Menikmati Tubuh Linda Sang Manager Terbaru Malam Ini

Menikmati Tubuh Linda Sang Manager

Perkenalkan namaku Roni (samaran). Aku adalah seorang WNI Keturunan yang berdomisili di kota D di pulau B. Umurku 30 tahun. Saat ini aku sudah mempunyai seorang istri tapi belum dikaruniai seorang anak.

Aku dulu sangat suka bercinta dengan perempuan, tapi hanya terbatas pada orang yang aku kenal. Dan hanya hubungan ONE NIGHT STAND, alias cinta semalam. Salah satu pengalamanku ingin kubagikan pada para penggemar situs lensa69. Dan kisah ini benar-benar aku alami. Akan aku coba menceritakannya.

Cerita ini dimulai dari kepindahanku ke Kota D di pulau B dari Kota S di Pulau J pada tahun 2007. Waktu itu aku baru berumur 25 tahun. Karena alasan untuk mengisi kekosongan di cabang perusahaan, aku dipindah tugaskan.

Saat itu aku bekerja di salah satu perusahaan garment terbesar di Indonesia. Dan tugasku adalah sebagai marketing yang tugasnya mengorder atau menawarkan barang baru ke toko-toko besar maupun kecil termasuk departement store seperti Matahari, dll.

Suatu hari aku menawarkan order ke sebuah dept store yang cukup populer di kota D tersebut. Untuk menemui bagian pembelian aku harus melewati bagian resepsionist terlebih dahulu. Pada hari itu aku terkejut karena yang menjaga bagian tersebut tidak kukenal (karena biasanya adalah orang lain).

Orangnya cantik, berwajah oval, manis, berkulit kuning langsat dan sangat mulus. Bodinya yang sangat bahenol, pinggang yang ramping, berpantat besar, dengan payudara berukuran kira-kira 36C. Berambut hitam panjang. Siapapun lelaki yang melihatnya pasti(aku jamin) menelan ludah dengan sex appealnya yang tinggi dan sangat memikat itu.

“Selamat siang”, sapaku.

“Oh ya, selamat siang,” jawabnya dengan suara yang halus.

“Saya ingin bertemu dengan Bapak Andrie di bagian pembelian,”

Kataku selanjutnya sambil mataku memandang tanpa berkedip ke wajah cantik dan dadanya, kebetulan waktu itu dia memakai blazer dengan kaus dalam yang berleher sangat rendah sehingga saya bisa melihat belahan payudaranya yang besar itu.

“Baik tunggu sebentar,” jawabnya sambil tersenyum manis, kemudian dia menelepon bagian pembelian.

Sambil menunggu itu tidak henti-hentinya aku mencuri-curi pandang ke arahnya. Sementara dia, sepertinya merasa kuperhatikan, jadi sesekali tersenyum sambil menulis sesuatu di buku di hadapannya. Tak lama kemudian telepon berdering dan aku dipersilahkan masuk.

Setelah selesai urusan tersebut, aku keluar melewati meja resepsionist, dan kulihat cewek (sebut saja Ayu) seperti biasa menjaga meja tersebut.

“Hallo Yu,” sapaku.

“Eh, Pak Roni, dari tadi, Pak?” sahutnya.

“Iya. Ini sudah selesai order. Eh Yu, tadi yang jaga meja ini siapa sih?” tanyaku langsung.

Kami sudah cukup akrab karena keseringanku ke tempat ini.

“Oh, itu tadi Ibu Linda, Pak, Manager Marketing yang baru, kenapa sih? Kok nanya-nanya?” tanyanya sambil tersenyum.

Belum sempat kujawab, Si Cantik Linda muncul. Aku jadi sedikit salah tingkah. Apalagi..

“Bu, ini lho ditanyain sama Pak Roni,” Ayu langsung nyerocos sampai wajahku terasa panas.

Singkat cerita kami berkenalan dan saling memanggil nama karena kemudian kuketahui umurnya hanya terpaut setahun lebih tua dariku dan sudah menikah dengan orang yang usianya terpaut jauh darinya.

Ayu sempat mengatakan kalau Linda baru saja berulang tahun. Dan sambil bercanda aku mengatakan kalau aku mau diajak makan-makan. Dan dia menyanggupinya.

Pertemuan kami selanjutnya hanya di sekitar pekerjaan dan ngobrol masalah-masalah ringan. Suatu hari, saat suaminya berdinas di Jakarta, aku diundang ke rumahnya. Setelah aku tanya alamatnya, malam harinya aku datang ke rumahnya.

Aku disambutnya dengan memakai baju kaus tipis tanpa lengan dan celana yang super pendek, hingga lekuk tubuhnya terlihat jelas, apalagi belahan pantat di bawah celananya makin merangsangku.

Kaget juga melihat penampilannya yang seseksi itu, walaupun dia terlihat memakai BH, tak urung membuat nafsu dan adik kecilku merinding. Di rumahnya saat itu hanya dia sendiri ditemani pembantunya yang lebih sering berada di dapur seperti saat itu.

Setelah sekian menit mengobrol, kami mulai saling mendekatkan diri. Sampai dadanya yang besar dan kenyal itu menyentuh dadaku. Dan mulai berpelukan dan saling mencium pipi, kemudian aku lanjutkan dengan mencium lehernya.

“Kamu ternyata nakal juga ya, Ron,” katanya sambil tertawa kecil saat saya ciumi leher jenjangnya.

“Habis kamu sangat menggairahkan dan menggemaskan,” jawabku sambil melancarkan serangan.

Aku berusaha menembus daerah dadanya, tapi ditepisnya. Dan katanya jangan nanti nggak enak, kan dia sudah menikah. Jadinya aku harus menahan nafsuku malam itu walaupun pada saat penisku sudah sangat keras aku sempat menggesek-gesekkan ke perutnya sambil kami berdiri berpelukan.

Malam itu aku pulang dengan hampa dan menahan gejolak nafsuku. Sesampainya aku di rumah, aku langsung bermasturbasi sambil membayangkan bersetubuh dengannya.

Sejak hari itu, bila bertemu sikap kami biasa saja, hanya saling menyapa, bahkan kurasakan dia agak menjauhiku. Dan hal ini berlangsung cukup lama sampai kira-kira delapan bulan lamanya.

Aku sudah hampir melupakan niatku untuk bercinta dengannya sampai suatu saat ada berita di pagerku (saat itu aku belum punya Hp) berupa undangan ke rumahnya untuk menepati janjinya waktu itu dia mengajakku makan merayakan ulang tahunnya. Aku telepon dia dan membuat janji (waktu itu suaminya bertugas ke luar kota).

Malam itu pkl.10.00 aku datang ke rumahnya. Kembali aku disambut dengan pakaian yang menggairahkan berupa kaus tipis tanpa lengan dan rok pendek yang memperlihatkan cetakan pantat dan celana dalamnya. Dari pengalamanku yang lalu aku tidak ingin ceroboh lagi.

“Kok sepi-sepi saja, Lin? Suamimu berapa hari tugas ke Jakarta?” tanyaku setelah beberapa lama berbasa-basi.

“Empat hari. Eh, mau minum, Ron?”tanyanya.

“Boleh,” jawabku.

“Aku tadi dapat pinjaman VCD dari temanku di kantor, dan aku belum nonton. Kamu sudah pernah nonton nggak?”

Tanyanya sambil meletakkan minuman dan kemudian melangkah ke almari dekat kursi tamu.

“Mana sih, aku lihat dulu judulnya,” jawabku.

Setelah diserahkannya, aku teliti ketiga VCD tersebut, dan aku agak terkejut karena salah satunya merupakan film mandarin yang XX alias semi.

