Kupuaskan Kekasihku Si Janda Bahenol Terbaru Malam Ini

Kupuaskan Kekasihku Si Janda Bahenol

Tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku kalau akhirnya aku harus menjadi seorang duda. Bagiku kehidupan perkawinan yang kulalui selama ini didasarkan atas rasa cinta. Aku mencintai istriku, begitu pula ia juga mencintaiku. Tapi ternyata cinta saja tak cukup untuk membina sebuah rumah tangga yang bahagia. Menginjak tahun ketiga usia perkawinanku, keutuhan rumah tanggaku mulai goyah.

Apalagi sejak kelahiran anak kami yang kedua yang hanya berselang setahun dengan anak kami yang pertama. Aku memang sepakat dengan istriku untuk berproduksi secepatnya dan akan sedikit repot di awal-awal tahun perkawinan untuk membesarkan anak-anak dan setelah itu kami baru akan konsentrasi untuk karir, cari uang dan tujuan hidup yang lainnya.

Namun rupanya rencana tak berjalan seperti yang kami harapkan. Istriku terpaksa harus keluar dari kantornya yang bangkrut akibat krismon. Padahal kelahiran anak keduaku bagaimanapun cukup menambah pengeluaran kami. Sehingga aku terpaksa bekerja lebih keras, meskipun saat itu aku sudah menjadi wakil manajer di perusahaanku. Aku mulai kembali mengajar di beberapa perguruan dan akademi swasta, seperti yang pernah kulakukan pada saat belum berkeluarga dulu.

Di sinilah masalah keluarga mulai muncul. Beberapa bulan menganggur, istriku mulai uring-uringan dan kelihatan tertekan. Sementara aku harus sering pulang larut malam, karena aku tidak hanya sibuk mengajar, tetapi juga mulai aktif dipanggil sebagai pembicara di beberapa pertemuan-pertemuan bisnis. Kondisi seperti itu berlangsung hampir satu tahun. 

Entah sudah berapa puluh kali aku bertengkar dengan istriku. Dari masalah yang sepele hingga masalah yang berkaitan dengan urusan ranjang. Istriku kurasakan mulai dingin dan tak jarang menolak bila kuajak berhubungan intim. Sikapnya juga mulai aneh. Beberapa kali aku menemui rumah dalam keadaan kosong karena istriku pergi dan menginap di rumah orang tuanya bersama anak-anakku. Kadang ia berada di sana selama satu minggu, meskipun aku sudah menyusulnya dan mengajaknya untuk pulang.

Singkat cerita, setelah kurang lebih satu setengah tahun kondisi seperti itu berlangsung terus menerus, istriku akhirnya meminta cerai. Aku kaget dan tak pernah menduga ia akan melakukan itu padaku. Sulit bagiku untuk membujuk dan mengajaknya bicara secara baik-baik. Bahkan kedua orang tua kami sampai ikut campur mendamaikan. Akhirnya dengan berat hati aku harus berpisah dengan istri dan kedua anakku. Pupuslah sudah angan-anganku membentuk Keluarga yang Bahagia.

Ada tiga bulan aku seperti orang linglung menghadapi cobaan itu. Aku stres berat. Bahkan sempat hampir masuk rumah sakit. Aku mendapatkan hak untuk menempati rumah kami. Tapi anak-anak ikut istriku yang kini tinggal dengan orang tuanya. Sesekali aku menemui mereka, karena anak-anakku masih kecil dan tetap perlu figur seorang ayah. Kurang lebih setahun setelah perceraianku, aku mulai menjalin hubungan lagi dengan seorang wanita. Marina namanya, seorang janda tanpa anak.

Perkenalan kami terjadi sewaktu aku terlibat dalam sebuah kepanitiaan temu bisnis yang diadakan sebuah perusahaan terkemuka di ibu kota. Pertemuan demi pertemuan dan pembicaraan-pembicaraan di telepon akhirnya berkembang menjadi acara kencan bagi kami berdua. Rasa kesepian yang selama ini kualami seperti mendapat obatnya. Marina memang seorang yang wanita yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun laki-laki yang mengenal dia. Entah kenapa ia memilihku. Mungkin kami sama-sama berstatus cerai. Tapi ternyata ia punya alasan lain. Menurutnya ia menyukaiku karena aku orangnya kalem tapi terlihat matang, dan menurutnya lagi, wajahku ganteng dan ia suka dengan laki-laki yang berkumis sepertiku. Komentar yang terakhir itu hampir sama dengan yang pernah disampaikan oleh mantan istriku waktu kami pacaran dulu.

Sebagai laki-laki normal, terus terang di samping tertarik pada personalitasnya, aku juga tertarik secara seksual dengan Dik Mar (demikian aku biasa memanggil Marina, sementara ia biasa memanggilku Mas Is, kependekan dari namaku, Iskandar). Selama menduda, kehidupan seksualku memang cukup menjadi suatu masalah bagiku. Karena aku bukan tipe yang bisa main dengan sembarang orang, karena aku takut dengan berbagai risiko yang nanti bisa menimpaku. Meskipun kuakui sekali dua kali aku terpaksa melacur. Tapi jarang sekali aku melakukannya dan bisa dihitung dengan jari. Itu pun kulakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Terus terang selama ini aku lebih banyak menyalurkan hasrat seksualku dengan cara onani sambil lihat BF atau majalah porno yang kumiliki.

Maka ketika aku mengenal Marina, dan semakin mengenalnya lebih jauh lagi, serta merasa yakin dengan siapa aku menjalin hubungan, aku tak sungkan-sungkan lagi menyatakan kesukaanku padanya. Statusnya yang janda secara psikologis membuatku lebih berani untuk berbicara dan bersikap lebih terbuka dalam beberapa hal yang sensitif, termasuk masalah seks. Dan seperti sudah kuduga semula, Marina meresponku dengan baik. Kami pertama kali melakukan hubungan intim di sebuah hotel di daerah Puncak. Aku yang mengajaknya.

Meskipun semula ia menolak ajakanku dengan halus, tapi akhirnya aku berhasil mengajaknya bermalam di Puncak. Pagi itu kami berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 pagi. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Begitu tiba di dalam kamar hotel, tubuh Marina langsung kudekap dan kuciumi ia dengan mesra. Ia membalasku dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Cukup lama kami berciuman dalam posisi berdiri. Senjataku pun sudah lama berdiri sejak mulai masuk lobby hotel tadi, karena terus membayangkan kejadian yang bakal terjadi. Dadaku terasa berdegup keras sekali.

Kurasakan pula debaran jantung Marina pada tanganku yang merayap-rayap di sekitar dadanya. Memang baru pertama kali inilah kami berbuat agak jauh. Bahkan bisa dipastikan kami akan lebih jauh lagi. Selama ini kami hanya sebatas berciuman. Itupun baru kami lakukan sebanyak dua kali dan dalam suasana yang tidak mendukung. Yang pertama terjadi di gedung bioskop dan yang kedua waktu aku mampir ke kantornya dan sempat masuk ke ruang kerjanya. Sehingga pada kedua kesempatan itu kami tak leluasa untuk saling menjamah. Tapi kali ini, kami bisa saling menyentuh, meremas dan melakukan apa saja dengan bebasnya. Tanganku berulang-ulang meremas gemas bongkahan pantatnya, karena bagian tubuhnya itulah yang selama ini paling kusukai tapi paling sulit kujamah. Sedangkan ia asyik menelusuri dadaku dan mengusap-usap bulu yang tumbuh lebat di sana. Barangkali bagian tubuhku itulah yang selama ini disukainya tapi sulit disentuhnya.

Dia memang pernah mengomentari tentang bulu dadaku yang memang bisa terlihat jelas bila aku memakai kemeja biasa. Siang itu kami akhirnya melakukan sesuatu yang sudah lama kami pendam. Terus terang kami melakukannya dengan terburu-buru dan cepat. Bahkan pakaian tak sempat kami buka semua.

Marina masih mengenakan rok dan blusnya. Hanya saja blusnya sudah terbuka, demikian pula dengan BH-nya, sudah terkuak dan menonjolkan isinya yang bulat padat itu. Sementara rok hitamnya sudah kutarik ke atas pinggangnya dan celana dalamnya sudah kulepas sejak dari tadi. Aku sendiri masih berpakaian lengkap, hanya beberapa kancing bajuku sudah terlepas bahkan ada yang copot direnggut oleh tangan Marina. Sedangkan celana jeans dan celana dalamku tak sempat lagi kulepas, hanya ikat pinggang dan ritsluitingnya saja yang kubuka. Sehingga batang kemaluanku bisa langsung kujulurkan begitu saja dari celana dalamku yang juga tak sempat kulepas. Segera Marina kutelentangkan di atas ranjang dan aku langsung melakukan penetrasi. Tanpa ba bi Bu lagi aku segera tancap gas. Menusuk sedalam-dalamnya dan mulai menggenjotnya. Kami berdua seperti balas dendam. Segera ingin mencapai puncak.

Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Kami benar-benar bermain agak liar. Mungkin karena sudah lama saling memendam birahi. Sehingga saat itu kami lebih tepat disebut sedang bermain seks daripada bermain cinta. Akhirnya permainan kami selesaikan dengan cepat. Kami tak sempat melakukan variasi atau posisi gaya yang macam-macam. Cukup gaya konvensional saja. Yang penting kami berdua bisa mencapai puncak kenikmatan. Maka begitu Marina sudah mendapat orgasmenya, aku langsung menggenjotnya dengan semangat dan tak lama kemudian aku pun mengerang seiring dengan muncratnya cairan kenikmatan dari batang kemaluanku dalam tubuhnya, berkali-kali. Aku lalu merebahkan badanku memeluk tubuh Marina dengan nafas tersengal-sengal. Ia membalasku dengan mengusap-usap rambutku dan menciumi kepalaku. Kami lalu berciuman dengan lumatnya. “Aku mandi dulu ya Mas..” tiba-tiba Marina melepas pagutannya dan beranjak dari posisi telentangnya.

Sebenarnya aku masih ingin berdekapan. Tapi segera kuikuti langkahnya menuju kamar mandi. Kulihat ia mulai melepas sisa pakaiannya. Aku memandangnya sambil bersandar pada pintu kamar mandi. Bibirnya terus tersenyum membalas pandanganku yang terus lekat selama ia melepas pakaiannya satu persatu. Sementara aku melongo menyaksikan striptease gratis di depanku. Sampai akhirnya ia benar-benar bertelanjang bulat. Baru kali ini aku melihat tubuhnya dalam keadaan benar-benar polos. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Kini aku bisa melihat semuanya. Terpampang jelas. “Mau gabung?” katanya menggoda. Dan aku memang tergoda.

Langsung kucopot pakaianku yang sebagian besar sudah setengah terbuka lalu sengaja kusisakan celana dalam saja. Aku langsung menuju ke arahnya. Lalu kembali kami berciuman. Tangannya langsung meremas-remas milikku yang sudah agak lemas dan masih terbungkus celana dalam itu. Sementara aku pun sibuk memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Permainan seperti ini sebenarnya pernah kami lakukan. Hanya bedanya kali ini kami melakukannya dalam keadaan tubuh telanjang. 

“Mas..” bisiknya di sela-sela acara saling memagut dan meremas. 

“Ya, sayang?” balasku. 

“Sudah kuduga, punya Mas Iskandar pasti gede.”

“O ya?” 

“Ya”, sambil tangannya meremas kuat milikku. Aku mengerang tertahan, enak. 

“Aku juga sudah menduga..” kataku sambil mengarahkan jariku ke sela-sela pahanya. 

“Apa?” tanyanya.

“Punya Dik Mar pasti legit..” 

“Kayak apa sih yang dibilang legit itu?” 

“Ya kayak tadi”, jawabku sambil menusukkan jari tengahku ke celah bibir kemaluannya. Terasa agak seret tapi lentur dan sedikit lengket. Itulah legit.

Aku mulai terangsang. Milikku pelan-pelan mengembang dan mengeras. 

“Masshh..” ia mulai merintih ketika sambil tanganku bermain di bawah sana, mulutku juga mulai merambah telinga, leher dan berhenti di ujung buah dadanya yang telah mengeras. Jilatan dan isapan mulutku makin membuatnya merintih-rintih kenikmatan. Sementara tangannya kini sudah menelusup masuk ke celana dalamku dan meremas-remas isinya dengan gemas. Membuatku makin tegang dan ingin segera menyetubuhinya lagi. 

“Mau lagi?” tanyaku agak berbisik. Ia mengangguk. 

“Sekarang?” tanyaku lagi. Dan ia mengangguk lagi. 

Akhirnya kami melakukannya lagi di dalam kamar mandi. Bahkan kami tak sempat mandi lebih dahulu sesuai rencana semula. Tapi kali ini kami ingin bermain cinta, tidak semata-mata main seks seperti tadi. Semua berawal ketika ia melepaskan celana dalamku dan lalu memintaku untuk segera menusuknya. Segera kuangkat dan kududukkan tubuhnya di atas meja wastafel. Lalu dalam posisi berdiri aku langsung menghujamkan kejantananku ke sela-sela pahanya yang segera dibukanya lebar-lebar. Kami berdua kembali bernafsu. Bibir kami saling melumat dan tangannya langsung merangkulku erat-erat. Sementara pinggulku spontan menyentak-nyentak, mengayun dan menghujam dengan liarnya. Gerakan yang sudah lama tak kulakukan. Kurasakan Marina pun sepertinya sudah lama tak menikmati permainan cinta seperti ini. Kedua kakinya melilit pinggangku dengan ketatnya. Kedua tangannya terus mencakar punggungku bila dirasakannya aku menusuknya terlalu dalam. Kudengar mulutnya mendesis dan melenguh bergantian.

Aku sendiri hanya bisa mendengus dan menahan agar tak keluar terlalu cepat. “Mass Iss.. Mass Isshh..” ia mulai memangil-manggil namaku. Sepertinya ia sudah mau orgasme. Maka aku terus mempergencar gerakanku. Kurengkuh kedua pantatnya dan kutekan ke depan sehingga membuat batang kemaluanku makin melesak dalam liang surganya. Berkali-kali kulakukan gerakan itu sehingga makin membuatnya meneriakkan namaku berulang-ulang. Akhirnya kurasakan badannya menggigil hebat dan mulutnya merintih panjang. Orgasmenya datang. Cukup cepat menurutku, seperti waktu kami main di ranjang tadi. Ia ternyata memang cepat panas. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kubiarkan Marina menikmati sendiri puncak birahinya. Aku mencoba membantu menambah kenikmatannya dengan cara menjepitkan jempol dan telunjukku pada kedua puting susunya dan melintirnya pelan-pelan. Bola matanya sayu menggantung, meresapi rasa nikmat yang tengah melanda sekujur tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu dan punggungku. Sementara kakinya makin kuat menjepit, sebelum akhirnya pelan-pelan mengendor. Nafasnya kini mulai satu-satu. “Enak Dik?” tanyaku nakal. 

“Enak.. Mas.. enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu. 

“Mas Iskandar belum keluar?” lanjutnya sambil matanya melihat sebagian batang kemaluanku yang masih tertancap di jepitan pahanya. 

“Belum dong. Ini kan ronde kedua”, kataku sambil tersenyum. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. Meskipun ronde kedua, tapi aku agak tak kuat juga menahan laju birahiku yang sudah lama tak tersalurkan.

Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Karena ini benar-benar pengalaman pertamaku bermain cinta dengannya, harus sip. Pelan-pelan pinggulku mulai kugoyang lagi. Kutatap matanya lekat-lekat sambil terus kugerakkan pinggul dan pantatku maju mundur. Ia kembali tersenyum merasakan gerakanku yang sengaja kubuat pelan tapi mantap. Diaturnya posisinya sehingga aku bisa melakukan tusukan lebih dalam. Kembali kami berdua bekerja sama mencapai puncak kenikmatan. Kukocok-kocokkan terus batang kemaluanku dalam liang senggamanya. Sementara bibirku sibuk menelusuri telinga dan lehernya dengan ganas. Ia sampai menggelinjang ke sana ke mari karena kegelian. Punggungnya lalu terasa menegang ketika mulutku mampir ke buah dadanya dan mulai bermain-main di situ. Putingnya yang coklat dan menonjol besar itu kini menjadi bulan-bulanan lidah dan bibirku. Kubuat beberapa cupang merah di gundukan kedua bukit dadanya. Mulutnya memintaku untuk terus menyedot susunya. Dan aku melakukannya dengan senang hati. Pertahananku akhirnya bobol ketika secara pelan-pelan kurasakan batang kemaluanku terasa dijepit oleh dinding yang makin menjepit dan berdenyut-denyut. Beberapa saat kunikmati sensasi itu. Sensasi yang sudah lama tak pernah kurasakan. Tampaknya Marina hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. Maka dengan perlahan-lahan penuh konsentrasi aku mulai mengayun pinggulku, mengayun dan terus mengayun, dan akhirnya menjadi gerakan menyentak-nyentak yang makin lama makin kuat. Membuat tubuh Marina terlonjak-lonjak.

Beberapa kali kutekan pantatku kuat-kuat ke depan. Menusuk dan mengocok. Dan pada tusukan yang kesekian, mulailah muncul rasa geli yang berdesir-desir pada pangkal kemaluanku. Makin lama desiran itu makin kuat, makin geli, makin enak, makin nikmat. Akhirnya aku tak kuat lagi menahan desakan cairan yang terasa mengalir dari kemaluanku yang kemudian meluncur sepanjang batang kemaluanku sampai akhirnya menyemprot kuat berkali-kali dari lubang kecil di ujung kepala kemaluanku. Cairan kental hangat itu makin melicinkan dinding liat milik Marina sehingga memudahkan gerakan-gerakan yang mengiringi ejakulasiku. Dan gerakan-gerakan yang kubuat ternyata telah memicu kembali puncak birahi Marina. Akhirnya yang terdengar adalah erangan kami berdua, saling bersahutan. Lalu diam. Tinggal suara dengusan nafas kami yang tersengal-sengal. Kami tadi tak sempat mandi sesuai rencana semula, tapi tubuh kami kini benar-benar telah basah karena keringat. Berdua kami berpelukan meresapi rasa nikmat yang sudah lama tak kami rasakan. Aku mau mencabut milikku, tapi dengan gaya manja Marina melarangku. Ia lalu malah menciumku dan memintaku untuk menggendongnya ke arah shower. Dililitkannya kedua kakinya pada pinggangku lalu dengan batang kemaluan masih terselip di selangkangannya, kugendong tubuhnya menuju shower. Selanjutnya kami pun mandi bersama. Malam harinya kami mengulang kembali kejadian siang itu dengan permainan yang lebih bergairah. Begitulah pengalaman pertamaku dengan Marina. Pengalaman pertamaku bermain cinta yang sebenarnya dengan seorang wanita yang kusukai sejak aku menduda setahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya aku dan Marina sudah bagaikan suami isteri yang sah saja. Tak jarang ia menginap di rumahku atau sebaliknya.

Hubungan kami sangat hangat dan mesra. Bahkan menurutku lebih mesra dibandingkan dengan mantan istriku yang dulu (sebenarnya aku tak ingin membuat perbandingan, tapi itu sulit kuhindari dan memang demikianlah kenyataannya). Waktu pertama kali kenal dengan Marina, aku tak pernah mempunyai pikiran untuk menjadi orang terdekatnya. Terus terang aku memang menyukainya, tapi hanya berani sebatas mengaguminya saja. Apalagi waktu itu aku dengar ia sedang menjalin hubungan dengan manajer sebuah perusahaan asing, seorang ekspatriat. Jadi kupikir ia punya selera bule dan aku merasa tidak masuk dalam hitungannya. Sampai suatu ketika, pada suatu malam, sehabis kami bertemu dalam sebuah acara dinner party, ia memintaku untuk mengantarnya pulang. Kebetulan saat itu ia tidak bawa mobil karena sedang masuk bengkel. Sebagai teman, dan juga sebagai lelaki, aku tentu saja tak bisa menolak permintaannya. Selama perjalanan menuju rumahnya, kami mengobrol kesana kemari.

Saat masih berada di mobil, entah dalam konteks apa kami bicara, tiba-tiba kami terlibat dalam obrolan yang akhirnya kelak mengarah pada sebuah hubungan yang makin akrab. “Apakah Mas Is nggak pernah merasa kesepian?” itu pertanyaan pribadinya yang pertama kuingat. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil. 

