Keganasan Istriku Setelah Dipijit Terbaru Malam Ini

Keganasan Istriku Setelah Dipijit

Awalnya Pada hari selasa, kebetulan aku ama istri aku cuti kerja, lalu kami berniat untuk cari makan siang. Di dekat tempat makan tersebut, ternyata ada 1 ruko pijat reflexi.

Di tempat reflexi tersebut menurut penjelasan pemijatnya tidak hanya kaki saja yg di pijat tapi juga seluruh badan, dari pundak kepala, pundak sampai kaki, dan pemijat nya semua laki-laki. Kebetulan pada hari biasa masih sepi dan cuma ada 2 pemijat.

Ditempat itu ada 2 bilik kamar yg hanya ditutup kain untuk yang mau dipijat semuanya dan tempat beberapa tempat duduk untuk yang mau dipijat kakinya saja .

Kita berdua akhirnya masuk kesana untuk coba pijat reflexinya, tp karena aku laper banget, makanya aku suruh istri aku masuk dan aku cari makan.

Sebelum pergi aku liat dulu seperti apa sih dipijatnya, istri aku yg memang hanya memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan, memang keliatan seksi sekali. Istri aku kemudian berbaring dengan santai dan pertama2 memang dipijit telapak kaki, setelah beberapa saat memperhatikan kemudian aku pamitan untuk cari makan di keluar.

Setelah selesai makan, aku balik lagi ke tempat refleksi itu, dan aku liat tidak ada orang lagi di depan, jadi aku langsung masuk ke dalam, karena tidak mau menggangu aku hanya duduk2 di depan bilik kamar istri aku.

Sekilas aku dengar suara leguhan istri aku, tp itu mungkin karena enak di pijit, tapi karena penasaran akhirnya aku coba intip di balik kain bilik kamar tsb. ternyata istri aku memang sedang menikmati pijatan sang pemijat. Pemijat tsb mulai memijat paha istri aku yang putih, pemijat itu meminta agar istri aku tidur tengkurap menghadap tempat tidur.

Lalu pemijat itu trus memijat paha istri aku, kemudian meminta dengan sopan agar celana pendek nya di buka saja, karena agak menggangu. Istri aku pertama menolak, tp karena di kasih keterangan yang menyakinkan akhirnya celana istri aku dibuka juga, tp dengan syarat ditutup selimut.

Waktu aku liat istri aku buka celana, langsung jantung aku berdebar kencang, ada perasahaan suka melihat istri aku di sentuh oleh lelaki lain.

Setelah ditutupi kain putih, si pemijat juga langsung mulai memijat di daerah paha, aku liat sempat menyentuh pantat nya dan daerah V nya, istri aku mungkin percaya sama si pemijat atau memang sedang menikmati, krn dia tidak protes sama sekali, dan ini membuat si pemijat trus memijat daerah paha dan sekitarnya. Melihat itu aku jadi tambah gila, sambil menggosok si adik yg memang sudah tegang berat.

Si pemijat mungkin sengaja atau tidak, membuat kain penutupnya agak terjatuh, sehingga dia bisa melihat langsung paha istri aku yang putih mulus, dengan dibungkus cd saja.

Sempat si pemijat terdiam melihat pemandangan tsb dan  diperhatikan juga ada tanda basah di cd istri aku. Tanpa sadar istri aku, mungkin juga keenakan trus dipijat tanpa dilindungi kain, ini membuat si pemijat makin berani mencoba meijat daerah pantat dan selankangan istri aku.

Akhirnya si pemijat mengambil kembali kain yg jatuh dan menutupi badan istri aku lagi, tp yg buat aku kaget, si pemijat meminta istri aku untuk membuka bajunya karena akan di pijat daerah punggung dan leher, setelah di beri penjelasan akhirnya istri aku membuka bajunya sambil masih tiduran, jadi si pemijat tidak melihat krn ditutupi kain.

Istri aku sekarang hanya menggunakan bh dan cd saja, ntah apa yang membuat dia berani spt itu, apa ada hipnotis ya? tp aku sangat menikmati pemandangan ini. Setelah beberapa saat memijat daerah punggung, si pemijat meminta ijin untuk membuka kain krn ingin dikasih minyak punggungnya, istri aku hanya mengganguk saja, tp tanpa sadar kali, si pemijat juga membuka bra istri aku dan anehnya istri aku diam saja.

Lalu si pemijat mulai menggosok punggung istri dan aku intip si pemijat juga kadang2 melihat pinggiran tete istri aku yg keliatan dan juga sempat menyentuh nya, krn bh nya sdh terlepas ke samping. Kemudian si pemijat memijit leher dengan sentuhan yang lembut, kayakya ini membuat istri aku terangsang, terdengar dari suaranya yang mendesah.

Melihat situasi itu si pemijat kemudian mencoba membuka kain dan mulai memijat daerah pantat dan sekitarnya, ini membuat istri aku tambah terangsang keliatan sekali cd nya yg sudah basah.

Kemudian si pemijat dengan sopan membuka cd istri aku tanpa ijin lagi, dan dia memulai aksinya dengan menggosok gosok daerah selangkangan istri aku.

Istri aku sempat bilang jangan tapi si pemijat itu dengan lembut mengatakan tidak apa2 nikamati saja. Aku bingung kok istri aku nurut saja, ada perasaan cemburu tp masih kalah dengan rangsangan hebat melihat istri aku di sentuh oleh orang lain (apa ini kelainan ya?).

Si pemijat sambil membuka celananya dengan 1 tangan krn tangan yg 1 lagi masih menggosok2 daerah clitoris di selangkangan istri aku.

Terlihat kontol si pemijat sudah ngaceng berat dan ukurannya cukup besar dengan bulu2 yg tidak terlalu lebat, mungkin baru di cukur, ketika akan membuka baju nya, si pemijat mengkat pantat istri aku sedikit dan langsung menjilat nya.

Sehinggan dia dapat membuka bajunya. Istri aku yang di jilat meki nya langsung keliatan spt tersengat aliran listri, dan tidak berapa lama kemudian keliatan istri aku mengejang krn klimaks nya.

Si pemijat tersenyum sinis, krn telah berhasil membuat istri aku klimaks. Setelah sama2 telanjang kemudian si pemijat membalikan badan istri aku, sehinggan kelihatan lah payudaranya yg indah dengan putih berwarna hitam yg sdh menegang,

Tapi dengan masih malu2 istri aku menutupi dadanya dan bilang takut suaminya datang, dan dengan halus si pemijat bilang tidak usah takut krn aku masih sedang makan di luar. Akhirnya karena rangsangan yang hebat .

Istri aku membuka tangannya dan oleh si pemijat tangan istri aku di pegang ke samping kepala istri aku, sehinggan dengan leluasa si pemijat bisa melihat dada adn ketiak istri aku yang mulus dan wangi. Si pemijat mungkin penggemar ketiak karena ketiak istri aku di jilat dan di ciumi terus, sehingga istri aku kegelian dan terangsang hebat.

Kemudian si pemijat mulai melepas tangan istri aku tp posisi tangannya tetap terlentang di samping kepala, lalu mulai menciumi payaudara istri aku yang masih kencang krn kami blm mempunyai anak. Istri aku keliatan sangat menikmati puting nya di isap dan di jilat.

Setelah selesai menikmati payudara istri aku di mulai menjilat vagina istri aku yg sdh basah, krn mungkin sdh tidak tahan, akhirnya si pemijat ingin memasukkan kontol nya tp sebelumnya dia melap vagina istri aku.

Mungkin karena sdh basah dengan cairan vagina dan ludah nya. ketika mau masuk istri aku keliatan agak kaget mungkin karena agak sakit sebab kontolnya si pemijat lebih besar dari aku punya, mungkin itu yang ingin dirasakan oleh istri aku.

Istri aku pernah bilang kontol aku ngak besar dan dia kurang menikmatinya, tp mau gimana lagi, krn sdh dikasih seperti ini. Si pemijat akhirnya berhasil memasukan kontolnya dan mulai menyodoknya serta tidak lupa menciumi payudara istri aku dan juga ketiaknya secara bergantian.

Aku yang sdh tidak tahan akhirnya mengocok dan mengeluarkan mani aku di sapu tangan yg aku bawa. Si pemijat setelah 10 menit keliatan mau klimaks, istri aku bilang jangan di buang didalam, akhirnya si pemijat mencabut kontolnya dan membuang mani nya di badan istri aku, sampai kena ke muka istri aku. Istri aku keliatan puas sekali.

Setelah istrihat sebentar aku liat mereka langsung beres2 dan si pemijat dengan mesra me-lap air main di tubuh dan muka istri aku serta memakaikan bh istri aku dengan meremas remas lagi dan mencium leher istri aku dengan mesranya.

Karena takut aku dateng maka mereka membereskan semuanya dengan rapi, aku diam diam langsung keluar, dan kemudian masuk lagi, aku liat istri aku dengan wajah cerah, sedang duduk dibangku ruang tunggu dan mengajak aku pulang.

Berlanjut kemudian dari sahabatku PParman yang bercerita tentang seorang tukang pijat yang hebat dan bisa dipanggil ke rumah, aku jadi tertarik. Apalagi ketika ia berbicara tentang kemampuan tukang pijat itu meningkatkan gairah dan kemampuan seks wanita dengan pijatan supernya.

PParman bercerita dengan cukup detail bagaimana tukang pijat itu yang katanya bernama Pak Yanto, kakek usia kepala tujuh melakukan pijatan super pada istrinya. Hasilnya sungguh luar biasa. Aku jadi ingin mencobanya..

“Tapi loe harus inget, waktu dipijat sama Pak Yanto istri loe harus bugil total. Mau nggak dia?” Parman bertanya padaku.

“Hah? Dipijat bugil? Nanti istri gue diapa-apain ama dia?

“Ya enggak laah.. Loe juga ada disitu koq. Lagian Pak Yanto itu udah tua banget. Udah gitu dia juga pemijat profesional. Gue jamin ngga masalah. Tapi istri loe harus setuju dulu.”

“Nanti gue coba tanya dia deh..”

“Pokoknya sip banget deh!”

Malamnya aku bicarakan hal itu dengan Vina istriku. Aku ceritakan apa yang kudengar dari Parman sambil memeluk tubuh mungilnya. Mulanya dia tertarik tetapi ketika mendengar bahwa ia harus telanjang bulat mukanya langsung merah padam.

“Malu ah.. telanjang di depan orang lain” protesnya.

“Tukang pijatnya udah tua. Lagipula menurut Parman istrinya bilang dipijatnya enak dan tangannya sama sekali tidak menyentuh atau meraba memek koq”

“Ih..” muka Vina semakin merah.

“Kenapa khusus cewek?”

“Nggak tau juga. Tapi coba dulu deh. Siapa tahu nanti ketagihan.”

Vina mencubit perutku, tapi akhirnya mau juga dia mencoba. Besoknya kuhubungi Parman untuk menanyakan cara menghubungi Pak Yanto. Setelah itu kucoba menghubungi Pak Yanto dari nomor HP yang kudapat dari Parman.