“Yang dua sudah nonton sih, juga yang mandarin ini, Cuma waktu itu belum selesai. Kamu pengen nonton yang mana? Kalau aku yang mandarin ini aja,” jawabku sambil berpikir untuk mencumbunya.

“Boleh aja, tapi VCD playernya ada di kamarku,”jawabnya.

Pikirku, wah kesempatan, nih. “Gak apa-apa kan, emangnya nggak boleh?” tanyaku memancing.

“Boleh sih, yuk, kita ke kamarku,” jawabnya sambil ngeloyor ke kamarnya di dekat ruang tamu.

Setibanya di dalam, kami berdua duduk manis di depan TV-nya sambil menonton. Lalu aku mencoba untuk melingkarkan tanganku ke pundaknya. Dia tidak bereaksi. Lalu aku makin berani untuk membelai kepala dan rambutnya yang panjang dan lembut.

Dia Cuma tersenyum saja aku perlakukan demikian. Lalu kusibakkan rambut di sekitar lehernya dan aku cium perlahan sambil menjilatnya pelan.

“Ih, geli, Ron”katanya sambil bergidik.

“Tenang aja, kamu nikmati ya,”jawabku.

Aku mencumbunya dengan sangat pelan. Mulai dari lehernya, kemudian aku turun ke pangkal lengannya. Aku terus mencium dan menjilatinya perlahan sementara tanganku tetap membelai rambutnya dan yang satu membelai tangannya, tanpa aku berusaha untuk membuka pertahanannya yang manapun.

Linda makin lama makin menggelinjang karena kegelian dan nafsunya yang perlahan mulai naik.

“Ron, aku matikan saja ya VCD-nya? Toh juga nggak ditonton, sekalian lampunya ya,”katanya sambil sedikit terengah.

“Oke,”jawabku.

Lalu dia mematikan VCD, TV, dan lampu kamar tersebut, sehingga situasi remang, dan hanya diterangi oleh lampu teras. Walau demikian aku masih bisa melihat jelas semuanya.

Menikmati Tubuh Linda Sang Manager

Setelah itu aku kembali melanjutkan aksiku. Aku menciumi bibirnya sambil membuka bajunya, sehingga dia hanya memakai BH dan roknya. Kemudian setelah beberapa lama;

“Ron, kita buka aja semua yuk,” ajaknya.

“Ayuk,”jawabku, kemudian kami mulai melepas busana kami satu-satu sambil berdiri di tempat tidurnya.

Terpampanglah pemandangan indah di depanku. Linda yang tersenyum manis, dengan payudara berbentuk bulat sempurna dan terlihat sangat kenyal serta bentuk tubuh yang mirip gitar spanyol, ramping, pinggul yang besar, dan terutama daerah kemaluannya yang tidak terlalu lebat, namun terlihat berbulu sangat halus.

Kemudian aku mulai mencium bibirnya lembut sekali. Kunikmati ciuman-ciuman itu. Kemudian aku mulai turun menciumi leher jenjangnya yang mulus sambil tangan kiriku mulai memainkan susunya yang kenyal dan mulai mengeras, meremas dan memutar-mutar putingnya, sementara tangan kananku meraba bagian pantatnya yang juga besar dan padat.

Setelah beberapa lama dia mulai bereaksi dengan membelai tubuhku dari punggung sampai kemudian berhenti di kemaluanku. Linda mulai membelai-belai adikku sambil mengocoknya perlahan. Wah, sensasinya sangat luar biasa.

“Ron, burungmu keras sekali,”katanya sambil mendesah.

Aku tidak menjawabnya karena sibuk mencumbunya. Kemudian perlahan-lahan aku rebahkan dia di tempat tidur. Dan aku mulai mencium dan menjilat turun dari bibir, leher sampai pada bagian susunya yang kuhisap dan kujilati perlahan.

Aku menikmati susunya yang besar dan mulus banget. Aku jilatin daerah sekitar putingnya, sambil menyedot. Cukup lama aku menikmati susunya sambil aku remas-remas. Rasanya aku ingin menelan semuanya bulat-bulat.

Linda menggelinjang sambil mengeluarkan suara erangan dan desisan dari mulutnya. Sambil menikmati cumbuanku, tangannya tak lepas dari penisku, membelainya lembut.

Perlahan aku makin turun sampai pada perutnya, kemudian ke selangkangannya. Aku mulai mencari daerah pribadinya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam, lembut dan tidak terlalu lebat. Aku terus menjilati sampai pada kemaluannya. Linda makin menggelinjang dan mendesis.

“Oh..terus, Ron,..enak sekali..teruskan..,”desisnya.

Maka aku makin menjilati kemaluannya sampai pada klitorisnya, kurasakan tubuhnya makin menegang. Kuhisap lembut klitoris dan kemaluannya yang berbau khas, hingga makin menaikkan gairahku. Kemaluan itu makin lama makin basah, mengeluarkan lendir yang aku jilat sampai puas.

Pahanya mulai bergerak menjepit kepalaku, sehingga aku merasakan kemulusannya membelai pipiku. Tak lupa aku juga sebentar-sebentar menjilat paha dan daerah di sekitar vaginanya itu.

Kemudian aku sedikit mengangkat pantatnya agar aku bisa menjilati lubang anusnya. Sementara itu, tangannya bergerak-gerak menggapai kepalaku sambil menekan makin dalam. Kembali aku mainkan lidahku di lubang vaginanya itu, masuk dan keluar. Linda makin menggelinjang dan kurasakan badannya makin mengejang.

Setelah aku puas memainkan kemaluannya, aku memintanya ganti mencumbuku. Maka aku direbahkan dengan posisi dia di atasku. Linda mulai menciumiku dari bibir, leher, dan akhirnya ke susuku sambil tangannya membelai lembut penis dan testisku.

Ciuman lembutnya sangat merangsangku sehingga adikku makin keras dan memanjang. (Oh ya, penisku tidak terlalu besar, tapi sangat kencang dan keras).

Cukup lama dia menciumi daerah dadaku, kemudian dia semakin turun, dan tidak disangka (karena aku menikmati sambil memejamkan mata) dia mulai menjilat lembut kepala penisku. Aku sempat kaget karena tidak menyangka dia akan melakukannya.

Aku nikmati saja jilatan-jilatan lembutnya. Kemudian dia mulai mengulum penisku juga sangat lembut. Wah, rasa dan sensasinya sangat luar biasa. Aku bagai terbang tinggi ke awan. Tidak sampai di situ, dia juga menjilati testisku yang makin merangsangku.

Cukup lama dia menjilati penisku, sampai ada sedikit cairan yang keluar dan dia menjilatinya sampai habis. Kemudian dia perlahan bangun dan duduk di atas penisku. Pelan-pelan dia menggesek-gesekkan vaginanya di atas penisku. Vaginanya yang lembut dan licin serasa memijit penisku yang keras.

“Oh,..enaknya..ss.ss.ss,”erangnya.

Tak lama kemudian tubuhnya terlihat mengejang dan roboh ke dadaku.

“Luar biasa, Ron, aku sampai bisa keluar,”bisiknya sambil terengah.

Kemudian kami bercumbu lagi, dan dia mengulangi hal yang sama sampai dua kali, dan dalam waktu singkat dia mengalami orgasme kembali, sementara aku belum merasa ingin keluar. Maka aku nikmati saja permainannya, sampai kemudian..

“Aku masukin ya adikku,”kataku.

“Ya, tapi pelan-pelan ya, “jawabnya.

Maka aku mulai memasukkan penisku ke lubang senggamanya perlahan sampai semuanya masuk. Kemudian aku mulai menggoyang perlahan-lahan, makin lama makin cepat. Sementara dia mengerang dan mengejang Di antara desahan dan deru napasnya aku makin mempercepat gerakanku, sampai akhirnya..

“Lin..aku..mau..kell..luar,” dan tersemburlah spermaku ke liangnya.

