Dapat Bonus Dari Pelatihan Terbaru Malam Ini

Dapat Bonus Dari Pelatihan 1

Peristiwa ini terjadi tahun 2014, ketika saya ditugaskan untuk mengikuti Kursus Kearsipan yang diadakan oleh Group Perusahaan saya. Sebenarnya peristiwa ini tidaklah sengaja untuk saya rencanakan, namun terjadi begitu saja secara spontan, mengalir bagai air mengikuti naluri manusia.

Perusahaan di tempat saya bekerja pada awalnya adalah penyedia jasa yang bergerak di bidang bimbingan belajar di Kota Y.

Namun seiring dengan kemajuan yang dicapai, maka dicoba untuk mengembangkan sayap pada bidang-bidang lain seperti super market, sekolah tinggi ekonomi, kursus komputer, travel and tour, bahkan membuka rumah makan, yang semakin hari semakin berkembang dan tidak hanya menempati satu gedung namun tersebar di berbagai tempat dan mempunyai kantor cabang dikota-kota lain di Indonesia.

Saya bekerja sebagai staf di bidang adminstrasi perusahaan dan menangani arsip-arsip perusahaan yang semakin hari semakin menumpuk saja.

Seiring dengan perkembangan tersebut diadakanlah training kearsipan bagi karyawan-karyawan yang menangani arsip-arsip perusahaan supaya ada kesatuan persepsi dan model yang akan dipakai dalam penanganan arsip, sehingga memudahkan dalam pencarian kembali arsip yang telah lalu, maupun menyeleksi arsip-arsip yang akan dimusnahkan supaya tidak memenuhi gudang.

Ketika saya ditugaskan untuk mengikuti kursus tersebut, saya langsung menyatakan setuju. Saya merasa beruntung ditunjuk untuk kursus kearsipan tersebut, karena selain tidak masuk kantor juga bisa “refreshing” menyegarkan badan dan otak yang sehari-hari hanya bergelut dengan kertas dan kertas.

Kursus diadakan selama 2 minggu dan menginap di sebuah penginapan di kawasan Kaliurang, suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Merapi.

Kursus kearsipan diikuti sekitar 30 orang laki dan perempuan, umurnya berkisar antara 22 sampai 36 tahun, jadi masih muda-muda dan penuh semangat.

Ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang baru punya pacar. Walaupun kami dalam satu group perusahaan, namun karena jarang bertemu, terlebih yang dari luar kota, ya kebanyakan dari kami belum saling kenal, hanya satu dua orang saja yang sudah saling kenal.

Hari pertama kursus diadakan acara perkenalan dari masing-masing peserta untuk menyebutkan nama, alamat, asal sub perusahaan/kerja dibagian apa, dan sebagainya sampai soal status keluarga, anak serta suami ataupun istri.

Setelah istirahat siang, untuk lebih dapat menghafal nama serta lebih kompak dalam kerjasama peserta diadakan kegiatan dinamika kelompok dan dilanjutkan acara Outward Bound selama 2 hari penuh.

Dalam dua hari tersebut hampir semua peserta sudah saling kenal satu sama lain, bahkan ada yang tampak akrab. Ketika acara istirahat siang mereka sudah pada ngobrol satu sama lain, saling curhat, saling mencari “jodoh” masing-masing.

Dan pada malam kedua itu kelihatannya mereka sudah saling akrab bahkan hampir dari semua peserta pada malam itu sesudah pelajaran selesai kira-kira pukul 21. 30 WIB mereka memutuskan untuk jalan-jalan keliling sekitar penginapan sampai ke Gardu padang untuk melihat pemandangan alam di sekitar Gunung Merapi malam hari.

Dan sungguh menakjubkan, pada malam terang bulan itu Merapi terlihat indah, gagah, namun menyimpan rahasia alam yang tak dapat diraba oleh panca indera.

Dalam perjalanan malam itulah saya mulai menemukan “jodoh” untuk diajak bincang-bincang secara dengan dekat atau curhat bahasa populernya. Sebut saja teman saya tadi Winny. Masih muda sekitar 25 tahun, belum kawin katanya, namun sudah punya pacar.

“Pacarku itu lho Om (begitu dia panggil saya) yang antar aku ke sini tempo hari”.

“Oh, yang antar kamu tempo hari to Win” sahutku.

Hari-hari selanjutnya semakin akrab aku memanggil dia dengan panggilan Win, dan dia memanggilku dengan Om.

“Kok, panggil aku Om, gimana sih?” godaku.

“Gini Om, soalnya dari perkenalan kemarin, Om umurnya sudah sebaya dengan umur Pak Lik atau Paman saya, jadi ya kupanggil saja Om. Nggak apa-apa kan?” sahutnya.

“Oh, begitu to, oke deh” sahutku pula.

Pada Ju’mat pertama, saya coba ajak Winny untuk jalan-jalan setelah akhir pelajaran. Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 22. 00 WIB.

“Win, belum ngantukkan?” tanyaku.

“Belum Om, ada apa?” Winny balas bertanya.

“Yuk, kita jalan-jalan ke gardu pandang!” ajakku.

“Siapa aja yang akan kesana Om?” tanyaknya lagi.

“Aku nggak tahu, aku hanya ajak kamu jalan-jalan malam ini, kan besok malam Minggu diberi kesempatan pulang ke rumah masing-masing, jadi ini kesempatan malam terakhir minggu pertama untuk jalan-jalan. Kalau yang lain ada yang ikut aku nggak keberatan, kalau tak ada yang ikut pokoknya aku ajak kamu aja, mau kan?” aku coba merayu.

“Gimana ya Om?” dia agak ragu menjawab.

“Aku sih sebenarnya juga ingin jalan-jalan, tapi kalau hanya kita berdua gimana, ya, aku tak enak sama teman-teman yang lain”, lanjutnya.

“Ya nggak usah dipikirkan, tuh mereka sudah membuat kelompok-kelompok sendiri!” sahutku pula.

Winny diam sebentar dan akhirnya memutuskan mau kuajak jalan-jalan malam itu, hanya berduaan saja.

Sepanjang jalan aku dan Winny ngobrol tentang keadaan kantor masing-masing, tentang keadaan alam, tentang keluarga, dan ngomong apa saja untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan ke gardu pandang.

Setelah jalan beberapa ratus meter melewati tanjakan dan tikungan tiba-tiba melewati tikungan yang cukup gelap karena lampu penerangan jalan yang mati.

Winny berhenti sebentar dan berkata” Om, gelap tuh jalan, gimana yuk balik aja”.

“Balik, tanggunglah yau, kan gardu pandang tinggal beberapa puluh meter di depan, setelah tikungan itu kan?” sahutku.

“Iya tapi kan cukup gelap, aku agak takut” sahutnya pula.

“Nggak apa-apa, ada aku kok (gayaku sok berani), yuk terus!” sahutku sambil secara reflek menarik tangannya dan kugandeng terus melewati kegelapan.

Winny, terus mengikuti, malah memegangku semakin erat dan semakin dekat jaraknya tubuhnya dengan tubuhku. Tercium, bau parfum yang wangi dari tubuhnya. Hal ini semakin ingin aku menggandengnya lebih lama.

Akhirnya aku dan Winny melewati jalan gelap sambil bergandeng tangan terus sampat tempat gardu pandang. Disana sudah ada beberapa pasangan muda-mudi yang juda duduk-duduk sambil memandang keindahan Gunung Merapi.

“Om, lepasin dong tangannya” pintanya.

“Oh maaf, ya Win, aku sampai lupa, habis hangat sih” godaku.

“Om, nakal, besok kuberitahu lho istri om, biar dimarahi” sahutnya.

“Eh, ngancam, ya? Besuk juga kuberi tahu pacarmu, hayo” balasku pula.

Winny mencubit tanganku, namun secara cepat kupegang tangannya erat-erat dan kutarik tubuhnya mendekati tubuhku, kutarik lagi hingga tubuh kami berdua berdekatan.

“Ssst.. nggak usah ribut, nanti pada menengok dan melihat ke sini semua” bisikku di telinganya. Mata kami saling memandang, dan Winny pun tersenyum.

“Oke, Om, nggak usah lapor-laporan, ya” ucapnya pelan, kemudian aku pun membalas senyumnya.

“Iya deh, Oreo, setujukan?”

Akhirnya malam itu kami duduk-duduk untuk beberapa lama, ngobrol, sambil menikmati pemandangan dari gardu pandang, yang pada waktu itu Merapi telah diselimuti kabut cukup tebal.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 23. 30 waktu setempat, hawa di pegunungan itu semakin terasa dingin, satu persatu, sepasang demi sepasang, mereka mulai meninggalkan gardu pandang. Aku pun mengajak turun Winny menuju tempat penginapan kami.

“Om, dingin sekali ya, Om dingin nggak? tanyanya.

“Ya dingin sahutku pula, gimana? tanyaku pula.

“Nggak apa-apa kok, yok kita turun” lanjutnya. Tanpa berkata ba, bi, bu, ku gandeng tangan Winny, dia tak menolak, aku semakin berani untuk segera merangkulnya.

“Gimana Win? hangat kan? tanyaku.

“Om, nakal, besuk aku bilangan, sama istri Om” sahutnya.

“Eit, kita kan udah janji, Oreo-kan” kataku pula.

Akhirnya Winny diam saja kurangkul dan kudekap sepanjang perjalanan menuju penginapan, mungkin merasa hangat dan lebih tenang seperti yang kurasakan.

“Lepasin Om tangannya” katanya setelah terlihat penginapan yang tinggal beberapa puluh meter. Kulepaskan tanganku dan aku sengaja menyenggol bukitnya yang ternyata cukup besar. Winny hanya diam saja.

“Dah.. Winny..” kataku ketika kami berpisah dan menuju kamar masing-masing.

“Dah.. Om, nakal” sahutnya sambil tersenyum.

Sabtu sore itu kami diberi kesempatan untuk pulang mengengok keluarga masing-masing. Aku pulang sendiri, Winny dijemput oleh pacarnya, yang ternyata juga tidak begitu ganteng.

“Selamat jalan, ya, hati-hati” kataku sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman.

Winny pun menjawab “Terimakasih, Om, ini kenalkan, pacarku”.

Aku pun terus bersalaman dan berkenalan dengan pacarnya.

“Sigit” katanya singkat.

“Yanto” jawabku singkat pula.

“Senang ya punya pacar cantik, kok diajak pulang sore ini, mengapa tak nginap di sini aja berdua, sekaligus bermalam minggu di sini. Kalau mau nanti aku mintakan izin sama panitianya. Aku kenal kok sama ketua panitia kegiatan ini” godaku pula.

Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum malu.

“Nggak usah lah yau, nanti ndak lupa daratan” sahut mereka berdua hampir bersamaan.

“Oke, kalau gitu selamat jalan, dan sampai jumpa” aku berkata demikian sambil melambaikan tangan. Mereka berdua pun melambaikan tangan, menghidupkan mesin motornya dan melesat turun ke kota.

Ketika aku masih bengong melihat Winny dengan pacarnya sudah melesat pergi, tiba-tiba dari belakang di tepuk pundakku oleh Pak Bandung, salah seorang panitia yang telah kukenal sebelumnya.

“Hayo! Dik Yanto jangan bengong aja, dulu waktu muda kan pernah kayak gitu, ingat lho Dik Yanto, anak dan istri telah menunggu dirumah untuk berakhir pekan” katanya.

Aku pun terkejut, “Oh, nggak apa-apa kok Pak, saya cuma setengahnya tidak percaya, itu lho gadis cantik kayak gito kok pacarnya biasa saja, nggak ganteng, kalau dipikir-pikir justru lebih ganteng saya to Pak” jawabku pula.

Dan sambil menghidupkan mesin aku langsung tancap gas turun gunung, mampir sebentar di warung pinggir jalan, membeli jualan tempe serta wajik untuk oleh-oleh anak istri yang telah menunggu di pondok mertua indah.

Senin pagi itu para peserta kursus telah berdatangan lagi untuk melanjutkan menimba ilmu kearsipan. Kulihat Winny juga telah datang dan tengah menikmati sarapan pagi yang memang telah disediakan oleh pihak panitia.

Aku mendekat dan menyapa “Pagi Win, gimana kabarnya, gimana malam minggunya, asyikkan, saya tahu lho Win malam itu kamu tidak pulang ke rumah tapi entah bermalam dimana” kataku mencoba menebak-nebak sambil duduk didekat Winny yang lagi sarapan pagi.

“Ah, Om ini sok tahu, kalau ya terus mau apa, kalau tidak trus gimana” jawabnya agak ketus.

“Ya, nggak apa-apa, wong aku cuma bercanda, kok” aku balas menjawab.

“Gimana Win, nanti habis pelajaran malam kita jalan-jalan lagi, ya. Nanti jalan-jalan dengan route yang lain dengan kemarin, oke?” aku mengajak Winny.

Winny pun mengangguk tanda setuju.

Malam itu setelah pelajaran malam berakhir pukul 21. 30 kami berdua jalan-jalan mengelilingi taman parkir, gardu pandang, telogo nirmolo, dan akhir berhenti duduk-duduk karang Pramuka.

Saat itu Winny memakai jaket tebal dan celana jeans ketat. Dalam keremangan malam terlihat bentuk kakinya yang indah sesuai dengan tinggi badannya.

“Dingin ?” tanyaku membuka percakapan.

“Ya dingin, mana ada tempat di Kaliurang yang hangat” jawabnya.

“Ada saja” jawabku

“Dimana” tanyanya lagi

“Ya, disini” jawabku sambil aku menggeser pantatku dan duduk berdekatan dengannya.

“Dimana Om?” Winny pun bertanya lagi

“Ya.. disini, coba pejamkan mata sebentar!” perintahku.

Winny pun memejamkan mata. Pelan tapi pasti Winny pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja.

“Dimana Om,? dia bertanya lagi

“Disini” jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya.

“Om, nakal” Winny meronta tapi aku tetap meneruskan pelukanku bahkan semakin erat dan akhirnya perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat.

Peluk dan terus peluk, kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya, mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat.

Dapat Bonus Dari Pelatihan

“Oh.. Om..” desahnya pelan

“Oh.. Win, cantik sekali kau malam ini” rayuku pula.

Tanganku selanjutnya menelusuri tubuh dibalik jaketnya yang tebal. Aku sedikit kaget karena Winny hanya memakai kaos “adik” (istilah kaos yang kekecilan sehingga ketiak dan pusar terlihat) singlet yang agak tebal.

“Nggak usah terkejut Om, aku sering melakukan ini dengan pacarku” bisiknya.

“Lho, katamu dingin, kok pakai singlet?” aku balas bertanya.

“Iya, tadi dingin, tapi sekarang sudah agak hangat, kan ada pemanasnya” celotehnya pula.

“oo begitu, baru hangatkan? Oke kalau begitu nanti kubuat kamu lebih hangat lagi, kalau perlu sampai panas” lanjutku sambil terus mengelus, meraba tubuhnya.

Dan akhirnya sampai dibukit yang cukup besar dan kiranya mulai menegang. Tanganku berhenti sebentar dibukitnya yang kenyal, kemudian mulai kuremas-remas dengan kedua tanganku dari arah belakang. Winny mulai melenguh kenakan.

“Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus” Winny terus merengek.

Kemudian dia berbalik dan tangannya juga mulai mememeluk tubuhku semakin erat. Tangannya menuntun tanganku dari bawah kaosnya menuju bukitnya dan ternyata juga tidak memakai BH.

Kuremas pelan-pelan dan semakin cepat seiring dengan rengekannya. Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling meremas, entah berapa lama.

Kami semakin tidak sadar kalau berada diruang terbuka. Disekeliling kami hanya pepohonan hutan cemara dikeremangan malam, diiringi suara cengkerik, belalang serta binatang malam lainnya, dipinggir tanah lapang itu. Kami pun tidak akan tahu seandainya disekeliling lokasi itu ada yang melihat baik sengaja mengintip atau tidak sengaja melewati daerah itu.

Permainan terus berlanjut diudara terbuka itu. Winny pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa “adik”ku telah bangun, Winny pun segera memelorotkan celanaku yang kebetulan waktu itu hanya memakai training.

Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Winny mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini membuatku lupa dengan istri dirumah yang belum pernah melakukan hal yang demikian.

“Oh.. Win, terus Win, teruuss.. enak Win, teruuss..”

Dan crot, crot, crot.., crot, crot.., crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya yang mungil dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.

“Enak Om?” tanyanya.

Aku hanya mengangguk, mulut rasanya sulit berkata karena hampir tak percaya kejadian yang baru saja tadi. Ini adalah hubungan seks-ku yang pertama dengan selain istri, walaupun baru sebatas oral seks.

Dan ternyata menimbulkan kesan lain yang mendalam selain juga mengasyikkan.

“Aku bersihkan ya Om” dan tanpa berkata lagi Winny mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih, sih.

“Oh, Wik..”

Cerita sex : Nikmatnya Menggarap Tetanggaku Dan Anaknya

Sadar berada di alam terbuka, aku segera melihat jam tanganku. Jarum jam telah menunjukkan angka 23. 15. Aku segera mengajak Winny meninggalkan tempat itu.

#Dapat #Bonus #Dari #Pelatihan

Kupuaskan Istri Dari Majikanku Yang Baik Hati Terbaru Malam Ini

Kupuaskan Istri Dari Majikanku Yang Baik Hati

Aku (Anis) 39 tahun. Satu Bulan terakhir ini, tiba-tiba aku teringat ketika aku baru saja selesai menamatkan pendidikanku di SMA tahun 1984 pada salah satu ibu kota kecamatanku. Sebut saja Kecamatan KH pada salah satu Kabupaten di Sulsel.

Ketika itu aku menghadapi permasalahan yang hampir sama dengan permasalahanku saat ini yakni bentrok dengan keluarga. Hanya saja ketika itu, aku bentrok dengan orang tuaku, sedang saat ini aku bentrok dengan istri.

Ceritanya, hanya persoalan sepele yaitu orang tuaku menghendaki agar aku tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi aku tetap ngotot untuk mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di Makassar.

Karena tidak didukung orang tua, aku terpaksa meminjam uang dari tetangga sebesar Rp.10.000, buat ongkos mobil ke Makassar dan sisanya buat jajan. Karena aku tidak punya kenalan di Kota Makassar, maka aku terpaksa bermalam di terminal bus sambil mencari kenalan agar aku bisa mendapatkan kerja secepatnya. Kerja apa saja asal halal.

Setelah dua hari aku bergaul dengan orang-orang terminal, akhirnya ketemu dengan seorang tukang batu yang waktu itu sedang merenovasi tembok dan lantai tunggu para penumpang. Aku menawarkan diri menjadi buruh pada tukang tersebut, dan setelah kuceritakan masalahku yang sebenarnya, akhirnya ia menerima tawaranku itu.

Aku ditawarkan gaji Rp.2.000/hari tanpa ditanggung makan dan penginapan. Aku langsung setuju saja, sebab jika tidak, aku akan mati kelaparan mengingat uang jajanku telah habis. Namun aku minta agar gajiku dapat kuterima setiap hari dan tukang itupun setuju.

Setelah lima hari aku bekerja dengan tekun dan bermalam bersama dengan sopir-sopir bus malam di terminal, aku dikenalkan dengan seorang pengusaha beras yang kaya oleh salah seorang sopir bus kenalan saya di terminal itu.

Malam itu aku diantar ke salah satu rumah besar yang beralamat di Jl. SA. Aku gemetaran dan nampak kampungan ketika memasuki rumah yang serba mewah itu.

Kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sedang serta 3 mobil kijang pick up di parkir di depannya. Seorang pembantu laki-laki setengah baya mempersilakanku masuk duduk di ruang tamu.

Tidak lama kemudian seorang gadis entah pembantu atau keluarga si pengusaha itu sedang membawa 3 cangkir kopi beserta kue kering. Kue seperti itu rasanya seringkali saya makan di kampungku.

Setelah kami duduk kurang lebih 2 menit di ruang tamu, tiba-tiba:

“Iyana eddi muaseng elo makkulliah na de’ gaga ongkosona? (Ini orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?)” tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamarnya dengan perawakan tinggi besar, perut gendut dengan warna kulit agak hitam. Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang sehari-hari kugunakan di kampungku.

“Iye’ puang. Iyana eddi utihirakki (Yah betul. Inilah orangnya yang saya antar)” jawab si sopir yang mengantarku itu.

Selama di rumah itu, kami bercakap dengan memakai bahasa daerah Bugis. Namun, untuk memudahkan dan memperjelas kisahku ini, sebaiknya kugunakan bahasa Indonesia saja tanpa mengurangi makna percakapan kami, apalagi bahasa percakapan kami adalah campuran bahasa Indonesia dan Bugis.

“Oh yah, masuk saja dulu makan nak, siapa tahu temanmu itu belum makan malam” katanya pada si sopir itu sambil mempersilakan kami masuk ke ruang dapur.

“Ayo Nis, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi” ajakan si sopir itu seolah ia sudah terbiasa di rumah itu.

“Yah.. Terima kasih Pak. Rasanya aku masih kenyang” kataku pura-pura kenyang meskipun sebenarnya aku sangat lapar karena belum makan malam.

“Ayolah.. Masuklah.. Jangan malu-malu. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Biar sedikit saja di makan” kata sopir bersama dengan si pemilik rumah itu sambil ia berdiri menuntunku masuk ke ruang makan. Ternyata di atas meja telah tersedia makanan lengkap seolah meja itu tidak pernah kosong dari makanan.

Setelah kami duduk di depan meja makan, aku menoleh kiri kanan dalam ruangan itu dan sempat kulihat 3 orang perempuan di rumah itu. Seorang di antaranya sedang cuci piring. Ia sudah cukup tua, yang jika ditaksir usianya sekitar 50 tahun ke atas. Sedang yang satunya lagi sedang berbaring di atas salah satu tempat tidur sambil membaca koran.

Bila ditaksir usianya antara 30 sampai 40 tahun. Namun seorang wanita lagi sedang asyik nonton TV sambil bersandar pada rosban tempat wanita berbaring sambil baca koran tadi. Ia nampak masih muda. Jika ditaksir usianya sekitar 17 sampai 25 tahun. Nampaknya ia masih gadis.

Selama kami menyantap makanan di atas meja itu, kami tidak pernah bicara sama sekali. Namun aku merasa diperhatikan sejak tadi oleh wanita setenga baya yang sedang baca koran itu. Ia sesekali mengintip aku sambil memegang korannya. Lebih aneh lagi, setiap kami beradu pandangan, wanita itu melempar senyum manis.

Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi aku tetap membalas dengan senyuman tanpa diperhatikan oleh si sopir teman makanku itu. Kalau bukan karena si sopir itu berhenti duluan makan, aku tidak bakal berhenti makan dan aku semakin betah duduk berlama-lama di kursi makan itu berkat lemparan senyum si wanita setengah baya itu.

Setelah kami duduk kembali bersama dengan si sopir itu di ruang tamu, laki-laki berperawakan besar tadi kembali duduk di depanku dan berkata, “Kamu dari daerah mana dan dimana orang tuamu nak?” tanya laki-laki itu.

“Dari Bone Pak. Orang tuaku tinggal di kampung” jawabku.

“Kamu tinggal di Kota Bone atau desanya?” tanyanya lagi serius.

“Di kampung jauh dari kota Pak” jawabku lagi.

“Saya sudah dengar permasalahanmu dari sopir ini. Kalau kamu mau tinggal sama kami, aku siap membiayai kuliahmu jika kamu lulus nanti”

“Terima kasih banyak Pak atas budi baik bapak. Aku bersyukur sekali bisa bertemu dengan bapak” kataku dengan penuh kesopanan.

“Kebetulan sekali kami juga asli Bugis tapi Bugis Sinjai. Bahkan istri pertamaku tinggal di Kota Sinjai” lanjutnya terus terang.

“Yah kalau begitu, aku sangat beruntung pergi ke Makassar ini,” kataku.

Setelah kurang lebih 3 jam kami ngobrol, laki-laki itu menyuruh kami masuk ke salah satu kamar depan untuk istirahat. Tapi si Sopir temanku itu malah minta pamit dengan alasan pagi-pagi mau cari penumpang.

Aku mengerti dan laki-laki tadi yang belakangan kuketahui kalau ia adalah majikanku dan kepala rumah tangga dalam keluarga itu, mengizinkan si sopir tadi pulang ke terminal.

Sebelum majikanku itu berangkat untuk mengurus usahanya pada esok harinya, sambil menyantap hidangan pagi bersama istrinya yang kemarin kulihat baca koran dan anak satu-satunya di rumah itu yang kemarin nonton TV di ruang makan, ia memperkenalkan seluruh anggota keluarga dan pembantunya di rumah itu, termasuk sopirnya.

Setelah itu ia tunjukkan kamar tidurku dan jelaskan kerjaku sehari-hari di rumah itu. Aku diminta menjaga rumah dan membantu istri keduanya ketika ia sedang pergi ke luar kota mengurus perusahaannya.

Aku senang sekali mendengar pekerjaan yang dibebankan padaku, apalagi membantu istrinya yang kuyakini cukup ramah dan bijaksana.

Sejak hari pertama aku sudah cukup akrab dengan anggota keluarga di rumah itu dan aku mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah itu, termasuk mencuci, memasak dan menyapu sebagaimana layaknya keluarga atau pembantu umum di rumah itu. Sikap kami berjalan biasa-biasa saja tanpa ada keanehan hingga hari kedua belas.

Namun pada hari ketiga belas, pikiranku mulai terganggu ketika majikan laki-lakiku menyampaikan bahwa ia akan pergi ke Sinjai untuk membeli gabah dan beras untuk beberapa hari.

Aku yakin kalau pergaulanku dengan istri keduanya itu bisa tambah dekat, sebab akhir-akhir ini istrinya itu sering minta aku membersihkan tempat tidurnya dan berpakaian yang sedikit kurang sopan di depanku saat suaminya keluar rumah. Aku justru sangat gembira mendengarnya.

Setelah majikan laki-lakiku itu berangkat bersama sopir pribadinya sekitar pukul 9.00 pagi, aku kembali melaksanakan tugas hari-hariku seperti hari-hari sebelumnya yakni mencuci pakaian, piring dan menyapu tempat tidur majikanku. Pembantu rumah itu sedang menyapu di halaman belakang, sementara anak gadis satu-satunya itu sedang ke sekolah.

“Nis, bisa nggak kamu membantu aku seperti suamiku membantuku setiap malam?” tanya istri keduanya itu ketika aku sedang membersihkan tempat tidurnya. Aku sangat kaget dan bingung atas permintaannya itu. Aku tidak segera menjawab karena aku tidak tahu maksudnya dengan jelas.

“Membantu bagaimana yang ibu maksud?” tanyaku penuh ketakutan.

“Memijit kepala dan punggungku sebelum aku tidur, karena mataku tak bisa tertidur sebelum dipijit” katanya sambil sedikit senyum.

“Kalau soal pijit memijit, kurasa sangat mudah Bu’. Aku bisa, tapi.. Tapii aapa bapak tidak marah nanti kalau ia tahu Bu?” tanyaku terbata-bata kalau-kalau ia hanya memancingku.

