ML Dengan Guru Bahasa Indonesia ku Terbaru Malam Ini

ML Dengan Guru Bahasa Indonesia ku

Seiring waktu, sekarang saya bisa belajar di universitas yang saya minati, nama saya Rendi, sekarang saya tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat bagus. Saya pikir saya cukup beruntung untuk bekerja sambil belajar jadi saya berpenghasilan tinggi.

Mulai dari reuni SMA saya di Jakarta. Setelah itu, saya bertemu dengan guru bahasa Indonesia saya, kami berbicara dengannya. Ternyata Ms. Santi masih sangat fit dan sangat menarik. Penampilannya luar biasa, mengenakan rok mini ketat, kemeja tank top sehingga lekuk tubuhnya tampak begitu jernih. Jelas dia masih muda karena ketika saya di sekolah menengah dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolah saya hanya terdiri dari dua kelas, sebagian besar siswa adalah perempuan. Saya berbicara cukup lama dengan Ms. Santi, kami rupanya tidak menyadari bahwa waktu berjalan cepat sehingga para tamu harus pulang. Lalu kami berjalan menuju gerbang sambil berjalan melewati ruang kelas tempat saya belajar ketika saya masih di sekolah menengah.

Tiba-tiba Ms. Santi ingat bahwa tasnya tertinggal di ruang kelas sehingga kami terpaksa kembali ke kelas. Pada waktu itu hampir jam dua belas malam, meninggalkan kami sendirian. Lampu di tengah lapangan dibiarkan. Sesampainya di kelas, Ms. Santi mengambil tasnya, lalu saya ingat bagaimana rasanya di kelas dengan teman-teman. Pikiran saya hancur ketika Santi memanggil saya.

Kenapa Rendi?

Ah … tidak apa-apa, aku menjawab. (Sebenarnya, suasana yang tenang dan sangat menyeramkan membuat keinginan saya bergejolak terutama ketika ada Santi disebelah saya, membuat hati saya selalu berdebar-debar).

“Ayo, Rendi, ayo pulang, aku akan kehabisan transportasi” kata Ibu Santi.

Lebih baik ibu ikut saja ke mobil saya, saya jawab dengan raguragu.

Terima kasih, Rendi.

Saya tidak sengaja mengungkapkan perasaan saya kepada Ms. Santi bahwa saya menyukainya, Oh Tuhan, apa yang saya lakukan, di dalam hati saya. Rupanya situasinya mengatakan sesuatu yang lain, Ms. Santi terdiam dan langsung keluar dari kelas. Saya panik dan mencoba meminta maaf. Ibu Santi ternyata bercerai dari suaminya di Australia, katanya suaminya kembali ke negaranya. Saya tercengang dengan pernyataan Ms. Santi. Kami berhenti sejenak di depan kantornya dan kemudian Nyonya Santi mengambil kunci dan pergi ke kantornya, saya pikir mengapa datang ke kantornya malam ini. Saya menjadi semakin ingin tahu dan masuk dan bermaksud untuk membawanya pulang tetapi Ms. Santi menolak. Saya merasa tidak enak lalu menunggunya, saya memeluk bahu Nyonya Santi, dengan cepat Santi ingin menolak tetapi ada kejadian tak terduga, Santi mencium saya dan saya menjawab.

Ohh, betapa bahagianya aku, lalu aku cepat menciumnya dengan semua hasratku yang tersembunyi. Rupanya Ms. Santi tidak mau kalah, dia menciumku dengan keinginan besar untuk mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Aku dengan sengaja melintasi dadanya yang besar, Ibu Santi terengah-engah agar ciuman kami menjadi lebih panas dan kemudian ada perjuangan yang sangat mengasyikkan. Santi memainkan tangannya ke arah batang selangkangan saya sehingga saya sangat terangsang. Kemudian saya meminta Ny. Santi untuk menanggalkan pakaiannya, satu demi satu kancing bajunya dibuka dengan lembut, saya melihat dengan penuh semangat. Ternyata tebakan saya itu salah, dada kecil yang saya pikir ternyata sangat besar dan indah, bra itu adalah renda hitam dengan model yang sangat seksi.

Menjadi tidak sabar, saya mencium lehernya dan sekarang Ms. Santi setengah telanjang, saya tidak ingin segera menelanjanginya, jadi saya perlahan menikmati keindahan tubuhnya. Saya melepas baju saya sehingga tubuh saya yang kuat dan atletis membangkitkan gairah Ms. Santi, Rendi Saya pikir Ibu ingin bercinta dengan kamu sekarang … Rendi, tutup pintunya dulu, dia berbisik dengan suara sedikit gemetar, mungkin menahan nafsu yang juga mulai naik.

Tanpa diberitahu dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu menjadi keadaan yang aman dan terkendali. Setelah itu saya kembali ke Ms. Santi. Sekarang saya jongkok di depannya. Menyikat rok mininya dan meregangkan kakinya. Wah, betapa mulus kedua paha. Basisnya tampak terkulai dibungkus celana hitam sangat minim. Sambil mencium pahanya, tangan saya menelusuri selangkangannya, meremas liang dan klitorisnya yang juga besar. Lidah saya naik ke atas. Ibu Santi berjalan dengan riang sambil mendesah lembut. Akhirnya jilatan saya sampai di pangkal pahanya.

Apa yang kamu inginkan, bro, dia bertanya dengan lembut sambil memegang kapal saya eraterat.

Ooo oh .. oh .., desis keletihan Ms. Santi ketika lidahku mulai bermain di liang kesenangannya. Dia tampak nyaman meski masih dibatasi oleh pakaian dalam.
Saya meningkatkan serangan itu. Saya melepaskan celana. Sekarang rahasianya ada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris besar sesuai dengan harapan saya. Di sekitar rambutnya tidak begitu tebal. Lidah saya kemudian diputar di bibir kemaluannya. Peluncuran itu mulai masuk ke dalam dengan gerakan melingkar yang membuat Santi lebih nyaman, sampai dia harus mengangkat pinggulnya. Aahh, kamu sangat pintar. Belajar dari mana hh

Tanpa sungungan Santi mencium bibirku. Kemudian tangannya menyentuh celana saya yang menonjol karena batang dari selangkangan yang tegak, meremasnya untuk sementara waktu. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Saya menjulurkan lidah dan memainkannya di dalam mulutnya. Aku menggelitik lidahnya sampai dia terlihat seperti dia mau. Awalnya Santi tampaknya memberontak dan melepaskan diri, tetapi saya tidak membiarkannya pergi. Mulutku seperti menempel di mulutnya. Uh, kamu berpengelaman sekali. Dengan siapa? Pacar Anda?, Ia bertanya di antara ciuman kecil yang membara dan mulai liar. Saya tidak menjawab. Tanganku mulai bermain dengan kedua payudaranya yang menarik. Jangan ganggu aku, aku melepaskan bra. Sekarang dia telanjang dada. Tidak puas, saya langsung menurunkan rok mininya. Sekarang dia telanjang. Betapa senangnya melihat tubuhnya. Putih padat, kencang dan halus.

Tidak adil. Kamu juga harus telanjang … Ms. Santi menanggalkan bajuku, celanaku, dan akhirnya celana dalamku. Batang tegak dari selangkangan saya langsung muncul. Tanpa diperintahkan kita jatuh ke lantai, berguling, saling tumpang tindih. Saya melihat ke bawah di selangkangannya, mencari dasar kesenangannya. Tanpa ampun mulut dan lidah saya menyerang daerah itu dengan liar. Ms. Santi mulai mengeluarkan jeritan menahan menahan kenikmatan. Hampir lima menit kami menikmati pertandingan. Selanjutnya saya merangkak naik. Dorong poros ke mulutnya.

Isaplah ibuu … Tanpa menunggu jawaban, aku segera menaruh batang selangkanganku ke mulut mungilnya. Awalnya agak susah, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan agar tidak lama setelah batang pangkal paha masuk ke rongga mulutnya. Bahkan, ada kenikmatan tiada tara … Sejauh ini, bagaimana dengan suami yang bermain seks ?, saya bertanya sambil meremas payudaranya. Ibu Santi tidak menjawab. Dia malah melepas batangku dari mulutnya dan kembali mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangan basah. Saya tahu, dia telah kacau. Tapi aku sengaja membiarkannya menjadi penasaran sendiri.

Tetapi lama-lama saya tidak tahan juga, batang alat kelamin saya juga ingin segera mendongkrak lubang kenikmatan. Kemudian dengan cepat saya mengarahkan batang saya menuju selangkangannya. Ketika mulai menembus lubang kenikmatan, saya merasa tubuh Santi lebih gemetar. Ohh, dia mendesah ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke lubang memeknya. Setelah semua batang saya masuk, saya segera bergoyang-goyang di atasnya. Saya lebih terangsang oleh jeritan kecil, mengerang dan dua payudara yang bergabung dengan gemetar.

Tiga menit setelah saya bergoyang, Santi menyematkan kakinya ke pinggang saya. Pinggulnya terangkat. Sepertinya dia akan orgasme. Saya meningkatkan daya dorong batang selangkangan saya. Ooo ahh hmm sshhh, santi mendesah dengan tubuh gemetar menahan kesenangan puncak yang dia dapatkan. Saya membiarkan dia menikmati orgasme untuk sementara waktu. Aku mencium pipinya, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. Sekarang Ms. Santi berbalik. Naik di atas meja … sekarang kita bermain di atas meja ok! Saya mengatur tubuhnya dan Ms. Santi menurut. Dia sekarang bertumpu pada siku dan kakinya. Apa gaya ini?, Tanyanya.

Setelah siap, saya mulai meningkatkan dan mengguncangkan tubuhnya dari belakang. Ibu Santi menjerit lagi dan mendesah pada kenikmatan tiada tara, yang mungkin tidak pernah didapatnya dari suaminya. Setelah dia orgasme dua kali, kami istirahat.

Bosan?, Saya bertanya. Anda sendirian. Sampai aku ingin menghancurkan tulangku.

Tapi ini enak, bu …, aku menjawab sambil kembali untuk meremas payudaranya yang menggemaskan.

Ya, saya lelah. Tapi tolong lagi, saya ingin masuk agar sperma saya keluar. Di sini saya tidak tahan lagi dengan batang selangkangan saya. Sekarang Ms. Santi ada di atas, kataku sambil menyesuaikan posisinya.

Saya berbaring dan dia duduk di pinggang saya. Saya membimbing tangannya untuk memegang batang saya untuk masuk ke selangkangannya.

Setelah memasuki tubuhnya, aku turun sesuai dengan ototku dari bawah. Ms. Santi terkejut mengikuti irama goyangan saya yang semakin cepat dan cepat. Payudaranya yang bergabung dengan goyangan menambah gairah saya. Apalagi disertai dengan erangan dan jeritan sebelum orgasme. Ketika dia mencapai orgasme, aku tidak punya apa-apa. Saya segera mengubah posisi ke gaya konvensional. Ibu Santi menyerah dan aku menembaknya dari atas. Dekat klimaks saya meningkatkan frekuensi dan kecepatan alat kelamin selangkangan. Oh Santi, saya ingin keluar dari sini ahh .. Tidak lama setelah itu sperma saya muncrat ke lubang kenikmatan. Ms. Santi yang kemudian ia juga mengikuti klimaks. Kami berpelukan erat. Aku merasakan lubang kenikmatan begitu hangat mencubit batang kemaluanku. Lima menit lagi kami santai seperti itu.

Kami berciuman, saling peluk dan meremas pantat satu sama lain. Seperti puas puas merasakan kenikmatan yang baru saja kita rasakan. Setelah itu kami beres-beres dan kembali ke rumah saya karena Santi harus pergi mengajar besok harinya dan saya bisa menjemput sore hari.

Sore tiba, Ibu Santi saya jemput dengan mobil saya. Kami makan di mal dan setelah selesai makan kami menuju ke mobil kami di tempat parker mall. Di tempat parkir itu kami bertindak lagi, saya mulai mencium lehernya. Ibu Santi mendongak sambil menutup matanya, dan tanganku mulai meremas payudaranya. Nafas Santi semakin terengah-engah, dan tangan saya masuk di antara pahanya. Celana dalamnya basah, dan jariku mengusap belahan yang membayang. Uuuhh … mmmhh … Ms Santi mengguncangnya, tapi gairah saya telah tiba di ubunubun dan saya telah membuka paksa pakaian dan rok mininya.

Aaahh …! Ms Santi dalam posisi yang menantang di kursi belakang memakai bra merah dan CD merah. Saya segera mencium putingnya yang besar dan masih terbungkus bra seksi, bergantian kiri dan kanan. Tangan Santi mengelus bagian belakang kepala saya dan tersendat-sendat membuat saya semakin tidak sabaran. Aku melepas celana dalamnya, dan bukit kemaluannya muncul. Saya segera mengubur kepala saya di tengah dua paha. Ehhh, mmmhh … Tangan Santi meremas kursi mobil saya dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya dipeluk. Sesekali lidahku bergerak ke perutnya dan menjilatnya perlahan.

Ooohh … aduuhh … Ibu Santi mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kelaminnya yang masih sangat kencang. Lidah saya bergerak dari atas ke bawah dan bibir alat kelamin mulai terbuka. Sesekali lidahku mengusap klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Santi meloncat dan napas Ibu Santi seperti sedang diceritakan. Tanganku naik ke dadanya dan meremas dua bukit di dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika saya berhenti menjilati dan mengisap, Santi terbaring terengah-engah, matanya tertutup. Saya bergegas membuka semua pakaian saya, dan penis saya diulurkan ke langit-langit, saya membaringkannya di pipi Santi. Mmmhh, mmmhh … Ooohhm … Ketika Ms. Santi membuka bibirnya, aku menekan kepala penisku, sekarang dia mulai menghisap. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. Oouuuh, Ny. Santi, enaknyaa ahhh, aku mengerang.

ML Dengan Guru Bahasa Indonesia ku

Ibu Santi terus mengisap batang saya sementara tangannya menggosok lubang kenikmatannya yang juga telah tergenang karena dia terangsang untuk memperhatikan batang selangkangan saya yang begitu besar dan kuat untuknya. Hampir 20 menit dia mengisap batang kemaluanku dan segera saya merasakan sesuatu di dalam batang ingin melompat keluar. Ibu Santi … ooohh … ohhhh, aku berteriak. Dia mengerti bahwa jika saya ingin keluar, maka dia memperkuat hisapnya dan sambil menekan lubang kenikmatannya, saya melihat dia berkedut dan matanya tertutup, lalu … Creet .., suuurr … ssuuur ..
Oughh … Rendi … enak … erangan terhenti karena mulutnya diisi oleh batang selangkanganku. Dan karena isapannya terlalu kuat, saya akhirnya tidak tahan ledakan dan sambil memegangi kepalanya, saya menumpahkan surai saya ke dalam mulutnya, Crooot, croott, crooot, banyak tumpahan saya di mulutnya.

Aaahkk … ooough, aku bilang puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, aku akan naik ke atas tubuh Ibu Santi dan bibirku menghancurkan bibirnya. Aroma penisku ada di mulut Ny. Santi dan aroma mulut Nyonya Santi di mulutku, bertukar ketika lidah kami terjalin. Dengan tangan, aku menggesek kepala penisku ke celah di selangkangan Ms. Santi, dan sebentar kemudian merasakan tangan Santi menekan pantatku dari belakang. Ohm, masukannnlahhh … augh … masuklah

Perlahan-lahan selangkanganku mulai menerobos ke dalam liang kemaluannya dan Ms. Santi semakin mendesah dalam napasnya. Segera kepala penisku ditahan kembali oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu langkah, atasi rintangan. Ms. Santi menjerit sedikit. Aku menekan lebih dalam dan mulutnya mulai berceloteh, Ups, bro … yeah, lalu, lalu … mmmhh, oh yeah, bagus … Rendi

Saya melingkarkan lengan saya di punggung ibu saya, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Nyonya Santi sekarang duduk di pinggul saya. Tampak penisku menempel ke pangkal ayam miliknya. Tanpa perlu diajari, Ms. Santi segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan mengusap payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kami juga berlomba untuk mencapai puncak.

Cerita Sex Lainnya : Pelajaran Sex Dari Tante Reni Yang Semok

Setelah beberapa waktu, gerakan pinggul Ms Santi menjadi semakin gila dan dia membungkukkan badannya dengan bibir kami hancur lebur. Tangannya meraih rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti tersentak. Terasa seperti cairan hangat di seluruh batang selangkangan saya. Setelah tubuh Santi rileks, saya mendorongnya ke punggungnya, dan sambil menekannya, saya mengejar puncak orgasme saya sendiri. Ketika saya mencapai klimaks, Ibu Santi jelas merasakan semprotan air saya di lubang kenikmatannya, dan dia mengeluh lemah dan merasakan orgasme keduanya. Untuk waktu yang lama kami terdiam, terengah-engah, dan tubuh kami yang basah oleh keringat masih bergerak bersama-sama bergesekan, merasakan kenikmatan orgasme.

#Dengan #Guru #Bahasa #Indonesia

Bercinta Dengan Guru Praktik Sekolah Terbaru Malam Ini

Bercinta Dengan Guru Praktik Sekolah

Waktu itu aku masih kelas dua, di salah satu SMA Negeri di Bandung. Aku termasuk salah satu siswa dengan segudang kegiatan. Dari mulai aktif di OSIS, musik, olahraga, sampai aktif dalam hal berganti-ganti pacar.

Tapi satu hal yang belum pernah kulakukan saat itu hubungan kelamin. Sering kali aku berkhayal sedang berhubungan badan dengan salah satu wanita yang pernah menjadi pacarku. Tapi aku tidak punya keberanian untuk meminta, mengajak ataupun melakukan itu.

Mungkin karena cerita sahabatku yang terpaksa menikah karena telah menghamili pacarnya dan sekarang hidupnya hancur lebur. Itu mungkin yang bikin kutakut, setengah mati. Tapi aku menyukai rasa takut itu, bukankah rasa takut itu yang bisa menjauhkan aku dari perbuatan dosa.

Pada suatu saat, datang gerombolan guru praktek dari IKIP Bandung yang akan menggantikan guru kami untuk beberapa minggu. Salah satu dari guru praktek itu bernama Rany. Dia orangnya cantik, ah bukan… bukan cantik… tapi dia sempurna. Peduli setan dengan matematika yang diajarkannya, aku hanya ingin menikmati wajahnya, memeluk tubuhnya yang tinggi semampai, mengecup bibirnya, dan… aku pun berkhayal sangat jauh, tapi semua itu tidak mungkin. Dengan pacarku yang seumur denganku saja, aku tidak berani, apalagi dengan Rany.

Singkat cerita, aku melaju dengan motorku. Hari sudah sore aku harus cepat-cepat sampai di rumah. Dalam perjalanan kulihat bu Rany. Aku memberanikan diri berhenti dan menghampirinya. Setelah sedikit berbasa-basi dia bercerita bahwa dirinya baru saja pindah kost dan tempat kost yang sekarang letaknya tepat di tengah-tengah antara sekolahku dengan rumahnya. Sehingga setiap sore aku mengantarkannya ke tempat kost-nya. Kejadian itu berlangsung setiap hari selama 1 minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, bahkan nantinya terlalu akrab.

Seperti biasanya, aku mengantarkan Ibu Rany pulang ke kost-nya. Anehnya saat itu, dia tidak ingin langsung pulang tapi mengajakku jalan-jalan di pertokoan di daerah Alun-Alun Bandung. Setelah puas kami pun pulang menuju ke kost Ibu Rany.

Dan ketika kupamit Ibu Rany memegang tanganku dan…

“Jangan pulang dulu, dong!” Ibu Rany menahanku, tapi memang inilah yang selama ini kuharapkan.

“Udah malam Bu, takut entar dimarahi…” Perkataanku terhenti melihat dia menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.

“Jangan panggil aku Ibu Rany, coba tebak berapa umurku?” ternyata umurnya terpaut 5 tahun dengan umurku yang saat itu 17 tahun.

“Panggil aku Rany.” Aku hanya menganggukkan kepalaku.

“Sini yuk, aku punya baju baru yang akan aku pamerkan kepadamu.”

Ditariknya tanganku menuju kamarnya, jantungku mulai berdetak kencang.

Sesampainya di kamar, dia menyuruhku duduk di depan televisi yang memperlihatkan pahlawan kesayanganku, McGyver. Rany kemudian menghampiri lemari pakaian di samping televisi.

“Aku punya 3 buah baju baru, coba kamu nilai mana yang paling bagus.”

Kujawab dengan singkat, “OK!” lalu kembali aku menonton McGyver kesayanganku. Walaupun mataku tertuju ke pesawat televisi, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa dia dengan santainya membuka baju seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras. Rany hanya menyisakan BH berwarna hitam dan celana dalam hitam. Dia melakukan gerakan seolah sedang mencari pakaian di tumpukan bajunya yang tersusun rapih di dalam lemari.

“Aku tidak bisa menemukan baju baruku, kemana ya?” Aku hanya terdiam pura-pura menonton TV, tapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang hanya tertutup kain tipis.

Sesekali dia membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihat dua buah benda yang menggunung di balik BH-nya. Akhirnya dia mengenakan gaun tidur berwarna pink yang sangat tipis, Lalu dia menghampiriku, dan kami berdua duduk berhadapan.

“Kamu kenapa, kok pucat”, aku terdiam.

“Kamu takut ya?” Aku tetap terdiam.

“Aku tau kamu suka aku.” Aku terdiam.

“Hey, ngomong dong.” Aku tetap terdiam.

Dalam kediamanku selama itu aku menyimpan sesuatu di dadaku yang berdetak sangat kencang dan keras serasa ingin meledak ketika dia menempelkan bibir mungilnya ke bibirku. Dia melumat bibirku, sedikit buas tapi mesra. Aku mulai memberanikan diri untuk membalasnya. Kugerakkan bibirku dan kulumat kembali bibirnya. Tak lama kemudian, telapak tangan Rany yang hangat meraih pergelangan tanganku. Dibawanya tanganku ke arah buah dadanya. Jantungku saat itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil, tapi aku dapat merasakan betapa kencangnya kedua gunung surga itu. Lidah kami pun mulai bermain.