Kemudian aku lemas. Aku biarkan penisku berada di vaginanya beberapa lama sambil merasakan denyutan-denyutannya yang menggairahkanku.

Kami mengulangi permainan kami beberapa kali malam itu. Sampai waktu menunjukkan pukul 02.00 pagi. Dan aku pulang dengan kepuasan dan sedikit penyesalan (maklum istri orang).

Keesokan siang, aku kembali ke rumahnya, dan bercinta sampai malam. Kemudian kami pergi makan malam seperti yang dijanjikannya.

Cerita sex : Main Dengan Teman Rekan Kerja Satu Kantor

Setelah kejadian itu, kami bersikap biasa bila bertemu, karena kami tidak ingin orang lain tahu perbuatan kami.

#Menikmati #Tubuh #Linda #Sang #Manager

Diperkosa Supir Tapi Akhirnya Menikmati Terbaru Malam Ini

Diperkosa Supir Tapi Akhirnya Menikmati

Namaku Wenny, umurku sudah 25 tahun. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang. Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah.

Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali lenyap dalam pandangan mataku. Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran.

Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya. Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku. Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada. Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku.

Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya. Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup. “Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.

Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku. 

“Aris.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot. 

“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku. Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari. Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya.

Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku. 

“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar. 

“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet. 

“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang. Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu. 

Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi. 

“Aris.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis. Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk.

Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku. “Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku. 

“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu. 

“Tapi saya majikan kamu Ris..” kataku mencoba mengingatkan. 

“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan. 

“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku. 

“Tapi malam ini Bu Wenny harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli. Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang.

Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya. Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu. 

Diperkosa Supir Tapi Akhirnya Menikmati

“Aris.. jangan Ris.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya. Namun Aris, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku. “Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.

Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku. “Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku. Tangan Mas Aris terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli. Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing. “Ouh.. Wenny.. wajahmu cukup merangsang sekali Wenny..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.

Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah. “Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Aris melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku.

Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu. 

“Aris.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya.

Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya.

“Ouh.. Ris..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.

“Sabar Wen.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.

Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Aris lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu.

“Bu Wenny.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah.

“Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.

“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..” 

“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya.

Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku.

Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu.

Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai,

“Ouhh..” Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya.

Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.

“Sialan kamu Ris!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.

Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.

“Kamu gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.

“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal. 

“Tenang Bu Wenny.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Wenny.” ucapnya dengan tenang.

“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus.

“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Wenny enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.

“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ris..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya. “Bagaimana Bu Wenny..?

Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ris..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.

“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku. Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya,

namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali. “Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi.

“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Aris!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.

“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku.

Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding.

Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu.

Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Aris supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.

Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil.

Lalu diambilnya sabun Lux cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya.

Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan.

Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits.

Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.

“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.

Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun Lux cair itu menjadi semakin berbusa.

Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower.

Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.

“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara.

Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan.

Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan.

Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.

Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya.

Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.

Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku.

Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.

“Biar saya yang suapin Bu Wenny yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.

“Kamu yang masak Ris!” tanyaku ingin tahu. 

“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku. 

“Ayo dicicipi!” katanya lagi.

Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok.

Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya.

Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.

Bolehkan saya memanggil Bu Wenny dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.

“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku. 

“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Wenny, berarti Bu Wenny eh.. salah maksudnya Mbak Wenny, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.

“Terserah kamu saja ” kataku.

“Sudah nggak capai lagi kan Mbak Wenny!” sahut supirku.

“Memang kenapa!?” tanyaku. 

“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.

Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati.

Cerita sex : Kenikmatan Seks Dengan Atasanku Yang Seksi

Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.

#Diperkosa #Supir #Tapi #Akhirnya #Menikmati

Cerita Sex Bergambar Menikmati Memek Mulus Tante Keturunan Arab Terbaru Malam Ini

Menikmati Memek Mulus Tante Keturunan Arab Making love sampek nyerah – Aku mendapat tugas ke sebuah kota kabupaten di Kawasan Timur Indonesia. Ada sebuah peluang proyek baru disana. Aku berangkat dengan seorang Direktur. Setelah bertemu dengan para pejabat yang berwenang dan mengutarakan tujuan kedatangan kami, maka Direktur tersebut pulang terlebih dahulu karena masih ada urusan lain di Jakarta.

Tinggalah aku disana mengurus semua perijinan sendirian saja. Hotel tempatku menginap adalah sebuah hotel yang tidak terlalu besar, namun bersih dan enak untuk tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota, sepi, aman, dan transport untuk kemana-mana relatif mudah. Aku mendapat kamar dilantai 2 yang letaknya menghadap ke laut.

Setiap sore sambil beristirahat setelah seharian berputar-putar dari satu instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil melihat laut. Para karyawan hotel cukup akrab dengan penghuninya, mungkin karena jumlah kamarnya tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup akrab dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan tamu lain atau karyawan hotel. Kadang-kadang dengan setengah bercanda aku ditawari selimut hidup oleh karyawan hotel, mulai dari room boy sampai ke security. Mereka heran selama hampir 3 minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku tersenyum saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku masih tersita ke pekerjaan.

Tak terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel. Karena surat-surat yang diperlukan sudah selesai, aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai mencari hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan kehangatan tubuh perempuan setelah bergumul selama 2 ronde dengan seorang gadis panggilan asal Manado. Aku mendapatkannya dari security hotel. Meskipun orangnya cantik dan putih, tetapi permainannya tidak terlalu istimewa karena barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi lumayanlah buat mengurangi sperma yang sudah penuh.

Dua hari lagi aku akan pulang. Transportasi di daerah ini memang agak sulit. Untuk ke Jakarta aku harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti pesawat ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi dalam 1 minggu hanya ada 4 penerbangan dengan twin otter yang kapasitasnya hanya 17 seat. Belum lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang tiba-tiba harus berangkat. Aku yang sudah booking seat sejak seminggu yang lalu, ternyata masih masuk di cadangan nomor 5.

Alternatifnya adalah dengan menaiki kapal laut milik Pelni yang makan waktu seharian untuk sampai ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat pesawat terpaksa naik kapal laut. Sore itu aku ngobrol dengan security, yang membantu mencarikan perempuan, sambil duduk-duduk di cafe hotel. Kami membicarakan gadis Manado yang kutiduri tadi malam.

Kubilang aku kurang puas dengan permainannya. Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada wanita yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan bertubuh tinggi, mungkin 168 cm, badannya sintal dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan bukan wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah Timur Tengah. Security itu mengedipkan matanya ke arahku. ” Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke, Arab punya,” katanya.

Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security di sampingku.
“Dewi, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini,” kata security itu.
“Aku mau ke karaoke dulu,” balas wanita tadi. Ternyata namanya Dewi. Dewi berjalan kearah meja karaoke dan mulai memesan lagu.

Ruangan karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi kalau yang menyanyi suaranya bagus lumayan buat hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa berantakan. Untuk karaoke tidak dikenakan charge, hanya merupakan service cafe untuk tamu yang makan disana. “Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan. Siapa tahu cocok dan jadi,” kata security tadi kepadaku. Aku berjalan dan duduk didekat Dewi. Kuulurkan tanganku, “Boleh berkenalan ? Namaku Jokaw”.

“Dewi,” jawabnya singkat dan kembali meneruskan lagunya. Suaranya tidak bagus cuma lumayan saja. Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di kampung.
Beberapa lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat yang dinyanyikan wanita ini agaknya tinggal di Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe di dekatnya.
“Sendirian saja nona atau …,” kataku mengawali pembicaraan.
“Panggil saja namaku, Dewi,” katanya.

kami mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Dewi berasal dari Gorontalo. Ia memang berdarah Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku ini. Hidungnya mancung khas Timur Tengah, kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk badannya sintal dan kencang dengan payudaranya terlihat dari samping membusung padat.

