Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya Terbaru Malam Ini

Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya

Suasana haru mengirinigi perceraian ortuku,Itu aku sangat terpuruk atas kejadian naas,aku tak lagi percaya semua itu.Tapi mereka semua tetep support aku untuk selalu belajar aku menatap kehidupan yang cerah dan terarah.

Tidak seperti kisah orang tuaku yang gagal dalam membina rumah tangga,anak nya aku menjadi korban atas ke egoisan mereka.Tapi aku terima dengan ikhlas dengan apa yang sedang menimpaku berharap ada sebuah keajaiban pada akhirnya.

Hingga aku berhasil dalam memasuki pergururan tinggi Negeri dan kedua ortu bangga terhadapku,Aku senang walau kadang aku tak percaya bahwa mereka tak bersama lagi.Keluargaku saat itu hidup berkecukupan.

Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya. 

Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya.

Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.

Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu. 

Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali.

Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok.

Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.

“Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk.’”

“Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”

“Tapi gue udah tidak tahan lagi.”

“Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.”

Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.

“Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”

Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. 

Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. 

“Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang.

Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang.

Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. 

“Ouuhhh  Don!” desahku.

Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. 

Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi.

Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya.

“Don Ouuhhh Ouuhhh” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.

Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi.

Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda.

Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.

“Ouh Ouuh Jangan, Don! Jangan! Ouuhhh” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku.

Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit. 

Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi.

Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan.

Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar.

Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.

Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. 

Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas.

Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.

Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.

Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio.

Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku.

Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. 

Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi.

Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu. Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor.

Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran.

Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya.

Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya.

Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.

Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap.

Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga..

Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok.

Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.

Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya

“Aahh! Jangaann! Aaahh!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya.

Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.

Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.

“Rio  Kamu” Rio hanya menyeringai buas.

“Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”

Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.

“Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”

“Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!”

“Rio!”

“Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”

“Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!”

“Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”

“Errgh”

Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. 

Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. 

“Akh!” Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras.

Tapi, Plak! Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.

Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur.

Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah.

Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.

Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas.

Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.

“Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. 

Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka.

Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.

“Aaarrghh Rio! Jangaannn..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku.

Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio.

Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.

“Urrgh” Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku.

Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

“Braak!” Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.

“Papa!”

“Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”

Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.

“Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.

‘Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.

“Aaahh Papaa Jangaaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. 

Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.

Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku.

Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang.

Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.

Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. 

Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung?

Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio.

Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku?

Cerita sex : Ibu Mertuaku Jadi Pemuas Batangku

Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?

#Aku #Diperkosa #Oleh #Ayah #Tiriku #Dan #Anaknya

Aku Rela Digoyang Oleh Ayah Mertua Sendiri Terbaru Malam Ini

Aku Rela Digoyang Oleh Ayah Mertua Sendiri

Namaku Novita. Usiaku telah menginjak kepala tiga. Sudah menikah setahun lebih dan baru mempunyai seorang bayi laki-laki. Suamiku berusia hanya lebih tua satu tahun dariku. Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia. Memang kami berdua kawin dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun.

Selewat 40 hari dari melahirkan, suamiku masih takut untuk berhubungan seks. Mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan, memang dia juga turut masuk ke ruang persalinan mendampingi saya waktu melahirkan. Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari. Si kecil sering bangun malam-malam, nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali.

Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor, maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi, jadi pulangnya sering terlambat. Keadaan ini berlangsung dari hari ke hari, hingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami, khususnya kehidupan pribadiku sendiri.

Ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku yang berada di Amerika bermaksud datang ke tempat kami. Memang selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama dengan anak perempuan mereka yang menikah dengan orang sana. Dia datang kali ini ke Indonesia sendiri untuk menyelesaikan sesuatu urusan. Ibu mertua nggak bisa ikut karena katanya kakinya sakit.

Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport, suamiku langsung mencari-cari ayahnya. Suamiku langsung berteriak gembira ketika menemukan sosok seorang pria yang tengah duduk sendiri di ruang tunggu. Orang itu langsung berdiri dan menghampiri kami. Ia lalu berpelukan dengan suamiku. Saling melepas rindu. Aku memperhatikan mereka.

Ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an, meski kulihat ada beberapa helai uban di rambutnya. Tubuhnya yang tinggi besar, dengan kulit gelap masih tegap dan berotot. Kelihatannya ia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga sejak dulu. Beliau berasal dari belahan Indonesia Timur dan sebelum pensiun ayah mertua adalah seorang perwira angkatan darat.

“Hei nak Novi. Apa khabar…!”, sapa ayah mertua padaku ketika selesai berpelukan dengan suamiku.

“Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika..?” balasku.

“Oh…Ibu baik-baik saja. Beliau nggak bisa ikut, karena kakinya agak sakit, mungkin keseleo….”

“Ayo kita ke rumah”, kata suamiku kemudian.

Sejak adanya ayah di rumah, ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami. Sekarang suasana di rumah lebih hangat, penuh canda dan gelak tawa. Ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri, pandai mengambil hati orang. Dengan adanya ayah mertua, suamiku jadi lebih betah di rumah. Ngobrol bersama, jalan-jalan bersama.

Akan tetapi pada hari-hari tertentu, tetap saja pekerjaan kantornya menyita waktunya sampai malam, sehingga dia baru sampai kerumah di atas jam 10 malam. Hal ini biasanya pada hari-hari Senin setiap minggu. Sampai terjadilah peristiwa ini pada hari Senin ketiga sejak kedatangan ayah mertua dari Amerika.

Sore itu aku habis senam seperti biasanya. Memang sejak sebulan setelah melahirkan, aku mulai giat lagi bersenam kembali, karena memang sebelum hamil aku termasuk salah seorang yang amat giat melakukan senam dan itu biasanya kulakukan pada sore hari. Setelah merasa cukup kuat lagi, sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat.

Setelah mandi aku langsung makan dan kemudian meneteki si kecil di kamar. Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang dan tidur, aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya. Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar.

Setengah bermimpi, aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang… Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh. Rasa nyaman sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa bagian-bagian peka di tubuhku.

Tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup lama kami tidak berhubungan badan, sejak kandunganku berumur 8 bulan, yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya, maka terasa suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku.

Tiba-tiba aku sadar dari tidurku… tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah belaian, sentuhan serta remasan suamiku ke tubuhku makin terasa nyata. Kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang telah kembali dari kantor. Ketika aku membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku…

Aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata… dia adalah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, mertuaku sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus.

“Yah…!! Stop….jangan…. Yaaahhhh…!!?” jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar oleh Si Inah pembantuku.

“Nov, maafkan Bapak…. Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang….!!” Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu didamprat olehku.

“Ayah nggak boleh begitu, cepat keluar, saya mohon….!!”, pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku. Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan.

“Nov… Kamu nggak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Novi yang langsing padat ini….!!!!”, desaknya.

“Jangan berbicara begitu. Ingat Yah… aku kan menantumu…. istri Toni anakmu?”, jawabku mencoba menyadarinya.

“Jangan menyebut-nyebut si Toni saat ini, Bapak tahu Toni belum lagi menggauli nak Novi, sejak nak Novi habis melahirkan… Benar-benar keterlaluan tu anak….!!, lanjutnya.

Rupanya entah dengan cara bagaimana dia bisa memancing hubungan kita suami istri dari Toni. Ooooh…. benar-benar bodoh si Toni, batinku, nggak tahu kelakuan Bapaknya.

Mertuaku sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita lain selain ibu mertua dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku akan merasa tersanjung.

Aku mencoba menghindar… tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur. Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam karena telah dipenuhi nafsu birahi. Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian.

Kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya.

“Yahh… biar Novi mengocok Ayah saja ya… karena Novi nggak mau ayah menyetubuhi Novi… Gimana…?”

Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak. Raut mukanya kelihatan sedikit kecewa namun bercampur sedikit lega karena aku masih mau bernegosiasi.

“Baiklah..”, kata mertuaku seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya

Mungkin inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya.

Ugh! Sialan, ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik, batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan terkesima melihat batang kemaluan mertuaku itu….

Oooohhhh…… benar-benar panjang dan besar. Jauh lebih besar daripada punya Toni suamiku. Mana hitam lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi.

Tanganku bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam tanganku. Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku.

“Ooooohhh…..sssshhhh…..Noviii…eee..eeenaaak… betulll..!!!” Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajah mertuaku meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya.

Aku mulai bergerak turun naik menyusuri batangnya yang besar panjang dan teramat keras itu. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah, pikirku mulai tenang.

Dua menit, tiga… sampai lima menit berikutnya mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi ke arah dadaku. Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam.

“Nggak apa-apa …..biar cepet keluar..”, kata mertuaku memberi alasan.

Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar cepat selesai, kataku dalam hati. Mertuaku tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku. Aku memang tidak mengenakan kutang kerena habis menyusui si kecil tadi. Jadi remasan tangan mertua langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis.

Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku.

“Novi sayang.., buka ya? Sedikit aja..”, pinta mertuaku kemudian.

“Jangan Yah. Tadi kan sudah janji nggak akan macam-macam..”, ujarku mengingatkan.

“Sedikit aja. Ya?” desaknya lagi seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka. Aku jadi gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke pinggang sudah telanjang. Nafas mertuaku semakin memburu kencang melihatku setengah telanjang.

“Oh.., Novii kamu benar-benar cantik sekali….!!!”, pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, yang mulai basah dengan air susu. Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan.

Aku harus bertindak cepat. Tanpa pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi. Aku sudah tidak mempedulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya. Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang kontolnya semakin mengganas sampai-sampai mertuaku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku.

Aku tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini ternyata berakibat fatal bagiku. Sudah hampir setengah jam, aku belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku. Aku jadi penasaran, sekaligus merasa tertantang. Suamiku pun yang sudah terbiasa denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama. Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa ia memakai obat kuat?

Saking penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku padaku. Entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat!

Begitu menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal kenapa memulainya. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku kecolongan.

Aku Rela Digoyang Oleh Ayah Mertua Sendiri

Mertuaku dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih.

Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan mertuaku di sekitar itu. Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku.

Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. Mulutku bermain dengan lincah. Batangnya kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal. Maklum, masih menyusui.

Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tak berdaya.

Aku semakin tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang lahar panas yang mengalir begitu cepat.

“Oooohhhhh…….aaaa….aaaaa……aaauugghhhhhhhhh..!!!!!” aku menjerit lirih begitu aliran itu mendobrak pertahananku. Kurasakan cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara batang kontol mertuaku masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja.

Aku mengeluh karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah tak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku. Dengan lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini.

“Noviii…..kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi.., mmpphh..!!!”, katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya.

Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku.

Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol’. Diwajah mertuaku kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus.

Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat.

Mertuaku menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin.

Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Mertuaku menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya.

Ia tahu persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang kontolnya dalam memekku. Aku ingin segera membuatnya `KO’. Terus terang aku sangat penasaran dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan.

“Yah..?” panggilku menghiba.

“Apa sayang…”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa.

“Cepetan..yaaahhhhh…….!!!”

“Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa…….?” tanyanya pura-pura tak mengerti.

Aku tak menjawab. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu. Namun mertuaku sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.

“Novii….iiii… iiiingiiinnnn aaa…aaayahhhh….se….se.. seeegeeeraaaa ma… masukin..!!!”, kataku terbata-bata dengan terpaksa.

Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku ini!?

“Apanya yang dimasukin…….!!”, tanyanya lagi seperti mengejek.

“Aaaaaaggggkkkkkhhhhh…..ya…yaaaahhhh. Ja…..ja….Jaaangan siksa Noviiii..!!!”

“Bapak tidak bermaksud menyiksa kamu sayang……!!”

“Oooooohhhhhh.., Yaaaahhhh… Noviii ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Novi…… uugghhhh..!!!”

Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu. Aku merasa seperti wanita jalang yang haus seks. Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau dikata, memang aku sangat menginginkannya segera.

“Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya”, kata mertuaku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku.

“Uugghh..”, aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontol mertuaku memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, kontol mertuaku sangat panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam.

Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya.

Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan.

Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang mertuaku menjejal penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku.

“Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..!!!”, aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.

Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian mertuaku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Toni suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami.

Mertuaku bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku. Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya.

Melihat reaksiku, mertuaku mempercepat gerakannya. Batang kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh mertuaku sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar.

Aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat.

Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu.

“Yaaaah.., ooooohhhhhhh.., Yaaaahhhhh..eeee…eeennnaaaakkkkkkkk…!!!”

Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya.

“Sayang nikmatilah semua ini. Bapak ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya belum pernah kamu alami….”, bisik ayah dengan mesranya.

“Bapak sayang padamu, Bapak cinta padamu…. Bapak ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..”, lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis.

Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku…????. Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi. Mertuaku terkejut melihat ini. Ia nampak begitu khawatir melihatku menangis.

“Novi sayang, kenapa menangis?” bisiknya buru-buru.

“Maafkan Bapak kalau telah membuatmu menderita..”, lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku semakin sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan adil menyikapinya.

“Bapak tidak salah. Novi yang salah..”, kataku kemudian.

“Tidak sayang. Bapak yang salah…”, katanya besikeras.

“Kita, Yah. Kita sama-sama salah”, kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan masalah ini lagi.

“Terima kasih sayang”, kata mertuaku seraya menciumi wajah dan bibirku.

Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih penasaran dengannya. Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku.

Aku tak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Biarlah terjadi seperti ini, toh mertuaku tidak akan selamanya berada di sini. Ia harus pulang ke Amerika. Aku berjanji pada diriku sendiri, ini merupakan yang terakhir kalinya.

Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya.

Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya.

Kulirik kewajah mertuaku kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh mertuaku. Selangkanganku berada persis di atas batangnya.

“Akh sayang!” pekik mertuaku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi

Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor, patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri!

“Ooohh… oohhhh… oooouugghh.. Noviiiii.., luar biasa…..!!!” jerit mertuaku merasakan hebatnya permainanku.

Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan mertuaku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin, sehingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya.

Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya.

Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat.

Sprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda.

Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma.

Kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina binal yang sedang birahi.

“Eerrgghh.. ooooo….ooooooo…..oooooouugghhhhhh..!!!!” mertuaku berteriak panjang.

Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan ayah mertuaku.

Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka.

“Oooooogggghhhhhhh.. yaahh..,nik….nikkkk nikmaatthh…. yaaahhhh..!!!!” jeritku tak tertahankan.

Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam!

Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku tiba-tiba terusik.

Cerita  sex : Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya

Sepertinya aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah…. Karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip…. tapi aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan akhirnya tertidur dalam pelukan mertuaku, melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di sore ini di kemudian hari…..

#Aku #Rela #Digoyang #Oleh #Ayah #Mertua #Sendiri

Cerita Dewasa Aku Diperkosa, Terbaru Malam Ini

Cerita Dewasa Aku Diperkosa – Cerita dewasa saya kecanduan setelah diperkosa – udara panas malam itu, sangat sulit bagi saya untuk tidur. Saya berubah menjadi neligi tipis dan tertidur hanya setelah menyalakan kipas angin. Saat saya sedang bermimpi, Pak Jali, sopir pribadi keluarga Pak Dimas, datang menemui saya. Lucunya, Pak Jhali datang melihat saya telanjang bulat.

Meskipun dia setengah baya dan sedikit pendek, dia memiliki tubuh yang kuat dan berotot. Tipikal orang desa yang suka kerja keras. Dan hal yang menggelitik saya adalah “terong” yang menggantung indah di pangkal paha. Ah…, seperti itu menggemaskan. Perlahan dia menghampiriku lalu meremas payudaraku yang sudah terbuka dengan bebasnya. Entah kenapa kasih sayang Pak Jhali tampak nyata, bukan seperti mimpi. Bahkan, ketika bibirnya yang tebal mulai menyerempet telingaku, aku sempat terkesiap dan perlahan terbangun dari tidurku.

Cerita Dewasa Aku Diperkosa

Tapi betapa terkejutnya saya ketika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata apa yang saya alami tadi bukan hanya mimpi. Terbukti di depan saya bahwa memang sosok Pak Jali yang memeluk tubuh saya.”Pak Jali…! Apa yang kamu lakukan…?” Aku menopang tubuh Pak Jhali begitu keras hingga dia tersungkur. Segera kututupi tubuhku yang hampir telanjang. Sudah lama aku memendam nafsuku padamu…!” Lagi-lagi Pak Jhali mencoba memeluk tubuhku. Tapi lagi-lagi aku menopang tubuhnya dengan kuat di belakangnya. “Pergi…!” Aku berteriak, “Atau aku akan berteriak!” Tolong berteriak! Kamu hanya berteriak. Karena tidak ada yang akan mendengarmu.

Cerita Porno Ketagihan Diperkosa Tukang Kebun

Apakah Anda lupa, Pak Dimas dan keluarganya berangkat touring ke Bandung malam ini! Jadi lebih baik kamu menuruti saja keinginanku!” Pak Jali tertawa sinis. Saya lebih takut ketika Pak Jali kembali kepada saya. Segera aku melompat dari tempat tidur dan mencoba berlari telanjang menuju pintu. Tapi sayang! Saya bertepuk tangan dengan keras bersama Pak Jhali. Dengan bunyi gedebuk, dia menerjangku dari belakang dan menjepitku ke dinding. Tangannya memegang tanganku erat-erat ke dinding, bahkan kakinya membuatku sulit untuk bergerak. Aku mencoba berjuang dengan sekuat tenaga. Tapi percuma, kekuatan Pak Jali jauh lebih kuat dari kekuatan saya yang hanya seorang wanita.

Semakin kuat saya berjuang, semakin kuat cengkeraman jaring tanaman di tubuh saya. “Tolong, Pak! Lepaskan aku!” Aku menangis dan memohon pada Pak Jhali. Tapi dia bebas. Dia tidak mendengarkanku. Bahkan, Pak Jhali memukuliku dengan liar dengan ciuman mematikannya. Lama-kelamaan, kekuatanku habis. Tubuhku menjadi pincang. Lenyap. Tak ada lagi yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa pasrah dan mengikuti aturan main Pak Jhali. Lambat laun cengkeraman Pak Jhali mulai mengendur.

Sikapnya yang awalnya kasar mulai melunak. Bahkan, saya mulai ikut bermain ketika Pak Jhali mulai menggosok kemaluannya dengan lembut ke paha saya. Seketika kaki saya lemas dan lemas. Saya tidak bisa lagi menopang berat badan saya sendiri, jadi saya mulai tenggelam. Namun dengan cepat, Pak Jhali segera meraih tubuh saya, mengangkatnya dan membawa saya ke tempat tidur. Sesaat senyum tersungging di wajah Pak Jali. Kemudian dia mulai dengan lembut menggiling bibirku. Entah kenapa aku tidak bisa menahannya. Bahkan, saya memiliki dorongan kuat untuk membalas naksirnya.

“Yah…, seperti, Lis! Jika demikian, ini bahkan lebih baik! ” Pak Jhali berkata dengan gembira. Lagipula, sudah lama sekali aku tidak berhubungan dengan laki-laki.” Sekali lagi, Pak Jally tersenyum senang. “Kalau begitu, Lis, kenapa kamu mencoba memberontak?” “Aku heran. Di balik penampilanmu yang rendah hati, bagaimana kamu bisa tega mencoba memperkosaku. Alih-alih …, oh baiklah! Yang penting sekarang adalah aku milikmu!” Pak Jali mulai menciumku lagi. Ciumannya mulai menjalar ke leherku dan kemudian turun ke payudaraku.

Cerita Sex Dewasa Pak Rt Nakal

Kumisnya yang tebal dan kasar menyentuh kulit dadaku, membuatku merasa seperti terbang di angkasa. Sementara tangan kirinya meremas payudaraku, tangan kanannya sibuk membuat lekukan di selangkanganku yang menurutku enak. “Oh…, Pak Jali! Jangan menyiksaku seperti ini!” teriakku, Pak Zali mengabaikanku. Sebaliknya, dia membersihkan rumput liar yang menghalangi pintu masuk gua Darbakuku. “Wow…, Lis! Senang sekali melihatmu. Manis sekali. Warnanya merah muda dengan baunya. Oh…, alangkah menawannya. Bagaikan bunga mawar merah yang indah mekar di pagi hari. Anda pasti telah merawatnya dengan baik. Oh…,

Lisa! Saya sangat suka dengan meme seperti ini…!” Pak Jali perlahan mengeluarkan lidahnya dan mengusap permukaan belahan dadaku. Kedengarannya kasar, sungguh. Tapi enak!” Ayo Pak…! Ah…, aku tidak tahan lagi. Saya terus memohon kepada Pak Jhali. Tapi dia terus mempermainkan emosiku. Akibatnya, saya mencari inisiatif lain. Saya mencoba menemukan tubuh kaku Pak Jhali dengan terong yang menjuntai dari selangkangannya. Dan tidak sulit bagi saya untuk menemukan terong sebesar itu. Dengan lembut dan manja, aku mulai menggoyang-goyangkan penis Pak Zali, dengan pijatan yang membuatnya bergidik.

Aku perlahan membimbing penisnya ke meow saya yang berisi air. Tapi dengan keras kepala, Pak Jhali hanya menempelkan ujung kepala penisnya di labia saya dan menggosoknya. Kedengarannya menggelitik, Bu. Sebaliknya saya pikir itu bagus. Saya tidak pernah menikmati ini. “Oh…, Pak Jali! Ayo….Aku tidak tahan lagi…, cepat dan masuk ke dalamnya!” Aku tidak bisa berhenti bersikap seperti ini. Aku perlahan mengangkat pantatku untuk menyambut Tuan.

Kemudian saya menekan pantat Pak Jali ke bawah agar penis bisa menembus sepenuhnya. Aku menjerit kecil saat penis besar Mr. Jhali menembus saluran vaginaku. Awalnya terasa kencang dan sakit, karena ukuran kontol Pak Jali sangat besar dan panjang dibandingkan dengan suami saya. Tapi setelah brinjal itu tertanam di vagina saya untuk sementara waktu, gigitan itu berangsur-angsur berubah menjadi rasa yang enak, perlahan Pak Jhali mulai menggoyangkan pantatnya ke atas dan ke bawah.

Ranjang Yang Ternoda Pt 2

“Oh.., pak! Sst…, enak pak!” Aku bicara omong kosong. Ohhh…!” Saya menuruti kata-kata Pak Jhali. Saya mencoba meniru nada dan gerakan bagus yang dibuat Pak Jhali. Gesekan halus antara penis Pak Jhali dan dinding vagina saya terasa nikmat. … kalau begitu… goyangkan pantatmu! Uuuhh…, ohhh…, ya…!” Pak Jali tampak seperti sedang merasakan permainan kami. Aku memejamkan mata dan melihat wajahnya meregang, seolah-olah mengisap sedotan dari vaginaku. Terkadang erangan dan desis kenikmatan terdengar dari bibirnya. Aku juga merasakan dorongan mantap dari Pak Jali. .kontol Jali..Sebaliknya aku memeluk tubuh pak Jhali yang kurus kering.Seolah tidak ingin menghentikan permainan.Peluh mengucur deras dari pori-pori tubuh kami,sehingga dada berbulu lembut Pak Jhali mengkilat karena basah oleh keringat Tak sangka setengah abad Bahkan di usia tua, Pak Jhali terbukti memiliki daya tahan yang luar biasa. Sampai-sampai saya diliputi oleh goncangan dan hantaman maut. Alhasil, saya digelitik oleh sesuatu yang ada di dalam rahim saya. .“Oh…, Pak! Aku…, Mau..keluar…!Ssshhhtt…, Arrhhhhggg…!” Saya tidak bisa lagi menghentikan benda yang mendorong keluar dari rahim saya. Tapi Pak Jhali masih terus menggerakkan penisnya keluar masuk dan menusuk gua Darbaku saya. Dan setelah beberapa menit, saya juga mulai berdenyut-denyut penis Pak Jhali di vagina saya.

