambil matanya terpejam. Melihat gerakannya, aku mengerti, aku kecup bibirnya lembut. Kecupannku diikuti oleh kecupan-kecupan lain dibibirnya.

Awalnya ciumanku ke bibir mungil tante Devi pelan dan lembut. Tapi lama-lama ciuman itu menjadi lebih liar, apalagi aku dan tante Devi saling menggesek-gesekan tubuh satu sama lain. Saat lidahku menelusuri rongga mulut dan lidahnya, tanganku tak lupa penyelusuri tubuhnya. Awalnya tanganku mengelus-elus punggung dan rambutnya. Tapi kemudian tanganku turun ke pantatnya. Aku meremas-remas pantat bulat tante Devi dan sesekali aku mendorong pantat itu agar kemaluannku tergesek dimemeknya. Walau masih dari luar tapi cukup membangkitkan birahi.

Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai

“Crop………….Crooop………Croooop” cuma suara itu yang terdengar mengiringi sedotan-sedotan ciuman kami. Kadang tante Devi menggumam kecil saat pantatnya ditekan kearah penisku.

Sambil berciuman, aku dorong tubuh tante Devi kearah tempat tidur. Saat kakinya menyetuh pinggir tempat tidur, tante Devi terduduk. Aku tidak melepas ciumanku, aku terbungkuk mengikuti tubuhnya. Aku dorong tante Devi lagi ketengah tempat tidur, sebab aku ingin bercumbu sambil tiduran. Tante Devi mengerti, dia bergeser ketengah tempat tidur dan terlentang disana. Aku segera menindihnya dan meneruskan ciumanku.

Pada posisi yang lebih menguntungkan itu, aku mengarahkan tanganku kepayudaranya. Aku meremas daging kenyal itu. Hmm…. benar-benar masih kencang payudara tante Devi !

Setelah meremas-remas payudaranya beberapa kali, aku menarik dasternya keatas, dan tanganku mulai meremas payudaranya dari luar BHnya. Untung dia pakai BH yang lembut, sehingga remasanku bisa maksimal walau masih dari luar.

Aku mengangkat BH tersebut keatas, terlihatlah kedua puting hitam tante Devi. Ciuman aku pindahkan dari bibir ke puting sebelah kanan. Sambil menyedot dan sesekali menjilat puting kanan, payudara kiri tante Devi aku remas-remas. Kadang aku hanya memutar-mutar puting kiri tersebut.

Bosan dengan yang kanan, aku berpindah ke yang kiri. Selama aku menyedot-nyedot payudaranya tante Devi hanya merem-melek keenakkan. Bibir bawahnya digigit, entah mengapa, mungkin supaya suara dia tidak keluar. Sambil memegangi BHnya supaya tidak turun, tante Devi mulai meracau. “Ah..ah..ah.. enak sayang, enak…”

“Klik…” aku buka pengait BH yang ada dibelakang tubuhnya. Segera setelah itu aku dorong daster beserta BHnya keatas dan melepasnya. Makanya aku suka banget cewek pake daster, gampang banget dibugilin

Setelah dasternya tersingkir, tante Devi merems-remas sendiri payudaranya, sambil menatap lemah padaku seakan berharap mulutku menggantikan peran tanggannya. Aku menanggapinya dengan menciumi lagi pentil payudaranya, bergantian kiri dan kanan “shhh…..ahhhh….ahh….” cuma itu yang terdengar dari mulut tante Devi.

Tangan tante Devi kemudian menarik kaosku keatas, dia berusaha untuk membukanya, aku membantunya, aku lepas kaosku. Setelah kaosku terbuka aku menindih lagi tubuh dan mencium bibirnya sambil menggesekkan dadaku ke payudaranya. Tapi tante Devi yang sudah tinggal CD itu tidak berhenti, dia membuka ikat celana pendekku dan mendorongnya kebawah. Aku buka celana pendekku sehingga kami sama-sama tinggal celana dalam.

Aku menindihnya kembali dan mencium bibirnya. Tanganku tidak lupa bergerayangan meremas-remas payudaranya. Dengan hanya celana dalam, aku menggesek-gesekkan penisku yang sudah tersembul sedikit ke vaginanya. Tante Devi meresponnya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya.

Tanganku yang meremas-remas payudaranya sesekali mengelus tubuhnya dari atas kebawah. Sampai bawah, aku elus-elus paha dalammnya agak lama. Kata orang paha dalam termasuk darah sensitif diluar vagina. Beberapa kali mengelus-elus paha dalamnya, aku naikkan elusanku kearah selangkangannya. Saat menyentuh cdnya, terasa cd tersebut sudah basah dan lembab. Sepertinya tante Devi sudah terangsang hebat.