“Nggak bakal marah kok. Kan kamu sudah jadi kepercayaannya. Lagi pula kamu diberi tugas menjaga aku selama ia belum pulang” katanya lagi.

Setelah kusetujui permintaannya, ia lalu keluar dan duduk baca koran di ruang tamu, sedang aku ke halaman depan untuk menyapu, lalu istirahat di kamar tidurku.

Setelah makan malam, aku bersama pembantu nonton TV di ruang makan, sedang ibu majikanku dan anak gadisnya nonton TV di kamarnya masing-masing.

Setelah siaran berita yang kami tonton habis, pembantu itu pergi tidur di kamarnya yang berdekatan dengan ruang dapur. Sedangkan anak gadis majikanku masih terlihat belajar di kamarnya dengan pintu kamar yang terbuka lebar.

Aku kembali teringat dengan perintah ibu majikanku tadi pagi. Aku bertanya-tanya dalam hati kapan perintah itu harus kulaksanakan, karena ibu tidak menjelaskan jam berapa dan di mana. Di ruang makan, atau ruang tamu ata di kamar tidurnya. Aku tunggu saja perintahnya lebih lanjut.

Setelah terdengar pintu kamar anak gadis majikanku itu tertutup dan terkunci rapat sebagai tanda ia sudah mau tidur, maka terdengar pula pintu kamar majikanku terbuka pertanda ia mau keluar dari kamarnya. Aku pura-pura tidak memperhatikannya. Namun tiba-tiba ibu majikanku itu duduk tidak jauh di sampingku sambil nonton TV bersamaku.

“Nis, sudah lupa yach permintaanku tadi pagi?” tanyanya setengah berbisik yang membuat aku kaget dan gemetar.

“Ti.. Tiidak Bu’. Mmaaf Bu’, aku hampir lupa” jawabku ketakutan.

“Kalau begitu ayolah. Tunggu apa lagi. Khan sudah larut malam” ajaknya.

“Ta.. Tapi di mana Bu’?” tanyaku singkat.

“Tentu di kamarku donk. Tidak mungkin di sini atau di kamarmu” jawabnya.

Aku sebenarnya sangat takut kalau ada orang lain yang mencurigai aku. Tapi karena ini adalah perintah majikan, lagi pula semua orang di rumah itu pada tidur, maka apapun resikonya aku harus jalankan.

Ibu majikanku berjalan dengan pelan seolah takut pula diketahui orang lain dan ia menuju kamar tidurnya, sementara aku ikut di belakangnya dengan pelan dan hati-hati pula. Setelah masuk kamar, ia lalu menutup dan mengunci pintunya dengan rapat.

Lalu ia membuka daster yang dipakainya dan terus telungkup tanpa memakai baju, melainkan hanya BH dan celana tipis yang agak pendek di badannya.

Kupuaskan Istri Dari Majikanku Yang Baik Hati

“Ayo Nis, silakan dipijit kepala dan leherku bagian belakang lalu punggungku” pintanya seolah tak sabar menunggu lagi.

Aku segera duduk di pinggir tempat tidurnya, lalu secara pelan dan hati-hati menyentuh kepalanya bagian belakang, terus turun ke leher belakangnya. Setelah aku mencoba menekan dan mengeraskan sedikit pijitanku, ibu majikanku itu tiba-tiba bersuara dengan nada sedikit agak tinggi.

“Wah.. Kenapa tidak pakai minyak gosok Nis. Ambil di kolom rosban?”

“Yah.. Yah.. Maaf Bu’. Aku tidak melihatnya tadi” kataku dengan suara agak tinggi pula.

“Jangan terlalu besar suaranya Nis, nanti kedengaran orang” kata ibu.

Setelah ibu majikanku melarangku bersuara agak keras, ia lalu berbisik.

“Punggungku juga Nis, biar aku bisa tidur nyenyak”.

Menyentuh kepala dan rambut serta lehernya saja, aku sudah cukup terangsang dibuatnya. Apalagi memijit kulit punggugnya yang setengah telanjang itu. Tapi karena itu adalah perintah majikan, maka aku segera laksanakan.

Ketika aku menurunkan kedua tanganku dan menggosok-gosok punggungnya, terasa hangat sekali. Kulit tubuhnya sangat putih dan halus. Sesekali aku meletakkan tanganku di bawah ketiaknya dan di pinggir BH warna abu-abu yang dikenakannya.

Kedua tanganku semakin lengket dan lambat gerakannya ketika ujung jariku sedikit menyelusup di balik pengikat BH dan pinggir atas celananya. Bahkan sempat tanganku tidak bergerak sejenak ketika konsentrasiku mulai mengarah ke balik pakaiannya itu.

“Nis, kenapa diam. Ada apa, sehingga kamu tidak menggerakkan tanganmu itu?” tanyanya sambil bergerak dan sedikit berbalik, sehingga aku sempat melihat sebagian daging empuk yang ada di balik BH-nya itu.

“Ti.. Tidak apa-apa Bu’. Hanya takut?” jawabku dengan nafas terputus.

“Takut sama siapa? Khan tidak ada orang lain di sini. Capek yaah?”

Setelah berkata begitu, ibu majikanku tiba-tiba berbalik arah sehingga ia telentang di depanku. Terpaksa kedua tanganku menyentuh tonjolan BH-nya tanpa sengaja. Ia hanya sedikit tersenyum dan berkata,

“Tidak keberatan khan jika kamu juga mengurut perutku, biar tubuhku lebih segar lagi. Ayolah Nis..” katanya sambil meraih kedua tanganku dan meletakkannya di atas pusarnya.

Jantungku terasa hampir copot ketika ibu majikanku itu mengangkat BH-nya sehingga bukit kembarnya nampak jelas menantang di bawah kedua batang hidungku. Aku tak mampu bersuara dan mengatur nafas, bahkan aku sedikit malu menatapnya, tapi,

“Jangan takut dan malu Nis. Ini adalah rezkimu, kesempatanmu dan kamu pasti menginginkannya” katanya ketika aku mulai agak menghindar.

“Bba.. Bagaimana ini Bu’. Kek.. Kenapa bisa bbeggini?” tanyaku penuh ketakutan dan nafasku sulit lagi kuatur.

Sebagai laki-laki normal yang hanya pernah mendengar dalam cerita, tentu aku tidak mampu menolak dan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kenyataan inilah yang harus kualami, apalagi ini adalah perintah majikan. Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua tanganku di atas bukit kembar itu.

Mula-mula hanya kusentuh, kuraba dan kuelus-elus saja, tapi lama kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk memegang dan menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda kenyal dan hangat, apalagi milik majikanku.

Ibu majikanku kelihatan juga menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak teratur. Desiran mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di depanku.

“Auhh.. Terus Nis, nikmat sayang. Tekan, ayo.. Teruuss.. Aakhh.. Isap Nis.. Jilat donk..” itulah erangan ibu majikanku sambil meraih kepalaku dan membawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak terlalu besar itu.

Aku tentu saja tidak menolaknya, bahkan sangat berkeinginan menikmati pengalaman pertama dalam hidupku ini. Aku segera menjilat-jilat putingnya, mengisap dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya dengan kedua tanganku.

Aku tidak tahu kapan ia membuka celananya, tapi yang jelas ketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan mengangkat kepala, tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di badannya.

“Ayo Nis, kamu tentu tahu apa yang harus kamu perbuat setelah aku bugil begini. Yah khan?” pintanya sambil meraih kedua tanganku dan membawanya ke selangkangannya.

Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. Aku mengelus-elus bulu-bulu yang tumbuh agak tipis di atas kedua bibir lubang kemaluannya yang sedikit mulai basah itu.

Aku rasanya tak ingin memindahkan mulutku dari bukit kenyalnya itu, tapi karena ia menarik kepalaku turun ke selangkangannya di mana tanganku bermain-main itu, maka aku dengan senang hati menurutinya.

“Cium donk. Jilat sayang. Kamu nggak jijik khan?” tanyanya.

“Nggak Bu’” jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa sedikit jijik karena belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku pernah dengar cerita dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang Barat kesukaannya menjilat dan mengisap cairan kemaluan wanita, sehingga akupun ingin mencobanya.

Ternyata benar, kemaluan wanita itu harum dan semakin lama semakin merangsang. Entah perasaan itu juga bisa di temukan pada wanita lain atau hanya pada ibu majikanku karena ia merawat dan menyemprot farfum pada vaginanya.

Pinggul ibu majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat goyangannya, bahkan nafasnya semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar hantu.

Kali ini aku berinisiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu menatap sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak kecoklatan yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan mungil sekali.

Aku coba memasukkan lidahku lebih dalam dan menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan, lalu ke atas dan ke bawah. Pinggul ibu majikanku itu semakin tinggi terangkat dan gerakannya semakin cepat.

Aku tidak mampu lagi mengendalikan gejolak nafsuku. Ingin rasanya aku segera menancapkan penisku yang mulai basah ke lubangnya yang sejak tadi basah pula. Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga aku terpaksa menahan sampai ada sinyal dari dia.

“Berhenti sebentar Nis, akan kutunjukkan sesuatu” perintahnya sambil mendorong kepalaku.

Lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya sambil berpegangan pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia segera membuka kancing bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari tubuhku. Ibu majikanku itu segera merangkul punggungku dan menjilati seluruh tubuhku yang telanjang.

Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku sampi ke pusarku, ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi sehingga membuatku merasa geli dan semakin terangsang.

“Nis, aku sekalian buka semuanya yach,” pintanya sambil melepaskan sarung dan celana dalamku.

Aku hanya mengangguk dan membiarkannya menjamah seluruh tubuhku sesuai keinginannya. Setelah aku bugil seperti dirinya, ia lalu meraih tongkatku yang sejak tadi berdiri dengan kerasnya di depannya, lalu dengan cepat memasukkan ke mulutnya.

Sikap dan tindakan ibu majikanku itu membuat aku melupakan segalanya, baik masalah keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku maupun status dan hubunganku dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah bagaimana menikmati seluruh tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang kemaluannya dengan tongkatku yang sangat tegang itu.

“Bagaimana Nis,? Enak yach?” tanyanya ketika ia berhenti sejenak menjilat dan memompa tongkatku dengan mulutnya.

Lagi-lagi aku hanya mampu mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan menggelomoh penisku dengan lahapnya bagaikan anjing makan tulang

“Aduhh.. Akhh.. Uuhh..” suara itulah yang mampu kukeluarkan dari mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.

“Ayo Nis, cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak mampu menahan nafsuku lagi sayang,” pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur dan tidur telentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk memudahkan penisku masuk ke kemaluannya.

Aku tak berpikir apa-apa lagi dan tak mengambil tindakan lain kecuali segera mengangkangi pinggulnya, lalu secara perlahan menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vaginya yang menganga lagi basah kuyup itu.

Senti demi senti tanpa sedikitpun kesulitan, penisku menyerobot masuk hingga amblas seluruhnya ke lubang kenikmatan ibu majikanku itu.

Mula-mula aku gocok, tarik dan dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin lama semakin kupercepat gerakannya, sehingga menimbulkan suara aneh seiring dengan gerakan pinggul kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama.

Plag.. Pligg.. Plogg, decak.. decikk.. decukk. Bunyi itulah yang terdengar dari peraduan antara penisku dan lubang vagina ibu majikanku yang diiringi dengan nafas kami yang terputus-putus, tidak teratur dan seolah saling kejar di keheningan malam itu.

Aku yakin tak seorang pun mendengarnya karena semua orang di rumah itu pada tidur nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit berjauhan dengan kamar lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00-12.00 malam.

“Bu’, Bu’, aku ma, mau.. Kk” belum aku selesai berbisik di telinganya, ibu majikanku tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata,

“Tunggu dulu. Tahan sebentar sayang” katanya sambil memutar tubuhku sehingga aku terpaksa berada di bawahnya.

Ternyata ia mau mengubah posisi dan mau mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke lubangnya, ia lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai gerakan kami malam itu. Decik.. Decakk.. Decukk.

Setelah beberapa menit kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti orang yang naik kuda, ia nampaknya kecapean sehingga seluruh badannya menindih badanku dengan menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku.

Aku kembali merasakan desakan cairan hangat dari batang kemaluanku seolah mau keluar. Aku merangkul punggung ibu majikanku dengan erat sekali.

“Akk.. aakuu tak mampu menahan lagi Bu’. Aku keluarkan saja Bu’ yah” pintaku ketika cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan tiba-tiba ibu majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan badannya di sampingku sambil telentang, lalu meraih kemaluanku dan menggocoknya dengan keras serta mengarahkannya ke atas payudaranya.

Cairan hangat yang sejak tadi mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan payudara ibu majikanku. Ia pun seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya terdengar panjang sekali dan ia seolah sangat lega

Tindakan ibu majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan terencana. Ia mampu menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman dalam masalah sex. Terbukti ketika spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah tahu dan langsung dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa maksudnya, tapi kelihatannya ia cukup menikmati.

“Nis, anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin kamu belum pernah menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?” katanya seolah sangat puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi tidur telentang.

Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan mengisap-isap bibirku, lalu berkata,

“Terima kasih yah Nis atas bantuanmu mau memijit tubuhku. Mulai malam ini, Kamu kujadikan suami keduaku, tapi tugasmu hanya menyenangkan aku ketika suamiku tidak ada di rumah. Mau khan?” katanya berbisik.

“Yah, Bu’. Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu atas budi baiknya mau menolongku. Terima kasih banyak juga Bu’” jawabku penuh bahagia, bahkan rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku malu mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.

Sejak saat itu, setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar kota, aku dan ibu majikanku seperti layaknya suami istri, meskipun hanya berlaku antara jam 21.00 sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, kami seolah mempunyai hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu.

Aku sangat disayangi oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku rajin dan patuh terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku diperlakukan layaknya anak atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku dibiayai dalam mengikuti pendidikan pada salah satu perguruan tinggi swasta di kota Makassar, bahkan aku diberikan sebuah kendaraan roda dua untuk urusan sehari-hariku.

Sayang aku dikeluarkan dari perguruan tinggi itu pada semester 3 disebabkan aku tidak lulus pada beberapa mata kuliah akibat kemalasanku belajar dan masuk kuliah.

Karena aku sangat malu dan berat pada majikan laki-lakiku atas segala pengorbanan yang diberikan padaku selama ini, terpaksa aku meninggalkan rumah itu tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota Bone untuk melanjutkan pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang ada di kotaku tersebut.

Untung aku punya sedikit tabungan, karena selama kurang lebih 2 tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung setiap diberikan uang oleh majikanku.

Selama 4 tahun mengikuti kuliah di kotaku ini, akhirnya aku lulus dengan predikat baik berkat ketekunan dan kerajinanku belajar. Sejak aku selesaikan pendidikan tahun 1991 hingga tahun 1994, aku belum pernah kembali ke kampung asliku dan berkumpul bersama keluarga karena malu dan takut pada orangtua.

Namun pada Sepetember 1995, pikiranku mulai terpengaruh kembali oleh wanita, bahkan beberapa kali aku ingin menikmati apa yang pernah kunikmati bersama dengan ibu majikanku dulu, tapi aku takut resiko dan dosa.

Karena aku merasa sudah punya biaya dan matang untuk berumah tangga, akhirnya kuputuskan untuk kembali kampung membicarakan dengan orang tuaku.

Orangtuaku sangat bangga dan bersyukur serta berterima kasih atas keberhasilanku memperoleh sarjana sekaligus merestui niatku untuk berumah tangga, bahkan menyerahkan penuh padaku untuk memilih pasangan sendiri.

Tahun itu pula aku kawin dengan pilihanku sendiri, biaya dan urusannya tidak kubebankan orangtuaku. Sejak tahun itu sampai tahun ini, hubunganku dengan istri berjalan harmonis, bahkan kami telah dikaruniai 2 orang putra dan seorang putri.

Tapi gara-gara kehilangan pekerjaan, kami seringkali cekcok dan bentrok dengan istri. Akhirnya kuputuskan meninggalkan rumah dan pergi ke salah satu kota di Sulsel untuk mencari pekerjaan. Tiba-tiba aku ketemu dengan teman kuliah yang sudah menjadi pengusaha besar dan lagi-lagi pengusaha beras.

Anehnya lagi, temanku itu tinggal bersama istri keduanya, sebab istri pertamanya tinggal di kota Bone. Tawaran temanku itu hampir sama dengan tawaran majikanku dulu yakni menjaga keluarganya dan membantu mengurus usahanya ketika ia ke luar kota.

Cerita sex: Kisah Sex Dengan Ana Tetanggaku

Pikiranku mulai aneh-aneh dan ingin kembali mengulang sejarah masa lalu, apalagi istri temanku itu belum dikarunia seorang anak dan ia cantik lagi ramah padaku.

#Kupuaskan #Istri #Dari #Majikanku #Yang #Baik #Hati

Kenikmatan Dari Tante Juliet Tersayang Terbaru Malam Ini

Kenikmatan Dari Tante Juliet Tersayang

Suatu ketika rumahnya sedang kosong cuma tinggal Tante Juliet bertiga dengan anak asuhnya yang masih berumur 3 tahun dan pembantunya. Tante Juliet meneleponku untuk meminta tolong membetulkan kran kamar mandinya.

Tentu saja kupenuhi karena aku baginya sudah dianggap seperti keluarga di rumahnya dengan sendirinya cepat saja kupenuhi permintaan itu.

Aku datang dengan segera tapi kran rusak ternyata hanya alasan saja melainkan diminta untuk menemani sambil membantu memijiti kakinya yang katanya sedang kram. Di ruang tengah Tante waktu itu duduk di sofa panjang sedang menonton acara telenovela di televisi.

“Abis kalo nggak pake alesan betulin keran nanti nggak enak didengar keluargamu. Sini dong Son, Sony bisa bantuin mijetin kaki Tante, nggak? kaki Tante agak keram sedikit..” begitu katanya menyambutku dan langsung meminta bantuanku.

Aku mengangguk dan mendekat berlutut di depannya akan mulai memijit sebelah kakinya di bagian bawah tapi rupanya bukan di situ.

“Oo bukan di situ Son.. Di sini, di selangkangan ini. Nggak apa ya Tante begini, nggak usah kikuk, Sony kan udah kayak anak Tante sendiri. ” katanya sambil menyingkap roknya ke atas menunjukkan daerah yang harus kupijit yaitu di selangkangan pahanya.

Tidak tanggung-tanggung, rok itu disingkap sampai di atas celana dalamnya sehingga mau tak mau terpandang juga gundukan vaginanya menerawang dari balik kain tipis celana dalamnya itu.

Tentu saja, biarpun sudah dipesan lebih dulu agar aku tidak usah kikuk-kikuk, tidak urung mukaku langsung berubah merah malu dengan pemandangan yang seronok ini.

Tante seperti tidak mengerti apa yang kurasakan, dia menyuruh aku mendekat masuk di tengah selangkangannya dan mengambil kedua tanganku, meletakan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit vaginanya.

Dia minta bagian yang katanya sering pegal itu kutekan pelan-pelan dan waktu kumulai agak bergetaran juga tanganku mengerjainya sementara Tante Juliet memejamkan matanya pura-pura menikmati pijitanku. Padahal sungguh, aku sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang diperangkap olehnya.

“Iya di situ sering pegel Son, tapi ntar dulu.. Kurang pas yang itu, Tante naikin kaki dulu.. Ya.. “katanya. Berikutnya dengan alasan kurang puas Tante menaikan kedua telapaknya ke atas tepi sofa di mana dia sekarang minta aku memijit lebih ke dalam lagi sehingga boleh dibilang aku hanya memijit-mijit otot seputar kemaluannya saja.

Pikiranku mulai terganggu karena bagaimanapun meremas-remas tepi bukit yang sedang terkangkang menganga ini mau tidak mau membuat nafasku memburu juga.

Maklum, meskipun masih remaja tapi aku sudah kenal tidur dengan perempuan sehingga jelas mengenal rasa yang bisa diberikan bukit menggembung di depanku. Apalagi dalam pemandangan yang merangsang seperti ini. Nah, di tengah-tengah kecamuk lamunan seperti ini Tante semakin jauh menggodaku.

“Ngomong-ngomong Sony udah pernah maen ama cewek, belum?” katanya agak genit.

“Ngg.. Maen cewek maksud Tante pacaran?” kataku balik bertanya pura-pura tidak mengerti.

“Maksudnya tidur sama cewek, ngerasain ininya,” katanya sambil menunjuk vaginanya.

Ditanya begini wajahku merah lagi, jadi gugup aku menjawab, “Ngmm.. Belum pernah Tan..” jawabku berbohong. Mungkin aku salah menjawab begini karena kesempatan ini justru dipakai tante makin menggodaku.

“Ah masak sih, coba Tante pegang dulu..” begitu selesai bicara dia sudah menarikku lebih dekat lagi dengan menjulurkan kedua tangannya, satu dipakai untuk menggantol di leherku menahan tubuhnya tegak dari sandaran sofa, satu lagi dipakai untuk meraba jendulan penisku.

“Tante pengen tau kalo bangunnya cepet berarti betul belum pernah..” lanjutnya lagi.

Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujukku, namanya aku masih berdarah muda biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tapi dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batangku naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih gampang lagi buat dia.

“Wihh, memang cepet bener bangunnya.. Tapi coba Son, Tante kok jadi penasaran kayaknya ada yang aneh punyamu..” katanya tanpa menunggu persetujuanku dia sudah langsung bekerja membuka celanaku membebaskan penisku.

Aku sulit menolak karena kupikir dia betul-betul sekedar penasaran ingin melihat keluarbiasaan penisku. Memang, waktu batangku terbuka bebas matanya setengah heran setengah kagum melihat ukuran penisku.

“Buukan maen Sonyy.. Keras banget punyamu..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu niatnya ingin cepat menjeratku.

“Tapi masak sih yang begini belum pernah dipake ke cewek. Kalo gitu sini Tante kenalin rasa sedikit, deket lagi biar bisa Tante tempelin di sini..” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentarku dia memegang batangku dan menarikku lebih merapat kepadanya.

Apa yang dimaksudkannya adalah dengan sebelah tangan bekerja cepat sekedar menyingkap sebelah kaki celana dalamnya membebaskan vaginanya, lalu sebelah lagi membawa penisku menempelkan kepala batangku di mulut lubang vaginanya.

Di situ digosok-gosokannya ujung penisku di celah liangnya beberapa saat dulu baru kemudian menguji perasaanku.

“Gimana, enak nggak digosok-gosokin gini?” katanya tambah super genit.

Tentu, jangan bilang lagi kalau sudah begini aku yang sudah tegang dengan sinar mata redup sudah sulit untuk melepaskan diri, berat rasanya menolak kesempatan seperti ini. Aku cuma mengiyakan dengan mengangguk dan Tante Juliet meningkat lebih jauh lagi.

“Kalo gitu Sony yang nyoba sendiri biar bisa tahu gimana rasanya, tapi tunggu Tante buka aja sekalian supaya nggak ngalangin..” lanjutnya dengan cepat melepas celana dalamnya untuk kemudian kembali lagi pada posisi mengangkangnya.

Menggosok-gosokan sendiri ujung kepala penisku di mulut lubang vaginanya yang menganga tambah membuatku semakin tegang dalam nafsu, tapi untuk menyesapkan masuk ke dalam aku masih tidak berani sebelum mendapat ijinnya.

Padahal itu justru yang diinginkan tante hanya saja mengira aku benar-benar masih hijau dia masih memakai siasat halus untuk menyeretku masuk.

“Ahh.. Kedaleman gosokinnya..” katanya menjerit geli memaksudkan aku agak terlalu menusuk. Padahal rasanya aku masih mengikuti sesuai anjurannya, tapi ini memang akal dia untuk masuk di siasat berikut, “Tapi gini, supaya nggak keset sini Tante basahin dulu punyamu. ” katanya mengajak aku bangun berdiri.

Kali ini apa yang dimaksudkannya adalah dia langsung mengambil penisku dan mulai menjilati seputar batangku, sambil sesekali mengulum kepalanya. Kalau sudah sampai di sini rasanya aku bisa menebak ke mana kelanjutannya.

Dan memang, ketika dirasanya batangku sudah cukup basah licin dia pun menarik lagi tubuhku berlutut dan kembali memasang vaginanya siap untuk kumasuki.

Dalam keadaan seperti itu aku betul-betul sudah buntu pikiranku, terlupa bahwa dia adalah istri dari Mas Fadli-kakak angkatku. Rangsangan nafsu sudah menuntut kelelakianku untuk tersalurkan lewat dia.

Sehingga sekalipun Tante Juliet tidak lagi menyuruh dengan kata-katanya, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan. Ujung penis mulai kusesapkan di lubang vaginanya segera kuikuti dengan gerakan membor untuk menusuk lebih dalam.

Tante sendiri meskipun mimik mukanya agak tegang, dia ikut membantu dengan jari-jari tangannya lebih menguakkan bibir vaginanya menjadi semakin menganga, untuk lebih memudahkan usaha masuk batangku.

Tapi baru saja terjepit setengah, tiba-tiba Jul anak asuhnya datang mengganggu konsentrasi teristimewa bagi Tante Juliet. Si kecil yang belum mengerti apa-apa ini naik ke sofa langsung menunggangi perut Tante seolah-olah ingin ikut bergabung dengan kami.

“Nanti dulu Dek, Mama lagi dicuntik Mas Sony.. Adek maen dulu sana, ya?” agak kerepotan Tante membujuk SonJul untuk menyingkir dan kembali bermain, sementara aku sendiri tetap sibuk membor dan menggesek keluar masuk penisku untuk menanam sisa batang yang masih belum masuk.

Di atas dia repot meredam kelincahan SonJul, sedang di bawah dia juga repot menyambut batangku. Sesekali merintih memintaku jangan terlalu kuat menyodokkan penisku.

“Aashh.. Sonn.. Pelan Son.. Memek mama sakit.. Jangan dicuntik keras-kerass..” erangnya.

Untung berhasil Tante Juliet membujuk SonJul tepat pada saat seluruh batangku habis terbenam. Lega wajahnya ketika SonJul sudah mau turun kembali bermain.

“Naa, sekarang Mama Adek mau maen sama Mas Sony dulu, ya? Ayo Mas Son.. Pindah ke bawah dulu, Mama Adek juga pengen ikutan ngerasain enaknya.. ”

Kenikmatan Dari Tante Juliet Tersayang

Tanpa melepas kemaluan masing-masing kami pun berpindah ke karpet, Tante Juliet yang di bagian bawah. Di situ begitu posisi terasa pas kami segera menikmati asyik gelut kedua kemaluan denganku memompa dan Tante Juliet mengocok vaginanya.

Nikmat sanggama mulai meresap dan meskipun di tengah-tengah asyik itu SonJul juga sering datang mengganggu, tapi kami sudah tidak peduli karena masing-masing sedang berpacu menuju puncak kepuasan. Dan ini ternyata bisa tercapai secara bersamaan.