Singkatnya Pak Yanto akan datang ke rumahku esok malamnya dengan perlengkapannya. Setelah itu kuberitahu Vina. Esok malamnya sesuai janji Pak Yanto tiba di rumahku. Perawakannya kurus hitam dan kelihatannya memang sudah tua sekali.

Apa bisa dia melakukan pijat? Aku terheran-heran sendiri sementara Vina hanya melirikku dengan pandangan ragu.

Kami menuju ke ruang tamu dalam dan aku menyingkirkan meja tamu untuk mendapatkan tempat yang luas. Aku sudah memastikan kalau pembantu kami Darsih sudah masuk ke kamarnya. Sejenak basa-basi, Pak Yanto langsung “To the point” menghamparkan selimut tebal di lantai.

“Silakan Ibu berbaring tengkurap di atas sini” katanya sambil menunjuk selimut sebagai alas.

“Maaf, tapi saya minta Ibu melepas pakaian” sambungnya lagi.

Wajah Vina merona merah. Dia kelihatan malu karena itu aku membantunya melepas dasternya sehingga hanya tinggal mengenakan bra dan celana dalam.

“Untuk sementara begitu saja. Silahkan, Bu” Pak Yanto memotong.

Vina berbaring tengkurap diatas selimut. Pak Yanto mengeluarkan dua botol kecil obat yang menurutnya adalah obat ramuan rahasia turun temurun.

Entah kenapa saat itu aku mulai terangsang membayangkan nantinya tubuh istriku akan dijamah oleh kakek tua ini. Tentu saja di bawah sana penisku menegang.

Pijatan di kepala beralih ke tengkuk Vina yang mulus dan dipenuhi rambut halus. Nampaknya Vina merasa enak dengan pijatan Pak Yanto di kepala dan tengkuknya. Ternyata kakek tua ini hebat pijatannya.

Dari tengkuk diteruskan ke bahu Vina yang terbuka dan dilanjutkan ke lengan sampai telapak tangan. Setelah itu Pak Yanto meminta agar istriku melepas tali bra di punggungnya.

Vina melepas kaitan branya sehingga bra tersebut sudah tidak menutupi tubuh Vina dan hanya tergeletak diantara selimut dan kedua susunya yang tergencet sehingga menyembul ke samping. Pak Yanto mengolesi punggung Vina dengan minyak dari botol pertama dan mulai mengurut serta memijat punggung. Vina tampak menikmati pijatan ini.

“Maaf Bu, tapi selanjutnya celana dalam harus dilepas. Bagaimana kalau suami Ibu yang melepasnya?” Pak Yanto tiba-tiba berkata.

Wajah Vina memerah lagi. Aku mengikuti permintaan Pak Yanto melepas celana dalam Vina tanpa mengubah posisinya yang tengkurap. Pantat Vina yang indah dan celah vaginanya terlihat jelas membuat penisku semakin tegang.

Pak Yanto melumuri dua bongkahan pantat Vina dengan minyak dan segera memijat dengan perlahan. Kali ini Vina mengeluarkan suara tertahan. Jelas Vina mulai terangsang birahinya dengan pijatan Pak Yanto.

Apalagi ketika Pak Yanto memijat pangkal paha bagian dalam, tarikan nafas Vina berubah menjadi lebih berat dan matanya terpejam.

Pak Yanto tetap memijat seperti tidak terjadi apa-apa. Kakek tua itu memijat pantat, paha dan kemudian betis hingga akhirnya melakukan pijat di telapak kaki.

“Ini adalah salah satu tahap penting dalam pijatan ini” Pak Yanto menjelaskan.

“Terdapat titik-titik penting di telapak kaki untuk meningkatkan gairah” lanjutnya.

Kemudian ia mengambil botol minyak kedua bertutup merah yang dari tadi belum pernah dipakainya.

Digunakannya untuk memijat telapak kaki Vina. Kali ini pijatannya sangat intensif dan memakan waktu cukup lama. Terkadang Vina merintih, mungkin pijatan si kakek cukup kuat.

“Maaf Bu, untuk tahap berikutnya saya akan memijat di daerah bagian depan tubuh. Sebaiknya Ibu duduk bersila membelakangi saya dan menghadap ke arah suami ibu agar saya tidak melihat tubuh bagian depan Ibu.” kata Pak Yanto setelah selesai memijat kaki istriku.

Kali ini kelihatannya Vina sudah mulai terbiasa dan kemudian ia mengambil posisi duduk bersila membelakangi Pak Yanto. Tubuh indah Vina yang telanjang bulat berhadapan denganku. Pak Yanto kembali menggosokkan minyak kedua pada telapak tangannya. Pak Yanto terlebih dahulu meminta persetujuan aku dan Vina.

“Saya minta izin kepada Bapak dan Ibu Vina untuk melakukan pijatan di tubuh bagian depan Ibu Vina..”

“Silakan, Pak Yanto” jawabku

“Silakan..” jawab Vina.

Langkah pertama Pak Yanto adalah melumuri bagian sekitar vagina Vina dengan minyak dari botol bertutup merah dan mulai melakukan pijatan di daerah itu dari belakang. Walaupun tidak menyentuh vagina, tetapi tangannya memijat mencakup pangkal paha, pinggul depan, termasuk daerah yang ditumbuhi bulu kemaluan.

Mulut Vina sedikit terbuka. Aku tahu Vina merasakan nikmat disamping rasa malu. Pijatan Pak Yanto pasti membuat birahinya naik ke ubun-ubun.

Beberapa kali tangannya terlihat seakan hendak menyusup ke dalam celah vagina Vina yang membuat Vina menahan nafas tetapi kemudian beralih. Bulu kemaluan Vina dibasahi oleh minyak pijat Pak Yanto sementara Vaginanya basah oleh cairan nafsunya.

Pak Yanto melanjutkan pijatannya ke bagian perut Vina, dan memijat perut terutama bagian pusar sehingga membuat Vina kegelian. Hanya sebentar saja, setelah itu Pak Yanto meminta Vina mengangkat tangannya.

“Maaf Bu, tapi ini adalah tahap terakhir dan saya harus memijat di bagian ketiak dan payudara. Coba angkat kedua tangan Ibu.”

Vina mengangkat tangan dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala. Pak Yanto memulai pijatannya di daerah ketiak dari belakang.

“Ihh.. geli pak..” Vina menggelinjang.

“Ditahan Bu. ”

Pak Yanto mengabaikan Vina yang sedikit menggeliat menahan geli dan melanjutkan pijatannya di ketiak Vina. Setelah itu Pak Yanto mengambil minyaknya lagi dan dituangkan ke telapak tangannya.

Selanjutnya dari belakang tangannya meraup kedua gunung susu milik Vina yang langsung membuat Vina mendesah. Pak Yanto melakukan massage lembut pada susu Vina yang sudah tegang.

Terkadang kakek itu melakukan gerakan mengusap. Jari-jari terampil yang memijat pada kedua susunya membuat Vina sangat terangsang dan lupa diri, mengeluarkan suara erangan nikmat.

Aku melotot melihat pemandangan luar biasa itu. Payudara istriku yang berusia 27 tahun, mulus, kenyal, dan berlumur minyak sedang dicengkeram dan diusap oleh tangan kasar hitam seorang kakek berusai 70-an, membuatku sangat bernafsu.

Berbeda dengan Pak Yanto yang sama sekali tidak bereaksi apa-apa, Vina merintih dan mendesah. Posisinya sudah berubah tidak lagi duduk bersila, tetapi duduk mengangkang memperlihatkan vaginanya yang sudah becek kepadaku sambil tangannya mencengkeram rambut.

“Ukhh..” kali ini Vina mendesah keras. Aku sangat terangsang mendengarnya. Ingin sekali aku menggantikan Pak Yanto memijat susu Vina.

Pak Yanto menarik puting susu Vina dengan telunjuk dan jempolnya dengan perlahan sehingga membuat Vina mengeluarkan suara seperti tercekik. Sampai akhirnya Vina merintih pelan, panjang. Vaginanya banjir. Hebat sekali pijatan si kakek ini.

“Saya rasa sudah cukup. Silakan Ibu mengenakan pakaian. Sementara itu ada yang ingin saya bicarakan dengan Pak Saldy” Pak Yanto menyudahi aksinya.

“Ya Pak?”

Pak Yanto menyerahkan sebuah botol kecil berisi carian kepadaku.

“Apa ini, Pak Yanto?”

“Pijatan saya itu membuat gairah seorang wanita meledak-ledak tetapi orgasmenya akan menjadi lebih cepat. Selain itu ini adalah ramuan untuk membuat susu wanita tetap kencang dan padat. Usapkan dengan gerakan memeras. Saya yakin Pak Saldy bisa.” bisiknya sambil tersenyum.

Setelah itu aku membayar Pak Yanto dan ia pamit pulang. Vina sudah mengenakan pakaiannya lagi.

“Eh.. buka lagi bajunya. Aku mau coba hasil pijatan Pak Yanto.” kataku.

Vina tidak menjawab, tetapi dari sinar matanya aku tahu saat ini dia sedang dalam gairah yang tinggi. Mukanya merah dan nafasnya memburu. Aku segera meraihnya dan mencium bibirnya. Ciuman yang ganas karena aku sendiri sejak tadi menahan nafsuku melihat tubuh Vina yang sedang dipijat.

Vina membalas tak kalah bernafsu sambil melucuti pakaiannya sendiri dan langsung melucuti pakaianku sehingga kami berdua telanjang bulat di ruang tamu.

Keganasan Istriku Setelah Dipijit

“Setubuhi aku.. aku ingin segera kamu masuk ke sini” Vina meracau sambil menunjuk vaginanya yang sudah basah kuyup sejak tadi.

“Beres sayang.. ”

Aku segera memutar tubuhnya menghadap dinding dan mencoba menyetubuhinya dari belakang. Vina segera mengambil posisi tangan bertumpu pada dinding. Dengan perlahan-lahan penisku menerobos vaginanya yang sempit dan licin.

Proses yang sangat nikmat luar biasa saat penis memasuki vagina. Aku pejamkan mataku merasakan sensasinya sementara Vina merintih nikmat. Sampai akhirnya seluruh penisku masuk de dalam vaginanya yang panas berlendir dan nikmat.

“Aahh..” Vina menghela nafas, tubuhnya bergetar.

Nikmat sekali. Vaginanya yang panas itu mencengkeram penisku dengan kuat. Jepitannya lebih hebat dari biasanya. Sementara dengan sudut mataku aku melihat kalau ternyata pembantu kami, Darsih, sedang mengintip dari balik dinding ruang tamu. Aku bisikkan ke telinga Vina tentang hal itu.

“Masa bodoh. Biar dia nonton kamu entotin aku.” Vina balas berbisik.

“Okee..”

Aku gunakan kakiku untuk mengambil bajuku dan mengeluarkan botol pemberian Pak Yanto dengan tanganku tanpa melepas penisku yang sudah menancap. Lalu aku tuangkan pada tanganku.

“Apa itu..?” tanya Vina heran.