“Yah, namanya juga sendiri”, aku menjawab sekenanya, setelah sebelumnya agak gelagapan menerima pertanyaan yang agak sensitif itu. 

“Memang kenapa?” aku mulai berani memancing. 

“Ya tidak apa-apa, cuma nanya saja kok. Nggak boleh?”

 “Boleh..” Beberapa menit kemudian kami saling terdiam. 

“Dik Mar sendiri bagaimana?” 

“Ya, sama..” 

“Sama bagaimana?” 

“Ya sama. Kadang-kadang merasa sepi juga..”

“Lho, katanya sedang dekat sama Mister..” 

“Kata siapa?” katanya memotong seolah memprotes omonganku. 

“Ya, saya hanya dengar-dengar saja.” 

“Gosip itu Mas!” 

“Bener juga nggak pa-pa kok.” 

“Mas Is percaya?” Aku diam saja. 

“Saya percaya. Karena orang seperti Dik Mar pasti banyak yang suka dan mudah kalau mau cari teman.”

“Kalau asal cari teman sih memang gampang.Tapi yang cocok? Sulit!” 

“Masak nggak ada satu pun yang cocok? Memang cari yang seperti apa?”, pancingku mesra. Marina tertawa dan menyahut cepat, “Yang seperti Mas Iskandar!” Aku tertawa meski agak terkejut juga dan sedikit GR dengan ucapannya. Tapi aku lalu menganggap dia hanya bercanda dan aku pun lalu menanggapi dengan bercanda juga. “Wah, saya sih jauh kalau dibandingkan sama Mister..”

“Tuh kan! Dibilang itu cuma gosip, nggak percaya!” ia memotong kalimatku. 

“Iya deh, percaya..” 

“Lagi pula, dia bukan tipe saya”, nadanya agak menurun. 

“Saya lebih suka tipe laki-laki yang kalem, tenang.. tapi macho.. seperti Mas Is..” Kali ini aku tidak lagi menganggap dia sedang bercanda. Karena ia mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terjaga dan kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku jadi nervous. Aku ikut tersenyum dan spontan menghela nafas. Aku menoleh ke arahnya dan ia masih tersenyum tapi kini wajahnya agak tertunduk. 

“Dik..” aku mencoba memanggilnya, seolah ingin mendapat penegasan. 

“Ya, Mas..” ia menjawab dan menatap ke arahku, lalu tersenyum. Dari sikap dan ekspresi wajahnya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk menggenggam tangannya.

Dan ia diam saja. Bahkan kemudian membalas remasan tanganku. Itulah peristiwa yang mengukuhkan hubunganku dengan Marina. Malam itu aku hanya mengantarnya sampai depan pintu pagar saja. Menjabat tangannya. Tak lebih dari itu. Tapi aku bahagia. Dan aku yakin ia juga bahagia. Ketika sampai di rumah, aku langsung menelponnya. Ada kurang lebih satu jam lamanya kami ngobrol, saling mengungkapkan perasaan kami berdua selama ini. Selanjutnya kami rajin saling menelepon dan mengadakan pertemuan demi pertemuan, mulai dari makan siang, belanja, nonton atau jalan-jalan. Aku pertama kali menciumnya waktu berada di bioskop. Tapi suasana waktu itu kurang mendukung untuk bercumbu secara total. Karena kami dalam posisi duduk berjejer, maka kami hanya bisa saling meraba, menyentuh dan sesekali berciuman. Bila aku memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuhnya, ia akan diam saja. Demikian sebaliknya. Beberapa kali kami sempat berciuman, meski tak sempat lama. Tapi kami cukup menikmati kencan di bioskop saat itu. Bahkan tanganku sempat menelusup masuk ke celah roknya tapi hanya bisa mengelus-elus pahanya saja,

karena saat itu rok yang dikenakan Marina agak panjang. Sementara tangan Marina relatif lebih bebas menyentuhku. Tapi ia benar-benar hanya menyentuh saja, meski sesekali memberi pijitan pada bagian depan celanaku yang menonjol karena isinya sedang menegang. Aku sebenarnya mengharap ia melakukannya lebih dari itu. Tapi lagi-lagi, suasana bioskop saat itu tak terlalu mendukung. Baru pada kesempatan kedua kami sempat bercumbu cukup panas. Kesempatannya terjadi waktu aku berkunjung ke kantornya dan masuk ke ruangan kerjanya. Ketika itu ia minta ijin sebentar untuk ke toilet pribadinya, aku segera menyusulnya dan kami lalu berciuman di lorong menuju ke arah toilet itu. Kami lalu berciuman dengan penuh gairah. Saat itulah pertama kali aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibirnya. Sudah lama kami tak melakukan percumbuan seperti ini. Sehingga nafas kami terdengar memburu dan kami berciuman dengan lahapnya. Dan karena suasananya agak mendukung, aku pun berani menjamah bagian-bagian tubuhnya yang sensitif terutama dada dan pantatnya yang selama ini hanya bisa kupandang. Marina pun juga mulai berani meremas milikku yang sudah mengeras dari balik celana pantalon yang kukenakan.

Kupuaskan Kekasihku Si Janda Bahenol

Aku lalu membalasnya dengan menekankan telapak tanganku ke celah pahanya yang tertutup rok kantor dan meremas bagian yang ada di sana. Meski begitu, kami tetap tak bisa leluasa untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh. Karena bisa saja sewaktu-waktu ada karyawan yang akan masuk sementara kami dalam keadaan kusut masai. Jadi kami tetap harus menjaga semua ini. Tapi setidak-tidaknya kami bisa saling meluapkan kerinduan kami dengan bercumbu sambil saling menyentuh. Pada pertemuan di kantor itulah aku mencoba mengajaknya untuk suatu saat berkencan lebih jauh di suatu tempat yang lebih leluasa untuk melakukannya. Marina tidak mengiyakan atau menolak ajakanku. Ia hanya menunjukkan sikap dan jawaban yang tampaknya masih hati-hati dan perlu waktu untuk memikirkannya. Dan aku menghargai sikapnya itu.

Sampai akhirnya aku berhasil membawanya pergi ke Puncak sebagaimana telah kuceritakan pada bagian pertama. Kini hubungan kami sudah semakin dekat. Kencan lebih banyak kami lakukan di luar rumah. Karena bagaimana pun, status kami sebagai sebagai duda dan janda sedikit banyak pasti mendapat sorotan tersendiri di lingkungan kami masing-masing. Jadi aku dan Marina harus bisa menjaga hubungan ini agar tak terlalu menyolok. Untuk itu aku lebih senang kalau Marina saja yang bertandang ke rumahku, daripada aku yang harus ke rumahnya. Hal ini untuk menjaga kesan bagi diri Marina sebagai seorang janda, di samping karena lingkunganku juga relatif lebih aman. Beberapa kali ia sempat menginap di rumahku. Sementara aku baru dua kali menginap di rumahnya. Pertama kali Marina kuajak ke rumahku adalah sehabis aku mengantarnya jalan-jalan membeli arloji, kira-kira seminggu setelah kejadian di Puncak. Berhubung waktu pulang hujan cukup lebat, aku harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh menuju rumahnya untuk menghindari wilayah yang biasanya banjir. Kebetulan jalan yang harus kuambil melewati jalan menuju kompleks rumahku

Maka daripada tanggung, aku menyarankan Marina untuk mampir sebentar. “Lama juga nggak pa-pa” katanya menggoda.

 “Jangan ah.. Takut!” sahutku gantian menggodanya. 

“Takut apa?” 

“Takut tidak terjadi apa-apa.. ha.. ha.. ha..” 

“Iiihh.. dasar!” sambil tangannya mencubit pahaku. Aku berteriak, meskipun cubitannya tidak sakit. 

“Cubit yang lainnya dong..” aku menggodanya lagi. 

“Maunya!” Tapi tangannya kemudian terulur ke arah selangkanganku dan mulai menarik retsleting celana jeans-ku ke bawah. Masih dalam posisi menyetir, aku segera mengatur posisi dudukku agar ia bisa leluasa membuka celanaku. Dalam sekejap milikku sudah terjulur keluar dari celah atas celana dalamku. Milikku mulai membesar tapi belum tegang. Tangan kanan Marina lalu mulai beraksi meremas dan memijit-mijit. Maka segera pula otot pejal kebanggaanku itu mulai bangun berdiri. Aku berusaha berkonsentrasi dengan setir mobil. Apalagi di luar sana hujan makin lebat. Wiper yang bergerak-gerak seperti tak mampu menahan air hujan yang turun meleleh di kaca depan. Sebagaimana aku tak dapat menahan rasa geli yang mulai muncul ketika tangan Marina pelan-pelan mulai mengocok. Batangku dijepitnya hanya dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya. Lalu dengan cara seperti itu ia membuat gerakan memijit dan mengocok bergantian. “Digenggam dong..” kataku menuntut. “Tadi katanya minta dicubit”, jawabnya sambil melakukan gerakan mencubit pelan pada pangkal kemaluanku yang kini sudah mengeras. Membuatku menggelinjang. Aku tersenyum mendengar jawabannya. Ya sudah, aku nikmati saja apa yang dilakukan.

Bahkan aku kemudian menjulurkan tangan kiriku ke arah buah dadanya yang terbungkus blus tanpa kancing, sementara tangan kananku tetap memegang kemudi. Kurasakan buah dadanya sudah mengeras kencang. Aku makin bernafsu meremasnya. Maka mulailah acara saling meremas dan memijit, di dalam mobil, di tengah hujan deras. Tampaknya Marina mulai terangsang dengan gerayangan tanganku pada buah dadanya. Ia memintaku untuk melakukannya di bagian tubuhnya yang lain, ketika tangannya tiba-tiba menuntun jariku menuju ke sela-sela pahanya yang sengaja dibukanya agak lebar. Roknya sudah ia tarik ke atas sebatas pinggul. Maka jari-jari tangan kiriku pun segera beraksi di bagian depan celana dalamnya yang menyembul hangat dan sudah mulai lembab itu. Pandanganku tetap harus ke depan, ke arah jalan yang mulai masuk ke kompleks rumahku. Sedangkan Marina bisa dengan enaknya menggeliat-geliat sambil mendongakkan kepalanya menikmati gelitikan jariku pada bagian luar CD-nya tepat di bagian celah kemaluannya. Sementara tangan kanannya kini tak lagi memijit-mijit, tapi sudah menggenggam batang kemaluanku yang makin meradang karena terus dikocok-kocok olehnya. Aku menarik tanganku dari sela paha Marina ketika mobil sudah mulai masuk ke jalan menuju rumahku.

Marina sempat mendesah ketika aku menghentikan aksiku. “Sudah sampai..” kataku memberi alasan sekaligus mengingatkan dia. Ia segera membenahi pakaiannya dan kemudian gantian membereskan celanaku yang sudah setengah terbuka. Kemaluanku yang belum sepenuhnya lemas, agak sulit untuk dibungkus kembali. 

“Bandel nih!” gerutu Marina.

 “Gede sih.. hehehe..” aku tertawa melihatnya kesulitan memasukkan batang kemaluanku kembali ke celana. 

“Sudah biarin, nanti juga kan dikeluarin”, lanjutku. Marina lalu kusuruh turun duluan menuju teras. Aku kemudian memasukkan mobil ke garasi, membetulkan celanaku dan kemudian bergegas keluar garasi menuju teras menyusul Marina yang rambut dan pakaiannya terlihat agak basah oleh air hujan. Kami lalu segera masuk ke dalam rumah. Inilah pertama kali Marina berkunjung ke kediamanku. Ia agak sedikit canggung dan terlihat kurang nyaman ketika berada di ruang tamu. Apalagi kondisi tubuhnya agak basah oleh air hujan. Blusnya yang basah menampakkan bagian gumpalan dadanya yang sedikit menyembul dari BH yang dikenakannya. Aku kembali terangsang melihat pemandangan itu. Segera kupeluk tubuhnya dan kami pun lalu tenggelam dalam ciuman yang bergelora. Birahi kami memanas kembali.

Ciuman pun berkembang menjadi acara saling meremas. Saling menekan. Saling merangsang. Kami berdua lalu membantu melepaskan pakaian satu sama lain dan membiarkannya terserak di lantai ruang tamu. Tubuh telanjang kami pun menempel makin lekat. “Di sini saja..” katanya ketika aku akan menariknya untuk masuk ke kamar tidur. Kami kemudian memilih sofa ruang tamu sebagai tempat main. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Suara tempaan airnya menyamarkan desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut kami berdua. Tubuh bugil kami bergelut dengan penuh gairah di atas sofa tamu itu. Beberapa saat kemudian Marina meminta ijinku untuk melakukan oral seks. Tentu saja kuijinkan. Ia memang senang dengan milikku yang katanya punyaku ukuran besar terutama di bagian kepalanya. Sehingga ia senang sekali melumat dan mengisap bagian kepala kemaluanku yang kini terlihat bulat membonggol dan tampak licin mengkilat akibat lumuran ludahnya. Selama ia melakukan permainan mulut, aku berusaha mengimbanginya dengan merangsang bibir kemaluannya dengan jariku. Saat itu posisiku setengah rebahan dan menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa. Sedangkan Marina berbaring miring setengah telungkup di samping pinggangku. Ia menggeliat ketika jari tengahku mulai menerobos masuk ke celah miliknya, sementara jempolku bermain-main pada klitorisnya. 

“Ouu..” jeritnya tertahan. 

“Kenapa? enak?” tanyaku sambil menusukkan jari tengahku lebih dalam dan memutar lebih keras jempolku pada tonjolan kecil di atas bibir kemaluannya.

Kembali mulutnya bersuara, tapi kali ini lebih riuh dan lebih mirip desisan. Sejenak mulutnya terlepas dari batang kemaluanku. Tapi sesaat kemudian ia menunduk kembali dan melumat habis pisang ambonku hampir ke pangkalnya dan mengisapnya sedemikian rupa sampai aku merinding kegelian. Pantatku sempat tersentak-sentak karena kenikmatan. 

“Kenapa? enak ya?” katanya sambil melirikku, lalu melanjutkan kulumannya kembali. Sepertinya Marina ingin membalas atau mungkin ingin mengimbangi perbuatanku tadi. Selanjutnya kami tak sempat bicara sepatah kata pun karena terlalu serius untuk saling melakukan dan menikmati rangsangan. Mataku terpejam mencoba menikmati setiap hisapan mulut Marina, sementara jari-jari tangan kananku terus asyik bermain-main di sekitar liang kewanitaannya. Berbeda dengan milikku, rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan Marina tak terlalu lebat, tapi tumbuhnya lebih halus dan rapi. Dan aku suka sekali mengusap-usapnya. Sedangkan rambut kemaluanku tentu saja lebih kasar dan lebat tumbuhnya hingga ke arah pusar, perut dan dada. Marina juga suka mengusap-usap bulu-bulu yang tumbuh di sekitar tubuhku itu. Katanya, dengan kondisi seperti itu, aku seperti nyomet, demikian ia memplesetkan istilah monyet.

Siang itu akhirnya kami melakukannya sampai dua kali. Ronde pertama diawali ketika Marina mulai bangkit dari posisi tengkurapnya, lalu mulai mengangkangi pinggulku, dan kemudian menelusupkan batang kejantananku yang sudah tegang keras itu ke sela-sela pahanya. Dengan posisi antara duduk dan bersandar, aku mencoba membantunya dengan sedikit mengangkat pantatku ke atas. Maka sedikit demi sedikit amblaslah kepala kemaluanku ditelan mulut kecil yang ada di selangkangannya. Terasa sekali liang ketat namun lembut menjepit sepanjang batang kemaluanku. Rasanya hangat, lembut dan agak-agak terasa kesat. Kenikmatan semakin terasa ketika kepala kemaluanku yang sensitif itu menyentuh ujung dinding kemaluan Marina. Sejenak Marina memutar-mutar pinggulnya seolah merayakan pertemuan total itu. Secara spontan kami berdua serempak memperdengarkan rintihan kenikmatan. Marina pun tampaknya meresapi jejalan batang dan gesekan urat yang ada di sekujur kemaluanku. Mulutnya mendesis-desis seperti orang kepedasan. Beberapa kali jarinya berusaha menyentuh bagian luar bibir kewanitaannya seperti mau menggaruk seolah kegelian. Marina kemudian mengatur posisi berlututnya sedemikian rupa dan beberapa saat kemudian ia mulai menggenjot tubuhnya naik turun.

Makin lama genjotannya makin cepat, sehingga membuat buah dadanya tampak berayun-ayun di depan wajahku. Mulutku segera menangkap putingnya yang sudah mengeras itu dan segera melumatnya habis. Ia menjerit tertahan. Tapi aku tak mempedulikan dan bahkan makin asyik mengulum kedua bukit padatnya itu bergantian. Sementara di bawah sana pinggulku terus menyentak-nyentak mengimbangi genjotannya di atas tubuhku. Terasa sekali rasa nikmat menjalar di sekitar pangkal dan sekujur batang kemaluanku. Suara hujan di halaman depan makin membuatku bergairah. Entah sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini. Kami hanya bisa saling memperdengarkan rintihan dan desah kenikmatan. Tubuh Marina pun terus meliuk dan menggeliat-geliat di atas tubuhku. Kedua pahanya yang sejak tadi mengangkang dan bertumpu di jok sofa, mulai kuelus-elus. Dan ia menyukainya karena lenguh kenikmatannya makin kerap terdengar. Elusanku lalu bergeser ke bukit pantatnya. Tapi kini aku tak lagi mengelus. Tanganku lebih sering meremas di bagian itu. Membuat Marina makin menggelinjang. Kami mengakhiri permainan ketika Marina mulai menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncak birahi. Aku segera mempergencar tusukan dan hentakanku dari bawah.

Kedua tangannya sudah memeluk kepalaku sehingga membuat wajahku terbenam di belahan dadanya. Kedua kakinya kini menjepit erat pinggangku. Sementara posisi bersandarku sudah agak merosot ke bawah. Beberapa menit kami masih sempat bertahan dalam posisi itu sambil terus berpacu menuju puncak kenikmatan. 

“Mass.. Masshh.. Mass Isshh..” 

“Dik Maarrhh.. oohh.. Dik..” Kami saling memanggil nama masing-masing. Entah apa maksudnya. Barangkali untuk menyatakan kemesraan, atau untuk mencoba menahan rasa nikmat yang mulai sulit kami kendalikan. Ketika nada jeritan Marina mulai terdengar agak keras, aku segera mengangkat tubuhnya, membalikkan dan membaringkannya ke badan sofa. Kini dalam posisi aku berada di atas, kugenjot tubuhnya habis-habisan sampai kami berdua akhirnya mencapai orgasme hampir bersamaan. Aku mengerang-ngerang ketika kurasakan air maniku mulai menyembur. Ada sekitar empat kali aku menembakkan air maniku. Alirannya terasa sepanjang batang kemaluanku. Rasanya berdesir-desir nikmat. Marina pun kulihat menikmati puncak birahinya. Wajahnya memerah dan matanya terpejam. Sementara tubuhnya sesekali bergetar menahan rasa geli yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Aku segera melumat bibirnya dan kami pun melengkapi puncak kenikmatan ini dengan ciuman yang dalam dan lama. Sesekali tubuh kami tersengal oleh sisa-sisa letupan kenikmatan yang belum sepenuhnya reda. Suara riuh hujan tak terdengar lagi. Hanya bunyi tetes-tetes air yang berdentang-dentang menimpa atap seng. Entah sejak kapan hujan mulai reda. Kami terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Kami masih berbaring di atas sofa. Marina berbaring di atas tubuhku yang telentang. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang masih bergerak-gerak halus seiring nafasnya. Sementara tangannya bermain-main di sekitar bulu dada dan perutku yang masih basah oleh keringat. 

“Tidur di sini ya..” kataku membujuknya. 

“Tidur di sini? Di sofa ini?” tanyanya. 

“Bukan. Maksudku Dik Mar malam ini nginep di rumahku”, jelasku. 

“Oo.. Boleh.. Tapi hadiahnya apa?” sahutnya mulai manja.

 “Hadiahnya?” tanyaku bingung. Aku terdiam sejenak, dan kemudian kuraih tangannya lalu kuarahkan ke batang kemaluanku yang sudah mulai melemas, 

“Niih.. hadiahnya!” Ia tergelak dan kami lalu tertawa bersama. Tangannya kemudian meremas milikku. Meremas dan terus meremas. Selanjutnya kami pun akhirnya kembali bergelut di atas sofa itu, mempersiapkan permainan berikutnya.