Agak terganggu dengan adanya SonJul lagipula suasana kurang begitu bebas, tapi toh cukup memuaskan akhir permainan itu bagi kami berdua. Kelanjutan hubungan kami memang sulit mencari kesempatan yang lowong seperti itu lagi. Setelah yang pertama ini masih sempat dua kali kami melakukan hubungan badan tapi kemudian terputus.

Ada satu keasyikan tersendiri yang kurasakan jika sedang bercinta dengan Tante Juliet yang bertubuh montok ini. Enak rasanya bergelut dengan daging tebalnya, seperti menari-nari di atas kasur empuk berbantalkan susunya yang juga montok dan besar itu.

Rasanya dalam sejarah percintaanku dengan para wanita yang kesemuanya cantik-cantik lagi berlekak-lekuk padat menggiurkan, maka cuma dengan dia satu-satunya yang berbeda. Tapi, inilah yang kusebut asyik tadi.

Aku sama sekali tidak merasa menyesal dan justru selalu merindukan untuk mengulang kenangan bersama dia, hanya saja kesempatan sudah sulit sekali untuk didapat.

Kesempatan kali keempat kudapat tiga tahun setelah itu yaitu ketika aku diminta mengantar Tante Juliet untuk menghadiri upacara perkawinan seorang keluarga mereka di Las Vegas.

Waktu itu rencananya aku hanya mengantar saja dan setelah acara selesai akan pulang langsung ke LA ke tempat kuliahku, tapi rupanya Tante Juliet berubah pikiran ingin pulang menumpang lagi denganku.

Mau tak mau aku pun berputar melewati Washington, DC untuk mengantarkan Tante Juliet ke rumahnya dulu sebelum ke LA. Tante memang rupanya tidak ingin berlama-lama dalam kunjungannya, itu sebabnya SonJul tidak diajak serta dan ditinggal bersama pembantu serta suaminya di rumah.

Begitu, dalam perjalanan yang cuma kami berdua di mobil kami pun ngobrol dengan akrab, dengan Tante Juliet yang lebih banyak bertanya-tanya tentang keadaanku sementara aku sendiri sibuk mengemudi.

Sampai kemudian menyinggung tentang kegiatan seksku, Tante Juliet memang bisa menduga bahwa aku tentu sudah banyak pengalaman galang-gulung dengan perempuan.

“Ngomong-ngomong soal kita dulu kalo sekarang Sony udah kenal banyak cewek cakep pasti kamu nyesel kenapa bikin gitu sama Tante waktu hari itu, ya nggak Son?”

“Nyesel sih enggak Tan, gimanapun kan Tante yang pertama kali ngenalin rasa sama Sony. Apalagi Sony juga punya kenangan manis dari Tante..” jawabku menyinggung hubungan intimku waktu itu dengannya.

“Tapi itu kan duluu.. Sekarang dibanding-bandingin sama kenalan-kenalanmu yang lebih muda pasti kamu mikir-mikir lagi, kok mau-maunya aku sama Tante model gitu. Itupun waktu dulu, sekarang apalagi.. Tambah nggak nafsu liatnya, ya nggak?” Aku langsung menoleh dengan tidak enak hati.

“Jangan bilang gitu Tan, Sony nggak pernah nyesel soal yang dulu. Malah kalo masih boleh dikasih sih sekarang pun Sony juga masih mau kok.”

“Jangan menghibur, ngeliat apanya sama Tante kok berani bilang gitu?”

“Lho kenyataan dong.. Tante emang sekarang gemukan tapi manisnya nggak kurang. Malah tambah ngerangsang deh..” jawabku memuji apa adanya.

Karena memang, sekalipun dia sekarang terlihat lebih gemuk dibanding dulu tapi wajahnya masih tetap terlihat manis.

“Ngerangsang apanya Son?” tanyanya penasaran.

“Ya ngerangsang pengen dikasih kayak dulu lagi. Soalnya tambah montok kan tambah enak rasanya.” jawabku dengan membuktikan langsung meraba-raba buah dadanya yang besar itu, Tante Juliet langsung menggelinjang kegelian.

“Aaa.. Kamu emang pinter ngerayu, bikin orang jadi ngira beneran aja.” katanya mencandaiku.

“Lho Sony serius kok, kalo masih kepengen ngulang sama Tante. Makanya tadi Sony nanya, kalo emang masih boleh dikasih sekarang juga Sony belokin nyari hotel, nih?” Lagi-lagi dia tertawa geli mendengar candaku.

“Yng bilang nggak boleh siapa. Tapi dikasih pun kamu pasti nggak selera lagi, kan percuma.”

“Ya udah, kalo nggak percaya.. Tapi ngomong-ngomong sebentar lagi udah gelap, Sony lupa kalo lampu mobil kemaren mati sebelah belum sempat diganti. Gimana kalo kita nyari hotel aja Tan, besok baru terusin lagi.” kataku mengajukan usul karena kebetulan memang lampu mobilku padam sebelah.

Sebetulnya ada cadangan tapi ini kupakai alasan untuk mengajaknya menginap.

“Duh kamu kok sembrono sih Son.. Ayo cari penginepan aja kalo gitu, dipaksa nerusin nanti malah bahaya di jalan..”

Kupercepat laju mobilku sebelum gelap dan di kota terdekat aku pun mencari sebuah hotel. Begitu dapat aku langsung turun memesan sebuah kamar sementara Tante menunggu di mobil. Dan setelah kembali ke mobil untuk mengajak Tante turun sempat kubuktikan dulu padanya tentang lampu mobil sebelahku yang memang padam itu.

Berdua masuk ke kamar, setelah mandi dan makan malam kami pun bersantai dengan ngobrol sampai kemudian Tante mengajakku untuk pergi tidur.

Kamar yang kupesan memang hanya satu tapi dilengkapi dua tempat tidur sebagaimana biasanya bentuk kamar hotel. Melihat dari keadaan ini Tante Juliet tidak mengira bahwa aku betul-betul serius dengan keinginanku untuk mengulang lagi kenangan lama.

Dia baru saja mengganti baju tidur dan baru akan mulai mengancingnya ketika aku keluar dari kencing di kamar mandi langsung mendekat memeluknya dari belakang. Aku sendiri hanya mengenakan handuk berlilit pinggang setelah membuka bajuku di kamar mandi.

“Gimana Tan, masih boleh dikasih Sony nggak..” bisikku meminta di telinganya tapi sambil mengecup leher bawah telinganya diikuti kedua tanganku mulai meremasi masing-masing susunya. Tersenyum geli dia karena sudah sampai di situ pun dia masih mengira aku cuma bercanda menggoda.

“Apanya yang enak sih sama orang yang udah gembrot dan tua gini, Son..” tanyanya penasaran.

“Buat Sony sih nggak ada bedanya, malah Sony kangen deh Tan..”

Sambil bicara begitu kubuka lagi satu kancing daster tidurnya yang baru terpasang, sehingga bagian depan tubuhnya terbuka berikut kedua susunya yang bebas karena Tante sengaja tidur tanpa memakai kutang, untuk kemudian tanganku berlanjut meremasi susu telanjangnya itu. Tante membiarkan saja tapi dia bertanya mengujiku dengan nada setengah ragu kepadaku.

“Masak sih kangen sama Tante? Kan kamu biasanya sama cewek-cewek cakep, yang masih muda lagi langsing-langsing badannya..?” katanya lagi.

“Justru melulu sama yang begituan, Sony malah bosan.. Sony suka sama Tante yang montok.. ”

“Kamu bisa aja..”

“Lho bener Tan. Montoknya Tante ini yang bikin enak, mantep rasanya. Apalagi yang ini.. Hmm.. Sekarang tambah montok berarti tambah enak lagi rasanya..” kali ini sebelah tanganku sudah kujulurkan ke bawah meremas-remas gemas gundukan vaginanya.

Tante Juliet merengek senang, sekarang baru dia percaya dengan keseriusanku. Apalagi ketika dia juga membalas menjulurkan tangannya ke belakang, di situ dia mendapatkan bahwa di balik handuk itu aku sudah tidak mengenakan celana dalam lagi.

Tanpa diminta lagi dia sendiri membuka lagi daster tidur sekaligus juga celana dalamnya sendiri untuk bersama-sama telanjang bulat naik ke tempat tidur.

Wanita berwajah cantik diusianya mencapai 32 tahun ini memang sudah mekar tubuhnya, tapi tubuhnya masih cukup kencang lagi mulus sehingga montoknya berkesan sexy yang punya daya tarik tersendiri.

Dan aku juga jujur mengatakan bahwa aku merindukan kemontokannya, karena baru saja melihat dia terbuka sudah langsung terangsang gairah kelelakianku.

Sebab dia belum lagi merebah penuh, masih duduk di tengah pembaringan untuk mengurai gelung rambutnya, sudah kuburu tidak sabaran lagi. Kusosor sebelah susunya, sebelah lagi kuremas-remas gemas, dengan rakus mulutku mengenyot-ngenyot bagian puncaknya, mengisap, mengulum dan menggigit-gigit putingnya.

“Ehngg.. Gelli Soon.. Iya, iya, nanti Tante kasih.. Deh.. ” merengek kegelian dia karena serangan mendadakku.

“Abis gemes sih Tan.. ” sahutku cepat dan kembali lagi menyerbu bagian dadanya.

Melihat begini Tante Juliet mengurungkan merebahkan badannya, untuk sementara bertahan dalam posisi duduk itu seperti tidak tega menunda ketidaksabaranku.

Air mukanya berseri-seri senang, sebelah tangannya membelai-belai sayang kepalaku dan sebelah lagi lurus ke belakang menopang duduknya, ditungguinya aku melampiaskan rinduku masih pada kedua susunya yang montok dan besar itu.

Seperti anak kecil yang asyik sendiri bermain dengan balonnya, begitu juga aku sibuk mengerjai bergantian kedua daging bulat gemuk itu untuk memuaskan lewat rasa mulut dan remasan gemasku.

Sampai berkecapan suara mulut rakusku dan sampai meleyot-leyot terpencet, terangkat-angkat dan jatuh terayun-ayun, membuat Tante Juliet kadang meringis merintih atau merengek mengerang saking kelewat gemas bernafsu aku dengan keasykanku, tapi begitupun dia tidak mencegah kesibukanku itu. Baru setelah dirasanya aku mereda, diapun bersiap-siap untuk memberikan tuntutan kerinduanku yang berikutnya.

Ini karena dilihatnya aku sudah cukup puas bermain di atas dan sudah ingin berlanjut ke bawah, yaitu sementara mulutku masih tetap sibuk tapi tangan yang sebelah mulai kujulurkan meraba selangkangannya, segera Tante Juliet pun merubah posisi untuk memberi keleluasaan bagiku.

Tubuhnya direbahkan ke belakang sambil meluruskan kedua kakinya yang duduk terlipat menjepit selangkangannya, langsung dibukanya sekali agar aku bisa mencapai vaginanya.

Mulutku masih terus mengejar menempel di sebelah susunya tapi tanganku sekarang sudah bisa memegang penuh bukit vaginanya. Bukit daging tebal setangkup tanganku yang ditumbuhi bulu-bulu keriting halus ini langsung kuremas-remas gemas, darah kelelakianku pun tambah mengalir deras.

Keasyikan yang baru menarik perhatian baru juga, berpindah dulu aku ke tengah selangkangannya yang kudesak agar lebih mengangkang sebelum kutarik kepalaku dari susunya.

Tante mengira aku sudah akan mulai memasukinya, dia sempat menyambar batangku yang sudah tegang dan melocok-locok dengan tangannya sebentar. Seperti ingin lebih mengencangkan lagi tapi ada terasa bahwa dia juga merindukan batangku, bisa terbaca dari remasan gemasnya yang menarik-narik penisku

Begitu posisiku terasa pas, aku pun memindahkan mulutku turun menggeser ke bawah dengan cara menciumi lewat perutnya sampai kemudian tiba di atas vaginanya yang terkangkang.

Di sini konsentrasiku terpusat dengan mengusap-usap dan memperhatikan dulu bentuk vaginanya. Ini untuk pertama kali aku mendapat kesempatan melihat jelas kemaluannya yang sudah pernah tiga kali kumasuki, tapi karena waktunya sempit tidak sempat kulihat dengan nyata.

Betul-betul suatu pemandangan yang merangsang sekali. Bukit segitiga yang menjendul dengan dagingnya yang tebal itu ditumbuhi bulu-bulu yang begitu lebat, tidak cukup menutupi bagian celah lubang yang diapit pipi kanan kirinya.

Tepi bukit itu persis seperti pipi bayi yang montok menggembung, saking tebalnya sehingga menjepit bibir vagina hanya terkuak sedikit meskipun pahanya sudah kukangkangkan lebar-lebar. Penasaran kukuakkan bibir vaginanya dengan jari-jariku untuk melihat lebih ke dalam, tapi belum lagi jelas, Tante Juliet sudah menegurku dengan muka malu-malu merengek geli.

“Ahahngg.. Sony mau ngeliat apa di dalem situ sih Son..?” katanya sambil meringis.

Aku tidak menyahut tapi sebelum dia berubah pikiran untuk mencegahku, langsung saja kusosorkan mulutku ke tengah lubang yang baru kukuakkan itu.

“Ssshh Sonyy.. Ahh.. Ammpuunn.. Sonn!”

Betul juga. Tante Juliet menjerit malu, tangannya refleks ingin menolak kepalaku tapi sudah terlambat. Sebab begitu menempel sudah cepat kusambung dengan menjilat dan menyedot-nyedot tengah lubangnya.

Adu ngotot berlangsung hanya sesaat karena Tante kemudian menyerah, menganga dengan wajah tegang dia ketika geli-geli enak permainan mulutku mulai menyengat dia.

Untuk berikutnya aku sendiri mulai meresap enaknya mengisap vagina montok yang baru pertama kudapat darinya. Lagi-lagi ada keasyikkan tersendiri, karena tidak seperti dengan milik cewek lain yang pernah tidur denganku, umumnya celah lubang mereka terasa kecil karena tepi kanan kirinya tidak setebal ini.

Milik Tante Juliet justru penampilannya kelihatan sempit tapi kalau dikuakan malah jadi merekah lebar dan dalam. Disosor mulutku yang mengisap rakus, seperti hampir tenggelam wajahku di situ dengan pipiku bertemu pipi vaginanya.

Di bagian inipun untuk beberapa lama kupuaskan diriku dengan menyedot menjilat-jilat tengah lubangnya, sesekali menyodok-nyodokkan ujung lidah kaku lebih ke dalam, membuatnya mengejang sampai membusung dadanya. Atau juga menggigit-gigit klitoris, menarik-nariknya serta menjilati cepat membuatnya menggelinjang kegelian.

Serupa dengan puting susunya, bagian ini pun sudah mengeras tanda dia sudah terangsang naik berahinya, tapi Tante Juliet juga tetap membiarkan aku bermain sepuas-puasnya untuk melampiaskan rinduku.

Ketika kurasa sudah cukup lama aku mengecap asyik lewat mulutku dan sudah cukup matang dia kubawa terangsang, barulah aku mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Di sini baru giliran Tante untuk ikut melampiaskan rindunya kepadaku terasa dari sambutannya yang hangat.

Seperti pengalaman yang kuingat, Tante Juliet bukan type histeris dengan gaya merintih-rintih dan menggeliat-geliat erotis, tapi dalam keadaan saat ini tidak urung meluap juga gejolak rindunya lewat caranya tersendiri kepadaku.

Yaitu seiring putaran vagina laparnya menyambut masuknya penisku, tubuhku pun ditarik menindihnya langsung didekapnya erat mengajakku berciuman. Yang ini juga sama hangatnya karena begitu menempel langsung dilumat sepenuh nafsunya. Berikutnya kami yang sama saling merindukan seolah tidak ingin melepaskan dekapan menyatu ini.

Seluruh permukaan tubuh depan melekat erat dengan bagian atas kedua bibir saling melumat ketat sedang bagian bawah kedua kemaluan pun bergelut hangat. Aku yang memainkan penisku memompa keluar masuk diimbangi vaginanya yang diputar mengocok-ngocok.

Ini baru namanya bersetubuh atau menyatukan tubuh kami, karena hampir sepanjang permainan kami melekat seperti itu. Hanya sekali kami menunda sebentar untuk menarik nafas dan kesempatan ini kupakai dengan mengangkat tubuhku dan melihat bagaimana bentuk wanita montok dalam keadaan sedang kusetubuhi ini.

Ternyata suatu pemandangan yang mengasyikkan sekaligus makin melonjakkan gairah kejantananku. Di bawah kulihat vaginanya diputar bernafsu, seolah kesenangan mendapat tandingan yang cocok dengannya.

Memperhatikan vagina di bawah itu bagaikan mulut bayi berpipi montok yang kehausan menyedot-nyedot botol susunya sudah menambah rangsangan tersendiri, apalagi melihat keseluruhan goyangan tubuh Tante Juliet.

Seluruh daging tubuhnya ikut bergerak teristimewa kedua susunya yang berputaran berayun-ayun tambah menaikkan lagi rangsang kejantananku, sampai aku tidak tahan dan kembali turun menghimpit dia karena sudah terasa akan tiba di saat ejakulasiku.

Pada saat yang sama Tante Juliet juga sudah merasa akan tiba di orgasmenya, dia yang mengajak lebih dulu dengan menyambung lumatan bibir tadi untuk menyalurkannya dalam permainan ketat seperti ini.

“Hghh ayyo Soon.. Nnghoog.. Hrrhg..” dengan satu erang tenggorokkan dia membuka orgasmenya disusul olehku hanya selang beberapa detik kemudian.

Kami sama mengejang dan sempat menunda sebentar ketika masuk di puncak permainan, tapi segera berlanjut lagi melumat dengan lebih ketat seolah saling menggigit bibir selama masa orgasme itu. Baru setelah mereda dan berhenti, yang tinggal hanya nafas turun naik kelelahan dan tubuh terasa lemas.

Cukup luar biasa, karena meskipun tidak berganti posisi atau gaya tapi permainan terasa nikmat dengan akhir yang memuaskan. Malah seluruh tubuh sudah terasa banjir keringat saking serunya berkonsentrasi dalam melampiaskan kerinduan lama kami.

Untuk itu aku begitu melepaskan diri hanya duduk di sebelahnya agar keringat di punggungku tidak membasahi sprei tempat tidur.

“Gimana Son rasanya barusan..?” Tante Juliet mengujiku sambil tangannya mengusap menyeka-nyeka keringat di punggungku. Aku berputar menghadap dia.

“Makanya Sony tadi ngotot minta, soalnya udah yakin duluan memek montok Tante ini bakal ngasih enak.. ” jawabku dengan meremas mencubit-cubit vaginanya.

“Udah enak, puas lagi.. Tapi Tante sendiri, gimana rasanya sama Sony?” balik aku bertanya padanya. Mendapat pujianku air mukanya bersinar senang, ganti dia memujiku.

“Sama kamu sih nggak usah ditanya lagi, Son. Dulu aja kalau nggak sayangin kamu masih muda sekali, udah mau terus-terusan Tante ngajakin kamu.”

“Oya? Kok tadi diajak masih kayak ogah-ogahan?”

“Bukan ogah-ogahan, tapi takut ketagihan sama Sony..” jawabnya bercanda sambil tertawa.

“Kalau tante mau, Sony mau kok married ama tante..” kataku.

“Akh.. Apa Son.. Kamu becanda ya.. Tante kan udah punya suami..” katanya.

“Tante nggak usah bohong deh.. Mas Fadli kan nggak bisa normal lagi tante.. Sony tahu kalau Mas Fadli sekarang punya penyakit impoten.. Ya kan tante..” kataku.

“Kamu tahu darimana Son.. Tapi tante akui kalau Mas Fadli nggak bisa bikin tante puas..” katanya sambil menangis.

“Nah.. Gimana tante suka kan ama Sony.. Selama ini hubungan Sony dengan cewek-cewek lain itu hanya sekedar fun aja kok tan.. Sony sebenarnya cinta ama tante dari pertama pertemuan kita dulu..” kataku sambil mengecup bibirnya.

“Son.. Benarkah ucapanmu itu.. Sony benar mencintai tante yang udah tua ini..?” tanyanya.

“Ya tante, Sony cinta ama tante dan Sony mau married ama tante..” kataku sambil meluk tubuh dia.

“Oh.. Son.. Tante juga suka ama kamu..” katanya sambil memeluk tubuhku.

“I Love You Juliet..” kataku.

“I Love You too Sony..” katanya.

Cerita sex: Menikmati Tubuh Linda Sang Manager

Lalu, kami berpelukan erat dan bahagia menyertai kami berdua.

#Kenikmatan #Dari #Tante #Juliet #Tersayang

Berawal Dari Kenalan Berakhir Ke Dunia Kenikmatan Terbaru Malam Ini

Berawal Dari Kenalan Berakhir Ke Dunia Kenikmatan 1

Hari ini badanku terasa lelah sekali, seharian ini banyak sekali pekerjaan yg kuselesaikan, meski selesai semua rasanya puas juga menjalani kesibukan hari ini. Sore itu waktu sudah hampir setengah 6 sore, setelah membereskan berkas-berkas di ruang kerjaku aq siap pulang kerumah, mobil kijang hijauku sudah siap di tempat parkir mengantarku pulang.

Kulihat jalanan di depan kantorku terlihat lancar, ternyata perkiraanku salah, kurang lebih 1 km dari kantor, jalanan macet total, ya sudahlah nikmati saja daripada menggrutu juga nggak ngurangi macet.

Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkuta umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya sekitar 165 cm dengan menggunakan seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yg kelihatan ketat terlihat dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu terlalu cantik, meski bajunya begitu sederhana tdk sebanding dengan kecantikannya.

Kuperhatikan dengan seksama, dia kelihatan memandangku dan tersenyum tipis menatapku, akupun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan sudah lancar sekitar 30 meter ke depan.

Menyesal sekali aku tdk bisa berhenti waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja?

Sekira 200 meter jalan lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yg agak luas, akhirnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski masih ada rokok, kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap perempuan di angkot belakang bisa ketahuan lagi jejaknya. 

Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yg membawa perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun kemudian membayar ongkos ke sopir di depan.

Wah memang benar kalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dia menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instant lima sachet.

“Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.

“Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya.

“Nama saya Iwan, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman.

“Saya Naina, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku..

Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.

“Berapa Mbak?” kata Naina pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.

“Dua puluh sembilan ribu lima ratus Mbak “jawab penjual toko itu.

“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko.

“Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Naina sambil ngeluarin dua lembar uang dua puluh ribuan.

“Ya sudah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.

“Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Naina sambil tersenyum.

“Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngrepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.

“Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang lima ribu”

“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.

Naina tersenyum dan mengajakku berjalan di gang sebelah toko itu, jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak bisa bareng, harus satu-satu, Naina jalan di depan dan aku dibelakangnya.

Kuperhatikan selain dadanya yg membusung, ternyata pinggul dan pantat Naina benar-benar montok habis, sampai-sampai rok yg dipakainyapun membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah bau tubuhnya yg wangi meski kutahu itu bau parfum biasa.

Kira-kira dua puluh meter jalan, Naina berhenti dan membuka pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu meter antar kamarnya.

“Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air sebentar buat bikin kopi” kata Naina nerocos.

Kamarnya ternyata cukup bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg bagus, tak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi melihat ruang tamunya tertata rapi aku yakin kamar tidurnya pasti bersih juga.

Kuambil remote TV dan kunyalakan, pas berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih tertarik melihat foto dibelakangku ternyata foto Naina menggunakan kebaya dan samping, cantik sekali.. Tdk dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu belahan dada kebaya agak rendah, sehingga sembulan toket putihnya kelihatan seksi dan erotis sekali.

“Itu fotoku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu acara kawinan sepupuku” kata Naina sambil membawa dua gelas kopi.

“Memangnya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu acara itu?” Tanyaku sambil membantu nurunin gelas kopi ditaruh di meja.

“Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski hanya sebatas acara di kampung aja” Kata Naina sambil tersenyum manis.

“Pantesan tapi cantik juga kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.

“Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Naina.

“Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu karena rajin jaipongan ya”

“Ah Mas, bisa aja,” katanya sambil mencubit tanganku.

“Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya”

Naina masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi masih dekat dengan kamar Naina mungkin cuma sekitar 4 meter saja dari pintu kamarnya.

“Tunggu sebentar ya Mas, silakan diminum kopinya” Naina berjalan dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke belakang, terlihat cantik dan alami sekali.

Sekitar sepuluh menit Naina di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.

“Ada apa Nai? Ada yg bisa saya santu?” kataku sedikit cemas dan heran.

“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Naina sambil teriak.

“Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berjalan ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya.

“Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Naina hanya berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yg montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali terlihat tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Naina menengok dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya.

“Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Naina sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.

Melihat pemandangan yg menggairahkan itu, mengakibatkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan melihat-lihat lagi foto sensualnya.

“Maaf ya Mas, sebenarnya aku malu tadi,” kata Naina sambil duduk di sampingku, Naina sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut, namun kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut.

Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari obrolan itu kutahu kalau Naina sudah hampir setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Naina sudah punya pacar di kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju.

“Jangan kapok main ya Mas,” kata Naina berharap.

“Justru aku yg berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang kuberikan kartu namaku.

“Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Naina kelihatan malu dan tertunduk.

“Daah” aku pamitan dan Naina mengantarkan aku sampai ke tempat parkir.

Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat saja, bahkan Naina menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah bertindak tdk sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku,

“Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Naina di telepon.

“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.

“Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Naina menutup telponnya.

Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Naina sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Naina masuk ke mobilku dan tersenyum.

“Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Naina sambil menatapku.

“Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yg memang cukup nyaman untuk berendam di malam hari.

“Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Naina mengiyakan.

Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yg harus diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.

“Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Naina.

“Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Naina sambil memegang lenganku.

Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Naina hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Naina menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan diapun kelihatan lebih tenang. Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.

“Kita makan dulu yuk,” ajakku.

Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Naina berani berjalan disampingku sambil memeluk pinggangku, akupun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan.

Menuju ke Ciater, diperjalanan Naina memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah telanjur, akhirnya kutawarkan ke Naina.

“Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?”

Aku agak khawatir dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Naina.

Di front room hotel, aku booking satu kamar yg ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja frontroom Naina masih memeluk pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku.

Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan, hingga perjalanan menuju ke kamarpun harus perlahan, petugas hotel sudah menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.

“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.

“Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel.

Naina masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yg bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Naina keluar dari kamar, alamak Naina sudah berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya benar-benar montok menantang.

“Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Naina sambil duduk disampingku.

“Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yg sudah tdk kuat melihat pemandangan yg memancing birahi itu.

“Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Naina sambil memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di lenganku.

Perlahan kuusap paha putih Naina dan tiba-tiba Naina berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Naina menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, meski terhalang kaos tipis yg dipakainya, cukup lama Naina menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih.

“Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Naina, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kami pun saling melumat bibir.

Berawal Dari Kenalan Berakhir Ke Dunia Kenikmatan 2

Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku pelahan mengangkat kaos ketatnya. Naina menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang.