“Ini minyak dari Pak Yanto, bagus buat payudara kamu”

“Ya udah.. cepetan! Terserah kamu mau ngapain. Yang penting garap aku sampai kamu puas.”

Aku segera mengusapkan tanganku yang berlumur minyak itu pada kedua susunya yang bergelantungan bebas.

Lalu aku mulai mengocok vaginanya dengan lembut. Vina menghelas nafas dengan keras. Akh.. nikmat sekali rasanya sambil meremas daging kenyalnya. Tangan kanan di susu kanan, tangan kiri di susu kiri.

Seiring kupercepat sodokanku, kumainkan puting susunya dan sesekali kuremas miliknya itu dengan lebih kuat. Rasanya menjadi lebih dahsyat terutama karena kami mengetahui bahwa kami bersanggama sambil ditonton Darsih secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia mengintip sambil onani, aku tidak perduli.

“Mhh.. terus.. aah.. ” Vina merintih terengah-engah. Seiring gerakan keluar masuk penisku di vaginanya semakin intens, Vina menggeliat.

Aku lepaskan tanganku dari payudaranya, membiarkan kedua daging menggairahkan itu bergelantung bergoyang-goyang mengikuti sodokan penisku. Tanganku berganti menggosok-gosok vaginanya yang berlepotan cairan nafsunya.

Sesekali kugesek klitorisnya sehingga Vina menjerit keenakan. Tiba-tiba tubuh Vina menyentak dan vaginanya terasa menyempit membuat penisku seperti diperas oleh dinding kenikmatannya.

Lalu Vina melepaskan orgasmenya disertai erangan panjang dan kemudian ia terkulai. Benar kata Pak Yanto, Vina orgasme cepat sekali. Aku terus menyodok vaginanya mengabaikan tubuhnya yang lemas. Tak lama Vina bangkit kembali nafsunya dan mulai merintih-rintih.

“sayaang.. aku.. ingin kamu.. entotin aku dengan kasaar..” Vina meracau membuat aku tercengang.

“Nanti kamu kesakitan..” jawabku cepat disela kenikmatan.

“Biaar.. masa bodoh.. aku sukaa.. aa.. ahh”

“As you wish.. Istriku yang cantiik..”

Aku keluarkan sebagian besar penisku dari vaginanya, kemudian dengan satu hentakan cepat dan kasar aku sodok ke dalam. Penisku terasa ngilu dan nikmat.

“Eaahh..” Vina menjerit keras.

“Aah..iya..ah.. begiituu..”

Aku lakukan gerakan tadi berulang diiringi jeritan-jeritan Vina. Berisik sekali.. mungkin tetangga mengira aku sedang menyiksa Vina.

Entah apa yang ada di pikiran Darsih yang sedang mengintip.

“Teruuss.. sayaang.. remas susuku ini.. dengan kuat.. akh! Aku.. ingin merasakan.. tenagamu.. uuhh..”

Aku meraih susunya yang sejak tadi hanya berayun-ayun, kemudian sesuai keinginannya aku remas dengan kuat sambil terus menyodok vaginanya dengan kasar. Lagi-lagi Vina menjerit keras. Aku yakin ia kesakitan tapi bercampur nikmat.

“Lebih kuaatt.. lebih kuat dari itu..” Vina setengah berteriak.

“Jangan ngaco.. sayang..”

“Ngga apa ap.. aa.. aah..!”

Vina kembali orgasme. Sudah kepalang tanggung, aku ingin mencapai puncak secepatnya. Kukocok dengan cepat vagina Vina sampai pinggangku pegal. Vina mendesah lemah.

“Keluarin.. yang banyak di dalam..” katanya pelan.

“Aku.. sedang subur.. biar jadi anak..”

Tak lama aku merasakan denyutan di penisku yang menandakan aku sudah mendekati puncak. Dan akhirnya penisku menyemprotkan sperma yang sangat banyak dan berkali-kali ke dalam rahim Vina. Kami berdua jatuh berlutut di lantai sementara penisku masih bersarang di vaginanya.

“Anget..” Vina menggumam.

“Apanya?” tanyaku terengah-engah.

“Sperma kamu, di rahimku..”

“Emang biasanya dingin ya?”

“Yang sekarang lebih..”

Aku mengusap rambutnya, dan memeluknya dengan sayang. Sementara itu Darsih sudah menghilang. Puas sudah dia melihat “Live show” kami. Setelah itu kami berdua membersihkan tubuh kami, terutama Vina yang tubuhnya penuh minyak.

Cerita Sex : Seorang Janda Yang Ngentot Dengan Marketing Asuransi

Tetapi setelah selesai mandi Vina kembali ganas dan “Memperkosa” aku. Gila! Aku benar-benar KO malam itu.. kalah telak!

#Keganasan #Istriku #Setelah #Dipijit

Keganasan Dari Ibu Kost Yang Haus Akan Sex Terbaru Malam Ini

Keganasan Dari Ibu Kost Yang Haus Akan Sex

Ini adalah cerita yang menarik. Si Randy pemuda lugu termakan rayuan ibu kostnya yang sangat menggoda Randy sehingga Randy melayani ibu kostnya tersebut. Langsung saja.

Waktu itu Di kamar kost aku berbaring sambil ngelamun. Diluar gerimis yang turun sejak sore belum juga usai sehingga menambah dinginnya udara malam, dikota yang memang berhawa sejuk. Malam minggu tanpa pacar dan hujan pula membuat Randy suntuk. Dicobanya memejamkan matanya membayangkan sesuatu. Yang muncul adalah seraut wajah cantik berkerudung. Teh Larah, ibu kostnya (aku sering memanggil ibu kostku itu dengan sebutan teteh).

Dibayangkannya wanita itu tersenyum manis sambil membuka kerudungnya, mengeraikan rambutnya yang hitam panjang. Membuka satu persatu kancing bajunya. Memperlihatkan kulit putih mulus dan sepasang buah dada montok yang disangga BH merah jambu. Dan buah dada itu semakin menampakkan keindahannya secara utuh ketika penyangganya telah dilepaskan. Sepasang gunung kembar padat berisi dengan puting merah kecoklatan di dua puncaknya menggantung indah.

Lalu tangannya membuka kancing celana panjang yang segera meluncur kebawah. Tinggallah secarik celana dalam, yang sewarna BH, membungkus pinggul montok. Bagaikan penari strip-tease, secarik kain kecil itu segera pula ditanggalkan. Menampakkan selangkangannya yang membusung dihiasi bulu menghitam, kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Dihadapannya kini berdiri perempuan telanjang dengan keindahan bentuk tubuh yang menaikan nafsu syhawat.

Randy bangkit berdiri sambil menggaruk batang kontol di selangkangnnya yang mulai tegak dan keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membuat kopi. Setelah membuat kopi kemudian keruang duduk untuk nimbrung nonton TV bersama keluarga tempat ia kost. Baru sekitar 3 bulan ia kost dirumah keluarga Pak Totok setelah dia pindah dari tempat kostnya yang lama. Totok telah beristri dengan anak satu berumur 7 tahun.

Ternyata ruang duduk itu sepi, TV nya juga mati. Mungkin Teh Larah sudah tidur bersama anaknya karena Pak Totok sedang ke Jakarta menemani ibunya yang sedang sakit. Akhirnya Randy duduk sendiri dan mulai meghidupkan TV. Namun ternyata hampir semua saluran TV yang ada gambarnya kurang bagus. Randy mencoba semua saluran dan cuma Indosiar saja yang agak terlihat gambarnya meski agak berbintik.

Mungkin antenanya kena angin, pikirnya.Dengan setengah terpaksa dinikmati sinetron yang entah judulnya apa, kerena Randy selama ini tidak pernah tertarik dengan sinetron Indonesia.

Tiba-tiba Randy mendengar pintu kamar dibuka. Dan dari kamar keluarlah perempuan yang biasa dipanggil Teh Larah. Randy kaget melihat kehadiran perempuan itu yang tiba-tiba.

“Eh, Teteh belum tidur? Keberisikan ya?” tanya Randy tergagap

“Ah, tidak apa-apa. Saya belum tidur kok” jawab perempuan itu dengan logat Sunda yang kental.

Yang membuat Randy kaget sebenarnya bukan kedatangan perempuan itu, tapi penampilannya yang luar dari kebiasaanya. Sehari-hari Larah, seperti kebanyakan ibu rumah tangga di kota ini, selalu berkerudung rapat. Sehingga hanya wajahnya saja yang terlihat. Dan itulah yang pada awalnya membuatnya tertarik kost dirumah ini ketika bertamu pertama kali dan bertemu dengan Larah.

Dengan berkerudung justru semakin menonjolkan kecantikan wajah yang dimilikinya. Dengan alis matanya yang tebal terpadu dengan matanya yang bening indah, hidungnya mancung bangir dan bibirnya yang merah merekah. Dengan postur tubuh dibalik bajunya terlihat tinggi serasi.Entah mengapa Randy selalu tertarik dengan perempuan cantik berkerudung.

Pikiran nakalnya adalah apa yang ada dibalik baju yang tertutup itu. Dan pada saat itupun pikiran kotornya sempat melintas mencoba membayangkan Larah tanpa busana. Tapi pikiran itu dibuangnya ketika bertemu dengan suaminya yang terlihat berwibawa dan berusia agak lebih tua dari Larah yang masih dibawah tiga puluh tahun. Akhirnya jadilah ia kost di paviliun disamping rumah tersebut dan pikiran kotornya segera dibuang jauh, karena ia segan pada Pak Totok. Tapi secara sembunyi ia kadang mencuri pandang untuk memperhatikan kecantikan Larah dibalik kerudungnya dan kadang sambil membayangkan ketelanjangan perempuan itu dibalik bajunya yang tertutup, seperti tadi.

Tapi malam ini Larah berpenampilan lain, tanpa jilbab/kerudung! Rambutnya yang tak pernah terlihat, dibiarkan terurai. Demikian juga dengan bajunya, Larah memakai daster diatas lutut yang sekilas cukup menerawang dan hanya dilapisi oleh kimono panjang yang tidak dikancing. Sehingga dimata Fandi, Larah seperti bidadari yang turun dari khayangan. Cantik dan mempesona. Mungkin begitulah pakaiannya kalau tidur.

“Gambar tivinya jelek ya?” tanya Larah mengagetkan Fandi.

“Eh, iya. Antenanya kali” jawab Randy sambil menunduk.

Randy semakin berdebar ketika perempuan itu duduk disebelahnya sambil meraih remote control. Tercium bau harum dari tubuhnya membuat hidung Randy kembang kempis. Lutut dan sebagian pahanya yang putih terlihat jelas menyembul dari balik dasternya. Randy menelan ludah.

“Semuanya jelek”, kata Larah, “Nonton VCD saja ya?”.

“Terserah Teteh” kata Randy masih berdebar menghadapi situasi itu.

“Tapi adanya film unyil, nggak apa?” kata Larah sambil tersenyum menggoda.

Randy faham maksud Larah tapi tidak yakin film yang dimaksud adalah film porno.

“Ya terserah Teteh saja” jawab Fandi.