Tapi untuk ronde kedua ini kami akan menyelesaikannya di kamar tidur. Setelah puas melakukan pemanasan di atas sofa di ruang tamu, kami lantas beranjak masuk ke kamar tidurku. Inilah pertama kali Marina masuk ke sini. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajaknya masuk ke ruangan ini. Tapi baru pada kesempatan inilah keinginanku kesampaian. Bahkan aku tidak hanya kesampaian membawanya masuk, tapi sebentar lagi aku juga kesampaian untuk menidurinya di atas kasur yang selama menduda ini hanya kupakai tidur sendirian. Begitu pintu kamar tertutup, Marina langsung memelukku dan kami berciuman dengan mesranya. Kulit tubuh kami yang sudah polos telanjang itu seolah telah menjadi konduktor yang saling mengirimkan panas birahi yang terus menggelegak. Batang kemaluanku yang tegang berat itu menempel ketat tepat di atas belahan kemaluannya mengacung ke arah pusarnya. Dengan posisi demikian kantong zakarku langsung bergesekan dengan rambut kemaluannya. Rasanya geli. Apalagi Marina terus menggesek-gesekkan bagian itu selama kami berciuman. Ia tampak kesenangan menikmati permainan ini. Tapi Marina paling senang ketika aku memeluknya dari belakang. Tak henti-hentinya ia menggoyang-goyangkan pantatnya pada batang kemaluanku, dan aku mengimbanginya dengan meremasi buah dadanya dari belakang sambil terus menciumi daerah telinga, leher dan bibirnya dari arah samping.

Bercumbu dengan posisi begini memang mengasyikan. Batang kejantananku seperti meluncur-luncur di sela-sela garis pantatnya. Rasanya lembut dan geli. Bagai dielus-elus dengan kain beludru. 

“Mass..” desahnya sambil membalikkan badannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leherku. 

“Apa..?” kucengkeram kedua pinggulnya yang padat bulat itu. 

“Siapa saja yang sudah pernah tidur di sini?” tanyanya mulai menggodaku. Aku agak heran dengan pertanyaannya yang rada menyelidik itu. 

“Nggak ada”, jawabku pendek. 

“Masak sih, nggak ada?” 

“Iya..” aku berusaha meyakinkannya. 

“Lha, istri Mas Is dulu tidur di mana?”

“Oo itu.. Ya, kalau dulu sih ini memang tempat tidur kami berdua. Tapi sejak pisah, ya nggak ada orang lain lagi yang pernah tidur di sini selain aku sendiri..” 

“Beneer..?” nadanya mulai meledek. 

“Sumpah..” balasku manja. 

“Terus, kalau Mas Is lagi kepingin, mainnya di mana dong?” 

“Kepingin apa?” tanyaku pura-pura bodoh. 

“Ya, kepingin begituan..” 

“Kalau lagi kepingin.. ya kadang-kadang mainnya di sini..” 

“Lho? tadi katanya nggak ada orang lain yang tidur di sini selain istri Mas Is..” Aku tertawa pendek menyadari kebingungan Marina. 

“Kalau mau main, memangnya harus ada orang lain?” kataku kemudian. 

“Maksudnya?” ia makin kebingungan. 

“Emangnya nggak bisa main sendiri..?” 

“Idiih.. maksudnya..?” Marina tak meneruskan kalimatnya, tapi matanya menatapku lucu dan tangannya lalu menggenggam milikku dan mengocok-ngocoknya. Seolah ingin memastikan bahwa perbuatan seperti itulah yang aku maksudkan dengan main sendiri, alias onani.

Aku mengangguk membenarkan maksudnya. Ia tertawa. “Kok ketawa?” kataku sambil mendekap tubuhnya dengan gemas. 

“Nggak kebayang deh..” jawabnya sambil masih cekikikan.

“Ya jangan dibayangin dong.” 

“Kalau nggak boleh ngebayangin, boleh dong saya lihat Mas Is melakukan itu.” 

“Hah?” kataku kaget. Kini gantian aku yang tertawa mendengar permintaannya yang tidak biasa itu. Selama ini, sejak pisah dengan istriku, pemenuhan kebutuhan seksualku memang lebih banyak kulakukan dengan cara onani saja, karena aku termasuk konservatif, nggak bisa main sembarangan, hati-hati dan penuh perhitungan. Melakukan onani bagiku lebih save dan cukup memuaskan. Hampir semua laki-laki pasti pernah melakukan seks swalayan itu. Dulu waktu masih remaja aku juga sering melakukannya dan mendapatkan kepuasan dari situ. Bahkan ketika sudah menikah pun aku kadang-kadang juga masih melakukannya, terutama bila istriku dulu sedang berhalangan. Aku bisa minta dia membantuku beronani atau aku melakukannya sendiri tanpa dia. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya. Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur. Sudah alamiah, punya laki-laki kalau saat bangun tidur pagi hari biasanya dalam kondisi sedang ereksi. Kalau kebetulan saat itu volatage-ku juga sedang tinggi-tingginya, biasanya langsung kusalurkan dengan cara mengocok. Aku bisa melakukannya di atas tempat tidur atau di kamar mandi waktu mandi pagi. Kalau aku melakukannya menjelang tidur, biasanya sambil melihat majalah atau film porno koleksiku atau hasil pinjaman.

Tapi kalau melakukannya ketika bangun tidur atau di kamar mandi, aku cukup dengan berkhayal saja. Selama ini aku lebih banyak melakukan onani dengan tangan kering, karena keluarnya bisa agak lama. Tapi untuk sensasi, kadang-kadang aku pakai baby oil atau sabun kalau pas melakukannya di kamar mandi. Saya rasa yang terakhir itu (nyabun) biasa dilakukan oleh laki-laki. Tentunya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Dan kamar mandi memang tempat yang paling populer untuk beronani ria. Karena tempatnya aman, tertutup dan bisa telanjang dengan bebas, sehingga tak perlu takut dicurigai atau diketahui orang lain. Tapi kini, ada seorang wanita yang ingin menontonku melakukan onani di hadapannya. Gila! Aku sampai tertawa menanggapi permintaan Marina yang nyeleneh itu. Tapi aku menghentikan tawaku begitu menyadari bahwa Marina tampaknya serius memintaku melakukan itu. 

“Oke”, kataku akhirnya, 

“Tapi janji, Dik Mar juga harus ikut melakukan itu di depan saya..” 

“Nggak ah!” sergahnya cepat.

“Kenapa? Memang nggak pernah..?” 

“Ihh.. pakai nanya lagi!” katanya sambil mencubitku. Segera kutangkap tangannya, kupeluk tubuhnya dan kami lalu kembali tenggelam dalam ciuman yang mesra dan bergairah. Sejenak kemudian aku melepas pelukanku dan membimbing tubuhnya berbaring di atas ranjang. Aku sendiri kemudian berbalik berjalan menuju kursi dekat meja kecil di seberang tempat tidur, dan duduk santai di atasnya. 

“Dik..” kataku memberi isyarat pada Marina yang tergolek di atas kasur di depanku. Aku kemudian memancing dia dengan mulai meremas-remas milikku sendiri yang sudah tegang itu. Beberapa saat kemudian Marina pun mulai mengikuti perbuatanku.

Jari-jarinya mulai terarah menuju selangkangannya, mulai menggelitik dan mengusap-usap miliknya sendiri. Maka dimulailah pertunjukan seks swalayan. Kami berdua saling berpandangan dan saling mengamati perbuatan satu sama lain. Tubuh Marina tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Posisi tubuhnya menghadap ke arahku. Sehingga aku bisa dengan leluasa melihat semua gerakan masturbasinya. Posisi dudukku sendiri sudah tidak tegak lagi, tapi sudah setengah bersandar. Kedua paha dan kakiku selonjor ke depan dan sengaja kubuka lebar-lebar. Aku memainkan milikku dengan gerakan bervariasi, mulai dari meremas, mengurut, memijat sampai gerakan mengocok. Sesekali aku juga merangsang buah pelirku dengan cara mengusap-usap dan meremas-remasnya. Seolah-olah aku ingin menunjukkan pada Marina semua gerakan onani yang biasa kulakukan selama ini. Kami berdua mulai saling terangsang oleh perbuatan kami masing-masing. Kalau selama ini aku beronani sambil nonton BF atau lihat gambar porno sambil mengkhayal hal-hal yang merangsang, maka kini aku melakukannya dengan bantuan obyek dan kejadian yang lebih nyata. Aku sampai kesulitan menahan keinginanku untuk tidak menyetubuhi Marina karena sangat terangsang melihat segala gerakannya selama bermasturbasi itu. Semua begitu nyata dan merangsang. Aku yakin Marina pun merasakan hal yang sama selama melihat secara langsung seorang laki-laki beronani di hadapannya. Matanya kulihat mulai sayu tapi terus mengamati gerakan-gerakan tangan yang kubuat terhadap kemaluanku sendiri.

Aku hampir mencapai puncak, ketika kudengar mulut Marina mulai merintih-rintih sambil menatapku dengan wajah seperti orang ingin menangis. Jari manis dan jari tengahnya tampak bergerak cepat mengusap dan menekan-nekan bagian atas bibir kemaluannya khususnya di bagian klitorisnya. Ia mulai memanggil-manggil namaku dan tubuhnya mulai mengejang. Punggungnya kemudian melengkung dan kedua pahanya merapat menjepit tangannya sendiri yang terselip di selangkangannya. Aku semakin terangsang melihat pemandangan nyata di depanku. Desiran-desiran mulai kurasakan pada pangkal kemaluanku sendiri. Dan aku semakin memperkuat kocokan tanganku sendiri sampai menimbulkan sedikit bunyi yang diakibatkan oleh bercampurnya keringat di telapak tanganku dan cairan bening yang mulai keluar dan meleleh dari lubang kecil di ujung kemaluanku. Tapi akhirnya aku tak tahan lagi begitu mendengar Marina berteriak memekik. Dan aku segera loncat dari kursi dan menghambur ke arahnya.

Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Segera kubuka pahanya yang masih merapat itu dan tanpa ba bi Bu kutusukkan batang kemaluanku ke lubang yang sudah basah oleh cairan birahi itu. Marina terpekik ketika seluruh kejantananku dengan cepat dapat menerobos dan menyelip masuk. Kurasakan di dalam sana milikku berdenyut-denyut oleh konstraksi dindingnya, menimbulkan rasa geli yang sangat nikmat. Rupanya orgasme Marina datang bersamaan dengan hujaman rudalku. Sejenak aku diam menikmati pengaruh orgasme di tubuh Marina pada batang kemaluanku. Lalu pelan-pelan aku mulai menggoyang dan mengayun pinggulku. Pelan dan pelan. Berputar dan mengulir. Sesekali menyentak. Kunikmati sekali persetubuhan ini, sampai akhirnya aku mulai melakukan gerakan memompa dan menusuk-nusuk. Marina tampak mulai menikmati genjotanku. Ia menggeliat-geliat sambil melenguh dan sesekali tersenyum dengan mata terpejam. Seolah meresapi segala gerakan nikmat yang kuciptakan pada tubuhnya. Aku sendiri, karena akibat onani tadi, sudah beberapa kali harus menahan desiran yang terus muncul dari pangkal selangkanganku. Biasanya ini tanda orgasmeku mau datang. Tapi aku merasa sayang untuk mengeluarkannya sekarang.

Seolah seperti membaca pikiranku, tiba-tiba Marina memintaku untuk segera menyemprotkan cairan maniku yang sedari tadi kutahan. “Keluarin Mass.. keluarin sekarang.. di luar saja..” ia merintih sambil menatapku sayu. Aku mengerti maksudnya. Maka segera kucabut batang kemaluanku dan dengan posisi mengangkangi perutnya, aku lalu melakukan onani di atas tubuhnya. Kukocok dan kukocok terus milikku dengan kuat. Cairan kemaluan Marina yang menempel di sekujur batang kemaluanku makin memperlancar gerakan tanganku. Kepala kemaluanku yang bulat mengkilat tampak tersengal-sengal dalam genggaman tanganku. Marina pun tampak menikmati sekali atraksi yang sedang kulakukan di atas tubuhnya. Bahkan ia mulai meraba-raba kantung pelirku. Oh tidak, ia tak cuma meraba, tapi juga meremas-remas kantung bulat berkulit tebal itu. Membuat pinggul dan pantatku bergerak-gerak seiring remasan tangannya. “Ooohh, nikmat sekali..” Aku menggeram tertahan, ketika akhirnya semprotan maniku yang pertama memancar dengan kuat. Langsung mengenai wajah Marina. Tapi ia dengan senangnya merasakan sentuhan air kental hangat itu di pipinya. Matanya tak sedikit pun lepas dari kemaluanku yang sedang meradang memuntahkan semprotan-semprotan berikutnya. Semua memancar dan menyemprot tak hanya ke wajahnya, tapi juga bibir dan buah dada Marina.

Tangannya kulihat sibuk mengusap cairan putih kental itu dan meratakannya ke permukaan payudaranya. Terakhir kulihat Marina menjilat sisa spermaku yang ada di ujung jarinya. Aku betul-betul puas dengan semua ini dan puncak birahi ini telah membuat seluruh sendi tubuhku serasa dilolosi sehingga aku terpaksa harus menahan tubuhku agar tak rebah menjatuhi tubuh Marina. Maka dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, pelan-pelan aku merundukkan tubuhku sehingga tubuhku merapat agak menindih dan membuat batang kemaluanku mendarat tepat di sela-sela kedua bukit buah dadanya. Rasa kenyal yang diciptakan membuatku bereaksi untuk menggeser-geserkan pisang ambonku di celah kedua bukit itu. Ah.. geli sekali rasanya. Geli yang nikmat. Nikmat yang sangat. Beberapa kali tubuhku sampai tersentak-sentak oleh rasa geli yang muncul belakangan itu. Apalagi kedua telapak tangan Marina kemudian menekan kedua pantatku ke bawah dan memutar-mutarnya.

Aku hanya bisa melenguh menikmati bonus orgasme yang diberikannya. “Enak Mas?” kata Marina ketika akhirnya aku rebah di sebelah kiri tubuhnya. 

“Hhheehh..” aku hanya bisa mendesah dan membalas kecupan bibirnya. 

“Mas Is seksi banget kalau lagi ngocok..” 

“Hmm.. asal jangan djadikan tontonan rutin saja..” sahutku masih terengah. 

“Kenapa?” tanyanya. 

“Masak mau ngocok terus?” sahutku.

“Katanya sudah biasa..” katanya. 

“Ya, tapi kan sekarang sudah ada Dik Mar”, kataku. 

“Kalau saya sedang nggak ada, atau lagi berhalangan, gimana?” tanyanya. 

“Tergantung..” sahutku seenaknya. 

“Tergantung apa?” tanyanya lagi. 

“Tergantung yang menggantung!” kataku.

“Iiihh..” tangan Marina mencubit bagian tubuhku yang menggantung itu. Aku sampai berteriak. Tapi kemudian ia membelai-belai mesra buah pelirku. 

“Bagaimana kalau yang berhalangan saya?” aku lalu gantian bertanya. 

“Hmm..” ia tampak berpikir. 

“Ya, kalau dalam keadaan terjepit seperti itu ya harus bisa memanfaatkan kesempatan..” katanya. 

“Kok, kesempatan?” tanyaku heran. 

“Iya, yang sempit-sempit harus diberi kesempatan untuk tetap menjepit meskipun dalam keadaan terjepit..” jawabnya tenang sambil senyum-senyum.

Aku tertawa ngakak mendengar balasannya yang cerdas itu. Segera kurengkuh pinggangnya dan kutindih tubuhnya sebelum ia sempat mengelak. Kutempelkan punyaku tepat di cekungan pangkal pahanya. “Jadi, kapan lagi mau menjepit yang menggantung?” tanyaku bercanda sambil menekan milikku ke miliknya. 

Cerita sex : Pengalaman Sex Dengan Teman Kampus

“Itu sih tergantung dari yang mau terjepit..” sahutnya kocak sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya. Sialan, gerakannya membuatku berdesir. Tapi sore ini aku tak ingin terlalu menuruti hawa nafsu yang muncul. Marina pun bukan type wanita yang menggebu-gebu nafsu seksnya. Bagi kami, yang penting adalah kualitas dalam bermain cinta, bukan kuantitas atau frekuensinya. Maka sore itu juga, setelah selesai mandi, Marina memintaku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Selama di mobil kami ngobrol dan guyon-guyon mengenai hal-hal yang ringan. Tak ada lagi acara saling remas seperti siang tadi. Karena semuanya sudah tersalurkan.

#Kupuaskan #Kekasihku #Janda #Bahenol

Cerita Sex Janda Paruh Baya, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Janda Paruh Baya – Cerita Wanita ini berjudul “Seperti Apa Wanita Saat Ini” Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Hot, Cerita Istri, Cerita Istri, Cerita Mesum, Bibi Hantu Wanita, Cerita Darah, Cerita Janda, Hijab, True 2019.

SodokBelakang – Sebut saja saya Anto, saya berumur empat sampai lima tahun, sudah berkeluarga dengan dua orang anak. Perilaku dalam kehidupan seksual adalah normal, hanya saja kebanyakan pria menyukai wanita muda, dengan tubuh yang imut dengan pantat dan dada yang tembem, sedangkan saya lebih suka lagi untuk wanita dengan rambut panjang, seusia. tidak masalah, bukan ABG.

Cerita Sex Janda Paruh Baya

Itu sebabnya bahkan sekarang saya setengah baya, jika saya melihat seorang wanita dengan rambut tebal dan panjang (bahkan jika pemiliknya setengah baya) pria saya mengusir. Yach.. bisa jadi kondisi saya dipengaruhi oleh pengalaman saya berhubungan dengan homoseksualitas sebelumnya.

Cerita Sex Tante Nafsu Liar Ibu Kost Berhijab

Saat itu saya baru berusia 15 tahun dan orang Betawi mengatakan bahwa saat itulah mereka benar-benar menginginkan seks (pikirkan tentang seks). Hanya karena mereka belum cukup umur, sebagian besar keinginan hanya dimasukkan ke dalam swalayan ketika memikirkan “Nani” dengan hati.. Ooo.. na.. ni, o.. na.. ni (uh mungkin begitu. mengapa begitu banyak orang menyebut masturbasi dengan kata “masturbasi”.)

Pengalaman saya di usia itu sedikit beruntung… karena saya tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk swalayan. Di rumah saya ada Bulik Anna yang saat itu berusia 36 tahun tapi badannya masih kurang bagus, rambutnya tebal, keriting, hitam dan sebahu. Dia adalah sahabat ibuku tapi ada kalanya dia menjadi “guru” dan corong keinginanku.

Bulik anna sangat pandai mengendalikan diri dan berakting manis di keluarga kami. Jadi meskipun kita lebih sering mendapatkan ML? Orang tua saya tidak berpikir apa-apa. Kami sama-sama suka dia, dia senang karena dia mendapat “bayi burung” sedangkan aku juga senang karena dia tidak perlu sendirian, dia cukup menghemat sabun, hee..hee.. (O. . pengalaman pendaratan pertama saya di “apollo” di “bulan” “Saya bercerita tentang Bulik Anna di situs situs seks ini15.

Suatu hari, sebenarnya pada Minggu malam tetapi tanpa mengingat hari, bulan dan tahun, saya bingung dan gelisah. Saat itu saya baru pulang dari menonton film “Intan perawan kubu” dengan pemeran utama, artis YO. , terbelah dua dan bergerak maju sehingga menutupi payudaranya.! Woou.. Aku bingung melihat adegan itu dan itu membuatku takut ketika aku pulang. Saya ingin membawanya ke Bulik anna, tetapi sekali lagi, sayangnya karena orang tua saya tidak pergi malam itu, ketika saya sampai di rumah mereka sedang mengobrol keluarga sambil menonton TV. Namun.. malam itu sudah terlambat bagiku, dan aku harus menjadi “onana”.. (karena apa yang dipikirkan bulik Anna)

Janda Bahenol Si Neng Bohay Membiarkan Body Semoknya Dinikmati Dan Disodok Memeknya Sama Anak2 Muda Hornyan.

“Ma.. pagi ini ada pelajaran sejarah, tapi guru bilang kita disuruh cari buku lain, jadi aku ke toko buku pagi ini.”!