“Mas, pantatku kayak ada yg mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Naina.

Aku berdiri dan Naina membuka reslutingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.

“Apa itu Mas?” kata Naina sambil menutup matanya dengan jari yg masih terbuka.

Otot pejalku yg sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana pendek katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Naina, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Naina berinisiatif meremas penisku dari luar celana pendekku.

Kubiarkan Naina mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.

“Gimana Nai?” kataku sambil menatap matanya.

“Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil tersipu.

“Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku.

Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yg sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Naina menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yg tegang seperti kayu, urat-urat yg menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan,

penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelirku, sungguh kenikmatan yg luar biasa.

Kutarik Naina untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Naina mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan aliran birahi yg mengalir lewat kulitnya.

Naina yg hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yg sudah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, meski masih terpisahkan CDnya, namun kurasakan ada kelembaban dari balik CDnya. Kulihat mata sendu Naina menikmati foreplay yg panjang malam itu, kelihatan dia sudah terangsang sekali, dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, serta toketnya yg kencang menantang dengan puting yg mengeras.

Kuraba CDnya dan kuturunkan, Naina membantu menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.

Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kegesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku kembali meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, pada bagian akhir nanti, sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Naina menggelinjangkan pinggulnya.

Kuperhatikan Naina memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberikan, sementara tanpa sadar penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat saat rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yg sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yg membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku,

seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Naina menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, sementara tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg masih mengeras dan berdenyut-denyut.

“Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Naina mengerang menahan kenikmatan.

Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jariku masih menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu.

Kuremas dengan irama perlahan toketnya yg tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya.

Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Naina sudah terangsang kembali.

“Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yg dirasakannya.

Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan ujung jari telunjukku.

Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yg hangat dan basah, kulihat Naina merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan. Dengan perlahan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Naina sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit.

“Aah,”

Namun akhirnya kepala penisku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada sekitar centimeter ke 4 menuju ke 5, Naina tiba-tiba berteriak dan menjerit.

“Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti ada yg menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya.

“Aku cabut aja ya?”

“Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,”

Aku yg sudah merasa kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang penisku. Kulihat Naina meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yg belum pernah kurasakan, penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali.

Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini.

“Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali”

Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek Naina, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya.

Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat ayunan penisku di memeknya. Naina berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya.

“Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”

Aku merasakan nikmat yg amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Naina, sepertimya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.

Beberapa saat kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Naina dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Naina, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari memek Naina, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk dari memek Naina, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan penisku di memek Naina, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yg akan meledak dari dalam penisku dan akhirnya..

Croot.. Croot.. Croot.. Croot..

Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yg hangat, sementara kurasakan batangku masih berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yg basah. Kupandang wajahnya yg berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, akhirnya kamipun terkulai lemas dan Naina memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yg merembes keluar dari lubang kenikmatannya.

Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua kita berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badanpun terasa segar kembali. Setelah menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kamipun kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih ganas hingga jam 1 dinihari, kamipun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut.

Cerita sex : Main Dengan Presenter Yang Bohay

Hingga esoknya kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12 siang, kami masih menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Naina di kampungnya saat aku mengantarnya mudik.

#Berawal #Dari #Kenalan #Berakhir #Dunia #Kenikmatan

Hadiah Meki Dari Sahabat Kerja Istriku Terbaru Malam Ini

Hadiah Meki Dari Sahabat Kerja Istriku 1

Siang itu pertemuanku dengan client makan waktu lebih cepat dari perkiraan. Jam masih menunjukkan jam 11.00, paling sampai kantor pas jam istirahat dan pasti sdh sepi, pada makan siang diluar kantor… mmm… kubelokkan mobilku, dan kutuju satu arah pasti… kantor Tari istriku… Istriku seorang wiraswasta, berkantor di daerah Tomang.

“Eeeeee… mas Tommy, tumben nongol siang-siang begini…?”Dina sekretaris Tari menyambutku…

“Sepi amat..? udah pada istirahat..?”sahutku sambil melangkah masuk kantor yang tampak sepi.

“Mmmmm… Tari ke customer sama pak Darmo, Liliek dan Tarjo nganterin barang dan katanya Tari sekalian meeting dengan customer… sukri lagi Dina suruh beli makan siang, tunggu aja mas diruangan Tari..”celoteh Dina yang berjalan di depanku memperlihatkan pantatnya yang montok bergoyang seirama dengan langkah kakinya… Aku masuk ke ruangan Tari, kujatuhkan pantatku ke kursi direktur yang empuk…Dalam hati aku mengutuk habis-habisan, atas kesialanku hari ini… malah sampe disini, ketemu sama Dina…

oh ya Dina sebenarnya adalah sahabat Tari waktu kuliah, janda cantik beranak 2 ini diajak kerja

istriku setelah setahun menjanda… orangnya ramah… cuma sebagai lelaki aku kurang menyukai karakternya…terutama dandanannya yang selalu tampak menor, dengan tubuhnya yang montok… buahdadanya gede sebanding dengan pantatnya yang juga gede, pokoknya bukan type wanita yg kusukai dan menurutku kulitnya terlalu putih… jadi tampak kaya orang sakit-sakitan… walaupun kata Tari, Dina orangnya sangat cekatan dan sangat doyan kerja alias rajin… Kubuka laptopku dan kunyalakan… kucari-cari file yang kira-kira bisa menemaniku disini… daripada aku hrs ngobrol sama Dina, yang menurutku bukan temen ngobrol yang asyik… wow… di kantong tas laptopku terselip sebuah CD… wiih DVD bokep punya Rudy ketinggalan disini… lumayan juga buat ngabisin waktuku nungguin Tari….

Mmmmmmm Asia Carera… lumayan bikin ngaceng juga setelah kira-kira 30 menit melihat aksi sex Asia Carera melawan aksi kasar Rocco Sifredi…

“Ooooo.. ooooo.. mas Tommy nonton apaan tuuuh… sorry mas Tommy mau minum apa..? panas, dingin… hi..hi.. pasti sekarang lagi panas dingin kan..?”suara Dina bagaikan suara petir disiang bolong… dengan nada menggodaku…

“Ah kamu bikin kaget aja… ngg… dingin boleh deh… mm ga ngrepotin neeh..?”sahutku sambil memperbaiki posisiku yang ternyata dari arah pintu, layar laptopku keliatan banget… sial lagiiii…. aahh masa bodo laahh… toh Dina bukan anak kecil.. Dina masuk ruangan lagi sambil membawa 2 gelas es jeruk..

“Mas Tommy boleh dong Dina ikutan nonton… mumpung lagi istirahat… kayanya tadi ada Rocco sifredi yak..?”kata Dina sambil cengar cengir bandel..

“ha… kamu tau Rocco Sifredi juga..?”tanyaku spontan… agak kaget juga,

ternyata wanita yang tiba-tiba kini jadi tampak menggairahkan sekali di mataku, tau nama bintang film top bokep Rocco Sifredi…

“Woow bintang kesayangan Dina tuuuh..”sahut Dina yang berdiri di belakang kursiku…

“Kamu sering nonton bokep..?”tanyaku agak heran sebab Dina setelah menjanda tinggal dg orang tuanya dan rumahnya setahuku ditinggali banyak orang…

“Iya… tapi dulu… waktu masih sama “begajul”itu..”sahut Dina enteng dan membuatku ketawa geli mendengar Dina menyebut mantan suaminya yang kabur sama wanita lain…

Suasana hening… tapi tak dapat dielakkan dan disembunyikan nafas kami berdua sdh tak beraturan, bahkan beberapa kali kudengar Dina menghela nafas panjang… ciri khas wanita yang hendak mengendorkan syaraf birahinya yang kelewat tegang… dan beberapa kali kudengar desisan lembut, seperti luapan ekspresi… yang kuartikan Dina sudah larut dalam aksi para bintang bokep di layar monitor… Sementara keadaanku tak jauh beda.. celanaku terasa menyempit… desakan batang kemaluanku di selangkangan yang mengeras sejak setengah jam yang lalu, mulai menyiksaku… dalam kondisi seperti ini biasanya, aku melakukan

onani di tempat.. Tapi kali ini masak onani di depan Dina..? ampuuuunn siaal lagiii..!

“Din.. kamu suka Rocco Sifredi..? memang suka apanya..?”tanyaku memulai komunikasi dengan Dina yang desah napasnya makin memburu tak beraturan dan sesekali kudengar remasan tangannya seolah gemas pada busa sandaran kursi yang kududuki…

“Mmm… hhh.. apanya yak..? iih… mas Tommy nanyanya… sok ga tau..”sahut Dina sambil mencubit pundakku…  entah siapa yang menuntun tanganku untuk menangkap tangan Dina yang sedang mencubit… mmm… Dina membiarkan tanganku menangkap tangannya…

“Kamu ga capek, berdiri terus… duduk sini deh..?”kataku sambil tetap menggenggam tangan Dina,kugeser pantatku memberi tempat untuknya, tapi ternyata kursi itu terlalu kecil untuk duduk berdua,apalagi untuk ukuran pantat Dina yang memang gede…

“Pantat Dina kegedean sih mas…”kata Dina sambil matanya melempar kerling aneh,

yang membuat darahku berdesir hebat, akhirnya Dina menjatuhkan pantatnya di sandaran tangan.. oooww…aku dihadapkan pada paha mulus yang bertumpangan muncul dari belahan samping rok mininya dan entahsejak kapan kulit putih ini menjadi begitu menggairahkan dimataku..? Kembali perhatian kami tercurah pada aksi seks dilayar laptop… sesekali remasan gemas tangan lembutnya pada telapak tanganku terasa hangat… dimana tangan kami masih saling menggenggam… dan menumpang diatas paha mulus Dina…

“Iiih Gila… Dina sudah lama enggak nonton yang begini..”kata Dina mendesah pelan seolah bicara sendiri.. menggambarkan kegelisahan dan kegalauan jiwanya…

“kalo ngerasain..?”tanyaku menyahut desahannya tadi…

“Apalagi…”jawabnya pendek serta lirih sambil matanya menatapku dengan tatapan jalang… yang bisa kuartikan sebagai tantangan, undangan atau sebuah kepasrahan, kutarik lembut tangannya dan diikuti tubuh montoknya…kini pantat montok Dina mendarat empuk di pangkuanku sedangkan tanganku melingkar di pinggangnya yang ternyata cukup ramping tak berlemak… Iblis dan setan neraka bersorak sorai mengiringi pertemuan bibir kami yang kemudian saling mengulum dan tak lama lidah kami saling belit di rongga mulut… mmm… tangan Dina melingkar erat di leherku dengan gemetaran… kulayani serangan panas janda cantik berumur 32 tahun ini… seolah ingin memuaskan dahaga dan rindu dendamnya lewat aksi ciuman panasnya…Tanganku memang dari dulu trampil memainkan peran jika dihadapkan dengan tubuh wanita… menelusup ke balik blazer hitam yang dikenakan Dina dan terus menelusup sampai menyentuh kulit tubuhnya… sentuhan pertamaku pada kulit tubuhnya membuat Dina menggeliat resah dan menggerang gemas… rangkulan tangannya semakin erat di leherku sementara ciuman bibirnya juga semakin menggila mengecupi dan mengulumi

bibirku… tanganku mulai merambah bukit dadanya yang memang luar biasa montok, yang jelas diatas cup B… sebab buah dada Tari istriku yang ber bra 36B jauh tak semontok buah dada Dina… Tiba-tiba Dina meronta keras, saat tanganku meremas lembut buah dadanya yang mengeras akibat terangsang birahi tinggi….

“Ooohh… mas Tommy suudaah mas… hhh.. hhh… jangan mas, Dina ga mau menyakiti Tari…hh… ooohh..”kalimat diantara desah nafas birahi ini tak kuhiraukan dan rontaan kerasnya tak berarti banyak buatku… tanganku yang melingkar di pinggangnya tak mudah utk dilepaskannya…

“Ada apa dengan Tari..? ga akan ada yang merasa disakiti atau menyakiti selama ini jadi rahasia… ayo sayang waktu kita tak banyak… nikmatilah apa yang kamu ingin nikmati…”bisikku lembut di sela-sela aksi bibir dan lidahku di leher jenjang berkulit bersih milik janda cantik bertubuh montok ini…

“Ampuuun mas, oooww… Dina ga tahaaan… hh..hh… ssshhh…”rengek Dina memelas yang tak mampu membendung gelegak birahi yang mendobrak hebat pertahanannya…

Blazer hitam yang dikenakan Dina sudah teronggok dibawah kursi putar yang kami gunakan sebagai ajang pergulatan… dibalik blazer hitam, tubuh montok berkulit putih mulus itu hanya mengenakan penutup model kemben berbahan kaos, sehingga dari dada bagian atas sampai leher terbuka nyata… bergetar syahwatku menyaksikan pemandangan ini… buah dadanya yang montok dengan kulit putih bersih, mulus sekali sehingga urat-urat halus berwarna kebiruan tampak dipermukaan.. buah dada montok yang sedang meregang nafsu birahi itu tampak mengeras, memperlihatkan lembah yang dalam di tengahnya… tampak bergerak turun naik

seirama dengan nafas birahinya yang mendengus-dengus tak beraturan… iihh menggemaskan sekali.. Woow.. bukan main..! begitu tabir berbahan kaos warna orange itu kupelorotkan ke bawah.. muncullah keindahan yang menakjubkan dari sepasang bukit payudara yang asli montok dan sangat mengkal, hanya tertutup bra mini tanpa tali, sewarna dengan kulit mulusnya…

“Oooohh.. maaasss..?”desahnya lirih ketika tabir terakhir penutup payudaranya meninggalkan tempatnya dan secara refleks Dina menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya,

tapi dimataku, adegan itu sangat sensual.. apalagi dengan ekspresi wajahnya yang cantik sebagian tertutup rambutnya yang agak acak-acakan… matanya yang bereye shadow gelap menatapku dengan makna yang sulit ditebak…

“Mas.. janggaaan teruskan… Dina takuut Tari datang…hhh… hhh… “bisiknya dengan suara tanpa ekspresi… tapi aku sdh tak mampu mempertimbangkan segala resiko yg kemungkinan muncul… lembah payudara Dina yang dalam itulah yang kini menggodaku… maka kubenamkan wajahku ke dalamnya… lidahku terjulur melecuti permukaan kulit halus beraroma parfum mahal… kontan tubuh bahenol di pangkuanku itu menggelepar liar, spt ikan kehilangan air, ditambah amukan janggut dan kumisku yang sdh 2 hari tak tersentuh pisau

cukur…

“Ampuuuunnn maaass…. iiiihhh… gellliii aaahh… mmm…ssssshhh.. ooohh…”rengek dan rintihannya mengiringi geliat tubuh indah itu… wooow jemari lentiknya mulai mencari-cari…. dan menemukannya di selangkanganku… bonggolan besar yang menggembungkan celanaku diremas-remas dengan gemas… sementara aku sedang mengulum dan memainkan

lidahku di puting susunya yang sudah menonjol keras berwarna coklat hangus… tanganku menggerayang masuk kedalam rok mininya yg semakin terangkat naik kudapatkan selangkangan yang tertutup celana dalam putih dan kurasakan pada bagian tertentu sudah basah kuyub, Dina tak menolak ketika celana dalam itu kulolosi dan kulempar entah jatuh dimana… Dina mengerang keras dengan mata membelalak, manakala jariku membelah bibir vaginanya yang sudah sangat basah sampai ke rambut kemaluannya yang rimbun… bibir cantik yang sudah kehilangan warna lipsticknya itu gemetaran layaknya orang kedinginan… terdengar derit retsluiting.. ternyata jemari lentik Dina membuka celanaku dan menelusup masuk kedalam celana kerjaku… kulihat matanya berbinar dan mulutnya mendesis seolah gemas, ketika tangannya berhasil menggenggam batang kemaluanku… sesaat kemudian batang kemaluanku sudah mengacung-acung galak di sela bukaan retsluiting celanaku dalam

genggaman tangan berjari lentik milik Dina… makin lebar saja mata Dina yang menatap jalang ke batang kemaluanku yang sedang dikocok-kocoknya lembut…

“Aaaah… mass Tommyy… mana mungkin Dina sanggup menolak yang seperti ini… hhhh…. ssss….sssshhh… lakukan mas.. oohhh… toloong bikin Dina lupa segalanya mas… Dina ga tahhaan…”kalimatnya mendesis bernada penuh kepasrahan, namun matanya menatapku penuh tantangan dan ajakan… Kurebahkan tubuh montok Dina di meja kerja Tari yang lebar setelah kusisihkan beberapa kertas file dan gelas minum yang tadi ditaruh Dina diatas meja itu…. sementara laptopku masih terbuka dan adegan seks dilayar monitornya, sementara jari tengahku tak berhenti keluar masuk di liang sanggama Dina yang sangat becek… mungkin benar kata orang, cewek yang berkulit putih cenderung lebih basah liang sanggamanya… seperti halnya Dina, cairan liang sanggamanya yang licin kurasakan sangatlah banyak sampai ada tetesan yang jatuh di atas meja….Dina sudah mengangkangkan kakinya lebar-lebar menyambut tubuhku yang masuk diantara kangkangan pahanya, aku berdiri menghadap pinggiran meja, dimana selangkangan Dina tergelar… tubuh Dina kembali menggeliat erotis disertai erangan seraknya ketika palkonku mengoles-oles belahan vaginanya, sesekali kugesek-gesekan ke clitorisnya yang membengkak keras sebesar kacang tanah yang

kecil.. bukit vaginanya yang diselimuti rimbunnya rambut kemaluan yang tercukur rapi…

Hadiah Meki Dari Sahabat Kerja Istriku

“Ayoooo maasss… lakukan sekaraaang… Dina ga tahaaann…hh..hhh… “rengek Dina memelas. Bibir cantik itu menganga tak bersuara, mata bereye shadow gelap itu membelalak lebar dengan alis berkerinyit gelisah, ketika palkonku membelah bibir vaginanya dan merentang mulut liang sanggamanya… kurasakan palkonku kesulitan menembus mulut liang sanggama Dina yang sudah berlendir licin… Tubuh Dina meregang hebat diiringi erangan keras, manakala palkonku memaksa otot liang sanggama Dina merentang lebih lebar… kedua tangannya mencengkeram keras lenganku… sewaktu pelan-pelan tapi pasti batang kemaluanku menggelosor memasuki liang sanggama yang terasa menggigit erat benda asing yang

memasukinya… baru tiga perempat

masuk batang kemaluanku, palkonnya sudah menabrak mentok dasar liang sanggama sempit itu, kembali tubuh montok Dina menggeliat merasakan sodokan mantap pada ujung leher rahimnya…. Sepasang kaki Dina membelit erat pinggangku sehingga menahan gerakku… bibir cantik yang gemetaran itu tampak tersenyum dengan mata berbinar aneh…

“Mas Tommy… tau kenapa Dina suka Rocco Sifredi..?”bisik Dina dengan tatapan mata mesra… kujawab dengan gelengan kepalaku…

“Perih-perih nikmat… kaya sekarang ini… Dina pingin disetubuhi Rocco Sifredi… ayoo mas.. beri Dina kenikmatan yang indah…”bisik Dina sambil mengerling penuh arti, belitan kaki di pinggangku dilonggarkan, pertanda aku boleh mulai mengayun batang kemaluanku memompa liang sanggamanya….

Kembali suara erangan dan rintihan Dina mengalun sensual mengiringi ayunan batang kemaluanku yang pelan dan kalem keluar masuk liang sanggama yang kurasakan sangat menggigit saking sempitnya, walaupun produksi lendir pelicin vagina wanita bertubuh montok ini luar biasa banyaknya, sampai berlelehan ke meja kerja yang jadi alas tubuhnya..

“Punya kamu sempit banget Din… aku seperti menyetubuhi perawan…”Bisikan mesraku tampak membuat janda beranak dua itu berbunga hatinya.. wajahnya tampak berseri bangga….

“Punya mas Tommy aja yang kegedean… kaya punya Rocco Sifredi… Dina suka sama yang begini… gemesssiiin… hhh… hhhoohhh… mmmaasss…”belum selesai kalimat Dina, kupercepat ayunan pinggulku.. membuat mata Dina kembali membelalak, bibirnya meringis memperlihatkan gigi indah yang beradu, mengeluarkan desis panjang….

“Teeruuuss maaasss… ammppuunn… nikkmaaat bukan main.. oooohhh… aaaaaahhh… eeeenngghh..”ceracaunya dengan suara setengah berbisik… sesaat kemudian aku merasakan serangan balasan Dina…

Dengan gemulai janda cantik ini memutar pinggulnya, pinggangnya yang ramping bergerak menjadi engsel… Luar biasa nikmat yang kurasakan di siang tengah hari bolong itu… Suara berdecakan yang semakin keras di selangkangan kami menandakan semakin banjirnya lendir persetubuhan dari liang sanggama Dina… Wajah cantik Dina semakin gelisah… mulutnya komat-kamit seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tak ada suara yang keluar, hanya desah dan erangannya yang keluar… alisnya yang runcing semakin berkerut… apalagi matanya yang kadang membelalak lebar kadang menatapku dengan sorot mata gemas…

“Oooooouuuuwww..!! mmmaaaaassssss…. Diii..naa gatahaann….mmmmmhhh…!!”Kegelisahan dan keresahannyaberujung pada rengekan panjang seperti orang menangis dibarengi dengan pinggul yang diangkat didesakan ke arahku bergerak-gerak liar…

Aku tanggap dengan situasi wanita yang dihajar nikmatnya orgasme… segera kuayun batang kemaluanku menembus liang sanggama Dina sedalam-dalamnya dengan kecepatan dan tenaga yang kutambah… akibatnya tubuh Dina semakin liar menggelepar di atas meja kerja Tari… kepalanya digeleng-gelengkan dengan keras ke kanan dan ke kiri sehingga rambutnya semakin riap-riapan di wajahny

“Ammmpppuuunnn…. oooohhh… nnnggghhh…. niikmmmaattnya…. hhoooo….”suara Dina seperti menangis pilu…

Ya ammmpppuunn…. kurasakan nikmat bukan main.. dinding liang sanggama wanita yang tengah diamuk badai orgasme itu seakan mengkerut lembut menjepit erat batang kemaluanku, kemudian mengembang lagi… enam atau tujuh kali berulang… membuatku sejenak menghentikan ayunan kontolku, pada posisi di kedalaman yg paling dalam pada liang sanggama Dina… Tubuh Dina tergolek lunglai… nafasnya tersengal-sengal, tampak

dari gerakan dada montoknya yang naik turun tak beraturan… wajahnya yang miring ke samping kanan tampak kulitnya berkilat basah oleh keringat birahinya, sementara mata ber eyeshadow tebal itu tampak terpejam spt orang tidur… rambut panjang yang dicat blondie tampak kusut, awut-awutan menutupi sebagian wajah cantiknya…. Kira-kira setelah dua menit

batang kemaluanku mengeram tak bergerak di liang sanggama yang semakin becek… dengan gerakan lembut kembali kugerakkan pinggulku mengantarkan sodokan keliang sanggama Dina… Tubuh montok itu kembalimenggeliat lemah sambil mulutnya mendesis panjang… Dina membuka matanya yang kini tampak sayu…

“Ssssshh… mmm… luar biasa….”desah Dina sambil tersenyum manis.

Kedua tangannya meraih leherku dan menarik ke arah tubuhnya. Tubuhku kini menelungkupi tubuh montok Dina, Dina memeluk tubuhku erat sekali sehingga bukit payudaranya tergencet erat oleh dada bidangku seolah balon gas mau meletus, tak hanya itu sepasang pahanya dilingkarkan di pinggangku dan saling dikaitkan di belakang tubuhku… Woooww… leherku disosotnya dengan laparnya… jilatan dan kecupan nakal bertubi-tubi menghajar leher dan daun telingaku… terdengar dengus nafasnya sangat merangsangku… aku

dibuat mengerang oleh aksinya…

“Ayo sayang, tuntaskan hasratmu… Dina boleh lagi enggak?”bisiknya manja sambil bibirnya mengulum nakaldaun telingaku.

Kurasakan pantat montok Dina bergerak gemulai, membesut hebat batang kemaluanku yang terjepit di liangsanggamanya, sejenak kunikmati besutan dan pelintiran nikmat itu tanpa balasan.. karena kuhentikan ayunan kontolku…

“Kamu ingin berapa kali..?”sahutku berbisik tapi sambil mengayunkan batang kemaluanku dalam sekali..

“Eeeeehhhhh…hhh…! sampe pingsan Dina juga mauuuuuhh…hhhh…!”jawabnya sambil terhentak-hentak akibat rojokanku yang kuat dan cepat…

Aku mengakui kelihaian janda 2 anak ini dalam berolah sanggama, kelihaiannya memainkan kontraksi otot-otot perutnya yang menimbulkan kenikmatan luar biasa pada batang kemaluan yang terjebak di liang sanggamanya yang becek… tehnik-tehnik bercintanya memang benar-benar canggih… Tari istriku wajib berguru pada Dina, pikirku…Tapi rupanya Dina tak mampu berbuat banyak menghadapi permainanku yang

galak dan liar… Setelah pencapaian orgasmenya yang ke tiga… Wajah Dina semakin pucat, walaupun semangat tempurnya msh besar…

“Ooooww… my God… ayo sayaaang… Dina masih kuat…”desisnya berulang-ulang… sambil sesekali pantatnya menggeol liar, mencoba memberikan counter attack…

Aku tak ingin memperpanjang waktu, walau sebenarnya masih blm ingin mengakhiri, tapi waktu yang berbicara… hampir 2 jam aku dan Dina berrpacu birahi diatas meja kerja Tari. Aku mulai berkonsentrasi untuk pencapaian akhirku… aku tak peduli erangan dan rintihan Dina yang memilukan akibat rojokanku yang menghebat

“Ooohkk.. hhookkhh.. ooww.. sayaaang… keluarkan.. di… di.. mulutkuuu yakkkhh..hhkk..”Sebagai wanita yg berpengalaman Dina tahu gelagat ini… diapun mempergencar counter attacknya dengan goyang dan geolnya yang gemulai… kuku jarinya yang panjang menggelitiki dada bidangku… dan… aku mengeram panjang sebelum

mencabut batang kemaluanku dari liang becek di tengah selangkangan Dina… dan dengan lincah Dina mengatur posisinya sehingga kepalanya menggantung terbalik keluar dari meja, tepat didepan palkonku yang sedang mengembang siap menyemburkan cairan kental sewarna susu… Dina mengangakan mulutnya lebar- lebar dan lidahnya terjulur menggapai ujung palkonku… Hwwwoooohhh…!!!!! ledakan pertama mengantarkan semburatnya spermaku menyembur lidah dan rongga mulutnya… aku sendiri tidak menyangka kalo sebegitu banyak spermaku yang tumpah…. bahkan sebelum semburan berakhir dengan tidak sabar batang kemaluanku disambar dan dikoloh dan disedot habis- habisan….

Dina duduk diatas meja sambil merapikan rambut blondienya yang kusut, sementara aku ngejoprak di kursi putar…..