Kutawarkan untuk mengobrol di kamarku saja. Lebih dingin, karena ber-AC, dan lebih rileks serta privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke dalam kamar. Security tadi kulihat mengangkat kedua jempolnya kearahku. Di dalam kamar, kami duduk berdampingan di karpet dengan menyandar ke ranjang sambil nonton TV. Dewi masuk ke kamar mandi dan sebentar kemudian sudah keluar lagi.

Kami melanjutkan obrolan. Ternyata Dewi seorang janda gantung, suaminya yang seorang pengusaha, keturunan Arab juga, sudah 2 tahun meninggalkannya namun Dewi tidak diceraikan. ia sedang mencoba membuka usaha kerajinan rotan dari Sulawesi yang dipasarkan disini. Dikta ini dia tinggal bersama familinya. Ia main ke hotel, karena dulu juga pernah tinggal di hotel ini seminggu dan akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe. dari tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja kebutuhan cafe.

Kulingkarkan tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit menggerinjal namun tidak ada tanda-tanda penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas bahunya dan perlahan-lahan tangan kiriku menuju kedadanya. Sebelum tangan kiriku sampai di dadanya, ia menatapku dan bertanya, “Mau apa kamu, Jokaw ?” Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Kupegang dagunya dengan tangan kananku dan kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum juga membalas ciumanku. “Ayolah Dewi, 2 tahun tentulah waktu yang cukup panjang bagimu. Selama ini tentulah kamu merindukan kehangatan dekapan seorang laki-laki,” kataku mulai merayunya.Kuhembuskan napasku ke dekat telinganya. Bibirku mulai menyapu leher dan belakang telinganya.
“Akhh, tidak.. Jangan..,” rintihnya.

“Ayolah Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya suami Arab-mu itu, namun aku bisa membantu menuntaskan gairahmu yang terpendam”.
Ia menyerah, pandangan matanya meredup. Kucium lagi bibirnya, kali ini mulai ada perlawanan balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia mendesah dan membalas ciumanku dengan berapi-api. Tangannya meremas kejantananku yang masih terbungkus celana.

Kududukan ia ditepi ranjang. Aku berdiri didepannya. tangannya mulai membuka ikatan pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian menyusup ke balik celana dalamku. Dikeluarkannya kejantananku yang mulai menegang. Dibukanya celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku sudah dalam keadaan polos. Mulutnya kemudian menciumi kejantananku, sementara tangannya memegang pinggangku dan mengusap kantung zakarku. Lama kelamaan ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat pada kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku dengan mengulum kejantananku dan menggerakan mulutnya maju mundur.

Tangannya menyusup ke bajuku dan memainkan putingku. Kubuka kancing bajuku agar tangannya mudah beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan pantatkupun bergerak maju mundur menyesuaikan dengan gerakan mulutnya. Aku tak mau menumpahkan sperma dalam posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa kesulitan segera saja kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak jarang dan berwarna kemerahan. Kemaluannya terlihat sangat menonjol di sela pahanya, seperti sampan yang dibalikkan. Ia membuka kausnya sehingga sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.

Kujilati tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke lipatan pahanya. Sesekali kusapukan bibirku di bibir . Lubang terasa sempit ketika lidahku mulai masuk ke dalam .

Ia merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang sebelah menekan kepalaku sementara tangan satunya meremas rambutnya sendiri. Kumasukan jari tengahku ke dalam lubang , sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia memekik perlahan dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri. Tubuhnya melengkung ke belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia merapatkan selangkangannya ke kepakalu. Kulepaskan bajuku dan kulempar begitu saja ke lantai. Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia berjongkok dan, “Sllruup..”. Kembali ia menjilat dan mencium penisku beberapa saat. Ia naik keatas ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan di mulutku. Tangannya menarik kepalaku meminta aku agar menjilat dalam posisi demikian.

Kuangkat kepalaku dan segera lidahku menyeruak masuk ke dalam liang . Tanganku memegang erat pinggulnya untuk membantu menahan kepalaku. Ia menggerakan pantatnya memutar dan maju mundur untuk mengimbangi serangan lidahku. Gerakannya semakin liar ketika lidahku dengan intens menjilat dan menekan klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga bagian kemaluannya semakin menonjol. tangannya kebelakang diletakan di pahaku untuk menahan berat tubuhnya.

Ia bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku menindihnya. Kubuka bra-nya dan segera kuterkam gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku kugesekan pada ujung putingnya. Mendapat serangan demikian ia merintih “Jokaw, ayo kita lakukan permainan ini, Masukan sekarang..”. Tangannya menggenggam erat penisku dan mengarahkan ke lubang . Beberapa kali kucoba untuk memasukannya tetapi sangat sulit. Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi kurasakan sudah basah oleh lendirnya dan ludahku, namun kini ketika aku mencoba untuk melakukan penetrasi kurasakan sulit sekali.

Penisku sudah mulai mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum juga menembus . Aku ingat ada kondom di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2 lagi aku pakai tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan permukaan kondom yang licin lebih mudah melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk mengambilnya, Dewi kelihatan sudah di puncak nafsunya dan ia tidak memberikan sinyal untuk memakai kondom. Kukocokkan penisku sebentar untuk mengencangkannya. Kubuka pahanya selebar-lebarnya. Kuarahkan penisku kembali ke liang.

“Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan,” rintihnya.
Kepala penisku sudah melewati bibir . Kudorong sangat pelan. sangat sempit. Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah punya anak dan menurut ceritanya penis suaminya satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku berpikir bagaimana caranya agar penis suaminya bisa menembus. Penisku kumaju mundurkan dengan perlahan untuk membuka jalan nikmat ini. Beberapa kali kemudian penisku seluruhnya sudah menembus lorong . Aku merasa dengan kondisi yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas. Mungkin kalau ronde kedua aku dapat bertahan lebih lama. Akan kuambil cara lain agar aku tidak jebol duluan.Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia menindihku. Dewi bergerak naik turun menimba kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan kontraksi sekedar bertahan saja supaya penisku tidak mengecil.

Dewi merebahkan tubuhnya, merapat didadaku. Kukulum payudaranya dengan keras dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia mendengus-dengus dan bergerak liar untuk merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi kombinasi naik turun, berputar dan maju mundur. Luar biasa vagina wanita Arab ini, dalam kondisi aku dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak kalah. Untuk mempertahankan diri kubuat agar pikiranku menjadi rileks dan tidak berfokus pada permainan ini.
15 menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya Dewi sudah ingin mengakhiri babak pertama ini. Ia memandangku, kemudian mencium leher dan telingaku.

“Ouhh.. jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde pertama biasanya suamiku akan kalah, namun kami masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar lagi.. Aku..”.
Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini saatnya beraksi. Kukencangkan otot penisku dan gerakan tubuh Dewipun semakin liar. Akupun mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah. Ketika ia bergerak naik, pantatku kuturunkan dan ketika ia menekan pantatnya ke bawah akupun menyambutnya dengan mengangkat pantatku. Kepalanya bergerak kesana kemari. Rambutnya yang hitam lebat acak-acakan. sprei sudah terlepas dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas ranjang semuanya sudah jatuh ke lantai. Keadaan diatas ranjang seperti kapal yang pecah dihempas badai. Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu gerakan kami. Suaranya berderak-derak seakan hendak patah. Akupun semakin mempercepat genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh di dermaga kenikmatan. Semenit kemudian..
“Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh,” Dewi memekik.

