Kupuaskan Ibu Sexy Dari Murid Lesku Terbaru Malam Ini

Kupuaskan Ibu Sexy Dari Murid Lesku

Aku seorang cowok guru muda berumur 24 tahun yang cukup beruntung dapat mengajar di-sekolah dasar swasta favorit. Bisa dikatakan aku seorang guru yang baik, menurut para orang tua murid yang menyekolahkan anak mereka di sekolah tempat aku mengajar. Kepala Sekolah dan beberapa guru yang lebih senior sering mengakui kepandaianku dalam memberikan pelajaran. Oleh karena itu beberapa orang tua murid meminta aku untuk memberi tambahan pelajaran untuk anak mereka secara pribadi di rumah mereka. Tawaran itu sepanjang memang waktunya tersedia aku layani, lumayan untuk pendapatan tambahan. Kebijakan di-Sekolah memang membolehkan guru untuk memberi les untuk murid dari kelas yang diajar oleh guru lain. Dalam banyak rumah yang aku kunjungi, aku paling suka pergi ke rumah Jessica, seorang murid yang tinggal di-Sektor IX Bintaro Jaya juga,kira-kira 2 km dari tempat kost-ku di-daerah perigi.Dia murid kelas 2 dan seperti kebanyakan murid2 di-sekolahku lainnya ia juga keturunan Cina. Bila giliran aku ke rumahnya,aku cukup bersemangat,karena ibunya seorang wanita cantik.

Aku memanggilnya Ibu Rita. Umurnya awal 30-an dan dia tidak bekerja. Suaminya seorang arsitek yang karirnya cukup sukses diperusahaan swasta group Sinar Mas.Saat aku mengajar anaknya, dia tidak menunggui tetapi akan masuk ke kamar atau sibuk di dapur. Memang aku kurang suka ditunggui ketika sedang mengajar, bisa mengganggu konsentrasi.Lebih kurang 15 menit sebelum les selesai, ibu Rita biasanya akan keluar duduk di sofa.Setelah selesai les,Jessica akan masuk ke kamar dan menyambung belajar,sementara aku ngobrol dengan ibu Rita.Dari situlah aku tahu sedikit tentang latar belakangnya.Sebagai informasi,aku memberi les dirumahnya waktu malam, pukul 8.00 hingga 9.30.

Kadangkala suaminya ada, kalau dia pulang cepat. Hubungan aku dengan mereka bisa dikatakan baik.Mereka suami isteri yang menyenangkan.Saat imlek,aku diberinya angpau.Salah satu sebab aku menyenangi mereka adalah untuk membiasakan Jessica mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sehari2 dan aku bisa ikut latihan berbahasa Inggris bersama mereka walaupun kadang2 masih campur dengan bahasa Indonesia. Ibu Rita sewaktu dirumah gemar memakai celana pendek dan T-Shirt saja. Ini membuat bentuk tubuhnya yang montok itu terpampang. Kadangkala aku mencuri pandang keelokan wajah dan tubuhnya itu, hingga kemaluanku menegang. Aku sering membayangkan untuk dapat bercinta dengannya. Rambutnya yang panjang dan lurus, kulitnya yang putih, mulus dan bersih, dan tubuhnya yang montok serta pinggangnya yang ramping itu membuat aku kadang-kadang gelisah kalau duduk berdekatan dengannya. Itulah sebabnya, dibanding dengan murid-murid les lainnya, aku paling semangat memberi les ke-Jessica karena berarti juga bertemu dengan Ibu Rita.

Walaupun ia telah mempunyai seorang anak yang berusia 8 tahun, badannya sangat terawat,bak perawan. Ibu Rita sangat pandai menjaga tubuhnya.Pernah Ibu Rita memakai celana yang sangat pendek dan T-Shirt ketat yang menampakkan perut dan pusarnya. Saat itu aku betul-betul terangsang, sulit konsentrasi mengajar sebab mata mencuri-curi melirik ke arah tubuhnya. Pulang ketempat kos,aku langsung ber-onani ria sambil membayangkan bersetubuh dengannya. Hari berganti hari, tanpa terasa sudah hampir 9 bulan aku mengajar anaknya. Hasil yang diperoleh memang baik, karena ia mendapat ranking 3 besar dikelasnya. Aku jelas bangga. Ibu Rita juga bangga dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Suaminya yang cukup ramah itu jika ketemu selalu mengajak diskusi mengenai beberapa hal tetapi terutama yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai arsitek atau proyek perumahan dimana dia terlibat.

Aku layani saja, walau hanya sedikit tahu mengenai itu. Sebagai guru, cukup wajar kalau aku pandai bicara.Setelah selesai evaluasi hasil belajar semester II, aku tetap diminta untuk memberi les anak mereka lagi sampai liburan sekolah, katanya untuk persiapan tahun depan. Aku setuju saja. Maka, mengajarlah aku sampai tiba libur kenaikan kelas.Minggu ini minggu terakhir,setelah itu akan segera libur panjang. Malam itu seperti biasa aku pergi ke rumah mereka buat memberi les terakhir sebelum libur. Suaminya kebetulan ada. Habis mengajar, seperti biasa aku diberi sekedar makanan kecil dan minuman pelepas dahaga. Ibu Rita dan juga suaminya menemaniku duduk bersama ngobrol.

”Pak Vincent” sapa suami Ibu Rita memulai perbicaraan.

”Ya” jawabku ringkas sambil menantikan kata-katanya.

”Minggu depan saya mesti pergi ke-Balikpapan. Ngurusin proyek” sambungnya.

”Wah, baguslah” jawabku.

”But the problem is, I must go there one week”

”Then, What the problem you got” jawabku.

”Nobody will be here to take care of my family and as you know we don’t have pembantu rumah tangga, rasanya nggok tega ninggalin Jessica dan mamanya hanya berdua terutama di-malam hari”

”You can call your saudara”

”I did, but they cannot help. They have a lot of work to do” balasnya dengan wajah yang agak kesal.

”I hope you can help me” sambungnya. “Tolong !!” aku terkejut dengan permintaan itu. “How”

”stay here at night”

”Haaa !!!” tersentak aku dengan permintaannya. 

“But next week libur, Saya punya rencana pulang kampung”

”Just one week, please”

”Pak Vincent, you cuma datang malam, sleep here. I got room for you. Then pagi, you can go anywhere you want” Ibu Rita menyambung setelah lama diam membiarkan suaminya saja yang berbicara.

”You know, Saya tak ada orang lain yang bisa Saya harap. This area is not good, a lot of empty houses around here and we practically don’t have a neighbor. It’s must be a man in the house at night. Nanti kalau saya pergi, tinggal my wife and my daughter only”

”Plese Pak Vincent, please think about it” sambung Ibu Rita saat melihat aku hanya diam.

 “I’ll pay you” kata suaminya.

“It’s not about money” balasku. 

“Then ?””When will you go?” tanya aku.

”This Sunday, and I’ll be home next Saturday” jawabnya penuh ceria. 

Mungkin mengira aku sudah setuju. Aku pikir-pikir ini bukan ide yang buruk, aku akan mendapat uang yang lumayan disamping itu inilah peluang emas agar aku dapat lebih dekat dengan ibu Rita.

”O.K.lah” sambungku. “But just one week”

”O.K…O.K….”balas mereka serentak dengan senyuman.

 “Thanks” sambung Ibu Rita sambil tersenyum ke arahku. Aku tenang saja sambil meneguk air yang disuguhkan.

”This Sunday night saya datang” kataku sambil berdiri hendak pulang.

 “O.K. I will prepare your room” balas Ibu Rita sambil mengikuti aku ke muka pintu.”saya pulang dulu”

“Thanks Pak Vincent” suaminya berkata sambil berjabat tangan denganku. 

“Thank you very much”Aku pun pulang ke rumah. Malam itu, aku kewartel dan telpon kampung, aku bilang ada perubahan rencana aku akan kursus dulu selama seminggu sehingga acara pulang kampung sedikit tertunda.

Hari ini hari Jumat, hari terakhir sekolah. Lusa aku akan ke rumah Ibu Rita menemani Ibu Rita dan Jessica. Kawan-kawan sekostku pun yang kebetulan juga guru di sekolah yang sama, sudah pulang ke kampung halaman masing-masing. Tinggal aku seorang diri, cukup membosankan. Minggu malam aku akan tidur di rumah Ibu Rita. Aku memikirkan rencana yang tidak-tidak seperti untuk mengintip Ibu Rita mandi, atau mengintip saat Ibu Rita tidur. Inilah kesempatanku untuk menatap tubuhnya yang seksi itu sepuasnya. Kalau saat aku mengajar, aku kurang berkesempatan, kalau aku tidur di sana, aku tidak akan menyia-nyia-kan ini. Aku sangat berharap dapat mengintip Ibu Rita mandi, atau paling tidak dapat melihatnya keluar dari kamar mandi dengan hanya menutup badannya dengan handuk……Membayangkan itu, aku tidur dalam keadaan ngaceng berat malam itu……..Minggu malam, jam menunjukkan pukul 10.30 malam, aku tiba di perkarangan rumah Ibu Rita dengan motor bebekku. Suasana agak sunyi, hanya dari kejauhan anjing menggonggong sesekali memecah kesunyian. Aku masuk, lalu aku rapatkan lagi pintu pagar itu sekaligus menggemboknya. Aku sebelumnya memang telah diberitahu untuk langsung mengunci pagar.Selesai mengunci pagar dan motor bebek, aku pun mengetuk pintu rumahnya. Diam. Tak ada jawaban, aku ketuk lagi berulang kali, masih nggak ada suara. Hatiku mulai waswas, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi kepada mereka berdua di dalam. Aku ketuk lagi, kali ini agak kuat.”Coming !!” aku dengar suara Ibu Rita menyahut.Kemudian, pintu pun dibuka, ku lihat Ibu Rita seperti yang aku bayang2kan yaitu hanya pakai handuk untuk menutup badannya.

Tapi handuk itu kelihatannya tidak cukup untuk menutup badannya dengan sempurna. Pangkal buah dadanya yang putih bersih itu tampak jelas saat dia tunduk membuka kunci. Pangkal pahanya yang mulus juga tampak dengan jelas. Aku langsung ngaceng.

”Please coming” katanya. Aku pun masuk dan sewaktu melintasinya, bau harum sabun masih tercium dari tubuhnya, aku menoleh lagi ke belakang, Ibu Rita sedang menguncikan lagi pintu. Aku lihat tubuhnya dari arah belakang, wow, pantatnya yang montok dan padat itu sekali lagi membangkitkan nafsu aku. Pinggangnya yang ramping serta bentuk tubuhnya yang menggiurkan itu sama sekali tidak menunjukkan dia sudah punya anak.

”Sorry, make you waiting” katanya sambil berlalu. “Saya mandi tadi”

”It’s OK” balasku.

”Duduklah, Saya mau pakai baju dulu” sambungnya sambil menuju ke tingkat atas. Mataku tidak lepas dari tubuh seksi itu sampai hilang dari pandangan. Aku pun duduk di sofa, sambil membalik-balik majalah yang ada di situ.Tak lama kemudian, Ibu Rita pun turun, lalu terus ke dapur.Dia kembali ke ruang tamu dengan dua gelas air sirop di tangannya. Ibu Rita mengenakan pakaian tidur warna pink yang agak transparan, hingga menampakkan bayangan celana dalam dan bhnya.