“Wajah kamu alim ternyata mengerikan kalo sedang ML mas…?”celetuk Dina sambil menatapku dengan pandangan gemas dengan senyum-senyum jalang.

“Siang ini aku ketemu singa betina kelaparan…”sahutku letoy.

“Salah mas, yang bener kehausan… peju mas Tommy bikin badanku terasa segar…ha.. ha..ha..”sambut Dina sambil ketawa ngakak

“Waaakks… mati aku… mas, Tari dateng tuuuhh…!”Tiba-tiba Dina loncat turun dari meja dengan wajah pucat, buru-buru merapikan pakaian sekenanya dan langsung cabut keluar ruangan… akupun segera melakukan tindakan yg sama… waaah di atas sepatuku ada onggokan kain putih ternyata celana dalam… pasti milik Dina, segera kusambar masuk ke tas laptop… dan aku segera masuk ke kamarmandi yg ada di ruang kerja Tari….

“Yaaang… chayaaang…. bukain doong…”suara Tari sambil mengetok pintu kamar mandi…

“Hei.. bentar sayang… dari mana aja..?”sahutku setengah gugup dari dalam kamar mandi.

Ketika pintu kubuka Tari langsung menerobos masuk… busyeet… Tari menubrukku dan aku dipepetin ke wastafel… aku makin gugup…

“Sssshhhh… untung kamu dateng say… ga tau mendadak aja, tadi dijalan Tari horny berat…”tanpa basa basi lagi celanaku dibongkarnya dan setelah batang kemaluanku yang masih loyo itu di dapatnya, segera istriku ini berlutut dan melakukan oral sex….

meski agak lama, tapi berhasil juga kecanggihan oral sex Tari istriku membangunkan kejantananku yang baru mo istirahat… tanpa membuka pakaiannya Tari langsung membelakangiku sambil menyingkap rok kerjanya sampai ke pinggang, pantat Tari kalah montok dibanding Dina, namun bentuknya yang bulat, mengkal sangat seksi di mataku… sesaat kemudian CD G-String dan stocking Tari sdh lolos dari tempatnya…

“C’ mon darling…. hajar liang cinta Tari dari belakang…”dengan suara dengus nafas penuh birahi Tari mengangkangkan kakinya sambil menunggingkan pantatnya…

Memang istriku akhir-akhir ini sangat menyukai gaya doggie style…”lebih menyengat”katanya… sesaat kemudian kembali batang kemaluanku beraksi di liang sanggama wanita yang berbeda… Dalam posisi doggie style, Tari memang lihay memainkan goyang pantatnya yang bulat secara variatif… dan apalagi aku sangat suka melihat goyangan pantat seksi Tari, membuat aku semakin semangat menghajar liang sanggama Tariyang tak sebecek Dina…

Untungnya Tari adalah type wanita yang cepat dan mudah mencapai puncak orgasme.. nggak sampai 10 menit kemudian Tari mulai mengeluarkan erangan-erangan panjang… aku hafal itu tanda-tanda bahwa istrikumenjelang di puncak orgasme, maka segera kurengkuh pinggangnya dan kupercepat rojokan batangkemaluanku menghajar liang sanggama Tari tanpa ampun…

“Tommm… Tommmy… gilaaa… aaahkk… niiikkmaaatt bangeeett…!!!”jeritan kecil Tari itu dibarengi dengan tubuh sintal Tari yang gemetaran hebat…pantat seksinya menggeol-geol liar menimbulkan rasa nikmat luar biasa pada batang kemaluanku yang terjepit di liang sanggamanya… aku tak menahan lagi semburatnya spermaku yang kedua utk hari ini…

“Ma kasih Tommy chayaang…”kata Tari sesaat kemudian sambil mendaratkan kecupan mesra dibibirku..Setelah membersihkan sisa-sisa persetubuhan, aku pamit untuk kembali ke kantor, sementara Tari masih berendam di bath up…. Dina sudah duduk rapi di mejanya ketika aku keluar dari ruangan Tari, kudekati dia…

“Ssshh… nggak takut masuk angin, bawahnya ga ditutup..?”bisikku sambil kuselipkan celana dalam putih Dina kelaci mejanya…mata Dina melotot dengan mimik lucu…

“Ronde kedua niih yee..?”celetuknya nakal setelah tahu Tari tak ikut keluar dari ruangan….

Cerita sex : Perselingkuhan Dengan Adik Ipar Yang Disetujui

Aku melenggang memasuki mobilku, sambil memikirkan follow up ke Dina….. yang ternyata sangat menggairahkan…

 

#Hadiah #Meki #Dari #Sahabat #Kerja #Istriku

Berawal Dari Tidur Satu Kamar Berakhir Ngewe Terbaru Malam Ini

Berawal Dari Tidur Satu Kamar Berakhir Ngewe

Sabtu siang, sepulang dari kuliah, saya diajak ibu kepesta perkawinan keluarga di luar kota, yang jaraknya kurang lebih 200 km atau 4 jam perjalanan mobil kalau tidak lagi macet melewati Puncak. Pesta keluarga rencananya dilangsungkan sebentar Malam jam 19.00. sampai selesai. dan diperkirakan jam 22.00 akan selesai dan langsung pulang lagi ke rumah di Jakarta.

Sesampai di tempat Pesta.. para sahabat dan keluarga banyak yang mengagumi kecantikan Ibu. Malah ada yang bercanda bahwa pasangan Kami (saya dan Ibu Kandungku) adalah ibarat pasangan suami isteri yang sangat serasi. Pokoknya diantara Keluarga dan sahabat , kami lah yang menjadi fokus pandang . Lebih wow… dibandingkan mereka yang sementara duduk dipelaminan malam itu.

Memang Kecantikan ibu tidak ada duanya, melebihi kecantikan tamu2 sebayanya yang hadir malah masih lebih cantik dan seksi dibandingkan Ibu-Ibu 10 tahun lebih muda dari Ibu, walaupun sebenarnya Ibuku sudah terbilang umur 40 tahun. Ibu selalu menjaga kesehatan dan tidak pernah melupakan senam, Kalau dirumah selalu merawat tubuhnya, agar tetap fit , cantik dan seksi.

Tepat jam 22.00 , kami pamitan untuk pulang, maklum rumah sangatlah jauh dan bila tidak ada halangan mungkin sampainya dirumah sudah tengah malam atau jam 02 Pagi….. tepatnya setengah jam kemudian pk 22.30, kami telah meninggalkan tempat pesta dan saya langsung menancap mobil untuk pulang. dalam perjalanan tiba ibu mengingatkanku.. 

“hati2 .. jangan terlalu kencang .. sayang !!!, jalannya sangat licin”, betul kata Mama, karena hujan yang turun mulai deras, mana lagi mendekati puncak semakin berkabut.

Beberapa saat kemudian, Tiba2 stir mobil kurasakan sangat berat, ” Aduh Mama…, Ban Mobilnya Kempes…”, 

secara refleks Ibuku menjawabnya ” Cepat pinggirkan mobil kehalaman hotel terdekat … ntar nggak keburu … bisa —bisa kita ngadat di jalan .. mana hujan deras lagi”… iya Mam “jawabku singkat … sambil berbelok memasuki salah satu hotel berbintang yang ada di Kaki Lereng …Puncak.

Sebelum kami keluar dari mobil, Ibuku berkata, .. ” Sayang, kalau Ban Mobilnya Kempes dan gak bisa ditolong lagi…, kita harus menginap di Hotel ini, Besok pagi aja perjalanan kita lanjutkan”, dan memang keadaan yang mengharuskan kami untuk singgah bermalam…di hotel berdua dengan mama

Kami berdua dijemput dan diantar ke Resepsionis… , dan untuk mengurangi kecurigaan ,Ibuku langsung mencatat identitas kami berdua sebagai suami isteri , Ibu mengerling kepadaku.. sambil mengeluarkan Credite Cardnya untuk digesek sebagai jaminan nginap hotel 1 Malam.

Setiba di Kamar, .. mama langsung tersenyum manis dan berkata..” Sayang… jangan macam2 yah!!!, walaupun ditempat pesta tadi malam , mereka bercanda katakan kita seperti pasangan suami isteri dan di resepsionis , mama juga mengatakan kita suami isteri , tetapi kamu tetap anak mama.. nggak boleh macam2 sama mama. yah !! .. 

spontan saya menjawab ” OK!! Mam.., sayang yang cantik ” .

Entah dari mana datangnya keberanianku untuk merayu Ibuku, walaupun itu saya sampaikan secara bercanda … tetapi kalau dipikir, wah bisa berabe juga .. sekamar di Hotel dengan Ibu Kandung yang cantik dan seksi.. pasti dugaan orang kalau bukan Suami Isteri yang kemalaman pastilah peselingkuh yang kaya , dan yang jelas pastilah mereka memanfaatkan waktu yang sangat panjang untuk bersetubuh.., atau bersanggamah atau ngentot.. sepuas-puasnya, tidak ada dugaan ketiganya…

Pikir2 praduga orang, tak terasa juniorku menegang..makin kencang .. kayaknya setan setan berahi mulai menguasai fikiranku…membuatku hampir salah tingkah…, tiba2 Ibuku berkata ” Mama Mau Mandi dulu yah.., tolong bukakan korset mama”, wowww.. setan penggoda makin kuat, ” iya.. iya.. Mam” sahutku agak bergetar, sambil membuka korset Mama dan entah kenapa, saya mencoba melirik ke buah dadanya dari samping belakang, dalam hatiku berkata,

walaupun mama tidak menggunakan korset tetapi cetakan tubuhnya sangat sempurna, Pinggang yang ramping bak pinggang anak perawan yang diikuti dengan pinggul lebar yang sangat serasi dengan tonjolan buah dada yang masih tegak menantang kedepan, ditambah lagi kulit Mama putih tak bernoda sangat halus dan harum…, Pastilah semua laki-laki ingin menikmati keindahan dan kesempurnaan alam yang ada pada Mama…tanpa kecuali termasuk saya, anak kandungnya….

Sewaktu mama di kamar mandi..terdengar sayup sayup riak air di Bak Mandi yang bersentuhan dengan tubuh montok mama yang telanjang bulat, tak terasa tanganku mulai memegang si junior yang mulai tidak dapat dikendalikan dan tiba2 terdengar teriakan perlahan Mama 

” sayang… kamu juga mandi ya !! airnya Nyaman dan hangat “ 

jawabku ” ntar Mam ” , 

” Iya donk , masa sih mandi bareng ?” lalu senyap…, pikirku.. apa ini sinyal plus dari mama???, atau hanya karena canda Mama ???, tak terasa.. genggaman pada juniorku makin kencang, 

“Sabar yah junior.. kamu ntar saya masukan di memeknya mama ” gumanku dengan fikiran mulai kurang ajar dan kotor…

Selang beberapa saat , Mama keluar dari kamar mandi, dan tubuh mama hanya dililit ketat oleh selembar handuk sebatas setengah buah dada mama ke bawah sampai sejengkal diatas lutut, Karena suhu kamar sangat sejuk , sambil berlari kecil.. Mama menuju spring bed langsung masuk dalam selimut yang tebal, lalu mama berkata ” Gantian mandinya… mama mau tidur duluan “, dan saya langsung menjawabnya ” gak jadi mandi Mam.., pagi aja sekalian…” jawabku singkat, karena jawaban ini sudah saya persiapkan agar cepat2 bisa tidur alias lebih cepat tidur di samping Mamaku, 

” Terserah kamu aja… tapi kalau bau jangan baring disamping Mama ya??”

Saya lewatkan kira-kira 10 menit setelah nafas mama seperti mulai teratur alias tidur… perlahan lahan saya naik ke pembaringan disamping kiri mama, maksud saya untuk ikut juga masuk dibalik selimut, saya tarik dan simak sedikit selimut yang satu-satunya akan kami pakai berdua, tetapi tiba2 mama mengeliat mungkin terasa hembusan dingin akibat selimut yang menutupi tubuhnya tersingkap sedikit.., tampak mama tidur dibawah selimut tanpa mengenakan sehelai kain alias telanjang bulat ,karena kami memang tidak mempersiapkan pakaian tidur , mama tidur miring membelakang disebelah kanan,

perlahan saya masuk dibalik selimut disamping kiri mama yang telanjang , dan selang beberapa saat kemudian, mama membalikan tubuhnya dan wajahnya hampir menyentuh wajahku, kutatap matanya yang tertutup indah, bibir yang tipis merekah menantang, hidung kecil yang mancung.., kuberanikan dan kucolek perlahan hidung mama, tetapi tak ada reaksi, kulanjutkan untuk menarik kebawah bibir mama yang tipis, agar tampak gigi yang putih rapi berjajar, juga tak ada reaksi dari mama,

dan akhirnya dengan berdebar-debar kurapatkan mulutku dan kukecup bibir mama, mulai desak nafas mama sedikit terganggu, mungkin terhalang dengan hidungku akhirnya mama membuka sedikit mulutnya, tanpa kuberi kesempatan menutupnya , kusedot lidahnya, dan rupanya mamaku dalam tidurnya juga membalas ciumanku…, dan selanjutnya kualitas keberanianku kutambah dengan mulai memeluk dan melingkari badan mama dengan lenganku, reaksi pun datang dengan makin merapatnya tubuh mama yang mungil dan telanjang ini kedadaku,

paha mama mulai menyerang dan menyentuh juniorku yang berubah menjadi Yunior yang kenyal dan berdiameter sebesar pergelangan tangan mama, pelukan mama mulai mengencang, mungkin bermaksud menarik obyek yang lebih hangat yang ada pada badanku, keadaan ini membuatku makin kesurupan, tangan kiriku mulai mengerayangi pinggul mama, turun kebawah bagian bokongnya, terus turun dan berputar kedepan lebih kebawah lagi, dan akhirnya sampai kebulu pubis mama yang sangat halus, kutelusuri bibir vagina mama dan akhirnya jari telunjukku mengelitik klitorisnya…,

Mama mulai berekasi , kedua paha mama menjepit , tangan kanannya mencakar punggungku dengan kuku mama yang tajam, mungkin ini adalah refleks akibat sesuatu yang memasuki vaginanya, hanya mama yang tahu, tubuh mama saya dorong agar sedikit terlentang dan mulailah saya menindih setengah tubuh mama terutama buah dada kiri mama dengan tubuhku,

paha kiri mama dengan paha kiriku, dan tangan kananku mulai saya aktifkan dari belakang leher mama untuk mengerayangi buah dada kanan mama, bibir mama dan bibirku membentuk satu ruang dan kedua lidah kami saling menggelitik, nafas mama makin memburu , saya makin kesurupan dan menyerang , akibat makin kerasnya remasan tangan kananku ditetek kanan mama dan jari telunjuk kiriku yang mengelitik klitoris mama yang mulai memanas dan mengeluarkan lendir membasahi vagina mama, akhirnya mama tersentak

” Hey… kamu ngapain Mama…ini gak boleh Ar… !!, “kata Mama kaget dan marah, jawabku sambil gemetar dan bernafsu campur aduk, 

” saya tidak bisa tidur mam…, apalagi seranjang dengan mama yang lagi telanjang bulat” 

” ohw.. begitu yach … mama terdiam agak lama lalu membalik membelakangiku , sambungnya 

“tetapi Jangan kasar gitu donk !!” lalu Mama terdiam lagi…namun napasnya masih memburu dan bergetar , inilah kata-kata mama yang kurang saya mengerti , apakah perbuatan saya tadi dibenarkan tetapi nggak boleh kasar atau ??? apa yach…. Saya tidak berani lagi ngomong macam2.. dan jawabku singkat

“Maaf Mama” sambil menatap punggung mama yang masih agak bergetar, entah beberapa lama kami terdiam berdua tiba2 Mama Membalik sambil berkata ..”kalau kamu pingin bercinta dengan mama harus lembut dan perlahan-lahan aja.. kan masih banyak waktu”, sambungnya lagi 

“Kamu Anak Nakal boleh peluk dan cium Mama , pokoknya tubuh mama malam ini kuserahkan semuanya kepadamu kecuali yang satu ini, yaitu juniormu yang gede ini dilarang keras memasuki vaginanya mama”, sambil mama memegang Yuniorku dan menarik dan menyapu kepermukaan vaginannya.

” tapi justru cuma yang satu ini milik mama yang paling nikmat ” selaku protes, dan mulai berani , “siapa yang bilang? Dasar nakal” , Mama mulai menindih tubuhku dan menciumku, Kubalas ciuman Mama , wow… sangat nikmat dibandingkan waktu saya mencium mama dalam keadaan tertidur, tetapi kali ini dengan sadar sesadarnya, justru mama memulai merangsang, sambil melemparkan selimut kelantai, jadinya kami betul – betul telanjang bulat di udara kamar yang sejuk diatas ranjang .

Berawal Dari Tidur Satu Kamar Berakhir Ngewee

Kami berciuman dan berpelukan telanjang bulat dengan Mama , sangat lembut dan perlahan-lahan, rupanya mama juga sangat menikmatinya, Napas Kami mulai memburu , terkadang Mama mengeram dan menggeliat apabila kusentuh dan kupelintir halus putting teteknya .. Auhh!!, jangan disitu Ar..!!, Mama nggak tahan… sayannngggg, keluh Mama panjang…, 

“tetapi enak kan Mam!!” Aiii!!!…Mama makin kesurupan..dan berupaya meraup Yuniorku..yang makin kaku dan membesar Maksimal…

Sewaktu Mama menggenggam juniorku ,Tubuh Mama kudorong menjadi terlentang dan dan kutindih dengan badanku ..Mulut Kami makin bersatu , kupeluk erat tubuh Mama yang mungil , dan juniorku kuarahkan ke Vagina Mama, tetapi Mama tetap menggenggam juniorku, hanya menggosok-gosokan kepala juniorku ke Mulut Vaginanya yang juga mulai berlendir. Terkadang Kepalanya sudah masuk setengah tetapi Mama , mengeluarkan nya lagi… Karena saya tidak tahan lagi perlakuan Mama seperti ini…

Kutarik Tangan Mama yang menggenggam juniorku agar terlepas..rupanya usahaku ini cukup berhasil dan dengan cepat kuselipkan kedalam Vagina Mama, Terasa Vaginanya sangat licin, menggesek dan berlendir serta berdenyut menjepit…Aowww…!!! Teriak Mama, Kugocok Vagina Mama dan mama mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang tak karuan… tetapi baru 2-3 kali gocokan, tiba2 Mama dengan kekuatan penuh… menaikan bokongnya tinggi-tinggi dan menggessernya jauh kesamping akhirnya juniorku terlepas dari vaginannya ..clukppp …”Aiii!!!…kenapa dikeluarin Mam…”, 

“Nggak… boleh sayang..”.

Tiba tiba Mama mulai bangun kemudian membawa selangkangnya ke wajahku persis mulut vaginanya berhadapan dengan mulutku , mama mulai menunduk dan meraih Yuniorku dan memasukan ke mulutnya dan melumutnya , terkadang juniorku digigitnya perlahan2 sambil bergantian dengan bibir yang lembut dan hangat, yang paling mengasikan kalau kepala juniorku digelitik dengan lidah mama, begitu juga klitoris mama , saya gelitik dengan ujung lidahku,

terkadang mama hilang kontrol , mendengus menambah gocokan dan lilitan lidahnya di kepala Yuniorku, terkadang sangkin bernafsunya juga mama , tangannya ikut pula meramas biji pelirku… dan semuanya berlangsung saling kerja sama membantu masing masing mencapai puncak birahi yang membuat lupa segala-galanya bahwa berbuatan bersanggamah dengan ibu kandung yang orang katakan sangat tabu, tetapi justru sangat mengasikkankan dan jauh lebih nikmat dengan memek manapun….di dunia ini.

Mama makin gila mengocok juniorku, dan akhirnya , saya tak tahan lagi…cepat donk mama… masukkin kedalam memek mama.., aowww…cret…. cret.. sabar sayang…kata mama kesurupan mempermainkan air maniku sambil menggosokkannya di-kedua buah dadanya…

Mama juga tidak tahan sayang….,Tidak berapa lama kemudian mama berganti posisi, duduk persis diatas selangkangku persis posisi juniorku berhadapan langsung dengan vagina mama, mama menuntunnya dengan sangat gampang memasuki liang sanggamanya dan menjepitnya…wow…wow…. suatu kenikmatan yang sangat sulit dilukiskan dengan kata2, tidak ada lagi kenikmatan yang melebihi kenikmatan sewaktu juniorku dijepit dan dikocok oleh vagina mama, pinggul mama naik turun menyebabkan juniorku masuk makin kedalam dasar vagina mama,…, saya tidak ingin kenikmatan ini berlangsung cepat,

saya turun dari pembaringan, menggendong mama sambil masih melekatkan juniorku kedalam vagina mama, kugoyang2 tubuh mama yang mungil, mama makin kesurupan…dan juga merasakan kenikmatan yang tiada tarnya…mata mama mulai terpejam… sambil berdengus ach–ach… mama tidak tahan lagi, minta diturunkan untuk mengakhiri permainan ini…” sayang… turunkan mama..tancapkan juniormu sayang lebih dalam..”, kubaringkan tubuh mama,

kuperberat tekanan juniorku masuk ke vagina mama, mama menjepit makin kencang..vagina mama makin berdenyut2… dan akhirnya pelukan kami berdua makin kencang, mama seakan akan menggantung ditubuhku lekat dan sangat erat …cret–cret… dan rintihan kenikmatan mama bercampur aduk dangan geramanku… semuanya berakhir membawa kami berdua ke langit ketujuh…

Setelah ledakan kenikmatan birahi bersanggamah dengan mama yang menghamburkan air mani kami berdua tercecer kemana-mana membuat kami berpelukan lemas dan penuh kebahagian… dan akhirnya jam didinding hotel telah menunjukan pukul 03 pagi. yang akhirnya kami berdua tertidur kelelahan dalam keadaan telanjang bulat berpelukan bagai bayi yang baru lahir…

Keesokan harinya Mama dan juniorku keduluan terjaga… , Mama sambil memelukku ,menjepit hidungku sehingga saya sulit bernafas dan akhirnya saya juga terbangun…, 

Selamat Pagi Anak Nakal…sambut Mama sambil tersenyum manis…, tidak kusiasiakan Kesempatan ini , kutarik tubuh Mama persis menindih tubuhku, Kuraih wajah Mama dan kulemut bibirnya yang tipis…, Mama pun bereaksi menyambut ..malah dalam posisi tubuhnya menindih tubuhku… berusaha memasukan juniorku ke Vaginanya…

Nampaknya Napsu Birahi Mama makin menjadi jadi setelah bersanggama , tidur istirahat semalam .. kusambut kebinalan Mama dan tiba –tiba Mama menghentikan gerakannya sambil berkata.. 

“Ar, Kamu belajar dari mana kurang ajar setubuhi Mama” . sebelum saya menjawab , Mama mengencangkan otot Vaginanya..membuat juniorku makin kelelap..

“Kan Mama yang ajarin…” jawabku singkat sambil membalikan tubuh Mama menjadi tertelungkup.., kuangkat pinggul Mama sedikit meninggi dan kuarahkan juniorku ke Vagina Mama dari belakang.. Kembali terdengar geraman Mama.. 

“Jangan gini Ar..oww!!, tetapi goyangan Mama justru mendukung dan menyambut ..

Kugocok Vagina Mama dari belakang…agar tidak terlepas kedua tanganku menggenggam pinggulnya..Mama makin menggelapar.., dan kocokanku makin kencang …, tubuh Mama terangkat menyebabkan buah dadanya bergelantungan bergoyang seirama tumbukan juniorku ke Vaginanya, tiba-tiba mama meraih kedua tanganku dan membawa ke gundukan buah dadanya…dan Mama mengeram histeris tetapi suaranya teredam karena Wajah mama dibenamkan dikasur..

Dalam beberapa saat kemudian , kami berdua mengambil posisi duduk berhadapan..tepatnya Mama duduk diatas selangkanganku..dengan Vaginanya masih tetap menjepit juniorku…, Mama menaik-turunkan bokongnya sambil mendengus dan saya menjilat leher Mama sambil meremas kedua buah dadanya…. Dan akhirnya kami mengalami orgasme dalam posisi duduk ..

Kami duduk terdiam , berpelukan , saling menatap , mama tersenyum manis… , sambil kukecup bibir mama , kubaringkan tubuh Mama perlahan-lahan… dengan tidak melepas yuniorku didalam vagina Mama dan pelukanku… “ Mama..!!, ada satu permintaan Anakmu yang Nakal ini”, 

“apa sayang !!” sela mama, 

“ Aku sayang Mama dan aku sangat mencintai Mama, …Maukah Mama menjadi isteriku selama-lamanya??” 

Gila Kamu Ar.. Mana Ada Anak memperisteri Ibu Kandungnya” jawab Mama sambil tersenyum “,

 “tetapi kamu boleh setubuhi Mama kapan kamu mau, asalkan Ayahmu tidak tau” sambungnya..

Selama hampir sejam, kami berdua masih berbaring dan bercinta dengan keadaan telanjang bulat, saya berbaring terlentang sambil membelai rambut Mama yang acak2akan, Mama berbaring tertelungkup dengan kepala bersandar didadaku, wajahnya menengadah keatas sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafas kami berdua saling menyatu, tangan kiriku membelai tubuh Mama yang mungil, sampai kepinggang , terkadang kuelus buluh pubis Mama yang halus dan pahanya yang sangat Mulus,

Mama pun tidak henti2nya mengelus yuniorku, seakan akan tidak rela apabila benda yang bulat panjang ini yang telah membuatnya menjadi setan histeris akan mengkerut. Cerita kami kami berdua dipenuhi dengan kata-kata cinta birahi dan model atau gaya bersetubuh, dan akhirnya Mama meminta ”Gendong Mama ke Kamar Mandi Sayang”

Dikamar Mandi , tubuh kami berdua saling melekat terus …, Mama tidak pernah melepaskan ciumannya, sewaktu Mandi pun kami bersetubuh berdiri, suatu kenikmatan tersendiri yang mama belum pernah merasakannya yaitu Badan kami lumuri sabun cair sehingga sangat licin,

Mama mencapai orgasme sewaktu saya menggendong dan menyetubuhinya sambil berdiri..tawa cekikan dan teriakan kenikmatan serta kebahagian birahi mama mengaung dikamar mandi. Dibak Mandi yang sempitpun Kami Mandi berdua melanjutkan babak berikut..dan akhirnya Mama pun orgasme kedua kalinya di Bak Mandi. Didalam air yang dipenuhi busa sabun dan birahi.

Sangking Gilanya Kami berdua, Kami keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan telanjang bulat dan berpelukan, berciuman, kemudian aku duduk disofa, mama aku dudukan diatas selangkangku…, juniorku yang tak kunjung mengalah tetap berkubang di Vagina Mama.. sampai akhirnya Jam 11 lewat 30 menit..kami bersiap-siap check out dari hotel.