Tiba-tiba dia mendorongku, terus mendorongku sehingga aku telentang di atas karpet kamarnya. Aku hanya menurut dan tak bergerak. Rany membuka baju tidurnya yang tipis. Kali ini dia tidak berhenti ketika hanya BH dan CD-nya saja yang melekat di tubuhnya, tapi BH-nya kemudian terjatuh ke karpet. Belum sempat aku bergerak, Rany menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.

“Kamu suka, ya?” aku mengangguk.

Aku tak kuasa menahan diri, ketika aku mengangkat kepalaku untuk melumat bibirnya kembali, dia menahan kepalaku, aku heran.

“Ke.. ke… kenapa Ran?” kataku terbata-bata.

Dia hanya tersenyum, lalu dengan santainya dia memanjat turun tubuhku. Aku hanya terdiam, aku tidak berani bergerak. Aku bagaikan seorang prajurit yang hanya bergerak berdasarkan komando dari Rany. Dia mulai membelai pahaku dan sedikit mempermainkan selangkanganku. Sesekali dia menciumi celana seragam abu-abuku tepat pada bagian batang kejantananku. Aku memejamkan mata, aku pasrah,

“Aku… aku… ah…!”

Aku membiarkannya, ketika Rany mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat pinggangku dan berlanjut dengan menyingkapkan CD-ku. Dia meraih batang kemaluanku dengan mesranya.

“Ah… crot… crot… crot…!” Aku tak kuasa menahan diriku ketika bibirnya yang mungil menyentuh kepala kemaluanku.

Aku malu, malu setengah mati.

“Tenang, itu biasa kok.”

Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat keberanianku muncul,

“Ya aku berani, aku nekat!”

Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Dia sedikit kaget, tapi hal itu membuat aku suka dan makin berani. Aku beranjak ke bawah, kubuka CD-nya. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencontoh film-film biru yang pernah kutonton.

“Kamu mulai nakal, ya.”

“Ibu guru tidak suka.”

Aku tak memperdulikan candanya. Kuturunkan CD-nya perlahan, kulihat sekilas rumput kecil yang menutupi celah surganya. Seketika kucumbu dan kumainkan lidahku di celah surga itu. Tangan kananku terus menarik CD-nya sampai ke ujung kakinya dan kulempar entah jatuh di mana. Aku menghentikan sejenak permainan lidahku, kuangkat pinggul yang indah itu dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang terletak tepat di belakang kami berdua.

Kuletakkan tubuh semampai dengan tinggi 173cm itu tepat di pinggir tempat tidur. Aku kemudian berjongkok, dan kembali memainkan lidahku di sekitar celah surganya, bahkan aku berhasil menemukan batu kecil di antara celah itu yang setiap kutempelkan lidahku dia selalu mengerang, mendesah, bahkan berteriak kecil.

Tangan kiriku ikut bermain bersama lidahku, dan tangan kananku membersihkan sisa air mani yang baru saja keluar. Wow… batang kejantananku sudah keras lagi. Ketika aku sedang asyik bermain di celah surganya, dia menarik kepalaku.

“Buka celana kamu, semuanya…!” Aku menurut dan kembali menindih tubuhnya.

Setelah kepala kami berdekatan dia mencium bibirku sekali dan kemudian dia tersenyum, hanya saat itu matanya sudah sayu, tidak lagi bulat penuh dengan cahaya yang sangat menyilaukan.

Dia mengangkat kepalanya disertai tangan kananya meraih batangku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Tapi ketika batangku menyentuh bibir lubang kemaluannya,

“Crot… cret… creeett…!” Kembali aku meraih puncakku, dia pun tersenyum.

Hanya saat itu aku tidak lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku yang ketiga. Aku heran setelah orgasme yang pertama ini batang kejantananku tidak lagi lemas, kubiarkan Rany mengocok-ngocok batanganku, dengan hanya melihat garis wajah milik sang bidadari di depanku dan juga membelai rambutnya yang hitam legam, aku kembali bernafsu.

“Pelan-pelan aja tidak usah takut.” Dia berbisik dan tersenyum padaku.

Tak karuan perasaanku saat itu, apalagi ketika kepala kemaluanku dioles-oleskannya ke bibir kemaluannya. Tangannya yang kecil mungil itu akhirnya menarik batang kemaluanku dan membimbingnya untuk memasuki lubang kewanitaannya.

“Bles… sss… sek!” Batangku sudah seratus persen tertanam di lubang surganya.

Rasa percaya diriku semakin meningkat ketika aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengalami orgasme. Aku mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar dan membenamkannya lagi, terus menerus berulang. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.

“Oh Dig…!” Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-sahabatku.

Selama ini Rany hanya memanggil nama asliku seperti yang tertera di dalam absen kelasku.

“Dig, terus… kamu mulai pintar…” Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun.

Aku merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga milik Rany. Naik dan turun hanya itu yang kulakukan. Sesekali aku mencium bibirnya, sesekali tanganku mempermainkan bibir dan buah dadanya.

“Ah… ah… ah, ah… oh!” Nafasnya memburu.

“Ah Dig… ah… ah… ooowww!” Dia berteriak kecil, matanya sedikit melotot dan kemudian dia kembali tersenyum.

Aku terdiam sejenak, aku heran kenapa dia melakukan itu. Yang kuingat, saat itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat ketika masih ada di dalam lubang kemaluannya. “Ntar dulu ya Jedig Sayang.” Dia mengangkat tubuhnya sehingga kemaluanku terlepas, aku menahan tubuhnya. Aku tak ingin kemaluanku terlepas aku masih ingin terus bermain.

“Eit… sabar dong, kita belum selesai kok.” Kulihat dirinya memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku.

Aku sangat mengerti apa yang harus kulakukan, ya… seperti di film-film itu.

Aku mendekatinya dengan batang kemaluanku yang sudah siap menghunus lubang kemaluannya. Aku mencoba memasukannya, tapi aku mengalami kesulitan. Satu, dua, ya dua kali aku gagal memasukan batangku. Akhirnya dia menggunakan tangan mungilnya untuk membimbing batangku.

“Blesss…” Batangku masuk dengan perlahan. Berbeda dengan tadi, sekarang aku tidak lagi naik turun tetapi maju mundur.

Kami berdua mendesah. Nafas kami saling memburu. Terus dan terus lagi.

“Ah… oh… uh… terus Dig…, ah… oooww!” Kembali dia berteriak kecil, saat ini aku mengerti, setiap kali dia berteriak pasti kemudian dia merubah posisinya.

Benar saja posisi kami kembali seperti posisi awal. Dia telentang di bawah dan aku menindihnya di atas. Aku tidak lagi memerlukan tangan mungilnya untuk membimbingku. Aku sudah bisa memasukan batang kemaluanku sendiri tepat menuju lubang surga yang sesekali beraroma harum bunga itu.

Bercinta Dengan Guru Praktik Sekolah

Kembali aku melakukan naik dan turun. Kali ini aku menjadi siswa yang benar-benar aktif, tidak hanya di sekolah tapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa cacat itu sambil terus menggerakan pinggulku.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan darahku mengalir dengan keras, ada sesuatu di dalam tubuhku yang siap untuk meledak. Gerakanku semakin kencang, cepat, dan tidak teratur.

“Terus Dig, lebih cepat lagi… terus lebih cepat lagi Dig, terus.”

Gerakanku semakin cepat. Kami berdua sudah seperti kuda liar yang saling kejar-mengejar sehingga terdengar suara nafas yang keras dan saling sambut menyambut.

“Terus Dig, terus… ah… uh… oh…!”

“Oban sayang… ah… dig… dig… dig… aaoowww!”

Saat ini teriakannya sangat keras dan kulihat matanya sedikit melotot dan giginya terkatup dengan sangat keras. Kemudian dia terjatuh.

“Dig cepetan ya sayang…!”

“Aku capek.”

Aku tak bisa berhenti menggerakan tubuhku, sepertinya ada suatu kekuatan yang mendorong dan menarik pinggulku.

“Ah… oh… Ufff… aaah…!”

“Crot… cret… cret…!”

Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Aku terjatuh di sampingnya, aku puas! Dia tersenyum padaku dan memelukku, dia menaruh kepalanya di dadaku. Setelah mengecup bibirku kami berdua pun tertidur pulas.

Beberapa bulan setelah percintaanku dengan Ibu Rany… Perpisahaan pun dimulai, setelah aku memainkan beberapa lagu di panggung perpisahaan untuk menandakan berakhirnya masa kerja praktek mahasiswa-mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bus bertuliskan IKIP di pinggirnya. Aku mencari Rany, bidadari yang merenggut keperjakaanku.

“Rany… hey…!” Rany menengok dan matanya melotot.

“Ups… Ibu Rany!” Aku lupa, dia kan guruku.

“Sampai ketemu lagi ya, jangan lupa belajar!” sambil menaiki tangga bus dia menyerahkan surat padaku.

Aku langsung membaca dan tak mengerti apa maksud dari tuRanyn itu.

Baca juga : Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai

Akhirnya bus itu pergi dan saat itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku tak akan pernah lupa walaupun hanya sekali aku melakukannya dengan Rany. Tapi itu sangat berbekas. Aku selalu merindukannya. Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan perempuan. Sekarang ketika aku sudah duduk di bangku kuliah aku baru mengerti apa arti dari surat Rany.

 

#Bercinta #Dengan #Guru #Praktik #Sekolah

Nikmatnya Ngewe Dengan Guru Lesku Terbaru Malam Ini

Nikmatnya Ngewe Dengan Guru Lesku 1

Kisah ini terjadi pada waktu aku duduk dipertengahan kelas 3 SMA dulu. Waktu itu nilai-nilai pelajaranku terutama matematika, fisika dan kimia bisa dibilang hancur lebur.

Aku kadang-kadang menyesal juga dulu memilih kelas IPA, kenapa waktu itu tidak memilih IPS saja supaya tidak ketemu 3 pelajaran keramat itu, tapi ya nasi sudah jadi bubur, ya mau apa lagi. Demi memperbaiki nilai-nilaiku, aku terpaksa mengiluti les bersama 2 temanku, Hans dan Vernand.

Yang memberi les seorang mahasiswi tingkat akhir, umurnya kira-kira 22 tahun waktu itu. Aku mengenalnya melalui perantaraan ciciku. Namanya Yuna, penampilannya perfect sekali, kulit putih, body langsing dengan buah dada yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, pas lah untuk ukuran orang Asia.

Rambutnya panjang sedada, biasanya dikucir, wajahnya juga cantik, tidak lebar tidak juga panjang, sekilas mirip artis Moon Lee dari Hongkong, dia juga memakai kacamata minus, yang membuatnya terlihat seperti orang pintar, tapi itu tidak mengurangi kecantikannya.

Hari itu aku pergi les ke rumahnya bersama dengan Hans, waktu itu Vernand tidak bisa datang karena sakit.

Sesampainya di sana, kami memencet bel berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintu, sialnya lagi waktu itu hujan sudah mulai turun deras sedangkan kami tidak membawa jas hujan, terpaksa kami mampir dulu ke restoran kecil tepat di seberang rumahnya, minum kopi dulu sambil menunggu hujan reda.

Kira-kira 15 menit kemudian aku melihat Ci Yuna turun dari taksi dan langsung berlari ke rumahnya karena tidak membawa payung.

Aku langsung memberitahu Hans, setelah kami membayar, lalu kami membawa motor masing-masing ke depan pagar rumah Ci Yuna, sebelum dia masuk rumahnya kami sudah sampai di depan pagar sehingga kami tidak bertambah basah karena dia sudah melihat kehadiran kami.

Di dalam rumah kami membuka jaket kami yang basah. Ci Yuna memberikan handuk pada kami untuk mengeringkan diri dan memberikan kami minum teh panas. Dia sendiri sempat kebasahan sehingga pakaiannya mengerut dan makin memperlihatkan lekuk tubuhnya.

“Aduh sori banget yah, hari ini Cici ada kuliah tambahan lupa beritahu kalian jadi bikin kalian basah gini”, katanya.

“Tidak apa-apa kok Ci kita maklum, tapi kok kenapa di rumah sekarang sepi amat nih, yang lain pada ke mana nih?”, tanya Hans.

“Papa dan Mama lagi ke Surabaya ngikutin undangan pernikahan saudara nih, terus pembantu cici udah pulang, kan udah deket lebaran”.

“Wah jadi repot dong Ci di rumah sendirian”, kataku padanya.

“Yah begitulah, tapi besok ortu pulang kok”, katanya.

“Eh, sebelum les Cici mau mandi dulu sebentar ya, basah nih nanti flunya kambuh lagi, kalian tunggu saja dulu di sini oke..”.

Mendengar itu pikiranku mulai ngeres membayangkan di saat dingin begini bisa mandi bersama cewek secantik Ci Yuna. Ooh enaknya, dingin-dingin empuk deh rasanya.

Dari kamar mandi mulai terdengar suara percikan air, ingin rasanya aku mengintipnya tapi sayang lubang kuncinya sempit sekali. Kami mulai melihat-lihat isi ruang tamunya, melihat foto-fotonya waktu kecil, foto pernikahan kakaknya, dan foto-foto keluarga yang terpajang di sana.

Tiba-tiba dari kamar mandi terdengar jeritan disusul Ci Yuna keluar dari kamar mandi hanya dengan ditutupi handuk yang dilipat dan secara refleks memeluk Hans yang saat itu dekat kamar mandi. “Ada kecoa besar sekali di sana!”, katanya.

Aku masuk ke kamar mandi dan melihat ada seekor kecoa yang cukup besar yang bisa membuat wanita terkejut, segera kutepuk binatang itu dengan sandal dan kubuang bangkainya ke tong sampah. Waktu aku keluar kamar mandi kulihat Ci Yuna masih dipelukan Hans dengan hanya selembar handuk saja, dalam hati aku merasa sirik.

“Huh kenapa gua dari tadi bukan berdiri di situ, sialan”, gerutuku dalam hati. Ci Yuna terlihat seksi sekali saat itu, rambutnya yang basah tergerai dan pahanya yang putih panjang itu kulihat dengan jelas sekali membuat penisku bangkit saat itu, ingin rasanya menarik handuk itu.

Hans berkata, “Ci kecoanya sudah mati Ci, tenang.., tenang..!”.

Beberapa saat kemudian Ci Yuna mulai tenang dan berkata, “Terima kasih ya untung ada kalian, Cici takut banget sama kecoa”.

Dia mulai melepaskan pelukan tidak sengajanya itu, tapi mendadak Hans menangkap pergelangan tangan kirinya dan tidak melepasnya.

“Eh, kenapa kamu ini Hans, sudah cici mau berpakaian dulu nih”.

“Sudah Ci tidak usah repot-repot berpakaian deh, saya lebih suka ngeliat Cici seperti ini”, jawab Hans.

“Udah ah, kamu jangan main-main keterlaluan gitu ya”, kata Ci Yuna sambil menghentakkan tangannya, tapi Hans bukannya melepas malah semakin erat menggenggamnya sambil tangan satunya menarik lipatan handuk yang dipakai Ci Yuna sehingga handuk itu jatuh.

Terlihatlah pemandangan terindah yang pernah kulihat tubuh putih indah dengan buah dada yang putingnya merah muda dan kemaluannya yang tertutup bulu-bulu hitam yang lebat, persis seperti model-model nude Jepang yang kulihat di internet.

“Kurang ajar kamu ya!”, bentaknya sambil menampar Hans.

Ditampar begitu Hans bukannya kapok, malahan memegang tangan satunya itu dan melipat kedua tangan Ci Yuna ke belakang, lalu mencium bibirnya, membuat pipi Ci Yuna memerah malu.

Melihat adegan panas itu aku yang sudah terbuai nafsu langsung mendekati mereka. Aku memeluk Ci Yuna yang sedang berciuman dari belakang.

Tubuh Ci Yuna terasa harum, karena baru selesai mandi. Tanganku agak gemetar ketika memegang buah dadanya yang indah.

Kumain-mainkan putingnya sampai terasa mengeras, aku juga menciumi kupingnya dan turun menjilati lehernya, kemudian tangan kiriku mulai turun meraba kemaluanya dan memainkan klitorisnya, hangat rasanya tanganku di tempat itu. Hans melepas ciumannya setelah merasa susah bernafas.

“Sudah.., sudah berhenti.., kalo tidak Cici teriak nih!”, kata Ci Yuna.

Tapi bukannya berhenti, Hans kembali melumat bibir Ci Yuna dan mulai meraba dadanya, aku gantian memegangi tangan Ci Yuna.

Menurutku Ci Yuna sebenarnya suka diperlakukan begitu hanya saja dia sok jual mahal atau mungkin juga malu.

Buktinya kalau dia tidak suka dia pasti sudah berteriak sejak tadi, dan lagi pula dia bisa dengan mudah menendang sekangkangan Hans untuk melepaskan diri, tapi nyatanya dia hanya meronta-ronta sedikit dan lebih lagi dia juga mulai mengeluarkan lidahnya untuk beradu ketika Hans menciuminya.

Tidak lama kemudian rontaannya mulai melemas dan kelihatannya dia mulai menikmati semua ini.

Hans kembali berkata, “Ci di sini tidak nyaman kan, gimana kalo kita ke kamar Cici aja?”.

“Sudah.., cukup.., kalian memang keterlaluan, Cici ini kan guru kalian!”.

Tanpa menjawab Hans mencari dan menemukan kamar Ci Yuna, aku menutup mulut Ci Yuna dengan tanganku sambil memegangi kedua tangannya yang terlipat ke belakang dan aku menggiringnya masuk ke kamarnya.

Setelah Hans mengunci pintu aku mendorong Ci Yuna ke ranjang. Ci Yuna meraih selimut dan menutupi tubuhnya lalu berkata, “Kurang ajar kalian ya.., pergi kalian dari rumah ini..!”. Tapi kami mana mungkin menurutinya, aku mendekatinya sementara Hans membuka pakaiannya, kurebahkan dia di ranjang.

Kulumat bibir mungilnya, lalu kujilat buah dadanya, sambil tanganku memainkan vaginanya yang sudah basah karena kumainkan waktu di ruang tamu tadi.

Nikmatnya Ngewe Dengan Guru Lesku

“Stop.., pergi.., jangan gitu.., ah.., jangan.., ahh!”, kudengar Hans berkata padaku.

“Eh mau main kok masih pake baju, lepas dulu dong sana!”.

Hans yang sudah bugil duduk di samping kami, lalu kulepas sebentar Ci Yuna untuk membuka bajuku, Hans langsung menyambar Ci Yuna dan menjilati vaginanya, sesudah bugil aku mendekati lagi Ci Yuna yang lagi terbaring.

Aku berlutut di depan wajahnya dan berkata, “Ci tolong dong jilatin, boleh tidak?”. Ci Yuna menatapku sejenak sambil mendesah karena jilatan Hans, lalu diraihnya penisku dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Kulumannya enak sekali, penisku terasa hangat dan basah. Sambil dikulum, kuremas-remas buah dadanya yang montok itu.

Setelah puas menjilati vagina Ci Yuna, Hans mengarahkan penisnya yang cukup besar itu ke liang vagina Ci Yuna, dengan perlahan Hans memasukkannya sementara Ci Yuna terus mengulum dan menjilati penisku. Ternyata Ci Yuna sudah tidak perawan lagi, karena ketika Hans memasukkan penisnya tidak ada darah sedikitpun.

Kira-kira 10 menit lebih penisku dikulum olehnya, aku merasakan sudah mau keluar dan aku sebenarnya sudah mau melepasnya namun tak tertahankan lagi akhirnya aku menyemburkan maniku di mulutnya, dia pun melepas kulumannya.

Kulihat mulutnya penuh dengan mani dan sisanya muncrat membasahi wajahnya, “Sori Ci, Cici terlalu semangat sih tadi, Cici nggak marah kan?”, kataku. “kurang ajar ya kamu ke guru sendiri berani berbuat gini..”.

Aku mengambil tisu untuk membersihkan wajah Ci Yuna, ketika aku hendak mengelap penisku, Ci Yuna mencegah, “Siung, jangan.., sini biar Cici bersihin aja.., uhh!”, katanya teputus-putus karena sedang digenjot Hans. Dia meraih penisku dan menjilati sisa-sisa maniku sebelum dia menelannya tadi, semua maniku berada di dalam mulutnya.

“Gimana Ci? rasanya enak gitu?”, kataku.

Dia hanya mengangguk sambil terus menjilat sampai bersih.

Setelah bersih aku bertanya padanya, “Ci gua haus nih, ambil minum di mana nih?”.

“Ambil saja di kulkas di tingkat 2 sana.., ahh.., ahh..”, katanya lagi dengan nada terputus-putus.

Aku keluar dan membuka kulkas, setelah minum kulihat di frezeer juga ada sekotak es krim, terpikir olehku untuk makan es itu di atas tubuh Ci Yuna pasti lebih nikmat. Maka kubawa es itu ke kamar. Sebelum sampai kamar pun suara desahan Ci Yuna masih terdengar, untung kamarnya agak di dalam dan ada suara hujan deras di luar, jadi suaranya tidak terdengar sampai ke tetangga.

Ketika aku sampai kulihat tubuh Ci Yuna menggelinjang hebat, sampai terlihat tulang-tulang rusuknya, kelihatannya dia sudah mencapai klimaks, dia merangkul erat Hans sambil medesah panjang.

Hans mencabut penisnya dan memuntahkan isinya ke mulut Ci Yuna. Ci Yuna menelan semuanya sambil menjilati penis Hans. Aku dekati mereka dan berkata, “Capek ya Ci, nih minum dulu deh!”, kusodorkan segelas air padanya.