“Aku berani, tapi kalau Bulik Anna mau sama kamu, kita bisa naik taksi,” jawabku sambil menatap Bulik Anna yang duduk di sebelah ibuku.

“Nah.. kamu, tanya dulu sama bulik..!! Piye.. Bu, iso no..! jawab ibuku ketika aku bertanya kepada Anna tentang bulik.

“Ya.. sudah bulik anterin.. kamu memanjakan anak”!! Bulik Anna menyela pembicaraan kami dengan senyum di bibirnya.

Cerita Sex Kepsek Maniak Seks Beraksi

Setelah sarapan, kami siap. Bulik Anna memakai rok pendek, rambutnya yang tebal dan panjang hanya dibelah dua, membuatnya tampak hanya berambut panjang. Kami pun berpamitan kepada orang tua dengan lupa meminta sanggu lagi beserta apa yang ingin kami makan di luar. Sekitar lima puluh meter setelah kami meninggalkan rumah, saya langsung mencubit bulik Anna ketika saya berkata..

Setelah turun dari taksi kami langsung check in ke tempat yang kami kenal. Inilah yang kebanyakan dari kita ML adalah situasi rumah yang tidak bisa dilakukan, tempatnya tidak bagus tapi cukup nyaman untuk memuaskan keinginan kita sejenak, ditambah pihak berwenang sudah mengenal kita.

Keinginan itu sudah saya tahan sejak kemarin, jadi begitu masuk kamar saya langsung menyerbu bulik Anna, kami berguling-guling di tempat tidur dengan bibir yang sangat lengket. Mendapat serangan langsung, bulik Anna terperangah, sambil terengah-engah, bulik Anna juga membayar aktivitasku dengan sesekali bergumam.. “huh, anak muda!! .. ok..

Bibir kami terus saling beradu sembari tangan kami saling berbenah.. sampai akhirnya kami berdua dalam keadaan polos tak ada lagi urusan dengan tubuh. Setelah melepas bajunya, tanganku aktif meremas payudara bulik Anna yang masih terasa kenyal. Jari-jari Bulik Anna tidak terlalu kuat, dia memegang “apollo” saya dengan lembut. Tepat ketika dia hendak menghisap penisku.. aku memegang tubuhnya.. dia terkejut..

Cerita Sex Istriku Dihamili Pria Lain

“Tunggu sebentar..” Kemarin aku sedih dengan wajah YO di film, aku ingin keluar seperti dia..!! Aku telah menjelaskan.

Dengan berdiri, aku membalikkan tubuhnya dengan mulus, aku meremas tubuhku sehingga penisku menempel di pantat Anna.. dan aku bergerak maju sehingga menutupi payudara Anna yang sudah kencang. Masih dari belakang dengan posisi badan meringkuk.. tanganku memegang dada yang ditutupi rambut.. woauu asyik bukan main.. dia juga suka. Tubuhnya menggeliat.. sampai dia tidak bisa berdiri lagi dan langsung berbalik sambil jongkok dan memegang penisku.. itu berat.

Dalam jongkoknya aku bangun, dia tidak langsung menyedot.. tapi dia menggerakkan rambutnya yang tersebar di seluruh penisku.. sekarang dia berubah menjadi penisku dengan rambutnya..

“Aww.. ah.. ahh.. enak banget”!! Aku mengerang dengan geli bercampur dengan kesenangan yang luar biasa. Punya rambut seperti itu..Aku tidak tahan, tapi aku tidak ingin rambutku menyemprot ke rambutnya. Aku mendorong bahu Anna agar dia tidak memainkan rambutnya sedetik pun. Bulik Anna yang mulai terangsang juga tidak mau berhenti.. dengan memainkan rambutnya, dia berbalik dan meremukkan penisku dengan mulutnya. rambut Ana..

Cerita Sex Wanita Setengah Baya Terlihat Menggairahkan Bagiku

Pikirkanlah.. Aku merasa seperti surga, aku merasakan darahku mengalir, penisku berdenyut-denyut, menikmati kombinasi lidah bulik Anna yang bermain di kepala burung dengan memikirkan rambutnya yang tebal pecah. Aku terus mempermainkan rambut Anna yang patah-patah, agar denyut nadi penisku lebih cepat. Terasa enak sekali, .. “Ahh ..auu..ahh.. bulik.. ahh.. aku keluar..” !! Spermaku muncrat deras. Banyak sekali yang tak muat di lubang mulut Anna, sehingga sebagian mengenai wajah dan rambutnya. Bulik Anna sepertinya belum orgasme, tapi dia dengan sabar membantuku menikmatinya. momen kebersamaan..

Saya tidur di ranjang.., Bulik Anna juga mengikuti ranjang di sebelah saya. Sekitar lima menit aku berbaring di tempat tidur, Dia terus memelukku, lalu setelah dia melihatku tertidur, Dia mulai memainkan rambutnya. Dia menaruh rambutnya di tubuhku, mulai dari dadaku.. ke bawah.., tepat di atas penisku dia meringkuk kepalanya.. terlihat seperti.. rambut tebal dan ledakan yang menyenangkan.. Menutupi sekitar ayam saya.

Kemudian dia meletakkan rambutnya ke belakang untuk membungkus payudaranya lalu dia meletakkan dua payudara yang dibungkus rambut di dadaku dan bergerak.. sensasional.. jadi jangan berpikir penisku ereksi lagi, tidak peduli seberapa tegangnya. Lebih ketat dari yang pertama.

Karena giliran saya untuk menyenangkan Bulik Anna, saya langsung mulai, saya membalikkan tubuhnya sehingga saya berada di atas pantatnya dengan pinggul kanannya di depan saya ketika dia kepala masih memenuhi penisku … dan .. . permainan dimulai 69. Posisi ini yang paling disukai oleh Bulik Anna, lebih bertenaga, saya bermain dengan lidah saya di tempatnya yang lembut.

Gairah Seks Wanita Bisa Memuncak Bila Lakukan Ini

Tanganku melingkar erat di pahanya sehingga kepalaku terkubur jauh di selangkangannya. Puas dengan lidah saya di sekitar lubang, saya melanjutkan dengan menarik napas dalam-dalam dari tepinya. Tubuh Bulik Anna melompat-lompat saat vaginanya basah.

“Ayo.. Masuk.. Bulik sudah tidak tahan lagi..”!! Bulik Anna berteriak sambil membalikkan tubuhnya. Dia berjongkok di atasku dan menyuruh penisku untuk menusuk vaginanya.. “slleebb”!! Terdengar suara saat Bulik Anna menurunkan pantatnya.

Dengan posisi itu, lalu ia bergerak dengan cara membuat payudaranya bergoyang menyamar dengan rambutnya yang tergerai kembali mengikuti irama gerakannya. Saya tidak membuang waktu, saya langsung menangkapnya dan menguleninya dengan penuh semangat. Dengan semua permainan, kami sangat menikmati satu sama lain, pantatku naik turun seirama dengan kekuatan Bulik Anna, ..

Kami bermain dalam posisi ini untuk waktu yang lama dan saya perhatikan bahwa gerakan tubuh Bulik Anna tidak teratur. Segera aku mengangkat diriku sehingga aku memeluk Bulik Anna seperti orang di pangkuanku dan setelah beberapa tusukan aku membalikkan tubuhnya. Kami bertengkar sebentar tapi sepertinya Bulik Anna akan mengalami orgasme, jadi begitu saya meletakkan tubuhnya di atas, dia menekan pahanya, saya pikir bukaan lembut tempat Bulik Anna menyempit dan berdenyut.

Cerita Sex: Kisah Wanita Pemuas Nafsu

“Aouu.. to.. Bulik mau pergi.. sini!!” .. Badanku kencang.. Aku segera menutup mulutnya dengan bibirku sementara tanganku dengan lembut menarik rambutnya untuk membawa Bulik Anna ke orgasme. Aku membiarkan penisku tertancap di lubangnya.. dan setelah beberapa saat dia orgasme, aku kembali ke tubuh Bulik Anna.

Sekarang dia berhadapan dengan ayam-ayam saya yang masih ada di sarangnya. Aku memutar balik.. saat tanganku meremas payudaranya dari belakang, saat aku membenamkan wajahku di rambutnya yang bau. Bulik Anna mengerang nikmat lagi.., Beberapa menit kemudian aku menyisir rambutnya.. lalu bibirku mencium leher mulusnya.. Mungkin karena dia belum menyelesaikan orgasmenya ketika dia mendapat perawatan.. Dia menggeliat lagi..

Aku tidak menjawab tapi aku mencium kuat di leher lehernya.. Tubuh Bulik Anna juga mengejang lagi.

Setelah kami cukup istirahat, kami saling menjaga, saya membantu menyisir rambut Bulik Anna yang kusut karena saya terus melakukannya. Leher Bulik Anna terlihat oleh ciuman saya, untungnya ketika dia meninggalkan rumah, Bulik Anna tidak memiliki semua nyali.. jadi sekilas dia masih menutupi rambutnya.

Cerita Sex Pembantu

“Terima kasih Bulik.. sekarang

#Cerita #Sex #Janda #Paruh #Baya

Cerita Dewasa Janda Muda Cantik, Terbaru Malam Ini

Cerita Dewasa Janda Muda Cantik – Cerita Sex ini berjudul “Cerita Seks Janda Ngentot Memek Janda” Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Sex Hot, Cerita Sex, Cerita Sex, Cerita Sex, Cerita Mesum, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Darah, Cerita Sex Janda, Hijabi, Terbaru 2020

Storiessexindo – Sebenarnya saya pernah mendengar tentang Bu Dita yang kini telah menjanda 22 tahun. Dia adalah salah satu wanita yang begitu cantik dengan tubuh lekuknya, dia sebenarnya dikenal nakal karena dia belum pernah menikah sebelumnya. Tapi kemudian saya mendengar bahwa dia menikah dengan orang asing dan saya tidak terkejut karena Mbak Dita sangat cantik.

Cerita Dewasa Janda Muda Cantik

Nama saya dulu Fajar, saat ini saya bekerja di pabrik sepatu di kota saya. Dan saya berumur 20 tahun, setelah lulus SMA, saya langsung mencari pekerjaan, dan untungnya saya langsung diterima sebagai salah satu pekerja di pabrik tersebut. Ketika saya di sekolah menengah, saya memiliki banyak kontak dengan seorang gadis, juga di pabrik sekarang, karena banyak orang mengatakan bahwa saya memiliki penampilan yang keren.

Cerita Sex Janda Nafsuan Dengan Brondong

Saat itu saya menjalin hubungan dengan seorang gadis bernama Ririn, dia juga bekerja di pabrik sepatu tempat saya berada. Dan hubungan kami berlangsung hampir 5 bulan, selama itu saya tidak pernah melakukan adegan dalam cerita seks yang sering saya baca. Setidaknya kami hanya sebatas mencium Ririn dan itupun jarang kami lakukan.

Hingga akhirnya aku melakukan perbuatan mesum, bukan dengan temanku Ririn, tapi dengan Bu Dita, tetanggaku. Meskipun kami melakukannya bukan karena keinginan saya tetapi karena kesempatan, kami akhirnya berani melakukan adegan tidak senonoh seperti dalam cerita seks yang sering saya baca. Dan itu menjadi awal dari game kami untuk membuat game ini.

Suatu hari setelah saya pulang kerja, saya bertemu Bu Dita, dia berjalan ke rumahnya sementara saya pulang dengan sepeda motor dari kantor. Dengan menawarkan untuk mengantarnya, Bu Dita akhirnya setuju dan kemudian saya mengantarnya pulang. Sampai di tempat Dita, saya masih mampir dulu karena dia agak ngotot mengajak saya minum teh dulu.

Kami tidak lama menikmati teh kami ketika tiba-tiba mulai gerimis, semakin lama semakin berat. Aku juga merasakan hawa dingin di sekujur tubuhku saat tubuh kami semakin dekat. Dan tak lama kemudian kami akhirnya berpelukan di ruang tamu, saling menghancurkan dan meraba-raba tubuh kami.

Cerita Dewasa69 ◅ Mia Pelampias Nafsuku.

Jadi rambut dan baju saya semakin kusut, menarik tangan saya, Bu Dita mengajak saya pindah ke kamarnya. Saya pun mengikuti keinginannya untuk berjalan sambil terus berjalan bergandengan tangan. Di sana Bu Dita menciumku dengan ganas, terus mendorong tubuhku, dia menanggalkan pakaianku dengan terampil, beberapa saat kemudian aku keluar dari pakaian.

Mbak Dita menatapku penuh nafsu, lalu melepas pakaiannya, lalu dengan panas merangkak naik ke tubuhku yang telanjang. Dia perlahan mengayunkan pinggulnya di penisku yang sudah tegak, aku menikmatinya dari bawah tubuh Bu Dita. Sambil meremas payudaranya dengan lembut, saya terus memainkannya bahkan saat Mbak Dita bergetar dengan penuh gairah.

Ketika saya merasa bahwa saya harus memberikan penampilan yang lebih memuaskan, saya membalikkan tubuh Bu Dita sehingga dia berada di bawah saya. Saat itu saya sedang melakukan gerakan naik turun pada tubuh Bu Dita “Ooooooghhh….aaagghhhh..aaagghhhhhh…aaaggghhhhhh…” Desahanku saat itu semakin keras karena goyangan pinggul m yang mantap Bu. Dita memberi kompensasi.

Saya pun berinisiatif lagi, saya pegang kedua kaki Bu Dita lalu saya taruh di pundak saya. Dan aku mencoba menembus vagina Bu Dita dari bawah kaki yang terangkat tadi segera setelah aku mencelupkan penisku lalu menggoyangkannya “Aaaaggghh… Fajar… aaaagghhh… aaaaaaaagggghhhh… ooouuugghhhh ….” Melihatnya seperti ini membuatku semakin bersemangat.

Bercinta Dengan Seorang Janda Manis

Kemudian lagi saya melepaskan kaki Bu Dita dari bahu saya dengan memiringkan pantatnya, lalu saya memasukkan penis saya melalui punggungnya tapi saya muat di lubang vagina Bu Dita. Lalu aku kocok lagi “Aaaaghhh.. aaagghhhh… aaaggghhh… aggghh… nik..mat sayang…. aaaagghhhh…” kataku di sela-sela dan menggoyangkan pinggulku dengan gerakan lambat.

Seperti dalam adegan cerita seks, saya terus menggoyang Bu Dita dan dia juga menikmati permainannya. Aku bisa melihatnya menutup matanya dan aku yakin dia menikmati saat-saat seperti ini. Kedua tanganku menangkup payudaranya dari belakang dan ini membuat Bu Dita menghela nafas panjang dan dia terus berguling saat tanganku berbalik dan meraih pantatnya.

Mungkin karena terlalu lama berada di posisi ini, akhirnya saya ingat untuk kembali ke posisi awal. Dimana aku akan berada di tubuh Mbak Dita aku masih mencium dan meremas bibirnya sambil terus mengelus tubuh mulusnya, begitu aku merasa cukup aku langsung meletakkan penisku di posisi yang sama seperti sebelumnya, aku berada di tubuh Bu Dita.

Aku langsung menggoyang-goyangkan pinggulku hingga terdengar suara keruh dari dalam vagina Bu Dita, jelas dia sudah terangsang karena vaginanya sudah basah. Dan aku semakin cepat untuk menggoyangkan pinggulku sampai akhirnya crooottt crooooooot menuangkan semua air mani hangat dari dalam penisku untuk mengisi lubang Ms. Dita bahkan ke titik di mana tidak ada aku bisa menahannya

No Wa Cari Jodoh Janda Bugil Montok

Pada saat akhirnya keluar dari vaginanya, saya masih memeluk tubuh Bu Dita, meskipun kami sudah lemah saat itu. Hingga akhirnya aku mencium wajah Bu Dita dengan lembut dan mesra. “Terima kasih sayang…” Mbak Dita tersenyum dan memeluk tubuhku begitu erat hingga aku bahkan sulit bernafas karenanya.

Berbagi Cerita Seks, Cerita Hot, Cerita Dewasa, Cerita Hot Kinky, Tante, Janda, Perawan, Hingga Cerita Seks Skandal Selingkuh Terpopuler Cerita Dewasa – Klien saya adalah janda muda – Sebagai seseorang yang menjalani profesi sebagai pengacara, berkomunikasi dan berdiskusi secara intensif dengan klien adalah mutlak. Padahal yang dilakukan pengacara dalam mengelola urusan hukum kliennya adalah untuk melindungi kepentingan hukum klien itu sendiri.

Terkadang, dengan komunikasi dan diskusi yang sering, batas-batas ketegasan dalam hubungan antara pengacara dan klien mereka mencair bahkan tipis, dan hubungan dapat meningkat menjadi TTM (ramah tapi akrab). Inilah yang saya rasakan saat ini (Allah mak!!).

Ida, panggilan akrabnya. Janda muda, 35 tahun, tidak punya anak. Tingginya 168 cm dengan berat badan yang cukup proporsional. Bisa dibilang gendut. Ya, S-I-N-T-A-L karena lekuk tubuhnya sangat sempurna. Jika dia berjalan, pria mana pun yang melihatnya pasti akan memperhatikannya. Wajahnya? Standar Indonesia. Itu bisa jika diperkirakan dari urutan 7 nilai.

Sex Janda Bohai

Melihat bibirnya yang tipis sudah cukup membuat kita ingin berlama-lama mengobrol dengannya, yang membuatnya semakin menarik dan yang utama adalah warna kulitnya yang olive. Halus, tanpa noda sedikit pun. perfect Ini juga menambah ukuran payudara yang enak dipandang. Tidak besar atau kecil. 34 atau 32, saya tidak tahu, yang penting adalah susunya! mmmmmmm

Persoalan hukum yang dihadapinya cukup rumit, perebutan harta warisan mendiang suaminya. Rupanya, keluarga besar mendiang suaminya enggan jika rumah yang ditinggalkan almarhum dikuasai Ida. Mereka mencoba melakukan kekejaman untuk mengusir Ida dari rumahnya, yang membuat Ida khawatir. Dia tidak bisa meninggalkan rumah yang dia tinggali karena hanya itu yang dia miliki.

Awalnya, komunikasi dan diskusi dengan Ida biasa-biasa saja. Tak ada nafsu untuk mengiringinya. Pesona tubuh bercahaya Ida tidak menimbulkan apa-apa selain kekaguman di hati saya. Tidak lebih, tidak kurang. Uraian masalah yang dikemukakan oleh Ida sudah cukup bagi saya untuk menarik kesimpulan awal bahwa hak Ida sebagai janda harus dilindungi.

Beberapa hari setelah menandatangani surat kuasa, saya langsung menyusun dan menyelesaikan langkah-langkah penyelesaian hukum. Saya langsung mengirimkan surat panggilan kepada keluarga besar almarhum suaminya Ida. Beberapa pertemuan saya dengan ahli waris selalu dilaporkan kepada Ida sebagai klien. Ini adalah seragam profesional saya.

Janda Janda Bugil Memek Montok Gambar

Hingga suatu hari, di rumah Ida. Saya mendapat kabar dari Ida bahwa dia masih mendapatkan panggilan yang mengandung horor.

“Tuan, saya benar-benar takut. Mereka selalu mengatakan saya tidak punya hak untuk tinggal di rumah ini. Mereka mengancam kalau akhir bulan ini tidak keluar, tunggu saja akibatnya nanti,” jawab Ida pelan.

Ia mendongakkan wajahnya sejenak. Dia sepertinya berusaha menahan perasaan jengkel dan takutnya. “Mereka sangat berani, Pak,” tambahnya dengan suara rendah.

“Ya, sabar Bu. Ini masih proses. Saya mengirim surat panggilan ditambah ancaman untuk melaporkan mereka ke pihak berwenang jika mereka terus melakukan teror.

Cerita Dewasa Kisahku Dengan Nenek & Tante Wira

Saya kemudian secara diplomatis menyampaikan langkah-langkah hukum yang telah diambil. Ida pun menanggapi dengan antusias. filmbokepjepang.com Dia memindahkan tempat duduknya lebih dekat ke saya. Letaknya di sebelah kiriku, dalam posisi duduk bersebelahan ini jelas memberiku kesempatan untuk mengeksplorasi pesona kecantikan dan kehalusannya.