Cerita sex : Nikmatnya Sex Party Di Villa

Sewaktu kami hendak mengambil kunci Mobil diresepsionis, Kami disapa “Selamat Siang , terima kasih atas kunjungannya dan semoga Bapak dan Ibu menikmati Kebahagian di Hotel Kami”, Mama hanya tersenyum dan berjalan menggantung di Bahuku menuju ke Mobil Kami yang telah disiapkan.

#Berawal #Dari #Tidur #Satu #Kamar #Berakhir #Ngewe

Ngewe Dengan Kakak Dari Temanku Terbaru Malam Ini

Ngewe Dengan Kakak Dari Temanku

Apakah kalau cewek pakai gelang kaki, artinya cewek tersebut nakal? Gelang di pergelangan kaki Windy menarik perhatiannya dari tadi. Dia teringat obrolan teman-temannya di dalam kelas beberapa waktu lalu. Katanya kalau cewek sudah nikah tapi pakai gelang kaki di kanan itu artinya swinger. Yang lain tidak tahu apa arti swinger. Jadi teman yang bilang pertama kali menjelaskan, swinger itu artinya sudah nikah tapi mau gituan sama orang lain. Tukaran suami/istri. Anak-anak SMA itu sebagian melongo, sebagian lagi tertawa-tawa nakal. Dari dalam mobil itu, pemandangan terlihat gelap keruh karena kaca filmnya sangat gelap. Kalau ada orang lewat, dia tidak akan bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Tapi di tempat parkir yang sepi itu orang jarang lewat. Cuma ada dia dan Windy di dalam mobil. Windy membaca SMS yang masuk ke ponsel yang dipegang tangan kanannya. 

“Suamiku nanya kapan pulang. Aku jawab sebentar lagi. Kalau kamu sebentar lagi apa masih lama…”

“…crotnya?”

Dia mengenal Windy sebagai sosok perempuan high class, jadi mendengar Windy berbicara seperti pelacur murahan membuat penisnya yang dipegang tangan kiri Windy jadi makin keras. Windy mulai mengocoknya lebih cepat sambil menaruh HP. Dia melihat kilatan cincin kawin di tangan kanan Windy. Dia mengulurkan tangan, mau menyentuh tubuh Windy, tapi Windy menampar tangan itu.

“Aku bilang kan tadi, jangan pegang-pegang…” kata Windy.

Windy berhenti mengocok, membungkuk, membuka bibir merahnya, menjulurkan lidah. Setitik mani di lubang di kepala burung dijilatnya.

“Kalau berani coba pegang lagi…” Windy menggenggam lagi HP-nya, 

“aku telpon suamiku, terus kubilang aku mau diperkosa sama kamu. Suamiku kenal polisi, dan tau kamu itu siapa. Ngerti, Irzan?”

Dia, Irzan, menjawab dengan anggukan. Biarpun laki-laki, sebagai anak SMA wibawanya kalah dengan perempuan ini. Baru kali ini dia merasa terangsang sekaligus gentar.

“Bagus,” kata Windy dengan puas sambil mulai mengocok lagi. 

“Kamu baru boleh nyentuh aku kalau kusuruh.” Dia lalu mengangkat tangan kanan ke depan mulut, memonyongkan sepasang bibirnya yang merah basah, dan meludah ke telapak tangannya. 

“Cuh!” Windy kembali mengocok penis Irzan. Terdengar bunyi becek dan Irzan merasa ada tekanan yang mulai terbentuk di dalam buah pelirnya. Dan dia cuma bisa bengong. Bengong melihat Windy memasturbasinya dengan tangan dan mulut Windy yang dekat sekali dari kejantanannya. Dan bibir indah itu pindah ke atas penisnya…

Windy menjilat lagi mani yang menitik. Sambil terus mengocok.

“Kita nggak punya banyak waktu, sebentar lagi Faisal datang ke sini. Jadi aku mau tanya langsung. Kamu mau masukin kontolmu ke dalam mulutku nggak?”

Irzan kaget mendengar santainya Windy menanyakan itu. Dia menjawab terbata-bata, “I-i-iya.”

Tampaknya Windy suka jawaban itu. Dia bangkit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Irzan. Irzan merasakan nafas hangat Windy di telinganya selagi Windy berkata nakal, “Itu yang kamu bayangin ya Irzan? Kalau kamu ke rumahku buat ketemu Faisal? Pengen kusentuh kayak gini? Kontolmu dikocokin?” Irzan mengangguk, memang itu yang ada di dalam pikirannya sejak dia pertama kali bertemu kakak temannya itu. Windy adalah kakaknya Faisal, teman sekolahnya. Masih muda, baru 27.

“Kamu pengen aku tempelin bibirku ke titit kamu? Pengen aku nelen batang kamu?” desis Windy di telinga Irzan.

Lagi-lagi Irzan cuma bisa mengangguk.

“Jawab yang benar, Irzan!” perintah Windy.

“Iya!” sembur Irzan

“Iya apa?”

“Iya… Kak Windy, tolong isep kontolku!”

“Bagus. Gitu dong kalo jadi cowok, tegas, bilang apa yang dimauin. Satu lagi pertanyaannya. Jam berapa sekarang?”

“Heh? Kok nanya waktu?” Irzan bingung tapi dia otomatis berusaha mencari jawabannya. Di mobil pasti ada jam digital. Dia menengok ke arah jam digital di dashboard lalu membaca angka-angka di sana.

“Jam setengah tigGAAAHH!??”

Windy tak menunggu jawaban dan langsung melahap kemaluan Irzan yang sedang membaca jam. Irzan menjerit kaget dan langsung menoleh ke bawah. Dan dia melihat pemandangan paling menakjubkan sepanjang hidupnya. Kepala penisnya dijepit bibir merah seksi Windy. Windy melepasnya lagi dan meninggalkan bekas lipstik di sana. Lalu Windy memasukkannya lagi dalam mulut, kali ini sampai setengah batang. Bibirnya mencengkeram erat lalu mulutnya mundur lagi. Hasilnya adalah noda merah seputar batang basah Irzan.

“Mmmh… enak nggak Irzan?” Windy bertanya sambil menatap Irzan. Jawabannya anggukan. Windy kembali ke bawah dan kali ini mengenyot salah satu buah pelir Irzan. Disedot lalu dilepas seperti diludahkan. Kembali lipstiknya tertinggal di sana. Lalu Windy mulai menjilati seluruh permukaan batang Irzan. Tangannya menggenggam pangkal batang itu dan dia mulai menyepong. Bibirnya masih merah menyala, turun menyusuri batang, makin lama makin dekat dengan pangkal. Jarinya yang menggenggam pangkal batang ternoda merah ketika bertemu bibir itu. Di jari yang lain, cincin kawin tampak berkilat menyilaukan mata Irzan. Kepala Windy naik turun memberi kenikmatan. Irzan jadi berpikir macam-macam. Posisinya benar-benar rawan. Celananya terbuka, dan kakak temannya sedang menyepong kemaluannya. Apa yang bakal terjadi kalau ada orang yang memergoki? Tapi Irzan juga merasa dia makin tak tahan. Birahinya sudah mau meluap. Dia sedikit lagi muncrat dalam mulut Windy, dan tidak ada lagi yang dipikirkannya! Dia mulai mendesah tak karuan.

“Agh… aah… Ungh… Ga… Tahaan!”

Dan tiba-tiba Windy meremas penisnya yang sudah mau menembak itu!

“Mau apa kamu, Irzan??” tantangnya.

“NGHH!! KAK!! MAU!! CROT!!” Irzan meracau karena sudah lepas kendali.

“Ayo crot di dalam mulutku Irzan! Crot-in mukaku! Bikin aku mandi peju!” Lalu Windy menyepong dengan ganasnya. Dia memasukkan seluruh batang itu ke mulutnya, lalu naik turun dengan cepat”

“Aym crof ff dalmf! Crfin knfolm!” Kata-kata Windy tak kedengaran jelas lagi karena dia berusaha ngomong dengan mulut penuh.

“Ah! Ahh!! Kak! Aku! GA TAHANNN! DI DALAM!!” Mendadak gelora kenikmatan melanda dan Irzan merasakan senjatanya mulai menembak gencar di dalam mulut Windy. Seluruh tubuh Irzan sampai melengkung dan mengejang ketika semburan demi semburan memancar kuat. Windy sepertinya menelan semuanya.

“NGGHHHAAA!!” jerit Irzan.

Windy mencengkeram pantat Irzan dan malah mendesakkan penis Irzan lebih jauh ke mulutnya. Semburan peju Irzan sepertinya terlalu banyak dan Windy tak cukup cepat menelannya, sehingga sebagiannya mengalir keluar. Windy lalu malah melepas kemaluan Irzan dari mulutnya dan mengocoki batang yang sedang menembak-nembak itu sambil menyemangati.

“Ya! Ayo crot lagi! Mandiin aku pake peju!”

Dan dua semburan berikutnya mendarat di wajahnya, lalu di rambutnya. Akhirnya semburan-semburan itu reda dan Windy menjilati sisa-sisa yang mengalir di batang Irzan. Cipratan peju ada di mana-mana, di wajah dan tangan Windy, termasuk di atas cincin kawinnya. Sesudah lega mengeluarkan simpanannya, Irzan menengok ke arah jam lagi. 15.00. Jam tiga! Dan Faisal sudah terlihat berjalan ke arah mobil bersama beberapa teman lain! Tapi Windy lebih gesit bertindak.

“Ayo cepat pakai lagi celananya!” perintahnya, selagi dia sendiri menyambar tisu dan menyeka wajah. “Kalau sudah, cepat keluar!”

Irzan buru-buru keluar dan bersembunyi. Tak lama kemudian Faisal, adik Windy, teman sekelasnya, sampai ke mobil Windy. Dari tempat persembunyiannya di balik semak, Irzan melihat Windy sudah bertingkah normal lagi. Dia melihat mobil itu pergi membawa Windy dan Faisal, lalu dia sendiri berjalan pulang. Di jalan, HP Irzan berbunyi. SMS. Dari Windy.

“wiken ini jangan kemana2. jangan coli.”

Irzan menelan ludah.

*****

Mundur sedikit ke belakang dalam waktu.

Windy sebenarnya memang rada eksibisionis, jadi ketika Faisal adiknya mulai sering membawa teman-teman sekolahnya ke rumah, sisi eksibisionisnya terpancing. Meski belum tua-tua amat, Windy amat memperhatikan tubuhnya dan selalu merawat kecantikannya. Bukan demi suami; lebih karena dia sendiri menyukai kekaguman orang terhadap dirinya. Suatu hari, ketika teman-teman Faisal sedang ada di rumah, kebetulan Windy yang sedang hanya memakai kaos tanktop dan celana pendek mendekati mereka untuk menyuguhkan cemilan. Penampilannya itu membuat anak-anak SMA itu terdiam dari obrolan mereka dan melongo. Ketika Windy membungkuk untuk menaruh cemilan, dia melihat seorang teman Faisal yang berada di depannya tidak bisa tidak menatap dengan penuh nafsu ke arah buah dadanya yang menggantung di balik baju. Perempuan normal mestinya kaget dan marah tapi Windy merasa sesuatu yang beda. Dia malah berlama-lama membungkuk, memberi tontonan gratis kepada remaja itu. Dan dia memperhatikan, tanpa sadar tangan teman Faisal itu bergerak menyentuh selangkangan celananya sendiri. Sesudah selesai, Windy kembali ke kamarnya, mendapati kemaluannya basah karena terangsang, lalu bermasturbasi sampai orgasme. Teman Faisal itu adalah Irzan. Dan pengalaman pertama itu membuat Windy kecanduan, sehingga selanjutnya dia sering sengaja pamer tubuh kepada teman-teman Faisal. Suaminya biasanya tak di rumah ketika siang, jadi dia leluasa beraksi. Tiap dia melihat atau mendengar teman-teman Irzan sudah datang dan meramaikan rumah, cairan kewanitaannya terpancing mengalir. Lalu dia pun akan menuju lemari baju, memilih satu baju seksi yang mengumbar belahan dadanya atau paha mulusnya atau bagian lain tubuhnya. Tak lupa memakai make-up untuk menambah daya tariknya. Dan dia kemudian bakal mencari-cari alasan untuk berjalan ke tengah mereka, entah itu membawakan cemilan, minum, mengambil HP yang kebetulan ada di tempat mereka duduk, bicara dengan Faisal, atau semacamnya. Dia menikmati ketika ekspresi wajah mereka berubah mesum, lalu mereka terdiam malu-malu karena tak bisa menghindar dari memelototi keseksiannya.

Sekali waktu, Windy berada di kamar saja, tidak menghampiri teman-teman Faisal. Tapi dia telanjang, duduk di depan meja rias dekat pintu, dan sengaja membuka pintu. Sebenarnya posisi pintu kamarnya tidak dekat dengan ruang tengah tempat Faisal dan teman-temannya biasa duduk, tapi kalau ada yang mau ke kamar mandi, pasti akan melewati pintu kamar Windy. Dari beberapa orang yang perlu ke kamar mandi, satu cukup iseng untuk mengintip ke celah pintu yang terbuka dan mendapat rezeki nomplok melihat tubuh telanjang Windy. Lagi-lagi, dia Irzan. Cukup lama Irzan berdiri termangu di depan pintu terbuka sampai Windy menengok ke arahnya, memergoki. Irzan yang ketahuan buru-buru kembali ke depan, diiringi tawa cekikikan puas Windy. Sesudahnya Windy menghampiri mereka dengan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa, tapi dia sengaja memandangi Irzan dan melempar senyum mesum. Irzan serba salah. Malamnya Windy bercinta dengan suaminya sambil membayangkan teman-teman Faisal berdiri di seputar tempat tidur, menonton. Itu membuat dia orgasme duluan sebelum suaminya. Besok-besoknya, dia sempat menceletuk kepada teman-teman Faisal, terutama Irzan, bahwa dia sudah menganggap mereka adik-adiknya sendiri dan mereka “boleh mampir kapan saja” dan dia senang “bisa menghibur mereka”. Kata-kata bersayap, jaring yang ditebar. Mereka semua menyambut baik keramahan Windy itu. Tapi yang menanggapi serius hanya satu, Irzan.

*****

Kejadiannya dimulai pada suatu siang, ketika Irzan datang sendirian membawa sepeda motor ke rumah Faisal. Kebetulan Faisal pergi bersama teman-teman lain, tapi Irzan tidak tahu. Jadi dia hanya bertemu Windy.

“Faisal barusan jalan main futsal sama yang lain,” kata Windy. 

“Mau nyusul?”

“Nggak ah Kak, lagi males,” kata Irzan. 

“Yaudah, aku mau pulang aja ya.”

“Eeeh tunggu, Irzan,” Windy menahan Irzan. 

“Kamu bawa motor kan? Kakak mau minta tolong boleh?”

“Boleh Kak. Ada perlu apa nih?” Irzan sumringah.

“Kakak sebenarnya mau ke salon, mau facial, tapi malas nyetir ke sana. Gimana kalau kamu yang nganterin Kakak ke sana pake motor?”

“Apa sih yang ga bisa buat Kakak,” Irzan menggombal.

“Kalau gitu tunggu sebentar ya.” Windy masuk kamar sebentar untuk bersiap, lalu keluar lagi.

Dia mengenakan tanktop gombrong hitam dan celana pendek, lalu memakai jaket. Wajahnya tak dirias dan rambutnya digerai biasa. Lalu dia naik ke boncengan motor Irzan dan mereka berangkat. Sepanjang jalan Irzan tidak konsentrasi karena hidungnya diserang wangi tubuh dan parfum Windy yang terus merapat ke tubuhnya. Apalagi Windy tak segan-segan merangkul Irzan. Windy bilang Faisal baru mau pulang sore. Masih lama. Main futsal minimal 2 jam, belum istirahat makan-minum dan nongkrongnya. Dan Irzan terbuai nada suara Windy yang genit menggoda.    Sampai di salon, Windy kemudian bertanya ke Irzan.

“Mau pulang… apa kamu mau nungguin Kakak?”

“…Aku tungguin aja deh kak, ga ada acara juga siang ini.”

“Kamu baik deh. Nanti Kakak kasih hadiah~!” celetuk Windy genit sambil memasuki salon.

Saat itu juga Irzan memperhatikan gelang kaki yang bergemerincing di pergelangan Windy.

*****

Salon yang didatangi Windy itu bukan salon kecil murahan. Menengah atas. Mungkin perawatan di sana bernilai ratusan ribu rupiah, pikir Irzan. Tidak heran, keluarga Faisal dan Windy tergolong mampu. Satu jam kemudian Windy keluar dari salon. Wajahnya kemerahan, bekas facial.

“Lama ya nunggunya? Ayo kita pulang,” ajak Windy.

Sepanjang perjalanan pulang, Irzan kembali merasa Windy merangkul erat tubuhnya. Dan rangkulannya… di perut. Seiring berjalannya motor, makin lama makin turun. Irzan terangsang dan ereksi. Mungkin Windy juga menyadari itu. Sesampainya di rumah, Windy meminta Irzan jangan langsung pergi. Faisal dan teman-teman yang lain belum muncul.

“Ada yang mau Kakak tanya, tapi tunggu sebentar ya? Duduk aja dulu.”

Irzan kemudian duduk sendirian di ruang tengah rumah besar itu, sementara Windy menghilang ke kamarnya. Tak lama kemudian Windy kembali lagi membawa beberapa barang tipis.

“Kamu tahu ini apa kan?” Windy duduk di sebelah Irzan dan menunjukkan beberapa DVD yang sampulnya bergambar perempuan seksi.

“Ehm… iya?” Irzan bingung.

“Ini Kakak sita dari Faisal. Tapi dia bilang ini punya temannya. Punya kamu bukan?”

“Bukan… Ga tau punya siapa. Punya Putra atau Endi kali’?” kata Irzan. 

“Yang paling suka beginian tuh anak dua.”

“Udah mulai nakal ya kalian… Emangnya apa sih yang ditonton dari filem kayak gini? Kakak pengen tau. Ayo kita lihat.”

“Hah? Eh tapi Kak Windy…”

Sebelum Irzan bereaksi, Windy sudah menyalakan DVD player dan memasukkan salah satu DVD porno itu. Sebenarnya DVD itu bukan diambil dari Faisal, melainkan koleksi Windy dan suaminya. Windy memang mau mengerjai Irzan. Irzan mau bangun untuk pergi, tapi Windy memegangi lengannya. Jadilah dia terpaksa ikut menyaksikan. Irzan sendiri belum pernah melihat film porno yang sedang tayang di layar TV itu, walaupun dia sudah familiar dengan materi pornografi.

“Waah, ternyata kalian sukanya yang kayak gini yaa… Yang ceweknya lebih tua?”

Film yang ditayangkan memang berskenario seperti itu, aktris pornonya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menggoda teman anaknya. Meski tidak muda, si aktris tetap tampak glamor dan seksi dengan rambut pirang, kalung mutiara, bra berenda, dan lipstik pink tebal. Dan Irzan baru memperhatikan bahwa bibir Windy sudah bersaput lipstik pink juga. Di TV, bibir berwarna sama sedang mengulum penis. Irzan merasa kemaluannya sendiri mengeras dan… digerayangi.

“Hmmm…” gumam Windy. 

“Kok ini jadi keras…? Gara-gara nonton itu ya?”

“Uhhh… Kak…” Irzan tidak berani berbuat apa-apa ketika Windy membuka resleting celananya.

Tangan Windy terus beraksi menurunkan celana dalamnya dan akhirnya kulit bertemu kulit, tangan bertemu batang. Irzan seperti kesetrum ketika merasakan itu. Elusan tangan Windy menggodanya.

“Dasar cowok… Zan, kamu pernah coli nggak~?” tanya Windy nakal.

“Ngh… per… nah…” Irzan menjawab sambil menahan nafsu. Windy terus menggodanya.

“Kalau dicoli’in?”

“Be… bel… lum…”

Ngewe Dengan Kakak Dari Temanku

Tayangan film porno menampilkan si aktris menerima ejakulasi lawan mainnya di wajah.

“Kamu lihat kan… tuh dia dicoli’in sama ibunya temennya… Tante-tante aja bisa bikin ngaceng kayak gitu… Kamu ngaceng juga ngelihat dia?…”

Irzan sudah meracau tak jelas.

“Kamu ngaceng ngelihat aku?”

“NGHHH!!” Jawabannya adalah semburan mani yang hebat dari kejantanan Irzan.

Irzan jelas merasa keenakan dengan orgasme itu. Sekaligus bingung dan sedikit takut. Tapi yang terlihat lebih puas adalah Windy.

“Iihh. Banyak dan kentel peju kamu. Pasti udah lama gak crot.”

Irzan cuma melongo bego. Windy memain-mainkan cairan kental yang mengotori jarinya itu, bahkan menjilatnya.

“Enak?” tanya Windy.

“Iiyah,” jawab Irzan pendek.

“Mau lagi?”

“…” Irzan tidak berani menjawab yang itu.

“Kalau kamu mau lagi, mulai sekarang kamu harus ikut apa kata Kakak ya. Sekarang… cepat pulang. Faisal pasti sebentar lagi datang. Ayo sana!”

Irzan buru-buru membetulkan pakaiannya dan bergegas keluar. Windy mengantarnya keluar dengan senyum nakal.

######

Sesudah itu, Irzan dan Windy beberapa kali lagi bertemu berduaan saja, paling sering di rumah Windy sendiri, kalau sedang tak ada orang. Irzan sendiri tetap nongkrong bareng Faisal dan Windy tetap kadang tampil di depan mereka, tapi tidak ada yang tahu hubungan mereka. Yang dilakukan tetap sebatas Windy memasturbasi Irzan, dengan tangan, dan satu kali dengan kaki. Adegan di atas, pada waktu Windy mau menjemput Faisal dengan mobil dan Irzan menemuinya, adalah pertama kalinya Windy memberi oral seks kepada Irzan. Mereka berdua belum pernah berhubungan seks biasa. Walaupun Irzan penasaran dan dia sudah berkali-kali digoda oleh Windy, kakak temannya itu selalu membuatnya tak berdaya dan tak mampu meminta lebih. Namun lama-lama Irzan gemas juga. Makin hari dia makin ingin melampiaskan nafsunya kepada perempuan penggoda itu.

*****

Kejadiannya pada suatu siang. Irzan bersimbah keringat dingin. Di depannya, Windy akhirnya berhenti meronta dan telentang pasrah. Pergelangan tangannya terikat, wajahnya terlihat gentar.

“Kamu kenapa gini, Zan… Kenapa kamu giniin Kakak?” tanya Windy.

Saat itu kakak teman Irzan itu mengenakan babydoll tipis. Irzan mengangkang di atas paha Windy yang terbaring di ranjangnya.

“Kenapa? Kakak ga pernah berhenti godain aku… Aku sudah ga tahan!” seru Irzan gusar.

Tangannya menjamah payudara kanan Windy dan meremasnya. 

“Sekarang Kakak ga bisa ngelarang aku lagi…”

Tadi, ketika dia baru datang, seperti biasa Windy menggoda dan mempermainkannya… tapi kali ini muncul keberaniannya untuk melawan dan meringkus Windy. Irzan lebih besar dan kuat, jadi tidak sulit untuknya. Dia juga menemukan tali yang dipakainya mengikat kedua pergelangan tangan Windy ke ranjang.

“Sekarang kita main semauku,” kata Irzan dingin.

Dia menyingkap baju Windy, mengungkap sepasang payudaranya. Lalu dia sendiri memelorotkan celana dan memamerkan penis ereksinya di depan mata Windy yang melotot.

“Ayo Kak. Kakak suka kontolku kan?” suruh Irzan. Dia merangsek maju, mencengkeram kepala Windy, dan memaksa Windy mengoral kemaluannya.

“Ah? Afhmmm!!” keluh Windy yang tiba-tiba mesti melahap rudal.

“Sekarang ayo isep kontolku! Enak kan Kak? Enak?” seru Irzan, puas.

“Ahpf! Nn!!” Mata Windy sampai berkaca-kaca karena kasarnya sodokan Irzan.

Tiba-tiba Windy merasa jari-jari Irzan merambah kemaluannya. Mereka berdua cukup sering nonton film porno bersama sehingga Irzan sekarang tahu berbagai macam aksi seks.

“Kakak dientot bibirnya kok memeknya basah? Suka ya dibegini’in?” tuduh Irzan.

“Kalau gitu pasti suka minum peju juga kan? HnghhH!!”

Penis Irzan meledak dalam mulut Windy, menyemburkan cairan peju. Sampai tumpah sebagian keluar, barulah Irzan menarik keluar kejantanannya dari sana.

“Ehh… Auh…” Windy mengambil nafas.

Tapi Irzan belum puas, dia melihat ada satu lagi tempat untuk melampiaskan nafsunya.

“Kak Windy,” kata Irzan, 

“Yang di bawah itu pengen dimasukin juga ya?”

Dia menarik Windy supaya berposisi duduk lalu pindah ke belakang Windy. Dia sudah cukup sering disuruh-suruh Windy dan dia ingin membalas. Kini tangan kanannya merogoh ke selangkangan Windy dan mencubiti klitoris Windy. Tangan satunya lagi memegangi ikatan tangan Windy agar tak menghalangi.

“Kalau Kak Windy mau, ayo bilang. Bilang Kak Windy pengen.

“Oh! Ooh! Ihh!” Windy mengerang-erang keenakan karena klitorisnya dimainkan.

“Mauuhh… ihh… uhh…” pinta Windy

“Bilang yang jelas… Yang keras!” perintah Irzan.

“Masukin… masukin kontolmu ke memek Kakak…” kata Windy.

Irzan langsung mendorong Windy sehingga berposisi nungging. Di belakang pantat yang menggoda itu Irzan menahan nafas, memegangi penisnya yang keras… Dia sudah cukup sering menonton di film, sekarang dia akan mencobanya sendiri. Zrepp…Irzan merasakan hangat basahnya liang kewanitaan Windy untuk pertama kali. Perempuan itu merintih-rintih ditusuk kejantanan Irzan dari belakang, dan Irzan memasukinya makin dalam sampai tak bisa maju lagi. Lalu dia mulai menggenjot.

“Ahn! Ah! Enak…!” Windy jelas-jelas menikmati perlakuan Irzan, biarpun sebenarnya dia dipaksa oleh Irzan. “Dalem banget… zan! Enakh…! Ah!”

“Kakak suka kan?! Ngentot sama aku enak kan!” kata Irzan dengan gemas sambil dia menancap-nancapkan senjatanya ke liang kenikmatan itu.

“Ahh! Iyaa! Suka! Suka kontol Irzaann!” Windy sudah menyerahkan tubuhnya untuk diapakan saja oleh teman adiknya itu. “Enak! Nghh! Aduh ga tahan! Mau… mauu…”

“AA~HHH!!” Jerit panjang Windy dan tubuhnya yang menegang karena orgasme lalu bergetar mengagetkan Irzan, yang kemudian kehilangan kendali juga dan ikut berorgasme di dalam vagina Windy.

*****

“Hmm!” Windy yang bangkit lebih awal sesudah keduanya ambruk kelelahan, wajahnya terlihat ceria. Irzan bingung.