“Ci sambil istirahat bagi dong es krimnya boleh tidak?”, tanyaku sambil menunjukkan es itu.

“Kamu ini bener-bener tidak sopan ya, tidak bilang-bilang main ambil aja.., ya udah makan sana”, katanya.

“Tapi tidak ada gelasnya nih Ci.., gimana kalo kita makanya di atas badan cici aja ya?”, tanapa menunggu jawaban darinya, aku sudah mulai mengoles es krim itu ke tubuhnya mulai dari leher, dada, kemaluan, dan paha indahnya.

“Eh tunggu dulu, kalian ini apa-apaan nih, dingin ah jangan!”. Sebelum dia berbuat lebih kami langsung menjilati tubuhnya, Hans menjilati leher dan dadanya, aku bagian vagina dan pahanya.

Hans berkata, “Wah Ci enak banget esnya, apalagi yang bagian dada, es kayak gini pasti cuma ada 1 di dunia”. Ci Yuna cuma bisa mendesah karena geli bercampur nikmat. Kujilati kemaluannya, agak aneh memang rasa es krim bercampur cairan cinta, tapi enak juga kok.

Setelah es di tubuhnya habis, aku berbaring dan memintanya duduk di atas penisku sambil menggenjotnya. Ci Yuna mulai memasukkan penisku ke vaginanya, kelihatannya agak sempit walaupun tidak perawan lagi.

Dia mulai bergoyang-goyang di atas tubuhku dan Hans memasukkan penisnya ke mulut Ci Yuna. Ku remas buah dadanya yang hot itu, sampai akhirnya kutembakkan maniku di vaginanya. Kami akhirnya bermain sampai puas, hari sudah gelap waktu itu.

Kami sempat tertidur kira-kira 1 jam, ketika bangun kulihat Ci Yuna sudah memakai piyama bersandar di pinggir ranjang sambil merokok, baru kali ini kulihat dia merokok, katanya sih dia memang jarang sekali, hanya kalau lagi strees saja biasanya.

Kulihat dimeja belajarnya ada fotonya sedang dirangkul seorang pria yang cukup ganteng, pas untuknya. Kutanya siapa orang itu, ternyata dialah pacar Ci Yuna yang sekarang sedang mengambil gelar master di Amerika, dia sudah 1,5 tahun tidak pulang hanya ada kabarnya lewat e-mail dan telepon.

Karena itulah Ci Yuna sudah lama tidak menikmati lagi hubungan seks. Sekaranglah Ci Yuna mendapat penyaluran kebutuhan itu, meskipun sebelumnya dia malu-malu.

Dia berkata, “Sudah bangun? gimana.., sudah puas? Kalian ini benar-benar deh, belum pernah ada murid les saya yang seberani kalian, tapi please yah, jaga rahasia ini, biar ini cuma kita yang tau aja, ok!”

“Beres Ci”, kata Hans, “Asal cici seneng kita juga seneng kan, tapi Vernand boleh tau tidak, dia kan temen kita juga Ci”, kata Hans.

“Hmm.., iya deh tapi dia orang terakhir yang tau rahasia ini loh”.

“OK Ci beres!”, jawab kami bersamaan.

“O iya, Cici udah masak makan malam, lu duaan makan aja di sini”.

Kami pun makan bersama, masakannya enak, hoki banget pacarnya kalau sudah nikah nanti. Sesudah makan kami pulang diantar Ci Yuna sampai pintu pagar. Baru kutahu ternyata dibalik wajah alim dan terpelajar Ci Yuna tersembunyi banyak hal di luar dugaan.

Sejak itu sampai pacar Ci Yuna pulang bila ada kesempatan kami sering melakukan hal itu lagi, kadang berempat (ditambah Vernand), kadang 1 lawan 1 saja, kadang triple, macam-macam lah. Untuk mencari tempat sepi biasa bila di rumah salah satu dari kami sedang kosong, kami meneleponnya untuk datang ke sana saja.

Sekarang aku sudah kuliah semester 4, Ci Yuna pun sudah menikah dengan pacarnya, kami bertiga diundang ke pestanya, di sana dia tersenyum manis pada kami bertiga mungkin tanda terima kasih karena kamilah yang memenuhi kebutuhan biologisnya waktu pacarnya tidak ada dulu.

Cerita sex : Kupuaskan Ibu Sexy Dari Murid Lesku

Selamat ya Ci, semoga bahagia selalu, kamilah yang tidak bahagia karena tidak bisa bermain dengannya lagi.

 

#Nikmatnya #Ngewe #Dengan #Guru #Lesku

Perselingkuhan Sesama Guru Sekolah Terbaru Malam Ini

Perselingkuhan Sesama Guru Sekolahh

Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Rini yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa.

“Bu.. apa Pak Rian sudah pulang?”

“Mungkin sudah,” jawab Bu Rini, memandang Reyna dengan wajah penuh curiga, setau Bu Rini hubungan antara Reyna dan Rian memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Reyna dan Rian selalu bersebrangan. Reyna yang idealis dan Rian yang liberal.

“Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.

“Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Reyna.

“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Rini yang justru semakin penasaran.

“Bukan.. eh.. iya.. saya pamit duluan ya Bu,” ucap Reyna bergegas pamit.

Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.

Mobil Avanza, Reyna, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Rian, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.

Jantung Reyna semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “tidak salah lagi itu pasti motor Rian,” bisik hati Reyna. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Reyna dengan nada suara tak suka.

Rian membalas dengan tersenyum.

“Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Reyna ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.

Beraktifitas seharian disekolah memaksa Reyna untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.

“Apa yang ada diotak mu, Rey?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah,” umpat hati Reyna, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.

Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda.

Reyna kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Reyna menyediakan teh untuk Rian. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Reyna memberikan arahan.

Tanpa sadar mata Reyna mengamati wajah Rian yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi,” gumam Reyna, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah.

Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Reyna sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Rian yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin.

“Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan,” tegur Reyna yang berniat untuk bersikap lebih ramah.

“Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam,” umpat Rian.

Reyna tertawa geli mendengar penuturan Rian, “makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami,” celetuk Reyna usil, membuat Rian ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Reyna.

“Bereeesss..” ucap Rian tiba-tiba mengagetkan Reyna yang asik membalas BBM dari suaminya.

“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Rian, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.

“Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa,” tawar Reyna yang yakin motor Rian tidak mungkin menyimpan jas hujan.

“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”

“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lhoo,”

Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Reyna menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Reyna menutup panggilan.

“Ada apa, Rey..”

“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang,”

“Lhoo, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Rian tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Reyna melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana.

Reyna seakan melihat sosok Rian yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.

“Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Reyna yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah,” sambungnya.

“Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada lho yang mereka intipin,” “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral,” Reyna sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Rian.

“Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Reyna dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.

“Sebenarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bayangkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam,” ucap Rian serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Reyna yang penasaran.

“Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”

Wajah Reyna menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?,,,”

“kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Reyna Raihani!”

“Apa? gilaaa kamu Ian, kurang ajar,” Reyna terkaget dan langsung menyerang Rian dengan bantal sofa.

“ampuun Reeeey, Hahahaa,,”

“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah,” sembur Reyna penuh emosi.

Rian berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Reyna.

“Hahahaa, aku bohong koq, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha,” Reyna akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Rian.

“Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan di balik wajah galakmu,” ucap Rian yang menikmati tawa renyah Reyna yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Reyna terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Rian masih menggenggam kedua tangannya.

Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya,” umpat Reyna akibat jelajah mata Rian yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Reyna beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.

“Punyamu besar juga ya,” balas Rian, tak peduli akan peringatan Reyna yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Ga usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?,,”

Perselingkuhan Sesama Guru Sekolah

“Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah,”

“Sialan..” dengus Reyna merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Reyna memerah , kalimat Rian begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.

“Rey… liat dong,”

“Heh? Kamu mau liat payudaraku , gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku,” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Rian yang cuek.

“Ayo dooong, penasaran banget nih,”

“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Reyna tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.

“Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq,” sungut Rian, keqi atas ulah Reyna yang menertawakannya.

“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang,” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.

“Kurang..”

“Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya.

“satu kancing aja,”

“Dasar guru mesum,” Reyna lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.

Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Rian. Entah apa yang membuat Reyna seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.

“Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Anita,” sambung Rian, matanya terus terpaku ke dada Reyna sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Rian justru membuat Reyna kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Nita?”

“Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi,”

“Gilaaa.. Apa kamu… eeeenghhh,,,”

“Maksudmu aku selingkuhan Bu Anita kan? Hahaha…” Rian memotong kalimat Reyna setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu,”

“Kenapa?” sambar Reyna yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Rian menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Anita menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar,”

“Apa kamu mencintai Bu Anita?”

Rian tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”

“Silahkan..” jawab Reyna cepat.

“Aku tidak tau pasti, Anita wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan,” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Anita?” cecarnya.

“Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”

Wajah Reyna memerah karena malu, Rian dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Anita adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya,” ucap Reyna berusaha membela keluguan berfikirnya.

Rian tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya.”

Seketika wajah Reyna terasa panas membayangkan petualangan, Anita, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Reyna berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Rian dengan simpel, membuat Reyna menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.

“Rey.. selingkuhan sama aku yuk..”

Brruuuuuffftttt…

Bibir tipis Reyna seketika menghambur air teh dimulutnya.

“Dasar guru mesum,” umpat Reyna membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.

“Aku masak dulu, lapar nih,” ucap Reyna, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Rian yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Rian.

“Rey…” Panggilan Rian menghentikan langkah wanita itu.

“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda koq,” ujar lelaki itu sambil terkekeh.

“Siaaal, ni cowok sukses mengerjai aku,” umpat hati Reyna.

“Aku tau koq, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku,” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Rian mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.

Reyna dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Rian duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.

“Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah,” Reyna mengingatkan Rian sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Rian tertawa terpingkal.

“Ckckckck, mahir juga tangan mu Rey,” Rian mengkomentari kecepatan tangan Reyna saat memotong bawang bombay.

“Hahaha… ayo sini aku ajarin..” tawar Reyna tanpa menghentikan aksinya.

Tapi Reyna terkejut ketika Rian memeluknya dari belakang, bukan.. cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Rian lembut tepat ditelinganya.

Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Rian yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.

“tangan mu terlalu kaku, Hahahaa,”

“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”

“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha,,,”

“Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu,” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Reyna yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.

“Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu,” tolak Reyna berusaha menahan tangan Rian.

“Rey, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”

Tubuh Reyna gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal.” ucap bibir tipisnya, serak. Reyna kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Rian dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.

Mata Reyna terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Rian yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Rian dengan cepat mengambil alih kewarasan Reyna.

“Owwhhhh,” bibir Reyna mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Rian berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.

“Riaaaan,” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.

Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Rian dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.

Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Reyna mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.

“Boleh?”

Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Rian berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.

“Oooowwwhh, eemmppphhh,” tubuh Reyna mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Rian, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.

“Rey.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan Rey.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, Rey…” hati kecil Reyna mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.

Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Rian mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.

“Ooowwwhhhhhhh,” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Rian bermain dengan klitorisnya.

Kurihiiiing…

Kurihiiiing…

Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Reyna mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.

“Hallo mas, halloo,,” sambut Reyna diantara usahanya mengkondisikan jantung yang berdegup kencang.

“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Reyna kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.

“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini,” jawab suara besar diujung telpon.

“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang,”

Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Reyna berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.

“Rian, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang,”

“Tidak Rey, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”

“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Anita yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Reyna menjadi pucat saat Rian mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.

“Rian, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Rian terlalu erat.

“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”

“Gila kamu Rian, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”

“Ohh ya?,,” Rian tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Reyna terhenyak.

Tiba-tiba dengan kasar Rian mencengkram tubuh Reyna dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Reyna, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Reyna.

“Jangan Riaaan, aku bisa berbuat nekat,” Reyna mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Rian.

“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Rian terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.

“Aaaaaaaaaaaggghh…” Rian berteriak kesakitan saat Reyna menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.

Lelaki itu menepis tangan Reyna, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku,” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.

“Tidaaak Riaaaan, hentikaaan,” Reyna berhasil berontak mendorong tubuh besar Rian lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Rian menahan dengan tangannya.

“Aaaaagghh…” Rian mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Reyna terjengkal.

“Dengar Rey.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu,”

Dengan kasar Rian mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Reyna berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Reyna yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.

Wanita itu menangis saat Rian dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Rian, sadarlaaah..” sambil terus menangis Reyna berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.

Dengan kekuatan yang tersisa Reyna berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Rian telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Reyna.

“Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Anita,” desah Rian seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.

“Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Reyna mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Reyna mencakar tangan Rian, air matanya tak henti mengalir.

Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Rian menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Reyna keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Reyna.

“Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”

Plak…

Pertanyaan Rian berbuah tamparan dari tangan Reyna, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Reyna yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Reyna, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.

“Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Anita,”

Tubuh Reyna melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”

“Pasti Anita malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringasnya permainan Anita,” ucap Rian, membuat Reyna kembali melayangkan tangannya kewajah lelaki itu.

“Bajingan kamu, Ian..” umpat wanita itu, tapi tak berselang lama bibirnya justru mendesah saat lidah Rian bermain ditelinganya. “Oooowwwhhhhh….”

“Hehehe…akuilah, jika kamu juga menikmati pemerkosaan ini, rasakanlah besarnya penisku divagina sempit mu ini,”

Mata wanita itu terpejam, air matanya masih mengalir dengan suara terisak ditingkahi lenguhan yang sesekali keluar tanpa sadar. Hatinya berkecamuk, sulit memang memungkiri kenikmatan yang tengah dirasakan seluruh inderanya.

“Reeeey… Sadarlah, kamu wanita baik-baik, seorang istri yang setia, setidaknya tutuplah mulut nakal mu itu,” teriak hatinya mencoba mengingatkan, membuat airmata Reyna semakin deras mengalir.

Yaa.. meski hatinya berontak, tapi tubuhnya telah berkhianat, pinggulnya tanpa diminta bergerak menyambut hentakan batang yang menggedor dinding rahim. Rian tersenyum penuh kemenangan.

“Berbaliklah, sayang,” pintanya.

Tubuh Reyna bergerak lemah membelakangi Rian, pasrah saat lelaki itu menarik pantatnya menungging lebih tinggi, menawarkan kenikmatan dari liang senggama yang semakin basah. Jari-jari lentiknya mencengkram sprei saat lelaki dibelakang tubuhnya menggigiti bongkahan pantatnya dengan gemas.

“Oooowwwhhhh… Eeeeeenghhh..” pantat indah yang membulat sempurna itu terangkat semakin tinggi ketika lidah yang panas memberikan sapuan panjang dari bibir vagina hingga keliang anal.

Rasa takut dan birahi tak lagi mampu dikenali, matanya yang sendu mencoba mengintip pejantan yang membenamkan wajah tampannya dibelahan pantat yang bergetar menikmati permainan lidah yang lincah menari, menggelitik liang vagina dan anusnya, suatu sensasi kenikmatan yang tak pernah diberikan oleh suaminya.

Isak tangis bercampur dengan rintihan. Hati yang berontak namun tubuhnya tak mampu berdusta atas lenguhan panjang yang mengalun saat batang besar Rian kembali memasuki tubuhnya, menghantam bongkahan pantatnya dengan bibir menggeram penuh nafsu.

Begitupun saat Rian meminta Reyna untuk menaiki tubuhnya, meski airmatanya jatuh menetes diatas wajah sipejantan tapi pinggul wanita itu bergerak luwes dengan indahnya menikmati batang besar yang dipaksa untuk masuk lebih dalam.

“Aaaawwhhhh Rey… Boleh aku menghamilimu?” ucap Rian saat posisinya kembali berada diatas tubuh Reyna, menunggangi tubuh indah yang baru saja meregang orgasme.

Wanita itu membuang wajahnya, bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab hanya gerakan kepala yang menggeleng menolak, matanya begitu takut beradu pandang dengan mata Rian yang penuh birahi.

Batang besar Rian bergerak cepat, orgasme yang diraih siwanita membuat lorong senggamanya menjadi sangat basah. Hentakan pinggul lelaki itu begitu cepat dan kuat seakan ingin membobol dinding rahim, memaksa Reyna berpegangan pada besi ranjang penikahannya untuk meredam kenikmatan yang didustakan.

“Reeeeey.. Boleh aku menghamilimuuu?.. Aaaagghhh, cepaaaaat jawaaaaaaaab,” teriak Rian yang menggerakkan pinggulnya semakin cepat.

Reyna menatap Rian dengan kepala yang menggeleng. “Jangaaan.. kumohooon jangaaaan… Rian tersenyum menyeringai “Kamu yakin?Tidak ingin merasakan sensasi bagaimana sperma lelaki lain menghambur dirahim mu?”

Plaaak..

Reyna kembali menampar wajah Rian untuk yang kesekian kalinya, tapi kali ini jauh lebih keras. Wanita menjerit terisak, tapi kaki jenjangnya justru bergerak melingkari pinggul silelaki, tangannya memeluk erat seakan ingin menyatukan dua tubuh.

Tangis Reyna semakin menjadi, menangisi kekalahannya. Tangannya menyusuri punggung Rian yang berkeringat lalu meremas pantat yang berotot seakan mendukung gerakan Rian yang menghentak batang semakin dalam.

“Kamu jahaaaaat Riaaaan.. jahaaaaat..” teriak Reyna seiring lenguh kenikmatan dari bibir silelaki.

Menghambur bermili-mili sperma dilorong senggama, menghantar ribuan benih kerahim siwanita yang mengangkat pinggulnya menyambut kepuasan silelaki dengan lenguh orgasme yang kembali menyapa, tubuh keduanya mengejat, menggelinjang, menikmati suguhan puncak dari sebuah senggama tabu.

“Kenapa kau mempermainkan aku seperti ini,” isak Reyna dengan nafas memburu, tangannya masih meremasi pantat berotot Rian yang sesekali mengejat untuk menghantar sperma yang tersisa kerahim si wanita.

“Karena aku mencintaimu,” bisik lembut si penjantan ditelinga betina yang membuat pelukannya semakin erat, membiarkan tubuh besar itu berlama-lama diatas tubuh indah yang terbaring pasrah. Membisu dalam pikiran masing-masing.

“Apa kamu bersedia menjadi teman selingkuhku?”

Reyna menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani, Rian, Ooooowwhhhhhh..” wanita itu melepaskan pagutan kakinya dan mengangkang lebar, membiarkan silelaki kembali menggerakkan pingulnya dan memamerkan kehebatan kejantanannya dicelah sempit vagina Reyna.

“Tapi bagaimana bila aku memaksa?..”

“Itu tidak mungkin Oooowwhhh… Aku sudah bersuami dan memiliki anak, aaaahhhhhh…” Reyna menggelengkan kepala, berusaha kukuh atas pendirian, meski pinggul indahnya bergerak liar, tak lagi malu untuk menyambut setiap hentakan yang menghantar batang penis kedalam tubuhnya.

Reyna tak ingin berdebat, tangannya menjambak rambut Rian saat bibir lelaki itu kembali berusaha merayu, membekap wajah Rian pada kebongkahan payudara dengan puting yang mengeras.

“Kamu jahat, Ian.. Tak seharusnya aku membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku.. Ooowwwhh.. Ooowwwhhh…”

Setelahnya tak ada lagi kalimat lagi yang keluar selain desahan dan lenguhan dan deru nafas yang memburu. Hingga akhirnya bibir Rian bersuara serak memanggil nama si wanita.

“Reeeeey… Boleeeehkaaan?”

Reyna menatap sendu wajah birahi Rian, dengan kesadaran yang penuh wanita itu mengangguk lalu merentang kedua tangan dan kakinya, memberi izin kepada silelaki untuk kembali menghambur sperma kedalam rahimnya.

“Reeeey..” panggil lelaki itu kembali, membuat siwanita bingung, sementara tubuhnya telah pasrah menjadi pelampiasan dari puncak birahi Rian.

Dengan wajah memelas tangan Rian bergerak mengusap wajah Reyna, telunjuknya membelah bibir tipis siwanita.

“Dasar guru mesum, ” ucap Reyna sambil menampar pipi Rian tapi kali ini dengan lembut,

“kamu menang banyak hari ini, Ian..” ucapnya lirih dengan mata sembap oleh air mata.

“Boleeeh?..”

Reyna memalingkan wajahnya, lalu mengangguk ragu. Rian bangkit mencabut batangnya lalu mengangkangi wajah guru cantik itu. Sudut mata Reyna menangkap wajah tampan silelaki yang menggeram sambil memainkan batang besar tepat didepan wajah nya.

Jemari lentiknya gemetar saat mengambil alih batang besar itu dari tangan Rian. Memberanikan diri untuk menatap lelaki yang mengangkangi wajahnya, kepasrahan wajah seorang wanita atas lelaki yang menikmati tualang birahi atas tubuhnya.

“Aaaaaaaagghhh.. Aaaaagghhh.. Reeeeey..” wajah Rian memucat seiring sperma yang menghambur kewajah cantik yang menyambut dengan mata menatap sendu. “Aaaaaagghhhh.. Sayaaaaaang..”

Tak pernah sekalipun Reyna menyaksikan seorang pejantan yang begitu histeris mendapatkan orgasmenya, dan tak pernah sekalipun Reyna membiarkan seorang pejantan menghamburkan sperma diwajah cantiknya. Dengan ragu Reyna membuka bibirnya, membiarkan tetesan sperma menyapa lidahnya. Batang itu terus berkedut saat jari lentik Reyna yang gemetar menuntun kedalam mulutnya.

Menikmati keterkejutan wajah Rian atas keberaniannya. Bibirnya bergerak lembut menghisap batang Rian, mempersilahkan lelaki itu mengosongkan benih birahi didalam bibir tipisnya.