Sesaat dia tunduk meletakkan air atas meja, aku sempat mengerling ke arah buah dadanya, kelihatan pangkal buah dadanya yang dibaluti bh berwarna hijau muda. Sekali lagi, kemaluan aku mengeras.

”silahkan minum” katanya sambil duduk berhadapan dengan aku.

”Thanks” aku menjawab sambil mengambil air sirop yang terhidang itu.

”Terima kasih, karena Anda bersedia datang” Ibu Rita membuka pembicaraan.

”Mana Jessica” tanyaku karena anak tunggal itu dari tadi tidak kelihatan.

”Ohh…. dia sudah tidur” jawab Ibu Rita

”Jam segini sudah tidur ?” tanyaku

”Memang dia tidur awal, pukul 10.00 pasti saya suruh dia untuk tidur”

”Oooo …. like that” Kami terus ngobrol, dari situlah aku tahu serba sedikit tentang keluarga ini. Sewaktu ngobrol, aku tidak bosan-bosannya melihat keayuan wajahnya, matanya tak sesipit orang Cina lainnya. Kulitnya putih dengan rambut ikal mayang, tambah pula dengan bentuk tubuhnya yang ramping dan dadanya yang montok itu membuatkan aku ingin segera memeluknya. Wangian tubuhnya memenuhi ruang tamu yang agak dingin itu.

”Berapakah umur Anda” tanyanya setelah sekian lama. 

“24”, jawabku singkat.

”Sudah ada rencana menikah?”

”Belum”

”Jangan tunggu lama lama”

”Lelaki terlambat sedikit nggak masalah””Hmmm ….”Aku terus diam, belum menemukan bahan pembicaraan lain. Dia pun begitu. Aku baca majalah sambil sesekali ekor mata menelusuri tubuhnya.

”Mari saya tunjukkan kamar Anda”, katanya sambil berdiri dan berjalan ke tingkat atas. Aku pun ikut seperti kerbau dicocok hidung.Dari belakang, aku memerhatikan lenggok pantatnya menaiki tangga. Rasanya mau aku remas pantat itu, tapi apa daya takut dikira kurang ajar. Di tingkat atas, terdapat tiga kamar. Kamar depan, master room, kamar Ibu Rita dan suaminya.

Kamar tengah, Jessica. “Berikut kamar Anda” katanya sambil membukakan pintu kamar belakang. Sedikit kecil, dengan kasur dan lemari yang tersusun rapi. 

“I hope you like it” 

“Yes, thank you” balasku. 

“Saya mau tidur dulu,kalau Pak Vincent mau lihat TV, Anda tahu bagaimana melakukannya. DVD pun ada. anggap saja rumah sendiri” jelasnya sambil meninggalkan aku. 

“OK thanks, Saya memang suka tidur telat” balasku. Dia masuk ke kamarnya, aku turun lagi ke ruang tamu menonton TV. Sambil aku membalik-balik majalah yang ada di situ.Mata semakin mengantuk, kulihat jam menunjukkan pukul 2.30 pagi. Aku matikan TV lalu ke tingkat atas. Saat melintasi kamar Ibu Rita, aku dapati pintunya tidak bertutup rapat. Timbul niat di hati ku untuk melihat dia tidur. Pelan-lahan aku buka pintu, lalu masuk ke dalam kamarnya. Ibu Rita sedang tidur nyenyak, menghadap ke arahku.

Aku menatap ke seluruh tubuhnya yang sedang nyenyak tidur itu. Dasternya tersingkap sedikit,pangkal pahanya yang mulus terpampang dengan jelas. Dadanya naik turun menghembus udara, bhnya sudah dicopot. Aku tatap sepuasnya, sambil mengusap kemaluan. Aku dekatkan mukaku ke arah wajahnya, wangian kulit dan rambutnya membuat aku terasa hendak mencium pipi yang mulus itu. Agak lama aku buat begitu, rasanya aku mau terkam saja wanita Cina itu. Tapi timbul kesadaranku, waktu masih banyak. Kalau terlalu terburu-buru, takut justru rencana berantakan. Kemudian,aku keluar lalu menutup pintu kamarnya. Aku masuk ke kamar lalu tidur, sebelum tidur aku sempat membayangkan pemandangan tadi…….Sedang aku dibuai mimpi, pintu kamarku diketuk. Kedengaran suara Ibu Rita menyuruh aku bangun, rupa-rupa sudah pagi.

Aku bangun, cuci muka dan turun.Kelihatan Ibu Rita menunggu aku dengan dua cangkir teh di atas meja. Dia masih berpakaian tidur. Aku minum lalu meminta diri untuk pulang. Di rumah aku teruskan tidurku. Malam kedua. Seperti biasa, aku tutup dan kunci pagar rumahnya. Saat pintu dibuka, Ibu Rita sudah berpakaian tidur sejenis daster,tetapi masih harum bau parfumnya. Setelah itu, aku dipersilakan minum sambil kami ngobrol ngalor ngidul sehingga mata mengantuk. Aku sempat bertanya mengapa saudaranya enggan menemani mereka. Ibu Rita menjelaskan bahwa mereka terlalu sibuk dengan urusan dan saudara dari fihak suami tidak begitu menyukainya. Aku hanya menganggukkan kepala saja tanpa ingin mengetahui lebih lanjut.

”Pak Vincent, Saya mau tidur dulu” katanya sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 11.30 malam.

”OK” balas ku ringkas.

Ibu Rita berlalu meninggalkan aku sendirian di ruang tamu. Aku memerhatikan lenggak-lenggok pinggulnya yang mengairahkan itu hingga hilang dari pandangan. 

“Malam ini aku mau intip dia lagi, kalau bisa mau pegang sedikit”, tekadku dalam hati.Aku masih di-ruang tamu nonton TV. Sendirian. Sunyi. Tiba-tiba Ibu Rita turun dan terus ke dapur. Ketika itu jam menunjukkan pukul 12.30 malam.”Mungkin haus” kata hatiku. Tak lama kemudian, Ibu Rita kembali dan terus menaiki anak tangga.

Tiba-tiba …… “Auchhhh !!!! ……. Arrrgghhhh !!!!!” terdengar jeritan Ibu Rita di tangga. Aku lari kearahnya dan dapati dia terjatuh di atas tangga sambil tangan memegang pergelangan kaki kirinya.Mukanya berkerut menahan sakit. 

“Why? What happened ?” tanyaku seraya duduk di hadapannya. 

“Saya terkilir”

 “Mana yang sakit?” tanyaku. Dia menunjukkan ke arah pergelangan kaki kirinya. 

“Let me see” balasku sambil memegang dan memijit-mijit pergelangan kaki mencari yang sakit. Dengan pengalaman saat di-Pramuka, aku tau sedikit menangani hal seperti ini. Aku terus memijit dan mengurut daerah pergelangan itu, sesekali dia menjerit kecil karena kesakitan.

 “Bisa jalan?” aku tanya. 

Ibu Rita tak menjawab, dia terus bangun, coba untuk berdiri. Tetapi dia terduduk kembali. “Tak bisa” jawabnya mengerutkan muka. 

“Let me help you. I will take you up stairs” balasku terus berdiri.

 Ibu Rita setuju. Dia memegang leherku dengan tangan kirinya. Aku memapahnya naik sambil tangan kananku melingkar pinggangnya. Aku memapahnya pelan-lahan. Saat itu, aku sempat menyentuh punggungnya dan aku tahu dia tak pakai bh. Aku teruskan langkah, tiba-tiba kakinya tergelincir lagi. Dia hampir terjatuh. Aku segera menyambut dengan melingkarkan kedua tanganku dibagian pinggangnya. Ibu Rita juga turut bergantung di leher dan bahuku dengan kedua tangannya.

Kami hampir berpelukan. Ketika itu, aku simpulkan Ibu Rita tak pakai celana dalam juga. “Mungkin kalau tidur dia tak pernah pakai pakaian dalam” kataku dalam hati.Aku melambatkan langkah agar dapat melingkari pinggangnya lebih lama. Dia kelihatan pasrah saja. Sampai di kamarnya, aku masuk dan tutup pintu. Aku dudukkan Ibu Rita dengan bersandarkan bantal. Kakinya kujulurkan.”Biar saya urut sedikit” kataku sambil tangan sudah ada di pergelangan kakinya. Dia hanya menggangukkan kepala. Aku terus memijit dan mengurut dengan pelan. Aku alurkan urutan dari atas ke bawah, hingga ke jari kakinya. Agak lama aku mengurut sekitar daerah sakit itu.

”Masih Sakit?”

”Sudah kurang sedikit”Aku terus mengurut. Aku semakin berani. Aku urut betisnya. Dia tak melarang. Sesekali wajahnya berkerut menahan sakit. Aku teruskan mengurut, kini dasternya aku singkapkan sedikit. Kemaluan aku sudah naik. Aku lihat Ibu Rita diam saja. Aku semakin panas. Aku masukkan jari aku ke dalam dasternya. Aku mulai urut paha hingga ke pangkalnya. Ibu Rita hanya mendesis kegelian.

Kupuaskan Ibu Sexy Dari Murid Lesku

Tak nampak tanda protes di wajahnya. Kini, aku bukan mengurut, tapi meraba dan mengelus. Aku terus raba dan usap pahanya hingga ke pangkal, sekaligus kedua-duanya. Matanya kelihatan terpejam, sesekali mendesis mengerang dengan manja. Aku meraba semaunya, kesempatan semacam ini jarang terjadi.

”Pinter ngurut juga ya” sapanya sambil tersenyum. Aku terkejut, bersamaan dengan itu, aku melepaskan tanganku dari pahanya. “Tolong pijit bahu dong” pintanya. Lega hatiku. Aku pikir dia mau marah, rupa-rupanya mau aku pijit badannya. Ibu Rita bangun duduk dan membelakangi aku.Aku letakkan kedua tapak tanganku di bahunya, aku pijit lembut. Aku pijit dan urut sekitar bahunya dengan pelan.

Sesekali aku pijit pangkal lehernya hingga ke bahu.”Mmmmm ….. mmmmm ……” suara rintihan Ibu Rita lembut kedengaran.Aku terus mengurut, hingga ke bagian punggungnya. Aku alurkan jari aku ke tengah punggungnya. Ibu Rita merintih manja. Sesekali aku arahkan tanganku ke bawah ketiaknya hingga ke pangkal buah dadanya. Setelah itu, aku urutkan lagi sekitar bahu dan lehernya.Rambutnya yang ikal itu aku belai serta lehernya aku usapkan dengan lembut. Harum badannya menusuk hidung, membangkitkan nafsuku.”Ahhh ….. mmmmmm ….”Aku sudah ngaceng berat. Batangku aku tempelkan ketubuhnya, menusuk pantatnya. Aku tahu dia tahu, tapi tetap acuh. Aku sudah tak tahan lagi.Aku coba arahkan tanganku ke pangkal buah dadanya melalui atas. Sambil aku memijit-mijit bahu depannya, aku turun sedikit hingga ke pangkal buah dada. Dari atas jelas kelihatan bayangan buah dada dalam baju tidurnya yang agak jarang itu. Aku arahkan lagi tanganku ke bahu. Kemudian turun lagi memegang buah dadanya. Sentuh saja sedikit, aku terus arahkan kembali ke bahu.

