Nikmatnya Menggarap Tetanggaku Dan Anaknya Terbaru Malam Ini

Nikmatnya Menggarap Tetanggaku Dan Anaknyaa

Panggil saja aku Robin, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan “or-kay” kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitar dua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan tetangga–tetangga sekitar.

Ternyata penghuninya seorang wanita dengan perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Rachel. Anaknya bernama Mona, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Rachel adalah janda seorang bule kalau tidak salah, asal Perancis.

Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.

Yang membikin mengundang adalah Tante Rachel sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik–cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”, malah jadi muka–muka ranjang gitu deh.

Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Rachel itu hypersex. Kalau Mona, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Mona jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.

Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Rachel semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Rachel kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Mona, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Rachel dan onani didepan dia.

Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Rachel lewat, buru-buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Rachel melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Rachel justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambah nafsu.

Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Rachel memanggilku dengan lembut, “Rob, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.” Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug.

Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya “mengajak” Tante Rachel. Tante Rachel memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Rachel hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja.

Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “Rob, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Rachel susun.

Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Rachel mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Rachel lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, “Rob, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” Robngan tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?”

Jantungku tambah cepat berdegup. “Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante Rachel meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Rachel ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu.

Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Rachel langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. “Kamu mau yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Ternyata benar perkiraanku, Tante Rachel hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segera ciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Rachel sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Rachel.

Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Rachel, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya.

Saat kuelus punggungnya, Tante Rachel mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Rachel mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakku untuk ke kamarnya.

Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Rachel dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Rachel adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis.

Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Rachel yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak cepat.

Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Rachel meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketika lidah Tante Rachel mengenai pusarku.

Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Rachel kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku.

Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Rachel kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil namaku.

Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya.

Nikmatnya Menggarap Tetanggaku Dan Anaknya

Tante Rachel pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Rachel.

Rasanya agak seperti asin-asin ditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya Tante Rachel. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Mona.

Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Rachel, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru meneruskan “adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Rachel sedang menghisap “lollypop”.

Ereksiku semakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Rachel menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Rachel mengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum??

 

Tak lama, Tante Rachel yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Rachel bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Rachel dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja.

Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itu semakin menambah nafsuku.

Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Rachel sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa ada cairan hangat di sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas.

Tante Rachel juga mengelus-elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Rachel bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya.

Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Rachel berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilati tanganku yang penuh keringat dia itu.

Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Rachel menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Rachel. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak.

Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Rachel sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Rachel mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku.

Karena kocokan Tante Rachel, aku jadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Rachel. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.

Kulihat wajah Tante Rachel sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Rachel yang memang hyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya.

Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Rachel. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Rachel sementara penisku masih tegak namun tidak sekeras tadi.

Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Rachel. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Rachel mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Mona menutup pagar dan ia tidak melihatku.

Sekitar 10 menit kemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Mona yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Mona. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.

Tak lama Mona mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,

“Rob, gue mau tanya!”

“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.

“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.

“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”

Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.

“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”

Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”

Mona pun masih meneruskan omongannya,

“Loe napsu sama nyokap gue??”

Mona kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Mona menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam.

Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda.

Mona yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membuka kaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Mona yang bugil.

Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Mona langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Rachel, namun ciuman Mona yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Mona. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus.

Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Mona membuka kaosku. Lumayan lama Mona menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” Mona menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.”

Mona kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Mona sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya.

Mona juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Rachel akibat terbawa romantisnya suasana.

Dari sini aku bisa tahu bahwa Mona itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Mona masih virgin, memasukkannya tidak mudah.

Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Mona nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem.

Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Mona berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan.

Mona juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Mona.

Robngan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Mona, kukeluarkan penisku lalu kukocok di atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Mona, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya.

Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Mona.

Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Mona yang baru pertama kali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Mona meraup sedikit dengan agak canggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Terus, Mona berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. Rob.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung.

Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap.

Cerita sex : Kisah Sex Advokat Dengan Kliennya

Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Mona, sementara Mona juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.