“Hihihi, nggak kira kamu bisa kasar juga akhirnya! Tau nggak, enak tuh dientot paksa kayak tadi. Pancinganku berhasil juga,” kata Windy. Irzan bengong. Rupanya selama ini Windy memancing-mancing dia supaya dia tak tahan dan berbuat kelewatan.

“Kapan-kapan kamu harus bisa ganas seperti tadi ya Zan?” kata Windy sambil mencium pipi Irzan dengan genit.

Irzan cuma bisa melengos. Pada akhirnya dia tetap jadi mainan…

Cerita sex : Pengalaman Sex Yang Membawa Untung

#Ngewe #Dengan #Kakak #Dari #Temanku

Istriku Diewe Oleh Suami Dari Pembantuku Terbaru Malam Ini

Istriku Diewe Oleh Suami Dari Pembantuku

Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa.

Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.

Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.

Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.

Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.

Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.

Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.

Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.

Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.

Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampur aduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.

“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.

Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.

“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.

Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.

“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”

Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.

“Ahh…”

Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya.

Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.

Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.

“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.

Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.

“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”

Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.

Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang.

Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.

“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”

Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.

“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..”

Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.

“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”

“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”

“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”

Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.

Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.

“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.

“Maafkan isteriku yah”

Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.

“Ayo ke kamarmu Mbok.”

Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.

Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.

“Ehhmm.. Eehhf..”

Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.

“Ehh.. Ehhshs..”

Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.

“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya.

Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.

“Oohh.. Paakk.. Oohh..”

Istriku Diewe Oleh Suami Dari Pembantuku

Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.

“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.

Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul

Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.

“Oohh.. Paakk.. Ohh..”

Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.

“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”

Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam.

Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.

“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”

Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.

“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.

Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.

Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.

****

Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.

Cerita sex : Pengalaman Sex Dengan Tukang Galon

Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.

#Istriku #Diewe #Oleh #Suami #Dari #Pembantuku

Selingkuh Dengan Istri Dari Rekan Kerja Terbaru Malam Ini

Selingkuh Dengan Istri Dari Rekan Kerja

Dia memang seorang wanita yang cukup menarik, umurnya lebih tua dua tahun dariku, dan dia adalah istri teman kantorku. Lani, namanya, memiliki tinggi badan yang lebih kecil dariku, sekitar 160 cm dan memiliki kulit yang bisa dibilang lebih putih daripada orang-orang Indonesia kebanyakan, tapi dia bukanlah keturunan chinese.

Di kantorku aku merupakan satu-satunya keturunan chinese, tinggi badan sekitar 172 dan tidak gemuk, yah, wajar lah. Di kantor ini aku menduduki jabatan sebagai wakil kepala akunting. Aku sebenarnya tergolong baru bekerja di perusahaan ini, baru sekitar satu tahun dan aku sudah cukup akrab dengan salah satu pegawai yang bernama Rernaldy. Aku pernah diajak berkunjung ke rumahnya di daerah Jakarta Utara. Disinilah awalnya perkenalan aku dengan Lani.

Pada pandangan pertama, aku memang sudah menyadari kecantikan Lani namun pikiran itu aku buang jauh-jauh karena menyadari bahwa dia adalah istri teman aku. Pembicaraan di rumah Rernaldy berlangsung cukup lama dan cukup akrab sekali. Rernaldy tinggal bertiga dengan pembantunya dan istrinya. Aku sendiri sempat makan malam di rumah mereka.

Harus aku akui, sambutan mereka di rumahnya benar-benar membuat aku merasa betah dan ingin berlama-lama terus disitu tapi akupun akhirnya harus pulang juga ke rumah. Setelah pertemuan itu pun sikap aku terhadap Rernaldy dan sebaliknya pun biasa-biasa saja, tidak ada istimewanya. Sampai suatu minggu sore jam 3-an handphoneku berbunyi, ternyata dari rumah Rernaldy. Aku pikir Rernaldy yang menghubungi karena perlu sesuatu, ternyata yang kedengaran adalah suara wanita.

“Halo, ini Hari ya?”, kata suara disana.

“Ya, ini siapa ya?”, jawabku.

“Aku Lani, istri Rernaldy. Masih inget ga?”

“Oh, iya, masih inget. Aku kira siapa..? ada apa nih Lan?”

“Gini Har, aku ingin ketemu dengan kamu. Boleh aku ke rumah kamu? Kamu lagi sendirian di rumah?”

“Boleh aja, dulu aku pernah ke rumah kamu, sekarang boleh aja kalian main ke rumah aku. Kalian datang berdua?”

“Nggak, aku datang sendiri saja. Rernaldy sedang pergi dengan temannya.”

Sempet bengong juga aku mendengar pernyataan itu. Ada apa gerangan? Mau apa Lani ke rumah aku sendirian sore-sore begini? Banyak pikiran campur aduk di otakku.

“Halo.. halo.. haloo.. Hari, kamu masih disitu?”

“Eh.. oh.. iya Lan.. Oke, kamu boleh ke rumahku kok sekarang. Aku cuman bingung aja mau siapin makanan apa buat kamu.”

“Ngga perlu repot-repot lagi Har, biasa aja. Aku berangkat yah sekarang.”[

Jarak antara rumahku dengan rumah Rernaldy memang cukup jauh, rumahku terletak di daerah Jakarta Barat sedangkan Rernaldy di Jakarta Utara. Perlu waktu sekitar 45 menit untuk ingin ke rumahku jika dari Jakarta Utara. Rumahku tidak terlalu besar memiliki halaman depan yang cukup untuk satu mobil. Aku memelihara sepasang anjing jenis ukuran yang tidak bisa besar. Rumahku memiliki 4 ruangan kamar, satu kamar terletak di loteng rumah.

Sebenarnya ini adalah rumah orang tuaku, namun mereka saat ini sedang pergi keluar negeri sehingga tinggallah aku sendiri di rumah dengan seorang pembantu yang tidak menginap, pembantuku ini hanya datang pada pagi dan sore hari setelah aku pulang kerja dan pada hari sabtu atau minggu, dia datang pagi hari untuk membersihkan rumah. Sedangkan anjing-anjingku aku sengaja sediakan makan dan mnumnya berlebih di tempatnya supaya mereka tidak kehausan dan kelaparan jika aku pergi kerja.

Setelah membersihkan rumah seadanya, aku menunggu kedatangan Lani sambil menonton televisi. Sambil menunggu, pikiranku tidak bisa konsen ke TV. Banyak pikiran yang berkecamuk dalam otakku mengenai kedatangan Lani yang sendirian ke rumahku. Sekitar setengah jam menunggu akhirnya terdengar suara mobil di depan rumah. Aku segera keluar untuk melihat; ternyata memang Lani yang datang sendirian. Langsung saja aku persilahkan dia masuk, begitu melihat ada tamu, langsung saja anjingku pada ribut.

“Ehh.. kamu pelihara anjing ya, lucu bangeet”, kata Lani sambil mendekati anjingku lalu mengelusnya.

“Iya. Kamu suka anjing juga”

“Suka banget”

Kemudian aku persilahkan Lani masuk dan duduk di ruang tamu sementara aku menyiapkan minuman untuk dia.

“Kamu kok tidak datang bersama Rernaldy? Biasanya kemana-mana berdua melulu?”

“Memangnya harus sama dia terus kalau kemana-mana?”

“Iya dong, apalagi kamu sekarang datang ke rumahku, kalau ketauan sama dia kan, ntar gimana jadinya nanti?”

“Ah.. sudahlah, hal kayak begituan biar aku yang urus dengan Rernaldy”, Kata Lani lebih lanjut.

“Gini Har, aku ingin ngobrol-ngobrol sama kamu nih tentang masalah bisnis.”

Kami pun berbicara masalah bisnis, ternyata dia kerumahku untuk berbicara mengenai bisnis baru yang akan dirintisnya dan meminta bagaimana pendapat aku dari segi akunting dan manajemennya. Pembicaraan tersebut berlangsung kurang lebih selama satu jam. Sambil berbicara konsentraasiku agak terganggu karena duduk bersebelahan dengan Lani dan hampir berdekatan. Kadang-kadang kalau sedang bicara bertatapan ingin sekali rasanya mencium bibirnya soalnya hanya berjarak sekitar 45 cm.

Saat itu Lani berpakaian cukup sederhana, hanya mengenakan kaos dan celana jeans. Namun aku suka sekali apabila melihat perempuan yang berpenampilan seperti itu. Sedangkan aku sendiri tadinya hanya memakai celana hawaii dan kaos tapi setelah kedatangan Lani, aku langsung mengganti dengan celana panjang.

Akhirnya pembicaraan mengenai bisnis pun selesai, kami pun bersandar lega di sofa yang kami dudukin. Sekarang otakku benar-benar sudah gak karuan deh, pingin rasanya untuk mencium Lani tapi bagaimana caranya? Otakku memutar dengan keras dan akhirnya aku mengambil keputusan untuk mencoba menyenggol tubuhnya. Tanganku dengan sengaja aku bentangkan kedepan badan dia seakan-akan aku sedang meregangkan otot dan menyentuh tangannya.

“Kamu cape ya Har setelah ngomongin bisnis?”, kata Lani.

“Iya nih, kalo dipijit enak nih kayaknya”, pancingku.

“Sini biar aku pijitin”, kata Lani sambil memegang punggungku.

“Ntar dulu ah, mao nyalain musik dulu”

Akupun mulai menyalakan musik, maksudku supaya suasananya nyaman. Kemudian aku mulai duduk membelakangi Lani dan ia mulai memijit punggungku.

“Gimana har? Enak gak pijitanku?”, kata Lani disamping telingaku.

“Enaak..”

Aku pun memalingkan wajah menghadap Lani maksudnya ingin bicara sesuatu tapi karena wajah kita berdekatan seperti itu, aku lupa tidak tau mau omongin apa. Situasi saat itu sempat hening sebentar, lalu entah siapa yang mulai, kami pun berciuman dengan penuh hasrat. Langsung aku membalikkan badan dan memeluk tubuh Lani dan membaringkan dia di sofa. Lani hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Sepertinya dia menikmati banget ciuman ini. Aku tidak mendengar suara apapun dari Lani, hanya..

“Mmh.. urm.. ss..”

Itulah yang terdengar pada waktu kami ciuman. Aku menciumi bibirnya dengan sangat lembut meskipun aku sebenarnya bernapsu banget. Dengan lembut aku mainkan lidahnya, bibirnya. Aku memainkan lidahku didalam mulutnya, kadang-kadang aku tarik lidahnya dengan gigiku saat ada di dalam mulutku. Sambil berciuman aku melihat matanya, ternyata dia menciumku sambil memeramkan matanya, sungguh pemandangan yang menambah laju birahiku.

Aku terus menciumi bibirnya, kadang ciumanku lari ke kupingnya serta lehernya. Sengaja aku tidak terlalu napsu menciumi lehernya supaya tidak meninggalkan bekas yang bisa mencurigakan. Demikian juga dengan Lani, ia menciumi seluruh wajah dan leherku dengan bibirnya, saat itu perasaan geli seakan-akan ingin memeluk Lani erat-erat sungguh tak tertahankan.

Sejenak kemudian kami mengehentikan akivitas kami karena handphone Lani berbunyi,

“Kamu angkat dulu deh, siapa tahu suami kamu”, kataku sambil tersenyum.

“Oke”, jawabnya tersenyum pula.

Lalu Lani mengangkat telpon dan memang benar dari Rernaldy suaminya. Begitu tau dari suaminya, aku langsung mendekati dia, maksudnya untuk mendengarkan pembicaraan mereka dan membantu kalau-kalau Lani tidak bisa jawab. Tapi aku tiba-tiba berubah pikiran dan mendekati Lani dan memeluk dia dari belakang sambil menjilati kupingnya.

Lani sempat berbalik dan memelototi aku tapi aku tidak peduli. Aku tetap mendekati dia dan menjilati lehernya. Tanganku pun mulai menyusup ke dalam kaosnya dan lebih dalam lagi menyusup ke dalam BH-nya. Akupun bisa menjamah putingnya. Begitu aku merasakan putingnya, aku pun mulai memainkannya dengan jari-jari tanganku.

Sementara itu Lani sudah tidak bisa mencegahku lagi, diapun mulai menikmatinya dan malahan dia membuka kaosnya dan duduk di sofa kembali. Semua itu dilakukan sambil ia berbicara dengan suaminya di telpon. Lani memberikan alasan bahwa dia sedang jalan-jalan di sebuah gallery busana. Aku juga segera melepaskan baju dan celana panjangku.

Ketika Lani sudah duduk di sofa, akupun mulai menciumi tetenya, aku meremas-remas payudara Lani dengan napsu, aku jilatin putingnya dan kadang aku gigit putingnya dengan bibirku. Aku lalu melihat ke wajah Lani.. wahh.. wajah yang pasrah tapi dia masih melihat ke aku sambil memberi isyarat bahwa dia lagi telpon.

Selingkuh Dengan Istri Dari Rekan Kerja

Sebenarnya dia sudah tidak tahan lagi ingin melepas semuanya tapi karena ia masih nelpon maka ia terpaksa menahan semua gejolak tersebut. Aku tau bahwa saat ini dia sedang berusaha sekuat tenaga untuk tidak berteriak ataupun mendesah karena rangsanganku; yang Lani bisa lakukan adalah menggeliat-geliat tidak keruan berbaring di atas sofa di bawah tubuhku.

Ketika kemudian telpon sudah selesai, Lani langsung mengeluarkan gejolak yang tertahan dari tadi,

“Aahkk.. Harrii..”, teriak Lani.

“Gila kamu ya Har, itu tadi kan si Rernaldy, kalau aku kebablasan tadi gimana coba?”, katanya memarahi tapi dengan nada menggoda.

Aku cuma tersenyum saja, “Tapi kamu suka kan Lan?”

“Iya sih..”, lanjutnya tersenyum.

Lalu kami pun melanjutkan kegiatan yang tertunda itu. Aku mulai membuka celana jeansku dan celana jeans Lani beserta dengan celana dalamnya. Aku menciumi paha Lani yang bagian kiri dan meremas pahanya yang kanan. Aku jilatin sambil terus bergerak bergerak ke bagian selangkangannya. Selama itu juga tubuh Lani tidak bisa diam, selalu bergerak dan mendesah. Sampai akhirnya aku menjilati pas di memeknya Lani. Aku terus melakukan kegiatan ini dengan penuh napsu, aku memainkan itilnya sambil kadang-kadang aku hisap dalam-dalam dan aku kulum dengan bibirku.

Selama aku melakukan ‘serangan’ kepada Lani, dia terus berteriak, mendesah, dan menekan kepalaku kuat-kuat seakan-akan tidak mau membiarkan kepalaku pindah dari selangkangannya. Suara yang ditimbulkan oleh Lani membuat aku tambah bergairah dalam melakukan kegiatanku tersebut. Aku menjilati memek Lani makin liar, aku permainkan memeknya sampai dalam dengan lidahku dan jari-jari tanganku juga mulai masuk ke dalamnya sampai akhirnya.. aku merasakan kaki Lani menjepit kepalaku dan tangannya menekan kepalaku sangat kuat serta pinggulnya terlihat menggelinjang dengan dahsyat.

“Aahh, Harii, uhh”

Ternyata Lani sudah mencapai klimaksnya yang pertama dalam permainan ini. Aku melihat sebentar ke arah Lani dan dia menatapku sambil tersenyum.

“Kamu hebat Hari, aku suka sekali”, katanya.

“Masa sihh? Aku masih belum apa-apa nih”, jawabku sambil mencium bibirnya.

“Aku maenin yah kontolmu?”,

“Itu yang aku tunggu sayang”, bisikku di telinganya

Maka aku pun segera mengambil posisi duduk bersandar di sofa dan dia perlahan mulai jongkok di hadapanku. Mula-mula ia mengelus kontolku dengan tangannya, kontolku dielus olehnya dari bijinya sampai ke ujung kepala kontolnya. Lalu ia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung kontolku. Begitu lidahnya menyentuh kontolku, aku merasa agak sedikit geli. Kemudian Lani langsung memasukkan seluruh kontolku ke dalam mulutnya.

Wah, perasaanku saat itu benar-benar nikmat sekali, urat-urat kontolku yang bergesekkan dengan bibir dan lidahnya memberikan suatu sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Saat itu yang bisa aku lakukan hanyalah menggeliat-geliat kenikmatan sambil membelai-belai rambutnya Lani. Terkadang giginya Lani menyentuh salah satu bagian kontolku, sakit dikit sih, namun itu tidak mempengaruhi sensasi nikmat yang diberikan.

Saat itu kontolku benar-benar diberikan sensasi yang begitu dahsyat, titik-titik syaraf yang ada di seluruh kontolku tidak ada yang tidak tersentuh oleh bibir dan lidahnya Lani, benar-benar permainan yang membuat aku tidak dapat bertahan lama dan akhirnya aku mulai merasakan sesuatu yang mendorong dari dalam dan mengeluarkannya.

“Ahh..”

Hanya itulah kata yang bisa keluar dari dalam mulutku saat semuanya tertumpah keluar. Akupun terbaring lemas namun terasa rilex banget dengan Lani bersandar di dadaku. Tidak ada kata yang keluar dari mulut kami berdua saat itu. Setelah diam selama sekitar 10 menit, Lani mulai meremas-remas kontolku lagi sambil memandangku.

“Kamu mau lagi ya Lan?”

“Hmm..”, jawabnya sambil terus meremas kontolku.

Diberi rangsangan seperti itu, tidak berapa lama kemudian kontolku sudah mulai kekar berdiri lebih tegak daripada tadi. Menurut pengalamanku dan cerita teman-teman, kontol seorang lelaki akan lebih kekar pada ronde kedua daripada ronde pertama dan akan berlangsung lebih lama. Lani terus meremas-remas dan mengelus kontolku kemudian mengulumnya di dalam mulutnya. Akupun mulai mencari-cari daerah dada Lani untuk memainkan kembali tetenya. Begitu aku mendapatkannya, langsung aja aku membaringkan Lani di sofa kembali dan melanjutkan mengulum puting susunya.

“Aacchh..”, Lani menjerit keras-keras ketika aku menggigit-gigit putingnya

Rambutku diacak-acak olehnya dan dia mendekap erat-erat kepalaku di dadanya sehingga aku agak kesulitan untuk bernapas. Setelah puas memainkan dadanya, akupun kembali turun ke selangkangannya. Pertama-tama aku mainkan bulu-bulu yang mengitari selangkangannya, aku jilatin bibir memeknya dan aku mainkan itilnya. Saat itu, Lani sudah mendesah dan menggeliat-geliat tidak karuan. Aku sudah merasakan memeknya Lani sudah basah lagi dan sepertinya dia akan mencapai klimaksnya kembali. Namun dengan segera aku menghentikan kegiatan menjilatku dan berdiri.

“Kenapa Har..?”, tanyanya lemas.

“Ah, tidak”, jawabku tersenyum.

Kemudian aku membuka selangkangannya dan mengarahkan kontolku ke lubang itu. Mula-mula aku mengusap-usapkan ujung kontolku ke bibir selangkangannya dan pelan-pelan aku masukkan kontolku ke memeknya Lani.

“Aahh.. Har.. ayo..”, desah Lani.

“Aku masukkin yah sayang..”, kataku.

“Iyaah.. ohh.. c’mon honey..”

“Oke..”

‘Zleeb..’ kontolku langsung aku masukkan ke dalam memek Lani.

“Aacchh..”, teriak Lani.

“Gimana sayang..?”, kataku sambil menciumi bibirnya.

“Harr.. ochh.. yesshh.. teruskann..”

Kemudian aku mulai menggerakkan kontolku dalam memeknya, aku putar, aku goyang dengan berbagai macam cara, pendek kata aku mencoba untuk memberikan kenikmatan pada Lani dengan kontolku itu.

“Harr.. ah.. enak bangett.. uhh..”, desah Lani sambil memandangku

“Enak yah Lan..?”

“Iyah.. ohh.. goyang terus.. Har..”,

Kami melakukannya dengan penuh gairah, kadang aku mengambil posisi di atasnya menindih badannya sambil memegang telapak tangannya di telentangkan kiri kanan, kadang juga dia yang di atas menindih tubuhku dan aku mendekap dia erat-erat sambil meremas-meremas pantatnya dan dia terus bergoyang kadang berirama kadang tidak. Sampai akhirnya kami sama-sama merasakan ada sesuatu yang keluar dari diri kami masing-masing. Perasaan itu benar-benar merupakan sensasi yang luar biasa bagi kami berdua.

Kami pun terbaring lemas di sofa itu, Nina berbaring didekapan dadaku. Pengalaman ini sungguh-sungguh diluar dugaanku sebelumnya ternyata aku telah mengkhianati temanku dengan meniduri istrinya dan mungkin juga pikiran Lani sama denganku bahwa ia sudah mengkhianati suaminya hanya karena selingan belaka.

“Lan, kamu menyesal sudah melakukannya denganku?”, tanyaku padanya.

“Sedikit sih ada perasaan menyesal, tapi aku tau kok kalau Rernaldy itu sering selingkuh di belakangku”, jawabnya lagi.

“Jadi aku lakukan ini karena ingin membalasnya saja.”

“Ohh begitu”

Tidak kusangka sama sekali, Rernaldy yang aku kenal sebagai orang yang baik ternyata sudah menyakiti istrinya beberapa kali.

“Hari, kamu jangan marah ya dengan kelakuanku ini”

“Tentu aja tidak”, jawabku tersenyum.

“Kalau kamu butuh sesuatu lain hari aku bersedia kok bantu kamu.”

“Terima kasih ya”

Waktu jugalah yang memisahkan kami hari itu, setelah membersihkan diri kemudian Lani pulang meninggalkanku yang penuh dengan pikiran, apa yang akan aku lakukan? Apakah aku akan terus berhubungan dengan Lani? Apakah aku akan berteman terus dengan Rernaldy? Apakah yang akan terjadi kalau kami ketahuan Rernaldy? Pusing aku memikirkan hal itu, akhirnya aku putuskan untuk menjalani saja semuanya sesuai dengan alurnya nanti, namun yang pasti aku menikmati masa-masa bersama Lani tadi sore.

Cerita sex : Akibat Hutang Istriku Digarap

Dan akhirnya akupun pergi tidur dengan lelap malam itu memimpikan kejadian yang mungkin akan terjadi hari-hari berikutnya dengan Lani atau dengan siapapun.

#Selingkuh #Dengan #Istri #Dari #Rekan #Kerja

Ngewein Ibu Dari Teman Lamaku Sendiri Terbaru Malam Ini

Ngewein Ibu Dari Teman Lamaku Sendiri

Sudah 7 bulan aku dan Dendy tidak bertemu. Dendy adalah teman terdekatku sedari SMP. Terakhir bertemu ketika kelulusan di sekolah, setelah itu tidak berjumpa lagi karena aku dan Dendy tidak bersekolah di sekolah yang sama lagi.i

Tak terasa, kini aku sudah berada di kelas 1 SMA semester 2. Dulu ketika SMP sistemnya caturwulan tapi kini sudah berganti ke kurikulum 2004 maka, sistemnya pun berubah menjadi semester. Memang agak beda, dulu ketika SMP dengan sistem caturwulan rasanya lama tapi kini setelah berganti jadi sistem semester waktu menjadi tidak terasa.

Terakhir 3some, adalah ketika aku dan Dendy ngentot Bu Suti setelah itu belum pernah lagi. Agak sedikit kecewa, karena dulu Dendy pernah menjanjikan akan mengajakku ngentot ibunya atau pembantunya. Tapi kekecewaan itu takan menjadi masalah sebab, aku memang tidak terlalu berharap untuk hal itu.

Soal ngentot, aku masih tetap melakukannya. Memang, ngentot Bu Suti sudah sangat jarang sekali karena terbentur kondisi dan juga keadaan. Tapi ngentot Tante Cici adik kandung ibuku sendiri masih tetap berlangsung. Oleh sebab itu, untuk urusan ngentot tidak terlalu membuatku pusing sebab masih dapat tersalurkan dengan baik walaupun hanya 2 atau 3 kali dalam seminggu itupun bergantung pada mood tanteku dan kondisi di rumah.

Kebiasaan ngentot dengan wanita yang lebih tua cukup berpengaruh pada kehidupanku. Walaupun tampangku gak jelek-jelek amat tapi aku belum punya pacar. Memang ada beberapa wanita di sekolahku yang sering menggoda dan cari-cari perhatian tapi aku biarkan saja karena memang terbentur persoalan selera.

Tidak ada diantara teman cewek di sekolah yang menjadi seleraku malah aku lebih tertarik sama guru sosiologiku. Emh, ketika di rumah aku sering sekali membayangkan susu montok dan pantatnya yang bahenol. Ingin rasanya aku menyentuh dan meremasnya.

Ketika itu hari minggu, tiba-tiba Dendy datang menggunakan sepeda motor ke rumahku. Kangen juga aku sama dia. Walaupun setiap bertemu dengan dia pasti saja aku dicekoki minuman. Tapi dibalik itu semua, dia satu-satunya teman yang paling baik, paling peduli, dan paling mau aku susahkan.

“Puji! apa kabarnya?” tanya Dendy.

“baik, Den. Ke mana aja gak pernah keliatan?” jawabku balik bertanya.

Aku ajak ia masuk ke rumahku langsung menuju kamarku. Tubuh kawanku ini sekarang semakin tinggi dan atletis. Mungkin tingginya sekitar 170cm dengan kulit yang agak hitam sekarang.

Ia duduk di kursi kamarku. Aku menawarinya minum tapi ia menolak sambil mengeluarkan vodka yang biasa kita minum. Melihat kebiasaannya itu aku hanya bisa tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“mau gak?” katanya sambil menunjukan botol vodka.

“bolehlah.”jawabku tanpa ragu.

Sambil minum dan merokok di kamarku, Dendy bercerita banyak mengenai sekolahnya dan tidak ketinggalan cerita-cerita ngentotnya bersama ibu, pembantu, dan pacarnya di sekolah. Rupanya kawanku ini sudah punya pacar, pantas aja selama 7 bulan sulit sekali bertemu.

Aku pikir ia telah lupa dengan janjinya ternyata sama sekali ia tidak lupa. Bahkan kedatangannya ke rumahku untuk mengabarkan berita baik itu. Ibunya sudah berhasil ia bujuk tinggal meminta kepastian kapan aku siap ikut ngentot ibunya.

Setelah waktu dan harinya sudah kita sepakati, ia mulai bercerita awal mula ia bisa ngentot ibunya.

Ternyata, ibunya yang seorang janda itu ia perkosa dengan cara memborgol kedua tangannya ketika ibunya sedang tidur. Ibunya ketika itu marah dan geram padanya sampai hendak melaporkan perbuatannya pada polisi. Mendapat ancaman demikian, Dendy cuek aja bahkan esoknya ia melakukan hal yang sama. Ia perkosa lagi ibunya dengan cara yang sama bahkan ia merekam semua adegan tersebut. Kemudian ia mengancam balik akan menyebarluaskan rekamannya dan tidak akan melepas borgol dikedua tangan ibunya serta akan mengurung ibunya di dalam kamar.