Punggungnya melengkung ke atas, mulutnya menggigit putingku. Kurasakan aliran kenikmatan mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi. Ketika pantatnya menekan ke bawah, kupeluk pinggangnya dan kuangkat pantatku.
“Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku sampaiihh!”
Ia memberontak dari pelukanku sampai peganganku pada pinggulnya terlepas. pantatnya naik dan segera diturunkan lagi dengan cepat.

“Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga..”.
Kakinya mengunci kakiku dan badannya mengejang kuat. dengan kaki saling mengait aku menahan gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya menggigit lenganku sampai terasa sakit. Denyutan dari dinding saling berbalasan dengan denyutan dipenisku. Beberapa detik kemudian, kami masih merasakan sisa-sisa kenikmatan. ketika sisa-sisa denyutan masih terjadi badannya menggetar. Ia berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari . Sebagian sperma mengalir keluar dari di atas perutku. Dewi berguling ke samping setelah menarik napas panjang.
“Luar biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah menang dalam ronde pertama, memang dalam berhubungan ia sering mengambil posisi di atas. tapi kami sanggup membawaku terbang ke angkasa,” katanya sambil mengelus dadaku.

“Akupun rasanya hampir tidak sanggup menandingimu. Mungkin sebagian besar laki-laki akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain denganmu. Milikmu benar-benar sempit,” kataku balas memujinya.

Memang kalau tadi aku harus bermain diatas, rasanya tak sampai sepuluh menit aku pasti sudah KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main genjot saja, teknik bro!
“Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab ya?”
“Nggak ah, asli Indonesia lho..”.
Ia masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak ia mandi bersama dan setelah itu kami duduk di teras sambil minum soft drink dan melihat laut. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam dam kaus tanpa lengan.

Ia mengenakan kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutup dengan selimut yang dililitkan tanpa mengenakan pakaian dalam. Ia duduk membelakangiku. Tubuhnya disandarkan di bahuku. Mulutku sesekali mencium rambut dan belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari mulutku dan kusambut dengan ciuman ringan. Tangan kanannya melingkar di kepalaku.
“Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini denganku?”tanyaku.

“Aku dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti cara mengatasinya. Aku selalu siap sedia, siapa tahu terjadi hal yang diinginkan seperti sore ini. Aku sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi tadi.

Tenang saja, toh kalaupun hamil bukan kamu yang menanggung akibatnya.” katanya enteng. Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja aku tadi tidak berlaku konyol dengan memakai kondom. Mungkin saja sejak ditinggal suaminya ia sudah beberapa kali bercinta dengan laki-laki. Tapi apa urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang penting malam ini ia menjadi teman tidurku. Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk menikmati sunset. Gairahku mulai timbul lagi. Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi ke pinggangnya. Kususupkan tanganku kebalik bajunya dan kuremas dadanya.
“Hmmhh..,” ia bergumam.

“Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga mulai kencang dan dingin,” kataku.
Kamipun masuk ke dalam kamar sambil berpelukan. Sekilas kulihat tatapan iri dan kagum dari tamu hotel di kamar yang berseberangan dengan kamarku.
“I want more, honey!” kataku.

kami bersama-sama merapikan sprei dan bantal yang berhamburan akibat pertempuran babak pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut yang menutup bagian bawah tubuhnya. Kurebahkan Dewi di ranjang. Kubuka kausku dan aku berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.

Dewi mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke tubuhku dan ditariknya celana pendekku. Sebentar kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi dengan lincahnya di selangkanganku. Aku mengusap-usap tubuhnya mulai dari bahu, dada sampai ke pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.

Lima menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya dan kuposisikan kakinya menjuntai ke lantai. Kubuka mini bar dan kuambil beberapa potong es batu di dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan aku berjongkok di depan kakinya. Kurenggangkan kedua kakinya lalu dengan jariku bibir kubuka.

Bibirku segera menyorongkan es batu ke dalam yang merah merekah. Ia terkejut merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit meronta, namun kutahan dengan tanganku.
“Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup Kaw!” ia berteriak.

Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus melanjutkan aksiku. Rupanya sensasi dingin dari es batu di dalam membuatnya sangat terangsang. Kujilati air dari es batu yang mencair dan mulai bercampur dengan lendir .
“Jokaw.. Maniak kamu..,” ia masih terus memekik setiap kali potongan es batu kutempelkan ke bagian dalam bibir vagina dan klitorisnya.

Kadang es batu kupegang dengan jariku menggantikan bibirku yang tetap menjilati seluruh bagian . Kakinya masih meronta, namun ia sendiri mulai menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia menggigit ujung bantal dengan kuat untuk menahan perasaannya.

Akhirnya semua potongan es batu yang kuambil habis. Aku masih meneruskan stimulasi dengan cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk berjaga-jaga akan kuransang dia sampai mendekati puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika bermain dengannya.

Kurang lebih sepuluh menit aku melakukannya. Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya kugaruk dan kemudian kujepit dengan jariku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar aku menghentikan aksiku dan segera melakukan penetrasi, namun aku masih ingin menikmati dan memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama. Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan kanannya memegang kepalaku dan menekannya ke celah pahanya. Tangan kirinya meremas-remas payudaranya sendiri.

Aku duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan kenikmatan pada penisku melalui lidah dan mulutnya. Dikulumnya penisku dalam-dalam dan diisapnya lembut. Giginya juga ikut memberikan tekanan pada batang penisku. Dilepaskannya penisku dan kini dijepitnya dengan kedua payudaranya sambil diremas-remas dengan gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan pinggulku maju mundur sehingga peniskupun bergesekan dengan kulit kedua payudaranya.

Kuubah posisiku dengan menindihnya berhadapan, kemudian mulutku bermain disekitar payudaranya. Dewi kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah gerakan tangannya sudah memegang dan mengocok penisku dengan menggesekannya pada bibir . Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-hati.

Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian bibirnya yang sudah setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami segera berciuman dengan ganas sampai terengah-engah. Penisku yang sudah mengeras mulai mencari sasarannya. Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat pantatku “Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!”
Tangannya menggenggam penisku dan mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah. Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil inisiatif untuk membuka lebar-lebar kedua kakinya. Dengan perlahan dan hati-hati kucoba memasukan penisku kedalam liang . Masih sulit juga untuk menembus bibir . tangannya kemudian membuka bibir dan dengan bantuan tanganku maka kuarahkan penisku ke vagina. Begitu melewati bibir , maka kurasakan lagi sebuah lorong yang sempit. Perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur dan memutar maka beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos kedalam liang . Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menunggu agar pelumasan pada lebih banyak. Ketika kurasakan sudah lebih licin, maka kutingkatkan tempo gerakanku. Dewi masih bergerak pelan, bahkan cenderung diam dan menungguku untuk melanjutkan serangan berikutnya.

Kupercepat gerakanku dan Dewi bergerak melawan arah gerakanku untuk menghasilkan sensasi kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak liar. Tangannya memeluk leherku dan bibirnya melumat bibirku dengan ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi dengan cepat. Kubisikkan untuk berganti posisi menjadi doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan tangannya terjulur kebelakang menggenggam penisku dan segera menyusupkannya kedalam . Kugenjot lagi dengan menggerakkan pantatku maju mundur dan berputar. Kurebahkan badanku di atasnya. kami berciuman dengan posisi sama-sama tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan melakukan aksi kegiatannya.

Aku menusuk dengan gerakan cepat berulang kali. Iapun mendesah sambil meremas sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang kedua ini, Dewi semakin keras berteriak dan sebentar-bentar mengejang. terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.

Dewi berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot . Kusedot putingnya dan kugigit bahunya. Kutarik rambutnya sampai mendongak dan segera kujelajahi daerah sekitar leher sampai telinganya. Ia semakin mendesah dan mengerang dengan keras. Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera kututup bibirnya dengan bibirku. Ia menyambut bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya menyusup ke mulutku dan menggelitik langit-langit mulutku. Aku menyedot lidahnya dengan satu sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang masuk ke dalam rongga mulutnya. kami berguling sampai Dewi berada di atasku. Dewi menekankan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong kenikmatannya.