“Ooooooowwwhhhhh.. Reeeeeeeey…” Rian mengejat, menyambut tawaran Reyna dengan beberapa semburan yang tersisa.

“Cepatlah pulang.. Aku tidak ingin suamiku datang dan mendapati dirimu masih disini,” pinta Reyna setelah Rian sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.

“Masih belum puas?.. dasar guru mesum,” ucapnya ketus saat Rian memeluk dari belakang.

“aku bukanlah selingkuhan mu, catat itu,” Reyna menepis tangan Rian.

“Yaa.. Aku akan mencatatnya disini, disini, dan disini..” jawab Rian sambil menunjuk bibir tipis Reyna, lalu beralih meremas payudara yang membusung dan berakhir dengan remasan digundukan vagina.

“Dasar gila ni cowok,” umpat hati Reyna, yang kesal atas ulah Rian tetap terlihat cuek setelah apa yang terjadi.

Reyna menatap punggung Rian saat lelaki itu melangkah keluar, hujan masih mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya, dibibir pintu lelaki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya, menampilkan wajah serius.

“Maaf Rey, sungguh ini diluar dugaanku, semua tidak lepas dari khayalku akan dirimu, tapi aku memang salah karena mencintai wanita bersuami, Love you Rey..” ucap Rian lalu melangkah keluar kepelukan hujan.

“Riaaan.. Love u too,” teriak Reyna dengan suara serak, membuat langkah Rian terhenti

“Tapi maaf aku tidak bisa jadi selingkuhanmu.” lanjutnya.

“Mamaaaaaa, Elminaaaa pulaaaaang,” teriak seorang bocah dengan ceria, coba mengagetkan wanita yang sibuk merapikan tempat tidur yang berantakan, gadis kecil itu langsung menghambur memeluk tubuh Reyna, ibunya.

Usaha gadis itu cukup berhasil, Reyna sama sekali tidak menduga, Ermina, putri kecilnya yang beberapa hari menginap ditempat kakeknya dijemput oleh suaminya.

“Ini buat mama dari Elmina,” ucapnya cadel, menyerahkan balon gas berbentuk amor yang melayang pada seutas tali. “Elmina kangen mamaa, selamat valentine ya, ma, Semoga mama semakin cantik dan sehat selalu..”

Wajah mungil itu tersenyum ceria, senyum yang begitu tulus akan kerinduan sosok seorang ibu. Reyna tak lagi mampu membendung air mata, menatap mata bening tanpa dosa yang menunjukkan kasih sayang seorang anak. Sementara dibelakang gadis itu berdiri suaminya, Anggara, sambil menggenggam balon yang sama.

“Selamat valentine, sayang,” ucap Anggara, tersenyum dengan gayanya yang khas, senyum lembut yang justru mencabik-cabik hati Reyna.

Seketika segala sumpah serapah tertumpah dari hatinya, atas ketidaksetiaannya sebagai seorang istri, atas ketidak becusannya menyandang sebutan seorang ibu.

“Maafin Mama, sayang,” ucap Reyna tanpa suara, memeluk erat tubuh mungil Ermina, terisak dengan tubuh gemetar. “Maafin mama, Pah,”

Tengah malam, Reyna berdiri dibalik jendela, menatap gulita dengan gundah. Suaminya dan Ermina telah terlelap.

PING!…

Tanpa hasrat wanita itu membuka BBM yang ternyata menampilkan pesan dari Rian.

“Besok pukul 12 aku tunggu di lab kimia, ”

Cerita sex : Cerita Sex Atasan Dengan Sekretaris Baru Yang Ganas

Jemari kiri Reyna erat menggenggam tangan suaminya yang tengah pulas tertidur, sementara tangan kanannya menulis pesan dengan gemetar. “Ya, aku akan kesitu,”

 

#Perselingkuhan #Sesama #Guru #Sekolah

Permainan Guru Dengan Dua Muridnya Terbaru Malam Ini

Permainan Guru Dengan Dua Muridnya

Rani adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.

Suatu hari Rani terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Andi harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Andi juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.

Bagi Rani, kedatangan Andi ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.

”Sudah selesai Andi?”, Rani masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Andi selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.

”Hampir bu”

”Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..”

”Iya..””Bu Rani, Saya sudah selesai”, Andi masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.

”Ibu dimana?”

”Ada di kamar.., Andi sebentar ya”, Rani berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Andi nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rani membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”

Muka Andi merah karena malu, karena Rani tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.

”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”

”Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”

”oo…, begitu to?”

”Andi kamu mau menolong saya?”, Rani merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.

”Apa Ibu?”, tubuh Andi bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rani yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.

”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.

”Tapi tapi…, Saya”.

”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Andi langsung saja merah mendengar perkataan Rani

”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.

Rani kemudian duduk di pangkuan Andi. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Rani yang agresif karena haus akan kehangatan dan Andi yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Rani yang mengeras. Lidah Rani menjelajahi mulut Andi, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.Setelah puas, Rani kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.

”Lepaskan pakaiannmu Andi”, Rani berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Andi”, Rani mendesah tidak sabar.

Andi kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.

”Andi…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,Dengan gemetar Andi meletakkan tangannya di dada Rani yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Rani yang montok itu.

”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Andi melakukan apa yang gurunya katakan.

”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Rani tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,

 “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.Tubuh Rani menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.

”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Rani mendekap erat kepala Andi ke payudaranya.

Andi semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Andi makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.

”mm…, nakal kamu”, Rani tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.

”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Andi menurut saja. Duduk diantara kaki Rani yang membuka lebar. Rani kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.

”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Andi memasuki vaginanya.

”Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”

”Iya..”

”Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”

Pelan-pelan jari Andi mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.

”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Rani mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Andi.

”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Andi tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.

”Oohh…, Andi…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

Tangan Andi semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.”Ooaahh…, Andii”, Tangan Rani mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.

”Hmm…, kamu lihai Andi…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Andi menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.

”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Rani segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rani. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Andi merintih keenakan.

”Ahh…, enakk…,enakk”, Andi tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Rani. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rani.

”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mani Andi di dalam mulut Rani, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.

”Hmm…, manis rasanya Andi”, Rani masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.

”Sebentar ya aku mau minum dulu”.

Ketika Rani sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.

”Andi…, biar Ibu minum dulu”.

”Tidak…, nikmati saja ini”, Andi yang masih tegang berat mendorong Rani ke kulkas.Gelas yang dipegang Rani jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rani kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.

”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Rani berteriak, saat Andi menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.

”Andi…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Rani bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Andi satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.

”Ibu menikmati ini khan”, bisik Andi di telinganya

”Ahh…, hh”, Rani hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.

”Jawab…, Ibu”, dengan keras Andi mengulangi sodokannya.

”Ahh…,iyaa”

”Andi…, Andi jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rani telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.

Permainan Guru Dengan Dua Muridnya

”Uuhgghh”, penis Andi yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Rani.”Ahh”.

Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.

Setelah kejadian dengan Andi, Rani masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Rani adalah jika Andi kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.

Ketika Rani berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Andi, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.

”Bu Rani salam dari Andi”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.

”Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.

”Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Andi.”Langkah Rani terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.

”Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.”Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Andi”, Reza tersenyum penuh kemenangan.”Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Rani.”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.

Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rani langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Rani segera menuju pintu itu, ia mengira Andi yang datang. Ternyata ketika dibuka”Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Rani agak jengkel dengan muridnya ini.

”Boleh saya masuk?”.

”Tidak!”.

”Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.”!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.”Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV. 

“Pantas aja Andi senang di sini”.

”Apa hubunganmu dengan Andi?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Rani bertanya.

”Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.

”Jadi artinya”, Kali ini Rani benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.

”Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Andi, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Rani.Rani masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.

Rani masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.

”Bagaimana Bu, lebih besar dari Andi khan?”.Reza ternyata lebih agresif dari Andi, dengan satu gerakan meraih kepala Rani dan memasukkan penisnya ke mulut Rani.

”Mmpfpphh”.”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”Rupanya nafsu menguasai diri Rani, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.

”Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Rani, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Rani merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar.

”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Reza muncrat di mulut Rani, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.

”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Rani tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.

”Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”

”Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

Setelah ia di dalam, Rani tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.

”Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Rani juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.

”Gilaa…, besar amat”, pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Rani, erangan kenikmatan pun keluar.”mm oohh”.Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Rani.

”Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Rani menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.

”Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

Rani hanya bisa mengerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Rani agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.

”Kata Andi ini posisi yang disukai Ibu”

”Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Rani menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.”

”Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Rani. Ranipun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.

”Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Rani, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.

”Oohh Rani…, Raniii”.Rani segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.

Rani masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Rani, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”, bibir Rani mendesah saat pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.”Rezz aahh”, Tubuh Rani bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.”Bu…, balik…, Reza pengin nih””Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Rani bangkit dan menungging.

Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza. Reza meraih payudara Rani dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang”Adduuhh…, owwmm”, Rani mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza.

”Bu Rani nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.

”mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Rani tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.

”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Rani makin cepat menerima sodokan Reza.

Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rani, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Rani menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.

”Ooww..”, Teriakan Rani terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Rani yang makin becek.

”Ayoo…, makin dalam dalamm”.”Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.

”Mau kelluuaarr”Rani sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Rani kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.

”Bu Rani…, sungguh luar biasa, Coba kalau Andi ada disini sekarang”.

”mm memangnya kamu mau apa”, Rani kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza.

”Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”Rani tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.

Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Rani harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Andi untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Andi muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.

”Bu, Andi kangen lho”.

”Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Rani berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.”…………..”, Andi tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Rani merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.

”Tapi Andi masih boleh berkirim surat kan?”.Rani bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah,

 “Iya…, boleh…, boleh”

”Minum dulu di, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Rani mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.

Diluar Andi meminum es teh yang disediakan Rani dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Andi menyusul Rani ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.

”Ganti pakaian itu dii..”, Rani menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

Ketika Andi sedang mencopot celananya Rani sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Andi juga tengkurap di samping Rani.

”Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.

”Belum tuh…”, Mata Andi tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.

”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.

”Thanx..”, Andi kemudian mengecup pipi gurunya.

Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Rani kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Andi. Andi kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Rani dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Andi kemudian menciumi tengkuk Rani, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.

”aahh…”Setelah puas, Andi kemudian memberi isyarat pada Rani agar duduk di pangkuannya.

”Bu, biar Andi yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Andi di telinga Rani. Rani yang telah duduk di pangkuan Andi pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.

”Akhh…”, Rani memejamkan matanya.

”Andi…, jilatin vagina ibu…”Andi kemudian merebahkan Rani, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Andi kian bernafsu.”oohh…, teruss…, teruuss…”, Rani bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Andi dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.

”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Andi menjilati pentil clitoris Rani, dengan penuh semangat.

”Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..”

”Andi…, massuukk”.

Kaki Rani kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Rani yang becek.”mm…”, Rani menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.

”Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Andi sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Rani mempermainkan puting Andi. Dengan gemas dicubitnya hingga Andi berteriak.

”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Andi makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.”aa…”.

Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rani terkejut, tapi tidak bagi Andi. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.”mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Rani yang hendak berdiri ditahan oleh Andi, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Rani.

”Nikmati saja…”Reza kemudian mengangkangi Rani, penisnya berada tepat di mukanya.

”Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Andi menghentakkan gerakannya. Saat Rani berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.

”Ahh…, nikmat..”, Rani merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Andi dengan puas menggarap vaginanya.

”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Rani, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.

Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Andi keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Rani.Setelah Andi mengeluarkan penisnya dari vagina Rani,

 “Berdiri menghadap tembok Bu!”Rani masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Andi keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Andi menetes ke lantai.”mm…, Dii…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rani. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Rani.

”Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.

Cerita Sex : Akhirnya Bisa Kunikmati Tubuh Tante Yang Angkuh

Andi dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Rani saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Rani merintih-rintih menikmati permainan mereka, Andi merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.”ooww…”, Tubuh Rani yang disangga Reza menegang, kemudian lemas. Andi menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Rani dan tembok. Dipindahkannya tangan Rani ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza.

”Andi…”, Lagi-lagi Rani mendesah saat penis Andi masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.

”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….””aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Rani berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Andi amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Rani. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

 

#Permainan #Guru #Dengan #Dua #Muridnya

Kupuaskan Tante Dan Bu Guru Yang Sangean Terbaru Malam Ini

Kupuaskan Tante Dan Bu Guru Yang Sangean

Aku sering menjumpai lelaki atau perempuan yang memiliki daya tarik dan pesona seksual yang sangat luar biasa. Dalam kenyataannya mereka tidak selalu cantik atau tampan. Juga tak pandang tua atau muda, pendek atau jangkung, kurus atau gemuk. Juga tidak karena status sosial, seperti kaya atau miskin, terpelajar atau pengangguran, karyawan tinggi atau sekedar satpam. Secara tampak nampaknya biasa-biasa saja. Aku juga nggak ngerti kenapa dan dimana penyebab pesonanya itu. Apabila kebetulan ketemu type macam itu rasanya apapun polah tingkahnya sangat sedap dipandang mata.

Bisa diumpamakan kalau lelaki macam Ryan Hidayat yang pemain sinetron dan bintang iklan atau kalau perempuan macam Ike Nurjanah penyanyi dangdut yang kebetulan sangat ‘macan’, manis dan cantik itu. Sangat erotik rasanya ‘ditaklukkan’ oleh lelaki ataupun perempuan macam itu untuk kemudian melayani dan menjadi budaknya.

Akan kuciumi sepatu dan kaos kakinya. Akan kucuci celana dalamnya dengan ludahku hingga larutan sisa kencing atau keringatnya larut dan bisa kutelan kembali. Aku akan rela menceboki lubang-lubang pembuangannya sebagai tugas setiap pagiku. Aku akan memandikannya dengan jilatan-jilatan lidahku hingga tak tersisa noda barang sedikitpun pada semua celah-celah tubuhnya.

Pada orang macam ini apapun yang keluar dari dia rasanya nikmat untuk kita lahap. Aku akan serta merta telan apabila dia membuang ludah ke mulutku. Aku akan menjilati lubang tainya hingga tak ada yang Tersisa. Aku akan minum kencingnya. Aku akan sodorkan mukaku kemudian membuka mulutku untuk menampung kencingnya yang kuning pekat. Aku bisa mencuci mukaku pula dengan cairannya itu.

Di kompleks rumahku adalah seorang Rendy, pemuda 21 tahun, pengangguran jebolan SMU3, tingginya 182 cm dan berat badannya 68 kg. Jangkung dan langsing. Rambutnya yang lurus selalu terurai bergaya Bon Jovi. Pakaiannya itu-itu juga, kaos oblong lusuh, terkadang dibungkus jeans kumel. Nexiabet

Celana Khaki. Kerjanya luntang lantung, jalan sana jalan sini. Berdasarkan apa yang sering dialaminya Rendy sadar banget bahwa banyak cewek bahkan juga cowok yang naksir berat padanya.

Sejak masih di SMU dia sudah sering diajak tidur sama teman-teman ceweknya. Bahkan Bu gurunya, Bu Endang, sangat tergila-gila padanya. Walaupun belum habis 3 bulan menikah Bu Endang pernah nekad mengajak Rendy tidur di rumahnya saat suaminya tugas ke luar kota.

Bu gurunya itu bilang bahwa ada mata pelajaran yang harus diulangi dan mesti dikerjakan di rumahnya. Dan semalaman itu Bu Endang berhasil melampiaskan kerinduan syahwatnya pada Rendy. Saat waktunya pulang tak ada bagian tubuh Rendy yang tanpa cupang-cupang bekas sedotan bibir Bu Endang. Pada kesempatan di bawah nanti biarlah Rendy juga menceritakan apa yang dialaminya bersama Bu gurunya itu.

Rendy tingal di kompleks Perumahan Sederhana Pondok Permai Jakarta Barat. Di tempat itu, dia sangat didambakan oleh para gadis dan janda muda dan walaupun tidak selalu nampak terang-terangan para Ibu-ibu muda maupun setengah tua juga mengimpikan untuk memandikan dengan lidah dan bibir-bibir mereka yang mungil-mungil itu. Dari cara mereka memandang Rendy pada saat berpapasan atau Kebetulan lewat di depan rumahnya nampak mereka dipenuhi khayalan seandainya bisa bertelanjang Berasyik masyuk bersama Rendy pada suatu ketika nanti.

Diantara ibu-ibu itu adalah Tante Wenny. Dia perempuan asal Sukabumi yang sangat jelita. Kulitnya kuning langsat. Perawakannya langsing. Mungkin sekitar 165 cm-an. Usianya yang sekitar 42 tahun Namun nampaknya ada 10 tahun lebih muda. Suaminya, Oom Darto adalah karyawan di sebuah pabrik sepatu di Cilincing yang setiap hari pulang kerja hingga jam 9 malam. Tentu saja Tante Wenny banyak waktu sepinya. Dia sering membayangkan seandainya bisa ‘kelonan’ dengan Rendy.

Tak jarang pada puncak sepinya dia melakukan masturbasi. Dengan dibantu ketimun Jepang yang hijau gede dan panjang Itu. Dia mengulum-ulum ketimun itu kemudian memasukkannya ke liang vaginanya. Tante Wenny membayangkan seakan kontol Rendy sedang dia kulum kemudian ngentot kemaluannya. Dan betapa Puasnya saat menjelang orgasme dia memanggil-manggil dalam bisik dan rintihannya.

“Acchh.. Rendyi.. Rendyi.. Keluarkan pejuhmu ke mulut tantee.. Yaa.. Keluarkan pejuuhhmmuu..”

Dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Suatu pagi, sekitar jam 9 pagi, dengan sebatang rokok di tangannya Rendy jalan melewati rumah Tante Wenny. Saat itu Tante Wenny sedang menyiram dan memindah-mindah Pot tanaman anggrek kesukaannya. Ada pot besar yang dia nggak kuat mengangkatnya. Melihat Perempuan jelita macam Tante Wenny, tanpa diminta dan spontan Rendy membantu mengangkat pot itu.

“Koq ngangkat-angkat sendiri. Irwan mana Tante?” Rando menanyakan Irwan yang sahabatnya dan anak Tante Wenny yang cantik ini.

“Ah, Irwan mah tahunya beres. Tahu tuh, katanya tadi ke Depok negok kampusnya dan terus main kali”

Rendy dan Irwan adalah teman bermain saat di kompleks. Betapa terima kasih dan gembira hati Tante Wenny. Apalagi saat menyadari bahwa yang membantu itu adalah Rendy lelaki muda teman anaknya yang mempesona hatinya dan selalu hadir dalam khayal-khayal masturbasinya. Bagaimana kelanjutan cerita yang merangsang libido ini? Apa yang selanjutnya dilakukan Tante Wendy? Bagaimana Rendy merespon ulah tante jelita ini? Acchh.. Aku rasa lebih fair kalau Rendy sendiri yang cerita kepada para pembaca. OK? Dengarkan..

“Hooh.. Cah Bagus (aku jadi tersanjung dengan panggilannya itu).. Terima kasih yaa..”

Aku membantu menggeser pot itu dan aku merasa Tante Wenny memandangku sedemikan rupa gemas dan hausnya. Pada wajahnya nampak dia hendak mengeluarkan sesuatu pikiran. Aku merasa bahwa tante jelita ini hanya pengin menahan agar aku lebih lama tinggal. Aku paham. Aku memang termasuk sering menghadapi tante-tante genit macam ini. Mereka bilang bahwa lelaki macam aku pantas menerima perlakuan macam bayi.

Melayani lelaki macam aku merupakan impian kenikmatan syahwat yang tak terkira. Mereka bilang apapun mauku dengan rela mereka akan penuhi. Dia nampak berpikir dan…

“Oocchh.. Bisa minta tolong sekalian donk.. Sayang (dia terus melemparkan godaan padaku). Tante Mau geser lemari di tempat tidur tante. Mau bantuin nggak??”

“Boleh saja…

Aku tahu banget bahwa tante jelita ini termasuk tante yang ‘gatal’ dan sering mencuri-curi pandang setiap kali aku lewat atau berpapasan dengannya. Kali ini apa maunya??

“Ayolah masuk…” Tante Wenny mengajak aku masuk ke rumahnya, “Duduk dulu, yaa..”

Tante Wenny bergegas masuk ke kamarnya. Aku agak heran kenapa untuk menggeser lemari yang paling cuma semenit mesti duduk dulu. Tetapi pikiranku langsung sirna saat melihat Tante Wenny sudah ganti ‘short pant’ yang sangat seksi saat kembali keluar dari kamarnya.

“Aku buatin minuman dulu, yaa…”

Ucchh mata tante genit itu melirik belalak sambil melepas senyuman dari pipinya yang ranum menunjukkan kejelitaannya. Aroma parfumnya sangat menggoda libidoku. Untuk membesarkan hatinya aku melototkan mataku memandang lekuk liku tubuhnya dengan penuh kekaguman Birahi. Aku semakin yakin bahwa ini semua hanya ulah Tante Wenny untuk menahan agar aku tidak cepat menghilang dari pandangan matanya. Ah, biarlah. Siapa tahu dapat rejeki nomplok.

Dengan 2 buah gelas besar penuh Coca Cola di tangan Tante Wenny keluar dan memberikan segelas buat Aku.

“Ambil Cah Bagus…” sapanya bergaya akrab, “Ayo minum… nggak perlu buru-buru khan?”

Duduk di seberang depanku mata Tante Wenny sebentar-sebentar mengamati penuh khayalan birahi padaku. Aku yakin kalau kuminta menjilati lubang pantatku pasti serta merta dia akan lakukan dengan sepenuh obsesinya. Aku tahu pula dia isteri yang kesepian karena sepanjang hari ditinggal kerja suaminya.

“Kamu koq bagus banget ssehh Ran..? Dulu mama kamu makan apa bisa melahirkan cah bagus Macam ini..?” lempar goda yang begitu berani dan agresif dari tante genit padaku. Aku nggak tahu mesti jawab apa. Aku diam saja. Aku mesti berlagak acuh dan ‘cool’.