Sampai hasilnya….”Aaooooh…, Lis! Ini enak! “Ayam Pak Jali berlumuran mani putih kental. Pak Jalipun kemudian jatuh ke samping saya. Dia kehabisan napas dan tampak lelah. “Oh…, Pak Jali! Anda benar-benar hebat. waktu. Terima kasih, Pak!” Kupeluk tubuh Pak Jali yang kekar, kusandarkan kepalaku di dada Pak Jali dan kubelai lembut rambut halus yang berdiri anggun hingga ke pangkal pahanya. selalu buruk. Tidak. Kali ini, saya mengharapkannya lagi….

Cerita Dewasa Cerita Panas Cerita Dewasa Cerita Seks Bocap Cerita Seks Hot Cerita Seks Bibi Cerita Seks Cerita Besar Cerita Seks

Masukkan nama pengguna atau email yang Anda gunakan di profil Anda. Tautan pengaturan ulang kata sandi akan dikirimkan kepada Anda melalui email.

Cerita Sex Petaka Meminjam Uang Pada Boss Cina

Kami telah mengetahui bahwa Anda menggunakan ekstensi untuk mencekal iklan. Harap dukung kami dengan menonaktifkan pemblokir iklan ini. Sex Story Aku Pemerkosaan oleh Anak Kost – Saya seorang janda muda berusia 29 tahun, nama saya Yossi tetapi kebanyakan orang memanggil saya Ichi. Saya baru menjanda selama 2 tahun dan belum dikaruniai anak. Suami saya meninggal mendadak di usia muda. Saya tidak tahu apa sakitnya, tidak jelas, saya pergi ke rumah sakit suatu hari dengan cepat dan meninggalkan saya. Tapi aku tidak membuatnya sedih lama-lama.

Suami saya memiliki rumah kos yang sangat besar dan sekarang menjadi milik saya. Ini adalah satu-satunya sumber mata pencaharian saya, saya hidup dari biaya asrama. Anak-anak muda banyak yang kos disini, saya bebas buka kost untuk anak laki-laki dan perempuan agar peminatnya banyak. Ada 15 kamar yaitu 750 ribu rupiah per bulan, yang menjadi sumber mata uang saya.

Lebih dari cukup untuk membeli barang-barang yang saya butuhkan untuk hang out bersama teman-teman. Penampilan saya menarik dan rapi, wajah saya mulus karena selalu dirawat. Saya merawat wajah sehingga terlihat seperti daun muda. Saya selalu menjaga penampilan saya karena saya seorang janda, pasti ingin mencari pasangan lagi.

Kebanyakan orang mengatakan bahwa saya adalah bibi yang cantik dan bibi yang cantik, jadi wajar bagi saya untuk selalu terlihat seksi dan menawan. Makeup selalu menempel di wajahku, lipstik cerah membuat wajahku terlihat lebih intens. Saya sudah lama melupakan suami saya, saya hanya bisa berdoa untuknya, kesedihan hanya membuat saya terlambat dan terlihat tua, sehingga hidup saya selalu bahagia.

Cerita Sex Mama Tak Pernah Marah Aku Ngentot Kakakku

Banyak teman kaya telah menyembuhkan hati saya. Saya sendiri yang mengurus kost, mertua saya juga menitipkan kost tersebut. Sudah milik pribadi

#Cerita #Dewasa #Aku #Diperkosa

Cerita Sex Aku Mengahmili Bunda Aku Sendiri Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Aku Mengahmili Bunda Aku Sendiri

Perkenalkan namaku Terry usiaku 18 tahun dengan tinggi badan 172 cm dan berat 70 kg. Aku sendiri adalah anak tunggal. Saat ini aku baru saja lulus dari salah satu SMA di kota Surabaya dan sedang belajar intensif untuk menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Papaku bernama Martin Tan adalah seorang pengusaha keturunan Tionghoa berusia 41 tahun dengan postur tinggi 175 berat 72 kg. Sedangkan Bundaku yang bernama Asifa Khan adalah wanita keturunan Pakistan berusia 39 tahun dengan postur tinggi 170 cm dan berat 68 kg bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga namun juga memiliki bisnis online baju-baju perempuan yang ia jalankan dari rumah. Percampuran darah Tionghoa-Pakistan inilah yang akhirnya berpengaruh pada fisikku. Aku mewarisi mata sipit khas Tionghoa dari Papaku dan juga hidung mancung khas Pakistan dari Bundaku.

Cantik. Itulah kata pertama tiap teman-temanku melihat Bunda. Mereka selalu berkomentar seperti itu karena paras Bundaku memang rupawan seperti artis Bollywood. Di usianya yang mendekati 40 tahun, kulit Bunda masih terlihat kencang, juga putih dan mulus. Buah dadanya menonjol besar berukuran 36D, pantatnya bahenol, hidungnya yang mancung, sedangkan rambutnya pendek sebahu sehingga lehernya yang jenjang terlihat begitu seksi.

Awalnya aku tidak menaruh perasaan apa-apa, namun semua berubah ketika aku nyelonong masuk ke dalam kamarnya pada suatu hari. Aku kaget sebab di dalam ternyata ibu sedang berganti baju. Terlihat ia hanya mengenakan kutang hitam serta celana dalam hitam yang melekat pada tubuh seksinya. Pemandangan yang menggiurkan sekali.

Lama aku menatapnya. Begitu juga dengan Bunda. Kami sama-sama bengong karena saking kagetnya. Namun, aku sadar duluan. Begitu malu, aku pun langsung menutup kembali pintu kamarnya.

Tak lama, Bunda yang telah selesai memakai pakaian, keluar dan menghampiriku yang sedang duduk di kursi sambil menonton tv. Aku pun segera meminta maaf.

“Maaf, Bun. Tadi nggak sengaja.”

Dia tersenyum. “Iya, nggak papa. Bunda dah tau kok.” Ia berbuat seolah-olah kejadian itu tidak pernah terjadi sehingga membuatku menjadi lega.

Setiap pagi aku melihat Bunda menyapu dan mengepel rumah. Aku sering melihat dua susu montoknya bergelayutan indah di balik baju longgar berbelahan rendah yang sering ia kenakan. Sungguh pemandangan indah walaupun melihat hal itu membuatku tersiksa akibat harus menahan konak dan gelora birahi.

Jika Bunda sedang menyapu atau mengepel rumah, aku sering iseng. Sengaja aku biarkan kakiku berada di lantai walaupun berkali-kali Bunda menyuruhku menaikan kaki ke atas kursi, dengan sengaja aku tidak menuruti perintahnya. Hal tersebut sering membuat Bunda agak kesal walaupun ia tidak pernah marah, ia hanya mencubit pahaku jika aku sudah berbuat demikian.

Aku sih senang-senang saja dicubit olehnya karena jadi punya alasan untuk membalas. Kalau dua mencubit, kubalas dengan menggelitik pinggang Bunda sampai akhirnya kami berdua duduk sambil tertawa bersama di sofa. Ketika aku menggelitik pinggangnya, ibu sering meronta ke sana ke mari sehingga jari-jariku bisa menyentuh susu montoknya secara tidak sengaja. Badannya juga sering pula berlabuh di pangkuanku akibat kegelian karena aku gelitik. Posisi demikian membuatku gelisah sebab aku takut kontolku yang mengeras tegang diketahuinya.

Aku tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah merencanakan untuk bersetubuh dengan Bundaku sendiri. Selain seleraku lebih tertuju pada gadis muda seperti teman sekolahku Reva, aku pun menghormati ia sebagai perempuan yang sudah melahirkanku ke dunia. Tapi ternyata apa yang aku bayangkan menjadi kenyataan, aku menggauli Bundaku hampir setiap hari, setiap ada kesempatan.

Kejadian awal bermula ketika Papa pergi dinas ke luar kota selama seminggu. Rumah jadi sepi, hanya tinggal aku berdua bersama Bundaku. Seperti pagi-pagi biasanya, ibu menyapu lantai dan mengepel rumah. Aku yang duduk sambil menonton tv kembali iseng dengan tak mau menaikkan kaki. Bunda yang menyaksikan ulahku itu langsung mengomel.

“Aduh, sayang, kamu bandel amat sih!” ucapnya sambil mengeluarkan jurus mencubit pahaku.

Aku yang mendapat serangan, tentu tak tinggal diam. Kubalas menggelitik pinggangnya. Bunda tertawa kegelian sambil menggelinjang tak karuan. Akhirnya ia memeluk pinggangku erat-erat dengan kepala berada tepat di perutku. Posisi demikian membuat kontolku yang sudah tegang dan keras tertindih oleh susunya yang montok. Sungguh membuat darahku berdesir. Birahiku menjadi naik namun masih dapat aku kendalikan.

Masih dalam posisi demikian, Bunda akhirnya menyerah dan memintaku menghentikan gelitikan. Aku pun berhenti. Ia kemudian melepas pelukannya pada pinggangku, lalu ia bersandar di kursi sambil terengah-engah kecapekan. Tampak keringat membasahi wajahnya yang cantik. Aku terpana melihatnya, Bunda nampak seksi dan bercahaya.

Ia mengusap-usap lembut kepalaku sambil tetap duduk bersandar. Aku pun tak tinggal diam, aku lap keringat di wajah dan keningnya. Ia tersenyum manis melebihi biasanya. Tiba-tiba entah dorongan dari mana, aku berani mencium kening Bundaku sendiri. Yang aku rasakan, secara tiba-tiba aku menjadi sayang kepada Bunda dan menjadi ingin lebih dekat dengannya.

Mendapat perlakuan demikian, Bunda tidak marah. Malah ia menyentuh lembut pipiku dan tanpa kusangka diteruskan dengan mencium lembut bibirku. Mendapat rambu tersebut, aku pun balas mencium bibirnya sampai akhirnya kita saling berpagutan.

Awalnya memang ciuman biasa, tapi setelah cukup lama, tiba-tiba lidah Bunda menerobos masuk ke dalam mulutku. Hal tersebut tidak aku sia-siakan, cepat kuusap-usap lidahnya dengan lidahku dan mengenyot lidahnya lembut. Bunda melingkarkan kedua tangannya melingkari leherku, membuat tanganku mulai berani menjamah susunya yang montok. Sambil tetap berciuman, kuusap memutar dan kuremas-remas lembut susu Bunda.

“Sssssshhhhhh eeeehhhhmmmm…” desahnya.

Terasa hangat hembusan napas ibu saat ia melepas bibir bawahnya untuk menarik napas. Ciuman kami sudah semakin panas, juga bertambah liar dan basah. Tak cuma bibir, aku juga mencium dan menjilati leher Bunda yang basah oleh keringat dan juga anting-anting emasnya yang cantik. Bunda menjadi semakin bernafsu, tangannya tak lagi melingkari leherku, melainkan sudah meremas-remas kepala serta rambutku.

Secara perlahan, kubuka kaos putih yang ia pakai. Tampak kutang hitam favoritnya yang pernah aku lihat tempo hari. Bunda hanya diam, pasrah, bahkan cenderung meminta. Segera aku jilati bagian atas susunya yang tidak tertutup kutang. Kuhisap dan kukenyot-kenyot perlahan hingga membuat Bunda menjadi gelisah karena birahi yang semakin memuncak.

“Buka saja, sayang!” Dia mendesah, memintaku agar segera menelanjangi dirinya.