#Nikmatnya #Menggarap #Tetanggaku #Dan #Anaknya

Cerita Dewasa Ibu Menyusui Anaknya, Terbaru Malam Ini

Cerita Dewasa Ibu Menyusui Anaknya – Kisah seks Kisah anak ingusan dan tante girang Ngentot | Kisah seks ini dari salah satu pembaca setia kami www.putr77.net kisah seks. Dia memberi tahu kami tentang kisah seks dan pengalaman seksualnya. Karena saya membaca bahwa cerita seks yang dia posting di situs cerita seks dewasa cukup bagus, jadi kami menyajikannya dan silakan baca cerita seks dewasa berikut ini. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA. Ketika saya dan teman-teman saya yang lain pulang dari sekolah bersama. Saya masih hijau, saya baru berusia tiga belas tahun. Saya tidak tahu banyak tentang wanita saat itu. Di kelas, saya tergolong anak yang pendiam, meski mata saya sering melihat kecantikan wajah teman-teman sekelas saya saat itu.

Kisah seks Kisah anak ingusan dan tante girang Ngentot | Hal ini membawa saya, bersama dua orang teman, Bambang dan Eko, pada pengalaman yang tak terlupakan ketika kami masih di sekolah menengah. Semua berawal dari kegigihan Bambang terhadap perempuan. Kebiasaannya yang tak ketinggalan memperhatikan kecantikan wanita membawa saya, dia dan Eko ke rumah di kompleks perumahan Grija Permai. Kompleks perumahan yang biasa kami lewati dalam perjalanan pulang ke rumah kami. Awalnya, saya dan Eko asyik bercanda. Tiba-tiba, Bambang menepuk pundakku dengan keras. Matanya tertuju pada rumah itu. Ternyata di sana saya melihat seorang wanita dengan rok mini yang baru saja meninggalkan mobilnya untuk membuka pintu gerbang rumah.

Cerita Dewasa Ibu Menyusui Anaknya

“Nah, kalau urusan perempuan, kami laki-laki tidak pakai mata lagi. Sini pakai sini… di bawah sini,” jawab Bambang sambil menunjuk kemaluannya.

Heboh, Wanita Ini Berhubungan Seks Sambil Menyusui Anaknya

“Itu pasti, men. Kontol ini seperti radar bagi saya. Makanya saya tahu ada barang rampasan di sana,” jawab Bambang sambil menunjuk kemaluannya lagi.

“Ha-alah, jangan munafik, Bu, kamu juga luar biasa ketika melihat rok Dina terbuka di kelas. Aku tahu… kau juga, kan? Bambam dengan cepat menjawab.

“Sekarang sama saja,” kata Bambang, lalu “Berapa banyak yang Anda pertaruhkan jika saya bisa masuk ke rumah wanita itu?”

“Nah..berapa? Goyang???” dia menantang kami. Sesaat saya dan Eko bingung. Teman kami yang satu ini agak nekat dengan urusan perempuan.

Cerita Panas Menyusui Anak Gede

“Oke, oke.. heh, heh, heh. Hanya kamu sekarang, Van. Jika kamu melihat wajahmu, saya pikir saya meragukannya.”

“Hei, tunggu sebentar,” kataku. Aku segera merogoh saku celananya. Uang pecahan lima ribu langsung melambai di depan mata Bambang.

Bambang langsung mendatangi rumah yang dimaksud. Tampaknya pemilik rumah telah masuk ke mobilnya. Saat hendak menutup pagar, saya melihat Bambang berlari ke arahnya. Di sana saya melihat bahwa mereka berbicara dengan sangat baik. Ini aneh kawan. Baru saja bertemu muka, ia mampu membuat wanita itu berbicara kepadanya dengan ramah, penuh senyum dan tawa.

Dan yang lebih aneh lagi, Bambang melambai pada kami bertiga beberapa saat kemudian. Dia mengundang kami untuk datang kepadanya segera. Setelah berjalan beberapa langkah, saya melihat Bambang bahkan sudah memasuki pekarangan rumah hingga pintu depan rumah, di mana perempuan itu berjalan mendahuluinya. Bambang memenangkan taruhan hari itu. Di rumah kami duduk dengan gelisah, terutama saya. Bagaimana bisa teman gila gadis-gadis kita ini dengan mudah menaklukkan seorang wanita yang setidaknya dua puluh tahun lebih tua dari kita. Begitu Bambang selesai dengan uang kami di tangan, saya pun menanyakannya.