“Jadi nggak menggeser lemari, Tante?”

“Oohh, pastii.. Sekarang?” dia berdiri.

Yang aneh tangannya disodorkan untuk kuraih dan yang terjadi kemudian adalah dia menarikku ke kamar tidurnya.

“Mari kutunjukkan lemarinya,” sambil terus menggelandang aku.

“Yang ini Cah Bagus.. Digeser ke kanan sedikit. Tante mau cerminnya mengarah ke tempat tidur hingga kalau Oom sama Tante tidur bisa sambil berkaca. Gituu..!” katanya sambil melempar senyum manisnya dengan penuh arti.

Aku baru meraih tepian lemari untuk mulai mendorong saat tiba-tiba bibir Tante Wenny memagut lenganku kemudian melata dan menyedot punggung tanganku. Duuhh.. Aku sepertinya disambar stroom listrik ribuan watt. Seluruh tubuhku langsung menggelinjang. Aku merasakan betapa haus dan sepinya Perempuan STW (setengah tua) ini. Tak kupungkiri sedotan bibir Tante Wenny langsung menyambar gairah syahwatku. Kontolku sudah ngaceng saat tangan Tante Wenny tak bisa kuhindari merabai celah-celah selangkanganku.

“Cc.. Cah Baguuss.. Ayolah.. Jangan acuh.. Cium aku.. Atau.. L.. Ludahi akuu.. Aku sangat Rindu sayaanngg…” sambil tangannya berusaha menggapai dan merangkul leherku berikut bibirnya Yang menantang bibirku. Aku masih bergaya acuh dan ‘cool’.

“Ayoo.. Ludahi aku Rendy.. Ludahi tante..”. Matanya itu.. Ahh.. Mata yang sungguh sangat Kehausan.

“Tolong Rendy.. Tolong tante inii.. Ayoo.. Mana ludahmuu..”

Dia merangsek berusaha memagut bibirku namun aku mengelak dan pagutan itu mendarat pada kulit leherku. Tante Wenny menjadi beringas, Dia memelukku keras sambil mengamukkan pagutannya pada leher, dagu, bawah kuping dan bahuku. Aku memang semakin terbakar. Namun gaya acuh dan ‘cool’-ku tetap aku pertahankan.

Sungguh indah menikmati bagaimana perempuan dengan penuh haus mengerjain dan menikmati tubuhku. Akhirnya aku terdorong dan jatuh ke kasur. Tante Wenny tak lagi bisa kubendung.

“Nanti saja menggeser lemarinya ya sayaanngg…”

“Kasihan Cah Bagus. Kamu mesti istirahat duluu yaa.. Mumpung Irwan nggak di rumah. Kamu Temenin Tante dulu yaa…” sambil tangan-tangannya terus menggerilya tubuhku.

“Acchh Tantee.. Jangan.. Nanti dilihat tetangga. Saat Rendy masuk tadi khan ada pembantu Bu Kirno sebelah rumah sedang nyapu,”

“Ahh.. Jangan khawatir. Dia hanya babu blo’on. Nggak akan berani ngomong apa-apa,” nada bicara yang didera nafsu birahi membuat Tante Wenny merendahkan pelayan sebelah rumahnya.

Kupuaskan Tante Dan Bu Guru Yang Sangean

Tante Wenny yang jelita ini bergerak jongkok dan seperti pelayan pada tuannya mulai melepasi sepatuku. Sebelumnya dia ciumi terlebih dahulu ujung-ujung sepatuku sambil.

“Sabar ya Cah Bagus.. Uuhh.. Kenapa kamu bagus banget sseehh..?”

Dia juga cium-cium kaos kakiku. Bahkan sesaat dia sumpalkan sendiri pada mulutnya sambil melepas wajah senyumnya padaku. Sebelum mulai melepasi celanaku mama Irwan yang jelita ini mencium, melumat dan menggigiti telapak Kakiku.

“Sayaang.. Kakimu indah banget. Bikin tante ngiler banget ssiihh..”

Dia ciumi, jilati dan kulum jari-jari Kakiku. Lidahnya menjilati celah-celah di antara jari-jari itu. Nampak bibir indah tante Wenny demikian Lahap mengecupinya. Seluruh tubuhku seperti terkena sengatan listrik. Ucchh.. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Hampir kutarik kakiku karena tak tahan rasa geli yang merambati saraf-sarafku. Sementara libidoku langsung terdongkrak. Kontolku ngaceng mendesaki celanaku. Akhirnya tangannya berhasil melepas kancing celanaku dan menariknya merosot kebawah, membuangnya ke lantai hingga aku tinggal bercelana dalam saja.

“Dduhh.. Duuhh.. Rendykuu.. Tante sudah lama merindukan macam ini,” tante Wenny langsung membenamkan mukanya ke selangkanganku. Dia menggigiti celana dalamku yang menonjolkan Kemaluanku. Aku merasakan giginya mengigit kenyalnya kontolku yang memang telah ngaceng berat. Tetapi tidak lama.. Akhirnya Tante Wenny merosot melata ke lantai menyergap kakiku yang terjuntai dari tempat tidur untuk Langsung menciuminya telapak kakiku. Dia kulum dan jilati jari-jari kakiku. Lidahnya menusuki celah-celah Jariku. Dduhh.. Bukan main nikmatnya. Lidahnya yang hangat lembut itu berusaha membersihkan aroma kakiku yang pasti berbau kaos kaki atau sepatu yang menusuk.

Demikian kegilaan dia mencium dan menggigit bagian ini sebelum akhirnya melata menuju betis-betisku. Gigi-giginya yang tajam terkadang menggigit sakit hingga aku mesti menahan dengan mengaduh desah dan menahan kepalanya. Namun semua itu justru membuat Tante Wenny semakin meliar. Didorongnya pahaku hingga aku terbalik tengkurap. Dalam posisi ini Tante Wenny kembali menyerang aku dari bawah. Lidah dan bibirnya mengecupi lipatan paha dan betisku. Uucch.. Rasanya tak tahan.. Aku tak pernah aku menikmati sentuhan seksual macam ini.

Tante Wenny yang usianya telah lebih 40 tahun ternyata nafsunya seperti magma gunung berapi. Yang aku kaget adalah saat ciuman itu terus merambah ke paha belakangku dan dengan cepatnya naik hingga wajahnya langsung nyungsep ke belahan pantatku. Yaa ampuunn.. Dengan histeris tante Wenny mengusel-uselkan wajahnya ke celah bokongku. Tante Wenny tanpa ragu menciumi pantatku. Bagi aku menjadi sensasi yang luar biasa saat lidahnya menggelitik dan menusuk-nusuk lubang pantatku ini. Sesekali dengan geregetan dia menggigit kecil. Bibir-bibir analku. Lidahnya berusaha menggerilya lubang duburku sambil nafasnya terdengar demikian memburu. Rasanya dia dalam keadaan birahi yang penuh kegilaan. Yang tak mungkin aku bisa menghentikannya. Dia sudah tenggelam dalam kejaran syahwatnya sendiri.

“Hecchh.. Huuchmm.. Rr, rre.. endd.. ,” gumamnya dalam tenggelam sambil dengan histeris lidahnya terus mencari-cari. Tanpa kusadari aku tertuntun untuk nungging tinggi. Naluriku adalah membuka celah bokongku agar muka Tante Yenny bisa lebih tenggelam dan lidahnya menemukan lubang analku.

“Acchh.. Rr.. Reendd….”

Berpegang pada bokongku sapuan dan sedotan lidah dan bibirnya di Lubang duburku semakin nikmat kurasakan. Entah kenikmatan macam apa yang didapatkan Tante Wenny dari analku ini. Mungkin aroma analku membuatnya mabuk kepayang padaku. Kubayangkan bagaimana seandainya Irwan yang sahabatku melihat bagaimana mamanya menjilati lubang taiku. Haa.. Haa.. Aku tertahan hingga menjelang makan siang.

Tante Wenny berhasil merangsang libidoku hingga aku tak mampu menahan air maniku tumpah ke mulutnya. Kulihat betapa rakus dia menjilati spermaku hingga bersih tanpa bekas. Yang tercecer di rambut kemaluanku, pahaku, batang dan pangkal kemaluanku bersih macam kena cuci saja. Uuchh.. Sangat nikmat merasai jilatan dan sedotan bibir ayu milik Tante Wenny Ini.

Yang lebih tak kumengerti adalah saat aku permisi ke kamar mandi untuk kencing. Saat pancuran kencingku mancur Tante Wenny menyusul masuk ke kamar mandi. Kupikir dia hanya hendak mengambil Sesuatu. Ternyata dia merangkul pinggulku dan bergerak jongkok menyongsong pancuran kencingku. Sambil matanya melirik ke aku, dia menengadahkan dan membuka mulutnya menampung cairan kuning pekat kencingku. Tanpa bisa kucegah dia memegangi kedua kakiku dan minum menenggak cairan pekatku itu.

“Jangan Tantee… jangaann..!,” tetapi aku tak mampu mencegahnya.

Juga aku tak mampu menghentikan kencingku yang memang sudah sangat mendesaki kandungannya. Sungguh mempesona melihat tante Wenny yang jelita setengah gelagapan dengan mulutnya yang sga-nga menerima pancuran kencing kuning pekat yang keluar dari penisku. Terdengar suara jatuhnya pancuran air kencing dalam rongga mulutnya itu. Sebagiannya dia minum seakan menjadi penawar Hausnya dan sesekali dia raupi wajahnya seperti orang mencuci muka dengan kencingku ini.

“Tante memang telah mengimpikan kencingmu sayaanngg.. Nikmat banget rasanya.. Tante puas Banget niihh…” katanya sambil mengusap raup wajahnya dengan air kencing yang dia tampung pada Kedua tangannya.

Lanjutannya seputar bu endang. Ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 2 SMU top di Kebayoran. Waktu itu usiaku masih 16 tahun. Walaupun banyak cewek teman kelas maupun kakak kelasku yang sering merayu, mengajak kencan atau terang-terangan bilang naksir padaku, bahkan ingin tidur dengan aku namun aku masih tetap perjaka ‘ting-ting’ dan sangat ‘idjo’ dalam hal seksual.

Cewek-cewek itu bilang bahwa aku adalah pemuda paling seksi di sekolahku. Bahkan mereka juga bilang mungkin se-Kebayoran hanya kepadakulah mereka ingin tidur denganku. Lebih gila lagi ada yang bilang sangat senang hati untuk menerimanya seandainya aku mau membuang air ludahku ke mulutnya. Edann.. Ternyata bukan hanya teman sekolahku yang pengin ngajak tidur aku. Dan ini baru aku sadari setelah aku berada di rumahnya dimana aku tak bisa lagi menghindar.

Dia adalah Bu Endang guru matematika SMU Kebayoran. Bu Endang adalah guru yang paling cantik di SMU-ku. Anak-anak bilang dia mirip dengan Desy Ratnasari itu artis sinetron asal Sukabumi. Yang aku heran bahwa Bu Endang ini baru saja menikah sekitar 3 minggu yang lalu. Bahkan orang tuaku hadir saat pernikahannya itu. Suaminya adalah seorang PNS Departemen Dalam Negeri. Sesekali suaminya itu bertugas meninjau ke daerah-daerah di tanah air. Dengan alasan banyak pekerjaanku yang salah saat bel pulang kelas berbunyi, sekitar jam 12.30 siang Bu Endang menahanku agar tidak pulang dulu.

“Kamu mesti memperbaiki PR-mu. Aku nggak mau dibuat repot. Kamu bawa semua buku-buku ini ke rumah ibu. Nanti kamu ibu ajari bagaimana mengerjakan PR dengan benar,” katanya dengan nada kesal atau marah padaku.

Siang itu aku tidak boleh pulang dan mesti belajar matematika pada Bu Endang di rumahnya. Dengan Honda bebek-nya Bu Endang meluncur pulang lebih dahulu. Aku mesti menyusul naik kendaraan umum sambil membawa buku-bukunya yang cukup berat ini. Ah, mungkin inilah hukumanku karena pekerjaanku yang tidak bener itu. Anehnya sesampainya di rumahnya, Bu Endang menyambut aku dengan sangat ramah. Wajah marah atau kesal di kelas tadi sama sekali tak nampak lagi.

“Sini Rendy. Kamu taruh tuh buku-buku ibu di meja. Jangan malu-malu. Kamu makan siang dulu, ya, sama ibu. Bapak lagi dinas ke Kalimantan, jadi ibu sendirian koq. Mau minum apa?”

Dia rangkul pinggulku menuju meja makan. Ah, ini mah lebih dari ramah. Rangkulannya itu demikian mesra membuat aku langsung merinding bergetar. Rasanya aku belum pernah dirangkul perempuan macam begini. Tangannya yang lembut itu mengelusi pinggulku. Bahkan ada sekali sedikit mencubit aku. Nampaknya semua itu merupakan tanda atau sinyal yang dilepaskan Bu Endang padaku. Karena aku nggak tahu mesti bagaimana, jadi yaa… ngikut saja kemauannya. Yang kupikirkan hanyalah mudah-mudahan matematikaku cepet benar dan aku bisa lekas pulang.

Selesai makan dia kembali merangkul mesra dan membimbing aku ke sofa ruang tamunya. Dan ternyata hari itu sama sekali tak ada matematika di rumah Bu Endang. Sejak awal duduk di sofanya, Bu Endang langsung mengelusi pahaku. Dia bilang.

“Rendy… kamu menjadi idaman banyak cewek di sekolah. Kamu pasti tahu, khan? Sudahlah, matematikamu nanti biar ibu yang bantu benerinnya. Ibu pengin istirahat sambil ngobrol dulu sama kamu. OK?” Bu Endang menutup kata-katanya sambil tangannya mengambil tanganku dan meremasi jari-jariku.

Edan… nggak tahu kenapa tanpa sadar aku membalas remasannya. Akibatnya Bu Endang langsung menjadi liar. Pasti dia berpikir bahwa aku merespon apa yang dia mau. Duduk di sofa saling berhimpitan Bu Endang semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku. Remasan tangannya menjalar menjadi cemolan di pahaku. Greenng.. Saraf birahiku bangkit dan tak ayal lagi kemaluanku ngaceng mendesaki celana SMU-ku.

Uucchh.. Aku malu banget kalau sampai Bu Endang melihatnya. Tetapi dia memang telah melihatnya.

“Nggak usah malu Rendy.. Ini tandanya kamu normal dan sehat. Baru kesenggol sedikit saja langsung tegang berdiri.. Hii.. Hii.. Hii…” canda Bu Endang dengan senyumannya yang amat menawan yang membuat suasana menjadi lebih mencair.

Namun mukaku tetap berasa kemerahan karena malu. Aku cepat menyadari pula rupanya Bu Endang memang telah merencanakan perjumpaan macam ini denganku. Aku merasa blo’on banget, walaupun pada dasarnya aku senang dengan apa yang sedang terjadi ini. Aku menengokkan wajahku. Acchh.. Wajah-wajah kami ternyata telah begitu berdekatan.

Mata Bu Endang rasanya menusuki kedalaman mataku untuk mendapatkan kepastian. Dan aku tetap blo’on saat tiba-tiba bibirnya telah menyentuh dan langsung menyedot kecil bibirku. Itulah pembukaan yang dilakukan Bu Endang padaku. Mengerti kalau akhirnya aku diam dan ‘cool’ Bu Endang kembali meliar. Dia peluk dan pagut aku. Bibir lembutnya melumat bibirku. Aku sedikit gelagapan dan hampir terjatuh dari sofa tempat dudukku. Situasi itu membuat aku merangkul Bu Endang secara reflek. Dan itulah yang ditungu-tunggunya.

Dia mendesah, “Hhaacchh.. Hheecchh.. Rranddii…” dengan sepenuhnya kini memeluk tubuhku.

Kurasakan remasan tangan-tangan halusnya pada punggung mengiringi lumatan bibirnya pada bibirku. Aku merem melek kaget namun uucchh.. Nikmatnyaa.. Aroma parfum Bu Endang menyergap hidungku dan aku mulai berasa melayang dalam nikmatnya berasyik masyuk dengan perempuan ayu macam Bu Endang yang dalam pelukanku pula kini.

“Bapak nanti bagaimana Bu..??”

“Sshh.. Jj.. Jangan bicara itu sayangg.. Aku sangat rindu kamu.. Aku sangat inginkan kamu.. Ayoo Rendy.. Peluk ibu yang lebih erat lagii…” rupanya dia tak mau aku bicara tentang suaminya.

Ah.. Urusannyalah. Dan Bu Endang menggunakan kesempatan bersama aku ini dengan sepenuh kerinduan akan belaian syahwatnya. Dia hempaskan aku ke sofa dan tindih tubuhku.

Dia meracau, “Rendy.. Kamu tampan banget siihh.. Aku sayang kamu Rendy.. Boleh ya? Bolehh.. Khan?? Rendyi.. Hhcchh…” terdengar nafasnya yang memburu dan suaranya serak menahan gelora nafsunya.

Dan tangan-tangannya yang lentik itu terasa tak sabar mulai melepasi kancing kemeja SMU-ku. Aku jadi bengong juga akan nafsunya yang demikian menggebu padaku.

“Rendy.. Ibu sayang kkhaamuu.. Rendy, oohhcch Ren.. Dyyy…” racau Bu Endang tak henti-hentinya.

Saat kancing kemejaku telah lepas mukanya langsung merangsek dadaku. Kurasakan bibirnya mulai dengan halus melumat buah dadaku. Lidahnya menyapu dan kemudian disusul dengan bibirnya yang mengecupi dan mengigit penuh haus pada pentil-pentilku. Aku tak tahan menahan gelinjangku, aku juga mengeluarkan desahan dan erangan. Tangan Bu Endang meremasi punggung dan turun ke pinggulku.

Duuhh.. Sungguh dahsyat birahi ini.. Kutengok perempuan cantik se usia bibiku ini seperti ular sanca yang sedang menancapkan taringnya pada dadaku. Kepalanya bergeleng untuk mengetatkan gigitannya. Lumatan bibirnya membuat aku melayang dalam lambung nikmat tak terkira. Bu Endang rasanya telah melupakan semuanya termasuk pada suaminya yang baru menikahinya 3 minggu yang lalu. Kemudian mulut ular sanca itu melata dan merambah perutku dan terus turun lagi.

Saat bibirnya menyentuh ikat pinggangku taringnya kembali menggigit agar tidak melepaskannya. Tangan-tangan Bu Endang dengan sigap melepasi ikat pingang dan kancing celanaku. Dengan tak sabar dia tarik dan dorong celanaku ke bawah hingga betisku. Wajahnya langsung menenggelamkan ke celana dalam dan selangkanganku. Dia menciumi dengan ganasnya. Oocchh.. Perempuan ayuu.. Begitu buas dia merangsekkan mukanya. Dia hirup aroma-aroma yang menebar dari selangkangan dan celana dalamku.

“Reeenddii.. Uucchh.. Ree.. Nddii.. Ibuu saayngg.. Kkaamuu…” racaunya yang terus membising.

Aku memang tak mampu menahan gelinjangku. Syaraf-syaraf peka yang tertebar pada pori selangkangan dan pahaku membuat aku merasakan kegatalan shyawat yang sangat dahsyat. Kucabik-cabik rambut Bu Endang dan kuremas-remas dengan sangat kerasnya. Jilatan dan lumatan bibir Bu Endang membuat aku menggeliat-geliat tanpa menahan diri. Seluruh syaraf-syaraf birahiku terbangkit merambatkan kegelian tak tehingga.

“Ampuunn.. Buu.. Ooiicchh.. Jj.. Jangaann…” entah ngomong apa lagi aku.

Rasanya asal bersuara. Aku memerlukan saluran emosiku yang menggelegak karena ulah Bu Guru cantikku ini. Rambut Bu guruku yang cantik itu langsung awut-awutan, namun Bu Endang tidak mengeluh. Dia terus menggilakan wajahnya men-‘dusel-dusel’ ke selangkanganku. Kemaluanku menjadi tegak keras seperti tongkat mahoni. Bu Endang tanpa ragu menciumi dan menjilatinya. Basah precum di ujung penis dia jilati dengan rakus. Nampak wajahnya menyeringai dalam matanya yang setengah terbeliak larut dalam puncak nikmatnya yang tak bertara. Aku tak mampu menahannya.

“Adduhh.. Bb.. Bu.. Saya nggak ttahann.. Ggelii.. Bbuu..”

Kuseret tubuh Bu Endang ke atas hingga tubuhnya menindih tubuhku. Kurangkul dengan ketat bahunya dan kucium bibirnya. Aku melumat penuh kegilaan sambil menyedoti ludah-ludahnya. Kami bergelut bak dua ular yang sedang memperebutkan mangsa. Pada saat bersamaan tangan Bu Endang meraih kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluannya. Aku tahu, dia mau aku memasukan batang kemaluanku ke rongga kemaluannya.

Terus terang tiba-tiba rasa takut menyergap aku. Aku takut Bu Endang hamil. Aku takut Bu Endang akan memaksa aku menjadi suaminya karena kehamilannya itu. Aku takut dia akan memperkarakan ke pengadilan dan mempermalukan aku, mempermalukan orang tuaku. Aku takut menjadi berita di koran Pos Kota atau Lampu Merah atau berpuluh tabloid lainnya yang banyak beredar di Jakarta saat ini. Aku takut tak lagi menyandang predikat pemuda atau perjaka. Lucu juga ketakutanku macam itu pada waktu itu.. Tetapi Bu Endang tak habis cara. Tetap melayani pagutanku, dengan tubuhnya yang setengah menduduki selangkanganku dengan penisku yang tegang kaku dengan cepat terjadilah..

Blezz..