Ternyata Ibu Rita tak melarang saat aku menyentuh buah dadanya. Aku coba lagi. Aku sentuh lagi, kali ini agak lama. Masih tidak menunjukkan respon negatif. Hanya kedengaran suara desisan manjanya saja bila diperlakukan demikian. Aku coba lagi. Aku pegang dan remas buah dadanya dengan lembut. Kali ini aku nekat, jari ku memilin putingnya. 

“Hei ! jangan begitu” larangnya, tapi suaranya tidak begitu kuat. Kelihatannya tidak sungguh-sungguh. Tapi aku terus menarik tanganku dari dalam dasternya. 

“You urut my whole body” pintanya sambil meniarapkan badan.Sekujur tubuh yang seksi telungkup di hadapan ku. Kemaluanku makin tegang. Dengan daster yang transparan itu, menampakkan seluruh bentuk tubuhnya yang menggiurkan. Pantatnya yang montok, pinggangnya yang ramping dengan kulitnya yang cerah membuatkan nafsuku bangkit.Tanpa buang waktu, aku letakkan kedua tapak tanganku di bahunya. Lalu aku usap, aku urutkan ke bawah. Punggungnya kuusap dan kugosok lembut. Pinggangnya aku pegang sepuasnya, sambil aku pijit pelan. Ibu Rita meliuk kegelian sambil mendesis lembut.

Kadang-kadang tanganku liar menjalar sampai ke pantat montoknya, aku raba dan aku remas lembut, tapi Ibu Rita tidak menunjukkan tanda marah. Kali ini aku terus meremas pantatnya yang dibaluti daster, tetapi terasa kekenyalannya karena dia tak pakai celana dalam. Enak betul meremas pantat bahenol wanita ini. Setelah agak lama aku mengurut dan meraba badannya, aku coba untuk menarik dasternya ke bawah. Pelan-lahan sambil mengurut, aku tarik dasternya ke bawah. Tanpa perlawanan, malah Ibu Rita meluruskan tangannya untuk memudahkan daster itu ditarik. Seakan mendapat angin, aku pun menarik daster hingga ke pantat. Terpampanglah bagian punggung yang putih yang mulus itu. Sekali lagi tapak tangan aku menjalar ke seluruh punggungnya.

Suara rintihan wanita Cina itu semakin terdengar.”Ahh ….. mmmm ….. mmmmm…..” Aku terus meraba badannya, hingga ke pantat aku remas dengan lembut. Kadang jari-jari aku terbebas masuk ke dalam dasternya, terasa akan kemulusan dan kemontokan pantatnya saat aku begitukan. Rintihan dan desisan manjanya itu membuatkan aku semakin berani, aku terus tarik dasternya ke kaki pelan-lahan. Tetap tak ada perlawanan, malah pantatnya diangkatnya sedikit agar mudah bagi aku melepaskan pakaiannya.Aku aku lemparkan pakaian itu ke sisi kasur. Wah, sekujur tubuh tanpa sehelai benang kini telungkup di hadapanku.

Jelas kelihatan bentuk tubuhnya yang bohai yang telah lama aku impikan itu. Aku lihat mata Ibu Rita terpejam, mungkin menanti tindakan berikuttnya dariku.Badannya yang mulus itu aku raba dan urut dengan pelan atas ke bawah hingga melewati pinggangnya. Pantatnya yang tidak dibaluti pakaian itu aku remas dengan lembut. Aku pijit-pijit, aku remas-remas ke seluruh tubuh yang telanjang itu. Kemaluanku sudah keras sekali. Aku tak tahan lagi, aku terus buka baju. Sambil aku meraba dan menggosok seluruh tubuhnya, aku coba mendekatkan mulutku ke badannya, aku dapat menghirup harum tubuhnya. Pelan-lahan bibirku nempel kebadannya. Kukecup dengan lembut. Ibu Rita mendesis lembut. Aku kecup lagi, dan terus aku melarikan ciuman ke seluruh punggungnya. Kadang-kala aku jilat sedikit.Aku arahkan mulutku hingga ke pantat. Pantat itu aku cium dan aku kecup, sambil tangan meneruskan rabaan, suara rintihannya makin jelas. Saat aku hendak mencium celah pantatnya, tiba-tiba Ibu Rita bangun duduk dan menjuntaikan kakinya ke tepi kasur.

Aku terpaksa bangun dan berdiri di atas karpet.Ibu Rita kini duduk menghadap aku dengan tubuh telanjang memerhatikan aku yang berdiri dihadapannya sambil mengelus kemaluan yang menegang dari luar celana training yang masih aku pakai. Aku dapat melihat tubuhnya dari arah depan, dari buah dadanya yang besar dan padat itu, aku lihat putingnya yang menegang. Putih, halus, mulus dan bagus sekali badannya. Ketika aku masih ter-bengong-bengong, tiba-tiba tangan kanannya memegang kemaluanku. Aku tersentak dan terus mundur sedikit ke belakang. Ibu Rita menarik celana training aku kearahnya. Sekali lagi kemaluanku dipegang, aku tak bisa mengindar lagi. Ibu Rita menggenggam batangku dan menggosok dengan lembut. Aku semakin terangsang. Pelan-lahan dia menarik celanaku ke bawah, aku membiarkan saja celanaku dicopot. Aku kini bercelana dalam saja, ujung kemaluanku tampak basah sedikit. Dia terus mengusap batangku. Sambil tersenyum,dia melepaskan celana dalamku, dan tampaklah batang kemaluanku dihadapannya. Dia tampak kagum melihatnya.

Terasa kelembutan jari jemarinya mengusap dan membelai batang kemaluanku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kemaluanku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.Tiba-tiba, aku terasa kehangatan dan basah di batang kemaluanku. Aku tunduk dan dapati batang kemaluanku ada didalam mulut Ibu Rita.

Dia mengulum batangku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli dan rasa mau keluar. Aku berusaha agar tidak cepat keluar. Ibu Rita menghisap batangku dengan rakus.”Ahhh…….mmmmm……..” aku mengerang keenakan. Sampai ke pangkal dia kulum, sambil matanya terpejam, hanya kadang-kadang membuka saat dia memandang ke arahku. Aku meremas rambutnya dan sorongkan kemaluanku ke mulutnya. Terasa hujung kemaluanku gulat dalam mulutnya saat aku dorong sedalam-dalamnya. Habis batangku dijilatnya.Batangku diperlakukan seperti eskrim, dijilat dengan rakus. Biji akupun diremas lembut sambil menjilat batang kemaluanku. Setelah itu, dia genggam kemaluanku saat bijiku dikulum dan dijilat. Aku terasa mau meledak saat itu, sedap tak terkira, hanya suara aku yang mengerang keenakan.Kemudian, Ibu Rita berhenti.

Dia bangun dan berdiri menghadap aku, kami berhadapan. Terasa kehangatan tubuh kami di kamar itu. Aku memerhatikannya atas bawah sambil tersenyum, dia juga demikian. Mata kami bertatapan, tiada kata-kata yang keluar.Aku rapatkan badanku ke arahnya, sambil kedua tanganku melingkar pinggangnya. Aku rangkul dan tarik rapat ke tubuhku. Ibu Rita juga memeluk leher dan badanku. Kami semakin rapat, dan aku terus memeluknya. Terdengar suara mendesis kami berdua. Aku rangkul penuh kasih sayang dengan tangan kami meraba ke seluruh punggung. Aku eratkan pelukan, kemaluanku menusuk-nusuk perutnya. Aku pegang pantatnya dan dorong serapat-rapat ke arah tubuhku. Aku rasa sungguh bahagia, pertama kali melakukan ini dengan seorang wanita Cina yang cantik rupawan, yeng telah lama menjadi impianku.Kami saling menatap agak lama.

Lehernya aku cium,aku kecup.Begitu juga dengan Ibu Rita, dia juga memberikan kerjasama dalam pelukan ini, leherku dikecupnya juga.Kami saling mendesis keenakan berselang seling sambil meneruskan pelukan dan rabaan ke seluruh badan.Kami berpandangan, mata saling menatap, bibir semakin rapat, dan rapat. Lekatlah bibirku dengan bibir wanita itu. Ibu Rita pandai dalam berciuman.Dialah yang menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku terus menghisap lidahnya. Lidah aku juga hisap dengan lembut saat aku menjulurkan ke dalam mulutnya. Lidah kami saling bertautan mesra dan pelukan makin rapat. Ibu Rita terpaksa menjinjitkan kakinya sedikit saat aku menyedot dengan kuat lidahnya.Pelan-lahan, aku membaringkan Ibu Rita ke atas kasur. Buah dadanya yang besar itu langsung bergetar saat tubuhnya menyentuh kasur. Tangannya masih dilingkarkan di bahuku.Kami masih saling berkecupan.Aku menindih Ibu Rita sambil meneruskan pelukan. Ciumanku,aku arahkan ke lehernya,kemudian terus hingga ke buah dadanya. Aku hisap dan gigit putingnya,bergantian,kiri dan kanan.Ibu Rita menggeliat keenakan.Aku hisap semaunya, dengan ditingkahi oleh rintihan Ibu Rita.Aku terus mencium,kini bagian pusarnya aku jilat. Aku turun lagi, hingga ke pangkal vaginanya. Kemudian, aku berhenti, aku lihat kemaluannya, agak merah, dihiasi dengan bulu-bulu halus yang tersusun rapi. Kelihatan kelentitnya yang merah bergerak-gerak pelan. Vaginanya kelihatan basah, berair, aku jadi nafsu, terus aku ulurkan jari aku ke kemaluannya. Aku usap dengan lembut bibir kemaluannya.

Ibu Rita mengerang enak sambil menggerak-gerakkan pantatnya. Aku mainkan kemaluannya, kelentitnya aku gigit pelahan,dan terangkat pantatnya menahan kesedapan itu.Kelentitnya aku mainkan dengan lidah,berulang2,tiba2 tubuh Ibu Rita mengejang dan lidah dan bibirku terasa basah.

”Ahhhhhh……hhhhhhhhhh……..”Rupa2nya Ibu Rita sudah klimaks.Aku berhenti menjilat dan usapkan bibirku dengan sprei kasurnya. Aku memainkan jariku di vaginanya. Aku masukkan sedikit, dia mengerang. Aku tusuk dan tarik lagi,dia mengerang makin kuat, suara yang menaikkan nafsuku.Tubuhnya aku baringkan, lalu aku mendekapnya. Lubang kemaluannya sudah basah.

Aku julurkan ujung kemaluanku bermain2 di sekitar bibir vaginanya. Dia makin mengerang kuat.

”Please …ssss……..”pinta Ibu Rita dengan suara yang tersendat-sendat sambil memegang erat leherku.Ujung kemaluanku yang basah lekat dengan vaginanya yang berair itu membuatkan aku makin nafsu. Pelan-lahan aku tusuk vaginanya. Terasa sempit, Sulit juga untuk diterobos, mungkin jarang digunakan.Ibu Rita menjerit kecil sambil mengeratkan lagi rangkulannya.

”Arghhhhh…..hhhhhh…….”Batang kemaluanku,aku benamkan dalam dalam, sampai habis. Aku membiarkannya berendam dalam lubang nikmat itu sambil kami terus berkecupan. Setelah itu, dengan pelan aku angkat dan tusuk kembali. Suara rintihannya memberi semangat ayunanku. Aku genjot lagi, mata aku terpejam menahan kenikmatan yang luar biasa ini.Setelah puas dengan posisi itu, aku angkat Ibu Rita sambil aku duduk bersila. Kemudian, aku dorong agar vaginanya ke arah batangku.