“Ah…ah..ah… ” rintih tante Devi saat aku mengelus-elus vaginanya dari luar. Tanpa diduga tante Devi membalasnya dengan menarik penisku keluar. Dengan mengocok penisku tante Devi membuka cdnya dari pinggir. Kemudian dia mengarahkan penisku ke vaginanya.

Aku mengerti maksudnya. Dengan satu tangan dia masih menahan cdnya dari samping. Aku menyapukan kepala penisku ke permukaan vaginanya, terasa sudah basah disana. Kemudian aku menekan sedikit penisku kevaginanya. “Agh….. ayo sayang masukin” kata tante Devi. Kemudian aku mendorong lagi hingga masuk semuanya. “Ohhhh.. enak banget sayang, enak banget sayang” tante Devi meracau sambil memejamkan matanya. Kepalanya terdongak saat aku masukkan penisku seluruhnya. Sebenarnya lucu juga posisi kami saat itu. Aku dan dia masih paka celana dalam !! udah gak tahan lagi soalnya

Aku mulai memaju mundurkan penisku. “aghhhhh….aghhh….agh…” rintih tante tergetar menerima pompaanku. Karena keenakan tante Devi melepaskan pegangan celana dalamnya sehingga menjepit penisku dari samping. Aku berhentikan pompaanku. Saat aku berhenti tante Devi menatapku dengan tatapan marah, sepertinya dia tidak rela pompaanku terhenti. “Sebentar tante, kita buka celana dalam aja, sakit soalnya” Aku segera bangkit melepaskan cdku dan cd tante Devi yang terkulai.

Selesai membuka cd aku posisikan badanku diantara selangkangannya yang terbuka lebar. Dengan tanganku aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Saat tepat didepan vaginanya, aku dorong penisku kencang. “Hghghhhhh….” rintih tante Devi saat penisku masuk ke memeknya. “Enak yan… kontol kamu gede banget” katanya sambil melingkarkan kakinya ketubuhku. Aku mulai lagi pompaanku. Kadang aku pompa cepat, kadang aku pompa lambat. Kadang saat pompanku lambat, tiba-tiba aku dorong keras. Tante Devi cuma bisa merintih-rintih keenakan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kesana kemari.

“Kamu hebat ya, kamu udah gagahin aku” kata tante Devi disela-sela pompaanku. Aku cuma tersenyum, aku sedang berkonsentrasi menikmati gesekkan penisku di dinding vaginanya.

“Sebentar ya, aku mo pipis” tiba-tiba kata tante Devi. “Mo pipis apa emang mo orgasme” tanyaku sedikit kecewa. “Enggak yan, emang mo pipis” jawab tante Devi. wah payah nih, masa ada interupsi begitu. Aku cabut penisku dari memeknya dan bangkit. Tapi dia masih tiduran.

“Katanya mo pipis tan ?” tanyaku kecewa. “Gendong dong ya…” katanya manja. Hmm.. sebenernya aku sedikit marah, tapi akhirnya aku gendong juga. Secepetnya dia pipis, secepet itu juga ngentotnya dilanjutin kan ?

Aku mengangkatnya dan menggendongnya dengan mendekapnya didepan, tangannya dikalungkan keleherku sedang kakinya dilingkarkan ketubuhku. Penisku tepat dibawah vaginanya, tapi tidak dimasukkan.

Baru beberapa langkah tante Devi berkata “Kok gesekan kontol kamu enak banget sih yan, masukkin dong” katanya manja. Penisku yang memang masih berdiri tegak aku arahkan ke vaginanya. Dia mengangkat tubuhnya sedikit agar aku mudah memasukkan penisku. “Ahhhh…” rintihnya panjang saat penisku masuk ke memeknya. Tapi kemudian dia malah menaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku dan memeknya bergesekkan lagi.

“Katanya mo pipis ?” tanyaku sambil menahan nikmat. “Entar deh yan, lagi enak banget.” jawab tante Devi nakal.

Akhirnya aku bawa tante Devi kembali tempat tidur, kurebahkan dipinggir. Dengan tetap penisku di vaginanya aku bawa tubuh tante Devi ketengah. Aku pompa lagi memek tante Devi, aku memompa maksimal agar kita sama-sama orgasme sebelum dia mo pipis lagi. Tapi baru beberapa tusukan tubuh tante Devi menegang dan vaginanya terasa banjir. dia menggigit bibirnya.

“Tante dah sampe ya…” tanyaku. “Iya…” katanya malu. “Maaf ya tante duluan” Aku pompa lagi memek tante Devi. Dengan cairan vaginanya yang banyak, memeknya terasa licin dan nikmat. “Crot..crot..crot” tak lama akupun menyemburka spermaku ke vaginanya.