Seluruh batang kemaluanku telah amblas ditelan kemaluan Bu Endang. Tak ada kesempatan untukku. Bu Endang langsung bergerak naik turun memompakan pantatnya yang mendorong memek atau vaginanya menelani batang keras penisku ini. Ascchh.. Akhirnya.. Hanya Bu Endanglah yang berhasil menggapai keperjakaanku. Dan nikmat yang kuterima.. Sungguh tak bisa kulukiskan.. Batang penisku terjepit oleh dinding hangat yang legit. Memek Bu Endang menyedot-nyedot urat-urat sensitif yang tersebar di seluruh permukaan batang penisku.

Kenikmatan itu demikian bergerak penuh pergantian setiap Bu Endang menarik atau mendorong pantatnya yang membantu kemaluannya melahapi kenisku. Ammppunn.. Buu.. Enaakk bangett.. Ssiihh.. Kini aku menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang demikian kehausan diserang orgasmenya. Mula-mula mata di wajah cantiknya itu mendelik dan membeliak dengan kelopak yang menelan bulatan hitam matanya dan menyisakan warna putih pinggirnya.

Keadaan itu disertai dengan desah keras yang sangat mengenaskan sebagaimana kijang yang sekarat dalam terkaman pemangsanya. Dengan tangannya yang nyaris mencekik leherku Bu Endang menancapkan cakarnya pada bahu samping leherku itu. Dengan keringat yang deras mengucur dia tekan lebih membenam kemaluannya untuk menelan kemaluanku lebih dalam. Pada detik-detik itu kurasakan kedutan-kedutan keras menggilas-gilas batang penisku. Yang kemudian terdengar adalah auman atau teriakan tanpa tertahan dari mulut ayu Bu Endang

“Rr.. eenndyy.. Tt.. Toloonngg.. Renndy.. Ampunii ibbuu.. Yaa.. Rrenddyy.. Ii,” kemudian ‘bruukk’ tubuhnya jatuh terhempas ke dadaku. Tubuh penuh keringat itu langsung berkejat-kejat beberapa saat sebelum akhirnya diam dan beku kecuali menyisakan tarikan nafas yang cepat dan tersengal. Aku langsung merasa iba dan tanganku nampak mengusap-usap punggungnya.

“Haacchh.. Maafin ibu yaa.. Rendyyy…” tubuhnya merosot ke kasur dengan lunglai.

Tangannya kembali jatuh ke dadaku. Situasi hening beberapa saat. Aku menyesuaikan kehendak Bu Endang. Aku tak bergerak dan membiarkan dia melepas lelahnya. Hari itu aku pulang jam 5 sore. Bu Endang memuasi aku dengan mulutnya yang mengulum-kulum penisku. Dia minum spermaku.

“Rendy, inilah tanda ibu sayang sama kamu. Pada bapak (suaminya) aku nggak pernah lakukan begini. Aku rasanya geli. Jijik begitu. Tetapi pada kamu Rendy, justru aku selalu mengimpikannya. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya menelan air manimu. Auucchh.. Terima kasih banget yy.. Sayaanngg..”

Sebelum aku pulang Bu Endang memberi aku uang namun kutolak. Apa jadinya nanti.. Bu Endang berharap aku datang lagi selama suaminya belum pulang. Namun aku tak pernah datang lagi. Aku tetap saja takut kalau Bu Endang hamil karena ulahku. Sekali aku kepergok dengannya saat ada pesta olah raga antar sekolah.

Pada waktu itu usai pertandingan di sekolah (aku pemain volley SMU-ku) aku tertinggal pulang sehingga aku berjalan cukup jauh sebelum ketemu halte angkutan kota. Tiba-tiba sebuah mobil menepi tepat di sampingku. Bu Endang membuka kaca pintunya dan menyilahkan masuk. Aku nggak enak untuk menolaknya. Rupanya dia berkesempatan membawa mobil suaminya.

“Apa kabar Rendy?” sambil meremas selangkanganku yang membuat kontolku langsung ngaceng berdiri.

Tidak langsung menjalankan mobilnya Bu Endang justru menepi, “Ibu kangen ini Rendy, boleh yaa…”

Sebelum aku menjawabnya tangan-tangannya yang cantik gemulai itu sudah menarik resluiting celanaku dan bahkan langsung merogoh dan kemudian membetot keluar kontolku. Tangannya beberapa saat mengurut-urut hingga aku memperdengarkan desahanku. Dengan mesin tetap menyala agar ruangan mobil tetap dingin ber-AC Bu Endang langsung merunduk dan menyosor.

Cerita sex : Selimut Duka Kenikmatan

Kontolku di emut-emut dan kulum-kulum hingga spermaku muncrat. Menjelang muncrat kuraih kepalanya yang nampaknya rapi ditata salon rambutnya. Kuremasi tatanan rambut itu hingga awut-awutan. Menjelang muncrat aku berteriak tertahan. Kutekan kepala Bu Endang agar menelam lebih dalam. 6 atau 7 kedutan besar kemaluanku memuncratkan cairan hangat air maniku ke haribaan mulut Bu Endang. Nampaknya di tersedak-sedak. Namun dia ucapkan terima kasih tak habis-habisnya padaku sebelum aku diturunkan di halte angkutan kota tidak jauh dari sekolahku.

#Kupuaskan #Tante #Dan #Guru #Yang #Sangean

Cerita Dewasa Guru Perawan, Terbaru Malam Ini

Cerita Dewasa Guru Perawan – Seorang wanita berjilbab hijau lumut terlihat bergegas ke ruang guru, rok yang agak ketat memaksa wanita itu untuk mengambil langkah kecil dan cepat. Namun sesampainya di ruangan yang telah ditentukan, hanya ditemukan Bu Nita yang sedang sibuk mengoreksi hasil ulangan harian para siswa.

“Mungkin begitu,” jawab Bu Nita sambil menatap Rayna dengan wajah curiga, sejauh Bu Nita hubungan antara Rayna dan Rivan tidak pernah beres, meskipun mereka sama-sama guru muda, pikiran Rayna dan Rivan selalu tenang. . Reyna yang idealis dan Rivan yang liberal.

Cerita Dewasa Guru Perawan

“Kuharap SMS itu hanya lelucon,” katanya penuh harap, bergegas ke tempat parkir, mengabaikan penampilan satpam sekolah yang menatap liar ke tubuh kurusnya yang mengenakan seragam hijau lumut khas PNS yang terbungkus rapat. di sekelilingnya. Tubuhnya.

Cerita Sex Cabul Murid Cantik Yang Di Perdaya Guru Kelas Nya

Mobil Avanza, Reyna, melintasi jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya masih tertuju pada pesan teks yang dikirim Rivan, meskipun pria itu hanya meminta bantuan untuk membantunya mempersiapkan syarat untuk melamar pangkat, tetapi perasaan permusuhan begitu melekat pada dirinya. jantung. .

Jantung Reyna berdegup kencang saat mobil masuk ke halaman, ada Ninja 250 hijau cerah yang diparkir, “pasti sepeda Rivan tidak diragukan lagi,” bisik hati Reyna. Di kursi teras, sudut mata wanita muda itu menangkap sosok pria yang asyik dengan pil di tangannya. “Kau…” ucap Reyna dengan nada tidak setuju.

“Masuk, tapi ingat suamiku tidak ada di rumah, jadi setelah ini semua, kamu bisa pulang,” kata Reyna blak-blakan, meninggalkan pria itu di ruang tamu.

Aktif seharian di sekolah memaksa Reyna untuk mandi, saat memilih baju, wanita tersebut bingung mau pakai baju apa, apakah cukup untuk baju rumahan atau untuk memilih baju yang lebih formal.

Ngentot Memek Abg Perawan Di Sekolah

“Apa yang ada di pikiranmu, Ray?!” .. Dia musuh bebuyutanmu di sekolah,” umpat Rayna, melemparkan gaun di tangannya ke bagian bawah lemari.

Kemudian dapatkan daster putih tanpa motif. Namun sayangnya, gaun katun lembut itu terlalu ketat dan berhasil membingkai lekuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan payudaranya yang gagah.

Reyna bingung lagi saat memilih penutup kepala, apakah masih harus memakai kain atau tidak, ini rumahnya. Namun mau tak mau ia memungut kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat lebih anggun, tubuh cantik dalam balutan gaun serba putih yang menawan.

Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore dan untuk kedua kalinya Rayna menyajikan teh untuk Rivan. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas persiapannya, Reyna sesekali memberikan instruksi.

Cerpen Sekretaris Diperkosa Paksa

Tanpa sadar, mata Reyna mengamati wajah Rivan, yang sangat menarik. “Sebenarnya cowok ini pekerja keras dan baik, tapi kenapa sikapnya sering bikin aku emosi,” gumam Reyna mengingat permusuhannya di lingkungan sekolah.

Pemuda yang empat tahun lebih muda darinya. Sikap keras Reyna sebagai wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan bertolak belakang dengan sikap Rivan yang kerap membela siswa yang melanggar disiplin.

“Jangan buru-buru, minum teh dulu, nanti di luar hujan,” kata Reyna yang bermaksud lebih ramah.

Reyna tertawa mendengar kata-kata Rivan, “Makan malam dengan ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti anak mama,” geram Reyna, membuat Rivan juga tertawa, tapi tangannya terus bergerak seolah dia tidak tergoda untuk menerima ejekan Reyna.

Istri Perek Ketagihan Dipompa Memeknya Ama Kontol Besar Tukang Sayur.

“Jadi aku harus pulang sekarang?” tanya Rivan dengan senyum di wajahnya saat melihat hujan di luar masih terlalu deras.

“Di garasi ada jas hujan, tapi kalau mau nunggu hujan, enggak apa-apa,” kata Reyna yang yakin mesin Rivan tidak bisa menyimpan jas hujan.

Begitu kata itu terucap, Blackberry di tangan Rayna menerima telepon masuk dari suaminya, namun sayangnya suaminya mengabarkan bahwa ia agak terlambat pulang, dengan cemberut Rayna mengakhiri panggilan tersebut.

“Eh, kenapa karena aku?” Hahaha…” Rivan tertawa penuh kemenangan, Reyna melempar bantal ke sofa dengan cemberut. Pembicaraan berlanjut lagi namun lebih fokus pada dinamika kehidupan sekolah dan cukup berhasil memecahkan kebekuan.

Bu Guru Perek Ketagihan Digenjot Habis2an Kontol Besar Murid Sendiri.

Reyna sepertinya melihat Rivan versi yang berbeda, lebih seru, ramah, dan humoris. Sangat berbeda dengan kacamata yang pernah dilihatnya sebelumnya, guru laki-laki itu seperti memberontak kepadanya, sebagai penegak kedisiplinan siswa.

“Aku heran kenapa kamu mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, dua anak ini tidak bisa diatur lagi dan telah di-redlist oleh guru BC,” tanya Reyna mulai terlihat santai. “Jika bukan karena cucu pemilik yayasan, anak itu akan dikeluarkan dari sekolah,” lanjutnya.

“Iya aku tau, tapi petualangan mereka seru lho, dari nongkrong di Manga Besar sampai mengintip cewek di kamar mandi, ada juga guru yang mereka intip,” “Hah?” Baik? Sial, itu benar-benar tidak bermoral,” Reyna melompat dari tempat duduknya, pindah ke sisi Rivan.

“Tapi tunggu, bukankah itu berarti kamu mendukung kejahatan mereka, dan siapa guru yang mereka dukung?” tanya Reyna cemas, takut menjadi korban kenakalan kedua muridnya.

Cerita Dewasa Guru Smp Ngajakin Ngentot

Bayangkan, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang digunakan kapal selam,” kata Rivan muram, membalikkan tubuhnya ke arah Rayna yang penasaran.

“Awalnya mereka hanya mengintip siswa, tapi itu tidak menarik bagi saya, jadi saya meminta mereka untuk mengintip toilet guru, tahukah Anda siapa yang kami intip?”

“Apakah kamu benar-benar seorang guru atau bukan?” Memberi contoh buruk kepada siswa, besok aku akan melaporkanmu ke kepala sekolah,” Rayna meledak dengan emosi.

“Hahaha, aku bohong, aku hanya mengolok-olok mereka, aku tahu Pak Tigor ada di toilet dan kamu tahu apa efeknya?” Mereka langsung kaget melihat belalai Pak Tigor yang menakutkan Hahaha,” Reyna akhirnya tertawa, tidak menyadari Rivan masih memegang tangannya.

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ibu Guru Yang Masih Perawan

“Kamu tahu, kamu sebenarnya lebih cantik ketika kamu tersenyum, jadi jangan sembunyikan di balik wajah garangmu,” kata Rivan, menikmati tawa tajam Rayna yang menunjukkan giginya yang bengkok. Reyna terdiam sejenak, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Rivan masih menggenggam tangannya.

Tapi tak lama kemudian, tangisan dari bibir tipisnya kembali lagi, “Hei!… Jika kamu punya mata, tolong lindungi mereka,” umpat Reyna pada mata Rivan yang menatap gundukan payudara di balik gaun ketat yang tidak ditutupi olehnya. berhijab, Reyna berdiri dan duduk, meluruskan jilbabnya.

“Punyamu juga besar,” jawab Rivan, mengabaikan peringatan Rayna, yang semakin kesal dan melempar bantal dari sofa. “Kamu tidak harus begitu senang, lagipula, kamu pasti sering mengintip dada siswa di sekolah?”

“Sialan.” dengus Reyna sambil meluruskan hijabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tidak ada wanita yang tidak suka dipuji. Wajah Reyna memerah, kata-kata Rivan vulgar seperti biasa.

Cerita Seks Pagi Jadi Guru, Malam Nya Pelacur

“Hah?” Kau ingin melihat payudaraku, gila… Benda ini sepenuhnya milik suamiku,” wanita itu menjulurkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa oleh sifat acuh tak acuh Rivan.

“Nanti kalau aku ke kamar mandi, lihat saja dengan piroskopmu, hahaha…” Reyna tertawa sambil menutupi wajahnya, tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.

“Heehee.. Lihat saja, jangan pegang,” kata guru cantik itu sambil melihat ke TV, lalu mengikat jilbab di belakang punggungnya.

“Khususnya?” Telanjang?” matanya melotot seolah-olah dia marah, tetapi jantungnya berdetak kencang, menantang jantungnya sejauh keberaniannya.

Gadis Bispak Masih Perawan

“Guru mesum,” Reyna menjulurkan lidah lagi dan memalingkan wajahnya ke TV, tapi tangannya bergerak untuk membuka kancing atasannya.

Namun tak berhenti sampai di situ, tangannya terus bergerak melepaskan kancing kedua, lalu membelah kedua sisinya hingga lebih terbuka, meninggalkan gumpalan berbalut bra itu menjadi makanan penasaran di mata Rivan. Entah apa yang membuat Reyna begitu berani, untuk pertama kalinya dia dengan sengaja merayu pria lain dengan tubuhnya.

“Milikmu pasti lebih kencang dari milik Anita,” lanjut Rivan, matanya terpaku pada dada Reyna sambil mengusap dagunya yang berjanggut tipis, seolah memimpikan betapa lembutnya daging wanita cantik ini. Namun ucapan Rivan membuat Reyna kaget, bingung, dan penasaran secara bersamaan. “Hmmm.. Bagaimana hubunganmu dengan Bu Nita?

“Kau pikir aku kekasih Anita, bukan?” Hahaha…” Rivan memotong kalimat Rayna setelah mengetahui arti kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dibilang begitu hehehe.. Tapi kita selesaikan tepat satu minggu yang lalu,”

Cerita Sex Bercinta Dengan Guru Yang Ketus

“Mengapa?” kata Reyna yang tiba-tiba penasaran dengan isu skandal yang benar-benar merebak di kalangan guru sesat itu. Rivan menghela nafas dan bersandar. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meskipun Anita menolak untuk mengakhirinya, saya tetap harus mengambil keputusan itu, risikonya terlalu besar.

Rivan tidak langsung menjawab, melainkan mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya.Setelah tiga jam menahan diri untuk tidak mengisap tembakau gulung di sakunya, pria itu akhirnya meminta izin: “Bolehkah saya merokok?”

“Saya tidak tahu pasti, Anita adalah wanita cantik, tapi dia bukan wanita yang saya cintai,” kata pria itu setelah mengembuskan asap tebal dari bibirnya. Namun wajah wanita di depannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa yang terjadi antara kamu dan Anita? dia berkata.

Wajah Rayna memerah karena malu, Rivan dengan tegas mengungkapkan kekakuannya sebagai wanita dewasa. “Anita adalah wanita yang sudah menikah, yang berarti Anda tidak memiliki hak untuk menyentuh tubuhnya,” kata Rayna mencoba membela kepolosannya.

Cerita Dewasa Aku Yang Ketagihan Setelah Diperkosa

Rivan tersenyum masam, mengakui kesalahannya, “Kami melakukannya berkali-kali, mulai dari rumah saya, rumahnya, bahkan ruang lab kimia, suaranya sebagai wanita kesepian benar-benar menggoda saya, saya merindukan saat-saat saya membuang-buang air mani saya untuknya. wajah.”

Seketika wajah Reyna menghangat memikirkan petualangan, Anita, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Reyna berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. “Belum ada yang cocok,” jawab Rivan singkat, membuat Reyna menggelengkan kepalanya, wanita itu mengambil teh di atas meja dan meminumnya.

“Guru mesum,” umpat Reyna, memutar wajahnya, yang memiliki ekspresi

#Cerita #Dewasa #Guru #Perawan

Cerita Sex Guru Baru, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Guru Baru – Seorang wanita berkerudung hijau terlihat berjalan cepat menuju ruang guru, rok sempit memaksa wanita tersebut mengambil langkah cepat kecil. Namun sesampainya di ruangan yang dipilih, ia hanya melihat Bu Nita yang setiap hari mengoreksi hasil ulangan siswa.

“Mungkin saja,” jawab Bu Nita sambil menatap Reyna dengan mata curiga, sejauh Bu Nita, hubungan Reyna dan Rivan tidak ada hubungannya, meskipun sama-sama guru muda, pikiran Reyna dan Rivan selalu ada. bertentangan. Reyna yang baik dan Rivan yang liberal.

Cerita Sex Guru Baru

“Kami berharap SMS itu hanya bercanda,” katanya penuh harap, berlari ke tempat parkir, mengabaikan tatapan satpam sekolah yang menatap sosok rampingnya yang berpakaian kulit hijau khas pejabat pemerintah, terbungkus rapat. diri

Cerita Seks Dewasa Ngetot Guru Psk

Mobil Avanza, Reyna, melintasi jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Pikirannya masih resah, pikirannya masih tertuju pada SMS yang dikirim Rivan, meski pria itu hanya meminta bantuan untuk membantunya menyiapkan syarat mencari jabatan, namun rasa benci melekat di hatinya. .

Jantung Reyna berdegup kencang saat sebuah mobil masuk ke halaman, sebuah Ninja 250 berwarna hijau terparkir, “pasti itu motor Rivan,” bisik hati Reyna. Di kursi teras, sudut mata wanita muda itu menangkap gambar seorang pria, yang sedang memasukkan tablet di tangannya. “Kau…” ucap Reyna dengan nada tidak percaya.

“Masuk, tapi ingat suamiku tidak ada di rumah, jadi setelah semuanya selesai kamu bisa pulang,” kata Reyna singkat, meninggalkan pria itu di ruang tamu.

Aktif setiap hari di sekolah memaksa Reyna untuk mencuci, ketika memilih pakaian, wanita itu bingung akan memakai pakaian apa, apakah cukup untuk pakaian rumah atau memilih pakaian kasual.

Cerita Dewasa69◅ Percintaanku Berawal Dari Guru Private

“Apa yang ada di pikiranmu, Rey?! .. Dia musuh bebuyutanmu di sekolah,” umpat Reyna sambil melemparkan pakaian di tangannya ke bagian bawah lemari.

Kemudian pilih daster putih tanpa alasan. Namun sayang, gaun berbahan katun lembut itu terlalu berlebihan dan berhasil menahan lekuk tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan payudara yang menggantung menggoda.

Reyna bingung lagi saat memilih kerudung, apakah masih harus memakai gaun atau tidak, lagipula ini rumahnya. Namun mau tak mau ia juga mengambil gaun putih dengan motif renda yang membuat tubuhnya semakin menawan dan cantik dalam balutan gaun serba putih yang cantik.

Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore dan untuk kedua kalinya Reyna menyajikan teh untuk Rivan. Sementara lelaki itu masih tampak serius dengan laptop dan berkas-berkasnya yang harus disiapkan, Reyna sesekali memberi arahan.

Cerita Dewasa Guru Smp Ngajakin Ngentot

Tanpa sadar, mata Reyna menatap mata Rivan, yang sangat menarik. “Orang ini memang pekerja keras dan baik hati, tapi kenapa tingkahnya selalu membuatku emosi,” kata Reyna mengingat kebenciannya di lingkungan sekolah.

Seorang pemuda dengan perbedaan usia empat tahun lebih muda darinya. Sikap tegas Reyna sebagai wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan berbeda dengan sikap Rivan yang kerap membela siswa yang kerap melanggar disiplin.

“Jangan buru-buru, minum teh dulu, setelah semua hujan di luar,” kata Reyna, yang memutuskan untuk lebih ramah.

Reyna tersenyum mendengar kata-kata Rivan, “Makan malam dengan ibumu? Tapi kamu tidak seperti anak mama,” bentak Reyna, membuat Rivan juga tertawa, tapi tangannya terus bergerak seolah tidak mencoba menerima hinaan Reyna.

Cerita Sex Terbaru Merenggut Keperawanan Ibu Guru Cantik

“Jadi aku harus pulang sekarang?” tanya Rivan, wajahnya tersenyum melihat hujan di luar masih sangat deras.

“Di garasi ada jas hujan, tapi kalau mau nunggu hujan, ya enggak apa-apa,” kata Reyna yang yakin motor Rivan tak bisa menyelamatkan jas hujan.