Ibu Rita ku dudukkan atas batangku. Kini dia yang melakukan gerakan. Ibu Rita mengayuh tubuhnya atas bawah sambil mengerang dengan tanganku memeluk tubuhnya. Suara kami seolah bersautan mengerang keenakan. Aku lonjorkan kaki dan membaringkan badan dengan Ibu Rita masih berada di atas. Aku rasa batangku agak sakit, seperti mau patah. Kemudian aku kembali ke posisi seperti tadi. Sekali lagi tubuh Ibu Rita mengejang, klimaksnya datang lagi, terasa basah batang ku didalam vaginanya.

Aku telungkupkan Bu Rita dan aku angkat pinggangnya, nungging sedikit. Kelihatan lubang vaginanya yang basah menanti batangku. Aku terus sorongkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya dari arah belakang. Terasa sedikit sempit. Aku dayung dengan lembut dan makin laju. Rintihannya berselang seling dengan suaraku yang mengerang keenakan. Sambil menusuk, aku mainkan teteknya, putingnya aku pilin-pilin sampai aku merasa hendak keluar, lalu aku cabut kontolku. Aku menelentangkannya lagi dan kami berpelukan lagi.

Aku mengistirahatkan kontolku sebentar agar tidak keluar.Ketika sudah kembali terkontrol, aku kembali dorong kontolku ke lubang vaginanya. Aku dayung dengan laju, makin laju dan terasa dihujung kontolku seperti gunung berapi yang hendak memuntahkan lavanya, dan …….”Arrrggghhhhh ……..”Satu letupan air mani menerjang ke dasar vagina Ibu Rita diikuti jeritan kenikmatan yang maksimum keluar dari mulut Ibu Rita dengan keadaan tubuh yang kejang. Rupa-rupanya, kami mencapai klimaks bersama. Terasa kebasahan di dalam vaginanya, air maniku berpadu dengan air maninya. Aku biarkan kontolku terendam di situ buat sementara. Peluh yang memercik telah membasahi badan kami.

Aku keletihan, begitu juga dengan Ibu Rita, kami terkapar bersama di pulau impian setelah berdayung di lautan berahi yang bergelora.Pelan-lahan, matanya dibuka. Aku pandang dan renung jauh di dalam matanya. Terpancar kebahagiaan dan kepuasan di wajahnya. Aku juga begitu. Kami berkecupan tanda berterima kasih atas kerjasama dalam mendapat mendapatkan kepuasan seksual. Aku cabut kemaluanku dan berbaring di sebelahnya. Nafas turun naik dengan kencang.Ibu Rita merapatkan tubuhnya ke arahku. Dia meletakkan kepalanya atas lenganku sambil tangan kanannya memeluk badanku. Jarinya memilin-milin putingku.

Aku rasa geli, tapi enak. Kemudian, tangannya lari dan memegang batang ku yang lembek dan basah itu. Diusap dan dibelainya dengan penuh manja. Aku biarkan saja, sambil membelai rambutnya. Dahinya aku kecup mesra. Malam itu, kami tidur bersama dalam keadaan telanjang dan berpelukan. Nyenyak karena telah mengarungi lautan asmara bersama. Subuh itu, aku terjaga dengan semangat baru. Kemaluanku kembali ngaceng sengaceng-ngacengnya. Ibu Rita aku bangunkan, ternyata diapun menginginkannya. Dan sekali lagi kami belayar bersama ke pulau impian lagi. Akhirnya terdampar juga di pantai pulau impian itu dengan sukses. Untuk kedua kalinya air maniku disemprotkan ke dalam lubuk kenikmatan yang tak ada tandingannya.Setelah pagi, kami bangun. Aku mengenakan kembali pakaian dan membasuh muka. Ibu Rita memakai kembali dasternya dan terus ke bawah.

Saat aku turun, telah terhidang dua cangkir teh di atas meja. Kami mimum dan aku meminta diri untuk pulang.Di muka pintu, sebelum pulang, Ibu Rita memberikan kecupan ke bibirku, dan mengingatkan aku agar datang lagi malam ini. Aku angguk sambil tersenyum penuh arti….Masih ada lagi 5 malam sebelum suami Ibu Rita pulang. Setiap malam akan kumanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan kenikmatan yang tiada tara ini. Dan selama 5 malam itulah aku memiliki kesempatan menggauili isterinya dengan berbagai gaya sepuas-puas-nya. Aku tidak lagi tidur di kamar tamu,tetapi di kamar Ibu Rita. Kami tidur bersama, bertelanjang sepanjang malam seperti suami isteri. Ibu Rita menyukai pelayananku. Selama itu, kami telah melakukan hubungan berbelas kali. Bukan hanya di dalam kamar, malah di dalam kamar mandi juga. Ada kalanya kami bercinta saat mandi bersama di waktu malam atau pagi. Aku rasa sungguh bahagia selama berada di rumahnya.

Jessica tidak tahu mengenai hubungan ibunya dengan aku. Walau pun dia tahu aku bermalam di rumahnya, tapi dia tak tahu yang aku bermalam di kamar ibunya. Teknik bercinta kami perdalam, setiap posisi akan kami coba.Kami sudah tak pilih tempat, asalkan aman, kami melakukannya. Sesaat mandi bersama, dia akan menggosok badanku dengan sabun, serta dikocoknya kontolku. Aku juga menyabun ke seluruh anggota badannya. Selepas itu, lubang vaginanya menjadi sasaran kontolku, kami melakukan sambil berdiri. Jika tidak orang di rumah, kami akan bertelanjang sepanjang hari, baik di ruang tamu maupun di dapur. Kami benar-benar senang berkelakuan sperti itu. Pernah sekali Ibu Rita meminta aku semprotkan air mani ke mulutnya seperti yang pernah kami lihat di DVD , tetapi dia terus muntah. Mungkin belum biasa. Tapi untuk kedua kali dan selanjutnya, Ibu Rita tidak lagi muntah saat aku menyemprotkan air mani ke dalam mulutnya, dia akan langsung menelannya kemudian dia terus menjilatnya air mani yang tersisa di-kontolku hingga kering.Aku semakin tau suami Ibu Rita jarang bersama dengan Ibu Rita karena terlalu sibuk.

“Pantas lubang vaginanya masih sempit” bisik hatiku. Ini diakui sendiri olehnya. Sebab itulah Ibu Rita merelakan dirinya disetubuhi karena sudah lama lubangnya tak dimasuki oleh kontol lelaki serta dibanjiri dengan air mani yang hangat. Ibu Rita juga memberitahu dia sebenarnya gembira saat tau suaminya akan dinas luar selama beberapa hari dan aku akan menemaninya selama suaminya pergi. Jadi kesempatan itu tidak disia-siakannya, Ibu Rita sengaja mencari jalan agar dapat bercinta denganku. Rupanya, Ibu Rita sengaja ber-pura-pura jatuh ditangga untuk memancing aku.Aku juga bertanya tentang resiko karena aku telah memuntahkan air maniku ke-vaginanya. Aku takut dia hamil nanti. Tetapi Ibu Rita menjelaskan yang dia secara teratur mengkonsumsi pil KB. Lega hatiku mendengar jawabannya. Setelah dia memberitahu rahasianya, aku juga menyatakan kalau aku sudah lama menginginkan dirinya.

Kukatakan jika dapat bersentuhan pun sudah lumayan, tapi ketika kesempatan untuk aku bersama dengannya terbuka luas, aku wujudkan impian aku. Kemudian, kami ketawa bersama. Tidak sia-sialah aku telat pulang ke kampung untuk menemaninya.Malam ini malam terakhir aku menemaninya. Kami bercinta sepanjang malam, sampai kelelahan. Besok aku akan pulang ke kampung, dan suaminya akan datang dan akan tidur bersama dengan ibu Rita, jadi kami bercinta sepuas-puasnya. Bisa dikatakan kami tak tidur malam itu.

Keesokan paginya, aku pulang. Sebelum pulang, Ibu Rita mengucapkan terima kasih karena aku telah bersedia menemaninya selama suaminya tidak ada Aku juga mengucapkan terima kasih atas layanan yang diberikan. Ibu Rita menyatakan bahwa dia sangat puas dengan hubungan kami ini, tidak pernah dia mendapat kepuasan seperti itu dari suaminya.Jauh di sudut hatiku, aku bangga karena dapat membantunya mencapai kepuasan yang diharapkannya.Tengah hari itu, suaminya pulang dan aku dalam perjalanan pulang ke kampung menghabiskan liburan sekolah.Hubunganku dengan Ibu Rita tetap berjalan setelah tahun ajaran baru. 

Baca juga : Ngewe Dengan Tante Ayu Si Janda

Aku tidak memberi les lagi ke-Jessica karena kebetulan sekarang aku menjadi guru kelas Jessica dan sekolah kami melarang guru kelas memberi les kepada murid kelasnya sendiri. Kesempatan untuk tetap berhubungan timbul dengan diikutkannya Jessica ke-sanggar melukis bersama Cindy yang masih terhitung tetangganya. Saat Jessica berangkat bersama Cindy dengan diantar supir Cindy aku sudah siap masuk rumah untuk bercinta dengan Ibu Rita. Seringkali Jessica dijinkan untuk langsung ke-Bintaro Plaza untuk jajan bersama Cindy sehingga waktu kami menjadi lebih panjang. Pernah ketika Jessica pulang aku masih dikamar, terpaksa aku sembunyi dulu sampai Jessica mandi. Sayangnya sampai saat ini suami Ibu Rita belum dapat tugas keluar lagi. TAMAT

#Kupuaskan #Ibu #Sexy #Dari #Murid #Lesku

Nikmatnya Ngewe Dengan Guru Lesku Terbaru Malam Ini

Nikmatnya Ngewe Dengan Guru Lesku 1

Kisah ini terjadi pada waktu aku duduk dipertengahan kelas 3 SMA dulu. Waktu itu nilai-nilai pelajaranku terutama matematika, fisika dan kimia bisa dibilang hancur lebur.

Aku kadang-kadang menyesal juga dulu memilih kelas IPA, kenapa waktu itu tidak memilih IPS saja supaya tidak ketemu 3 pelajaran keramat itu, tapi ya nasi sudah jadi bubur, ya mau apa lagi. Demi memperbaiki nilai-nilaiku, aku terpaksa mengiluti les bersama 2 temanku, Hans dan Vernand.

Yang memberi les seorang mahasiswi tingkat akhir, umurnya kira-kira 22 tahun waktu itu. Aku mengenalnya melalui perantaraan ciciku. Namanya Yuna, penampilannya perfect sekali, kulit putih, body langsing dengan buah dada yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, pas lah untuk ukuran orang Asia.

Rambutnya panjang sedada, biasanya dikucir, wajahnya juga cantik, tidak lebar tidak juga panjang, sekilas mirip artis Moon Lee dari Hongkong, dia juga memakai kacamata minus, yang membuatnya terlihat seperti orang pintar, tapi itu tidak mengurangi kecantikannya.

Hari itu aku pergi les ke rumahnya bersama dengan Hans, waktu itu Vernand tidak bisa datang karena sakit.