Ternyata ibunya keras kepala sehingga Dendy benar-benar tidak melepas borgol yang terpasang dikedua tangan dibelakang pinggang ibunya seharian penuh. Sampai akhirnya, ibunya menyerah. Walaupun ibunya sudah pasrah tetapi ibunya masih tidak rela ketika tubuhnya berkali-kali dilahap oleh anaknya sendiri. Seiring ketidakrelaan ibunya, Dendy terus saja melakukan perbuatan serupa kepada ibunya.

Tenggorokan ku sampai kering mendengar pengakuan temanku. Sungguh aku tidak menyangka dibalik tampangnya yang baik dan santai ternyata ia begitu nekat dan gila.

Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 4 sore. Sebelum Dendy pamit ia memaksa ingin memphoto kontolku.

“******! enggak ah, ngapain photo-photo kontol segala!” ucapku sambil bergurau memukul perutnya.

“untuk bukti, ji! Biar mamah percaya bahwa kontol kamu tu gede!” jawabnya sambil cengengesan.

“gak mau! kayak homo aja minta photo kontol! Tar aja, mamahmu liat langsung aja!” kataku sambil membukakan pintu kamar untuk Dendy.

Sambil tertawa-tawa, aku antarkan Dendy sampai ke depan rumah. Ia berjanji, akan menjemputku besok seusai pulang sekolah. Setelah aku mengiyakan, ia pun pergi dari rumahku yang sedang sepi karena keluargaku sedang pergi ke rumah saudara.

Tanteku yang ada di rumah sedari pagi tidak kelihatan, makanya setelah mengantar Dendy ke depan rumah aku bergegas menuju kamar Tante Cici yang berada di sebelah kamarku.

Di dalam kamarnya, Tante Cici tampak sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tak berani mengganggu aku tutup lagi pintu kamarnya dan segera menuju kamar mandi karena sedari pagi belum mandi.

Esoknya, sepulang bubaran sekolah, Dendy sudah berada di depan sekolahku menunggu disebuah kios rokok. Aku segera menghampirinya dan langsung pergi menuju rumahnya menggunakan sepeda motornya.

Aku kaget, ternyata Dendy anak orang kaya. Rumahnya besar dan mewah. Agak ragu-ragu aku ikuti langkah Dendy masuk ke dalam rumahnya. Terlihat segala perabotan mewah menghiasi rumahnya. Aku hanya mampu berdecak kagum.

Dendy mengajak menuju kamar tidurnya di lantai 2. Terlihat dan terasa, kamarnya luas dan nyaman sekali. Aku diam tak banyak bicara. Sampai akhirnya Dendy mengajakku ke meja makan di lantai bawah untuk makan siang.

Semua hidangan telah siap di meja makan disiapkan oleh pembantunya yang sudah cukup tua. Aku taksir umurnya antara 45/46 tahun. Bodynya masih yahut. Dadanya besar, tubuhnya agak gemuk dan agak pendek.

“nah ini pembantu yang sering aku entot, Ji!” kata Dendy ketika pembantunya menuangkan air ke dalam gelas untuk minum.

Aku tercekat kaget dengan ucapan Dendy. Aku tak tahu apa maksudnya sampai selantang itu ia berkata demikian. Pembantunya pun terlihat begitu malu dengan wajah memerah dan terlihat ia menjadi salah tingkah.

Selesai makan, Dendy tampak sibuk dengan hpnya. Pada tahun 2004, hp masih jarang dimiliki anak sekolah walaupun ayah dan mamahku sudah memiliki benda canggih tersebut dan pernah menyarankan agar aku juga memliki hp supaya bisa setiap saat menanyakan keberadaanku yang sering pulang terlambat. Tapi aku belum tertarik dengan benda tersebut dan akan tidak nyaman jika benar fungsinya untuk memantauku. Maklum masa remaja bagiku adalah masa-masa mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dan ingin hidup bebas.

Pukul 5 sore ibunya pulang. Dendy segera mengenalkanku pada ibunya.

“saya Puji, tante. Teman SMPnya Dendy.” kataku memperkenalkan diri sambil mencium punggung tangan ibunya dengan penuh rasa hormat.

“saya, Meta. Ibunya Dendy.” jawabnya sambil tersenyum manis dengan gaya khas orang kaya yang elegan.

Seusai perkenalan denganku, ibunya langsung menuju kamarnya karena hendak ganti baju dan mandi. Sungguh beruntung Dendy memiliki ibu yang cantik, badannya montok, dadanya besar, pantatnya semok, kulitnya putih, dan rambutnya yang hitam berkilau di potong pendek sebahu. Seksi sekali.

“gimana, ji? cakep gak tuh?” tanya Dendy seolah paham aku yang sedang terpana.

“cantik banget, den!” jawabku dengan jujur.

“kita mulai bermain sekarang, ji!” ajak Dendy sambil menarikku menuju kamar tidur ibunya.

Di dalam kamar, tampak Tante Meta sedang membersihkan wajahnya di depan meja rias. Ia hanya mengenakan kutang ungu dan rok hitam selutut. Ia sedikit kaget ketika aku dan Dendy tiba-tiba masuk kamarnya.

“mah, temanku ini gak bisa lama-lama di sini. Soalnya besok ia harus sekolah pagi-pagi.” kata Dendy menginformasikan pada ibunya.

“oh begitu.” jawab Tante Meta singkat sambil terus membersihkan make upnya dengan kapas.

“gimana, mah, dengan rencana yang pernah aku obrolin? bisa dimulai sekarang?” tanya Dendy pada ibunya. Sedangkan aku hanya diam saja sambil memperhatikan tubuh Tante Meta dari belakang.

“yaudah, tunggu dulu. Mamah cuci muka dulu ya!” jawab Tante Meta sambil beranjak dari meja riasnya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Aku dan Dendy duduk di sofa merah empuk dan lembut yang berada di dalam kamar tidur ibunya.

“gimana, ji? kamu siap?” tanyanya kepadaku.

“aku malu, den. Gak tau juga gimana memulainya. Lagian aku baru pertama kali bertemu ibumu. Belum akrab, dan yang pasti bakalan canggung.” jawabku apa adanya.

“gampang, nanti kita garap aja bareng-bareng! Mamahku juga pasti canggung, makanya sebisa mungkin kamu jangan canggung-canggung.” sarannya kepadaku.

Mendapat pernyataan dari Dendy tak membuatku menjadi tenang. Jantungku tetap berdebar kencang. Aku gelisah sekali antara malu, takut, canggung, khawatir, pokoknya segala macam perasaan dan pikiran campur aduk sampai membuat badanku menjadi panas dingin.

Ketika pikiran dan perasaanku sedang tidak menentu, Dendy tiba-tiba beranjak dari sofa menuju kamar mandi ibunya sambil mengeluh.

“haduh, lama banget nih mamah di kamar mandi!” ucapnya sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi ibunya.

Tak lama, Dendy ke luar dari kamar mandi ibunya disertai Tante Meta yang hanya mengenakan handuk berwarna putih. Aku terpana melihat kemolekan tubuh Tante Meta yang berbalut handuk menutupi sebagian dada dan pahanya. Sungguh menggairahkan sekali. Susunya yang besar terlihat menggelembung di balik handuknya. Sungguh tubuh yang luar biasa dengan kulit putih dan bersih.

Melihat pemandangan yang hot tersebut, kontolku langsung tegang dan mengeras. Aku agak meringis sebab, kontolku yang mengeras posisinya mengarah ke bawah jadi ketika tegang seperti ini lumayan agak sakit dan menyiksa.

Dendy langsung membuka permainan. Ia berciuman dengan ibunya sambil tangannya menggerayangi kedua susu ibunya yang montok dan masih berbalut handuk.

Aku masih canggung sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa selain menonton adegan panas tersebut. Dengan perlahan aku benahi posisi kontolku, aku posisikan kontolku mengarah ke atas supaya agak bebas dan tidak terlalu menyiksa sambil tetap tak beranjak dari tempat duduk.

Dengan agak kasar, Dendy melepas handuk yang melilit tubuh ibunya. Aku kembali tercengang, mataku tidak berkedip melihat susu besar ibunya bergelantungan tanpa tertutup sehelai benangpun. Susu Tante Meta mungkin sekitar 38C karena ukurannya benar-benar super persis pepaya dengan lingkaran merah agak besar disekitar putingnya yang besar. Tak kalah mencengangkan adalah memeknya yang tidak berbulu itu begitu tebal dan tembem. Persis kue dorayaki.

Aku pandangi tubuh Tante Meta dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Benar-benar putih dan mulus tanpa ada sedikitpun bekas luka atau apapun. Sungguh wanita yang sempurna. Perutnya tak seperti perut ibu-ibu pada umumnya. Perutnya rata walaupun tubuh Tante Meta terbilang montok.

Melihat Tante Meta telanjang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya membuatku berkali-kali mesti menelan ludah. Aku belum pernah melihat tubuh seindah dan seseksi ini secara nyata ada dihadapanku sebelumnya. Sungguh tubuh yang tidak ada bandingannya.

Dendy kemudian memintaku untuk mendekat. Dengan ragu-ragu, aku melangkahkan kaki mendekati mereka yang sedang asik berciuman dan saling remas.

Tanganku kemudian dibimbing Dendy dan diletakan pada susu ibunya yang besar. Terasa kulit susunya begitu lembut seperti kulit bayi dan tak kalah mencengangkan adalah susu itu terasa begitu kenyal. Dengan ragu aku usap sambil remas dengan lembut dan perlahan.

Dendy menghentikan ciuman pada bibir ibunya. Ia kemudian menyusuri leher menuju susu besar ibunya dengan mulut dan lidahnya. Dengan rakus Dendy menjilati dan mengenyot-ngenyot susu ibunya. Agak ragu-ragu akhirnya aku pun mengikuti Dendy bermain dengan susu ibunya dengan mulut dan lidahku. Namun, aku tidak seperti Dendy yang begitu rakus dan lahap menjilat dan mengenyot-ngenyot susu ibunya.

Aku julurkan lidahku, menjilati mengikuti lingkaran merah susu ibunya dengan perlahan dan penuh kelembutan. Mendapat sensasi berbeda pada kedua susunya, ibunya menjadi menggelinjang-gelinjang sambil mulutnya mendesis dan terkadang mendesah dengan suara yang begitu seksi.

“ssssshhhhh, ooouuuuuuhhhh, eeeemmhhhh, aaaaauuuuuhhh.” Desah Tante Meta sambil tangannya mengusap-usap kepalaku dan kepala Dendy.

Aku mulai mengkombinasikan mulut serta lidahku untuk menjilati lingkaran merah susu Tante Meta, menghisap, dan mengenyot-ngenyot puting susunya yang besar dengan lembut dan perlahan-lahan. Sedangkan Dendy masih asik menjilati dan mengenyot-ngenyot susu serta puting ibunya dengan rakus sampai air liurnya menetes dari mulutnya membasahi susu, perut, dan lantai kamar tidur Tante Meta.

Perlahan lahan aku arahkan tangan kiriku menuju memek Tante Meta yang tanpa bulu serta tembem. Terasa memeknya hangat dan basah. Perlahan aku usap-usap lembut bibir vaginanya.

“oooouuuuuhhh, ssssshhhhh, aaaaaaooouuuuhhhh.” desahnya sambil tubuhnya sedikit terguncang karena merasakan sensasi nikmat pada kedua susu dan memeknya.

Dendy kemudian menghentikan aksinya pada susu ibunya. Ia kemudian memintaku telanjang sambil ia pun membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya.

Dengan agak canggung, aku menuruti perintah Dendy dan mulai menelanjangi diriku. Satu persatu baju dan celanaku bertumpuk di lantai.

Kini aku, Dendi, dan Tante Meta sudah bugil tanpa sehelai benangpun. Wajah Tante Meta semakin memerah ketika matanya lekat memandang kontolku yang sudah tegang dan mengeras sejak awal melihatnya. Kemudian Dendy merebahkan tubuh ibunya dan langsung mengintruksikan supaya aku segera menjilati memek tembem ibunya.

Entah mengapa, walau aku sudah sangat bernafsu, rasa canggung dan malu masih saja ada. Dengan bercampur ragu, perlahan-lahan aku menuruti intruksi Dendy kemudian mulai menjilati liang memek, bibir vagina tembem, dan itil Tante Meta dengan lembut dan perlahan. Tercium aroma wangi memeknya. Aku menjadi memiliki spekulasi bahwa memek orang kaya memang harum dan legit.

Tubuh Tante Meta terlihat mulai resah, pinggangnya sesekali terangkat naik sambil pahanya ia gunakan untuk menjepit kepalaku yang terbenam menikmati kelezatan memeknya.

“ooooouuuuuhhhh, oooouuuuuhhh, aaaaaaaahhhh, ehhhhmmmmmm, aaaaahhh.” desahnya sambil mulutnya mengocok dan menjilat kontol anaknya.

Tak peduli kepalaku dijepit pahanya, aku terus menjilat-jilat liang memek sampai itilnya. Perlahan-lahan, aku hisap dan kenyot-kenyot liang memek, bibir memeknya yang tembem, dan itilnya berkali-kali dengan lembut.

Sambil merasakan kontolnya dihisap dan dijilat-jilat ibunya, Dendy dengan penuh nafsu meremas-remas dan memilin puting susu ibunya. Sehingga Tante Meta semakin terbakar api birahi.

Tak sampai 10 menit, Tante Meta akhirnya mencapai orgasmenya. Terasa cairan kental, hangat, dan lengket ke luar dari dalam liang memeknya mengenai lidah serta daguku. Mendapat orgasmenya, paha Tante Meta semakin kencang menghimpit kepalaku dan menekan-nekan memeknya pada mulutku.

“oooouuuuuuhhhh, aaaaaaaeeehhhh.” lenguh Tante Meta mendapat sensasi orgasme sambil menjepit erat kepalaku dengan pahanya yang sekal.

Setelah surut gelombang orgasme Tante Meta, perlahan aku bangkit sambil melap cairan orgasme Tante Meta pada daguku. Aku usapkan cairan itu pada kontolku yang masih tegang dan keras.

Tante Meta bangkit dan melepaskan kontol Dendy dari mulutnya. Dendy kemudian mempersilakanku untuk mengentot ibunya terlebih dahulu.

“kamu berbaring aja, ji.” pinta Tante Meta ketika aku dengan ragu-ragu mengangkangkan pahanya hendak melakukan penetrasi ke liang memeknya.

Aku pun segera menelentangkan tubuhku di atas kasurnya yang empuk dan lembut dengan perasaan malu. Ternyata Tante Meta suka WOT. Tante Meta mulai menaiki tubuhku dan menduduki kontolku. Ia kemudian bergerak maju mundur sehingga kontolku yang panjangnya sampai ke udel itu bergesekan dengan memeknya yang tembem.

Ngewein Ibu Dari Teman Lamaku Sendiri

Terlihat memek gundulnya Tante Meta mengkilat karena cairan birahi yang membasahi. Perlahan Tante Meta mulai mengarahkan kontolku yang panjang dan besar ke dalam liang memeknya. Ditekan tubuhnya turun secara perlahan. Tampak ia sedikit meringis. Namun, dengan perlahan-lahan ia menggoyang-goyang pinggulnya sambil menurunkan pantatnya supaya kontolku bisa terbenam lebih dalam di liang memeknya.

Sungguh nikmat sekali. Otot lubang memeknya begitu kuat mencengkram kontolku.

Sambil mulut Tante Meta tak berhenti mendesah, ia terus menggoyang-goyang pinggulnya dan menekannya supaya kontolku terbenam lebih dalam secara perlahan. Sampai akhirnya, kontolku amblas di dalam lubang memeknya yang lembab dan hangat.

“oooouuuuhhhhh sssshhhhh, ooooouuuuhhhh sssshhhhh.” desah Tante Meta sambil menggoyang-goyang pinggulnya memutar.

Perlahan-lahan ia mulai menaik turunkan pinggulnya mengocok kontolku yang terbenam di lubang memeknya. Dendy mulai mendekat dan mengarahkan kontolnya ke mulut ibunya.

Tante Meta mulai mengulum kontol anaknya sambil tubuhnya naik turun mengocok kontolku di lubang memeknya. Sesekali ia kembali menggoyang memutar pinggulnya membuatku merasakan nikmatnya cengkraman otot memeknya.

“oooouuuuhhhh ssssshhhh, oooooouuuuuhhhh sssssshhhhh.” desahnya di sela-sela kesibukannya mengulum kontol anaknya.

Sampai akhirnya Tante Meta berhenti mengulum kontol anaknya dan hanya mengocok-ngocok kontol anaknya dengan tangan kirinya. Tante Meta terus menduduki kontolku, bergoyang-goyang memutar, dan menaik turunkan tubuhnya mengocok kontolku yang terbenam di lubang memeknya.

Dendy segera bangkit menuju belakang punggung ibunya. Sehingga Tante Meta menghentikan sejenak aksinya mengocok kontolku. Perlahan-lahan Dendy mulai menusukan kontolnya yang sudah dibasahi oleh ludahnya ke liang dubur ibunya.

Tante Meta meringis merasakan duburnya ditusuk kontol anaknya sambil mendekap erat tubuhku yang ditindih tubuh montoknya. Perlahan-lahan Dendy menekan kontolnya supaya bisa masuk lebih dalam di liang dubur ibunya.

“ooooouuuuuu sssssss, oooooouuuuhhhhh ssssssshhhhh, aaaaaaaauuuuuuu.” erangnya sambil meringis ketika perlahan kontol anaknya masuk dan terbenam di lubang duburnya.

Perlahan-lahan Dendy mulai memaju mundurkan tubuhnya mengocokan kontolnya yang berada di lubang dubur ibunya. Tante Meta yang berhenti mengocok kontolku yang terbenam di dalam lubang memeknya hanya diam sambil mendesah dan mengerang-erang. Terasa oleh kontolku yang terbenam di memeknya dan kontol Dendy yang terbenam di lubang duburnya membuat kontolku merasakan sensasi sesak yang nikmat. Perlahan aku mulai menaik turunkan pinggulku mengikuti gerakan maju mundur Dendy.

“aaaaaooooouuuuu ssssshhhhh, aaaaaaaahhhhhh ssssssshhhh, oooooouuuuhhhh ssssshhhh, eeeehhhmmmm.” desah Tante Meta menikmati tusukan di lubang memek dan duburnya.

Sambil terus menaik turunkan kontolku yang terbenam di lubang memeknya, aku arahkan tanganku untuk meremas-remas susu besarTante Meta. Terasa begitu kenyal dengan puting besar yang sudah sangat mengeras. Aku mainkan jari-jemariku memilin-milin puting susunya. Sehingga tubuh Tante Meta kembali ambruk menindih tubuhku sambil mencium dan menjilati wajahku.

Nafasnya terasa hangat menyentuh kulit wajahku. Dengan desah yang semakin seksi dan sarat akan suasana birahi.

“oooooouuuuuuhhhhh sssshhhhhhh, aaaaaaaaahhhhh ssssshhhhhhh, mamah keluaaaarr!” lenguh Tante Meta sambil badannya mengejang-ngejang.

Terasa memeknya berkedut-kedut dan mencengkram erat kontolku. Sehingga aku hentikan gerakan menaik turunkan kontolku demi merasakan kedutan dan cengkraman yang terasa nikmat pada kontolku.

Dendy pun berhenti memaju mundurkan kontolnya ke dalam lubang dubur ibunya memberikan memberikan kesempatan pada Tante Meta menikmati orgasmenya.

Setelah gelombang orgasme Tante Meta mereda, Dendy mulai kembali mengocokan kontolnya di dalam lubang dubur ibunya. Aku pun mulai mengikuti gerakan Dendy dengan menaik turunkan kontolku di dalam lubang memek Tante Meta.

Lebih dari 15 menit, hingga akhirnya Dendy mempercepat gerakannya memompa ke dalam lubang dubur ibunya. Dendy mulai memburu orgasmenya.

“oooooouuuuhhhhh sssssshhhhh.” erang Dendy dengan tubuh licin berkeringat.

“aaaaaaaahhhhh sssssshhhhh, oooooouuuhhhhh sssssshhhh.” desah Tante Menta mendapat kocokan cepat di lubang duburnya.

Sampai akhirnya Dendy mencabut kontolnya dari lubang dubur ibunya. Menyemburlah sperma Dendy di atas punggung ibunya. Aku melanjutkan menaik turunkan kontolku ke dalam lubang memek Tante Meta.

Tante Meta kini lebih leluasa mulai mengimbangi gerakanku dengan menggoyang-goyang memutar. Matanya terlihat terpejam sambil mulut sedikit menganga mengeluarkan desah-desah yang membakar birahiku.

Tampak gerakan pinggul Tante Meta mulai mengendur sehingga aku minta ia untuk berbari telentang. Tanpa banyak bicara, Tante Meta mulai melepas kontolku dari dalam lubang memeknya kemudian telentang di atas kasur. Aku tarik tubuhnya ke tepian kasur. kemudian aku angkat kedua kakinya ke atas. Tangan Tante Meta kemudian menggenggam kontolku yang licin penuh cairan memeknya untuk diarahkan ke dalam lubang memeknya. Sambil memegang kaki Tante Meta, aku mulai tekan kontolku memasuki lubang memeknya.

Terlihat memeknya yang tembem semakin memerah. Tak hanya memeknya yang semakin memerah, susu, dada atas, leher, dan wajahnya pun semakin memerah.

Aku mulai memaju mundurkan kontolku ke dalam lubang memeknya dengan cepat. Tubuh Tante Meta ikut terhentak-hentak akibat gerakan maju mundurku yang cepat mengocok kontol ke dalam lubang memeknya. Sehingga mulut Tante Meta terus menganga mengeluarkan desahan dan erangan kenikmatan.

“ssssssshhhhh aaaaaaahhhh, ooooooouuuhhhh eeeeehmmmmm, ooouuuuuuhhhh sssshhhh aaaaaahhhh.” desahnya dengan mulut menganga dan mata terus terpejam.

Di bawah 5 menit aku kocok dengan cepat memeknya, kembali Tante Meta mendapat orgasmenya. Tangannya mencengkram kuat tanganku yang sedang memegangi kakinya.

“ooooouuuuuuhhhh sssssshhhhhh, oooouuuuuuuuhhhhh ssssssshhhhh, oooooouuuuuhhhhhh.” lenguh Tante Meta sambil tubuhnya mengejang-ngejang.

Kedutan dan cengkraman memeknya kembali terasa. Aku hentikan gerakanku menikmati kembali sensasi nikmat pada kontolku akibat orgasme Tante Meta.

Nafas Tante Meta masih terengah-engah. Sesudah Tante Meta sudah menguasai dirinya kembali, aku balikan tubuhnya yang telentang untuk tengkurap. Aku tarik kembali tubuhnya ke tepian kasur. Dengan posisi berdiri, aku mulai menusukan kontolku dengan perlahan ke lubang duburnya. Agak sulit karena posisinya terlalu rendah. Sehingga dengan kaki di bawah kasur, Tante Meta menaikan sedikit pinggulnya ke atas sehingga antara kontolku dan lubang duburnya sejajar.

Perlahan aku tusuk kembali lubang duburnya setelah aku beri ludah dengan kontolku yang sudah basah oleh lendir memeknya. Walaupun Dendy sudah mengentot dubur ibunya, aku masih merasa kesulitan memasukkan kontolku ke dalam lubang duburnya yang peret.

Dengan agak kuat aku dorong kontolku perlahan-lahan. Tante Meta mengerang sambil tangannya mencengkram kuat sprei tempat tidurnya.

“aaaaaaaauuuuuhhhhhh ssssssshhhhh, oooooooouuuuuuwwww ssssssshhhhh.”erang Tante Meta sungguh seksi sekali terdengar di telinga.

Setelah kontolku terbenam seluruhnya di dalam dubur Tante Meta, aku mulai memaju mundurkan kontolku mengocok duburnya secara perlahan. Tante Meta terus mengerang dan mendesah sambil tangannya tetap mencengkram kuat sprei kasurnya yang empuk dan lembut.

“ooooouuuuuhhhh ssssshhhhh, ooooouuuuuuhhhhh sssssshhhhhh.” desah Tante Meta semakin sering dan cukup keras.

Dendy yang sudah orgasme hanya duduk di sofa merah sambil melihatku ngentot ibunya. Tersungging senyum mengembang di wajahnya ketika matanya beradu pandang denganku.

Dubur Tante Meta sudah terasa licin sehingga aku leluasa mempercepat gerakan memaju mundurkan kontolku. Sambil terus bergerak memaju mundurkan kontol dengan cepat, aku remas-remas pantat montoknya yang menggemaskan.

Semakin cepat aku memaju mundurkan kontolku ke dalam dubur Tante Meta, aku semakin merasakan kenikmatan pada kontolku. Sehingga kontolku mulai terasa gatel dan geli nikmat. Sampai akhirnya, aku tak kuat lagi menahan gelombang yang membuat syaraf menegang. Aku hentak-hentakan tubuhku menghantam pantat montok Tante Meta sambil menyemprotkan spermaku ke dalam lubang duburnya.

Belum usai spermaku terkuras habis, tubuh Tante Meta mengejang-ngejang. Pantatnya ia tekan-tekankan sambil kepalanya mendongak ke atas. Sehingga kontolku kembali terbenam lebih dalam di dalam duburnya. Meluncurlah lenguhan panjang dari mulutnya.

“ooooouuuuuuhhhh ssssssshhhhhh, aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh!” lenguh Tante Meta mendapatkan orgasmenya lagi.

Dengan nafas ngos-ngosan, aku tahan tubuhku supaya tidak ambruk menindih tubuh Tante Meta. Setelah usai gelombang orgasmeku dan orgasme Tante Meta, perlahan aku cabut kontolku dari liang duburnya.

Keringat membasahi sekujur tubuhku. Aku duduk di tepi kasur. Melihat permainan telah usai Dendy bangkit dari tempat duduknya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur ibunya.

Tante Meta duduk di sampingku sambil bertanya mengenai sekolahku, di mana aku tinggal, sampai bertanya tentang pacar.

Sambil menunggu Dendy ke luar dari kamar mandi, aku ngobrol dengan Tante Meta. Sambil mengakrabkan diri.

Seusai makan malam di rumah Dendy, Tante Meta memberiku hp tanpa sepengetahuan Dendy. Dengan malu-malu aku terima hp tersebut.

“nih, buat puji. Ini kartu nama tante. Nanti kalau udah di pasang kartu, kamu segera hubungi tante, ya!” kata Tante Meta sambil menyodorkan hp dan kartu namanya.

“iya, tante. Terima kasih banyak.” jawabku dengan malu-malu.

Cerita sex : Diajarin Dunia Sex Oleh Tanteku Sendiri

Sekitar pukul setengah 9 malam, Dendy mengantarkanku pulang dengan sepeda motornya. Aku pun pamit ke Tante Meta dan bergegas meninggalkan rumah Dendy yang besar dan mewah.

 

#Ngewein #Ibu #Dari #Teman #Lamaku #Sendiri