Larah kemudian bangkit dan menuju kamar anaknya. Randy semakin berdebar, dirapikan kain sarungnya dan disadari dibalik sarung itu ia cuma pakai celana dalam. Diteguknya air digelas. Agak lama Larah keluar dari kamar dengan membawa kantung plastik hitam.

“Mau nonton yang mana?” tanyanya menyodorkan beberapa keping VCD sambil duduk kembali di samping Fandi.

Randy menerimanya dan benar dugaannya itu VCD porno.

“Eh, ah yang mana sajalah” kata Randy belum bisa menenangkan diri dan menyerahkan kembali VCD-VCD itu.

“Yang ini saja, ada ceritanya” kata Larah mengambil salah satu dan menuju alat pemutar dekat TV.

Randy mencoba menenangkan diri.

“Memang Teteh suka nonton yang beginian ya?” tanya Randymemancing

“Ya kadang-kadang, kalau lagi suntuk” jawab Larah sambil tertawa kecil

“Bapak juga?” tanya Randylagi

“Ngga lah, marah dia kalau tahu” kata Larah kembali duduk setelah memencet tombol player.

Memang selama ini Larah menonton film-film itu secara sembunyi-sembunyi dari suaminya yang keras dalam urusan moral.

“Bapak kan orangnya kolot” lanjut Larah “dalam berhubungan suami-istri juga ngga ada variasinya. Bosen!”

Randy tertegun mendengar pengakuan Larah tentang hal yang sangat rahasia itu. Randy mulai faham rupanya perempuan ini kesepian dan bosan dengan perlakuan suaminya ditempat tidur. Dan mulai bisa menangkap maksud perempuan ini mengajaknya nonton film porno. Dalam hati ia bersorak girang tapi juga takut, berselingkuh dengan istri orang belum pernah dilakukannya.

Film sudah mulai, sepasang perempuan dan lelaki terlihat mengobrol mesra. Tapi Randy tidak terlalu memperhatikan. Matanya justru melirik perempuan disebelahnya. Larah duduk sambil mengangkat satu kakinya keatas kursi dengan tangannya ditumpangkan dilututnya yang terlipat, sehingga pahanya yang mulus makin terbuka lebar. Randysudah tidak ragu lagi.

“Teteh kesepian ya?” Tanya Randy sambil menatap perempuan itu Larah balik menatap Randy dengan pandangan berbinar dan mengangguk perlahan.

“Kamu mau tolong saya?” tanya Larah sambil memegang tangan Fandi.

“Bagaimana dengan Bapak ?” tanya Randy ragu-ragu tapi tahu maksud perempuan ini.

“Jangan sampai Bapak tahu” kata Larah. “Itu bisa diatur” lanjut Larah sambil mulai merapatkan tubuhnya.

Randy tak mau lagi berpikir, segera direngkuhnya tubuh perempuan itu. Wajah mereka kini saling berhadapan, terlihat kerinduan dan hasrat yang bergelora dimata Larah. Dan bibirnya yang merah merekah basah mengundang untuk di kecup. Tanpa menunggu lagi bibir Randy segera melumat bibir yang sudah merekah pasrah itu. Randy semakin yakin bahwa perempuan ini haus akan sentuhan lelaki ketika dirasakan ciumannya dibalas dengan penuh nafsu oleh Larah.

Bahkan terkesan perempuan itu lebih berinisiatif dan agresif. Tangan Larah memegang belakang kepala Randy dan menekannya agar ciuman mereka itu semakin lekat melumat. Randy mengimbangi ciuman itu dengan penuh gairah sambil mencoba merangsang perempuan itu lebih jauh, tangannya mulai merabai tubuh hangat Larah. Dirabanya paha mulus yang sedari tadi menarik perhatiannya, diusapnya perlahan mulai dari lutut yang halus lembut terus keatas menyusup kebalik dasternya.

Larah bergetar ketika jemari Randy menyentuh semakin dekat daerah pangkal pahanya. Tangan Randy memang mulai merambah seputar selangkangan perempuan itu yang masih terbungkus celana dalam. Dengan ujung jarinya diusap-usap selangkangan itu yang makin terbuka karena Larah telah merenggangkan kedua pahanya. Dan rupanya Larah telah semakin larut hasratnya dan ingin merasakan rabaan yang langsung pada selangkangannya.

Dengan sigap tanpa malu-malu ditariknya celana dalam itu, dibantu oleh Randy dengan senang hati, sehingga terbuka poloslah lembah yang menyimpan lubang kenikmatan itu. Segera saja tangan Randy merambahi kembali lembah hangat milik Larah yang telah terbuka itu. Dirasakan bulu-bulu jembut yang lebat dan keriting melingkupi lembah sempit itu. Jemari Randy membelai bulu jembut itu mulai dari bawah pusar terus kebawah.Larah makin mendesah ketika jemari Randy mulai menyentuh bibir memeknya. Itulah sentuhan mesra pertama dari jemari lelaki yang pernah Larah rasakan pada daerah kemaluannya.

Suaminya tidak pernah mau melakukan hal itu. Dalam bercinta suaminya tidak pernah melakukan pemanasan atau rabaan yang cukup untuk merangsangnya. Biasanya hanya mencium dan meraba buah dadanya sekilas dan ketika batang kontolnya sudah tegang langsung dimasukan ke lubang memek Larah. Bahkan ketika lubang memek itu masih kering, sehingga rasa sakitlah yang dirasakan Larah.

Keganasan Dari Ibu Kost Yang Haus Akan Sex

Selama hampir delapan tahun menikah, Larah belum pernah merasakan nikmatnya bercinta secara sesungguhnya. Semuanya dikendalikan dan diatur oleh suaminya. Berapa hari sekali harus bercinta, cara apa yang dipakai, dan sebagainya. Totok suaminya yang berusia hampir empat puluh lima tahun ternyata lelaki yang ortodok dan tidak pernah memperhatikan keinginan istrinya. Apalagi ia menderita ejakulasi prematur. Sehingga sudah jarang frekuensinya, cepat pula keluarnya.

Soal teknik bercinta, jangan ditanya. Tidak ada variasi dan dilarang istrinya berinisiatif. Baginya meraba kemaluan istri apalagi menciumnya adalah dosa. Melihat istri telanjang adalah saat memenuhi kewajiban suami istri di ranjang. Baginya bersenggama adalah memasukan batang kemaluannya yang tegang ke dalam kemaluan istri dengan tujuan mengeluarkan airmani didalam lubang itu secepatnya, tidak perlu bertanya istrinya puas atau tidak.

Sehingga selama bertahun-tahun, Larah tidak lebih dari benda yang mati yang punya lubang buat membuang airmani suaminya bila tangkinya sudah penuh. Larah sebagai perempuan, yang ternyata mempunyai hasrat menggebu, cuma bisa berkhayal bercumbu dengan lelaki yang bisa memberikan kenikmatan dengan penuh fantasi.

Selama bertahun-tahun. Hanya kira-kira setahun ini Larah bertemu dengan seorang wanita sebayanya yang juga mengalami nasib hampir sama dengannya. Mereka kemudian berteman akrab, saling curhat dan bersimpati. Dari wanita ini, Lilis namanya, Larah mendapatkan film-film porno yang dipinjamkan secara sembunyi-sembunyi. Hubungan mereka sangat akrab karena keduanya juga takut melakukan selingkuh dengan mencari lelaki lain. Yang berani mereka lakukan akhirnya kadang-kadang bermesraan berdua sebagai pasangan lesbian.

Tetapi sebagai perempuan normal Larah tidak terlalu mendapatkan kenikmatan yang diharapkan dari hubungan itu. Dan kini ketika jemari lelaki yang dengan penuh perasaan merabai daerah sensitifnya, semakin berkobarlah nafsu ditubuh Larah. Seakan haus yang selama ini telah menemukan air yang dingin segar.

“Ah..terus Ran..” desahnya membara.

Kuluman bibir mereka terus saling bertaut. Lidah mereka saling menjilat, berpilin mesra. Randy mengeluarkan semua kemampuannya, demikian juga dengan Larah mencoba melepaskan hasrat yang dipendamnya selama ini. Selama bertahun-tahun Larah meredam hasratnya. Tak ada keberanian untuk menyeleweng, meski niat itu ada. Tapi sudah sejak beberapa bulan terakhir ini suaminya semakin jarang menyentuhnya. Sehingga hasratnya semakin menggumpal.Malam ini keberaniannya muncul ketika suaminya tidak ada dirumah. Sejak Randy kost dirumahnya, Larah telah memperhatikannya dan ia juga tahu pemuda itu juga memperhatikannya.

Malam ini Larah tidak perduli lagi dengan dosa apalagi suaminya. Ia ingin hasratnya terlampiaskan.Mulut mereka sudah saling lepas, dan mulut Randy mulai menyusuri leher jenjang Larah yang selama ini tertutup rapat. Mulut Randy menciumi leher jenjang yang lembut itu beberapa saat terus kebawah sepertinya hendak kedaerah belahan dada Larah, tapi tiba-tiba Randy bergeser dari duduknya dan bersimpuh di lantai dan melepaskan ciumanya sehingga mukanya berada diantara paha Larah yang mengangkang dimana bibir memeknya sedang dirabai jemari pemuda itu.Rupanya Randy ingin memberikan rangsangan yang lebih lagi dan Larah juga faham maksud Fandi.

Dengan berdebar dan antusias ditunggunya aksi Randy lebih lanjut terhadap selangkangannya dengan lebih lebar lagi mengangkangkan kedua kakinya. Larah menunduk memperhatikan kepala Randy dicondongkan kedepan dan mulutnya mulai mendekati selangkangannya yang terbuka. Dilihatnya TV yang juga sedang menayangkan gambar yang tidak kurang hot. Dihadapan Randy terdapat selangkangan perempuan yang telah terkangkang bebas. Terlihat bulu jembut yang menghitam agak keriting menumbuhi lembah yang sempit diantara paha montok yang putih mulus.

Randy menelan ludah melihat pemandangan yang indah itu.Dinding mayoranya terlihat merekah basah, dihiasi bulu jembut menghitam ditepi dan atasnya. Kontras dan indah untuk dipandang. Kedua tangannya memegang kedua paha yang telah mengangkang itu. Dijulurkan lidahnya menyentuh belahan kemerahan yang sudah terkuak itu. Tercium wangi harum dari lembah itu.Kedua tangan Randy bergeser mendekati lubang memek itu untuk lebih menguakkannya

“Ahhh.!” Larah mendesah dan pinggulnya bergetar ketika ujung lidah itu menyentuh bibir memeknya.

Desahannya semakin menjadi ketika lidah Randy mulai menjilati bibir yang merekah basah itu dan dengan ujung lidahnya mengelitik kelentit yang tersembunyi dibelahannya. Dan itu semakin membuat Larah blingsatan merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pinggulnya dihentak-hentakkan keatas menikmati sentuhan yang belum pernah dirasakan tapi telah lama dihayalkan. Randy terus melakukan jilatan yang nikmat itu dan tangannya yang satu mulai merambah keatas meremasi buah dada yang montok padat.