Sesampainya di sana, kami memencet bel berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintu, sialnya lagi waktu itu hujan sudah mulai turun deras sedangkan kami tidak membawa jas hujan, terpaksa kami mampir dulu ke restoran kecil tepat di seberang rumahnya, minum kopi dulu sambil menunggu hujan reda.

Kira-kira 15 menit kemudian aku melihat Ci Yuna turun dari taksi dan langsung berlari ke rumahnya karena tidak membawa payung.

Aku langsung memberitahu Hans, setelah kami membayar, lalu kami membawa motor masing-masing ke depan pagar rumah Ci Yuna, sebelum dia masuk rumahnya kami sudah sampai di depan pagar sehingga kami tidak bertambah basah karena dia sudah melihat kehadiran kami.

Di dalam rumah kami membuka jaket kami yang basah. Ci Yuna memberikan handuk pada kami untuk mengeringkan diri dan memberikan kami minum teh panas. Dia sendiri sempat kebasahan sehingga pakaiannya mengerut dan makin memperlihatkan lekuk tubuhnya.

“Aduh sori banget yah, hari ini Cici ada kuliah tambahan lupa beritahu kalian jadi bikin kalian basah gini”, katanya.

“Tidak apa-apa kok Ci kita maklum, tapi kok kenapa di rumah sekarang sepi amat nih, yang lain pada ke mana nih?”, tanya Hans.

“Papa dan Mama lagi ke Surabaya ngikutin undangan pernikahan saudara nih, terus pembantu cici udah pulang, kan udah deket lebaran”.

“Wah jadi repot dong Ci di rumah sendirian”, kataku padanya.

“Yah begitulah, tapi besok ortu pulang kok”, katanya.

“Eh, sebelum les Cici mau mandi dulu sebentar ya, basah nih nanti flunya kambuh lagi, kalian tunggu saja dulu di sini oke..”.

Mendengar itu pikiranku mulai ngeres membayangkan di saat dingin begini bisa mandi bersama cewek secantik Ci Yuna. Ooh enaknya, dingin-dingin empuk deh rasanya.

Dari kamar mandi mulai terdengar suara percikan air, ingin rasanya aku mengintipnya tapi sayang lubang kuncinya sempit sekali. Kami mulai melihat-lihat isi ruang tamunya, melihat foto-fotonya waktu kecil, foto pernikahan kakaknya, dan foto-foto keluarga yang terpajang di sana.

Tiba-tiba dari kamar mandi terdengar jeritan disusul Ci Yuna keluar dari kamar mandi hanya dengan ditutupi handuk yang dilipat dan secara refleks memeluk Hans yang saat itu dekat kamar mandi. “Ada kecoa besar sekali di sana!”, katanya.

Aku masuk ke kamar mandi dan melihat ada seekor kecoa yang cukup besar yang bisa membuat wanita terkejut, segera kutepuk binatang itu dengan sandal dan kubuang bangkainya ke tong sampah. Waktu aku keluar kamar mandi kulihat Ci Yuna masih dipelukan Hans dengan hanya selembar handuk saja, dalam hati aku merasa sirik.

“Huh kenapa gua dari tadi bukan berdiri di situ, sialan”, gerutuku dalam hati. Ci Yuna terlihat seksi sekali saat itu, rambutnya yang basah tergerai dan pahanya yang putih panjang itu kulihat dengan jelas sekali membuat penisku bangkit saat itu, ingin rasanya menarik handuk itu.

Hans berkata, “Ci kecoanya sudah mati Ci, tenang.., tenang..!”.

Beberapa saat kemudian Ci Yuna mulai tenang dan berkata, “Terima kasih ya untung ada kalian, Cici takut banget sama kecoa”.

Dia mulai melepaskan pelukan tidak sengajanya itu, tapi mendadak Hans menangkap pergelangan tangan kirinya dan tidak melepasnya.

“Eh, kenapa kamu ini Hans, sudah cici mau berpakaian dulu nih”.

“Sudah Ci tidak usah repot-repot berpakaian deh, saya lebih suka ngeliat Cici seperti ini”, jawab Hans.

“Udah ah, kamu jangan main-main keterlaluan gitu ya”, kata Ci Yuna sambil menghentakkan tangannya, tapi Hans bukannya melepas malah semakin erat menggenggamnya sambil tangan satunya menarik lipatan handuk yang dipakai Ci Yuna sehingga handuk itu jatuh.

Terlihatlah pemandangan terindah yang pernah kulihat tubuh putih indah dengan buah dada yang putingnya merah muda dan kemaluannya yang tertutup bulu-bulu hitam yang lebat, persis seperti model-model nude Jepang yang kulihat di internet.

“Kurang ajar kamu ya!”, bentaknya sambil menampar Hans.

Ditampar begitu Hans bukannya kapok, malahan memegang tangan satunya itu dan melipat kedua tangan Ci Yuna ke belakang, lalu mencium bibirnya, membuat pipi Ci Yuna memerah malu.

Melihat adegan panas itu aku yang sudah terbuai nafsu langsung mendekati mereka. Aku memeluk Ci Yuna yang sedang berciuman dari belakang.

Tubuh Ci Yuna terasa harum, karena baru selesai mandi. Tanganku agak gemetar ketika memegang buah dadanya yang indah.

Kumain-mainkan putingnya sampai terasa mengeras, aku juga menciumi kupingnya dan turun menjilati lehernya, kemudian tangan kiriku mulai turun meraba kemaluanya dan memainkan klitorisnya, hangat rasanya tanganku di tempat itu. Hans melepas ciumannya setelah merasa susah bernafas.

“Sudah.., sudah berhenti.., kalo tidak Cici teriak nih!”, kata Ci Yuna.

Tapi bukannya berhenti, Hans kembali melumat bibir Ci Yuna dan mulai meraba dadanya, aku gantian memegangi tangan Ci Yuna.

Menurutku Ci Yuna sebenarnya suka diperlakukan begitu hanya saja dia sok jual mahal atau mungkin juga malu.

Buktinya kalau dia tidak suka dia pasti sudah berteriak sejak tadi, dan lagi pula dia bisa dengan mudah menendang sekangkangan Hans untuk melepaskan diri, tapi nyatanya dia hanya meronta-ronta sedikit dan lebih lagi dia juga mulai mengeluarkan lidahnya untuk beradu ketika Hans menciuminya.

Tidak lama kemudian rontaannya mulai melemas dan kelihatannya dia mulai menikmati semua ini.

Hans kembali berkata, “Ci di sini tidak nyaman kan, gimana kalo kita ke kamar Cici aja?”.

“Sudah.., cukup.., kalian memang keterlaluan, Cici ini kan guru kalian!”.

Tanpa menjawab Hans mencari dan menemukan kamar Ci Yuna, aku menutup mulut Ci Yuna dengan tanganku sambil memegangi kedua tangannya yang terlipat ke belakang dan aku menggiringnya masuk ke kamarnya.

Setelah Hans mengunci pintu aku mendorong Ci Yuna ke ranjang. Ci Yuna meraih selimut dan menutupi tubuhnya lalu berkata, “Kurang ajar kalian ya.., pergi kalian dari rumah ini..!”. Tapi kami mana mungkin menurutinya, aku mendekatinya sementara Hans membuka pakaiannya, kurebahkan dia di ranjang.

Kulumat bibir mungilnya, lalu kujilat buah dadanya, sambil tanganku memainkan vaginanya yang sudah basah karena kumainkan waktu di ruang tamu tadi.

Nikmatnya Ngewe Dengan Guru Lesku

“Stop.., pergi.., jangan gitu.., ah.., jangan.., ahh!”, kudengar Hans berkata padaku.

“Eh mau main kok masih pake baju, lepas dulu dong sana!”.

Hans yang sudah bugil duduk di samping kami, lalu kulepas sebentar Ci Yuna untuk membuka bajuku, Hans langsung menyambar Ci Yuna dan menjilati vaginanya, sesudah bugil aku mendekati lagi Ci Yuna yang lagi terbaring.

Aku berlutut di depan wajahnya dan berkata, “Ci tolong dong jilatin, boleh tidak?”. Ci Yuna menatapku sejenak sambil mendesah karena jilatan Hans, lalu diraihnya penisku dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Kulumannya enak sekali, penisku terasa hangat dan basah. Sambil dikulum, kuremas-remas buah dadanya yang montok itu.

Setelah puas menjilati vagina Ci Yuna, Hans mengarahkan penisnya yang cukup besar itu ke liang vagina Ci Yuna, dengan perlahan Hans memasukkannya sementara Ci Yuna terus mengulum dan menjilati penisku. Ternyata Ci Yuna sudah tidak perawan lagi, karena ketika Hans memasukkan penisnya tidak ada darah sedikitpun.

Kira-kira 10 menit lebih penisku dikulum olehnya, aku merasakan sudah mau keluar dan aku sebenarnya sudah mau melepasnya namun tak tertahankan lagi akhirnya aku menyemburkan maniku di mulutnya, dia pun melepas kulumannya.

Kulihat mulutnya penuh dengan mani dan sisanya muncrat membasahi wajahnya, “Sori Ci, Cici terlalu semangat sih tadi, Cici nggak marah kan?”, kataku. “kurang ajar ya kamu ke guru sendiri berani berbuat gini..”.

Aku mengambil tisu untuk membersihkan wajah Ci Yuna, ketika aku hendak mengelap penisku, Ci Yuna mencegah, “Siung, jangan.., sini biar Cici bersihin aja.., uhh!”, katanya teputus-putus karena sedang digenjot Hans. Dia meraih penisku dan menjilati sisa-sisa maniku sebelum dia menelannya tadi, semua maniku berada di dalam mulutnya.

“Gimana Ci? rasanya enak gitu?”, kataku.

Dia hanya mengangguk sambil terus menjilat sampai bersih.

Setelah bersih aku bertanya padanya, “Ci gua haus nih, ambil minum di mana nih?”.

“Ambil saja di kulkas di tingkat 2 sana.., ahh.., ahh..”, katanya lagi dengan nada terputus-putus.

Aku keluar dan membuka kulkas, setelah minum kulihat di frezeer juga ada sekotak es krim, terpikir olehku untuk makan es itu di atas tubuh Ci Yuna pasti lebih nikmat. Maka kubawa es itu ke kamar. Sebelum sampai kamar pun suara desahan Ci Yuna masih terdengar, untung kamarnya agak di dalam dan ada suara hujan deras di luar, jadi suaranya tidak terdengar sampai ke tetangga.

Ketika aku sampai kulihat tubuh Ci Yuna menggelinjang hebat, sampai terlihat tulang-tulang rusuknya, kelihatannya dia sudah mencapai klimaks, dia merangkul erat Hans sambil medesah panjang.

Hans mencabut penisnya dan memuntahkan isinya ke mulut Ci Yuna. Ci Yuna menelan semuanya sambil menjilati penis Hans. Aku dekati mereka dan berkata, “Capek ya Ci, nih minum dulu deh!”, kusodorkan segelas air padanya.

“Ci sambil istirahat bagi dong es krimnya boleh tidak?”, tanyaku sambil menunjukkan es itu.

“Kamu ini bener-bener tidak sopan ya, tidak bilang-bilang main ambil aja.., ya udah makan sana”, katanya.