“Ouhh.. Dewi,” desahku setengah berteriak.
Dewi bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti disedot sebuah pusaran. Dewi mulai mempercepat gerakannya, dan kusambut dengan irama yang sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai kepalaku mendongak dan segera mencium dan menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku memberikan suatu sensasi tersendiri.

Dewi bergerak sehingga kaki kami saling menjepit. kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan kedua kakinya. dalam posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa nikmat sekali.
Kepalanya direbahkan didadaku dan bibirnya mengecup putingku.

Kuangkat kepalanya, kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilati dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

Dewi kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban dan cepat berselang-seling. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku masuk terbenam dalam-dalam menyentuh rahimnya.

kakinya bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini kedua kakiku dijepit dengan kedua kakinya. Dewi menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakan pantatnya maju mundur sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.

Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut namun kuat. Semakin lama semakin cepat ia menggerakkan pantatnya, namun tidak menghentak-hentak. darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat disekujur tubuhku.

“Ouhh.. Sshh.. Akhh!” Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan.

“Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu”.
Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit leherku. Aku sangat suka sekali ketika hidungnya bersentuhan dengan kulit leherku.

“Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi!” ia mendesah. Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk bertahan sebentar lagi.
Aku bangkit dan duduk memangku Dewi. Penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerakan maju mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan tubuhnya direbahkan ke belakang. Kini aku yang harus bergerak aktif.

Kulipat kedua lututku dan kutahan tubuhnya di bawah pinggangnya. Gerakanku kuatur dengan irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja yang masuk sampai beberapa hitungan dan kemudian sesekali kutusukkan penisku sampai mentok. Ia merintih-rintih, namun karena posisi tubuhnya ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Kini aku sepenuhnya yang mengendalikan permainan, ia hanya dapat pasrah dan menikmati. Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bahuku. Kugulingkan tubuhku, kini aku berada diatasnya kembali. Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku. Kutarik badannya sehingga selangkangannya dalam posisi menggantung merapat ke tubuhku. Kaki kirinya kujepit di bawah ketiak kananku. Dengan posisi duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan perlahan beberapa kali dan kemudian kuhentakkan dengan keras. Iapun berteriak dengan keras setiap aku menggenjotnya dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak dan matanya seperti mau menangis.

Kukembalikan kakinya pada posisi semula. Aku masih ingin memperpanjang permainan untuk satu posisi lagi. kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit kedua kakinya dengan kakiku. semakin terasa keras menjepit penisku. Aku bergerak naik turun dengan perlahan untuk mengulur waktu. Dewi kelihatan sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam dengan mulut setengah terbuka yang terus merintih dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat dan semakin lama semakin cepat.

Kini kurasakan desakan kuat yang akan segera menjebol keluar lewat lubang penisku. Kukira sudah lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul. Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan variasi. Keringatku sudah berbaur dengan keringatnya.

Kurapatkan tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan jepitan kakiku. Betisnya kini menjepit pinggangku dengan kuat. Kubisikan, “OK baby, kini saatnya..”.
Ia memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke bawah. Dinding berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menyambut gerakan pantatku dengan menaikan pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian sebuah gigitan hinggap pada bahuku.

Satu aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung lubang penisku. Kutahan tekanan penisku ke dalam . Gelombang-gelombang kenikmatan terwujud lewat denyutan dalam bergantian dengan denyutan pada penisku seakan-akan saling meremas dan balas mendesak.

Denyut demi denyutan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kami bersama-sama sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang.
“Dewi.. Ouhh.. Yeaahh!!”
“Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!”
Akhirnya aliran yang tertahan sejak tadipun memancar dengan deras di dalam . Kutekan penisku semakin dalam di . Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Ia mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan tangannya menekan kepalaku di atas dadanya. Ketika dinding berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PC-ku. Iapun kembali mengejang dan bergetar setiap otot PC-ku kugerakkan.

Napas dan kata-kata penuh kenikmatan terdengar putus-putus, dan dengan sebuah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami masih saling mengecup bibir dan keadaan kamarpun menjadi sunyi, tidak ada suara yang terdebgar. hanya ada napas yang panjang tersengal-sengal yang berangsur-angsur berubah menjadi teratur. Lima belas menit kemudian kami berdua sudah bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami saling menyabuni dengan sesekali melakukan cumbuan ringan. Setelah mandi barulah kami merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil makan Dewi menelpon familinya, kalau malam ini ia tidak pulang dengan alasan menginap di rumah temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya adalah seorang laki-laki bernama Jokaw.

Malam itu dan malam berikutnya tentu saja tidak kami lewatkan dengan sia-sia. Mandi keringat, mandi kucing, mandi basah dan tentunya mandi kenikmatan menjadi acara kami berdua. Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati ternyata aku masih mendapat seat penerbangan ke kota propinsi, seat terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel kusisipkan selembar dua puluh ribuan ke tangan security temanku. Ia tersenyum.

“Terima kasih Pak,” katanya sambil menyambut tasku dan membawakan ke mobil.

“Kapan kesini lagi, Pak? kalau Dewi nggak ada, nanti akan saya carikan Dewi yang lainnya lagi,” bisiknya ketika sudah berangkat ke bandara. Dewi mengantarku sampai ke bandara dan sebelum turun dari mobil kuberikan kecupan mesra di bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum melihat tingkah kami.

Cerita sex : Cerita Sex Kenikmatan Seks Antar Tetangga Sungguh Nikmat

Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan ternya Dewi tidak berada di kota itu lagi. Ketika kutelpon ke nomor yang diberikannya, penerima telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang Dewi berada. Dengan bantuan security temanku maka aku mendapatkan perempuan lainnya, orang Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang diberikannya masih di bawah Dewi.

#Cerita #Sex #Bergambar #Menikmati #Memek #Mulus #Tante #Keturunan #Arab

Menikmati Diperkosa Oleh Dua Penjaga Perpustakaan Terbaru Malam Ini

Menikmati Diperkosa Oleh Dua Penjaga Perpustakaan

“Loh pak Samsul, gmana sih?? Kemarin Bapak bilang, Kartu perpustakaan saya sudah beres hari ini, sekarang bilang besok lagi…Gmana sih pak ??? Kerja koq ga bener gitu sih???”

“Yak maaf Dek Karina, Pak Bambang Gak masuk hari ini jadi kami ga bisa minta tanda tangan persetujuan-nya…” Kata pak Samsul, penjaga perpustakaan, berambut tipis setengah baya itu, dari seminggu yang lalu dia selalu bilang besok,….lusa,..Cape dech..

“Pak, saya sudah ngurus ini dari sebulan yang lalu, masa ga beres-beres pak, saya butuh data-data skripsi besok, saya harus menyerahkan-nya besok pak…Gmana sih??? Skarang saya Foto-copy ga boleh…Gmana sya mau buat skripsi saya?? Bapak mau bikinin??? Pasti gak bisa kan bapak…??” Cape aku membentak-bentak orang ini, memang susah menghadapi orang-orang tak berotak seperti dia…

“Ya terserah non, skripsi-skripsi non, kenapa saya yang musti mikir, ” sambil berlalu untuk istirahat makan siang…Aku hanya bisa mengumpat Karinaa perlakuannya…

Aku pun meninggalkan perpustakaan itu, benar-benar pusing aku, gara-gara kehilangan dompet bulan lalu benar-benar menghambat skripsiku, padahal besok deadline kerangka skripsi,…

Aku pun menelepon sahabatku, Sherly..Dari ujung telepon sana dia mengatakan kalau dia ada di FoodCourt Kampus, aku pun segera beranjak menemuinya..