Dengan tangan gemetar kubuka kutang itu untuk memudahkanku memainkan bulatan susunya. Kulit Bunda yang putih membuat areola yang melingkar di tengah susunya tampak menggiurkan; berwarna coklat muda kemerah-merahan. Namun sayang, putingnya kecil sehingga hanya sedikit menonjol walaupun sudah menjadi keras di tengah susunya yang padat dan kenyal.

“Cuma mau megang? Nggak mau nyium?” tawar Bunda.

Mengangguk mengiyakan, aku langsung menghisap, menjilat, dan mengenyot-ngenyot dengan lembut susu serta putingnya. Bunda bergerak-gerak gelisah menandakan birahinya sudah semakin memuncak, sampai akhirnya tangannya sudah berada di atas kontolku di luar celana pendek yang kukenakan.

Bunda mengusap-usap kontolku sedikit kasar. Namun, walau mendapat perlakuan demikian, aku tetap liar memainkan lidah dan mulutku pada kedua susunya yang montok, kenyal, serta padat itu.

Bunda kemudian berdiri melucuti rok pendek dan menurunkan celana dalamnya sendiri. Tampak memeknya begitu tembem tanpa ada bulu sedikitpun.

“Wow, seksinya!” bisikku dalam hati.

Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung beserta celana dalamnya, kontolku yang berukuran 20 cm sudah sangat keras kontan meloncat menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak Bunda kaget melihat kontolku yang besar dan panjang, wajahnya memerah saat menatap.

“Cuma dilihat doang, Bun? Nggak pengen pegang?” tanyaku balik.

Bunda tersenyum. Masih dengan mata tak berkedip, ia mulai menyentuh dan mengusap-usap lembut batang kontolku. Dengan antusias ia memajukan wajah hingga kontolku menempel di bibirnya.

“Eehmm… Bun!” aku merintih saat ibu mulai menciumi batang kontolku. Dan, “Oouughhhh…” aku menjerit begitu masuk terkulum mulutnya.

Bunda semakin liar bermain dengan kontolku, ia terus menjilat dan memaju-mundurkan kepala. Ibu ternyata mahir juga sehingga kontolku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala kontolku ia kenyot-kenyot lembut sambil tangannya meremas biji pelerku. Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki.

Sempat muncul berbagai pikiran dalam otakku, “Aneh, Bundaku yang terlihat seperti wanita baik-baik, yang tidak suka keluyuran serta lugu ini, begitu pandai mengoral kontol. Apa mungkin ia sering menonton film bokep ya? Atau, ia mungkin sudah sering melakukannya!”

Melihat Bunda yang sudah kelelahan, kuminta dia agar duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.

Terlihat memeknya yang tembem tanpa bulu. Aku segera menjilati memek itu dengan perlahan dan lembut, mulai dari liangnya yang kecil sampai itilnya yang menonjol kaku. Hampir seluruh kulit tubuh Bunda menjadi merah ketika aku semakin cepat mempermainkan lidah dan mulutku pada belahan memeknya.

“Aaaaaaaeeeeehhhhhh ssssshhhhh…” desah Bunda sambil tubuhnya tak bisa diam, terus bergerak kian kemari akibat mendapat sensasi nikmat pada lorong memeknya.

Kucoba mencolokkan jari tengahku ke liang memek yang sudah sangat basah itu, peret sekali dan agak sulit. Kugerakkan perlahan-lahan sambil mulutku terus mengenyot dan menjilat, itil Bunda kurasakan sudah sangat mengeras. Dia semakin mendesah dan mengerang sambil tangannya mencengkeram agak kuat rambut serta kepalaku.

“Eeeemmhhhh, ooouuuuuuhhhhh… eeessssshhhhhhh!” rintihannya membuat suasana semakin panas.

Aku terus menjilat, menghisap, dan mencucup itilnya berkali-kali, terkadang dengan kenyotan agak kuat, sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit hingga Bunda mencapai orgasmenya.

“Aaaaaaaaahhhhh, ooooouuuuhhhhh…!” erangnya keras. Tangannya mencengkeram kuat kepalaku, menekan pada belahan memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil tubuhnya menggelinjang ke sana-kemari.

Cairan kenikmatannya menyembur deras, membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas ibu masih terengah-engah.

“Mau dilanjutkan, Bun?” aku bertanya.

Cerita Sex Aku Mengahmili Bunda Aku Sendiri

Bunda hanya mengangguk, tak bisa bersuara.

Kuminta dia agar menungging. Tanpa banyak basa-basi, Bunda segera berbalik dan menekuk tubuhnya, kini dia menungging di sofa. Aku berdiri di belakangnya, tersenyum, merasa senang karena bisa leluasa melakukan penetrasi ke dalam liang memeknya.

Sambil tangan kananku mencengkeram pantat bulat Bunda yang bahenol, kuarahkan kontolku menuju lubang memeknya. Cukup sulit kepala kontolku memasuki lubang itu, terasa peret dan sempit sekali.

“Nggak bisa masuk, bun.” aku berkata.

“Dorong terus! Nanggung!” Ibu mendesah.

Dengan satu dorongan kuat, aku melakukannya. Bunda membantu dengan membuka belahan memeknya lebih lebar lagi. Kutusuk sekuat tenaga hingga kontolku melesak, terbenam di liang memek Bunda yang sempit.

“Aagghhhh…” kami sama-sama melenguh meski baru kepala kontolku yang masuk.

“Dorong lagi, sayang!” Ibu berkata.

Aku mengangguk. Dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya, kontolku kembali meluncur masuk. Memek Bunda terasa mencengkeram kuat dan masih agak peret ketika kontolku sudah terbenam seluruhnya.

“Kamu sudah nggak perjaka lagi, sayang. Hihi…” Bunda tertawa.

Aku tersenyum. “Aku senang melakukannya bersama Bunda!”

“Nah, sekarang goyang. Puaskan Bundamu ini!” Dia meminta.

Dengan perlahan, aku mulai menggoyangkan pinggul. Awalnya agak sedikit kaku. Tapi dengan bimbingan Bunda dan arahan darinya, tak lama aku mulai lancar. Dari gerakan melingkar, aku pun mulai memaju-mundurkan kontolku secara perlahan. Menyetubuhinya!

“Aagghhhh… terus, sayang! Tusuk yang keras! Terus!” Ibu merintih, menggelinjang keenakan.

Begitu juga denganku, kurasakan liang memek Bunda sudah dapat menyesuaikan dengan kontol besar dan panjang milikku. Aku jadi lebih leluasa dalam menyetubuhinya.

“Eeeemmmm eeeemmmhhh… enak! Terus, sayang!” desah Bunda.

Aku semakin semangat memompakan kontol. Sambil berpegangan pada bokong bulat ibu, kutambah kecepatan ayunan sehingga bunyi plok plok plok menjadi kian gencar dan keras.

“Aaaaahhhhhhh, aaaaaeeeeehhhhhh… ssssshhhhh, ooooouuuhhhh!” desah ibu seiring gerakanku yang semakin cepat.

Kini kedua tanganku meremas-remas agak kuat pantat bulatnya, juga sesekali menyambar bongkahan payudaranya yang bergelantungan indah. Terdengar desahan dan erangan Bunda semakin liar membahana karena nafsu birahi, dia sepertinya tak peduli jika teriakannya akan terdengar oleh tetangga.

Tampak Bunda mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan kontolku.

“Sayang, aku keluar! Aaaaaaooooouuuhhh, oooooouuuuuwwww, sssssshhhh!” erang ibu saat mendapat orgasme kedua.

Kuhentikan gerakan sejenak, kunikmati kedutan-kedutan memek Bunda pada batang kontolku yang masih terbenam kuat. Terasa kontolku seperti diremas-remas, sungguh nikmat sekali.

Ketika gelora orgasme Bunda sudah mereda, aku segera menelentangkan tubuhnya. Dengan penuh pengertian Bunda merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukkan kontolku ke dalam lubang memeknya.

Bibir memeknya masih memerah. Hanya memandang sudah membuatku menelan ludah. Sungguh indah sekali. Tanpa bulu, tembem, dan merekah basah.

“Ayo, sayang! Tunggu apa lagi?” kata Bunda, tersenyum.

“I-iya, Bun!”

Kutindih tubuhnya, kuarahkan kontolku tepat ke lubangnya yang mungil. Dengan mudah aku masuk. Sambil memeluk dan menciumi bibir Bunda, aku mulai bergerak maju mundur. Goyanganku membuat kedua susu montok ibu bergoyang-goyang turun naik. Indah sekali.

“Aaaaaaeeeeehhhh, eeeehhhmmmmm, oooooouuuuuhhhh!” desah ibu.

Aku terus mengocok kontol dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata Bunda terpejam, mulutnya menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan yang sangat sensual.

Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Kuremas-remas, terasa begitu montok, padat, dan kenyal. Aku terus memeganginya, mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman kuat sambil terus memaju mundurkan pinggul. Kontolku menembus lubang memek Bunda dengan sangat cepat.

“Ooughhh, sayang! Aauughhh!” Dia menggelinjang di atas kursi. Matanya terpejam, pipinya nampak semakin memerah, sementara mulutnya menganga sambil tak henti-henti mengeluarkan desahan serta erangan.

Aku yang terus memompakan kontol mulai merasakan gatal dan geli di kepala kontol, menandakan sebentar lagi orgasmeku akan segera tiba.

“Aaaaaaoooouuuwwww, aaaaaaahhh… aku keluaaaar!” erang ibu, sambil memeluk tubuhku erat. Ternyata dia sudah mendahului.

Hampir berbarengan dengan orgasmenya, aku pun menjerit juga. Badanku terkejang-kejang, sementara cairanku menyembur deras memenuhi liang rahim Bunda. Kami berpelukan, berciuman, menikmati saat-saat indah itu.

Lama tidak ada yang bergerak, dengan kontolku tetap menancap di belahan memeknya, sampai akhirnya aku bangkit. Kucabut kontolku dari jepitan memek Bunda. Terlihat begitu banyak sperma mengalir keluar dari celah belahannya yang sempit.

“Terima kasih, Bun.” Aku berbisik, kembali mencium bibirnya.

“Bunda yang harusnya terima kasih.” Dia tersenyum, lalu mengajakku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di sana, sambil menyabuni tubuh montok Bunda, aku mendengarkan pengakuannya. Ternyata dia rela menyerahkan tubuhnya karena sudah tidak tahan lagi. Sudah setahun ini Bunda tidak mendapatkan nafkah batin yang cukup dari Papa.

“Kok bisa, bun?” tanyaku sambil mengurut-urut bulatan payudaranya.

“Papamu suka loyo, kontolnya kadang bisa ngaceng kadang enggak!” jawab Bunda.

“Oo pantes!” Aku memeluk tubuhnya. “Kalau gitu aku siap jadi pengganti Papa. Bunda mau?”

Bunda tidak menjawab. Tapi dari kakinya yang mengangkang, siap untuk kusetubuhi, aku tahu jawaban yang ia berikan. Aku pun kembali memasukkan kontolku ke memeknya yang masih licin akibat cairan kami berdua.

“BLESS BLESS OHH OHH OHH!”. Erangku menahan kenikmatan.

Bunda sendiri hanya hanya mendesah menikmat sodokan penisku. Aku pun mencium bibirnya, lehernya, anting-anting di telinganya dan juga kedua payudaranya yang super montok. Aku begitu bergairah pada permainan kedua ini. kusodok memek Bundaku dengan penuh nafsu.

“OHH OHH OHH Bunda Nikmat Bunda OHH OHH OHH!”. Erangku padanya.

“Iya sayang Bunda juga nikmat OHH OHH OHH!”. Balasnya padaku.

Permainan kedua ini berlangsung cukup panas. Kami pun berganti-ganti gaya dari mulai aku misionaris, women on top, doggie style, dan juga posisi menyamping. Semua begitu nikmat dan menghanyutkan.