“Tapi tidak ada gelasnya nih Ci.., gimana kalo kita makanya di atas badan cici aja ya?”, tanapa menunggu jawaban darinya, aku sudah mulai mengoles es krim itu ke tubuhnya mulai dari leher, dada, kemaluan, dan paha indahnya.

“Eh tunggu dulu, kalian ini apa-apaan nih, dingin ah jangan!”. Sebelum dia berbuat lebih kami langsung menjilati tubuhnya, Hans menjilati leher dan dadanya, aku bagian vagina dan pahanya.

Hans berkata, “Wah Ci enak banget esnya, apalagi yang bagian dada, es kayak gini pasti cuma ada 1 di dunia”. Ci Yuna cuma bisa mendesah karena geli bercampur nikmat. Kujilati kemaluannya, agak aneh memang rasa es krim bercampur cairan cinta, tapi enak juga kok.

Setelah es di tubuhnya habis, aku berbaring dan memintanya duduk di atas penisku sambil menggenjotnya. Ci Yuna mulai memasukkan penisku ke vaginanya, kelihatannya agak sempit walaupun tidak perawan lagi.

Dia mulai bergoyang-goyang di atas tubuhku dan Hans memasukkan penisnya ke mulut Ci Yuna. Ku remas buah dadanya yang hot itu, sampai akhirnya kutembakkan maniku di vaginanya. Kami akhirnya bermain sampai puas, hari sudah gelap waktu itu.

Kami sempat tertidur kira-kira 1 jam, ketika bangun kulihat Ci Yuna sudah memakai piyama bersandar di pinggir ranjang sambil merokok, baru kali ini kulihat dia merokok, katanya sih dia memang jarang sekali, hanya kalau lagi strees saja biasanya.

Kulihat dimeja belajarnya ada fotonya sedang dirangkul seorang pria yang cukup ganteng, pas untuknya. Kutanya siapa orang itu, ternyata dialah pacar Ci Yuna yang sekarang sedang mengambil gelar master di Amerika, dia sudah 1,5 tahun tidak pulang hanya ada kabarnya lewat e-mail dan telepon.

Karena itulah Ci Yuna sudah lama tidak menikmati lagi hubungan seks. Sekaranglah Ci Yuna mendapat penyaluran kebutuhan itu, meskipun sebelumnya dia malu-malu.

Dia berkata, “Sudah bangun? gimana.., sudah puas? Kalian ini benar-benar deh, belum pernah ada murid les saya yang seberani kalian, tapi please yah, jaga rahasia ini, biar ini cuma kita yang tau aja, ok!”

“Beres Ci”, kata Hans, “Asal cici seneng kita juga seneng kan, tapi Vernand boleh tau tidak, dia kan temen kita juga Ci”, kata Hans.

“Hmm.., iya deh tapi dia orang terakhir yang tau rahasia ini loh”.

“OK Ci beres!”, jawab kami bersamaan.

“O iya, Cici udah masak makan malam, lu duaan makan aja di sini”.

Kami pun makan bersama, masakannya enak, hoki banget pacarnya kalau sudah nikah nanti. Sesudah makan kami pulang diantar Ci Yuna sampai pintu pagar. Baru kutahu ternyata dibalik wajah alim dan terpelajar Ci Yuna tersembunyi banyak hal di luar dugaan.

Sejak itu sampai pacar Ci Yuna pulang bila ada kesempatan kami sering melakukan hal itu lagi, kadang berempat (ditambah Vernand), kadang 1 lawan 1 saja, kadang triple, macam-macam lah. Untuk mencari tempat sepi biasa bila di rumah salah satu dari kami sedang kosong, kami meneleponnya untuk datang ke sana saja.

Sekarang aku sudah kuliah semester 4, Ci Yuna pun sudah menikah dengan pacarnya, kami bertiga diundang ke pestanya, di sana dia tersenyum manis pada kami bertiga mungkin tanda terima kasih karena kamilah yang memenuhi kebutuhan biologisnya waktu pacarnya tidak ada dulu.

Cerita sex : Kupuaskan Ibu Sexy Dari Murid Lesku

Selamat ya Ci, semoga bahagia selalu, kamilah yang tidak bahagia karena tidak bisa bermain dengannya lagi.

 

#Nikmatnya #Ngewe #Dengan #Guru #Lesku

Menikmati Tubuh Ibu Murid Lesku Terbaru Malam Ini

Nikmatnya Meki Dari Tanteku Yang Haus Sex 1

Aku mempunyai tetangga di diarea kosku bernama Bu Putri, dia menyandang status single parent dan mempunyai anak satu. Cerita Sex aku ini bermula ketika Bu Putri memintaku untuk memberikan les private anaknya yg bernama Esty. Esty sekarang kelas Tiga SMP, sebab ucap Bu Putri Esty lemah dalam pelajaran Bahasa Inggris, dan ditambah lagi sebentar lagi memasuki Ujian Nasional, sebab itu Bu Putri meminta tolong memberi pelajaran tambahan pada anak perempuannya. Bu Putri sangat khawatir bila anaknya tak lulus dalam ujian nasional. Permintaan Bu Putri-pun aku respon dan itung-itung buat uang tambahan, hehe… maklum namanya juga mahasiswa

Kebetulan sekali mata pelajaran ini sesuai dgn jurusan yg kuambil, So tak ada kendala bagi aku. Singkat cerita jadwal private yg telah kami sepakati, yaitu jam 07.00-09.00 malam, les private ini dilakukan 3 kali seminggu dirumah Bu Putri. Ini sangat menguntungkan sekali So dgn jalan kaki saja sudah sampai, irit bensin bro, Cuma modal kaki aja, lumayan rejeki anak sholeh, hehe. Oh iya Les Private ini sekali pertemuan 60 ribu, dgn hasil segitu aku bisa mengkalkulasi penghasilan tambahanku perbulan.

Pada hari itu mulailah aku memberi les private pada Esty, awalnya semua berjalan lancar, seperti layaknya les private pada umumnya. Pada suatu malam sesuai dgn jadwal, aku datang ke rumah Bu Putri dengan maksud memberi les private pada Esty. Sesampainya disana ternyata yg ada hanya Bu Putri saja waktu itu, ucap Bu Putri, Esty lagi main dgn temannya sebab ada keperluan. Bu Putri berucap, mungkin sebentar lagi dia akan pulang. Sambil menunggu Esty, Bu Putri-pun menyuguhkan secangkir kopi hangat dan sedikit cemilan padaku. Sambil menunggu Esty kami-pun berbincang,

“ Kopinya kok didiamkan sih Mas Didit, ayo silahkan diminum kopinya !!! ” ucap Bu Putri.

“ Oh Iya, hhe… aku minum ya Bu Kopinya ” jawabku sambil mengambil cangkir berisi kopi hangat yg ada di depanku.

“ Iya Mas silahkan !!! Sekarang udah semester berapa Mas Didit ? ” Bu Putri memulai percakapan.

“ Aku sudah semester akhir ini Bu, Tapi, skripsi aku belom selesai, hehe… ” jawab aku malu-malu sambil meletakkan cangkir kopi ke atas meja lagi.

“ Ouh gitu ya Mas… sebentar lagi selesai dong, hehe… Nanti kalo sudah lulus, Esty gak ada yg ngajar les private lagi dong Mas Didit ” ucap Bu Putri.

“ Tenang aja sih Bu, skripsi aku juga masih lama, bisa jadi nanti duluan Esty lulusnya daripada aku… ” jawabku.

“ Mas Didit ini bisa aja, betah banget sih kuliahnya… hehe… Kuliah lama-lama emang gak kepingin Nikah apa ? ” Tanya Bu Putri mengejutkanku.

“ Ah Ibu ini ada-ada aja, semua laki-laki pasti kepingin nikahlah Bu… lagian kuliah aja belom selesai, masa iya mau mikir Nikah sih Bu ? ” Jawabku.

“ Kamu itu gimana sih Mas, nanti nyesel loh kalo nunda-nunda Nikah… ” ucap Bu Putri menggodaku.

“ Maksudnya nyesel gimana Bu ? ” tanyaku penasaran.

“ Kamu tahu nggk sih Mas, Kawin itu enak lho…!! ” ucap Bu Putri.

“ Kalo mikir kawinya aja sih memang enak Bu, tapi tanggung jawabnya-kan besar Bu, belom lagi nanti menafkahinya… hehe… ” Jawabku.

Mendadak Bu Putri bangkit dari tempat duduknya, dgn sekejap lalu dia duduk di sampingku. Aku-pun kaget dgn apa yg dilakukan oleh Bu Putri, dan mendadak dia berbisik di kupingku,

“ kalo kamu mau, kamu gak perlu mikir masalah tanggung jawab, apalagi menafkahinya Mas Didit! ” bisik Bu Putri di kupingku.

Seketika itu juga, mendadak tangannya menyentuh kemaluanku yg tidur di balik celana jeans yg ku kenakan,

“ Bu! kalo Esty dateng gimana? ” tanyaku dgn gugup dgn aksi Bu Putri terhadapku.

Mendengar pertanyaanku itu, Bu Putri mendorong badanku hingga terbaring di Kursi, dan menindih badanku lalu kembali berbisik.

“ Tenang saja! Semua sudah Ibu rencanakan. Esty tak akan pulang ke rumah malam ini, sebab dia sedang ada kegiatan Camping di sekolahnya. Tadi sore, Esty pesan sama Bu, minta tolong menyampaikan ke kamu bahwa private malam ini ditiadakan dulu… ”

Penjelasan Bu itu cukup mengagetkanku. Dalam perasaan gugup bercampur birahi yg menggoda, mendadak Bu Putri yg duduk di atas badanku yg terbaring di kursi ruang tamu itu, Bu melepaskan pakaiannya sehingga payudara putih besar yg tertampung dalam Bra putih menjadi pemandangan langka di hadapanku. Seterusnya Bu Putri melepaskan rok panjang yg ia kenakan, sehingga sesosok badan wanita yg hanya tertutup oleh BH dan CD menjadi pemandangan nyata di depan mata.

Sejujurnya, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, tapi rasa gugup dan kaget masih menyelimuti hatiku. Di waktu itulah, mendadak Bu Putri berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. Dia tersenyum padaku, lalu berucap,

“ Burungmu pasti sulit bernafas kalo tak dikeluarkan…. ” ucapnya.

Mendengar ucap-ucap itu, aku pun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga ku turunkan celana jeansku dan ku biarkan Bu Putri yg mengeluarkan kemaluan dari celana dalamku.

Batang kemaluanku yg sudah tegang, langsung menyembul keluar sesudah Bu Putri menurunkan CDku. Beberapa waktu Bu memandangi dan meremas batang kemaluanku, lalu ia menunduk dan memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. sebuah kenikmatan yg tak tertahan waktu lidah Bu Putri membelai kepala kemaluanku. Sepertinya, aku tak sanggup menahan puncak birahi yg sudah berada di ubun-ubun. Akibatnya, air maniku pun keluar dgn kencang mengisi mulut Bu yg sedang memainkan lidahnya di kepala kemaluanku.

Melihat cepatnya aku mencapai puncak, Bu Putri bukannya kecewa. Ia malah tersenyum dgn lelehan air mani di bibirnya. Bu Putri mengeluarkan sisa air mani yg masih berada di mulutnya dan meludahkannya ke batang kemaluanku. Kemudian ia kembali mengulum kemaluanku yg mulai melemah selama beberapa waktu. Dgn bibir yg masih berlumuran air mani, Bu Putri kembali menjatuhkan badannya di atas badanku, lalu mencium bibirku. ku coba untuk membalas reaksinya dgn menyambut lidahnya yg masuk ke mulutku.