Foto Bugil Ibu Menyusui, Dipuji Sekaligus Dihina

“Gila kamu, bang. Sihir apa yang kamu gunakan, nyonya, untuk dijinakkan seperti merpati? Saya bertanya dengan rasa ingin tahu.

“Ya, kalian semua heboh karena tidak tahu bahwa wanita ini sebenarnya adalah bibiku. Bibi Ayu, dia istri Paman Harso, adik ibuku,” tambahnya.

“Ini bukan penipuan. Kalau ditanya saya tidak kenal perempuan itu, saya jawab tidak… itu hanya penipuan,” terang Bambang.

Untung saja pertengkaran antara saya dan teman-teman tidak berlangsung lama karena tidak lama kemudian Bibi Aju yang ternyata bibi Bambang datang dengan membawa minuman segar.

Anti Mainstream, Ibu Ini Bertekad Susui Anaknya Sampai Umur 10 Tahun

“Ada apa? Sudah berapa lama minuman itu ada?” tanya Bibi Ayu. Suaranya terdengar renyah di telinga kami, dan senyumnya yang lepas membuat kami berempat langsung terpikat oleh kedatangannya yang tiba-tiba.

Bambang yang duduk di sebelahnya terlihat serius dengan pikirannya. Kaos yang dipakai Bibi Aju memiliki garis leher yang rendah, sehingga ketika dia membungkuk untuk memberikan kacamata satu per satu kepada kami, Bambang menjulurkan kepalanya untuk melihat apa yang tersembunyi di balik pakaiannya. Aku bisa melihatnya sendiri, kedua payudaranya yang besar, berisi. Menggantung dan gemetar berulang kali setiap kali dia menggerakkan tubuhnya.

Ketika Bibi Aya selesai dengan kacamatanya, dia berdiri tegak lagi. Keringat yang bercucuran di keningnya memohon untuk diusap, jadi ia pun menyekanya. Tangannya terangkat tinggi, tanpa sadar kita bisa melihat ketiaknya yang putih dan padat. filmbokepjepang.net Beberapa helai rambut halusnya terlihat begitu menawan. Jantungku rasanya seperti berdetak cepat. Karena pada saat itu, saya menyadari bahwa di balik pakaian yang dikenakan Bibi Ayu, dia basah oleh keringat. Ini semakin menarik perhatian kami ketika kami mengetahui bahwa Bibi Ayu tidak mengenakan bra saat itu.

Kedua putingnya terlihat sangat menggoda. Mungkin karena keringatnya yang basah atau angin di hari yang panas yang membuat keduanya terlihat sangat berbeda bagi saya. Saya sendiri tidak peduli dengan lingkungan karena cock stick saya keras dan tidak membosankan. Rasanya aku ingin bermasturbasi bahkan jika mungkin untuk mengisap dua putingnya yang berani padanya.

Menyusui Di Nicu

“Bibi selesai mengantar pamanmu ke bandara hari ini. Jadi belum sempat beres-beres rumah, gimana nih mom, dad?” ucapnya lagi.

“Aduh tante sibuk ngurus bayi, aku ngurusin kamu juga, sekarang kamu jadi ABG” Tante Aju menangkup pipi Bambang. Bambang tersipu.

Di tengah pesona payudara kami yang merayu nafsu, kami teralihkan oleh tangisan suara bayi. Belakangan saya baru tahu bahwa itu adalah anak bungsu dari Tante Ayu dan Paman Harso. Anak-anak mereka hanya dua, dan yang tertua duduk di kelas 6 SD. Oleh karena itu, ini sedikit berbeda dari yang kedua. Dia dipanggil untuk segera bertemu.

“Kamu minum dulu ya? Tante kembali dulu.. oh ya Bambang. Ibumu menelepon tadi, jangan lupa telepon ke rumah nanti, katakan kamu di sini”

Cerita Sex Aku Mengahmili Bunda Aku Sendiri

Hanya beberapa menit kemudian, Bibi Aju menemui kami di ruang tamu. Namun, satu hal yang mengejutkan kami dengan kegembiraan saat kami menyambut kedatangannya adalah dia tampak terpesona dengan menyusui bayinya saat itu. Bayi yang lucu, tetapi payudara yang menonjol lebih mempesona di mata empat jiwa muda kita. Dia sudah memakai bra, tapi satu cangkir dibuka untuk menyusui.