Tak terasa 45 menit sudah berlalu. Bunda sendiri sudah 3 kali orgasme. Spermaku juga sudah terasa akan keluar. Dalam posisi misionaris ini aku pun menyodok memeknya lebih dalam lagi sampai menyentuh rahim Bunda. Setiap kontolku menyentuh pintu rahimnya aku merasakan rasa nikmat yang teramat sangat. Sempat terpikir olehku bagaimana kalau nanti Bunda hamil akibat semburan spermaku di dalam rahimnya? Namun karena sudah kepalang tanggung aku mengesampingkan hal tersebut, yang penting nafsuku harus tuntas kali ini. perkara hamil atau tidak itu urusan nanti yang penting aku ingin mendapatkan kenikmatan maksimum dari Bundaku yang cantik bahenol dan berdarah Pakistan ini.

“OHH OHH BUNDA AKU MAU KELUAR TERIMALAH BENIH ANAKMU INI OHHH CROOTTT CROOTTT CROOTTT CROOTTT CROOTTT!”. Teriakku sambil menyemburkan sperma ke rahim Bunda dengan kuat.

“OHH Terry SAYANG BUNDA JUGA KELUAR AHH AHH CREEETT CREEETT CREEETT!”. Sahut Bundaku yang juga sudah mencapai orgasmenya.

Akhirnya aku pun ambruk menindih tubuh Bundaku. Nafasku terengah-engah karena kelelahan begitu juga dengan Bunda. Setelah lebih tenang aku mendongakkan kepalaku sedikit sambil menatap wajah Bunda. Kulihat ia begitu bahagia sekali terbukti dengan tatapan matanya yang berbinar-binar melihat anaknya berhasil memberikan kenikmatan seks padanya. Kami pun berciuman mesra sambil berpelukan erat. Entah kenapa dalam posisi seperti ini rasa sayangku pun muncul terhadap Bunda. Aku seakan tidak ingin melepaskan Bunda dariku. Aku ingin memiliki Bunda seutuhnya. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Ya rupanya aku jatuh cinta dengan Bundaku sendiri.

“Bunda makasih ya, aku puas banget hari ini main sama Bunda”. Kataku padanya.

“Bunda juga terima kasih sama kamu Jer”. Balas Bunda padaku.

“Aku sayang Bunda, aku gak mau kehilangan Bunda, I love you Bunda…CUPP”. Kataku sambil memeluknya erat dan mencium bibirnya yang lembut.

Bunda juga sayang kamu Terry, love you too anakku sayang…CUPP”. Timpal Bunda yang juga membalas perkataan dan juga ciumanku.

Setelah berpelukan dan berciuman mesra, aku tersadar apa yang aku lakukan. Ya aku telah mengeluarkan spermaku ke rahim Bunda dengan sangat banyak selama dua ronde persetubuhan kami tadi. Bagaimana jika Bunda hamil? Lalu bagaimana dengan Papa? Karena penasaran aku memberanikan diri untuk menanyakan hal itu padanya sekarang.

“Bunda”.

“Iya sayang”.

“Tadi spermaku aku keluarin di rahim Bunda”. Kataku merasa bersalah sambil menundukkan kepala.

“Gak apa-apa sayang, namanya juga masih perjaka, wajar”. Balas Bunda sambil mengusap kepalaku dengan lembut.

“Terus, kalo nanti Bunda hamil gimana?”. Tanyaku padanya.

“Justru Bunda pengen punya anak lagi sayang, sebenarnya dari dulu Bunda pengen punya anak lebih dari satu, tapi tau sendiri kan Papa kamu sering sibuk sama bisnisnya, apalagi sekarang performa seksnya udah menurun jauh, makanya Bunda gak bisa ngasih kamu adik”. Curhat Bunda sedih.

“Tapi Bun, kalo nanti Bunda hamil benihku terus nanti aku mau panggil dia apa? Kan dia lahir dari rahim Bunda juga sama kayak aku?”. Tanyaku bingung.

“Ya berarti kamu bakalan jadi Papa sekaligus kakak buat bayi di rahim Bunda nanti, apalagi Bunda sekarang lagi subur-suburnya. Kalo spermamu bisa membuahi Bunda hari ini, tahun depan kamu bakalan dapet adik baru sekaligus jadi Papa kandungnya hihihi”. Balas Bundaku sambil tertawa kecil dengan tatapan mata berbinar-binar ke arahku.

Mendengar kata “lagi subur” dari Bundaku otomatis membuat kontolku menegang kembali. Ah aku lanjut main ronde ketiga. Bunda yang menyadari pergerakan kontolku di memeknya mulai tersenyum. Dia tahu bahwa aku menginginkannya lagi.

“Aduh anak Bunda, kok kontolnya ngaceng lagi sih? Gak kasian apa sama Bunda yang udah kecapean gini hihihi”. Kata Bundaku merajuk manja.

“Abis sih, tadi Bunda ngomong “lagi subur”, jadinya kontolku ngaceng lagi deh OHH OHH OHH”. Balasku sambil kembali menyodokkan penisku ke dalam rahimnya.

“Dasar anak nakal, yaudah tuntasin gih nafsumu sekarang sama Bunda, tapi inget ya ini yang terakhir, Bunda masih banyak kerjaan soalnya”. Sahut Bundaku.

Aku pun melanjutkan permainanku. Hampir 30 menit kami bermain. Saat akan klimaks. Kucium anting-anting emas di telinganya lalu kusemprotkan sisa-sisa spermaku ke rahimnya, Bunda pun juga klimaks sambil memelukku erat-erat. Setelah permainan selesai kami pun bergegas untuk membersihkan diri di kamar mandi lalu keluar memakai baju dan beraktivitas seperti biasa. Malamnya bisa ditebak, Bunda mengajakku tidur di kamarnya tapi kami tidak “gituan” karena Bunda beralasan capek mengurus rumah seharian dan juga bisnis onlinenya. Aku pun mengerti dan hanya tidur bersama tanpa mengajaknya berhubungan seks.

Semenjak peristiwa itu, aku bagaikan kecanduan seks dengan Bunda. Hampir setiap hari kami berhubungan seks layaknya suami istri bahkan ketika Papa berada di rumah. Seringkali di waktu malam ketika selesai berhubungan seks dengan Papa, Bunda seringkali menyelinap ke kamarku dan mengajakku berhubungan seks kembali karena ia beralasan Papa tidak mampu memberinya kepuasan seks yang maksimum seperti yang biasa dia nikmati dariku. Aku senang mendengarnya dan selanjutnya kami akan berhubungan seks sampai menjelang pagi dan Bunda akan kembali ke kamarnya agar Papa tidak curiga.

4 bulan sudah aku dan Bunda menjalani hari-hari dengan penuh cinta. Selain menjalani hubungan terlarang dengan Bundaku, aku tetap belajar untuk mempersiapkan diri masuk PTN. Bunda ketika sehabis bercinta denganku selalu menyemangatiku untuk giat belajar agar cita-citaku tercapai. Hari ini di waktu malam tibalah saatnya pengumuman seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dengan perasaan deg-degan aku masuk ke kamar dan membuka laptop dan kuaktifkan modem agar dapat membuka website pengumuman dan kumasukkan nama dan no ujianku. Aku berharap diterima di PTN di kotaku ini supaya aku tidak perlu berpisah dengan Bunda. Setelah kumasukkan semua dataku dan kulihat hasilnya ternyata aku diterima di PTN favorit di kotaku. Aku pun merasa senang sekali saat itu. Aku pun langsung keluar kamar mencari Bunda yang ada di kamarnya untuk memberitahukan kabar gembira ini.

Sewaktu pergi ke kamarnya kulihat Bunda tidak ada disana. Aku langsung bergegas ke dapur dan kulihat Bunda sedang muntah-muntah di wastafel dapur. Ketika selesai Bunda langsung berbalik badan menatapku sayu dan wajahnya yang cantik itu terlihat sedikit pucat. Tanpa pikir panjang aku langsung memeluk Bunda dan memberitahukan kabar gembira ini.

“Bunda, aku diterima di Universitas xxxx, Jurusan xxx”. Kataku sambil memeluknya erat.

Selamat ya sayang, akhirnya anak Bunda tercapai juga cita-citanya”. Katanya sambil menatapku sayu.

“Bunda kok hari ini keliatan pucat banget, Bunda sakit ya”. Kataku sambil menemperkan punggung tanganku ke dahinya.

“Gak sayang Bunda gak sakit kok, Bunda cuma hhmmm”. Katanya agak ragu-ragu menjawab pertanyaanku.

“Iya Bunda kenapa, ayo ngomong jangan bikin aku tambah khawatir”. Desakku padanya.

“Bunda hamil Terry, ini anak kamu”. Jawabnya sambil menempelkan tanganku ke perutnya.

“Beneran Bunda hamil? Tau darimana kalo sekarang lagi hamil”. Tanyaku seakan tak percaya.

“Ini sayang”. Bunda menunjukkan test packnya yang ia kantongi di dasternya dan ada lambang positif yang menandakan ia memang positif hamil.

Mendengar itu aku senang bukan kepalang, kuciumi Bundaku lalu kubawa ia kekamarnya untuk merayakan kebahagiaan kita berdua. Malam itu kami bermain seks dengan panas sampai pagi karena Papa sedang ada di luar kota. Akhirnya setelah selesai kami pun tidur berpelukan telanjang.

Keesokan harinya saat sarapan bersama, aku bertanya pada Bunda tentang Papa. Bunda hanya bereaksi santai bahwa itu adalah urusannya dan aku tidak perlu pusing. Intinya dia punya cara untuk meyakinkan Papa supaya percaya bahwa anak yang ada dalam kandungannya adalah anak dari benih Papa walaupun sejatinya itu adalah benihku. Aku pun lega dan bisa berfokus untuk menghadapi masa perkuliahan yang sebentar lagi akan tiba.

Beberapa bulan kemudian aku pun mulai kuliah dengan menyandang status sebagai seorang mahasiswa baru. Semua masa orientasi sudah aku lalui dan sekarang sudah mulai disibukkan dengan kegiatan perkuliahan.

Menjadi mahasiswa membuatku harus pintar membagi waktu antara perkuliahan dan urusan rumah karena saat ini bayiku yang di dalam perut Bunda juga sudah semakin membesar dan Papa memintaku untuk menjaga Bunda ketika dia tidak ada di rumah. Aku menyanggupinya dan berusaha untuk selalu memperhatikan Bunda di sela-sela kesibukanku.

Mengalami kehamilan setelah 18 tahun lamanya membuat Bunda menjadi lebih sensitif, seringkali aku di buat kewalahan dengan permintaannya ketika mengidam. Namun satu hal yang pasti, Bunda menjadi lebih seksi ketika hamil dan kami tetap berhubungan seks walaupun tidak sesering sebelumnya mengingat kondisi Bundaku yang sedang hamil kali ini. Kehamilan Bunda membuatku menjadi semakin mencintai dan menyayanginya.

Setelah 9 bulan mengandung, akhirnya Bunda melahirkan bayi kembar laki-laki tepat di usianya ke 40 tahun. Papa pun menyambut kelahiran bayi kembar tersebut dengan sukacita karena setelah 19 tahun akhirnya ia bisa memiliki anak lagi di usianya yang ke 42 tahun. Bayi tersebut diberi nama Brando dan Nicholas. Aku sendiri begitu bahagia karena dapat menjadi “kakak sekaligus ayah” bagi kedua adik kembarku. Fisik mereka berdua juga terlihat tampan khas Peranakan Tionghoa-Pakistan.