Di sela-sela perbincangan itu, aku tak henti-hentinya memandangi tubuh mulusnya yang saat itu dibalut kemeja lengan pendek warna pink tanpa kerah dan celana hitam. Eksplorasi yang tidak direncanakan, dimulai dengan jari-jarinya yang kurus, perlahan-lahan berkembang ke lengan, bahu, dan berlanjut ke lehernya. Di lehernya ada kalung emas tipis. Indah sekali, gumamku pada diri sendiri.

Saya menggambarkan tahapan penyelesaian hukum lebih teliti saat saya melihat bibir merah, pipi mulus, hidung dan telinganya. Ternyata penelitian ini menciptakan sensasi sensual saat jemari Ida memainkan rambutnya. Ini menunjukkan leher mulus Ida yang penuh dengan helaian rambut halus. Dia segera mencium aroma rambutnya

15, 20, 25 menit adalah waktu yang nyaman bagi saya. Pikiranku terbuai oleh sensasi sensual yang diciptakan Ida tanpa disadari. Saya berharap saya bisa menikmatinya lebih lama. Saya juga sangat menyerap getaran saraf di tubuh saya. Semakin terserap ternyata gelombang saraf mengarah ke selangkangan. Muatan listrik yang menyebabkan denyut di vena kemaluan. Pelan tapi pasti karet pubis menjadi keras.

Cerita Dewasa Bergambar Ngentot Tante Varia Janda Muda

“Ambil saja Bu. Siapa yang tidak mengenal teror. Mungkin dari kenalan atau keluarga, saran saya. Sejujurnya, saya benar-benar duduk berdampingan dengan Ida

#Cerita #Dewasa #Janda #Muda #Cantik

Cerita Sex Duda Dan Janda, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Duda Dan Janda – Pembaca mungkin bertanya-tanya mengapa saya menceritakan kisah yang sangat memalukan ini ketika orang lain mengetahuinya. Saya sendiri juga sangat bingung kenapa saya berani menceritakan kisah ini kepada para pembaca. Tapi yang jelas ada perasaan tertentu yang saya dapatkan ketika cerita gila ini bisa dibaca banyak orang. Apalagi lewat internet, identitas saya jelas tidak akan diketahui orang lain. filmbokepjepang.com

Sebelum saya menceritakan kisah gila saya ini, ada baiknya untuk memperkenalkan sedikit identitas saya kepada para pembaca. Sehingga ketika membaca kisah nyata ini, pembaca memiliki gambaran yang jelas seperti apa para aktor (dan penulis) dari kisah sensasional ini.

Cerita Sex Duda Dan Janda

Nama saya Riri, saya berusia 28 tahun dan memiliki suami. Menurut banyak teman, saya adalah wanita yang cukup cantik dengan kulit putih bersih. Namun, tinggi badan saya cukup ramping dan kecil. Tinggi saya hanya 155 cm. Tapi meskipun tubuh saya kurus, pantat saya cukup bulat dan penuh. Sementara itu, payudara saya yang hanya berukuran 34B juga terlihat padat dan cocok dengan bentuk tubuh saya.

Cerita Sex Bikin Basah Janda Muda Dan Menidurinya

Saya bekerja sebagai pegawai staf akuntansi di sebuah department store besar di kota saya. Kemudian saya bertemu banyak relasi pekerja lain dari perusahaan yang memasok produk ke toko tempat saya bekerja. Di sinilah cerita yang akan saya ceritakan terungkap.

Sebagai seorang istri, sebenarnya saya adalah tipe istri yang setia kepada suaminya. Saya selalu memiliki prinsip, tidak ada pria lain yang menyentuh hati dan tubuh saya kecuali suami saya yang sangat saya cintai. Dan sebelum cerita ini terjadi, saya selalu bisa menjaga kesetiaan saya. Dan apalagi mereka menyentuh saya, bahwa saya tertarik pada pria lain adalah hal yang tabu bagi saya.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, suami saya memiliki fantasi gila. Dia sering mengatakan kepada saya bahwa dia selalu bersemangat ketika dia membayangkan saya berhubungan seks dengan pria lain. Entahlah, mungkin dia terpengaruh oleh cerita teman-temannya. Atau mungkin juga termakan oleh bacaan-bacaan seksual yang sering ia baca. Pada awalnya, itu mengganggu saya setiap kali dia mengatakan itu kepada saya. Namun seiring berjalannya waktu, entah kenapa, aku juga mulai terangsang oleh fantasinya.

Setiap kali dia mengatakan ingin melihat saya dipukuli oleh pria lain, dada saya tiba-tiba berdebar kencang. Sebuah tanda bahwa aku juga mulai terangsang oleh fantasinya. Pada saat yang sama, di toko tempat saya bekerja, saya semakin akrab dengan seorang karyawan perusahaan distribusi yang biasa datang untuk memasok barang. Sebut saja namanya Mas Roni. Dia adalah seorang pria besar dan cukup atletis, tinggi lebih dari 180 cm. Dia berusia sekitar 35 tahun. Saya tidak pernah benar-benar memiliki pikiran atau perasaan untuk tertarik padanya.filmbookepjepang.com

Cerita Seorang Istri Binal Digagahi Batang Kontol Pria Lain.

Awalnya, hubungan saya biasa-biasa saja. Persahabatan saya terbatas pada hubungan kerja. Namun, Mas Roni yang seorang duda selalu baik kepada saya. Saya juga mengakuinya, dia adalah pria yang pengertian. Sangat bagus untuk memenangkan hati orang lain. Begitu dia memperhatikan saya, Mas Roni sering memberi saya hadiah. Misalnya, saat Lebaran dan Tahun Baru, Mas Roni memberi saya bonus besar. Meskipun karyawan lain di toko saya tidak mendapatkannya. Bahkan ketika dia datang ke toko saya, dia terkadang bersedia membantu saya dengan pekerjaan saya. Tapi Roni bisa melakukannya karena dia sangat mengenal bosku.

Hingga suatu hari, ketika saya sedang menghitung keuangan bulanan perusahaan, tiba-tiba Mas Roni muncul di depan meja saya.

Nanti, seperti biasa, selain pekerjaan saya, Mas Roni dan saya mengobrol dan bercanda di sana-sini. Tak terasa sudah satu jam kamu mengobrol dengannya.

“Aku juga punya syarat lho Ri. Aku akan memberinya hadiah jika Riri ingin memejamkan mata. Apa kamu mau?” dia bertanya lagi.

Janda Duda Melayu Homemade Hd Porn Video Da Xhamster

Menutup mata, aku bertanya-tanya hadiah seperti apa yang akan dia berikan padaku. Tapi, ya Tuhan, saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, itu juga meluncur di bibirku. Saya langsung tahu bahwa Mas Roni sedang mencium saya. Jadi saya langsung membuka mata. Dari sisi meja di seberangku, Mas Roni mencondongkan tubuh dan menciumku. Tapi anehnya, setelah itu saya tidak berusaha kabur

Untuk beberapa saat, Mas Roni terus melumat bibirku. Sejujurnya, saya juga menikmatinya. Bahkan untuk beberapa saat, secara refleks, aku juga melumat bibir Mas Roni. Sampai saat itu aku sadar, lalu aku mendorong dada Mas Roni hingga dia terjatuh ke belakang.

“Tapi, ini seharusnya tidak terjadi,” kataku dengan suara gemetar, menahan rasa malu dan keengganan yang menumpuk di hatiku.

“Maafkan aku Ri, mungkin aku terlalu ceroboh. Seharusnya aku menyadari bahwa kamu sudah menjadi milik orang lain. Tapi inilah kenyataannya, aku sangat mencintaimu Ri,” katanya pelan sambil meninggalkanku.

Cerita Dewasa Sang Office Girl

Saat itu aku sangat sedih. Saya merasa telah mengkhianati suami saya. Tetapi satu-satunya hal adalah bahwa peristiwa seperti itu diulang beberapa kali. Mas Roni beberapa kali mengunjungi toko saya, dia selalu memberi saya ‘hadiah’ seperti ini. Tentu saja, jika teman-temanku tidak melihat. Meski pada akhirnya saya menolak, tapi anehnya saya tidak pernah marah dengan tindakan Mas Roni.

Entahlah, aku sendiri bingung. Saya tidak tahu apakah ini karena pengaruh imajinasi suami saya yang dibangkitkan oleh gagasan saya berselingkuh. Atau karena saya jatuh cinta pada Mas Roni. Sekali lagi, saya tidak tahu. Bahkan semakin hari, saya semakin dekat dengan Mas Roni.

Hingga suatu hari, Mas Roni mengajak saya jalan-jalan. Awalnya saya selalu menolak. Saya khawatir bahwa kedekatan saya dengannya adalah penyebab sebenarnya dari perselingkuhan itu. Tapi karena dia selalu mendesakku, akhirnya aku menerima ajakannya. Tapi saya beri syarat, salah satu rekan kerja saya juga harus diundang. Dengan mengajak teman-teman, saya berharap Mas Roni tidak berani melakukan hal yang tidak wajar.

Jadi pada hari Minggu, Mas Roni dan saya akhirnya pergi jalan-jalan. Agar suamiku tidak curiga, kataku padanya, hari itu aku lembur sampai sore. Selain Mas Roni dan saya, juga rekan kerja saya, Yani dan pacarnya. Oh ya, kami berempat mengendarai mobil stok dari perusahaan Mas Roni. Kami berempat berjalan-jalan ke lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kota saya. Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kota saya, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari tetangga, saudara dan terutama suami saya.

Menikahi Janda Atau Duda? Yuk, Simak 10 Tips Berikut Ini Moms

Setelah lebih dari satu jam berkeliling lokasi wisata, pacar Mas Roni dan Yani meminta kami untuk beristirahat di sebuah penginapan. Yani dan pacarnya menyewa kamar dan keduanya menghilang di balik pintu tertutup. Maklum, keduanya jatuh cinta. Suami saya dan saya sama ketika kami berkencan, jadi saya mengerti.

Mas Roni juga menyewa kamar sebelah. Sebenarnya saya juga berniat untuk menyewa kamar, tapi Mas Roni melarang saya.

Kami mengobrol dan tertawa tentang Yani dan pacarnya di kamar sebelah. Juga, Yani dan pacarnya sepertinya sengaja mendesah agar terdengar di telinga kita. Sejujurnya, dia juga senang mendengar desahan Yani, yang mirip dengan suara orang yang terengah-engah. Entah kenapa dadaku mulai berdegup lebih kencang saat mendengar helaan napas Yani dan membayangkan apa yang mereka lakukan di kamar sebelah. Untuk beberapa saat, saya dan Mas Roni terdiam.

Tiba-tiba Mas Roni menarik tanganku, jadi aku duduk di pangkuan Mas Roni yang sedang duduk di tepi ranjang. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat mengelak, aku bahkan membiarkan bibir dan kumis Mas Roni menempel di bibirku untuk beberapa saat. Dadaku berdegup kencang saat merasakan bibir Mas Roni meremukkan mulutku. Lidah Mas Roni meluncur ke celah di antara bibirku dan menggelitik sebagian besar mulutku. Dengan serangan yang tiba-tiba itu, darahku seperti berdesir, sementara bulu-bulu di belakang leherku berdiri.

Cerita Seks Ayah Tiri Ku Yang Bejat

Mas Roni melepaskan ciumannya di bibirku, tapi tangannya yang kuat dan kuat masih memeluk pinggang rampingku dengan erat. Aku masih duduk di pangkuannya.

“Kenapa tidak pantas? Lagipula aku sama dengan suamimu, mereka berdua mencintaimu,” kata Mas Roni yang terdengar seperti desahan.

Setelah itu, Mas Roni kembali mendaratkan ciuman. Dia menjilat dan mencium seluruh wajahku, lalu turun ke leher dan telingaku. Aku pasif dan pendiam, namun perlahan tapi pasti, nafsuku semakin kuat. Harus kuakui Mas Roni sangat pandai mengobarkan nafsuku. Menjilat demi jilat lidahnya di leherku benar-benar membuatku terbakar kenikmatan. Bahkan dengan suami saya, saya tidak pernah merasakan rangsangan seperti ini.

Mas Roni sendiri juga tampak heboh. Dia bisa merasakan napasnya mulai terengah-engah. Sementara itu, saya sendiri tidak cukup kuat untuk menahan erangan. Jadi saya mendesis untuk menahan kesenangan yang mulai membakar kesadaran saya. Setelah itu, tangan kekar Mas Roni tiba-tiba membuka kancing bajuku. Tanpa ragu, payudaraku yang putih bersih terekspos di depan Mas Roni. Secara refleks aku masih mencoba memberontak.

Cerita Di Balik Viral Bos Warteg Menikahi Pegawainya Yang Lebih Muda 20 Tahun

“Takut siapa Ri, toh tidak ada yang tahu. Percayalah,” jawab Mas Roni dengan nafas yang semakin tersengal-sengal.

Seolah tidak mempermasalahkan protesku, Mas Roni yang tadi melepas bajuku, kini sibuk melepas braku. Meskipun dia masih berjuang, itu tidak ada gunanya. Karena tubuh Mas Roni yang besar dan kuat memelukku dengan sangat erat.

Kini, di pelukan Mas Roni, payudaraku terbuka tanpa ditutup sehelai kain. Aku berusaha menyembunyikannya dengan melingkarkan tanganku di dada, tapi tangan Mas Roni dengan cepat meraih lenganku dan merentangkannya. Setelah itu, Mas Roni mengangkat saya dan menidurkannya. Tanpa membuang waktu, bibir Mas Roni meremas salah satu payudaraku, sementara salah satu tangannya langsung meremas payudaraku yang lain juga. Seperti singa liar, dia menjilat dan meremas payudara putih yang kenyal ini.

Sekarang tidak ada yang bisa kulakukan selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang menyelimutiku. Aku menggeliat seperti cacing panas karena kesemutan dan kenikmatan saat bibir dan lidah Mas Roni menjilat dan meremas putingku.

Cerita Seks Dewasa Terbaru Newhairstylesformen2014.com

“Ri, da… dadamu putih dan dia… cantik sekali. A.. aku sudah tidak tahan lagi.. sayang..” kata Mas Roni terbata-bata akibat syahwat yang semakin membuncah.

Setelah

#Cerita #Sex #Duda #Dan #Janda

Petualangan Sex Dengan Janda Anak 1 Terbaru Malam Ini

Petualangan Sex Dengan Janda Anak 1  

Jogja yang saya tumpangi baru berangkat 2 jam kemudian. Saat sedang asyik membolak-balik Taboid Olahraga kesukaan saya, tiba-tiba seorang anak kecil berusia 4 tahunan terjatuh didepan saya, sontak tangan ku menarik si gadis kecil itu.

”Makasih Dik, maklum anak kecil kerja nya lari-lari mulu” ungkap seorang wanita setengah baya seraya mengumbar senyum manisnya. Namun walau hampir kepala tiga, Mbak Tina, demikian dia memperkenalkan dirinya pada saya, masih keliatan seperti gadis muda yang lagi ranum-ranum nya…. dada gede (34B), pantat bahenol dibarengi pinggul seksi membuat ku terpaku sejenak memandanginya.

“Maaf, boleh saya duduk disini” suara Mbak Tina dengan logat sundanya yang khas memecah ‘keheningan’ saya

“Ssii… silakan Mbak,” balas ku sambil menggeser pantat ku dibangku ruang tunggu bis antar kota di kota kembang itu.

“Mau kemana mbak’”saya coba membuka pembicaraan.

“Anu… saya the mau ke jogja. Biasa beli barang-barang buat dagang. Adik mau kemana?”

“Sama, jogja juga. Mbak sendiri?” pandangan ku melirik payudara nya yang belahan nya jelas dari kaos lumayan ketat yang dipakainya.

“Ya, tapi ada yeyen kok” katanya sambil menunjuk si kecil yang asik dengan mainannya.

“Saya Andi Mbak” ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambutnya dengan ramah.

“Kalo gitu saya manggilnya mas aja ya, lebih enak kedengarannya” ungkap si mbak dengan kembali mengumbar senyum manisnya. Mungkin karena ketepatan jurusan kami sama, saya dan Mbak Tina cepat akrab, apalagi apa karna kebetulan ato gimana, kami pun duduk sebangku di bis yang memang pake formasi seat 2-2 itu.

Dari ceritanya ku ketahui kalo Mbak Tina janda muda yang ditinggal cerai suami sejak 2 thn lalu. Untuk menyambung hidup dia berjualan pakaian dan perhiasan yang semua dibeli dari jogja. Katanya harga nya murah. Rencananya di Jogja 2-3 hari..

Pukul 4.30 sore, bis meninggalkan terminal tersebut, sementara didalam bis kamu bertiga asyik bercengkarama, layaknya Bapak-Ibu-Anak, dan cepat akrab saya sengaja memangku si kecil Yeyen, sehingga Mbak Tina makin respek pada saya. Tak terasa, waktu terus berjalan, suasana bis begitu hening, ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Si kecil Yeyen dan para penumpang lain pun sudah terlelap dalam tidur.

Sedangkan saya dan Mbak Tina masih asyik dalam obrolan kami, yang sekali-kali berbau ha-hal ‘jorok’, apalagi dengan tawa genitnya Mbak Tina sesekali mencubit mesra pinggang saya. Suasana makin mendukung karna kami duduk dibangku urutan 4 dari depan dan kebetulan lagi bangku didepan,belakang dan samping kami kosong semua.

“Ehmm..mbak, boleh tanya ga nih, gimana dong seandainya pengen gituan kan dah 2 taon cerainya.” tanya ku sekenanya.

“Iiihh, si mas pikiran nya..ya gimana lagi, palingan usaha sendiri… kalo ga,ya… ini,si Yeyen yang jadi sasaran marah saya, apalagi kalo dah sampe di ubun-ubun.” jawabnya sambil tersipu malu.

“Masa… Ga mungkin ga ada pria yang ga mau sama mbak, mbak seksi, kayak masih gadis” aku coba mengeluarkan jurus awal.

Tiba-tiba si yeyen yang tidur pulas dipangkuan Mbak Tina, nyaris terjatuh.. sontak tangan ku menahannya dan tanpa sengaja tangan kami bertemu. Kami terdiam sambil berpandangan, sejenak kemudian tangan nya ku remas kecil dan Mbak Tina merespon sambil tersenyum.

Tak lama kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu ku, tapi aku mencoba untuk tenang, karena ‘diantara’ kami masih ada si kecil yeyen yang lagi asik mimpi..ya memang ruang gerak kami terbatas malam itu. Cukup lama kami berpandangan, dan dibawah sorot lampu bis yang redup, ku beranikan mencium lembut bibir seksi janda cantik itu.

“Ssshhh… ahhh… mas” erangnya, saat lidah ku memasuki rongga mulutnya, sementara tangan ku, walau agak sulit, karna yeyen tidur dipangkuan kami berdua, tapi aku coba meremas lembut payudara seksi nan gede itu.

“Terus mas… enak….. ouhhhh” tangan nya dimasukin aja mas, gak keliatan kok’” rengeknya manja.

Adegan pagut dan remas antara kami berlangsung 20 menitan dan terhenti saat yeyen terbangun…

“Mama…, ngapain sama Om Andi” suara yeyen membuat kami segera menyudahi ‘fore play’ ini dan terpaksa semuanya serba nanggung karna setelah itu Yeyen malah ga tidur lagi.

“Oya, ntar di Jogja tinggal dimana Mbak” tanya ku.

“Hotel Mas… Napa? Mas mau nemenin kami…???”

“Bisa, ntar sekalian saya temenin belanjanya, biar gampang, ntar cari hotelnya disekitar malioboro aja.”

Pukul 7 pagi akhirnya kami tiba di terminal Giwangan, Jogja… dari terminal kami bertiga yang mirip Bapak-Ibu dan anak ini, nyambung bis kota dan nyampai dikawasan malioboro setengah jam kemudian.. setelah muter-muter, akhirnya kami mendapatkan hotel kamar standart dengan doble bed dikawasan wisata jogja itu.

Setelah semua beres, si room boy yang mengantar kami pamit.

“Yeyen, mau mandi atau langsung bobo chayank?”

“Mandi aja, Ma… Oya, Om Andi nginep bareng kita ya..?” si yeyen kecil menanyaiku

“Ya, biar mama ada temen ngobrolnya.” jawab Mbak Tina sambil ngajak Yeyen ke kamar mandi yang ada dalam kamar. Di dalam ternyata si mbak telah melepas pakaiannya dan hanya melilitkan handuk di tubuh seksinya.