Rupanya Larah sudah merasa semakin panas meskipun diluar hujan masih turun. Segera dibuka kimono dan dasternya, juga BH yang membungkus sepasang bukit kembar, sehingga perempuan yang sehari-hari selalu berbaju tertutup dan terlihat alim ini kini duduk telanjang bulat disofa dengan kedua kakinya mengangkang dimana seorang pemuda bersimpuh sedang menjilati memeknya. Mata Larah merem melek menikmati jilatan lidah dan rabaan tangan Randy. Hasrat yang telah lama dihayalkan kini mulai terwujud. Ia bertekad untuk mewujudkan dan melaksanakan semua hayalan yang selama ini disimpannya. Banyak hayalan gila-gilaan yang pernah di rekanya, hasil dari pengamatannya menonton film-film porno.

Demikian juga dengan Randy, impiannya kini tercapai. Bukan hanya melihat perempuan berkerudung telanjang tapi juga bisa merabai tubuhnya bahkan mungkin sebentar lagi bercinta dengannya. Jilatan dan rabaan Randy rupanya telah menaikkan nafsu Larah makin tinggi hingga akhirnya dirasakan hasrat itu semakin memuncak. Larah yang belum pernah merasakan orgasme selama berhubungan dengan suaminya, tapi dari rangsangan ketika berhubungan lesbian dengan Lilis dan ketika menonton film porno sambil merabai kemaluannya sendiri, ia tahu akan segera orgasme. Dengan ganas di tariknyanya kepala Randy agar makin rapat keselangkangannya sambil menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga bukan hanya mulut Randy yang mengesek memeknya tapi juga hidung dan dagu pemuda itu.

“Ahhhduh..AAaaaHhhh….! Ahhh!!” jeritnya tertahan ketika akhirnya orgasme itu datang juga.

Randy sempat tidak bisa bernafas ketika mukanya dibenamkan rapat keselangkangan itu ditambah Larah merapatkan kedua pahanya menjepit kepalanya. Beberapa saat Larah menyenderkan kepalanya disandaran sofa dengan mata terpejam menikmati untuk pertama kali klimaks karena dicumbu lelaki, nafas memburu dan perlahan kedua kakinya yang menjepit kepala Randy kembali membuka sehingga Randy dapat melepaskan diri. Muka Randy basah bukan hanya oleh keringat tapi juga oleh cairan yang keluar dari lubang kenikmatan Larah.

Randy bangkit berdiri sambil membuka kausnya yang digunakan untuk mengelap mukanya. Tubuhnya berkeringat. Dipandangi perempuan telanjang itu yang duduk mengangkang. Baru ini dapat diamati tubuh telanjang perempuan itu secara utuh.

“Hatur nuhun ya Ran” kata Larah berterima kasih sambil membuka matanya dan meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.

Matanya kembali berbinar ketika dilihatnya Randy telah berdiri telanjang bulat dengan batang kontol mengacung keras. Batang kontol yang besar dan panjang. Jauh lebih besar dari punya suaminya. Ini untuk pertama kalinya ia melihat lelaki telanjang bulat selain suaminya. Randy mendekat dan meraih tangan Larah, dan menariknya berdiri. Kemudian Randy mundur dua langkah mengamati tubuh telanjang perempuan itu lebih seksama.

“Kenapa sih?” tanya Larah sambil senyum-senyum.

“Saya lagi memandangi tubuh indah sempurna yang selama ini tertutup” jawab Randy yang memang terpesona dengan apa yang ada dihadapannya.

Ternyata benar yang sering diangankannya tentang apa yang ada dibalik baju tertutup yang selama ini dipakai Larah, bahkan lebih indah dari yang dibayangkannya karena ini benar-benar nyata. Tubuh Larah memang nyaris sempurna. Badannya tinggi semampai dengan wajah yang cantik dan lekuk setiap tubuhnya saling mendukung dan proposional. Buah dadanya besar padat berisi, pinggangnya ramping dengan pinggul dan pantat yang montok serta sepasang kaki jenjang dengan paha yang padat berisi. Semuanya dibalut dengan kulit yang putih mulus tanpa cela. Dan sesuatu yang rimbun berbulu kehitaman di pangkal pahanya menambah pesona.

Pemandangan itu semakin memperkeras acungan batang kontol Randy. Dan Larah yang sudah terpesona dengan benda itu dari tadi segera meraih dan mengenggamnya. Larah kembali duduk sambil tetap menggengam batang kontol itu. Randy mengikuti dan tahu maksudnya. Ternyata perempuan ini penuh dengan fantasi yang hebat, pikirnya. Dengan mata berbinar diperhatikan batang kontol yang tegang dihadapannya. Kontol yang jauh lebih besar dan panjang dari punya suaminya.

Telah lama Larah ingin merasakan mengulum kontol lelaki seperti yang dilihatnya difilm porno.

Dipandangnya otot tegang dalam genggaman tangannya. Dengan ujung lidahnya dijilat perlahan kepala kontol yang mengkilap kecoklatan itu. Terasa aneh, tapi diulang lagi dan lagi sehingga hasratnya makin menggebu. Maka dengan perlahan dibuka mulutnya sambil memasukan batang kontol yang telah basah itu dan dikulumnya. Randy meringis nikmat diperlakukan begitu. Apalagi Larah mulai melumati batang kontol didalam mulutnya dengan semakin bernafsu.

Larah mencoba mempratekkan apa yang dilihatnya difilm. Ia tidak hanya menggunakan lidahnya tapi menggaruk batang kontol itu dengam giginya, membuat Randy semakin meringis nikmat. Satu lagi ingin dirasakan Larah adalah rasa air mani lelaki. Karena itu ia ingin merangsang Randy agar pemuda itu orgasme dan menumpahkan cairan mani di mulutnya. Larah yang selama ini kecewa dengan kehidupan sex bersama suaminya hingga terlibat hubungan lesbian dan sering menghayalkan fantasi-fantasi liar yang pernah ditontonnya di film.

Kini ia punya kesempatan untuk mewujudkannya. Tak ada lagi rasa malu atau jijik. Telah dilepaskan semua atribut sebagai istri yang patuh dan saleh. Yang ada didalam benaknya adalah menuntaskan hasratnya.Randyyang batang kontolnya dikulum sedemikian rupa semakin terangsang tinggi. Kuluman mulut Larah meskipun baru untuk pertama kali melakukannya tapi cukup membuatnya mengelinjang nikmat. Sangat lain sensasinya. Hingga akhirnya.

“Ah Teh, sudah mau keluar nih” desis Randymengingatkan sambil mencoba menarik pinggulnya.

Tapi Larah yang memang mau merasakan semburan mani dimulutnya malah semakin menggiatkan kulumannya. Hingga akhirnya tanpa bisa ditahan lagi, batang kontol itu menumpahkan cairan kenikmatan didalam mulut Larah. Randy meregang, dengkulnya terasa goyah. Dan Larah semakin menguatkan kuluman bibirnya di kontol itu. Dirasakannya cairan hangat menyemprot didalam mulutnya, rasanya aneh sedikit tapi gurih. Enak menurutnya. Tanpa ragu Larah semakin keras mengocok batang kontol itu dan dengan lahap ditelannya cairan yang muncrat dari lubang kontol Randy, bahkan sampai tetes terakhir dengan menghisap batang kontol itu. Tanpa rasa jijik atau mual.

“Bagaimana rasanya Teh?” tanya Randy. Ia kagum ada perempuan yang mau menelan air maninya dengan antusias.

“Enak, gurih” kata Larah tanpa ragu. Keduanya duduk diatas sofa mengatur nafas. Kemudian Larah bangkit.

“Sebentar ya, saya buatkan minuman buat kamu” katanya sambil kedapur dengan hanya mengenakan kimono.

Randy sambil telanjang mengikuti dari belakang dan ke kamar mandi membersihkan batang kontolnya sambil kencing. Setelah itu didapatinya Larah di dapur membuatkan minuman.

Randy mendekati dari belakang dan mendekapnya sambil tangannya meremas sepasang bukit kembar yang menggantung bebas. Larah menggelinjang merasakan remasan di dadanya. Apalagi ketika kuduknya diciumi Randy. Perlahan dirasakan batang kontol Randy mulai bangkit lagi mengganjal dipantatnya. Larah semakin mengelinjang ketika tangan Randy yang satunya mulai merambahi selangkangannya.

“Sudah nggak sabar ya” katanya sambil ketawa dan berbalik. Kembali keduanya berciuman dengan rakus.

“Dikamar saja ya” ajak Larah ketika ciuman mereka semakin larut. Mereka masuk kekamar yang biasanya untuk tamu.

Disana ada tempat tidur besar dengan kasur empuk.

Larah mendorong tubuh Randy ke ranjang dan jatuh telentang. Larah juga segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang menyusul Randy. Keduanya kembali berciuman dengan buas. Tapi tidak lama karena Larah mendorong kepala Randy kebawah. Ia ingin Randy mengerjai buah dadanya. Randy menurut karena ia pun sudah ingin merasakan lembutnya sepasang bukit kembar yang montok berisi itu. Larah mendesah sambil mengeremas rambut Randy yang mulai menjilati dan menghisapi salah satu pentil buah dadanya. Sedangkan yang satunya diremasi tangan Randy dengan lembut. Randy merasakan buah dada yang lembut dan perlahan terasa semakin menegang dengan puting yang mengeras.

“Oh Ran! Geliin..terus akh!” Tangan Randy yang satunya mulai merambahi kembali selangkangan perempuan itu.

Larah menyambutnya dengan merenggangkan kedua kakinya.

“Ahh..terus sayang!” desisnya ketika jemari pemuda itu mulai menyentuh kemaluannya.

Jemari Randy dengan perlahan menyusuri lembah berbulu dimana didalamnya terdapat bibir lembut yang lembab.

Larah semakin menggelinjang ketika ujung jari Randy menyentuh kelentitnya. Kini mulut dan tangan Randy secara bersamaan memberikan rangsangan kepada perempuan kesepian yang haus seks itu. Sementara Larah juga sangat menikmati jilatan dan rabaan pemuda itu.Beberapa lama kemudian Randymengambil inisiatif setelah puas merambahi sepasang bukit ranum itu, perlahan mulutnya mulai bergerak kebawah menyusuri perut mulus Larah dan berhenti di pusarnya.

Larah menggelinjang ketika pusarnya dijilat lidah pemuda itu. Larah rupanya tidak mau nganggur sendiri. Ditariknya pinggul Randy kearah kepalanya. Randy faham maksudnya. Dengan segera dikangkangi kepala Larah diantara kedua pahanya dan menempatkan pangkal pahanya dengan batang kontol yang menegang keras diatas muka Larah. Yang segera disambut kuluman Larah dengan bernafsu. Randy juga sudah menempatkan kepalanya diantara paha Larah yang mengangkang. Mulutnya mulai merambahi kembali lembah harum berjembut lebat itu. Keduanya melakukan tugas dengan nafsu yang semakin tinggi dan terus berusaha merangsang pasangan masing-masing.