Namun ada sedikit keanehan di antara mereka berdua. Ya penis kedua “adikku” ini sedikit lebih besar dan panjang dari bayi-bayi pada biasanya. Di saat Papa sedang keluar kamar pasien, aku dan Bunda pun menanyakan pada dokter tentang kondisi kedua adikku. Dokter mengatakan itu adalah bawaan genetik sehingga penis mereka berdua terlihat sedikit lebih besar dan panjang. Namun ia mengatakan tidak perlu khawatir karena itu masih dalam kategori normal namun ia tetap berpesan untuk tetap memonitor kondisi perkembangan Brando dan Nicholas. Aku dan Bunda mendengarkan pesan dokter sambil mengangguk-angguk.

“Bunda, aku takut kalau kedua anak kita ada kelainan”. Kataku pada Bunda.

”Udah tenang aja sayang, yang penting kita monitor terus kondisi mereka berdua, mudah-mudahan aja itu cuma bawaan genetik, lagipula waktu kamu lahir dulu juga kontolmu juga lebih besar dan panjang kayak mereka berdua. Hasilnya kan sekarang kamu tetap tumbuh normal kayak anak biasa walaupun ukuran kontolmu tetap gak biasa buat Bunda hihihi”. Kata Bunda menenangkanku sambil tertawa kecil.

Aku pun hanya tersenyum mendengar kata-kata Bunda lalu menghadiahinya kecupan hangat di dahinya. Bunda pun membalas dengan senyuman manis sambil memegang pipi dan rambutku.

Setelah beberapa bulan kemudian, ternyata ketakutanku terhadap kedua “adikku” akhirnya tidak menjadi kenyataan. Brando dan Nicholas secara fisik dan mental tumbuh normal layaknya anak-anak normal pada biasanya. Aku pun lega tidak melihat kecacatan fisik maupun mental dari mereka berdua walaupun terlihat ukuran celana dalam mereka agak lebih besar karena harus menampung penis mereka yang agak besar.

Cerita sex : Membantu Adik Kandung Untuk Hamil

Aku pun berniat menghamili Bunda lagi. Aku ingin memiliki anak sebanyak-banyaknya dari wanita cantik keturunan Pakistan yang telah melahirkanku 19 tahun lalu. Sudah kuutarakan niatku itu padanya. Bunda pun tersenyum dan menjawab tunggu Brando dan Nicholas agak besar dulu, baru nanti ia akan bersedia hamil lagi dariku. Aku pun sudah tidak sabar lagi menunggu saat-saat itu dan semoga hal tersebut dapat menjadi kenyataan di masa yang akan datang.

Tamat

#Cerita #Sex #Aku #Mengahmili #Bunda #Aku #Sendiri

Cerita Sex Aku Dan Sepupuku, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Aku Dan Sepupuku – Cerita Sex ini berjudul “Cerita Seks ML Dengan Tiga Sepupu Cantik” Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Seks Hot, Cerita Seks, Cerita Seks, Cerita Mesum, Cerita Seks Bibi, Darah, Cerita Seks Jaanda, Hijab, Terbaru 2020.

Storysexindo – Sebelumnya saya memperkenalkan diri, nama saya Rudy, tinggi 170 cm, berat 55 kg, hari ini saya berusia 20 tahun, saya berasal dari Sragen, sekarang saya masuk tingkat universitas negeri di kota Solo. Pengalaman seksual pertama saya terjadi sekitar 4 tahun yang lalu ketika saya berusia 16 tahun tepatnya di kelas 1 SMA.

Cerita Sex Aku Dan Sepupuku

Karena rumah saya di desa, saya tinggal di rumah saudara perempuan saya. Saat itu saya tinggal bersama sepupu saya yang bernama Mbak Fitri yang berumur 30 tahun yang sudah menikah dan memiliki 2 orang putri yang masih kecil tapi tidak hanya kami berempat yang tinggal disana tetapi ada 2 adik lagi Mbak Fitri yang bernama Wina saat itu berusia 19 tahun Kelas 3 SMK dan adik dari suami Kak Fitri bernama Asih berusia 14 tahun. Kejadian ini terjadi karena saya biasa memata-matai mereka bertiga saat mandi melalui lubang di dinding kamar mandi.

Cerita Sex: Selingkuh Dengan Istri Sepupu Ku

Bahkan jika salah satunya sudah berusia 3 tahun, kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan, payudaranya montok, besar dan memeknya yang terbelah wow. tidur dilantai di karpet di kamar gelap sama Mbak Wina, awalnya biasa aja, tapi lama-lama tidur sama Mbak Wina akhirnya nggak tahan juga.

Beberapa malam pertama, ketika dia tidur nyenyak, saya hanya berani mencium keningnya dan membelai rambutnya yang harum. Malam berikutnya aku mulai berani mencium bibir sensualnya, tanganku mulai meremas payudaranya yang padat lalu memijat vaginanya yang, ah, menjadi lembut seperti kue basah itu..oh..oh.., aku melihatnya mata masih terpejam, pertanda ia masih tidur, namun dari mulutnya terdengar desahan dengan suara yang tidak beraturan.

“Ah..ught..hh..hmm” Desahan Mbak Wina mulai terdengar. Tanganku terus mencengkeram seluruh tubuhnya. Ketika saya mencium vaginanya yang masih tertutup calanas, dia mulai bangun. Aku benar-benar takut dia akan berteriak atau marah, tapi firasatku salah. Sebagai gantinya, dia berkata, “Kak, silakan.. Aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini. Ayo lanjutkan..” Seolah-olah saya menghirup udara segar, saya mulai membuka ritsleting baju saya. yang ia kenakan Sekarang, ada payudara seksi yang masih terbungkus bra.

Lalu aku membuka bra-nya dan mulai mengisap putingnya yang mengeras, berbelok ke kiri dan ke kanan secara bergantian. “Nona, maaf saya tidak bisa menahan nafsu saya!” “Baiklah Kak, aku suka bagaimana kamu ingin melakukan ini pada wanita itu, karena aku belum pernah merasakan hal seperti ini,” jawab Ny. wina Setelah puas, saya memainkan payudaranya dan mulai membuka roknya di bawah. Meskipun gelap, aku tahu di mana vaginanya menggoda, jadi aku membuka CD, lalu menciumnya dengan lembut.

Perselingkuhan Dengan Pak Lik

“Cup..cup..sret..srett,” suara itu menjilat lidahku. “Harus..harus..teruskan Mana enak..!!!” Takut ketahuan penghuni rumah yang lain, aku langsung merentangkan kedua kakiku lalu memasukkan penisku yang mulai tegang ke dalam vaginanya yang basah. “Ehmm..oh..ehh..mmhh,” erang adikku pelan. Setelah sekitar setengah jam, saya mulai merasakan kenikmatan yang hampir mencapai puncaknya, begitu juga dia. “Crot..cret..crett..crett,” akhirnya aku melepaskan spermaku ke dalam vaginanya. “Oh..” Ternyata dia masih perawan, aku tahu karena baunya seperti darah segar.

“Terima kasih kak, kamu puas Bu, aku sayang kamu, lain kali kita lanjutkan ok?” “Baik Bu,” kataku. Setelah aku selesai memakai baju, aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya apa yang terjadi malam itu tidak serampangan karena saya takut penghuni rumah yang lain mengetahuinya, sehingga suatu hari saya mengulangi kejadian itu. Saya masih ingat dalam ingatan saya Minggu pagi itu ketika Mbak Fitri dan adiknya Asih beserta seluruh keluarga pergi ke supermarket tidak jauh dari rumah kami. , saya mulai menutup semua pintu dan jendela. .

Aku melihat Mbak Wina menyetrika dan memeluknya diam-diam dari belakang. “Kak, jangan lakukan sekarang, aku sedang menyetrika, tunggu sebentar lagi ya? sayang..!” tanya Suster Wina. Tapi aku yang sudah terlanjur bernafsu tidak mempermasalahkan ocehannya, aku langsung mematikan setrika, mencium bibirnya dengan keras. “Hm..delapan..hmm..delapan…!” Karena dia masih berdiri sehingga dia tidak bebas untuk membelai, saya membawanya ke tempat tidur kamar tidur. Saya membaringkannya di tempat tidur yang bersih dan segera menanggalkan semua pakaiannya dan pakaian saya sampai kami benar-benar telanjang tanpa satu helai pun kusut.

Wow.. tubuh adikku sangat sempurna tinggi 165 cm dengan berat sekitar 50 kg benar-benar sangat ideal, payudaranya seputih salju dengan puting merah muda dan apa yang membuat dadanya bergetar di bawah pusarnya lho.- semak-semak yang rimbun. Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis terjadi karena ketika kami melakukan yang pertama sangat gelap tanpa cahaya.

Ngentot Sepupu Wanita Yang Tengah Hamil Muda

Jadi mereka tidak bisa melihat tubuh satu sama lain. Aku mulai mencium wajahnya tanpa ada yang terlewatkan, sampai ke lehernya yang aku cium sampai memerah lalu aku turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilat payudara kanan dan kirinya dan kugigit putingnya sampai dia bergoyang tak terkendali. Setelah puas bermain-main di Twin Hills, saya mulai turun ke bawah pusar, menekuk kaki sehingga sepotong daging kenyal jelas tertutup bulu tebal.

Lidahku mulai menyapu bagian luar lebih jauh ke dinding bagian dalam vagina, aku menggigit biji klitoris dengan lembut sampai dia menjambak rambutku. “Ught..ugh..hah oh..oh..” Helaan napas nikmat keluar dari mulut Mana Wina. Setelah sekitar 15 menit saya memainkan vaginanya, rasanya seperti ada yang membanjiri vaginanya, rasanya manis dan asin, saya hisap semua cairannya sampai bersih, ternyata dia mulai orgasme. Mungkin asyik sekali kami berciuman tanpa disadari, ternyata ada yang memperhatikan perjuangan kami, Mbak Fitri dan adik suaminya Asih sudah di depan pintu.

Mungkin mereka pulang sendiri tanpa suami dan dua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban sehingga mereka menuju pintu sepeda yang lupa saya kunci. Saya dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu dan takut bercampur jadi satu agar tidak marah dan menceritakan kejadian ini kepada orang lain. Tapi yang terjadi diluar dugaan kami, mereka malah berkumpul untuk menjadikan kami berempat.

“Kak, karena kamu tidak mengajak adikmu melakukan hal seperti itu, kamu mau, minggu ini suamiku tidak mengajakku untuk melakukan itu,” kata Mbak Fitri. “Ini baru mulai juga, kak!” Saya bilang. “Tapi bolehkah aku mencoba berhubungan seks dengan Mas?” tanya Asi. “Saya bisa”. Aku dan Kak Wina lalu menyuruh mereka menanggalkan semua pakaian mereka. “Tsk..tsk..tsk..tsk..”, gumamku. Sekarang saya dikelilingi oleh 3 bidadari cantik, saya sangat beruntung. Mbak Fitri, tubuhnya masih sangat kencang, payudara putihnya cukup besar, sekitar 36 B, vaginanya sangat indah. Sedangkan tubuh Asih agak kecil tapi mulus, dadanya seukuran buah apel, ukurannya 34A, vaginanya terlihat sempit tapi ditumbuhi rambut yang tidak terlalu tebal.

Cerita Dewasa69 ▻ Lisa Sepupuku Yang Diperkosa

Hal pertama yang saya serang adalah Mbak Fitri karena saya sudah lama membayangkan berhubungan seks dengannya. Aku mencium putingnya dengan rakus dan mengisap dalam-dalam sehingga susunya keluar. Setelah saya pergi, saya minum sebanyak yang saya bisa. Ternyata Mbak Wina dan Asih juga ingin mencicipi susunya, jadi kami bertiga berlari mengambil susu, sementara kami berempat saling berjabat tangan, berpegangan dan masuk ke vagina masing-masing.