Oh iya Nama-ku Karina, ya ada nama lengkapnya sich, tapi itu aja ya..Hehehe.Mungkin beberapa dari kalian pernah melihatku di majalah-majalah remaja ibu kota, aku memang seorang Model, Dengan wajah oriental dan tubuh sexy-ku, aku pikir aku memenuhi syarat itu koq,..Soal kehidupanku, kalian tahulah kehidupan model, bener gak???

Tak lama aku pun sampai di foodcourt, setelah memesan Jus Lemon kesukaanku, aku menuju ke tempat Sherly, Kebetulan Ben ada disitu, dia cowo Sherly, Ganteng ma Keren banget dech, sayang dia ga jadi nembak gue, ga PD katanya padahal gue sih mau aja ma dia..

Ben baru lulus dari sini juga, tahun lalu sekarang dia kerja di satu perusahaan terkemuka di Indonesia..Lumayan sih, jadi aku bisa nanya-nanya skripsi sama dia…

Sambil menemani Sherly makan siang, aku pun meneguk Jus-ku, kemudian kami mulai bebincang-bincang ringan, aku pun mencurahkan kekesalanku pada mereka,…

“Lu tau gak, Kartu perpus gue belum beres juga, padahal lu tau sendiri gue butuh buat besok, masa bikin gitu aja udah sebulan ga beres-beres, kacau gak…Bikin SIM, STNK, KTP, Ma Card aja seminggu beres, ini..bener-bener dech..” Kataku kesal, “Udah Ren, lu ngapain marah-marah gitu sih, mang lu ga da bahan sama sekali, oh iya lu mang butuh kerangkanya ya..Gue sih ngopy punya Ben, lu sich bikin Topik aneh-aneh” Jawab sherly menenangkan-ku, bukan jadi tenang malah makin kesal aku dibuatnya..Dia sih enak nah aku harus usaha sendiri,…

“Udah Ren, lu catet aja singkat di perpus entar, ya lu catet aja, bentar juga beres, tar lu pulang lu ketik dech, beres kan besok..” Ben memberi saran, 

“Ya iya sich Ben, Tapi gue ga da temen cewe lu nich, tar pake kuliah segala, kan males sendiri, Temenin ya???Hehehe” pintaku, sambil menggodanya.. Sherly yang memang pencemburuan segera memotong pembicaraan, sambil mencubit Ben dia berkata, ” Gak,gak Lu bilang mau balik Kantor entar “.. 

Lucu banget reaksinya..Ben yang takut ma ceweknya itu, langsung menjawab “Iya Ren, Gue kerja ntar, gak bisa,” Sambil kesakitan, hehehe, mereka memang lucu banget..

Kami pun berbicara santai lainnya, sampai waktu menunjukan pukul 1 siang, istrahat siang sudah selasai, Sherly segera bergegas menuju kelasnya, sebelumnya dia masih sempat menyium Ben..

Tak lama giliran aku dan Ben yang meninggalkan Tempat itu, kami berjalan bersama, sampai gedung depan, ya perpustakaan memang ada di gedung depan lantai 10, mobil Ben juga di parkir di depan, Kami pun ngobrol-ngobrol di perjalanan singkat itu, setelah terpisah di lift, dia masih sempat berkata Gud Luck padaku,..Tampaknya dia masih ada hati padaku, hehehe..

Setelah sampai di depan perpustakaan, aku hanya bisa terdiam, Perpustakaan masih tutup, ah, hari jum’at lagi ingatku, saatnya mereka ngaret bukanya…Ah dasar, dengan kesal aku kembali turun ke bawah, ah lebih baik aku ke mall saja, lagi juga cuma di sebelah kampus…

Setelah sampai, aku berjalan sendirian disana, BT banget, setelah berjalan-jalan sebentar, langkah-ku terhenti di sebuah outlet, Tas-tasnya lucu banget, lagi diskon lagi…Tanpa pikir aku melangkah masuk toko itu..

Aku segera menyatu dengan kerumunan orang yang sedang memilih-milih sandal dan tas itu..Lucu-lucu loh…Setelah bergulat cukup lama, aku pun memilih 1 tas pink, dan 2 sandal santai, heh untuk tas itu aku sempat berebut dengan ibu-ibu loh..Ga tau malu, masa dah tua gitu mau pake tas gini,..Ga matching Donk…

Setelah membayar aku pun melihat jam-ku, ya ampun sudah hampir setengah 3, aku pun bergegas menuju Kampus, dan menuju mobilku untuk menaruh belanjaanku, dan segera menuju perpustakaan,..Untung masih buka…

Setelah menaruh tasku di loker, aku melangkah masuk namun langkahku kembali dihentikan,…” Maaf Dek, Ga boleh bawa bulpen , ma kertas, Ditaruh di dalam loker saja..” Kata seorang petugas berkumis lebat, bernama Dahlan, ya dia memakai badge namanya, makanya aku tahu…

“Aduh pak, ini ga boleh, itu ga boleh, Saya mau bikin skripsi pak, masa dipersulit terus sich…” Bentaku padanya…

”Ya maaf Dek tapi itu peraturan dari Dekan,…” Suara itu kukenal, pasti itu si Bandot Samsul…Dia tampak duduk di meja peminjaman buku itu,…Dengan emosi ku lempar pulpen yang kupegang, Tepat mengenai jidatnya yang licin, lucu sekali, dia tampak kaget dengan kelakuanku…

“Ya panggil pak, Tuh Dekan, Kalo perlu Rektor Ma Pudek sekalian biar pada tahu, kerjaan bapak yang ga becus,”Sentak-ku, bentakan ku, tampak memancing beberapa mahasiswa lain yang berada disana, mereka tampak mengiyakan tindakanku, pasti karena mereka pernah mengalami masalah seperti ku,.Merasa diatas angin aku kembali menyentak mereka,..

setelah berdiskusi mereka akhirnya mengizinkanku untuk membawa paper dan bulpenku, Sambil mengembalikan pulpenku pak Samahudin berkata..”Yawda non, tapi jangan sampai ketahuan ya,,” Aku pun berlalu meninggalkannya, menuju tingkat 2 tempat arsip-arsip Skripsi…

Setelah mengambil Arsip bertopik sama denganku, aku pun mulai mencatat poin-poin pentingnya…Ternyata banyak dan melelahkan juga ya…

T-ak terasa 1 jam berlalu, aku pun mulai mengantuk, sambil melepas jaketku, aku menggunakan-nya untuk menjadi bantal-ku untuk menyender dimeja…Dasar bodoh, aku malah ketiduran…

Aku pun terbangun, kulihat jam tanganku, Sial udah jam setengah 7, kenapa ga da yang bangunin gue…..Beberapa lampu ruangan sudah dimatikan, aku pun segera menelepon mamiku, untuk memberitahu pulang terlambat, aku ga mau membuat mamiku yang single parent khawatir…Sebelum menutup telepon dia sempat memintaku untuk berhati-hati…

Aku pun segera menyelesaikan tugasku secepatnya, akhirnya selessai juga…Saat itu sudah hampir jam 8 malam, segera kubenahi peralatan-ku,..Setelah mengembalikan Data skripsi itu, aku pun beranjak dari situ dan turun ke bawah, 2 sosok orang tampaknya sedang menungguku,…

Ternyata pak Samahudin dan Pak Dahlan,…”Dah beres non, baru mau kita temenin ya Lan,” Kata pak Samsul, “Non Lagi, udah lu pada diem aja gue mau pulang nich..!!!”..sesaat setelah melewatinya, tiba-tiba sebuah lengan kuat mencengkram leherku…

“Apa-apaan nich pak” Seruku kaget…

”Kita orang mau ditemenin ma non donk..”kata Pak Dahlan..