Dengan posisi agak nungging, dengan telaten Mbak Yeyen menyabuni si Yeyen, dan karena pintu kamar mandi yang terbuka, nampak jelas cd item yang membalut pantat seksi itu. Seperti Mbak Tina sengaja memancing naluriku, karena walau tau aku bisa ‘menikmati’ pemandangan tersebut, pintu kamar mandi tidak ditutup barang sedikitpun.

Tak lama kemudian, Yeyen yang telah selesai mandi , berlari masuk ke dalam kamar..

“Gimana, Yeyen udah seger belom?” godaku sambil mengedipkan mata ke arah Mbak Tina

“Seger Om…. Om mau mandi??”

Belum sempat ku jawab…..

“Ya ntar Om Mandi mandinya bareng mama, sekarang yeyen bobo ya…” celetuk Mbak Tina sambil tersenyum genit kearah ku.

Selagi Mbak Tina menidurkan anaknya, aku yang sudah masuk ke kamar mandi melepas seluruh pakaian ku dan ‘mengurut-urut’ penis ku yang sudah tegang dari tadi. Lagi asiknya swalayan sambil berfantasi, Mbak Tina ngeloyor masuk kamar mandi.

Aku kanget bukan kepalang..

“Udah gak sabar ya……” godanya sambil memandangi torpedo ku yang sudah ‘on fire’

“Haa… aaa… Mbak…” suaraku agak terbata-bata melihat Mbak Tina langsung melepas lilitan handuknya hingga terpampang payudara nya yang montok yang ternyata sudah ga dibungkus BH lagi, tapi penutup bawah nya masih utuh.

Tanpa mempedulikan kebengongan ku, Mbak Tina langsung memelukku.

“Jangan panggil Mbak dong. Tina aja” rengeknya manja sambil melumat bibirku dan tangan kirinya dengan lembut mengelus-elus kemaluan ku yang semakin ‘on fire’.

Aku sudah dirasuki nafsu birahi langsung membalas pagutan Tina dengan tatkala ganasnya. Perlahan jilatan erotis Mbak Heny turun ke leher, perut… hingga sampe dibatang kemaluan ku.

Petualangan Sex Dengan Janda Anak 1

“Berpengalaman sekali dia ini…” pikirku.

Jilatan yang diselingi sedotan, kuluman dibatang kemaluan hingga buah pelir ku itu membuatku serasa terbang melayang-layang….

“Ohhhh… Tina… nikkk… mat… teruss… isepppp” desahku menahan nikmatnya permainan oral janda seksi ini sambil mengelus-elus rambutnya.

15 menit lamanya permainan dahsyat itu berlangsung hingga akhirnya aku merasa sesuatu yang ingin keluar dari penis ku.

“Akhh… hh… aku kelu..aaarrr…” erangku diikuti semprotan sperma ku dimulut Tina yang langsung melahap semua sperma ku persis seperti anak kecil yang melahap es paddle pop sambil tersenyum ke arahku..

Setelah suasana agak tenang, aku menarik tangan Tina untuk berdiri, dan dalam posisi sejajar sambil memeluk erat tubuh sintal janda seksi ini, mulutku langsung melumat mulut Tina sambil meremas-remas pantatnya yang padat. Tina membalasnya dengan pagutan yang tatkala ganas sambil tangan nya mengenggam penisku yang masih layu dan mengurut-urutnya. Dan dengan buasnya aku mengecup dan menyedot dari leher terus merambat hingga ke payudara nya yang padat berisi.

“Oohhh.. Ndi…. ahhkkhh.” erangnya tatkala mulutku mulai bermain di ujung putingnya yang tegang dan berwarna coklat kemerahan. Tanpa melepas lumatan pada mulut Tina, perlahan aku mulai mengangkat tubuh sintal tersebut dan mendudukannya diatas bak mandi serta membuka lebar-lebar pahanya yang putih mulus. Tanpa dikomando aku langsung berlutut, mendekatkan wajahku kebagian perut Tina dan menjilati yang membuat Tina menggelinjang bak cacing kepanasan.

Jilatin ku terus merambat ke bibir vagina nya yang licin tanpa sehelai bulu pun. Sesaat kemudian lidahku menjilati sambil menusuk-nusuk lubang vagina Tina, yang membuatnya mengerang histeris.

“Ndi… sudah…. Ndi… masukinn punyamu…. aku sudah ga tahan…. ayo sayang…” pinta nya dengan nafas memburu.

Tak lama kemudian aku berdiri dan mulai menggesek-gesekkan penis ku yang sudah tegang dan mengeras dibibir vagina Tina yang seseksi si empunya.

“Sudah…. say…. aku ga ta.. hann… nnn… masukin..” rengek Tina dengan wajah sayu menahan geora nafsunya.

Perlahan namun pasti penisku yang berukuran 17 cm, ku masukkan menerobos vagina Tina yang masih sempit walau sudah berstatus janda itu.

“Pelann… dong say.. sudah 2 tahun aku gak maen..” pinta nya seraya memejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri saat penisku mulai menerobos lorong nikmat itu.

Ku biarkan penis ku tertanam di vagina Tina dan membiarkan nya menikmati sensasi yang telah dua tahun tak dia rasakan. Perlahan namun pasti aku mulai mengocok vagina janda muda ini dengan penis ku yang perkasa. Untuk memberikan sensasi yang luar biasa, aku memompa vagina Tina dengan formasi 10:1, yaitu 10 gerakan menusuk setengah vagina Tina yang diukuti dengan 1 gerakan full menusuk hingga menyentuh dinding rahimnya.

Gerakan ini ku selingi dengan menggerakkan pantatku dengan memuter sehingga membuat Tina merasa vagina nya diubek, sungguh nikmat yang tiada tara terlihat dari desisan-desisan yang diselingi kata-kata kotor keluar dari mulutnya..

“Ouggghh…. kontolmu enak say… entot Tina terus say… nikmat” rintihnya sambil mengimbangi gerakanku dengan memaju-mundurkan pantatnya.

Tiga puluh menit berlalu, Tina sepertinya akan mencapai orgasmenya yang pertama. Tangan nya dengan kuat mencengkram punggung ku seolah meminta sodokan yang lebih dalam di vaginanya. Tina menganggkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menggelinjang hebat, sementara aku semakin cepat menghujam kan penisku di vagina Tina…

“Ooouhhh…. aaahhhh…. hhh…” erang Tina saat puncak kenikmatan itu dia dapatkan..

Sejenak Mbak Tina kubiarkan menikmati multi orgasme yang baru saja dia dapatkan. Tak lama kemudian tubuh sintal Mbak Tina ku bopong berdiri dan kusandarkan membelakangi ku ke dinding kamar mandi. Sambil menciumi tengkuk bagian belakang nya, perlahan tangan ku membelai dan mengelus paha mulus Mbak Tina hingga tangan ku menyentuh dan meremas kemaluan nya dari belakang, membuat nafsu birahinya bangkit kembali. Rangsangan ini ku lakukan hingga aku persis berjongkok dibelakang Tina.

Apalagi setelah jilatan merambat naik ke vagina Mbak Tina dan mengobok-obok vagina yang semakin menyemburkan aroma khas. Tak cukup sampai disitu, wajahku ku dekatkan kebelahan pantat montok itu dan mulai mengecup dan menjilati belahan itu hingga akhirnya Mbak Tina seakan tersentak kaget kala aku menjulurkan dan menjilati lubang anus nya, sepertinya baru kali ini bokong seksi dan anusnya dijilati.

“Ouhh…. aakhh… ssstt…. jorok say…. apa kamu lakukan… jilat memek Tina aja..” celotehnya .

Sepuluh menit berlalu, aku kemudian berdiri dan menarik pantat montok nan seksi itu kebelakang dan penisku yang semakin tegang itu ku gosok-gosokan disekitar anus Tina…

“Ouh… ca… kittt… say… jangan disitu, Tina lom pernah say…” rengeknya sambil menahan saat perlahan penisku menerobos masuk anusnya. Setelah sepenuhnya penisku tertelan anus Tina, ku diamkan beberapa saat untuk beradaptasi seraya tangan ku meremas-remas kedua payudaranya yang menggantung indah dan menciumi tengkuk hingga leher belakang dan sampai ke daun telinga nya.

“Nikk… matt… say..” hanya itu yang keluar dari mulut seksi Tina.

Merasa cukup, aku mulai memaju mundurkan penis ku secara perlahan mengingat baru kali ini anusnya dimasuki penis laki-laki. Setelah beberapa gerakan kelihatan rasa sakit dan perih yang dirasakannya tadi sudah berganti dengan rasa nikmat tiada tara.

Perlahan Mbak Tina mulai mengimbangi gerakan ku dengan goyangan saat penis ku semakin memompa anusnya, sambil tangan kananku mengobok-obok vagina nya yang nganggur.

“Aahhh… ooohhh… laur biasa say… nikmat…” Desah Tina menahan nikmatnya permainan duniawi ini. 30 menit berlalu dan aku merasa puas mempermainkan anus Mbak Tina, perlahan ku tarik penisku dan mengarahkan nya secara perlahan ke vagina, dan memulai mengobok-obok vagina itu lagi. 20 menit kemudian aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku, hingga aku semakin mempercepat gerakan sodokan ku yang semakin diimbangi Tina yang sepertinya juga akan mendapatkan orgamasme keduanya.

Diiringa lolongan panjang kami yang hampir bersamaan, secara bersamaan pula cairan hangat dan kental dari penisku dan vagina Tina bertemu di lorong nikmat Tina.. Nikmatnya tiada tara, sensasi yang tiada duanya..

Tak lama berselang, aku menarik penisku dan mendekatkan nya ke mulut Mbak Tina yang langsung dijilatinya hingga sisa-sisa sperma yang masih ada dipenisku dijalatinya dengan rakus.

“Tak kusangka mas sehebat ini.. baru kali ini aku merasa sepuas ini. Badan kecil tapi tenaganya luar biasa. Aku mau mas… aku mau kamu mas…” puji Mbak Tina padaku dengan pancaran wajah penuh kepuasan tiada tara…

Sesaat kemudian kami saling membersihkan diri satu dengan lainnya, sambil tentunya sambil saling remas. Saat keluar mandi terihat Yeyen masih terdidur pulas, sepuas mama nya yang baru saja ku ‘embat’.

Setelah Yeyen bangun, kami bertiga jalan-jalan disekitar malioboro hingga malam. Pukul 9 malam kami tiba di hotel, namun kali ini sambil memandikan Yeyen, Mbak Tina tampaknya sekalian mandi.. Saat keluar kamar mandi tanpa sungkan wanita sunda ini melepas handuknya untuk selanjutnya mengenakan daster tipis yang tadi baru kami beli dari salah satu toko di kawasan malioboro.

“Mas.. mandi dulu gih..” ungkapnya saat aku mendekatkan diri dan mengecup lembut bibirnya yang langsung disambutnya.

“Iihh.. mama dan om Andi, ngapain..?” protes si kecil yeyen saat kami sesaat berpagutan didepan meja hias yang tersedia di kamar hotel itu.

Setelah aku selesai mandi, ku lihat Tina lagi ngeloni Yeyen, dan tampaknya kedua ibu-anak ini kecapean setalah jalan-jalan disekitar malioboro

Akhirnya ku biarkan Tina tidur dan aku gak ngantuk sama sekali mencoba mengisi waktu dengan menyaksikan live liga Inggris yang waktu itu ketepatan menyajikan big match .. Jam 12 malam lebih saat tayangan bola rampung, perlahan aku mendekati Tina dan mulai membelai-belai betis indah janda muda itu dari balik daster tipisnya hingga nyampe pangkal pahanya.

Ketika tanganku mulai mengusap-usap vagina, Tina terbangun. Ku ajak dia pindah ke bed satunya, sambil ku lucuti daster tipis yang didalamnya tanpa beha tersebut. Dengan hanya menggunakan CD tipis berwarna krem, tubuh bahenol itu ku bopong dan ku lentang kan di ranjang satunya, agar kami lebih leluasa dan si Yeyen kecil bisa tidur tenang. Sambil menindihnya, ku remas dan kecup puting payudara putih dan montok itu.

“Aahhh…. mas…” erangnya manja.

Jilatan ku terus merambah menikmati inci per inci tubuh seksi itu hingga sampe di gundukan nikmat tanpa sehelai rambut pun.. Hampir 20 menit lidah ku bermain dibagian sensitive itu, hingga akhirnya..

“Ayo dong mas… cepeten masukin… dah ga tahan nih…”

Perlahan kusapukan penis ku di vagina mungil itu. kelihatan sekali Tina menahan napas sambil memejamkan mata nya dengan sayu dan menggigit bibir bawahnya. Akhirnya burung ku masuk ‘sarang’. Ku pertahankan posisi itu beberapa saat, dan setelah agak tenang aku mulai menyodok perlahan vagina yang semakin basah itu.

Erangan dan desahan nikmat yang keluar dari mulut seksi janda sintal ini, menandakan dia sangat menikmati permainan duniawi ini.. Tanpa malu dia mendesah, mengerang bahkan diselingi kata-kata kotor yang membangkitkan gairah.. Sementara di bed sebelahnya si kecil Yeyen masih tertidur pulas..

Tina, si Janda seksi yang lagi, ku garap seakan tidak memperdulikan keberadaan putrinya si kecil, Yeyen..

25 menit-an kami ‘bertempur’ dalam posisi konvensional itu, perlahan ku angkat tubuh Mbak Tina hingga kini dia posisinya diatas. Posisi yang nikmat, karna selain menikmati memek nya aku juga bisa dengan leluasa meremas, mencium dan sesekali mengulum payudara montok yang ber-ayun dengan indah itu.. baru 15 menit,tiba-tiba tubuh Tina mengejang diikuti lenguhan panjang..

“Aaaacchh…. aauugghh… Ann.. ddii.. aakku.. kkeelluaa.. aa.. rr…”

Tak lama Tina menghempaskan tubuhnya di dada ku, seraya mulut kami berpagutan mesra. 5 menit lama nya ku biarkan dia menikmati orgasme nya. Beberapa saat, karna aku belum apa-apa, aku minta Tina menungging karna aku pengen menikmati nya dengan posisi dogstyle.. Dalam posisi nungging keliatan jelas pantat indah janda kota kembang ini.. Perlahan ku kecup dan jilati belahan pantat seksi itu. Secara perlahan jilatan ku sampe ke vagina mungilnya, Tina menggelinjang dan menggelengkan-gelengkan kepalanya menahan nikmat.. disaat itu, tanpa kami sadari.. si kecil Yeyen bangun dan menghampiri kami.

“Om Andi.. ngapain cium pantat mama..” selidiknya sambil terus mendekat memperhatikan memek mama nya yang ku lahap habis..

“Adek tenang aja ya.. jangan ganggu Om Andi… Mama lagi maen dokter-dokteran dengan Om Andi. Ntar mama mau di cuntik .. Yeyen diem aja ya…” Tina coba menenangkan gadis kecil itu..

“Ehmm.,.. hayo Om… cuntik Mama Yeyen cekaaa.. lang Om.. dah ga tahan neh..” rengek Tina.. sedangkan si Yeyen terlihat duduk manis dipinggiran bed satunya, siap menyaksikan adegan yang semestinya belum pantas dia saksikan..

Perlahan penis ku yang sudah on fire ku gosok-gosokkan dari lubang memek Tina hingga menyentuh anusnya, dari arah memek hingga lubang anusnya. Dan karena tak tega menyaksikan Tina semakin meracau dan merengek minta segera di ’suntik’, secara perlahan ku arahkan penis ku ke liang senggama nya yang licin oleh cairan vagina nya..

“Om, kok Mama Yeyen dicuntik pake burung Om..” protes si kecil yang belum ngerti apa-apa itu.

“Aauhh… ahh….. lebih dalam Mass.. sss.. Ann.. dddi..” pinta Tina dalam erangan dan desahan nikmat nya tanpa mempedulikan keberadaan Yeyen yang terlihat bingung melihat mama nya, antara kesakitan atau menahan nikmat.

30 menit berlalu, aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari ujung penis ku. Agar lebih nikmat, ku putar tubuh sintal janda kembang ini tanpa mencabut penis ku hingga kami kembali paad posisi konvesional.

“Ti…naaaaaa.. aku mau keluar” erang ku mencoba menahan muntahan lahar nikmat yang semakin mendesak ini…

“Ntar.. Masss.. ss.. tahann… kita bareng…” Erangnya dengan mata terpejam seraya menggigit kedua bibirnya menahan genjotan ku yang semakin kencang di vaginanya..

Kedua tangan nya mencengkram punggung ku, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang kami berdua.

“Aaaccchhh…. aaauuggghh…” Maniku dan mani nya akhirnya bertemu di lorong kenikmatan itu sementara bibir kami berpagut mesra dan tangan kanan ku meremas payudara nya yang mengecang saat kami orgasme bareng tadi. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, kami masih berciuman mesra sambil berpelukan mesra, sementara penisku masih ‘tertanam’ di memeknya.

Sadar dari tadi Yeyen terus memperhatikan kami, Tina dengan wajahnya yang penuh kepuasan sejati, mengedipkan matanya seraya melihat ke arah Yeyen sambil tersenyum manis.. dan aku pun menghempaskan tubuh ku disampingnya, dan saat penis ku akan ku cabut..

“Nggak usah Mas.. biarin aja dulu di dalem..” rengeknya manja dan segera ku hadiahi ciuman mesra di keningnya.. Tak lama kemudian Yeyen mendekati kami yang baru saja permainan ranjang yang begitu dahsyat..

Hari berikutnya selama Ibu dan anak ini di Jogja, kami terus melakukan hubungan seks ini, dengan berbagai variasi dan teknik yang lebih mesra.. bahkan kadang kami melakukan nya di kamar mandi saat mandi.. Malahan kami tak peduli lagi dengan keberadaan Yeyen. Tina juga tak segan mengoral penis ku dihadapan Yeyen..

Liburan tahun baru lalu aku mendatangi nya di Bandung dan menginap selama se minggu lebih di rumah Janda seksi itu.. kepada tetangga sekitar dia mengenalkan aku sebagai keponakan jauhnya.. Dan yang paling penting, kami menghabiskan waktu dengan bermain seks sepuasnya, apalagi si kecil Yeyen telah dia titipkan ditempat orang tuanya di karawang, sedang selama aku disana, dia sengaja meliburkan pembantu nya..

Cerita sex : Hadiah Meki Dari Sahabat Kerja Istriku

Begitulah kisah seks ku dengan Tina, si janda seksi.. Dan pembaca, entah kenapa, sejak saat itu, untuk urusan seks aku merasa lebih menikmati permainan dengan wanita setengah baya.

#Petualangan #Sex #Dengan #Janda #Anak

Main Dengan Janda Yang Butuh Sex Terbaru Malam Ini

Main Dengan Janda Yang Butuh Sex

Aku melihat jam di tanganku. Masih lama rupanya. Kira-kira setengah jam lagi waktu kuliah habis. Siang tadi kakak iparku nelepon, memintaku datang ke rumahnya setelah kuliah. Aku bertanya-tanya, karena biasanya hanya abangku saja yang menelponku, menanyakan sesuatu atau memintaku untuk menjaga rumahnya jika dia ada urusan keluar kota.

Rintik-rintik hujan mulai turun semakin lebat. Mbak Lina yang bekerja di rumah abangku ini bergegas ke halaman belakang untuk mengambil jemuran. Kemudian, “Den Mad!”, teriaknya keras dari belakang rumah. Aku berlari menuju arah suaranya dan melihat Mbak Lina terduduk di tepi jemuran. Kain jemuran berhamburan di sekitarnya.

“Den Mad, tolong Mbak Lina bawakan kain ini masuk”, pintanya sambil menyeringai mungkin menahan sakit.

“Mbak tadi tergelincir”, sambungnya.

Aku hanya mengangguk sambil mengambil kain yang berserakan lalu sebelah tanganku coba membantu Mbak Lina berdiri.

“Sebentar Mbak. Saya bawa masuk dulu kain ini”, kataku sembari membantunya memegang kain yang berada di tangan Mbak Lina.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Kain jemuran kuletakkan di atas kasur, di kamar Mbak Lina. Ketika aku menghampiri Mbak Lina lagi, dia sudah separuh berdiri dan mencoba berjalan terhuyung-huyung. Hujan semakin lebat seakan dicurahkan semuanya dari langit.