Larah istri kesepian yang bertahun-tahun menyimpan hasrat, sehingga sekarang seakan mempunyai nafsu yang sepertinya tak habis-habisnya untuk ditumpahkan. Demikian juga dengan Randy pemuda lajang yang cukup berpengalaman dalam urusan perempuan tapi baru kali ini bercinta dengan istri orang, sehingga fantasi yang dirasakan sangat beda dari yang pernah dialami sebelumnya.

“Ooohhh! Ran, lakukanlah” desah Larah mulai tak tahan menahan hasratnya. Randy segera menghentikan jilatannya dan mengatur posisi. Larah celentang pasrah dengan kedua paha terbuka lebar menantikan hujaman batang kontol Randypada lubang memeknya yang telah semakin berdenyut.

Dadanya berdebar kencang, mengingatkannya pada malam pertama ketika pertama kali diperawani suaminya. Usianya belum lagi tujuh belas tahun waktu itu. Tak ada kemesraaan dan kenikmatan, yang ada hanya kesakitan ketika batang kontol Totok merobek lubang kemaluannya. Untung cuma berlangsung sebentar karena suaminya cepat keluar air maninya.

Dilihatnya wajah puas suaminya ketika ada bercak darah disprei, tanda istrinya masih perawan.

Larah tersentak dari mimpi buruknya ketika terasa benda hangat menyentuh bibir memeknya. Direngkuhnya tubuh Randy ketika perlahan batang kontol yang keras itu mulai menyusuri lubang memeknya.

“Akh! enak Ran!” desahnya. Tangannya menekan pinggul Randy agar batang kontol pemuda itu masuk seluruhnya.

Randy juga merasakan nikmat. Memek Larah terasa sempit dan seret. Randy mulai menggerakkan pinggulnya perlahan naik-turun dan terus dipercepat diimbangi gerakan pinggul Larah. Keduanya terus berpacu menggapai nikmat.

“Ayo Ran genjot terusss!” desah Larah makin hilang kendali merasakan nikmat yang baru kali ini dirasakan. Randy mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan keras. Sesekali disentakkan kedepan sehingga batang kontolnya tuntas masuk seluruhnya kedalam memek Larah.

“Oh..Ran !”jerit Larah nkmat setiap kali Randy melakukannya.Terasa batang kontol itu menyodok dasar lubang memeknya yang terdalam.

Semakin sering Randy melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan Larah sehingga pada hentakan yang sekian Larah merasakan otot diseluruh tubuhnya meregang. Dengan tangannya ditekan pantat Randy agar hujaman batang kontol itu semakin dalam. Dan terasa ada yang berdenyut-denyut didalam lubang memeknya.

“Ahk..! Ahduh akhh!” teriaknya tertahan merasakan orgasme yang untuk pertama kali saat bersanggama dengan lelaki.

Sangat nikmat dirasakan Larah. Seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik berkekuatan rendah yang membuatnya berdesir. Randy yang belum keluar terus menggerakkan pinggulnya semakin cepat. Menyebabkan Larah kembali berusaha mengimbangi.

Diangkat kedua kakinya keatas dan dipegang dengan kedua tangannya, sehingga pinggulnya sedikit terangkat sehingga memeknya semakin menjengkit. Menyebabkan hujaman kontol Randy semakin dalam. Randy yang berusaha mencapai kenikmatannya, merasa lebih nikmat dengan posisi Larah seperti itu. Demikian juga dengan Larah, perlahan kenikmatan puncak yang belum turun benar naik lagi.Larah mengangkat dan menumpangkan kakinya dipundak Randy, sehingga selangkangannya lebih terangkat.

Randy memeluk kedua kaki Larah, sehingga tubuhnya setengah berdiri. Dirasakan jepitan memek Larah lebih terasa sehingga gesekan batang kontolnya menjadi semakin nikmat. Randy semakin menghentakkan pinggulnya ketika dirasakan kenikmatan puncak sudah semakin dekat dirasakan.

“Ahhh” Randy mendesah nikmat ketika dari batang kontolnya menyembur cairan kenikmatannya.

Dikocoknya terus batang kontol itu untuk menuntaskan hasratnya. Bersamaan dengan itu Larah rupanya juga merasakan kenikmatan yang kedua kalinya.

“Akhh!!” jeritnya untuk kedua kali merasakan orgasme berturut-turut.

Tubuh Randy ambruk diatas tubuh Larah. Keduanya saling berdekapan. Kemaluan mereka masih bertaut. Keringat mengucur dari tubuh keduanya, bersatu. Nafas saling memburu.

“Makasih ya Ran, makasih” kata Larah terbata mengucapkan terima kasih diantara nafasnya yang memburu.

Tuntas sudah hasratnya. Dua tubuh yang panas berkeringat terus berdekapan mengatasi dinginnya malam.

Tak sampai 15 menit mereka saling berdekapan ketika dirasakan Randy, batang kontolnya yang telah lepas dari lubang memek Larah mulai dirabai dan diremas kembali oleh tangan Larah. Rupanya perempuan ini sudah ingin lagi. Randy tersenyum dalam hati, lembur nih ini malam! Memang Larah sudah bangkit lagi hasratnya. Nafsunya yang lama terpendam seakan-akan segera muncul kembali meskipun baru terpenuhi. Sepertinya ia tidak ingin melepaskan kesempatan malam ini untuk bercinta sebanyak mungkin dengan Randy sampai besok pagi, dengan berbagai teknik dan posisi yang selama ini cuma diangankannya.

Dan malam itu mereka melewati malam panjang dengan penuh keringat, cumbuan, rabaan, hentakan nafas dan desahan nikmat berkali-kali sampai pagi.

Randy bangun ketika dirasakan sinar matahari menyinari tubuhnya yang masih telanjang cuma ditutupi selimut. Ia masih terbaring diranjang tempat dia bercinta sepanjang malam dengan Larah. Dilihatnya sudah jam 10. Badannya terasa segar meskipun sepanjang malam mengeluarkan tenaga untuk melayani dan mengimbangi nafsu Larah yang ternyata tak kenal puas. Tak kurang dari lima ronde dilewati oleh mereka dengan sebentar saja istirahat.

Cerita Sex Lainnya : Sex Dengan Tante Brenda Si Pelanggan Setiaku

Randy selalu ingat setiap dua atau tiga ronde, Larah selalu membuatkannya minuman sejenis jamu yang ternyata sangat berkhasiat memulihkan energinya sehingga sanggup melayani perempuan yang haus sex itu berkali-kali. Randy masih berbaring. Dicobanya membayangkan kejadian tadi malam. Seperti mimpi tapi benar terjadi. Perempuan yang terlihat lembut tapi ternyata sangat ganas di Ranjang.

#Keganasan #Dari #Ibu #Kost #Yang #Haus #Akan #Sex

Keganasan Sex Rina Si Asisten Dokter Gigi Terbaru Malam Ini

Keganasan Sex Rina Si Asisten Dokter Gigi 1

Aku, Ari (nama samaran), dipanggil singkat Ri. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindah tugaskan ke kota Jakarta barat ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bertugas mendampingi suaminya di luar negeri. Sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, ditemani seorang mbok setengah tua yg menginap, dan tukang kebun harian yang pulang tengah hari.

Dua bulan sudah aku tinggal di rumah ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur semuanya ada lima, tiga di lantai bawah dan dua di lantai atas. Lantai atas untuk keluarga kakakku, jadi aku menempati lantai bawah. Di samping kamar tidurku ada ruang kerja. Aku biasa kerja disitu dengan seperangkat komputer, internet dan lain-lain.

Suatu ketika, aku kedatangan seorang dokter gigi, drg Reno, ditemani asistennya, Rina. Mereka mau mengkontrak satu kamar dan garasi untuk prakteknya. Untuk itu perlu direnovasi dulu. Aku menghubungi kakakku melalui sarana komunikasi yang ada, minta persetujuan. Dia membolehkan setelah tanya-tanya ini itu. Maka mulailah pekerjaan renovasi dan akan selesai 20 hari lagi.

Sementara itu, drg Reno menugaskan Rina untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak juga, disamping garasi yg hampir siap disulap jadi ruang praktek. Mulailah kisah dua anak manusia berlainan jenis dan tinggal serumah….

Sudah dua minggu Rina tinggal di rumah ini. Dia biasanya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Rina berlaku biasa saja mulanya, dan aku tidak berani lancang mendekatinya. Rina berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk tetapi tidak kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga aku tidak berhasil melihat bagian yang ingin kupandang. Wajahnya cukup manis.

Suatu hari, mbok minta ijin pulang kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya. Aku mengijinkan mbok pulang. Mbok akan minta tolong pembantu tetangga menyediakan makanan untuk aku selama mbok pulang.

Nah, pagi hari itu aku mengantar mbok ke setasiun bus dengan mobil kantorku, baru pulang untuk mengambil berkas dan berangkat lagi ke kantor. Rina pergi ke klinik dokter gigi Reno dengan motor, biasanya di jam setengah delapan pagi sudah kabur dan pulang jam lima atau enam petang, tergantung kepada banyaknya pasien. Untuk praktisnya, masing-masing dari kami membawa kunci rumah sendiri.

Sore hari setelah mbok pergi itu suasana rumahku sepi. Aku pulang jam empat sore dan sempat melihat-lihat kebun dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya di tempat sampah. Rina baru sampai di rumah sekitar jam setengah enam, tanpa aku tahu. Dia ternyata ada di jendela memandangku bekerja di kebun. Ketika matahari sudah doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Rina tersenyum di baliknya. Segera aku masuk rumah.

 “Sudah lama kamu datang, Rina?” Dia mengangguk.

“Aku melihat kamu bekerja di kebun, suatu pemandangan indah, laki-laki rajin bekerja keras… Kagum aku dibuatnya.”

Aku tertawa sendiri, lalu masuk kamar untuk mandi. Kamar mandiku ada dalam kamar tidur, jadi aku bebas berjalan telanjang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja, seperti sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, karena Rina ada dalam kamar tidurku.

“Aku masuk tanpa permisi, maaf ya, kamu marah?” tanyanya

Aku jawab, “ Ah tidak, masak marah sih, disambut perempuan seksi dan manis…? Aku mau tukar baju, kamu mau tetap di sini atau…?”

Rina tersipu. “Oh, mau buka handuk, gitu? Aku tunggu di sofa, mau ada perlu sama kamu.”

Rina keluar kamar.

Aku mengenakan kaos oblong dan celana boxerku, lalu menghampiri Rina di sofa, duduk di sebelahnya. Dia menjauh. “Kamu sudah mandi, aku belum… nanti kamu nggak betah di dekatku..”

Aku cuma senyum saja. “Ada pelu bicara apa, Rina…?”

 Dia bimbang sebentar, lalu, “Aku mau numpang mandi di kamar mandimu. Ada shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum sempat panggil tukang…”

Sambil senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja, tapi pintu kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya. Tenang, aku tidak akan mengintip kamu mandi, jangan takut…”

Rina tertawa, “Tidak ngintip tapi langsung melihat…? Mana ada laki-laki membuang kesempatan.”