Bibi Ayu terlihat acuh dengan mata liar menatap payudara segar di mulut bayi kecilnya. Ia bahkan terlihat sibuk mengatur posisinya agar nyaman duduk di antara Bambang dan Eko saat itu.

“Iya tante,” jawab Bambang singkat. Matanya menatap tajam ke arah di mana payudara Bibi Ayu yang besar dan montok terlihat kokoh di matanya.

“Ini Bobby,” kata Bibi Ayu lagi sambil melihat bayinya yang lucu, “dia baru berumur sembilan bulan.”

Ria Ricis Bagikan Momen Saat Sang Anak Berenang Di Kola

“Betul, Bambam. Dibandingkan, katakanlah, susu sapi. Ya, susu ibu jauh lebih bergizi.. heh, heh, heh,” tambah Bibi Aju percaya diri.

Bibi Ayu terdiam beberapa saat. Ia menatap bayinya yang mulai tertidur. Namun sepertinya Bambang mulai mengharapkan sesuatu yang lain dari payudara besarnya yang menggoda.

“Tapi susunya saya minum setiap hari… ya, susu sapi tante,” sambung Bambang penasaran. Sementara itu, Bibi Aju masih terlihat sibuk dengan buah hatinya. Tapi sesaat kemudian dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan kami.

Bambang terus mengoceh tentang keinginannya untuk mencoba ASI sesekali. Kami hanya tegang mendengarkan ocehan Bambang, kami takut tante Ayu marah mendengar ocehan anak laki-laki berusia 13 tahun yang mulai merasa tidak sopan. Kami takut Paman Haar tiba-tiba pulang dan Tante mengadu, lalu kami semua dipukuli suami Tante Ayu yang dikenal berang.

Ini 5 Pertanyaan Umum Pola Makan Seputar Diet Pada Ibu Menyusui

Tiba-tiba dia mendapat ide gila dimana Eko yang selama ini duduk diam mendengarkan paduan suara nya melakukan hal ini.

Kami semua, terutama Bambang, kaget setengah mati. Tentu saja, dia lebih terkejut karena itu adalah bibinya sendiri. Jantungku berhenti berdetak karena terkejut. Rasanya ingin keluar kamar karena malu dan takut dimarahi. Ternyata Bibi Ayu tidak marah.

“Yang kami maksud adalah kami minum langsung dari sumbernya, tante,” kata Eko MalҔ. Bibi Ayu melotot, Km siap meledak, menegur kelancangan Eko. Tapi itu tidak terjadi. Dia hanya tertawa, dadanya bergetar.

“Ugh, kalian nakal sekali. Jika lurus, itu berarti kamu melihat payudara bibimu. Jika kamu berusia 7-8 tahun, kamu akan cukup berani untuk memberimu kesempatan itu. Tapi kalian akan pergi susah kan kamu udah punya ABG 13 tahun kan Bambang dan Eko? Irvana kamu udah 14 tahun kan?

Pekan Asi Sedunia: Ciptakan Dunia Yang Mendukung Ibu Menyusui Memberikan Asi Eksklusif

“Kalau sudah besar nanti sudah punya nafsu, sayang Irvan. Waktunya melihat payudara wanita dewasa? Terlalu berisiko memberi bibimu payudara untuk dihisap.”

Mendengar bibiku menyebut kata “buahdada” saja sudah membuat darahku mendidih, aku yakin teman-temanku juga begitu. Tetapi setelah kami semua meyakinkan bibi saya dan mencoba meyakinkannya bahwa kami tidak akan melakukan apa pun selain mencicipi ASInya, dia pun meleleh. Apalagi setelah saya melihat mata Eko yang terlihat sangat ‘gila’, ingin mendapat pengalaman baru, yang sudah sangat luar biasa bagi kami saat itu.

“Bambang kalau ayah dan ibumu mengetahui bahwa kamu nakal dengan bibi, uang sakumu bisa diambil. Apalagi kalau bibi bilang om harso, kamu bisa memukuli dirimu sendiri abis2an”

“Dan aku berjanji pada kalian. Minum saja ASImu, bibi, aku tidak ingin kamu putus dengan bibi.