Setelah saya puas dengan permainannya, saya meminta mereka untuk berbaring berjajar sehingga sekarang ada 6 gunung kembar yang gemuk di depan saya. Saya mulai mengisap susu mereka satu per satu secara bergantian sampai usia 6 tahun, saya menjadi lebih ganas ketika saya menyuruh mereka untuk memakan semuanya, dari belakang saya menjilat vagina mereka satu per satu, seperti makan kue Oreo dan saya menjilat lidah saya dan menjulurkan lidahku ke dalam vagina mereka.

Giliranmu mengisap penisku bergantian. “Hoh..hoo..hh..ehmm”, ketiganya menghela nafas. Saya yang belum pernah orgasme, semakin liar bermain-main dengan payudara dan vaginanya, posisi kami sekarang tidak beraturan. Pelukan, ciuman, jilatan dan lain sebagainya adalah hal utama yang membuat mereka bahagia, hingga memberi isyarat bahwa mereka akan mencapai puncak. “Kakak aku ingin pergi” “Tapi aku juga” “Aku hampir sampai”, kata mereka secara bergantian. “Jangan disia-siakan, biar saya minum!” pinta saya. “Ya,” kata Mbak Fitri.

Saya mulai menempatkan mulut saya di posisi vagina mereka satu per satu dan kemudian saya mengambil napas dalam-dalam sampai tidak ada yang tersisa, kesegaran tidak menyentuh. “Srep.., sip”. Terkejut, itulah yang ada di pikiran saya, saya belum pernah berhubungan seks dengan mereka ternyata, mungkin saya terlalu kuat. Karena sudah tidak sabar, saya mulai memasukkan penis saya ke dalam vagina Mbak Wina, saya mendorong pinggul saya ke atas dan ke bawah untuk kesenangan, sekitar 5 menit kemudian saya beralih ke Kak Fitri, meskipun saya punya 2 anak, tetapi vaginanya masih sempit. seperti perawan. “Mana enak.. Uh..oh..

Permainan Kontol Memek Dengan Kakak Sepupu.

Lanjutkan!” dia menghela nafas. “Serius kak… hh ehmm…” “Pak, giliran saya kapan…?” Ternyata Asih juga tidak tahan. “Tunggu sebentar sayang.” Sekitar 10 menit saya bermain dengan Kak Fitri, sekarang giliran Asih, saya memasukkan penis saya perlahan, tetapi hanya kepala yang masuk. Mungkin dia masih perawan, kecuali pada tusukan ke-15 seluruh penisku bisa masuk ke saluran vaginanya. “Tapi… sakit… tapi… sudahlah.. hhohh..”, teriak Asih kecil.

“Gak apa-apa, nanti enak kok, Kak!”, kataku menyemangatinya agar senang. “Memang benar, Tapi, ini sangat enak sekarang.. ah.. seharusnya..” Ternyata saat aku keluar dari hubungan seks dengan Asih, Kak Fitri dan Kak Wina tidak ketinggalan berpelukan, menjilat dan menyatukan jari mereka.

#Cerita #Sex #Aku #Dan #Sepupuku

Aku Di Bikin Konak Oleh Pembantu Genit Tetanggaku Terbaru Malam Ini

Di komplek perumahan ibuku, Sri terkenal sebagai pembantu yang genit, ganjen, centil dan sebagainya. Dia sering gonta ganti pacar. Sri baru berumur kurang lebih 24 tahun. Bodynya bagus, dengan payudara berukuran kira-kira 34D dan pantat bulat dan padat.

Yang lebih menggairahkan adalah cara berpakaiannya. Dia kerap mengenakan kaos ketat dan celana model ABG sekarang yang memperlihatkan pinggul dan pusar. Wajahnya cukup manis, bibirnya sensual sekali. Aku sering menelan ludah kalau melihat bibirnya.

Tugas Sri adalah menjaga anak majikannya yang masih kecil-kecil. Kalau sore hari, dia selalu mengajak anak majikannya berjalan-jalan sambil disuapi. Nah, aku sering sekali berpapasan dengannya saat dia sedang mengasuh Vannie (anak bungsu pasangan tempat Sri bekerja).

Vannie ini seorang anak yang lucu, sehingga kadang-kadang aku berhenti sebentar untuk mencubit pipinya. Suatu kali, seperti biasa aku bertemu dengan Sri yang sedang mengasuh Vannie, dan aku berhenti sebentar untuk mencubit pipinya.

Tiba-tiba Sri nyeletuk, “Kok cuma Vannie yang dicubit Pak?”
Aku sedikit terkesiap, “Haah?” dan aku memandang kepada Sri.

Dia sedang menatapku dengan kerlingan genit dan tersenyum menggoda.

“Habis, kalau aku cubit pipi Mbak Sri, aku takut Mbak Sri marah,” kataku.
“Kalau cubitnya pelan-pelan, aku nggak marah kok Pak. Malah seneng,” sahut Sri.

Kurang ajar anak ini, aku membatin, tapi mulai tergoda untuk memancingnya lebih jauh.

“Kalau cuma cubit aku enggak mau Sri.” kataku.
“Terus maunya apa? Emang berani?” dia malah menantang. Benar-benar ganjen anak ini.
“Aku maunya, cium bibir kamu yang seksi itu, boleh?” aku bertanya.
Dia malah balik bertanya, “Cuma cium? Enggak mau kalau cuma cium.”

Astaga, ini sudah keterlaluan.

“Sri, aku kan sudah punya istri, emang kamu masih mau?” aku bertanya.
“Yaa, jangan sampai istri Pak Yusuf tahu dong. Masak cuma Mbak Nina aja yang boleh ngerasain Pak Yusuf.” balas Sri.

Aku agak kaget juga mendengar ucapan Sri. Rupanya Nina curhat sama Sri. Tapi, kepalang tanggung pikirku.

“Jadi benar nih kamu mau Sri?” aku memastikan.
Sri menjawab, “Siapa takut? Kapan?”
“Kamu bisanya kapan Sri? Aku sih kapan aja bisa,” jawabku sambil melirik ke toketnya yang bagus itu.

Saat itu Sri pake kaos ketat yang tipis, sehingga bra hitamnya membayang dan memperlihatkan lekuk yang sangat mengairahkan. terus terang saat itu aku sudah “Konak”. Penisku kurasakan sudah mengeras.

“Ya sudah, nanti malam aja Pak, kebetulan Bapak-Ibu mau ke Bogor, anak-anak mau diajak semua.” kata Sri.
“Oke, nanti jam berapa aku ke rumahmu?” tanyaku.
“Yaa, jam delapanan deh,” jawab Sri sambil membusungkan dadanya.

Dia tahu aku sedang memperhatikan toketnya. Nafsuku menggelegak.

“Kamu nantang benar sih Sri, ya sudah, nanti jam delapan aku dateng. Awas nanti kamu ya.” ancamku sambil tersenyum.
Eh, dia malah menjawab, “Asal Pak Yusuf kuat aja nanti malam.”

Sambil mengedipkan matanya dan bibirnya membuat gerakan mengecup. Ya ampuunn, bibirnya benar-benar seksi. Aku menyabarkan diri untuk tidak menggigit bibir yang menggemaskan itu.

“Kalau gitu aku pulang dulu ya Sri, sampai nanti malam ya.” kataku.
“Benar yaa. Jangan boong lho. Sri tunggu ya sayang..” Sri membalas.

Malamnya, jam delapan, aku sudah berada di depan pagar rumah Sri, lebih tepat rumah majikannya. Sri sudah menungguku. Dia membukakan pintu pagar dan aku langsung masuk setelah melihat situasi aman, tidak ada yang melihat. Kami masuk ke dalam dan Sri langsung mengunci pintu depan.

Sri memakai celana yang sangat pendek, dengan kaos ketat. Kulitnya cukup mulus walaupun tidak terlalu putih, namun dibandingkan dengan Nina, masih lebih putih Sri. Aku tidak mau membuang waktu, langsung kudekap dia dan kuserbu bibirnya yang memang sudah lama sekali aku incar. Bibir kami berpangutan, lidah kami saling membelit, dipadu dengan nafas kami yang memburu.

Tiba-tiba Sri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku sambil menatapku, lalu berkata manja.

“Pak Yusuf, kalau Pak Yusuf mau ngewe sama Sri, ada syaratnya Pak.”
Aku bingung juga, “Apa syaratnya Sri?” tanyaku.
“Pak Yusuf harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Yusuf Yayang. Gimana? Mau nggak?” tanya Sri sambil tangannya turun ke dadaku dan dia meremas dadaku dengan gemas.

Pembaca, ini yang mengherankan, aku seorang yang sudah berusia di atas 45 tahun, punya istri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 24 tahun mencoba untuk menguasaiku, dan aku merasa senang.

Aku mengangguk sambil menjawab, “Iya Mbak, aku mau.”
Sementara itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.

“Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya.” perintah Sri, maksudku Mbak Sri.
“Iya Mbak.” jawabku pasrah.

Lalu Mbak Sri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Kami masuk ke kamar itu, Mbak Sri menutup pintu dan sekarng dia yang memeluk dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Mbak Sri kembali melepaskan ciuman kami, dan berkata,” Yaang, kamu jongkok dong.”

Aku menurut, aku berjongkok di depan Mbak Sri.

“Lepasin celana Mbak Yang, pelan-pelan ya Yaang.”
“Iya Mbak.” cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.

Lalu akupun mulai menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak pemandangan indah di depan mataku persis. Pembaca, memeknya gundul tanpa bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan diatasnya terlihat clitnya yang juga montok. Mbak Sri melibarkan pahanya sedikit, sehingga memeknya agak terkuak. Mbak Sri mendongakkan wajahku dengan tangannya.

Dan dia bertanya, “Gimana Yang? Bagus nggak Memek Mbak?”
“Iya Mbak. Bagus banget. Tembem.” jawabku tersendat, karena menahan nafsu dalam diriku.
“Yayang mau cium Memek Mbak?” tanyanya.
“Mau Mbak.”

Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu Memek yang sangat indah itu. Mbak Sri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman memeknya.

Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban memeknya, dan aku menghirup keharuman yang memabokkan dari Memek Mbak Sri. Kususupkan hidungku dalam jepitan daging kenikmatan Memek Mbak Sri.

Mbak Sri mengerang, “Aahh, Yayaanngg. Terusin Yang.”

Lalu kukecup memeknya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan mulai keluarkan lidahku untuk menjelajahi bibir memeknya. Kugerakkan lidahku perlahan-lahan kesekeliling memeknya. Tanganku meremas-remas pantatnya. Sesekali lidahku menyapu klitnya, dan kujepit klitnya dengan kedua bibirku.

Tubuh Mbak Sri mengejang sambil mendesah, “Aarrgghh.. Yayaanngg.. Ennaakk Yaanngg..”

Kedua tangan Mbak Sri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke belahan pahanya. Wajahku terbenam di Memek Mbak Sri, aku hampir tidak bisa bernafas.

“Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang.”

Lalu Mbak Sri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan branya. Dia terlentang di kasur. Aku berdiri dan ingin mulai melepas baju dan celanaku.

“Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin Memek Mbak dulu Yang.” perintah Mbak Sri. Lagi-lagi aku nurut.

Lalu Mbak Sri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya. Kuteruskan kegiatan mulut dan lidahku di pesona kewanitaan Mbak Sri yang sangat indah kurasa. Kumasukkan lidahku ke dalam memeknya, dan kuputar-putar di dalam memeknya.

Dia menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan karena diremas terus oleh Mbak Sri. Sekitar sepuluh menit kujilati Memek Mbak Sri dan memberinya kenikmatan sorgawi. Akhirnya dia menjerit tertahan, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan kuatnya.

“Aauugghh.. Yaanngg. Mbakk.. Kkeeluaarr Yaanngg” rintihnya.
Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar dan tiba-tiba berhenti.
“Sshh.. Oogghh.. Yaanngg.. Ennaakk banggeett Yaangg.”

Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari Memek Mbak Sri. Rasanya gurih dan wanginya harum sekali. Kurasakan becek sekali Memek Mbak Sri saat itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Mbak Sri bangun dan mulai membuka pakaianku.

“Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau gigitin kamu” perintahnya.

Setelah semua pakaianku lepas, Mbak Sri memandang ke penisku yang sudah pusing dari tadi. Dia menggenggam penisku dengan gemas dan mulai mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya telentang, lalu dia mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.

Astaga, permainan lidah Mbak Sri luar biasa sekali. Dalam sekejap aku dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan.

Dari bagian kepala, lalu ke batang penisku dan bijiku semua dijilatinya dengan penuh nafsu. Sesekali bijiku dimasukkan ke dalam mulutnya. Sampai terbalik mataku merasakan nikmatnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku saat lidah Mbak Sri bermain di anusku. Sepuluh menit lamanya Mbak Sri menjilati dan mengemut penis dan anusku.
Kemudian dia merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan penisku ke memeknya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan memeknya yang sangat montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali Memek Mbak Sri. Setelah masuk semua, Mbak Sri mulai menaik turunkan pantatnya.

“Aauugghh, Mbak. Enak Mbak.” rintihku.
“Iya Yang, Mbak juga ngerasain enak. Adduuhh. Kontol kamu enak banget Yang.”

Dan Mbak Sri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat sensasi yang luar biasa nikmatnya. Mbak Sri sangat pintar memutar pinggulnya. Aku mengimbangi gerakan Mbak Sri dengan menusuk-nusukan penisku.

Tapi, “Yaanngg. Kamu diem aja ya Yaangg. Biar Mbak aja yang muter.”

Akupun diam dan Mbak Sri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama kemudian, Mbak Sri menghentikan putaran pinggulnya, dan kurasakan memeknya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang hangat, kenyal dan kesat.

Lalu Mbak Sri mengerang keras, “Yaanngg.. Aarrgghh. Mbak keluar laggii Yaanngg..”

Mbak Sri rebah di atas tubuhku, sementara memeknya terus menyedot penisku. Luar biasa sekali rasanya memek Mbak Sri ini. Kemudian Mbak Sri memberi perintah agar aku bergantian di atas. Aku menurut, dan tanpa melepaskan penisku dari dalam memeknya kami berubah posisi.

Sekarang aku berada di atas. Mbak Sri melingkarkan kakinya ke kakiku, sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh Mbak Sri, agar aku diam saja. Mbak Sri juga tidak menggerakkan pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam memeknya yang melakukan gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya.

Yang pasti aku merasakan jepitan Memek yang sangat kuat namun enak sekali. Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam memeknya. Juga tidak dapat menarik penisku dari dalam Memek itu. Tidak lama kurasakan Memek Mbak Sri menyedot penisku. Lalu perlahan Mbak Sri mulai memutar pinggulnya.

Aku merasa sperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah mengucur membasahi tubuh kami.

Dan kurasakan Memek Mbak Sri mulai berdenyut keras lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul Mbak Sri semakin menggila, dan akupun membantu dengan menekan-nekankan pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.

“Oogghh.. Yaanngg.. Mbaakk nnggaakk kkuatt laaggi Yaanngg..” erang Mbak Sri.
Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam itu, “Iyaa mbaakk.. Aakkuu juggaa.. Aarrgghh.”

Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah sudah cairan kenikmatanku di dalam memek Mbak Sri. Bersamaan dengan itu, Mbak Sri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.

“Sshh.. Oouugghh.. Enaak baannggett Yaangg.”

Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat air mani kami bercampur menjadi satu di dalam memek Mbak Sri. Mbak Sri mencium bibirku, akupun membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. Kamipun terkulai tak berdaya. Aku terhempas di atas tubuh Mbak Sri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai dan kasur Mbak Sri sudah basah sama sekali karena keringat dan air mani kami yang meluap keluar dari Memek Mbak Sri saking banyaknya.

“Yayaanngg..” Mbak Sri memanggilku dengan mesranya.
“Iya mbaakk.” aku menjawab dengan tidak kalah mesranya.
“Kamu hebat deh Yaang.” kata Mbak Sri sambil mengecup bibirku dengan lembut.
“Mbak juga hebat. Memek Mbak enak banget deh Mbak.” kataku.

Mbak Sri tersenyum, “Yayang suka sama memek Mbak?” tanyanya.
“Suka banget Mbak. Memek Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh lagi ya Mbak?” aku merayunya.
“Pasti boleh Yang. Memek ini emang untuk Yayang kok.” Kata Mbak Sri.

Cerita sex : Main Dokter Dokteran Dengan Om Vincent Teman Akrab Ayah

Dan malam itu, kami melakukannya sebanyak tiga kali, sampai kudengar adzan subuh dari mesjid terdekat. Lalu aku keluar dari rumah itu setelah melihat bahwa situasi aman, dan pulang ke rumahku.

#Aku #Bikin #Konak #Oleh #Pembantu #Genit #Tetanggaku

Aku Menikmati Setiap Kali Bersetubuh Dengan Mama Dan Tante Kandung Ku Sendiri Terbaru Malam Ini

Pagi itu ketika aku aku sedang santai dirumah karena libur kuliah tiba-tiba aku mendapatkan telpon dari tanteku Ulfa untuk menemaninya dirumahnya karena suaminya sedang ada dinas luar kota dan harus menginap beberapa hari. Karena pada pagi itu aku sedang duduk santai dengan mamah, aku lalu mengajak mamah untuk sekalian tidur dirumah tante Ulfa. Dan akhirnya mamah pun setuju dan sore harinya aku dan mamahku langsung berangkat menuju rumah tante Ulfa.

Namaku Vian, aku berumur 22 tahun, dan tanteku Ulfa adalah adik kandung dari papahku. Tante Ulfa sendiri memiliki wajah yang lumayan cantik dengan bodi tubuhnya yang sangat menggoda. Umurnya belum terlalu tua siih, sekitar 36 tahunan, namun bodinya gak kalah dengan cewek-cewek kuliahan jaman sekarang. Lanjut lagi ceritanya, setelah aku sampai dirumah tanteku dengan mamahku, aku disambut dengan pemandangan yang sangat menggoda sekali, dengan pakaian yang dikenakan tanteku sungguh sangat menggoda.

Dengan celana ¾ yang dikenakannya yang berbahan legging sangat membuatku nafsu, ditambah dengan kaos ketat yang tanpa lengan sangat membuatku ingin sekali meremas payudaranya yang berukuran kira-kira 36B itu. Arrrrgghh…aku hanya bisa menelan ludah melihat pemandangan tersebut.

Setelah kami masuk rumah tante, Aku diam di rumah bersama mama dan tante Ulfa. Sore itu, sekitar jam 4 sore, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 40 tahun, Sangat cantik.

Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin merawatnya.

Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan.

Secara otomatis tangan aku meraba penis dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.

Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.

“Vian..!” panggil mama.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Vian. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.

Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama.

“Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Vian?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Vian!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Vian?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.

Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.

“Kok dilewat sih, Vian?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm.. Vian takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.

Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. penis aku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.

Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.

Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.

“Vian, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Vian tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Vian,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.

“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
Mama menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa bernafsu dengan mama, Vian,” tanya mama lembut.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Vian.. Jawablah jujur,” ujar mama.

“Melihat tubuh mama, Vian tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba penis aku dari luar celana.

Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.

“Buka pakaian kamu, Vian,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.
Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“penis kamu besar, Vian…” kata mama sambil meraih penis aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok penis aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.

Lalu mama menarik pantat aku hingga penis aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati penis aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan penisku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok penisku perlahan.

“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. penismu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.

Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan penisku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing penisku ke lubang memeknya.

“Ayo, Vian.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.

Aku tekan penisku. Lalu terasa kepala penisku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang penisku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan penisku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.

“Enak, Vian?” tanya mama.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan penis aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Vian?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.

“Karena mama sayang kamu, Vian…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan penis aku menyetubuhi mama.
“Vian juga sangat sayang mama…” ujarku.

“Ohh.. Vian.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..
“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.

Aku terus menggenjot penisku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari penis aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..

“Ma, Vian gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan penisku lebih dalam ke memek mama.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.
“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.

“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.

Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.

Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Ulfa masih nonton TV. Tante Ulfa memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.

Tiba-tiba tante Ulfa bertanya sesuatu yang mengejutkan aku.
”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya tante Ulfa.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Ulfa lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Ulfa sambil tersenyum.

“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Ulfa lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Vian. Tante becanda kok…” ujar tante Ulfa.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Ulfa.
“Mau tidur,” jawabku pendek.

“Temenein tante dong, Vian,” pinta tante.
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Ulfa.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Ulfa.
“Kamu sudah punya pacar, Vian?” tanya tante Ulfa.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.

“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Vian?” tanya tante Ulfa pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.

Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Ulfa. Tante Ulfapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Ulfa. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya.

“Mmhh..”

Suara tante Ulfa mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Ulfapun tidak diam. Tangannya meremas penisku dari luar celana kolorku. penisku langsung tegang.

“Vian, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Ulfa.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Ulfa.

Setiba di kamar, tante Ulfa dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta celana dalamnya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.

“Ayo Vian, tante sudah gak tahan…” ujar tante Ulfa sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.

Aku segera menindih tubuh telanjang tante Ulfa. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Ulfa sambil meremas buah dada yang satu lagi.

“Ohh.. Mmhh.. Viann.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Ulfa sambil tangannya memegang kepala aku.

Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Ulfa segera melebarkan kakinya mengangkang. memek tante Ulfa bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek tante Ulfa terutama bagian kelentitnya.

“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Ulfa sambil badannya mengejang menahan nikmat.

Tak berapa lama tiba-tiba tante Ulfa mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.

“Oh, Vian.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Ulfa.

Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek tante Ulfa, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Ulfa langsung membalas ciumanku dengan mesra.

“Isep dong penis Vian, tante…” pintaku.

Tante Ulfa mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah tante Ulfa dan ku sodorkan penisku ke mulutnya. Tante Ulfa langsung menghisap dan menjilati penisku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat penisnya lebih pintar dari mama.

“Udah tante, Vian udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante Ulfa melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan penis aku ke memeknya.
“Ayo, Vian.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Ulfa.
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. penisku keluar masuk memek tante Ulfa.
“Vian kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.

“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Ulfa mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Vian, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.

Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa penisku di memeknya.

“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Ulfa.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Ulfa.
“Terus setubuhi tante, Vian.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.
“Vian mau keluar, Tante…” kataku.

“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Ulfa.
“Cabut dulu…” ujar tante Ulfa.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.

Aku cabut penisku dari memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Ulfa lalu menghisap penisku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut tante Ulfa banyak sekali. Aku tekan penisku lebih dalam ke dalam mulut tante Ulfa. Tante Ulfa dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok penisku. Lalu dia menjilati penisku untuk membersihkan sisa air mani di penisku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan tante Ulfa.

Aku segera berpakaian. Tante Ulfa juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan celana dalam.
“Kamu hebat, Vian.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Ulfa.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Vian pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Ulfa.

“Vian kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas penisku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.

Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.

“Vian, semalam kamu ngapain di kamar tante Ulfa sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.

Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata, “Jangan sampai yang lain tahu ya, Vian. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.

“Iya, Ma.. Vian suka tante Ulfa,” jawabku.
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.

“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Vian sayang mama,” kataku lagi.
“Vian, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap penisku.
“Vian akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..

Cerita sex : Mama Tiri Ku Yang Sangat Dahsyat Di Ranjang

Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Ulfa dan Mama kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Ulfa kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel.

#Aku #Menikmati #Setiap #Kali #Bersetubuh #Dengan #Mama #Dan #Tante #Kandung #Sendiri