Aku malu mendengarnya. “Ah, kamu bisa saja…” itu jawabku sambil memegang bahunya.

 “Tuh, mulai ya,..?” katanya sambil setengah berlari masuk kamarnya mengambil handuk dan lain-lain.

Dua puluh menit berlalu, Rina sudah kembali duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku. “Eh, Ri, mau nggak antar aku beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?” Segera aku mengiyakan.

Lima menit kemudian Rina dan aku sudah bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter jauhnya. Sepulangnya, tangan Rina menggandeng lenganku dan aku sempat merasakan buah dada kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berdesir, jantungku berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ nyeletuk, “Wah bu dokter sudah punya calon suami… selamat ya?” Rina tertawa kecil. Ibu-ibu itu sudah akrab dengan Rina, mempersilahkan mampir untuk suatu pertanyaan tentang kesehatan giginya. Sempat terdengar Rina melayani salah satu dari mereka sambil menyoroti mulut si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu menyuruhnya datang ke klinik besok pagi. Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Aku jadi kagum dengan keramahan Rina. Pantes kliniknya ramai setiap hari.

Pulang rumah, aku dan Rina duduk di seputar meja makan sambil menikmati kacang rebus dan goreng. Sementara itu aku tetap mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke dadanya. Tetap tidak kelihatan apapun. Rina seorang perempuan yang tetap menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah aku bisa menikmatinya, waduh, mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang erotis. Rina menyudahi makan kacang karena kenyang, katanya, lalu bangkit pergi ke tempat sikat gigi (wastafel). Aku merapikan meja makan, lalu menyusul Rina untuk sikat gigi di sampingnya.

Tanganku mulai nakal. Aku nekad menyentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Rina seakan kaget, lalu menepis tanganku sambil sedikit menatapku sementara mulutnya masih penuh busa.

Rina berkata, “Jangan mulai nakal… “ Lalu dia membalas mencubit bokongku dan meninju punggungku.

“Nih, rasakan, ya…” Dia mencubit berkali-kali dan meninju juga.

Lama-lama aku merasa sakit juga, lalu kutangkap tangannya dan kutarik tubuhnya mendekat, tetapi dia berontak dan lari ke sofa. Selesai sikat gigi, aku duduk disebelahnya.

“Kamu masih marah, Rina?” Dia menutup matanya, lalu… menubruk dadaku seraya menangis.

 Aku heran sekali. “Kamu ini…. Kamu ini… bikin aku gemes! Aku jadi nggak tahan lagi. Dadamu basah ya, dengan air mataku. Buka saja kaosmu…” Aku menurut, dia kembali membenamkan wajahnya di dadaku, lidahnya menjilati putingku. Bibirnya menciumi dadaku ke kiri dan ke kanan samapi ke lipatan ketiakku. Ketika lidahnya mau menjilat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal. Wajahnya nampak kecewa. Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?”

Aku jawab, “Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat laki-laki. Rina, aku ada permintaan…”

Rina menjawab lirih, “Minta apa? “

Kujawab, “Mau nggak kamu tidur di kamarku bersama aku?” Rina diam saja, tidak mau menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. Aku takut dia marah.

Lalu berbisik, “Kalau aku bilang… tidak mau, kamu marah?”

Aku jawab, “Aku tetap membujuk sampai kamu mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan kamu mau…”

Tiba-tiba Rina bangkit dan berjalan ke kamarnya. Di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya lalu menggapai aku supaya mendekat. Aku segera bangkit, menuju kamarnya. “Kamu saja yang tidur di sini, mau?” Aku menggelengkan kepala.

“Kamar mandi untuk kamu kan ada di kamar tidurku,gampang untuk segala keperluan…” Rina tersenyum mengangguk.

 “Kalau begitu, kamu tunggu di kamar, ya, nanti aku menyusul kamu.” Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Rina mau lho, tidur denganku…!)

Segera aku berjalan ke kamarku, lalu merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya. Tak lupa mengoleskan krim tahan lama pada kepala kemaluanku, lalu memakai sarung setelah melepaskan semua pakaian.

Belum satu menit, Rina sudah berdiri di depan pintu kamar. Melihat aku memakai sarung, dia berkata, “Kamu ada sarung lagi? Aku ingin memakai. Rasanya praktis ya?” Aku mengangguk lalu membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan kepada Rina. Dia membawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sambil berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” Aku tertawa saja, lalu berbaring bertelanjang dada sampai pinggang. Sarung itu menutup bagian bawah setelah pinggang. Rina keluar kamar mandi dengan sarung menutup bagian dada sampai pinggul. Dia meletakkan pakaiannya, termasuk BH dan celana dalam kuning, di meja. Dia melirik lalu tersenyum, “Lihat BH dan celana dalamku? Nih, biar puas melihatnya.” Dia mendekati aku lalu memamerkan BH dan celana dalamnya ke dekat wajahku. Aku mendekatkan hidungku pada celana dalamnya, tetapi dengan cepat dia menariknya sambil tertawa.

Dua detik kemudian, dia merebahkan diri di sebelahku. Aku melihat wajahnya, berpandang-pandangan selama beberapa puluh detik. Kudekatkan bibirku pada pipi, dahi, lalu… ke bibirnya. Dia melumati bibirku, perlahan mulanya. Lalu perlahan membuka mulutnya, sehingga kini mulutku bisa mengisap mulutnya sambil bergoyang ke kiri ke kanan, lalu lidahku bertemu lidahnya. Rina menghembuskan napasnya seperti tersengal, lalu kembali mengisap mulutku bergantian. Lengannya merangkulku, dan kini, yah, benarlah, dadaku bersentuhan dengan buah dada Rina yang kencang mencuat dan berputing keras. Dalam berahi yang makin membara, aku dan Rina sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Tiga gerakan cukuplah melepas sarung-sarung itu, sehingga tubuh Rina yang telanjang bulat sudah nempel erat dengan tubuhku. Dia mendorongku sehingga telungkup di atas tubuhku yang telentang, sambil terus mengisap dan mengisap dan mengisap mulut seraya bergoyang-goyang ke kiri kanan dan buah dadanya menekan menggeser-geser di dadaku. Aku sudah terbawa ke awan yang tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Rina bergesekan dengan jembutku, aduh bukan main nafsuku berbaur dengan nafsu Rina. Kemaluanku yang sudah keras itu bergesekan dengan bibir kemaluan Rina, pahanya bergerak-gerak sebentar menjepit pahaku sebentar menindih dan entah gerakan apa lagi.

Keganasan Sex Rina Si Asisten Dokter Gigi

Sebelas menit kemudian Rina melepaskan diri, mengangkat tubuhnya sambil memandangku. “Bagaimana rasanya, enak dan nikmat..?” Aku jawab,

“Bukan main… Rina, oh ina, buah dadamu.. padat mencuat, aku nikmati sekali. Kamu merasa nggak… jembut kita beradu? Jembutmu yg lebat, menambah nikmatnya….” Belum sempat kalimatku selesai,

Rina sudah menindihku lagi, kali ini dia membuka lengannya sehingga lidahku bisa menjilat ketiaknya yang halus tidak berambut. Kuciumi ketiak Rina beberapa saat, dan tubuhnya menggelinjang.

 “Ohh, Ri… Ari… geli sekali rasanya…” Aku pindah ke ketiak yang satu lagi, dan Rina kembali menggelinjang. “Kamu doyan ya, menilat ketiak cewek?”

Kujawab, “Ketiakmu harum dan indah bukan main. … Siapa bisa tahan membiarkan tidak dicium?”

Kujilati terus kedua ketiaknya, dan Rina mengaduh-aduh penuh nikmat. Didadaku masih terasa buah dadanya menggeser-geser. Pinggulnya bergoyang terus, sampai suatu ketika, dia setengah berteriak, “Ari… aku nggak tahan…. Ayo kamu di atasku…”

Aku memutar tubuhku sehingga kini berada di atas tubuh Rina. Kedua lengannya merangkul punggungku, “Duh,.. tubuhmu sungguh kekar… aku sangat menikmati…. Ohh….” Sekarang aku menindih buah dadanya, sambil mulutku mengisap-isap dan isap mulutnya. Lidah Rina masuk ke dalam mulutku dan kuisap, alu giliran lidahku menelusuri mulutnya. Rina mengggelinjang, lalu membuka kedua pahanya.

“Masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu… ooohhh… sudah… sudah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..” Pinggulnya bergoyang naik turun makin cepat seiring dengan gerakan naik turun pinggulku. Terasa kemaluanku dijepit dan disedot kemaluannya. Aku mengeluh, “Rina, kemaluanmu sempit… duhh nikmatnya dijepit dan… disedot kemaluanmu… ooohhh Rina…”

Dia menjawab, “Ri… jangan keluar dulu ya…. Aku masih ingin lama nih, menikmati … persetubuhan ini..” Lalu ia menggelinjang hebat ke kiri ke kanan, mulutnya tertutup rapat dalam mulutku dan mengeluarkan suara lenguhan seorang perempuan yang sedang penuh nikmat.

Gerakan tubuhku dan Rina menimbulkan bunyi kecupak-kecupak saat kemaluanku menembus jembut dan kemaluannya yang sudah basah.

Aku bertanya, “Rina, boleh kujilat jembutmu,…kemaluanmu….?” Segera dia menggelengkan kepala, meski mulutnya masih dalam mulutku.

“Jangan sekarang,… jangan dilepasss… nanti saja… oohh,… nikmatnya…” Aku menggeserkan tubuh Rina kesamping, supayua dia tidak kepayahan menanggung beban tubuhku. Dia berbaring disampingku sambil lidahnya terjulur minta diisap.

“Rina,…. Aku minta ludahmu…” Dia menjulurkan lidahnya, kali ini penuh ludahnya. Segera kuisap dan kusedot mulutnya dan kuisap ludahnya semua. Rina menggelinjang.

“Kamu di bawah, mau…” Aku menggeser kembali, telentang di bawahnya. Tubuh Rina seluruhnya menindih tubuhku, buah dadanya kembali bergeser-geser. Kemaluanku berhasil masuk dari bawah, dibantu tangan Rina.

Rina mengdesah, “Ooohh… aduhhh… nikmatnya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi…. Kemaluanku penuh kemaluanmu, ohhh… terus, Ariiii, terus genjot dari bawah…. Oohh…. Ohhh, nikmat sekali, ….“

Gerakan tubuh Rina dan aku makin cepat sampai, “ Aku tidak…. Tidak tahan lagi…. Mau keluar…. Oohhh… keluar… …! Aku sudah keluar…. teruskan, teruskan…. Masih nikmat…. Mau lagi.. Riiii…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. adu jembut, nambah nikmat…. Aku mau keluar lagiiiii…! Riii, aku … nggak tahan, …keluar lagi, sudah dua kali… sekarang kamu dong, semprotkan manimu… ooohhh… ohh… terus Riii, kamu harus puasss…” Aku bergerak terus, tetapi pengaruh krim tahan lama membuatku tidak gampang keluar.