Seketika aku-pun merasakan sebuah sensasi yg luar biasa ketika Bu Putri seakan mengajak berbagi air mani di mulutku. Aku tak perduli dgn bau air mani yg kecut harus masuk ke tenggorokanku, yg ku pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar kemaluanku bisa kembali bangkit dari kematiannya. aku mencoba meremas-remas payudara besar yg masih terbungkus BH, sebuah hal yg luar biasa yg tak pernah ku mimpikan sebelomnya. Ternyata menjadi guru private anak tetangga merupakan awal hilangnya keperjakaanku. Bu Putri telah merencanakan ini secara sempurna tanpa ku ketahui sebelumnya.

Mungkin sebagai seorang janda, ia juga merindukan nikmatnya waktu melakukan hubungan dgn suaminya yg telah meninggal dunia sekitar setahun yg lalu.Sesudah puas berciuman mesra di kursi, Bu Putri bangkit dari badanku. Ia kemudian menarik celana Jeans dan CDku sampai terlepas dan memintaku untuk melepaskan pakaian juga. ku turuti saja keinginannya, hingga aku menjadi sesosok laki-laki bugil dgn kemaluan yg mati tergantung. Bu Putri memegang tanganku dan menarikku menuju sebuah kamar yg bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Sesudah berada di dalam kamar, Bu Putri melepaskan BH dan CD putih yg ia kenakan. Kemudian ia berdiri di hadapanku dgn badan bugil. Dalam posisi berdiri, kami kembali berciuman. Lalu ia berucap padaku:

“ Dit! jika kamu sudah siap, lakukan saja yg ingin kau lakukan dgn Bu…. Bu akan menunggu… ” demikian perucapannya yg dipenuhi dgn birahi indah.

Kemudian dia berjalan meninggalkanku dan menghempaskan badannya di atas tempat tidur empuk yg ada di kamarnya itu. Ajakan itu tak ingin ku sia-siakan dan hilang begitu saja. Sesosok badan wanita yg siap untuk dinikmati, kenapa tak aku manfaatkan.Tanpa pikir panjang, ku Masati badan Bu Putri yg telah terhidang siap saji untuk disantap. Lalu ku mulai aksiku dari menaiki badan Bu Putri dan mencium bibirnya. Bibir dan lidah kami saling beradu dalam suasana yg penuh birahi. Sambil terus berciuman, ku remas salah 1 payudara Bu Putri yg lumayan besar dan lembek, dgn salah 1 tangan menopang berat badanku agar tak menindih sempurna badan Bu Putri.

Aktivitas itu terus ku lakukan, hingga akhirnya batang kemaluanku kembali terjaga dari tidurnya. Dalam suasana penuh nafsu yg tak tertahan, ku belai selangkangan Bu Putri yg ditumbuhi oleh bulu yg lebat. Ku coba untuk merayap dan memasukkan jariku ke belahan di pangkal paha Bu Putri. Tak terlalu sulit untuk mendapatkannya, hingga dalam beberapa detik, aku telah berhasil menenggelamkan jari tengahku di liang kemaluan Bu Putri. Sewaktu kemudian, ku mainkan jariku di liang yg basah itu, sehingga membuat Bu Putri mendesah. Sepertinya dia mulai merasakan kenikmatan bercinta dgnku. Sebagai seorang yg tak pernah melakukan hubungan seks layaknya suami istri, aku tak begitu mengerti apa yg harus ku lakukan pada badan bugil yg waktu itu telah siap untuk ku nikmati.

Yg ada dalam pikiranku hanyalah menikmati, dan bukan memberi kenikmatan.

Tanpa terlalu lama bermain dgn benda yg juga baru pertama kali ku belai, aku mulai berpikir untuk memasukkan kemaluanku yg sudah cukup keras ke dalam liang kemaluan Bu Putri yg kenyal dan dikelilingi oleh bulu yg lebat. Aku merubah posisi ku, lalu mengarahkan kepala kemaluanku ke belahan di sela paha Bu dgn tanganku. Mungkin sebab statusnya yg janda beranak 1, alias sudah bukan perawan, batang kemaluanku tak terlalu sulit untuk menerobos masuk ke kemaluan Bu Putri.

Rasa yg ku dapatkan waktu menggenjot liang kemaluan Bu Putri yg lembat sungguh tak bisa

ku lukiskan dgn ucap-ucap. Batang kemaluanku yg terjepit oleh dinding kemaluan yg kenyal benar-benar memaksaku untuk menuju puncak birahi. Tak seberapa lama aku melakukan hal tersebut, dapat ku rasakan bahwa desiran darahku seakan berkumpul di pangkal kemaluanku. Waktu itulah, aku semakin meningkatkan tempo permainanku, hingga akhirnya aku tak tahan lagi.

Ku hentakkan pantatku sekeras mungkin, sehingga kemaluanku tenggelam sempurna di dalam liang kemaluan Bu Putri dan ku rasakan air maniku keluar dan mengisi liang kemaluan Bu Putri.

Aku sama sekali tak berpikir akan akibat yg mungkin terjadi dgn tertanamnya air mani di rahim Bu Putri, kecuali sesudah batang kemaluanku kembali melemah dan ku jatuhkan badanku di samping badan Bu Putri yg basah bermandikan keringat. Bu Putri tersenyum padaku, lalu berucap,

Nikmatnya Meki Dari Tanteku Yang Haus Sex

“ Gag perlu belajar lama, ya? ” ucap Bu sambil bangkit dari posisinya.

Entah apa yg akan dia lakukan, ia berdiri di atas tempat tidur lalu ia duduk di atas dadaku sambil mengarahkan kemaluannya yg masih basah tersebut ke daerah wajahku.

“ Mainkan lidahmu, Dit! ” Ucap Bu Putri kemudian.

Tanpa pikir panjang dan banyak tanya, ku turuti saja keinginannya, ku jilati belahan kemaluan Bu Putri yg duduk di atas wajahku. Dgn bantuan jariku, ku buka belahan kemaluan Bu yg kenyal itu lalu ku masukkan lidahku sedalam-dalamnya ke liang kemaluan Bu Putri. Mendadak ku rasakan cairan putih kental yg tak lain adalah air maniku keluar dari liang kemaluan Bu Putri dan masuk ke mulutku. Meskipun agak jijik, tapi aku tak berani memuntahkannya dari mulutku. Aku hanya menahannya di mulutku sambil terus memainkan lidahku di liang kemaluan yg terbuka lebar itu.

Beberapa waktu sesudah aktivitas menjilat itu ku lakukan untuk Bu Putri, ku coba untuk kembali menjatuhkan badan Bu Putri ke tempat tidur. Waktu itulah, kembali ku cium bibir Bu Putri sambil mengeluarkan air mani yg ada di mulutku dan memasukkannya ke mulut Bu Putri. Bu Putri bukannya menolak, ia malah menerima dan bahkan menelan air mani yg ku keluarkan di mulutnya.

Malam itu, aku tak pulang ke kosku. Aku tak bisa meninggalkan indahnya bercinta dgn Bu Putri, Ibu dari siswi privateku, sebab ia adalah wanita yg telah merampas keperjakaanku, sekaligus orang yg pertama memberiku kenikmatan bercinta. Malam itu, aku tak dapat tertidur. Meskipun aku tahu Bu begitu lelah dan mengantuk, tetapi aku terus mengulangi hubungan seks dgn Bu. Beberapa kali ku paksakan untuk memasukkan kemaluanku ke kemaluan Bu Putri waktu ia tertidur, tetapi gesekan batang kemaluanku di dinding kemaluannya selalu membuatnya terbangun dan kembali memberikan respon untuk aksi ajakanku.

Seingatku, malam itu aku melakukan hubungan seks dgn Bu Putri lebih dari 10 kali. Sebab setiap kali kemaluanku bangun, aku langsung memasukkan ke liang kemaluan Bu. Dari pelajaran malam itu, yg ada di pikiranku hanyalah keinginan untuk terus bisa merasakan kemaluan, hingga akhirnya aku berhasil merenggut keperawanan Esty, putri Bu Putri sendiri. Sebab seringnya bercinta dgn Bu Putri, Ibu dari siswa privateku, Esty, hubungan gelap tanpa komitmen yg selama ini terjalin antara kami, tercium oleh Esty. Hal ini terjadi ketika suatu malam, sesudah aku memberikan private di rumah Esty, hujan turun dgn lebatnya.

Bu Putri menyarankan, agar aku tak usah pulang dulu sebelom hujan reda. Tetapi ternyata hujan tak berhenti hingga lewat jam 11 malam. Bu Putri menyarankan untuk bermalam saja.

Meskipun dgn sedikit basa-basi penolakan, tetapi tawaran itu ku terima dgn senang hati, dan memang itu harapanku, berharap dinginnya malam dgn suasana hujan lebat, akan menambah indah nuansa pencapaian puncak birahi dalam bercinta dgn janda beranak 1 itu.

Malam itu, aku hanya tidur di kursi ruang tamu, sebab memang hanya ada 2 kamar di rumah Bu Putri

Mungkin hanya sekedar mengelabui Esty yg belom tahu hubungan gelap yg ku jalin dgn Ibunya. Di kursi itu, aku terus memainkan jariku di HPku yg hanya bergetar jika ada SMS atau panggilan masuk, sebab memang aku sedang SMSan dgn Bu Putri yg ada di kamarnya. Saling merayu di udara dgn bahasa yg mengoda birahi. Sesudah memastikan Esty tertidur di kamarnya, sekitar pukul 12.30 malam, Bu Putri mengirinkan SMS yg berbunyi,

“ Dit! Ke Kamar Ibu dong, Ibu udah pngin sekali nih !!! ”

Menerima SMS itu, dgn penuh semangat, aku keluar dari selimutku dan bangkit dari kursi lalu melangkah perlahan ke kamar Bu Putri. Suasana hujan yg masih sangat lebat memberikan keleluasaan bagiku, sebab suara langkahku tak akan memecah heningnya malam.

Waktu aku membuka pintu kamar Bu Putri, mendadak Esty keluar dari kamarnya. Hal tersebut tentu saja sangat mengejutkanku. Apalagi melihat ekspresi kekagetan Esty melihat gelagatku.

“ Bang Didit, itukan kamar Mamah, Abang mau ngapain kesitu ? ” tanya Esty pada aku,

Begitulah ucap yg terucap dari gadis muda berusia 15 tahun, putri tunggal Bu Esty. Aku yg kaget sebab nyaris tertangkap basah dgn dorongan birahiku, langsung berusaha mencari alasan yg tepat untuk jawaban untuk pertanyaannya tersebut.

“ Eeee…. ” jawabku seraya tanganku melepas gagang pintu kamar Bu Putri yg kebetulan telah terlanjur terbuka, sambil terus berpikir keras untuk mencari alasan.

“ Begini Es! tadi Abang kira ini kamar kamu… Ucap Mamah kamu, Abang disuruh membangunkan kamu. Kamu disuruh Mamah kamu tidur dgn Mamah, Abang di suruh tidur di kamar kamu… Gitu, Rin! ” Jawabku dgn bahasa yg agar berbelit-belit.