Tubuhku ambruk memeluknya, tapi kemudian posisi kemi bertukar, dia tiduran diatas dadaku. Akupun mengelus-elus kepalanya mesra.

“Rian… kenapa sih kamu susah banget ngerti kalo tante suka kamu. Dari dulu tante udah pake baju seksi depan kamu, tapi kamu gak respon” tanyanya sambil tiduran didadaku.

Baca juga : Aku Memuaskan Teman Suamiku Demi Bayar Hutang

“Ya udah, yang penting sekarang tante tau kalo aku sayang tante” jawabku sambil mengecup kepalanya. Dia membalas dengan mencium dadaku. Kemudian kami berdua tertidur.

#Kenikmatan #Dari #Yang #Aduhai

Kisah Memek Tante Rena Yang Aduhai Terbaru Malam Ini

Kisah Memek Tante Rena Yang Aduhai

Panggil saja namanya tante Rena, dia seorang janda yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur tante Rena sekarang 31 tahun, mempunyai seorang anak yang masi kecil.

Dia sebenarnya sering datang ke Jakarta, dan memang mempunyai sebuah rumah disini, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan anak dari kakaknya. Namanya abdi, dia juga sedang kuliah dan tinggal di kos yang sama denganku, tapi dia lebi muda dariku 2 tahun. Kami lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama.

Perkenalanku dengan tante Rena, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta, karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh abdi, dan katanya ada tantenya yang datang ke Jakarta bersama anaknya. abdi berjanji untuk bertemu tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya. Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat lain lagi.

Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan sexy. kulitnya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang langsing, pinggang yang ramping, dan ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160cm. payudaranya yang montok, besar dan kencang, mungkin sekitar 34D, ditambah lagi dengan memakai kemeja putih ketat dengan kancing bagian atas yang dibuka, sampai payudaranya yang besar itu terlihat begitu indah dan montok, tampak menyembul, seperti mau keluar dari pakaiannya.

Bokongnya yang bulat dan kecil itu, terlihat begitu padat. Adik kecilku bahkan sempat menegang , karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat seperti di catwalk. Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas dada dan bokongnya itu, tangan ku sudah gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya.

Setelah itu kami berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena tante Rena orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar pulang ke kos oleh tante Rena. Sayang sekali aku tidak menanyakan no hpnya.

Setelah hari itu, kami makin sering bertemu, karena tante Rena sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante Rena sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi tante Rena lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya. Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.

Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan tante Rena.. dan tante Rena mengajakku untuk menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi tante Rena tetap memaksa seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya. 

Malam itu, aku dan tante Rena duduk-duduk di lantai teras rumahnya di lantai atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah tidur.

Karena aku dan tante Rena sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang “nakal”.

“tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin tidur.. hehe..”, candaku pada tante Rena..

sebelumnya tante Rena tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa kecil, tapi akhirnya,

“Nakal juga kamu ya..”

“emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “, lanjutnya dengan sedikit mengeluh.

“hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..”, candaku lagi.

“haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.

“iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama

posisi-posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.

“yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..”, ajaknya dan mengubah topik. Dan kami pun masuk kedalam.

Tante Rena memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya, ternyata tante Rena masih berdiri di sana. Kami bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu kata pun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba tante Rena memegang kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar, kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.

Kisah Memek Tante Rena Yang Aduhai

Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu.

Tante Rena langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku, kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar.

“Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”, setelah itu langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku.

Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga. Ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu seks tante Rena ternyata besar sekali, dapat kulihat dari caranya, bagaimana tante Rena ingin melumat lidahku. Ketika lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.

Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh tante Rena sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku yang tertahan selama ini pada tante Rena.

“emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.

Ketika sekali-sekali tante Rena mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga ketika tante Rena mengigit bibir atasku, maka aku menggigi bibir bawahnya.

Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua pantatnya yang bulat itu.

“ahhh….”, teriakannya kecil.

Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu, sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.

Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba, “aaahh..”, suara itu yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli jari-jariku di duburnya. Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya mengejang kegelian.

Setelah cukup lama kami berciuman, tante Rena melepaskan bibirku, lalu dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan ketika tante Rena mengangkat kedua tangannya, dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang, ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k tante Rena itu telah dicukur habis, membuat mem*knya terlihat lebih bersih dan lebih segar. Adikku sudah mencapai 80%.

“dicukur tante..?”, tanyaku, tante Rena hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa.

Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air

ludah kenikmatan bersama-sama tante Rena. Tiba-tiba tante Rena menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku. Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal, tante Rena mengeluarkan air ludah itu, membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tuzbuh kami terasa menjadi lebih licin.

Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya, lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat tante Rena.

Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh tante Rena sedikit kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,

“besar banget tante..”, kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tertawa gembira.

Kubaringkan badanya ke ranjang, tante Rena dibawah dan aku diatas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

“aaahh..”, desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” dadanya sebanyak mungkin.

Aku ingin “menelan” semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

“ssshhh..aahhh..aah..aah..”, desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu.

Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan tante Rena tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.

Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari mem*k dan disekitar pangkal pahanya.

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil klit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya, naik-turun dari pantat ke klitnya, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.

“aaaaaaaaahhhh………..”, suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat tante Rena menjambak rambutku.

Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang vagina dan lubang pantatnya dapat kulihat dengan jelas.

Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam vaginanya, kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk di lobang vaginanya.

“aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk…”, kata tante Rena sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan vaginanya.

“jangan berhentii…. trussss…. aaaahh…”

Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh tante Rena seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.

“aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”, kata tante Rena, sembari tubuhnya mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam vaginanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak begitu sedap.

“haah.. hah.. hah..hah..”, suaranya kecapekan, disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas.

Tangannya pun jatuh terkulai keranjang, tante Rena terlihat seperti orang yang sudah KO.

“Jilatin franss… jilatin yaa.. sampe bersih…”, kata tante Rena dengan manja.. Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja tante Rena, akhirnya kulakukan juga.

Padahal penisku saja belum kumasukan kedalam vaginanya, tapi tante Rena sudah kecapekan. Tapi aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.

“hahh.. franss.. jari kamu bener-bener nakal..”, katanya

terengah-engah.

“sini frans..”, panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal tubuhku, dan kubiarkan juga penisku terjepit diantara tubuh kami. Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga mengangkat dan melipat di punggungku.

Tanganku memegang pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat. Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat penisku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.

“frans, tante suka banget cara lu ngobokin vagina tante..”, kata tante Rena memjuaku.

“jadi gimana.. tante puas ga..”, tanyaku.

“puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..”, katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.

“tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..”, lanjutnya menggoda.

Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petanda mulainya ronde kedua.

“hhmmppp… hmmppp.. hemmmpp…”, desahannya menjukkan bahwa tante Rena masih bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.

Tampaknya memang benar, nafsu dan stamina tante Rena sudah kembali.

Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

Tante Rena mendorong tubuhku ke samping, dan kami pun berganti posisi, aku dibawah dan tante Rena diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan tante Rena menegakkan badannya. Tante Rena pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku, perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi penisku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, tante Rena memundurkan tubuhnya, lalu membungkuk, sambil memegang penisku, tante Rena menumpahkan sisa air ludah itu ke penisku.

“wow.. lumayan juga punya kamu yaa…”, katanya dengan bernafsu, sambil memegang erat penisku.

“tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu

kecapekan..”, setelah itu, tante Rena mulai mengecup kepala penisku.

Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

“Aaah…”, kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.

Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, tante Rena dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai keujung penisku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana tante Rena menjilati penisku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung penisku, rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya penisku, dijilatnya seperti sedang menjilat batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.

Sekarang giliran buah pelirku ikut di”makan”nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh tante Rena. “aaahh..”, teriakku kecil, menahan sakit.

Penisku sudah basah sekali oleh air ludah tante Rena, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Penisku teraa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya. Sesekali kepala penisku ditarik dengan kuat oleh giginya. Geli sekali.

Cukup lama tante Rena bermain-main dengan penisku, kira-kira hampir setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

“aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku panjang.

Mendengar seperti itu, tante Rena makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Rena tidak mengeluarkan penisku dari mulutnya, dengan nafsu tante Rena menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar. Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan penisku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai tante Rena terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

“aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata tante Rena.

“ha ha.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira, sambil menindih badanku.

Kami berpelukan diranjang, meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan tante Rena mengelus-elus perut dan dadaku. Kami bertatapan dan memuji.

“enak sekali tante.. tante jago banget..”, kataku, menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.

“kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.

Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat tante Rena, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.

Tak banyak bicara, tante Rena mengecup dahiku.

“kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.

“iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..”, balasku.

Tampak tante Rena tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau memaksa tante Rena yang sudah sangat kecapekan.

Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, menghangatkan. Kupeluk erat-erat tubuh tante Rena seperti sedang memeluk bantal, aku masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya tante Rena mengelus-elus pahaku.

Cerita Sex : Kuperawanin Refanny Si Gadis Klub Karoke

Aku merasa senang sekali meskipun aku tidak puas malam itu.

 

#Kisah #Memek #Tante #Rena #Yang #Aduhai