Aku menuntun Mbak Lina masuk ke kamarnya dan mendudukkan di kursi. Dadaku berdetak kencang ketika tanganku tersentuh buah dada Mbak Lina. Terasa kenyal sehingga membuat darah mudaku tersirap naik. Kuakui walau dalam umur awal 30-an ini Mbak Lina tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan kakak iparku yang berusia 25 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan potongan badannya yang masih menarik perhatian lelaki. Tidak heran, pernah Mbak Lina kepergok oleh abangku bermesraan dengan laki-laki lain.

“Tolong ambilkan Mbak handuk”, pinta Mbak Lina ketika aku masih termangu-mangu.

Aku menuju ke lemari pakaian lalu mengeluarkan handuk dan kuberikan kepadanya.

“Terima kasih Den Mad”, katanya dan aku cuma mengangguk-angguk saja.

Kasihan Mbak Lina, dia adalah wanita yang paling lemah lembut. Suaranya halus dan lembut. Bibirnya senantiasa terukir senyum, walaupun dia tidak tersenyum. Rajin dan tidak pernah sombong atau membantah. Dianggapnya rumah abangku seperti rumah keluarganya sendiri. Tak pernah ada yang menyuruhnya karena dia tahu tanggung jawabnya.

Kadang-kadang saya memberinya sedikit uang, bila saya datang ke sana. Bukan karena apa, sebab dia mempunyai sifat yang bisa membuat orang sayang kepadanya. Abangku tidak pernah memarahinya. Gajinya setiap bulan disimpan di bank. Pakaiannya dibelikan oleh kakak iparku hampir setiap bulan. Memang dia cantik, dan tak tahu apa sebabnya hingga suaminya menceraikannya. Kabarnya dia benci karena suaminya main serong. Hampir 6 tahun lebih dia menjanda setelah menikah hanya 3 bulan. Sekarang dia baru berusia 33 tahun, masih muda.

Kalau masalah kecantikan, memang kulitnya putih. Dia keturunan Cina. Rambutnya mengurai lurus hingga ke pinggang. Dibandingkan dengan kakak iparku, masing-masing ada kelebihannya. Kelebihan Mbak Lina ialah sikapnya kepada semua orang. Budi bahasanya halus dan sopan.

Mbak Lina berdiri lalu mencoba berjalan menuju ke kamar mandi. Melihat keadaannya masih terhuyung-huyung, dengan cepat kupegang tangannya untuk membantu. Sebelah tanganku memegang pinggang Mbak Lina. Kutuntun menuju ke pintu kamar mandi. Terasa sayang untuk kulepaskan peganganku, sebelah lagi tanganku melekat di pinggangnya.

Mbak Lina menghadap ke diriku saat kutatap wajahnya. Mata kami saling bertatapan. Kulihat Mbak Lina sepertinya senang dan menyukai apa yang kulakukan. Tanganku jadi lebih berani mengusap-usap lengannya lalu ke dadanya. Kuusap dadanya yang kenyal menegang dengan puting yang mulai mengeras. Kudekatkan mulutku untuk mencium pipinya. Dia berpaling menyamping, lalu kutarik lagi pipinya. Mulut kami pun bertemu. Aku mencium bibirnya. Inilah pertama kalinya aku melakukannya kepada seorang wanita.

Erangan halus keluar dari mulut Mbak Lina. Ketika kedua tanganku meremas punggungnya dan lidahku mulai menjalari leher Mbak Lina. Ini semua akibat film BF dari CD-Rom yang sering kutonton dari rumah teman.

Mbak Lina bersandar ke dinding, tetapi tidak meronta. Sementara tanganku menyusup masuk ke dalam bajunya, mulut dan lidahnya kukecup. Kuhisap dan kugelitik langit-langit mulutnya. Kancing BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas mengusap buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding.

Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa tubuh Mbak Lina menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah. Baju daster Mbak Lina kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan.

Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan. Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Mbak Lina semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah, “Ssshh…, sshh!”.

Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku kini bermain di pusar Mbak Lina, sambil tanganku mulai mengusap-usap pahanya. Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Mbak Lina semakin kuat menarik rambutku.

“Den Maddd…, Den Mad”, suara Mbak Lina memanggilku perlahan. Aku terus melakukan usapanku. Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan.

Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Mbak Lina menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya. Aku segera mengerti maksud Mbak Lina seraya menuntun Mbak Lina menuju tempat tidur. Bau kemaluannya merangsang sekali. Dengan satu bau khas yang sukar diceritakan.

“Den Maddd…”, bisiknya perlahan di telingaku. Aku terdiam sambil mengikuti apa yang kuinginkan. Mbak Lina sepertinya membiarkan saja. Kami benar-benar tenggelam. Mbak Lina kini kutelanjangkan.

Tubuhnya berbaring telentang sambil kakinya menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya cukup menggiurkan. Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh.

Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Memang Mbak Lina tidak memiliki anak karena dia bercerai setelah menikah 3 bulan. Kakinya merapat. Karena itu aku tidak dapat melihat seluruh kemaluannya. Cuma sekumpulan rambut yang lebat halus menghiasi bagian bawah.

Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. ritsluiting jeans-ku kuturunkan. Aku telanjang bulat di hadapan Mbak Lina. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Mbak Lina. Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya. Mbak Lina telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik.

Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuh Mbak Lina. Sungguh lembut tubuh mungil Mbak Lina. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh pinggang Mbak Lina. Kudekatkan penisku ke tangan Mbak Lina. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya.

Memang Mbak Lina tahu apa yang harus dilakukan. Maklumlah dia pernah menikah. Dibandingkan denganku, aku cuma tahu teori dengan melihat film BF, itu saja. Tanganku terus mengusap perutnya hingga ke celah selangkangannya. Terasa berlendir basah di kemaluannya.

Aku beralih dengan posisi 69. Rupanya Mbak Lina mengerti keinginanku. Lalu dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam ketika lidah Mbak Lina melumat kepala penisku dengan lembut. Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Mbak Lina terasa menarik-narik batang penisku. Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat.

Kubuka lebar-lebar paha Mbak Lina sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Mbak Lina mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan Mbak Lina semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang vaginanya. Tentu Mbak Lina sudah cukup terangsang, pikirku.

Aku kembali pada posisi semula. Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku. Mbak Lina memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua Kaki Mbak Lina mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Mbak Lina terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya.

Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Mbak Lina semakin membuka pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Mbak Lina sudah tidak bergerak lagi. Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk mencari tempat-tempat yang bisa mendatangkan kenikmatan baginya.

Erangan Mbak Lina semakin kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan. 

Aku bertanya, “Gimana Mbak rasanya?”, suaraku lembut dan sedikit manja. Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya.

Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu. Perlahan-lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Mbak Lina menggelinjang seperti kesakitan.

“Pelan-pelan Den Madd!”, Mbak Lina berbicara dengan nafas sesak. Aku sekarang mengerti. Kemaluan Mbak Lina sudah sempit lagi setelah 6 tahun tidak disetubuhi, walaupun dia sudah tidak perawan lagi. Memang aku belum berpengalaman karena ini merupakan pertama kalinya aku menyetubuhi seorang wanita walau umurku sudah matang.

Kutekan lagi. Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Mbak Lina memegang lenganku erat-erat. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Mbak Lina juga terdiam. Tenang.

Sementara itu, kupeluk tubuh Mbak Lina dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut. Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang.

Lalu kemudian aku bertanya dengan suara lembut, “Mau diteruskan…?”. Mbak Lina membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan.

Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan Mbak Lina, mencengkram seluruh batang penisku. Penisku terasa seperti tersedot di dalam vagina Mbak Lina. Kami makin terangsang!

Penisku mulai memasuki kemaluan Mbak Lina lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan. Mata Mbak Lina terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu ketika penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar menunggu tindakanku selanjutnya.

Sedikit demi sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya. Mbak Lina mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya penisku di kemaluannya. Kadang-kadang punggung Mbak Lina terangkat-angkat menyambut penisku yang sudah melekat di kemaluannya.

Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku seiring dengan nafas kami yang tidak teratur lagi. Suatu ketika aku merasakan badan Mbak Lina mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku. Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan. Denyutan di kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang tertanam di dalamnya.

Main Dengan Janda Yang Butuh Sex

Goyanganku semakin kuat. Kasur Mbak Lina bergoyang mengeluarkan bunyi berdecit-decit. Leher Mbak Lina kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar. Denyutan yang semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Mbak Lina mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya.

Goyanganku semakin kencang. Kemaluan Mbak Lina semakin keras menjepit penisku. Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Mbak Lina lunglai seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Mbak Lina seperti terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya semakin kencang.

Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai ke puncak. Air maniku muncrat ke dalam kemaluan Mbak Lina. Bergetar badanku saat maniku muncrat. Mbak Lina mengait pahaku dengan kakinya. Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat.

Waktu aku memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk ke dalam. Kulihat Mbak Lina menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya. Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa tusukan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama-sama. Memang hebat. Sungguh puas.

Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama. Mbak Lina lah wanita pertama yang mendapatkan air perjakaku. Walaupun dia seorang janda, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik. Waktu kami melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Mbak Lina memang hebat dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan kenikmatan persetubuhan, bagiku Mbak Lina betul-betul memberiku surga dunia.

Aku terbaring lemas di sisi Mbak Lina. Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Mbak Lina. Kulihat Mbak Lina tertidur di sebelahku. Kejadian yang tidak pernah kuimpikan, terjadi tanpa dapat dielakkan. Mbak Lina juga telentang dengan mata tertutup seperti kelelahan, mungkin lelah setelah dapat menghilangkan keinginan batinnya sejak menjanda 6 tahun yang lalu.

Kami masih berpelukan. Kemudian Mbak Lina terasa seperti mengusap mukaku. Kubuka mataku. Dia tersenyum. Aku tersenyum. Seolah-olah kami tidak merasa aneh berpelukan tanpa sehelai benang pun di tubuh kami. Dia mencium bibirku.

Dia berbisik ketelingaku, “Terima kasih ya Den Mad. Mbak…” Belum sempat dia menghabiskan kata-katanya, aku bertanya,

“Mbak puas…?”. Dia tersenyum dan mengangguk. 

“Dua kali!”, jawabnya ringkas.

“Den Mad kamu memang hebat, penismu juga besar! Panjang!”, katanya.

Sementara itu ia mengocokkan batang penisku. Suaranya membangkitkan gairahku.

“Mbak suka?”, tanyaku. Dia tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku memegang buah dadanya.

Tangannya mengocok terus penisku. Penisku tegang lagi. Kami jadi terangsang lagi.

“Mbak mau lagi?”, tanyaku dengan suara manja. Dia tersenyum manis.

Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi kenyataan. Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Mbak Lina sudah mengejang. Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah. Segunduk daging mulai terlihat. Ufff…, detak jantungku kembali berdegup kencang. Kunikmati kembali tubuh Mbak Lina tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilat di depanku.

Kurentangkan kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Mbak Lina. Kedua belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu kulihat semua rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri sambil melihat kenikmatan yang telah menanti. Kudekatkan kepalaku untuk meneliti pemandangan yang lebih jelas. Memang indah membangkitkan birahi. Tak mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku. Segera kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Mbak Lina dengan bibir dan lidahku.

Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan Mbak Lina. Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil yang menonjol di mulut vaginanya, Mbak Lina mendesis dan mendesah keenakan. Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan. Beberapa kali kulihat Mbak Lina mengejangkan kakinya.

Aku sangat menikmati bau khas dari liang kemaluan Mbak Lina yang memenuhi relung hidungku. Membuat lidahku bergerak semakin menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Mbak Lina yang kini sedikit terbuka. Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tidak bisa. Mungkin karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakan lidahku itu membuat Mbak Lina beberapa kali mengerang karena nikmat.

Dalam keadaan sudah terangsang, kutarik tubuh Mbak Lina ke posisi menungging. Ia menuruti permintaanku dan bertanya dengan nada manja.

“Den Mad mau diapakan badan Mbak?”, bisiknya.

Aku rasa dia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya dulu. Aku diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Air mani Mbak Lina sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya. Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat kemaluan wanita serapat itu. Kucium kemaluan Mbak Lina. Bau anyir dan bau air maniku bercampur dengan bau asli vagina Mbak Lina yang merangsang. Bau vagina seorang wanita!

Jelas semua! Bulu kemaluan Mbak Lina yang lembab dan melekat berserakan di sekitar vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya. Kumain-mainkan di dalamnya. Kulihat Mbak Lina menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul pinggangnya. Kumasukkan penisku ke liang vaginanya. Pinggang Mbak Lina seperti terhentak.

Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang ke lubang vaginanya dengan posisi “doggy-style”. Tusukanku semakin kencang. Nafsu syahwatku kembali sangat terangsang. Kali ini berkali-kali aku mendorong dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan ganas. Kuraih pinggang Mbak Lina. Kemudian beralih ke buah dadanya. Kuremas-remas semauku, bebas. Rambutnya acak-acakan.

Lama juga Mbak Lina menahan lampiasan nafsuku kali ini. Hampir setengah jam. Maklumlah ini adalah kedua kalinya. Tusukanku memang hebat. Kadang cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong tubuh Mbak Lina. Dia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang. Berkali-kali. Seperti orang terengah-engah kecapaian. “Ehh.. ek, Ekh, Ekh.”

Akhirnya aku merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu kurangkul kedua bahu Mbak Lina sambil menusukkan penisku ke dalam. Tenggelam semuanya hingga ke pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan spermaku. Kutarik lagi, dan kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali kugoyang seperti itu. Mbak Lina terlihat pasrah mengikuti hentakanku.

Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun penisku masih tertancap di dalam kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati mukanya. Kami berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku kembali normal. Mbak Lina sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi kami. Kami telentang miring sambil berpelukan. Mbak Lina terlihat lemas lalu tertidur.

Melihat Mbak Lina begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku bangkit kembali. Kurangkul tubuh Mbak Lina dan aku bermain sekali lagi. Kali ini Mbak Lina menyerah. Dia tidak menolak. Kumainkan kemaluannya sampai puas. Bau di kamar ini adalah bau air mani kami. Bunyi tempat tidur pun berdecit-cit.

“Ahh… aaghh.”

Sesudah itu perlahan-lahan aku berdiri dan memakai kembali pakaianku. Aku keluar dari kamar Mbak Lina menuju ke ruang depan. Sewaktu aku keluar, barulah aku sadar pintu kamar Mbak Lina tidak tertutup rapat.

Rupa-rupanya kakak iparku sudah pulang. Mendadak aku pucat kalau-kalau kejadian tadi disaksikan oleh kakak iparku. Aku keluar sambil mencoba berlagak seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian aku duduk di sofa. Sebentar kemudian kakak iparku datang membawa minuman. Kulihat mukanya biasa saja. Kuyakinkan diriku bahwa kakak iparku tidak tahu apa yang telah terjadi tadi antara aku dengan Mbak Lina.

Aku bertanya, “Abang tidak pulang sama Mbak?”

“Tidak. Dia ke Singapore 4 hari!”, jawabnya. Dia tersenyum.

“Minumlah!”, dia mempersilakanku.

Kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya. Aku duduk dan menonton film “Airforce One”.

“Mbak sebentar lagi mau pergi, ambil mobil di sana. Nanti malam tolong kamu tidur di sini ya, sekilan jaga rumah!”, katanya pendek.

Baca juga  : Cerita Sex Menikmati Meki Tetangga Sebelah

Memang begitulah biasanya. Kalau abangku tidak ada, aku yang jadi sopir kakak iparku untuk membawa Mercedez-nya ke mana-mana. Malam itu aku tidak pulang ke flatku. Tidur di rumah abangku! Memang ada kamar khusus untukku di rumahnya yang cukup besar itu. Tapi yang lebih spesial lagi bagiku adalah tidur dalam pelukan Mbak Lina.

#Main #Dengan #Janda #Yang #Butuh #Sex

Menikmatin Memek Janda Bule Dan Anaknya Terbaru Malam Ini

Menikmatin Memek Janda Bule Dan Anaknya

Panggil saja aku Aditya, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan “or-kay” kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitar dua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan tetangga–tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana. Anaknya bernama Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Yana adalah janda seorang bule kalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.

Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik–cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”, malah jadi muka–muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana itu hypersex. Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.

Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambah nafsu.

Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.” 

Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya “mengajak” Tante Yana. Tante Yana memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Yana susun.

Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. 

Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, “De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” 

Dengan tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat berdegup. 

“Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Yana langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. 

“Kamu mau yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segera ciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.

Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil namaku.

Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Yana. Rasanya agak seperti asin-asin ditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.

Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru meneruskan “Adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang menghisap “lollypop”. Ereksiku semakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Yana mengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itu semakin menambah nafsuku.

Menikmatin Memek Janda Bule Dan Anaknya

Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa ada cairan hangat di sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilati tanganku yang penuh keringat dia itu.

Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.

Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Yana yang memang hyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak namun tidak sekeras tadi.

Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10 menit kemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.

Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,

“De, gue mau tanya!”

“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.

“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.

“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”

Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.

“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”

Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”

Anita pun masih meneruskan omongannya,

“Loe napsu sama nyokap gue??”

Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membuka kaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” 

Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.

Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.

Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocok di atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Cerita sex : Baru Jumpa Sudah Langsung Dibawa Ngewe

Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. 

“Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.– 

#Menikmatin #Memek #Janda #Bule #Dan #Anaknya

Keperjakaanku Diambil Oleh Janda Sebelah Rumah Terbaru Malam Ini

Keperjakaanku Diambil Oleh Janda Sebelah Rumah

Pembaca, aku ingin berbagi pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. Ini terjadi saat aku baru duduk di bangku SLTP kelas 3. Waktu itu aku tinggal di pinggiran kota Jakarta yang masih banyak penduduk Betawinya.

Di sebelah rumahku tinggal keluarga Betawi, anak lelaki bungsunya teman bermainku. Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Anna. Seorang janda beranak satu. Usianya saat itu kira-kira 38 tahunan.

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, mpok Anna ini orangnya hitam manis dengan payudara lumayan besar (mungkin ukuran 36C). Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tahu persis, karena masih “ingusan”. Yang aku tahu, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, mpok Anna ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma mengenakan bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si mpok dalam “mode” seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra.

Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, mpok Anna ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa mpok Anna ini memang “nakal” sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Mpok Anna ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaran pun baru sebatas mencium dan memeluk saja).

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada mpok Anna yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba).

Aku bertanya ke si mpok, “Pok, Udin ada?”.

“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok.” jawab si mpok.

“Wah, jadi mpok sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.

“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si mpok.

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu.

“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama mpok ngapa sih.” katanya.

Aku pun duduk di kursi sebelah kirinya, si mpok sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.

“Si Amir mana pok?” tanyaku menanyakan anaknya.

“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek.

“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya.

Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim pembaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan mpok Anna.

Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat mpok Anna belum terpengaruh. Gengsi.

Ak mulai memperhatikan mpok Anna lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alkohol murahan itu). Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata mpok Anna manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si Mpok membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si Mpok bertanya.

“Wan kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek Mpok gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.

“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.

“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mpok Anna.

“Boleh pok?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan Mpok udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mpok Anna saja.

“Waan.” tegur Mpok Anna.

“Apa Mpok?” tanyaku sambil menengadah.

“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil Mpok, terus diemut juga. Ayo coba” Mpok Anna mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Mpok Anna mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil Mpok Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si Mpok.

Aku pun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mpok menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan.

Getaran yang diberikan Mpok Anna melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, Mpok Anna menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Mpok Anna menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mpok Anna berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek Mpok dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mpok yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.”

Lalu dia pun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mpok Anna yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Mpok Anna kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan.

Aku jadi mengikuti permainan lidah Mpok Anna, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mpok Anna yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mpok Anna tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mpok Anna. Tapi Mpok Anna menahan tanganku.

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Pook, Irwan pengen pook.” pintaku.

“Pengen apa Waan,” tanya Mpok Anna menggodaku.

“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mpok Anna yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat memek Mpok?” Mpok Anna menegaskan apa yang kuminta.

“Iya pok.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal Mpok singkapin rok Mpok, udah keliatan tuh.” kata Mpok Anna sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Mpok Anna sangat montok alias tembem sekali.