Tak Cuma Ibu, Ayah Pun Bisa Menyusui Dengan Bantuan Alat Ini

#Cerita #Dewasa #Ibu #Menyusui #Anaknya

Menikmatin Memek Janda Bule Dan Anaknya Terbaru Malam Ini

Menikmatin Memek Janda Bule Dan Anaknya

Panggil saja aku Aditya, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan “or-kay” kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitar dua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan tetangga–tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana. Anaknya bernama Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Yana adalah janda seorang bule kalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.

Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik–cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”, malah jadi muka–muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana itu hypersex. Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.

Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambah nafsu.

Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.” 

Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya “mengajak” Tante Yana. Tante Yana memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Yana susun.

Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. 

Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, “De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” 

Dengan tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat berdegup. 

“Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Yana langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. 

“Kamu mau yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segera ciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.

Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil namaku.

Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Yana. Rasanya agak seperti asin-asin ditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.

Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru meneruskan “Adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang menghisap “lollypop”. Ereksiku semakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Yana mengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itu semakin menambah nafsuku.

Menikmatin Memek Janda Bule Dan Anaknya

Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa ada cairan hangat di sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilati tanganku yang penuh keringat dia itu.

Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.

Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Yana yang memang hyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak namun tidak sekeras tadi.

Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10 menit kemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.

Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,

“De, gue mau tanya!”

“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.

“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.

“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”

Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.

“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”

Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”

Anita pun masih meneruskan omongannya,

“Loe napsu sama nyokap gue??”

Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membuka kaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” 

Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.

Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.

Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocok di atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Cerita sex : Baru Jumpa Sudah Langsung Dibawa Ngewe

Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. 

“Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.– 

#Menikmatin #Memek #Janda #Bule #Dan #Anaknya

Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya Terbaru Malam Ini

Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya

Suasana haru mengirinigi perceraian ortuku,Itu aku sangat terpuruk atas kejadian naas,aku tak lagi percaya semua itu.Tapi mereka semua tetep support aku untuk selalu belajar aku menatap kehidupan yang cerah dan terarah.

Tidak seperti kisah orang tuaku yang gagal dalam membina rumah tangga,anak nya aku menjadi korban atas ke egoisan mereka.Tapi aku terima dengan ikhlas dengan apa yang sedang menimpaku berharap ada sebuah keajaiban pada akhirnya.

Hingga aku berhasil dalam memasuki pergururan tinggi Negeri dan kedua ortu bangga terhadapku,Aku senang walau kadang aku tak percaya bahwa mereka tak bersama lagi.Keluargaku saat itu hidup berkecukupan.

Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya. 

Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya.

Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.

Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu. 

Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali.

Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok.

Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.

“Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk.’”

“Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”

“Tapi gue udah tidak tahan lagi.”

“Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.”

Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.

“Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”

Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. 

Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. 

“Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang.

Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang.

Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. 

“Ouuhhh  Don!” desahku.

Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. 

Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi.

Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya.

“Don Ouuhhh Ouuhhh” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.

Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi.

Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda.

Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.

“Ouh Ouuh Jangan, Don! Jangan! Ouuhhh” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku.

Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit. 

Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi.

Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan.

Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar.

Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.

Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. 

Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas.

Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.

Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.

Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio.

Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku.

Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. 

Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi.

Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu. Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor.

Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran.

Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya.

Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya.

Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.

Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap.

Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga..

Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok.

Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.

Aku Diperkosa Oleh Ayah Tiriku Dan Anaknya

“Aahh! Jangaann! Aaahh!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya.

Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.

Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.

“Rio  Kamu” Rio hanya menyeringai buas.

“Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”

Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.

“Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”

“Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!”

“Rio!”

“Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”

“Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!”

“Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”

“Errgh”

Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. 

Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. 

“Akh!” Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras.

Tapi, Plak! Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.

Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur.

Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah.

Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.

Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas.

Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.

“Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. 

Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka.

Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.

“Aaarrghh Rio! Jangaannn..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku.

Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio.

Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.

“Urrgh” Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku.

Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah. Cerita Dewasa Pemerkosaan.

“Braak!” Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.

“Papa!”

“Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”

Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.

“Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.

‘Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.

“Aaahh Papaa Jangaaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. 

Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.

Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku.

Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang.

Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.

Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. 

Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung?

Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio.

Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku?

Cerita sex : Ibu Mertuaku Jadi Pemuas Batangku

Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?

#Aku #Diperkosa #Oleh #Ayah #Tiriku #Dan #Anaknya