Esty-pun mengerutkan keningnya beberapa waktu, lalu kemudian melempar senyumnya.

“ Oo Iya, Bang! Kamar Esty di sini, Abang tidur aja di sini !!! biar Esty tidur di kamar Mamah ” begitu jawab Esty sambil masuk kembali ke kamarnya dgn maksud mungkin mengambil keperluan tidurnya.

Ku tutup kembali pintu kamar Bu Putri dgn segudang kekecewaan, sebab hasrat yg memuncak tak bisa terlampiaskan di malam yg begitu mendukung ini. Dgn langkah lemas, ku beranjak ke kamar Esty, dan ku lihat Esty telah siap meninggalkan kamarnya menuju kamar Mamahnya.

“ Silahkan, Ka! ” sapa Esty mempersilahkan aku untuk tidur di kamarnya.

“ Sebab itusih, ya Rin! ” sapaku waktu dia ke luar dari kamarnya.

Esty hanya melempar senyum waktu berlalu dari hadapanku. Ku lihat dgn selimut di tangannya, dia membuka kamar Mamahnya, kemudian masuk dan menutup pintu kamar Mamahnya tersebut. Dgn tertutupnya pintu kamar Bu Putri, sebab itu pupuslah harapan untuk bisa kembali bercinta dgn Bu Putri. Malam terus berlalu, tetapi aku tetap tak bisa tertidur sebab gagalnya mencuri kesempatan indah untuk bercinta. jam 1 malam, hujan telah berhenti, mendadak HPku bergetar, dan ku lihat ada SMS masuk. Aku buka dan kubaca, ternyata Bu Putri yg mengirimnya.

“ Dit! kmu psti belom tdur kn? ” itulah bunyi SMSnya.

Dgn masuknya SMS itu, aku merasa ada secercah harapan baru untuk kembali bisa melepas hasrat yg tertunda. langsung ku balas SMS Bu Putri,

“ Belom, Bu? gimana nih? aku udah gak tahan mo nancepin lgi. ” jawabku via SMS.

Tak lama, masuk lagi balasan dari Bu Putri,

“ iya, Bu jg nih ” begitu jawab Bu Putri singkat.

Dgn gesit ku mainkan jariku merangkai SMS balasan, dgn maksud menyusun strategi untuk bisa memadu hasrat tanpa diketahui Esty, anak perempuannya.

“ Esty dah bobo ya Bu? ” bgitu isi SMSku. 

“ Iya! ” jawab Bu Putri dgn singkat.

“ Bu, Tititku dah bngun nih, Bu! sudah ga thn mo ngntot memek Bu! ” begitu rayuanku dalam SMS berusaha mengajak Bu Putri untuk kembali melakukan hubungan seks dgnku.

“ Dit! kmu tljg dlu, ya! nnti Bu ksana ” bgitulah balasan Bu.

Dgn girang ku balas SMS Bu Putri dgn dua ucap “ OK! ” Dgn semangat menggebu, ku lepaskan sluruh pakaianku dan ku baringkan badanku di atas tempat tidur di kamar Esty, putri semata wayangnya. Dgn rasa tak sabar, kembali ku berniat untuk mengirim SMS ke Bu Putri, tetapi mendadak ku dengar pintu kamar di buka dgn hati-hati, dan ku dgn suara pintu itu kembali di tutup dgn hati-hati. Dalam senyapnya malam yg di hiasi suara rintik-rintik air sisa hujan lebat, tak ku dengar adanya langkah yg dateng menuju kamar dimana aku terbaring menunggu waktu-waktu indah menikmati kemaluan Bu Putri yg lembek dan basah.

Mendadak gagang pintu kamar mulai bergerak dan pintu pun mulai terbuka perlahan. Tetapi aku sangat kaget, sebab yg dateng bukan Bu Putri, melainkan Esty, putrinya yg baru kelas 3 SMP. Esty meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai isyarat agar aku tak bicara. Aku yg sudah terlanjur telanjang, tak sanggup berbuat apa-apa kecuali menutupi batang kemaluanku yg sudah keras dgn guling yg ada di sampingku.

Sesudah kembali menutup pintu kamar dgn hati-hati, Esty melangkah ke arahku, dan duduk di sampingku lalu menarik guling yg menutup kemaluanku. Ia kemudian menggenggam batang kemaluanku dgn kencang, sehingga hampir membuatku berteriak. Esty mendekatkan wajahnya ke hadapanku dan dgn nada berbisik, Esty berucap,

“ Jadi selama ini, Abang dibayar bukan hanya untuk ngasih private aku ya? ”

“ Maaf, Es! Abang… bukan begitu! kamu tak mengerti… ”

“ Abang gag usah bohong! Esty sudah baca semua SMS Abang di HP Mamah… ”

“ Apa? jadi yg ….. ”

Belom selesai aku menjawab,

“ Iya! yg balas SMS Abang itu Esty ! ”

“ Maafkan Abang, Es! Abang gag ada maksud begitu… ”

“ Udah deh! Abang gag usah bohong… Kenapa Abang melakukan ini dengan Mamahku!? ”

“ Es! bukan kemauan Abang, Rin! Abang juga gag tahu kenapa ini sampai terjadi…!! ”

“ Bang! Mulai hari ini, Esty gag mau private lagi sama Abang… Esty kecewa sama Abang! ”

Mendengar kekecewaan Esty itu, ku peluk badan Esty dan ku ciumi bibirnya, tetapi Esty tak bereaksi melawan, apalagi berteriak. Ku jatuhkan badannya ke tempat tidur sambil terus ku ciumi bibirnya. Ku tahan gerakan kedua tangannya dgn kedua tanganku, dan ku tindih badannya agar dia tak lagi sanggup bergerak. Merasakan Esty yg tak bereaksi melawan terhadap aksiku, dan cenderung pasrah, aku menghentikan ciumanku dan ku tatap wajah Esty. Tetapi yg terlihat dari wajahnya bukan kekecewaan. Esty justru melemparkan senyumannya padaku,

“ Ada apa ini? ” pikirku dalam hati.

“ Perawani Esty, Bang! tapi jangan hamili Esty! ” itulah kalimat yg terucap dibalik senyumnya.

Aku pun senang mendengar kalimat itu. Tanpa pikir panjang, ku lepaskan seluruh pakaian yg menutup badannya, mulai dari babydol yg dikenakannya, hingga BH dan CDnya. Tampak dihadapanku sesosok badan kecil yg lumayan langsung dgn buah dada kecil yg montok. Selangkangan Esty yg cembung dgn rambut ikal tipis yg tumbuh dipermukaannya, merupakan sebuah pemadangan baru yg sangat indah bagiku.

Aku tak mau melewatkan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya kemaluan seorang perawan berusia 15 tahun. Tanpa menunggu lebih lama, langsung ku angkat kedua kakinya, sehingga selangkangannya terbuka lebar. Terlihat jelas belahan kemaluan Esty yg hanya seperti lipatan kulit berbentuk garis lurus. Tak terlihat disana ada liang untuk masuknya kemaluanku yg sudah siap tempur. Tanpa pikir panjang, langsung ku arahkan kepala kemaluanku ke belahan yg masih sangat rapat itu. Dgn kedua tangannya, Esty memegang kakinya yg terbuka lebar ke atas.

Dgn bantuannya itu, aku bisa menggunakan jariku untuk membuka belahan kemaluan Esty. Bisa ku lihat di dalamnya daging yg agak basah berwarna merah muda, dan langsung ku tancapkan kepala kemaluanku di sela belahan yg terbuka itu. Dgn sedikit memaksa, kepala kemaluanku berhasil menerobos liang kemaluannya yg terasa sangat sempit. Aku terus menekan agar kemaluanku bisa masuk sempurna ke dalam kemaluan Esty, namun usaha itu harus ku lakukan dgn perlahan. Aku harus tarik ulur agar cairan kemaluannya membasahi seluruh batang kemaluanku. Tanpa cara itu, Kemaluanku tak bisa dipaksa masuk.

Sedikit demi sedikit, batang kemaluanku semakin dalam masuk ke liang kemaluan Esty yg sangat sempit, sampai akhirnya setengah batang kemaluanku telah berhasil masuk. Dalam posisi kemaluan yg setengah menancap di selangkangannya, ku jatuhkan badanku di dadanya. Ku raih bibirnya dan mencoba menciuminya, ku remas payudara montok yg masih ranum itu, sesekali ku jilati pipi, kuping, leher dan terkadang turun ke payudaranya. Esty terpejam dan sesekali berdesis, sepertinya ia menikmati belaian yg lidahku di leher dan payudaranya. Bahkan mungkin ia melupakan bahwa kemaluanku baru setengah masuk ke liang kemaluannya.

Melihat keadaan itu, ku tumpukan badanku di atas siku yg berada di kedua sisi badannya dan ku pegang erat bahunya. Dgn terus menjilati payudaranya dan sesekali mengecup puting susunya, kembali ku genjot liang kemaluannya yg sangat rapat dan kesat. Terus ku coba dan ku coba, meski kedua bahunya telah ku pegang erat, tetapi tetap saja genjotan yg ku lakukan untuk menerobos liang kemaluannya hanya bisa masuk dgn perlahan. Akhirnya ku putuskan untuk fokus pada usaha untuk memasukkan kemaluan ke liang kemaluannya. Aku turun dari tempat tidur, dan menarik badan Esty ke sisi tempat tidur itu. Dgn posisi berdiri di sisi tempat tidur, kembali ku arahkan kemaluanku yg sedikit ku basahi dgn air liurku ke liang kemaluannya. Kemaluanku kembali hanya bisa masuk setengah ke dalam liang kemaluan Esty, namun dgn posisi berdiri, aku bisa menahan kedua pahanya agar badannya tak bergerak mengikuti tiap genjotanku. Usahaku akhirnya tak sia-sia, sebab dgn posisi itu, aku bisa lebih cepat menerobos liang kemaluan Esty dgn sempurna.

Cerita sex : Nikmatnya Meki Dari Tanteku Yang Haus Sex

Dalam posisi tenggelam sempurna, aku menjatuhkan badanku ke dada Esty dan berguling agar posisi Esty di atas. Ku peluk badan Esty dan ku coba menarik keluar kemaluanku dari liang sempit yg basah itu, lalu mendorongnya masuk kembali. Beberapa kali ku lakukan itu, aku kembali berguling, sehingga posisiku mebali di atas. Waktu itulah permainan sesungguhnya di mulai. Kemaluan Esty sepertinya telah sanggup beradaptasi dgn benda tumpul yg menerobos liang kemaluannya. Rapatnya liang kemaluan Esty memberikan kenikmatan yg luar biasa yg tak pernah ku rasakan waktu bercinta dgn Bu Putri. dinding kemaluan Esty seakan mencengkram erat batang kemaluanku, persis seperti waktu pertama Esty mencengkar kemaluanku dgn tangannya. Berkali-kali aku menyetubuhi Esty, dan membuang air mani ku ke rahimnya, setelah beberapa bulan berlalu aku mendapat kabar bahwa Ibu Putri dan Esty hamil mengandung benih yang ku tanam.. Dan aku pun menikahi mereka berdua, semenjak itu kami selalu bermain bertiga, tak terbayangkan nikmatnya bercinta dengan ibu dan anaknya tersebut..

 

#Menikmati #Tubuh #Ibu #Murid #Lesku