Dan Mpok Anna memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Mpok Anna sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Keperjakaanku Diambil Oleh Janda Sebelah Rumah

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mpok Anna. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mpok Anna menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu mpok Anna mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mpok Anna melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu mpok Anna menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek mpok?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mpok Anna kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam mpok Anna. Betapa montoknya gundukan memek mpok Anna.

Lalu mpok Anna berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, mpok Anna mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek mpok Anna cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek mpok Anna sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata mpok Anna.

“I iya pok,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan mpok Anna. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.

“Niih, puas-puasin deh liatin memek mpok, Wan.” kata mpok Anna.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil mpok?” pancing mpok Anna sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau pok. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan mpok Anna menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil mpok udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirku pun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan mpok Anna semakin keras menerpa hidungku. Mpok Anna mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek mpok Anna yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat mpok Anna mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan mpok Anna membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek mpok Anna. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek mpok Anna. Tangan mpok Anna menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan mpok Anna. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat mpok Anna, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek mpok Anna membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh mpok Anna menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek mpok Anna. Desahan mpok Anna semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat mpok Anna terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, mpok Anna mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul mpok Anna terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek mpok Anna ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan mpok Anna seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata mpok Anna sedang mengalami orgasme. Dan pantat mpok Anna berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek mpok Anna. Mpok Anna kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, mpok Anna merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian mpok Anna menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu mpok Anna melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mpok puas. Ayo sekarang giliran mpok.”

Mpok Anna bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, mpok Anna mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, mpok Anna mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya.

Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan mpok Anna bekerja membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. Mpok Anna menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga mpok Anna lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan mpok Anna mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk mpok Anna.

Tak membuang waktu, mpok Anna segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus.

Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang mpok Anna berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah mpok Anna.

Setelah beberapa lama, mpok Anna menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek mpok. Adduhh, mpok udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar mpok awet muda Wan.” kata mpok Anna.

Aku tak mengerti maksud mpok Anna, tapi yang jelas, sekarang mpok Anna kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mpok Anna melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian mpok Anna memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. Mpok Anna meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”p

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek mpok Anna. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta mpok Anna.

Saat kepala tititku sudah masuk, mpok Anna menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian mpok Anna terdiam.

DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek mpok Anna. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek mpok Anna ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek mpok Anna. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“Mpok, apa nih?” aku bertanya.

“Enak nggak Wan?” tanya mpok Anna.

“Iya pok, enak banget. Apaan tuh tadi pok?” aku kembali bertanya.

Mpok Anna tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian mpok Anna melepaskan jepitan memeknya pada tititku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Wan.” perintah mpok Anna.

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan mpok Anna. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk mpok Anna.

Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan mpok Anna mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul mpok Anna membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah pok Anna.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong mpok Anna. Lalu mpok menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam mpok.” perintahnya.

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun mpok Anna mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“Mpok udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, mpok tanggung pasti enak deh.” kata mpok Anna.

Tubuh mpok Anna diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek mpok Anna. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek mpok Anna terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“Mpookk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi mpok Anna rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Wan, mpok juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan.” kata mpok Anna.

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek mpok Anna, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek mpok Anna.

“Mpookk.. Aagghh..”

Croott… Crroott… Mpok Annapun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek mpok Anna, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani mpok Anna. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan.

Pinggul mpok Anna bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek mpok Anna, ditambah lahar mpok Anna, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek mpok Anna dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek mpok Anna. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, mpok Anna tersenyum, lalu menciumku.

“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin mpok puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata mpok Anna.

“Pok, Ma kasih ya pok. Enak banget deh tadi pok.” kataku.

“Sama-sama Wan, mpok juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang mpok Anna.

“Mau dong pok, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini.” jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan.

Cerita sex : Cerita Sex Gara-Gara Salah Mengirim Pesan

Itulah pengalaman pertamaku dengan wanita. Sejak itu, mulailah petualanganku dengan wanita-wanita yang lain. Mpok Anna telah memberi pelajaran yang sangat nikmat.

#Keperjakaanku #Diambil #Oleh #Janda #Sebelah #Rumah

Berpacaran Dengan Janda Montok Terbaru Malam Ini

Dimulai dari aku SMA aku sudah berpacaran dengan kakak kelasku begitu juga hingga aku menamatkan pendidikan sarjana sampai bekerja hingga saat ini. Satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika aku berpacaran dengan seorang janda beranak tiga.

Demikian kisahnya, suatu hari ketika aku berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak terburu-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus sampai di kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan harapan lebih banyak kendaraan di sana.

Sia-sia aku menunggu lebih dari 15 menit akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan taxi. Ketika taxi yang ku stop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil berkata, “Mas, mau ke Pulo Gadung ya?” tanyanya, “Saya boleh ikut nggak? soalnya udah telat nich.”

Akhirnya aku perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di Kelapa Gading. Sepanjang perjalanan kami bercerita satu sama lain dan akhirnya aku ketahui bernama Sendy, seorang janda dengan 3 orang anak dimana suaminya meninggal dunia. Ternyata Sendy bekerja sebagai Kasir pada sebuah katering yang harus menyiapkan makanan untuk 5000 buruh di Kawasan Industri Pulo Gadung.

Aku menatap wanita di sebelahku ini ternyata masih cukup menggoda juga. Sendy, 1 tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup halus, bodi yang sintal serta mata yang menggoda. Setelah meminta nomor teleponnya aku turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di kantor aku segera menelepon Sendy, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi ke bioskop.

Tidak seperti biasanya, tepat jam 05.00 sore aku bergegas meninggalkan kantorku karena ada janji untuk betemu Sendy. Ketika sampai di Bioskop Jakarta Theater, tentunya yang sudah aku pilih, kami langsung antri untuk membeli tiket. Masih ada waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan untuk berbincang-bincang satu sama lain.

Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks. Tepat jam 19.00, petunjukan dimulai aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri, tempat duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta.

Pertunjukan belum dimulai aku sudah membelai kepala Sendy sambil membisikkan kata-kata yang menggoda. “Sendy, kalau dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan,” kataku sambil menyentuh buah dadanya yang montok. “Ah Mas, saudaranya yang di mana?” katanya, sambil mengerlingkan matanya.

Melihat hal itu aku langsung melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak tersengal-sengal. “Mas, jangan di sini dong kan malu, dilihat orang.” Aku yang sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taxi. Padahal pertunjukan belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul.

Setelah menyebutkan Hotel **** , taxi itupun melaju ke arah yang dituju. Sepanjang perjalanan tanganku dengan terampil meremas buah dada Sendy yang sesekali disertai desahan yang hebat. Ketika tanganku hendak menuju ke vagina dengan segera Sendy menghalangi sambil berkata,

“Jangan di sini Mas, supir taxinya melihat terus ke belakang.” Akhirnya kulihat ke depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di tempat tujuan setelah membayar taxi, kami segera berpelukan yang disertai rengekan manja dari Sendy, “Mas Ron, kamu kok pintar sekali sih merangsang aku, padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal.”

Seraya sudah tidak sabar aku tuntun segera Sendy ke kamar yang kupesan. Aku segera menjilati lehernya mulai dari belakang ke depan. Kemudian dengan tidak sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga aku bugil ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung dalam posisi menantang Sendy.

Kemudian aku membalas melucuti semua baju Sendy, sehingga dia pun dalam keadaan bugil. Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang merah itu sambil berkata, “Mas kontolnya merah banget aku suka.” Dalam posisi 69 kujilati juga vagina Sendy yang merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang indah. 10 Menit, berlalu tiba-tiba terdengar suara, “Mas, aku mau keluaarr..”

“Cret.. cret.. cret..”
Vagina Sendy basah lendir yang menandakan telah mencapai oragasmenya. 5 Menit kemudian aku segera menyusul, “Sendy, Sen, Mas mau keluar..”
“Crot.. crot.. crot..”
Spermaku yang banyak akhirnya diminum habis oleh Sendy.

Setelah itu kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Sendy mengocok kembali penisku yang lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku berdiri dan siap melaksanakan tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke vaginanya. Pemanasan dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke vaginanya.

Sendy mendesah panjang, “Mas, kontolnya kok bengkok sih, nakalnya ya dulunya?” Tidak kuhiraukan pembicaraan Sendy, aku segera menyuruhnya untuk memasukkan penisku ke vaginanya. “Sendy, masukkan cepat! Roni tidak tahan lagi nih.” Sleep.. bless.. masuk sudah penisku ke vaginanya yang merekah itu.

Tidak lupa tanganku meremas buah dadanya sesekali menghisap payudaranya yang besar walaupun agak turun tapi masih nikmat untuk dihisap. Goyangan demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah yang kami lakukan ini salah atau tidak.

Puncaknya ketika Sendy memanggil namaku, “Roni.. terus.. terus.. Sendy, mau keluar..” Akhirnya Sendy keluar disertai memanggil namaku setengah berteriak, “Roni.. aku.. keluaarr..” sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.

Tidak berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Sendy, “Sen.. ah.. ah.. tumpah dalam atau minum Sen..” kataku. Terlambat akhirnya pejuku tumpah di dalam, “Sen.. kamu hebat.. walaupun sudah punya 3 anak,” kataku sambil memujinya.

Cerita sex : Cerita Cewek Manja Yang Punya Nafsu Gede

Akhirnya malam itu kami menginap di hotel ****. Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun sudah putus, tetapi kami masih berteman baik.

#Berpacaran #Dengan #Janda #Montok

Cerita Dewasa Ngentot Janda Muda Yang Kaya Raya Terbaru Malam Ini

Kami berdua telentang di jok kami masing-masing, dengan kemaluan kami yang masih terbuka. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan kanan Mbak Sa meremas tangan kiriku, saya tidak tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih, pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang telah kami lakukan.

Setelah istirahat sejenak, Mbak Sa mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yang belepotan di perutku dan kemaluan saya. Mbak Sa memmbersihkannya dengan mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal saya.

“Mbak. Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi gimana..?” kataku bercanda.
“Coba aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya sambil menirukan iklan di TV.
Setelah membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan BH-nya yang kusut. Sementara saya juga merapihkan kembali celana saya.

Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke saya penuh bahagia.

“Mbak.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” saya mengingatkan.
“Pasti donk, mana sih yang nggak pengin sarang burungnya dimasukin burung.” canda dia.
“Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?” godaku.
“Pasti enak kok kalau udah lama.” jawab dia.

Setelah kami semua rapih, Mbak Sa aku antar pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur di dadaku, tangan kiri saya untuk mendekap dia dan tangan kanan saya untuk pegang stir.
Sesampainya di rumah MBak Sa, cuaca masih gerimis. Mbak Sa menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.

“Mad, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu.” ajak Mbak Sa.
“Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”
Sampai di dalam rumah Mbak Sa, ternyata Vino tidak ada. Menurut Bi Inah, pembantu Mbak Sa, katanya Vino hari ini tidak pulang, karena diminta atasannya dinas ke luar kota.
“Mad, ternyata Vino malam ini nggak pulang. Kamu tidur aja disini, di kamar Vino.” pinta Mbak Sa sambil senyum penuh arti.
Aku tahu kemana arah pembicaraan Mbak Sa.
“Nggak mau kalau tidur di kamar Vino, aku takut sendirian.” godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalau Mbak Sa nanti nggak nyusul ke kamarku.”
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yang denger.” Mbak Sa cemberut, takut kalau ada yang dengar.
“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Vino, kalau nanti malam saya dimakan semut, jangan heran lho Mbak..!” saya pura-pura merajuk.
“Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalau semua orang udah pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, nggak saya kunci kamarku.” bisik Mbak Sa pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.

Habis mandi, badan saya terasa segar kembali. Saya langsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dalam kamar saya membayangkan apa yang akan saya lakukan nanti setelah berada di kamar Mbak Sa. Saya akan bercinta dengan orang yang sudah bertahun-tahun saya idamkan.

Jam di kamar saya menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tidak terdengar suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi. Bi Inah adalah orang yang terakhir nonton TV setelah acara Srimulat yang merupakan acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari suasana, saya keluar pura-pura pergi ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi, saya mengendap-endap masuk ke kamar Mbak Sa.

Lampu di kamar Mbak Sa remang-remang. Mbak Sa tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin memperindah lekuk tubuh Mbak Sa. Tubuh Mbak Sa yang mungil tapi padat berisi, terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar saya dekap tubuh Mbak Sa yang sedang telentang bagaikan landasan yang sedang menunggu pesawatnya mendarat.Mbak Sa saya dekap hanya tersenyum sambil berbisik,

“Sudah nggak sabar ya..?”
“Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”

Saya cium belakang telinganya yang mungil dan ranum, kemudian ciuman saya bergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yang mungil dan juga ranum. Kedua tangan Mbak Sa mendekap erat di leher saya. Tangan saya yang kiri saya letakkan di bawah kepala Mbak Sa untuk merangkulnya. Sedangkan tangan kanan saya gunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan dengan perlahan dan lembut, telapak tangan saya gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar payudaranya, dan ternyata Mbak Sa sudah tidak memakai BH lagi.

Erangan-erangan lembut Mbak Sa mulai keluar dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yang cukup baik, karena kekenyalan susu Mbak Sa kelihatan semakin bertambah. Tangan kanan saya geserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan akhirnya saya gunakan untuk mengusap kewanitaannya. Ternyata Mbak Sa juga sudah tidak memakai CD, sehingga kemaluannya yang bulat dan mononjol, serta kelembutan rambut kemaluannya dapat saya rasakan dari luar dasternya.

Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan saya untuk membelai-belai kewanitaannya. Ciuman saya beberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian saya alihkan turun ke lehernya, ke belakang telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Saya ciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yang sudah mengacung. Ketika lidah saya menyium sampai ke putingnya, nafas Mbak Sa kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.

“Uuuccghh.. Rahmad..!”

Tali daster yang menggantung di pundaknya, saya pelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal, dengan kedua putingnya yang sudah mengacung dan tegang. Saya ciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya, dan saya jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari tangan kanan saya secara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya, yang terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan saya. Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya, selain untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.

Jari tengah saya gunakan untuk mebelai-belai bibir luar kemaluannya yang sudah sangat basah. Saya usap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Mbak Sa semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah.
Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang semakin keras, jilatan lidah saya memberikan sensasi yang kuat bagi Mbak Sa. Terbukti dia semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.
“Uuuccgghh.. Rahmad.. uugghh.. eennaaggkk..”

Saya jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua tangan saya.
Setelah saya puas menciumi susunya, ciuman saya geser ke arah perutnya, saya jilati pusarnya, kembali Mbak Sa sedikit menggelinjang, mungkin karena kegelian. Ciuman terus saya geser ke bawah, ke arah pahanya, turun ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman saya arahkan ke rambut kemaluannya yang lebat. Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali Mbak Sa menggelinjang-gelinjang. Saya buka bibir kemaluannya yang merekah, saya ciumi dan jilati seputar bibir kewanitaannya, terus lidah saya diusapkan ke klitorisnya, dan bergantian saya gigit, terkadang saya hisap klitorisnya.

Setiap sentuhan lidah saya menjilat pada klitorisnya, tangan Mbak Sa menjambak rambut saya. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yang dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leher saya, dan kicaunya semakin tidak karuan, “Uuuccgghh.. Rahmad.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat. Rintihan, lenguhan yang keluar dari mulut Mbak Sa semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Mbak Sa semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya. Saya mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme akan segera melanda Mbak Sa.
Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Mbak Sa, maka kedua putingnya saya usap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,


“Aaauughh.. Rahmad aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!”
Saya tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas masih terengah-engah, Mbak Sa bangun dan duduk.
“Ayo Rahmad.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata Mbak Sa sambil menidurkan saya telentang.

Gantian Mbak Sa telungkup di samping saya. Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan saya yang sudah sangat tegang. Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Saya merasa sedikit kegelian ketika dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium pusar, dan akhirnya saya rasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal saya. Ternyata Mbak Sa mulai mengocok dan mengulum kejantanan saya. Mbak Sa mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk mengocok rudal saya.

Kepala kemaluan saya dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari kaki saya terasa ada getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala. Jilatan lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh saya. Kepala Mbak Sa yang naik turun mengocok kejantanan saya yang saya bantu pegangi dengan kedua tangan.

Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh pori-pori tubuh saya seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yang menjalar dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.

Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan saya menjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak. Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba saya menjerit.

“Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”

Mendengar saya mengerang mau keluar, mulut Mbak Sa tidak mau melepaskan batang kejantanan saya, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut Mbak Sa menyedot-nyedot cairan yang keluar dari rudal saya dengan lahapnya, seakan tidak boleh ada yang tersisa. Batang kemaluan saya dihisap-hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Mbak Sa sangat ahli dalam permainan oral.
Nafas saya sedikit tersengal, badan sedikit lemas, karena seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala, habis keluar tersedot oleh Mbak Sa.

Mbak Sa tersenyum puas sambil menggoda, “Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih terengah-engah.
“Nggak kalahkan dengan yang muda..?” kata Mbak Sa dengan berbangga.
“Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang lebih nikmat.”

Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Mbak Sa memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit, tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan saya, membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remasbatang kemaluan saya. Karena masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan saya langsung berdiri dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat batang keperksaan saya dengan cepatnya berdiri lagi, wajah Mbak Sa kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya tetap mengocoknya, kami saling berciuman.

Bibir Mbak Sa yang mungil memang sangat merangsang semua laki-laki yang melihatnya. Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan saya ke arah putingnya, membuat birahi Mbak Sa juga cepat naik. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Mbak Sa disenggol, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya menggebu-gebu. Saya usap liang senggamanya dengan tangan, ternyata liang kenikmatan Mbak Sa sudah sangat basah.

“Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya..,” pikir saya dalam hati.
Mbak Sa menarik-narik punggung saya, seakan-akan memberi kode agar senjata rudal saya segera dimasukkan ke sarangnya yang sudah lama tidak dikunjungi burung pusaka.

“Ayo dong Mad..! Cepetan, Mbak sudah nggak tahan nich..!”

Alat vital saya sudah semakin tegang, dan saya sudah tidak sabar untuk merasakan kemaluan Mbak Sa yang mungil. Saya sapukan perlahan-lahan kepala kejantanan saya di bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali kalau Mbak Sa menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yang baru pertama kali main senggama. Setelah menyapukan kepala rudal saya beberapa kali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya saya masukkan burung saya ke sarangnya dengan sangat perlahan.

Kedua tangan Mbak Sa meremas pundak saya. Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali, tandanya Mbak Sa sangat menikmati proses pemasukan batang kejantanan saya ke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku membentur di dasar liang kenikmatannya. Saya diamkan beberapa saat rudal saya terbenam di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Mbak Sa merasakan rudal kenikmatan dengan baik.

Saya pompakan batang kejantanan saya ke liang senggama Mbak Sa dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh panjang batang kejantanan saya, dan satu kali tusukan penuh seluruh batang kejantanan saya sampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini membuat Mbak Sa merancau tidak karuan.

Setiap kali tusukan saya penuh sampai ujung, saya kocok-kocokkan kejantanan saya beberapa lama, akhirnya saya rasakan kaki Mbak Sa melingkar kuat di pinggang saya. Kedua tangannya mencengkram punggung saya, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang, “Aaacchh.. aauugghh.. Rahmad.. aakku.. kkeelluuaa.. aa.. rr..!”
Batang kemaluan saya terasa sangat basah dan dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal saya yang sangat kuat, membuat pertahann saya juga seakan makin jebol dan akhirnya, “Ccrroot.. croot.. crrot..!” saya juga keluar.

Setelah permainan itu, saya sering melakukan hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Sa. Ternyata nafsu seks Mbak Sa cukup besar, kalau satu minggu saya tidak bermain seks dengan Mbak Sa, pasti Mbak Sa akan main ke rumah, ataupun setelah bekerja, dia akan menelpon saya di kantor untuk meminta jatah.

Saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Sa bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah saya, di rumah dia, di hotel, di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub, di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil saya.

Cerita sex : Penisku Dikerjai 3 Orang Gadis Cantik Sekaligus

Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman tersendiri yang cukup mengasyikkan.

#Cerita #Dewasa #Ngentot #Janda #Muda #Yang #Kaya #Raya