Begitu kata itu terucap, Blackberry di tangan Reyna menerima telepon masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya menelepon dengan kabar bahwa dia akan terlambat pulang, dengan tatapan kaget Reyna mengakhiri panggilan itu.

“Ah, kenapa karena aku? Hahaha…” Rivan tertawa bahagia, Reyna melempar sofa dengan sedih. Pembicaraan berlanjut lagi, tetapi lebih fokus pada kekuatan kehidupan sekolah dan sangat berhasil memecahkan kebekuan.

Kugarap Memek Tebel Guru Anakku Sendiri Sampe Bergelinjang Keenakan

Reyna tampaknya melihat sosok Rivan yang berbeda, lebih terbuka, lebih ramah dan lebih humoris. Berbeda dengan kacamata yang dilihatnya selama ini, guru laki-laki itu terlihat seperti orang yang kacau balau baginya, seperti seorang pendisiplin bagi murid-muridnya.

“Aku penasaran, kenapa kamu begitu dekat dengan anak-anak seperti Junot dan Darko, dua anak ini tidak bisa dirawat dan mereka masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Reyna mulai terlihat santai. “Kalau bukan keponakan pendiri, anak itu pasti dikeluarkan dari sekolah,” lanjutnya.

“Iya tau sih, tapi seru-seruannya jalan-jalan lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai nonton cewek-cewek di kamar mandi, ada juga guru yang nonton,” “Hah? koreksi? Sial, asik banget sih,” Reyna melompat dari kursinya dan pergi ke sisi Rivan.

“Tapi tunggu, itu tidak berarti kamu mendukung perilaku buruk mereka, dan siapa guru yang mereka hormati?” tanya Reyna cemas, takut menjadi korban korupsi kedua muridnya.

Cerita Seks Dewasa Terbaru — Istri Binal Selingkuh Dan Ngentot Dengan Ayah

Bayangkan, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop tentang kapal selam,” kata Rivan serius sambil membalikkan badan menghadap keingintahuan Reyna.

“Awalnya mereka hanya melihat ke siswa tetapi tidak mengganggu saya, makanya saya meminta mereka untuk melihat ke toilet guru, tahukah Anda siapa yang kami lihat?”

“Apakah kamu benar-benar seorang guru atau tidak? Memberi contoh yang salah kepada siswa, besok aku akan melaporkanmu ke kepala sekolah,” kata Reyna marah.

“Hahaha aku bohong, aku hanya menggoda mereka, aku tahu Pak Tigor ada di toilet dan kamu tahu efeknya? Mereka langsung kaget melihat punggung Pak Tigor yang menakutkan, Hahaha,” Reyna tertawa akhirnya, tidak menyadari bahwa lengan Rivan masih dipegang.

Cerita Sex Dewasa Bersama Guru Les Yang Perawan

“Kamu tahu, kamu sebenarnya lebih cantik ketika kamu tersenyum, jadi jangan sembunyikan di balik wajah garangmu,” kata Rivan, yang menikmati senyum kering Reyna memamerkan giginya yang bengkok. Sesaat Reyna terdiam, wajahnya bahkan memerah saat melihat tangan Rivan masih menggenggam tangannya.

Tapi tak lama kemudian, suara dari bibir tipisnya kembali, “Hei!… Jika kamu punya mata, tolong lindungi mereka,” umpat Reyna pada mata Rivan yang menatap payudara di balik kain non-woven. Berhijab, Reyna bangkit dan duduk, meluruskan jilbabnya.

“Punyamu juga besar,” jawab Rivan, mengabaikan peringatan Reyna, yang semakin marah dan melemparkan kembali bantal sofa. “Kamu tidak perlu heran, toh kamu pasti selalu melihat payudara siswa di sekolah?

“Sialan…” dengus Reyna, meluruskan hijabnya, tapi sudut bibirnya benar-benar tersenyum, karena tidak ada wanita yang tidak suka pujian. Mata Reyna memerah, kata-kata Rivan mengejek seolah-olah itu normal.

Cerita Seks Pagi Jadi Guru, Malam Nya Pelacur

“Hah? Kamu ingin melihat payudaraku, gila… Benda ini sepenuhnya milik suamiku,” Wanita itu menjulurkan lidahnya, tanpa sadar mulai bergerak melalui sifat riang Rivan.

“Nanti kalau aku ke kamar mandi, lihat saja dengan piroskopmu, hahaha…” Reyna tertawa sambil menutup matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan.

“Hihihi… Nonton aja, jangan diambil,” kata guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya ke belakang.

“Serius? Telanjang?” wajahnya terbakar seolah-olah dia marah, tetapi jantungnya berdetak kencang dan dia menantang jantungnya sejauh keberaniannya.

Guru Bahasa Indonesia Ini Viral Setelah Ungkap Gajinya, Bikin Netizen Sedih

“Guru penyelidik,” Reyna menjulurkan lidah lagi dan mengalihkan pandangannya ke TV, tetapi tangannya bergerak untuk membuka tombol atas.

Namun tak berhenti sampai di situ, karena tangannya terus bergerak melepaskan kancing kedua lalu membelah kedua sisinya hingga lebih terbuka, membuat seluruh bra yang terbungkus menjadi santapan mata penasaran Rivan. Entah apa yang membuat Reyna begitu berani, untuk pertama kalinya dia sengaja merayu pria lain dengan dirinya sendiri.

“Milikmu pasti lebih kencang dari Anita,” lanjut Rivan, matanya terpaku pada dada Reyna sambil membelai dagunya yang berjanggut tipis, seolah mengantisipasi banyaknya daging empuk yang dimiliki wanita cantik ini. Tapi kata-kata Rivan mengejutkan Reyna, bingung sekaligus penasaran. “Hmmm.. Apa hubungan antara Anda dan Bu Nita?”

“Maksudmu aku Bu Anita, kan? Hahaha…” Rivan memotong kalimat Reyna setelah menyadari arti kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. seminggu yang lalu,”

Cerita Sex Spesial Demi Anak Didik Guru Rela Jadi Pelacur

“Mengapa?” kata Reyna yang tiba-tiba penasaran dengan gosip yang beredar di kalangan guru nakal. Rivan menghela nafas dan bersandar. “Suamimu curiga dengan hubungan kita, meskipun Anita menolak untuk menyelesaikannya, aku tetap harus mengambil keputusan, risikonya terlalu besar.”

Rivan tidak langsung menjawab melainkan mengambil sebatang rokok dari sakunya, setelah tiga jam menghindari merokok tembakau yang ada di sakunya, pria itu akhirnya meminta izin, “Bolehkah saya merokok?”

“Saya tidak tahu pasti, Anita adalah wanita cantik, tetapi bukan wanita yang saya inginkan,” kata pria itu setelah mengeluarkan asap tebal dari mulutnya. Tapi wajah wanita di depannya juga menunjukkan keterkejutan, “lalu apa yang terjadi antara kamu dan Anita?” kamu punya

Wajah Reyna merah karena malu, Rivan menunjukkan tekadnya sebagai wanita yang lebih tua. “Anita adalah wanita yang sudah menikah, yang berarti Anda tidak memiliki hak untuk menyentuh diri sendiri,” kata Reyna, berusaha mempertahankan kepolosannya.

Cerita Seks Terbaru Merenggut Keperawanan Ibu Guru Cantik

Rivan tersenyum, dia mengakui kesalahannya, “Saya tidak tahu berapa kali kami melakukannya, mulai dari rumah saya, di rumah Anda, bahkan kami melakukannya di ruang lab kimia, suara Anda seperti wanita kesepian benar-benar membodohi saya, kehilangan waktu ketika saya menyia-nyiakan sperma saya di wajahnya yang cantik. ”

Mata Reyna langsung memanas memikirkan petualangan, Anita, “Kenapa tidak menikah saja?” tanya Reyna berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. “Belum ada yang cocok,” jawab Rivan singkat, membuat Reyna menggelengkan kepalanya, wanita itu mengambil teh di atas meja dan meminumnya.

“Kamu guru bengkok,” umpat Reyna, memutar matanya, ekspresinya

#Cerita #Sex #Guru #Baru

Cerita Sex Bercinta Dengan Guru Yang Ketus Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Bercinta Dengan Guru Yang Ketus

Nama saya Red. Umur 24 tahun, dan saat ini bekerja di negara A sebagai Creative Director dari suatu perusahaan advertising/multimedia. Kesibukan saya di kantor menghalangi keinginan saya untuk bersosialisasi secara luas, kecuali dengan teman-teman sekerja saja. Hampir seluruh waktu saya berada di depan komputer.

Atas rekomendasi teman, saya menemukan situs lensa69 ini, dan berharap dapat menjalin persahabatan dengan saudara-saudari sebangsa dari manca negara. Beberapa hari terakhir saya mengambil cuti setelah menghabiskan 5 malam non-stop bersama rekan-rekan sekerja untuk menyelesaikan suatu proyek yang amat rumit dan riskan.

Waktu cuti tersebut saya habiskan untuk membereskan lemari arsip di rumah saya yang memang sangat berantakan, penuh dengan notes-notes, sketsa dan buku-buku referensi. Dari notes-notes tersebut, ternyata saya menemukan fragmen-fragmen kisah hidup saya semasa ber-SMA di kota asal saya di kota X.

Setelah menyusunnya secara kronologis (ditambah beberapa telepon SLI sana-sini) saya berhasil membuatnya dalam bentuk digital supaya dapat saya gabungkan dengan diary saya yang tersimpan di dalam laptop saya. Berikut ini beberapa di antaranya..

Maret 1998..

Rugi nih bayar uang sekolah mahal-mahal.. Udah kelas di pojok gedung, dekat dengan bak pembuangan sampah sekolah lagi! Moga-moga nanti pas gua naik ke kelas 3 (kalo naik sih).. Gua dikasih kelasnya si Martin yang konon punya akses rahasia ke kamar mandi cewek! Yah kayaknya sih hari-hari kayak gini gua kudu bertabah-bertabah ria menghirup bau sampah yang nggak diangkut-diangkut..

“Eh Red.. Red! Eh udahin mikir kotornya.. Elu jadi ikut ngga sih?” temen gua si jelek Aldo bisik-bisik dari belakang. Maklumlah, pelajarannya Ibu Mia siapa sih yang berani ribut.. Kecuali kalo mau nilai Bahasa Indonesia merah di raport.

“Diem lu Jelek.. Elu sih nularin pikiran kotor dari belakang.. Emang jadi nonton di mana?”, balas gua selagi Ibu Mia ‘lengah’ ke papan tulis.

“Saya tidak mau dengar ada yang bisik-bisik ya!”, suara ketus Ibu Mia menggelegar di kelas.

Untung dia tetap terpaku menulis di papan.. Sebel abis gua liat tampangnya yang judes gitu.. Apalagi dengan kacamata aneh yang segede pantat Teh Botol.. Amiitt.. PLOK! Segumpal kertas kecil meloncat di depan gua, isinya singkat,

“Bioskop Y, 4 sore”. Gua ngasih tanda oke ke si Jelek, yang dia balas dengan menendang bangku gua.. Sayangnya, terlalu keras, BRAK! Langsung deh si ‘Teh Botol’ judes berbalik dan melangkah cepat ke sumber suara.

“Sudah saya duga.. Kalau bukan kalian berempat, pasti gang-nya Katrina di sebelah sana.. Siapa yang tadi tendang meja?,” sambarnya dengan pedas.

“Eh.. Itu bangku yang kena, bukan meja.. Bu,” kata gua dengan polos.. Ngga tau kenapa tau-tau bisa bilang begituan.

“Kamu berempat nanti ketemu saya selesai pelajaran,” jawabnya dengan dingin, lalu berjalan kembali meneruskan pelajaran.

Hii..

*Notes: Saya berempat, plus si Jelek Aldo, Rio KBHRX (alias Ksatria Baja Hitam RX), dan Didi Duku memang teman akrab banget waktu itu.. Kita bukannya trouble maker sih.. Cuman aja untuk ukuran anak-anak Biologi, kita termasuk yang kurang bisa diam tenang di kelas.*

Rio langsung berbisik, “Goblok lu Lek! Nendang si Teh Botol kek sekalian, gua jadi kena juga..”

“Maunya sih, tapi gua takut..”, bisik si Jelek lebih pelan.

“Takut apa sama dia?”, bisik Duku yang di sebelah gua.

“Cakut dipelkoca,” bisik si Jelek dengan nada cempreng.

Langsung kita cekikikan berempat. Yang jelas membuat situasi menjadi tambah runyam. Lima menit kemudian, gua, Rio dan Didi duduk terdiam di luar ruang guru.. Menantikan vonis buat si Jelek. Konon kita masing-masing akan mendapat vonis yang berbeda. Setengah jam berlalu tanpa kabar. Beberapa guru yang lewat sekali-sekali menanyakan kabar kita, kenapa kita ada di sana, bla bla bla. Biasa deh kalo udah gitu guru-guru yang laen jadi ngerasa sok ngehakimin.

Omong-omong di antara anak-anak emang udah ada rumor kalo si Teh Botol sering menahan anak-anak lebih lama dari biasanya.. Cowo ato cewe sama aja. Kalo yang cowo konon disuruh milih: ‘disunat’ atau kasih dia sun, sementara yang cewe disuruh tari perutlah, bugil-lah dsb. Emang sih cuman joke doang.. Tapi mengingat si Jelek udah lebih dari 30 menit di dalam sana, kita jadi mikir jangan-jangan dia nolak nge-sun si Teh Botol mentah-mentah.. Yaiks. Padahal dipikir-dipikir sebenarnya Ibu Mia masih muda.. Paling sekitar 25-an deh. Selesai lulus kuliah langsung ngajar kali.. Buset kalo udah tua kayak apa tuh si Teh Botol. Moga-Moga ngga jadi botol Aqua.

“Suhardi, giliran kamu!” Tanpa gua sadar Didi sudah melangkah ke dalam, sementara si Jelek terdiam di hadapan kita berdua.

“Kenapa lu Jelek? Tambah jelek aja tuh muka..,” cerocos Rio.

“Koq lama sih?” Jelek terdiam, dari tatapannya kita bisa liat kalo dia terlihat sangat tertekan.

“Nontonnya batal,” kata si Jelek yang langsung melangkah pergi. Gua langsung ngejar.

“Eh gila.. Kenapa lu?” Gua cengkram tangannya..

Kita emang udah biasa kayak gitu. Tiba-Tiba si Jelek berputar cepat, dan tanpa gua sadar muka gua udah kena sabit tinjunya-BSET! – untung lolos, tapi gua hilang keseimbangan dan jatuh ke lantai.

“Hey kenapa lu Lek!!,” gua berdiri balik..

Kurang ajar nih anak. Kalo bukan temen baek udah gua abisin di tempat. Rio menahan gua dari belakang, sambil memberikan tanda buat si Jelek supaya pergi aja.

“Biarin dia, Beh,” bisiknya setelah kita kembali duduk.

*Beh itu panggilan gua, dari Babeh – karena waktu itu gua maen drama jadi bapak-bapak yang kuper abis.*

“Kena sunat kali,” bales gua masih ketus.

Pipi gua sih ngga sakit, tapi temen baek gua sendiri asal nabok kayak gitu.. Enak aja! Ngga lama kemudian, Didi keluar dengan tersenyum..

“Tuh kan.. Gua bilang juga gua ngga salah apa-apa.. Mati lu nanti Beh!”

Gua cengar cengir doang sambil bilang, “Eh Duku elu tungguin gua ya?”

“Wah sorry Beh ngga bisa nih gua harus jemput adek gua di lantai dasar.. Nanti kan masih nonton? Si Jelek Aldo mana?”

Singkat cerita.. Rio juga lolos.. Tinggal gua yang sekarang duduk terdiam di depan Ibu Mia.

“Kamu tahu apa kesalahan kamu, Red?” matanya menatap tajam.

“Iya Bu, saya minta maaf. Saya tidak bermaksud untuk..”

“Saya ngga minta kamu minta maaf! Saya tanya, kamu tahu tidak kesalahan kamu apa?”

“Mengganggu kegiatan belajar mengajar, Bu,” jawab gua dengan klise.

Ibu Mia lalu meletakkan kacamata Teh Botol-nya. Gua masih menunduk (biar dikasihanin), tapi dari pantulan kaca meja gua ngeliat sesuatu yang ganjil. Beliau lalu berdiri dan bertolak pinggang. Dari pantulan kaca mata gua sadar ternyata baju yang dia kenakan berbeda dengan yang dipakai waktu mengajar sebelumnya. Gaya banget nih guru.. Selesai ngajar langsung ganti baju.. Ngga repot apa?

“Saya sangat kecewa dengan kalian berempat. Nilai pas-pasan, di kelas tidak ada perhatian.. Apalagi kamu. Di kelas kerjaannya corat coret gambar-gambar yang jelas-jelas tidak membangun..! Apa pantas saya lalu membiarkan keserampangan seperti ini?”

Pelan-Pelan gua melihat ke arah Ibu Mia. Wah gila gua langsung shock liat wajahnya tanpa kacamata aneh begitu.. Soalnya.. Cantik dan manis sekali. Ternyata kacamata sialan itu bikin bagian matanya jadi tidak proporsional sehingga terlihat aneh. Tapi sekarang.. Gila gua kayak ketemu orang laen aja.. Tubuhnya pun ternyata ngga jelek-jelek amat.. Memang sih Ibu Mia tergolong pendek.. Tapi makin gua liatin badannya yang kecil itu ternyata seksi sekali. 

Pinggangnya ramping, mungil dan pinggulnya juga berisi.. Hmm kayaknya lepas Teh Botol yang di muka, langsung kelihatan deh Teh Botol yang di badan. Gua sampe ngga sadar kejap-kejap sendiri.. Kirain gua ketiduran.

“RED! Kenapa kamu kejap-kejap seperti itu?”, sentak Ibu Mia dengan kasar. Ternyata bukan mimpi!

“Oh ngga Bu.. Mata saya memang lagi perih..”, kata gua dengan gugup, sambil ngucek-ngucek mata.

Koq jadi gua yang salah tingkah gini?

“Saya khawatir saya akan sulit meluluskan siswa dengan sikap seperti kamu, Red..”, Ibu Mia meneruskan dengan dingin.

“Nilai-nilai kamu juga termasuk yang terburuk di kelas.. Selain si.. Siapa itu yang kemarin kakaknya kecelakaan?”

“Eh.. Mm.. Diane ya?”, jawab gua.

“Iya.. Diane.. Tapi mungkin dia bisa saya bantu karena dia juga mengalami beberapa musibah sebelumnya.. Tapi kamu..”

“Wah..”

Gua mulai ketakutan juga. Bisa mati nih kalo ngga naek kelas!

“Saya tidak yakin dengan kamu, Red. Akan sangat sulit sekali..”

“Masa Ibu ngga bisa kasih keringanan.. Misalnya membuat tugas tambahan.. Atau apa deh.. Saya akan berusaha..”, gua memelas.

Ibu Mia terdiam.. Pandangan dan ekspresinya bener-bener bikin gua beku. Nekat juga gua bisa melas-melas sama dia. Perlahan kemudian Ibu Mia berjalan menjauh, lalu duduk di sofa yang terletak di ujung ruangan. Matanya tetap ngeliatin gua. Gila nih kalo gua ngga naek, Om John bisa batal deh ngirim gua belajar ke negara A! Si Jelek bangsat.. Udah bikin masalah, pake nabok gua segala lagi!

“Red..” Ibu Mia memanggil.. Tiba-tiba nada suaranya berubah.

“Eh iya Bu?” Gua bertanya tak pasti.

“Kemarilah.. Ibu rasa Ibu tahu apa yang kamu bisa lakukan.”

Nada suaranya kini lebih netral dan lembut. Gua makin bergidik. Jangan-Jangan rumor-rumor itu bener. Perlahan-Perlahan gua berjalan mendekati Ibu Mia. Beliau duduk dengan menyilangkan kakinya.. Lumayan anggun juga ternyata si Teh Botol. Di depannya gua berdiam diri.. Ngga tau bisa ngarepin apa.

“Iya Bu?” Tanya gua sambil tersenyum pahit. Pasti muka gua ngga karuan nih bentuknya.

“Kamu.. Kamu sudah pernah bersenggama?” GLEK. Gua terbisu.. Kalo ini mimpi, dari mana mulainya? Mungkin gua salah denger.

“Maaf Bu?” Gua bales, berharap pertanyaan yang berbeda muncul.

“Ibu tanya apa kamu sudah pernah bersenggama?” GLEK. Ini beneran.

“Eh.. Saya..”

“Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bilang.. Ibu hanya ingin tahu saja..” Gua terdiam kayak patung.

“Hanya saja Ibu ada feeling.. Anak muda segagah kamu.. Ibu bisa lihat kalo di sekolah tidak sedikit gadis-gadis yang melirik ke arah kamu kalau kamu sedang lewat..” Makasih deh Bu, pikir gua, tapi kenapa tiba-tiba suasananya berubah? Selama semenit.. Mungkin lebih kita terdiam.. Gua jadi bener-bener kikuk..

“Bu..”, gua memecah kesunyian.

Tiba-Tiba gua terpikir sesuatu. Ibu Mia hanya ngeliat gua lebih dalam. Sepasang mata itu mendadak jadi indah banget.

“Iya.. Saya pernah.. Beberapa kali.. Cuman main-main doang..”, aku sambil mengingat beberapa insiden yang lampau.

Ibu Mia tersenyum.. Gila ngga pernah gua liat dia senyum.. Ternyata seperti ini toh.. Wah kalo dia udah tidur sama siapa aja di sekolah ini? Tiba-Tiba di celana gua, gua baru sadar kalo ‘sang adik’ sudah bangun dari tadi.. Entah kenapa situasi seperti ini bikin gua jadi terangsang banget. Senyum Ibu Mia semakin misterius.