Aku berbisik, sambil lidahku menjilati lehernya, “Rina, masih nikmat… atau mau ke kamar mandi dulu, lalu berbaring sambil istirahat 30 menit dan ….. mulai babak kedua…?” Rina berbisik mesra.

“Aku mau, Riii, berkali-kali semalam suntuk bersetubuh dengan kamu…. Sekarang ke kamar mandi dulu… “ Dia beringsut mau turun ranjang, tangannya menggapai tissue lalu mengelap kemaluannya. Lalu berjalan beringsut sambil terus memegang tissue di kemaluannya. Aku menyusul dia. Kemaluanku basah dengan air mani Rina, tetapi tidak sampai mengucur.

Di kamar mandi, Rina berbisik, “Rii, kamu… hebat… sebagai laki-laki, bisa memuaskan aku berkali-kali.”

Aku menjawab, “Baru dua kali, Rina… “

Dia tersenyum, berbisik, “Semalam suntuk bisa berapa kali, ya? Aku kepingin terus, berahiku tidak…. tidak terbendung, sudah ditahan berhari-hari. Untung mbok pergi ya, jadi kita bebas ….”

Aku menunduk, lalu kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya, kujilati kemaluannya sampai dia kembali mengeluh nikmat. “Duhh, Ariii, … kamu merangsang lagi… ooh… ohh, aku terangsang… ayo balik ranjang… tapi, aku mau mengisap kemaluanmu dulu… waduh, sudah tegang lagi…”

Mulutnya mengulum, mengisap kemaluanku beberapa menit. “Rinaaa…. Sudah, sudah, nanti aku crot dalam mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat crot di dalam kemaluanmu…”

Rina tertawa, “Nggak kuat ya? Pakai krim lagi? Biar kuat berjam-jam?”

Aku mengangguk lalu memeluk tubuh Rina, buah dadanya kembali nempel dipinggangku. “Rina,… merasakan buah dadamu, sungguh nikmat…”

Sampai di ranjang, kembali dia menindihku. “Kamu di bawahku dulu ya… Eh, belum pakai krim?” Aku beringsut ke meja lalu mengoleskan krim di kepala kemaluanku.

“Nih, sudah pakai krim. Tidak takut crot dulu, sejam lagi rasanya.” Kembali tubuhku ditindih Rina, mulutnya kembali menyeruput mulutku, buah dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh nikmat sekali.

“Kamu nafsu lagi, Rina?” Dia mengangguk,

“Ya, kali ini sampai sejam baru aku keluar…. Ketiga keempat, kelima….”

Aku menikmati posisi begini (sebutannya Woman on top missionary sex) selama sekitar 25 menit, terus menerus menyeruput mulut Rina, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya, mencengkeram bokongnya yang aduhai, dan seterusnya. Rina juga menikmati perannya, memandang wajahku dengan sayu, menjulurkan lidahnya, masuk ke mulutku seraya menelusuri seluruh rongga mulutku, mengisap, mengisap, menyedot, menyedot, terus menerus. Pinggulnya bergerak ke kiri ke kanan, maka terasalah jembutnya bergesekan dengan jembutku, pahanya kadang-kadang menuruni pahaku supaya kemaluanku bisa menggeser-geser kemaluannya yang sudah basah itu.

Setelah sekitar 25 menit itu, Rina melenguh dan mendorongku supaya bergeser ke samping, lalu berbisik, “Kamu naik ke atas ya… aku sudah nggak tahan, ingin dimasuki kemaluanmu…. Yang lama dan dalam,… jangan cepat-cepat, …. putar pinggulmu, nah gitu….ooh… nikmatnya, terus… nikmatttt sekali…. Mauku sih yang lama,…. terus, … sekarang kemaluanmu… benamkan ke dalam kemaluanku, terus….. yang dalam… ohh, ohh, mmm… mmm…” Mulutnya kusedot sedot terus, dan dia membalas sedotanku, jadi cuma bisa mengeluarkan suara … mmm…. mmmm…. ahh… ahhh.. Sementara dadaku menindih buah dadanya, sungguh nikmat sekali. Buah dada yang mencuat dan kencang. Tiap lelaki pasti akan menikmatinya dalam posisiku ini. Aku sendiri mendesah kencang sambil menggerakkan pinggulku, naik turun dan putar-putar.

“Rin… ooohh… jembut…. jembut kita…. beradu… nikmat sekali ya…?” Rina mendesah dalam mulutku, mmm… lalu menjawab,

“Betul… jembut ketemu jembut…. dadamu menindih buah dadaku… nikmat sekali, Ariii… aku nggak tahan lagi… aku mau keluar lagi …. aku … keluar… crot crot…. Oohhh… nikmatnya….” Lengannya melingkari tubuhku dengan kencang.

“tubuhmu… enak sekali kurangkul… kekar, … begitu jantan… nikmat sekali.. jangan lepas dulu ya…. Teruskan, aku masih bisa lagi, … “ Aku gerakkan pinggulku naik turun terus, kurasakan batang kemaluanku disedot dan dijepit kemaluan Rina… Kemaluannya berkedut-kedut… Untung aku pakai krim tahan lama. Siapa sih bisa tahan kemaluannya dijepit dan disedot begitu. Sekitar 12 menit, Rina kembali mengeluh panjang dalam mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan… terasa lagi cairan hangat membasahi kemaluanku di dalam kemaluan Rina. Dia terengah-engah, sambil mengisap mulutku dia berbisik, “Riii, aku sudah keluar… empat kali ya?” Aku menjawab, “Ya, baru empat kali. Masih mau empat kali lagi sampai pagi?”

Rina berbisik, “Istirahat dulu yuk, setelah bersih-bersih di kamar mandi. Kamu hebat sekali, ya, belum keluar juga air manimu. Nanti aku mau mengisapnya ya, sisa-sisa air manimu, dalam mulutku, kalau sudah keluar dalam kemaluanku….” Dia menuntunku jalan ke kamar mandi sambil menempelkan buah dadanya di sampingku… Perasaanku sudah tidak karuan, lelaki menghadapi perempuan yang nafsunya besar dan tidak dapat dibendung lagi. Di kamar mandi, Rina mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menjilati pipi dan leherku. “Arii…. kamu jantan tulen… aku ingin terus dipeluk dan diapakan saja sampai pagi… “ Lalu menyabuni kemaluannya dan mengusap kemaluanku, dan menyirami lalu mengelap dengan handuk. Rina berbisik, “Mau kuisap… kemaluanmu?” Aku menolak, takut ngecrot di kamar mandi, lalu kepeluk dia menuju ranjang lagi.

Kembali dia telungkup di atas tuuhku, lalu berbisik, “Mau main 69?” Aku mau, lalu dia menggeserkan tubuhnya, berbalik arah. Buah dadanya menggeser di dada dan perutku. Mulutku sekarang persis berhadapan dengan jembut dan kemaluannya, yang segera kujilat. Begitu juga dia, mulutnya menelusuri biji kemaluanku, lalu batangnya, dan menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh gairah. Dia mendesah ketika merasakan jembutnya kuciumi dan bibir kemaluan yang berwarna merah itu kujilati dengan sama gairahnya. Posisi ini berlangsung selama sekitar 10 menit, ketika aku merasakan puncak kenikmatanku nyaris sampai, lalu kuminta dia balik arah lagi. Kembali mulutku mengisap mulutnya, berbau jembut dan terasa agak asin. Dengan gairah penuh dia mengisap mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar untuk beradu dengan lidahku. Buah dadanya bergerak kiri kanan di dadaku, nikmat sekali rasanya. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan main dengan boneka seks lagi. Kalah nikmat dibandingkan tubuh Rina. Lenganku melingkari punggung Rina, bokongnya kucengkeram dan kuelus. Rina mengerang, “Aku nafsu lagi, riii…. kamu begitu pinter… membangkitkan berahiku…”

Dia mendorongku ke samping lalu menarik tubuhku sampai menindih tubuhnya. Kembali kutindih buah dadanya, begitu nikmat. Mulutku mengisap mulutnya, dan kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, jembutku bergesekan dengan jembutnya. Pinggulku naik turun, perlahan lalu tambah kencang. Selang lima menit, Rina sudah kelojotan, mengerang dalam mulutku, lengannya mencengkeram punggungku, pinggulnya bergerak cepat naik turun dan kesamping, dan… Rina menjerit tertahan dalam mulutku. Kemaluannya kembali memuntahkan cairan hangat, kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. Dia sampai puncaknya lagi.

Dalam kondisi seperti itu, dia tetap memeluk aku. “Ariii… terus yuk… aku masih bisa keluar lagi. Jangan lepas kemaluanmu, teruskan… 10 menit lagi aku crot… kamu juga kan? Aku merasakan kemaluanmu sudah kedut-kedut. Ayo sama-sama keluar, biar puas bareng…mau?” Aku mendesah sambil terus bergerak pelan, pinggulku naik turun.

“Kamu ini, Rina… manis sekali… wajahmu bikin aku nafsu, buah dadamu bikin aku nggak tahan…. Rin, rasanya aku mau keluar nih, mana tahan sih, merasakan nikmatnya semua ini?”

Rina senyum mendengar kata-kataku, lalu memandangku. “Aduhai,… kamu pemuda ganteng… jantan, … pandai membangkitkan nafsu perempuan … ayo terus… aku mau nih…. ooh… nikmatnya…” Tubuh Rina menggelinjang dibawah tubuhku, mulutnya menyedot mulutku, menyedot terus… buah dadanya bergoyang ditindih dadaku.

Aku sudah tidak tahan lagi. Tadi lupa mengolesi krim tahan lama sekembali dari kamar mandi. Tubuhku bergerak naik turun dengan cepat, mengeluarkan bunyi kresek-kresek dan kecupak-kecupak ketika mulutku mengisap mulutnya dan jembutku beradu dengan jembutnya. “Rina,… buah dadamu… bikin akau tidak tahannn… aku mau keluar nih…”

Rina mendesah, “Ayo, terus…. Aku juga mau keluar lagi… oohhh… mmm… ouww…. nikmat sekaliii…. “

Aku sampai puncaknya. “Rinaaa…. Aku keluar…. Aku keluar… oohhh… nikmatnya buah dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “

Maka crot-crot-crotlah air maniku dalam kemaluannya. Aku ingat pesannya supaya disisakan air mani untuk masuk mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan…. crot-crot lagi dua tetes air mani dalam mulut Rina.

Cerita sex : Kisah Sex Si Dokter Santi Yang Sexy

Beberapa menit aku tergolek di atas tubuh Rina, mengatur napas. Rina juga begitu. Rina puas empat kai rasanya, dan aku satu kali. Dia berkata sambil senyum manis, “Yanto, kita sama-sama keluar ya? Sama-sama puas? Besok malam mau lagi? Saban malam… Aku ini perempuan penuh nafsu, ya? Aku sayang kamu, bakal jadi cinta.” Lalu berdua aku ke kamar mandi, membersihkan tubuh, lalu tidur sampai subuh.

#Keganasan #Sex #Rina #Asisten #Dokter #Gigi