“Mendekatlah kemari, Red”, katanya dengan lembut.

Gua mendekat.. Sekarang pinggul gua udah sejajar dengan kepalanya..’sang adik’ yang terbangun tidak mungkin tersembunyi lagi.

“Udah bangun ya..,” kata Ibu Mia.

“Coba buka.. Ibu mau lihat.”

Dengan agak canggung gua buka celana gua, gua biarin jatoh ke bawah. ‘Sang adik’ kini terlihat berdiri dengan segar dan lumayan keras.. Gila nih.. Si Ibu mendadak kelihatan bergairah sekali, pikir gua.

“Ohh.. Lumayan besar juga ya.. Apa bisa lebih besar lagi..?”

Belum gua sempat berpikir, tiba-tiba Ibu Mia dengan lembut melekatkan bibirnya di batang penis gua. Langsung gua mengejang seperti disengat listrik.. Kaget banget sih..

“Huyss.. Tenang ya Red.. Ibu bakalan sangat lembut koq”, beliau tersenyum halus.

“I.. Iya Bu.. Ehh..”, jawab gua..

Ngga tau harus seneng atau sedih. Ibu Mia lalu meneruskan mengecupi batang penis gua, mulai dari dekat zakar sampai ke dekat kepala.. Diiringin dengan suara desahan yang bikin penis gua langsung keras dan tegang. Perlahan-Perlahan jemari-jemarinya mulai memainkan zakar gua dan meremas-meremas pantat gua. Mulutnya pun mulai berpindah ke kepala penis gua, dengan lembut dihisapnya pelan-pelan.. Masuk.. Keluar.. Masuk.. Keluar.. Sambil menjilat-menjilatkan lidahnya ke bagian yang mulai membasah tersebut.

“Mgghh.. Mgghh.. Mgghh..”

Cerita Sex Bercinta Dengan Guru Yang Ketus

Saking terangsangnya, gua secara naluriah memegangi kepala Ibu Mia dan meremas-meremas rambutnya dengan gemas.. Beliau nampak cuek dan kelihatannya sih emang udah keasyikan dengan urusannya sendiri. Ibu Mia semakin bergairah menjilati dan meremasi penis gua.. Sampai-sampai gua ngga tau penis gua basah karena air ludahnya atau sperma pre-ejakulasi gua yang udah keluar sedikit-sedikit. Sebentar kemudian.. Gua udah bener-bener terangsang.. Rasanya gua ngga sabar giliran gua buat bikin basah vagina beliau dan muncrat di dalamnya sekalian.. Tapi kali ini gua tahan-tahan pingin melihat apa yang terjadi berikutnya..

Sekelebat gua teringat pengalaman gua dengan Joanna, dari jurusan sosial. Waktu itu dia cuman kocok-kocok penis gua dengan tangannya sambil menempelkan badannya yang hangat itu dan ngegosok-ngegosokin buah dadanya ke badan gua. Kita masih separuh berpakaian seragam di toilet sekolah yang memang lagi sepi banget. Waktu itu gua ngga sabaran.. Langsung deh gua perosotin rok dan celana dalamnya. Emang sih vaginanya Joanna udah agak basah.. Jadi gua cuman main-mainin dikit sama tangan gua.. Tangan gua yang satu lagi langsung main-mainin puting-puting buah dadanya.

Tiba-Tiba gua gerakin penis gua ke arah pinggulnya dan biarin penis gua masuk ke vaginanya yang udah basah. Akhirnya gua mangku Joanna sambil berdiri, sementara dia numpuin sebelah kaki ke wastafel. Untungnya dia udah basah banget, jadinya ngga gitu kerasa sakit buat ‘saat pertama’nya. Tapi yang jelas dia menggeliat kiri kanan saking terangsangnya. Setelah beberapa kocokan, dia langsung orgasme sambil memeluk gua eratt banget.. Guanya sendiri belon, jadi gua keluarin aja tuh penis dan gua muncratin semuanya di wastafel.. Tapi itulah jadinya, karena terburu-terburu.. Selesainya jadi ngga enak..

“Red.. Red! Koq mukanya jadi menerawang seperti itu?!”, suara Ibu Mia kini menghentak gua dengan lembut.

Tiba-Tiba ia berhenti dan mundur ke sofanya.. Tubuhnya kini berkeringat.. Dan ternyata baju ‘baru’nya itu cukup tipis sampe-sampe keringatnya itu membuat bagian dalam tubuhnya terlihat..

“Red.. Kamu.. Kamu bisa tahan lama ya sama Ibu..”, kata Ibu Mia sambil tersenyum.

“Aldo saja baru bentar udah muncrat ke baju Ibu..”

YA AMPUN.. Ternyata.. Pantesan si Jelek mukanya kusut gitu..!! Rupanya Ibu Mia berganti baju sebelum si Jelek keluar.. Gua jadi cekikikan sendiri.. Gua bales lu nanti Lek..!

“Eh Bu.. Kalo Rio dan Didi.. Mereka..”, mendadak gua teringat dua sobat gua yang laen.

“Mereka tidak Ibu apa-apakan,” katanya sambil tertawa ringan.

“Mereka sial bertemu dengan Ibu Mia yang galak.”

Gua nyengir sambil pelan-pelan gua deketin Ibu Mia. Ibu Mia tampak terdiam pasrah dan meringankan ekspresi tubuhnya. Perlahan-Perlahan gua lepasin blus atasnya, lalu BH pinknya.. Ternyata buah dadanya juga indah, kedua putingnya mengeras.. Pasti Ibu Mia sudah benar-benar hot. Terus gua lingkerin tangan gua di pinggangnya, lalu dengan pelan-pelan gua buka rok panjangnya..

Gua berusaha sesantai mungkin sambil meletakkan pakaian Ibu Mia di sofa.. Soalnya gua sendiri tegang banget.. Deg-degan gitu. Sementara penis gua udah tegang setegang-setegangnya.. Gua sengaja bersabar sambil menanti respon dari Ibu Mia.. Ibu Mia lalu mendorong gua dengan perlahan supaya gua berlutut di lantai.

“Sekarang giliran kamu, Red.. Sebelumnya belum pernah ada yang boleh seperti ini kecuali suami Ibu.. Tapi kamu spesial..”, kembali senyuman lembut itu menghiasi wajahnya.

SUAMI? Wah.. Pikir gua.. Ternyata serem-serem ini Ibu ngga beres juga nih.. Ah tapi cuek aja lah, pikir gua sambil berharap-berharap kalo moga-moga ngga ada yang nyelonos masuk ke ruang yang terletak di ujung gang tersebut. Sambil masih dalam posisi berlutut, gua mendekatkan pinggul Ibu Mia ke kepala gua. Bener juga.. Vaginanya udah basah, bahkan sedikit cairan mulai mengalir di pangkal pahanya.. Mungkin dia sudah orgasme sewaktu menghisap penis gua, gua pikir.

Gua mulai dengan mengecup-mengecup kemaluan Ibu Mia mulai dari bulu-bulu sampai ke bagian kelentitnya.. Rupanya kalo gua main perlahan dan lembut, ternyata lebih menggairahkan daripada gubrak-gabruk-an seperti dengan Joanna dulu.. Lalu gua mulai melumat-melumat daging imut yang mulai menyembul di kemaluan beliau.. Ibu Mia langsung mendesah sambil menjambak-menjambak rambut gua..

“Ohh Redd.. Ahh.. Ahh.. Hh.. Terusinn.. Aahh..”

Makin lama gua udah makin lupa diri.. Gila.. Bisa-bisa gua muncrat duluan nih.. Suara Ibu Mia bener-bener bikin kesabaran gua serasa di ujung tebing.. Ibu Mia sendiri kelihatannya udah siap, soalnya cairan dari vaginanya semakin deras.. Rasanya bener-bener aneh, buat gua sendiri ini baru kedua kalinya gua ngerasain cairan kayak beginian.

Lagi-Lagi pikiran gua menerawang (sambil dengan hotnya masih melumat) waktu gua pertama kali mencium dan melumati kemaluan seorang wanita, yaitu milik Deasy sepupu jauh gua yang umurnya sekitar 2 tahun lebih tua. Kita waktu itu bertemu waktu pernikahannya Om John dan Tante Sarah. Awalnya sih cuman bincang-bincang kecil doang tapi..

“Ohh Red..”, desah Ibu Mia agak keras, menghancurkan nostalgia gua.. Muka Ibu Mia sudah merah dan berpeluh keringat.

“Iya Bu?”, dengan sok polosnya gua menjawab.

Ibu Mia lalu mundur perlahan dan kembali duduk di atas sofa, kali ini beliau sengaja duduk di atas tumpukan baju yang gua taruh di sana sebelumnya.. Mungkin supaya cairan segar dari dalam vaginanya itu tidak mengotori sofa, pikir gua. Sejenak kita berdua bertatapan.. 

Ibu Mia duduk dengan kedua pahanya sedikit mengangkang, tampak beliau pasrah saja memamerkan liang kemaluannya yang telah membesar dan amat basah itu. Sementara gua perlahan berdiri, juga memamerkan penis gua yang udah full tegang dan memanas..

“Red..”, bisik Ibu Mia, sambil tersenyum mesra.

“Tolong kuncikan pintu, Ibu lupa.. Hehehe..”

Gua nyengir sambil segera berjalan berbalik ke arah pintu. Pintu masuk ruangan tersebut memang agak terhalang dari sofa oleh sebuah lemari arsip yang cukup besar. Tapi gua emang pernah baca kalo privacy buat cewe itu penting sekali buat bikin dia makin pe-de dalam bercinta. Waktu gua ngelangkah ke deket pintu, gua shock berat karena ada sesosok wajah menyembul di pintu tersebut.. Rupanya pintu itu sedikit terbuka. Si pemilik wajah juga terlihat sama shocknya. Ternyata seorang cewe manis berpakaian SMA, tapi warna roknya berbeda.. Berarti dia dari sekolah lain.

Cewe itu menatap gua sejenak, lalu sekejap melirik ke penis gua yang memang lagi ngeceng banget. Wajahnya sangat manis dan agak kekanak-kekanakan, tetapi saat ini kepucatannya memendungi kecantikannya. Perlahan cewe tersebut mundur dan menghilang, sambil sekilas ia memberikan tatapan memelas sama gua.. Seolah-seolah ia berkata, “Ampuni saya Bang, jangan apa-apakan saya!”. Dengan cepat gua menutup dan mengunci pintu, lalu segera melangkah kembali ke arah Ibu Mia.

“Kenapa, Red? Koq wajah kamu seperti sehabis melihat hantu?”, kata Ibu Mia.

Iya, Bu. Hantu cantik, kata gua dalam hati. Oh, untunglah, kayaknya dia ngga tau, pikir gua. Mungkin terhalang oleh lemari arsip itu.

“Eh.. Ngga Bu.. Saya.. Eh.. Ibu seksi sekali.. Eh.. Muka saya emang kayak gini kalo liat cewe seksi..”, kibul gua dengan ekspresi yang so pasti ngga ketulungan jeleknya.

Ibu Mia tertawa kecil lalu beliau mulai rebahan di atas sofa.. Pinggulnya masih diletakkan di atas tumpukan baju-bajunya. Kemudian beliau menyamping, perlahan menghadap ke arah gua.. Tubuhnya yang mungil seksi itu kini nampak begitu sensual. Lalu Ibu Mia mengangkangkan kedua pahanya, sambil dengan lembut memutar-memutarkan pinggulnya ke arah gua. Salah satu tangan beliau juga mengusap-mengusap vaginanya naik turun.

“Ayo Red.. Ibu sudah siap..”, kata Ibu Mia dengan halus. Gua berjalan mendekati Ibu Mia.

“Akhirnya..”, kata gua dalam hati.

Dudukan sofa di ruang tersebut memang cukup panjang sehingga cukup buat gua juga ikutan berlutut di atas sofa. Perlahan gua dekatin penis gua ke arah vagina Ibu Mia. Begitu bersentuhan, Ibu Mia tampak menarik napas pendek lalu mendesah lembut.

“Ahh..”

Lalu gua mulai deh menggenjot Ibu Mia dengan perlahan-perlahan berusaha serelax mungkin. Karena vaginanya udah cukup basah dan terbuka, gua masuk dengan lumayan gampang. Sekejap kemudian gua sudah mengocok-mengocok penis gua di dalam vagina Ibu Mia. Beliau pun mengikuti dengan menggoyang-menggoyangkan pinggulnya sesuai dengan irama genjotan gua.

“Ohh! Aghh.. Ohh Red.. Ohh.. Ohh.. Hhghh.. Hgghh..”, desah Ibu Mia dengan seksi, menambah panas nafsu gua.

“Ohh Ibu.. Hhgghh..”, tak sadar gua juga ikutan mendesah.

Nggak nyangka dia udah bersuami, vaginanya ngga kalah rapet dan kencang dengan yang punya Joanna atau Deasy. Keringat kita berdua sudah berpeluh sekujur badan, sementara gerakan-gerakan sensual menjadi semakin cepat dan makin berirama. Buah dada Ibu Mia yang walaupun sudah sangat kencang juga ikutan bergoyang seirama dengan gerakan kita. Gua lalu memiringkan badan gua ke depan sedikit supaya tangan kanan gua bisa meremas-meremas payudaranya yang menantang itu. Sambil menggenjot Ibu Mia, gua juga muter-muterin putingnya bergantian kiri kanan.

“Aahh.. Redd.. Kamu nakall.. Ohh.. Ohhgghh..”, desah Ibu Mia semakin keras.

Sekelibat gua melirik ke arah pintu dan jendela, berharap tidak ada yang melihat.. Hmh, kecuali si cewe ‘cilik’ itu. Setelah beberapa lama gua udah ngga kuat lagi.. Gila vagina serapet ini gua bisa muncrat bentar lagi. Tapi gua paksain sampe Ibu Mia orgasme duluan.

“Ohh Redd.. Ibu sudah hampir.. Oohh oohh ohh.. Ahh ahh.. Hgghh..,” nafas dan desah Ibu Mia semakin memburu dan gerakannya pun mulai sedikit menghentak.. Sebentar lagi, pikir gua..

“Red.. Tolong.. Hh.. Hh.. Jangann dikeluarin di dalam, ya..? Ohh ohh”, pinta Ibu Mia tanpa melihat ke arah gua.

“Hh.. Hh.. Beres Bu”, kata gua sambil mendesah-mendesah juga..

Gila apa, belon saatnya gua jadi Babeh beneran!

“Aahh..!”, Ibu Mia pun orgasme sambil berteriak kecil dengan halusnya..

Dan dengan mata membelalak sampai tinggal putihnya saja, Pinggulnya dihentakkan sekeras mungkin, seolah-seolah beliau sedang mengeluarkan sesuatu yang amat dahsyat dari liang cintanya. Gua bisa merasakan percikan orgasmenya membasahi penis gua yang masih asik gua goyangin di dalam. Gua sendiri udah ngga tahan.. Dengan cepat gua tarik penis gua, yang langsung gua angkat ke atas perut Ibu Mia. Splorrtt.. Clorrtt.. Splooshh.. Sperma gua keluar banyak sekali.

“Ugghh..”, keluh gua sambil mengeluarkan tetes-tetes sperma gua yang terakhir..

Kontan gua berasa selesai lari marathon, bolak balik Sabang-Merauke-Sabang.. Lalu ibu Mia melumat kontol gua dengan rakusnya sampai sisa sperma bersih ditelan habis dan setelah istirahat sejenak main lagi 2 ronde dengan gaya doggy style Gua lalu merebah ke atas Ibu Mia dengan cueknya. Paling ditendang, pikir gua. Ibu Mia lalu dengan lembut merangkul gua dan mengijinkan gua melepas lelah di atas buah dadanya yang empuk itu. Bibirnya sesekali mengecup-mengecup kepala gua.

“Er.. Ibu..”, gua mendekatkan diri.

“Kenapa seperti ini?” Ibu Mia menghela nafas panjang, tanpa melihat gua bisa tau kalo beliau sedang menerawang ke langit-langit ruangan.

“Ibu kesepian, Red.. Mas Hardy terlalu disibukkan oleh bermacam-bermacam pertemuan dan proyek di kantornya di luar kota.. Kami bertemu hanya seminggu 2 atau 3 kali.. Itu pun hanya sore-sore atau malam.

Kesempatan kami untuk sekedar berbagi rasa saja hanya sedikit, apalagi melakukan hubungan suami-istri..,” kembali Ibu Mia menghela nafas panjang, kali ini suaranya terdengar agak lebih terputus-terputus.

“Ibu.. Ibu hanya dipuaskan oleh begituan kalau dengan orang lain, Red. Mas Hardy seringkali terlalu lelah, jadi selama ini dia selalu keluar duluan..” Ibu Mia mulai menangis kecil.

Hati gua jadi ikutan iba juga.. Mungkin seharusnya gua ngga nanya aja.. Lagian buat beliau kenikmatan ini pasti cuman sepintas lalu.

“Udah deh Bu.. Ngga perlu diterusin.. Saya jadi menyesal nanya begitu sama Ibu”, kata gua.

“Ngga Red, ngga apa-apa.. Selama ini pria-pria lain cenderung lebih memperdulikan ‘kapan’ bisa bercinta lagi dengan Ibu, daripada ‘mengapa’ Ibu seperti ini”, balas Ibu Mia.

Hati gua jadi lumayan luluh juga.. Padahal sih gua juga mau nanya seperti itu.. Setelah pertanyaan yang pertama hi hi hi hi.. Beberapa saat kemudian, kita berpakaian dan merapihkan diri. Untung ada wastafel kecil di pojok ruangan. Ibu Mia mengenakan pakaian lain lagi.. Hebat lu, pikir gua.

Sambil keluar dari pintu, Ibu Mia tiba-tiba berkata, ” Jadi jangan lupa ya Red, ringkasan artikelnya Ibu minta minggu depan.. Dan juga test ulang hari Jumat ini!”

Kembali beliau ucapkan dengan nadanya yang ketus dan dingin. Dari ekor mata gua, terlihat cewe yang tadi ngintip.. Kelihatannya dia menunggu Ibu Mia.. Wah pantesan Ibu Mia tiba-tiba ngomong gituan.. Entah beliau memang mengharapkan cewe tersebut untuk datang atau beliau ngeliat dia duluan waktu kita melangkah keluar.

“Iya Bu”, jawab gua sambil menunduk, ikutan mensukseskan ‘drama kecil’ kami. Gua lalu cepat-cepat melangkah keluar hall.

“Oh iya Red,” Ibu Mia memanggil.

“Iya Bu?”

“Ini Tasha, keponakan Ibu yang baru datang dari kota DG.. Dia akan mulai bersekolah di sekolah M mulai minggu ini..”

Kami berjabatan. Tasha terlihat sangat risih dan malu-malu.

“Tasha memang pemalu Red”, kata Ibu Mia berusaha meringankan suasana.

Bukan pemalu Bu, balas gua dalam hati, itu karena matanya baru terbuka pada ‘realitas hidup’. Hehehe.. Jadi cekikikan sendirian. Dengan cuek gua lalu melengos keluar gedung sekolah. Sebelum pulang gua mentoleransi perut gua yang udah keruyukan di warung bakso belakang. Pikiran gua kosong, gua biarin aja melayang-melayang ke mana-mana ngga karuan..

Itulah hasil rekonstruksi pengalaman saya sewaktu SMA.. Masih ada setumpuk notes-notes lain yang sedang saya compile ke dalam laptop saya saat ini. Dahulu semasa saya kecil, mendiang kakek saya pernah berkata kalau mata saya tidak boleh melihat perempuan. Saya kira beliau hanya bercanda. Dan setiap kali saya tanyakan kenapa, jawabannya pasti serupa,

“Yang dilihat kamu ngga bisa lepas begitu aja.. Nanti kamunya yang susah..”

Saking seringnya saya dengar, saya jadi sebal sendiri.. Baru setelah SMA saya mengerti kira-kira apa yang beliau maksud. Papa dan Om John, adiknya, memang pernah mengatakan kalau kakek konon punya ilmu-ilmu gelap. Entah kenapa Papa dan saudara-saudaranya kelihatannya tidak ada yang mewarisinya, mungkin karena jaman yang berubah atau apalah..

Cerita sex : Pengalaman Sex Dengan Pengawai Salon

Sejak saat kejadian itu ibu Mia sangat baik dan sering kali kalau ada kesempatan jam sekolah sudah usai memberi kode untuk mengulangi dimana saja baik di ruangan sekolah maupun di hotel atau di rumahnya jika memang sepi dan juga dengan Tasha suatu saat kami membuat janji, juga dengan ibu lain teman dekat ibu Mia juga yang bodynya lebih seksi lagi.

#Cerita #Sex #Bercinta #Dengan #Guru #Yang #Ketus

Pengalaman Ngewe Dengan Guru Saat Daki Gunung Terbaru Malam Ini

Pengalaman Ngewe Dengan Guru Saat Daki Gunung

Saat itu sedang liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.

Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.

Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak.

Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.

Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.

Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.

Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.

Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.

Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jaketku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

“Dingin banget” katanya. 

“Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.

“Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.

Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman

” Maaf Nisa ?”

“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.

Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. 

” Hangat bu ?” tanyaku 

” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.

Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. 

“Kenapa?” tanya Anisa

” Maaf Nisa ? ” Jawabku.

” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.

Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku.

Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.

Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?

” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.

” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.

” Biasa main dimana ?” tanyanya

“Ada apa sayang?” tanyaku kembali.

” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.

Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”

” Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia membersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali.

Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.

Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya.

Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.

Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan.

Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.

Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar.

Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.

Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,

“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.

Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.

“Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.

Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi.

Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.

” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra

” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.

Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.

Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.

Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.

Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.

Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi

Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banyak itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.

“Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.

Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.

Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku.

Cerita sex : Aku Rela Digoyang Oleh Ayah Mertua Sendiri

Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.

TAMAT

#Pengalaman #Ngewe #Dengan #Guru #Saat #Daki #Gunung