” Ya kapan lagi ngbrol ma model kaya non” lanjut pak Samsul…Bulu kuduk ku berdiri, ketika pak Samahudinmendorongku kedinding dan membuka jaketku…

Dia mulai menjilati leherku, Jijik aku dibuatnya…Pak Dahlan pun tidak ketinggalan dan mulai memainkan dadaku,…”Sinting kalian semua” sambil berusaha meronta melepaskan diri..Namun sebuah tamparan, mendarat di pipiku, aku pun tertegun sesaat..Air mata mulai membasahi mataku…

Kini aku hanya pasrah saja ketika pak Dahlan emsaki bagian dalam TankTop-ku dan menarik lepas Bra 36B ku lepas…Dengan kasar dia memainkan putingku, sambil menjilati putingku dari luar Tank-topku…Kini putingku tercetak jelas di Tanktop putih itu..

Tak sabar pak Samahudin melepaskan pakaianku itu dengan kasar, untung saja tidak sobek…Kini Payudara-ku yang putih padat itu, dengan sepasang puting coklat kemerahan…Menjadi pandangan mereka,…

”Hahahaha, memang Toketnya model beda..” Kata pak Dahlan,..

”iya liat aja tuch pentil dah keceng, mank model rata-rata perek,” Ejek pak Samsul, Dalm kata-katanya aku merasa ada nada dendam dari kata-katanya..

Dengan kasar mereka memperlakukan bibir dan dadaku,sesekali mereka menarik putingku, dan menekan-nekannya dengan kasar…Tak terbantah, aku sesekali merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu.Setelah berbincang-bincang, tampaknya pak Samahudin mendapat giliran pertama mengarapku..Dia membuka pakaian dinasnya dan mulai menjilati leher dan mencumbu bibir mungilku..

Tangannya dengan kasar menarik-narik putingku, dan merajahi dadaku dengan kasar…Dengan kasar dia menarik putingku, tampaknya dia ingin melihatku menjerit-jerit kesakitan…

“Aaaahh..Aduh pak ampun pak..Maafin saya..Pak adududuh…” Aku menjerit dengan air mata yang sudah meleleleh di pipiku..”tadi segitu galaknya non” jawab pak Samahudin singkat..Tanpa ampun dia terus mengerjaiku…Bosan dengan dadaku, dia mulai menjarah bagian bawah tubuhku, sungguh aku sangat ketakutan, tak dapat kubayangkan apa yang akan dia lakukan..

Setelah melepas celana jeans-ku, Pak Samahudin mulai menjilati kemaluan-ku yang masih terbungkus oleh, celana dalam merah-ku…Sesekali dia mengorek-nya..Perasaan itu sungguh menjijikan namun memberikan rasa nyaman bagi-ku..Tak lama bermain dengan kemaluan-ku yang masih terbungkus celana dalam itu, Tampak-nya dia tak sabar untuk melumat kemaluanku, dia menarik lepas celana dalam-ku yang sudah basah oleh air liur, dan mungkin sedikit cairan Vagina-ku…

“Gila si enon, Putih amat, Bulunya sexy lagi…” Kata pak Dahlan yang diikuti oleh pak Samahudinyang masih terdiam menyaksikan kemaluanku, Oh tidak aku baru ingat kemarin baru saja aku mencukur bulu kemaluanku melintang keatas…Sungguh aku hanya coba-coba karena menyaksikan film porno yang kupinjam dari teman-ku…

” Biar bayaran-nya naik ya Non??” Ejek pak Samahudin yang tadi terdiam sejenak…Berengsek pikirku, memang dia pikir gue cewe apaan???

Dengan menahan malu, aku pun kembali berusaha melepaskan diri namun Pak Dahlan memegang bahuku, dan menekannya keras ke lantai,…Dia yang kini telah melepas pakaian dinaskerjanya itu, sehingga tampak perut buncitnya yang hitam…Dia mulai menciumi tengkuk-ku, sambil sesekali melumat bibir-mu, perlakuan-nya itu bukan berarti Pak Samahudin menghentikan aksinya..Dia kini sudah meraba-raba Vaginaku, sambil sesekali memainkan dan memncet Cliktorisku…

“Aaaah, Pak, jangan pak,…” Sebenarnya perasaan itu sungguh nyaman namun aku harus menahan harga diriku juga…Dia kini mulai mengorek-ngorek Vagina-ku, tangannya yang kasar itu, menerobos Vaginaku yang masih sempit, Tampak dia mulai menjilati kemaluan-ku agar cukup basah, sehingga memperlancar jarinya untuk meluncur masuk,…

Setelah dirasa cukup basah, dia memasukan jari tengahnya, perlahan, namun membuat vaginaku nyeri, tentu saja Jari tanganya yang panjang itu tidak muat seluruhnya dalama kemaluan-ku,..Tampak-nya pak Samsul tidak puas dengan itu, dia terus berusaha mengorek masuk…

“Aduh pak, udah pak cuma muat segitu pak…Jangan dipaksa lagi mmmmm” Ucapan-ku terhenti karena Pak Dahlan melumat bibirku, permainan lidahnya sangat kasar, namun mampu membuatku menikmatinya…Aku mulai membiarkan pak Samahudin mempermainkan vagina-ku, aku sudah terlanjur melayang oleh permainan Lidah Pak Dahlan…

Aku terhnti menikmati permainan Pak dahlan, karena pak Samahudin menusukan tangan-nya dengan kasar, dengan sekali tusuk dia menembus Vagina-ku, Aku pun berteriak sekuat-nya, sampai-sampai Pantatku terangkat dari Lantai, Namun bukan rasa kasihan yang kudapatkan, malah pak Samahudinberkata…”Tuh masuk kan Non,,Kata siapa ga muat, Yang disambut tawa pak Dahlan..

Kini pak Samahudin mulai memaju mundurkan jari-nya, beberapa saat kemudian

aku mulai terbiasa dengan ukuranya itu, dan mulai menikmatinya..”uhhh, pak pelan-pelan pak, sambil sesekali melayani lidah pak Dahlan,.. Birahi-ku mulai mendesak keluar, kemaluan-ku yang mulai basah menimbulkan sedikit bunyi Karinaa serbuan tangan pak Dahlan itu…

Tampaknya tubuhku mulai tak tahan menahan sensasi nikmat ini…Dengan nafas terburu, Aku mulai merasakan tubuhku mengeras..Ohh..Permainan kasar pak Dahlan dan Pak Samahudin membuat tubuhku mengejang sesaat, Tak tertahan lagi aku pun merasakan Organsme-ku yang pertama hari ini…

“Liat si enon, tadi jerit-jerit gak mau, sekarang enjoy juga..Hehehe” Tawa pak Samahudin sambil menarik keluar Jarinya dari vaginaku,..Kini aku hanya bisa melihat kesudut ruangan yang hampa,…

“Heh non jangan bengong aja…” Aku pun menengok, Tampak Pak dahlan dan Pak Samahudin yang sudah membuka seluruh pakaian-ny, kini mereka sama telanjang bulatnya denganku, Sambil berkacak pinggang pak Dahlan berkata..”Sepongin kita donk Non,..Model kaya non kan demen nyepong kan???”Yang disambut tawa pak Dahlan…

Kemaluan Pak Samahudin memang lebih kecil dari Pak Dahlan..Tapi tetap saja ukuran kemaluan mereka membuat mata ku terbelalak, Penis-penis hitam itu tampak kokoh berdiri ditempatnya…Dengan perasaan bergidik aku hanya bisa terjongkok menyender ke dinding..Mereka yang tak sabar menungguku mulai mendekatiku…

Pak Dahlan dengan kasarnya menarik rambutku, Dia menepak-nepakkan kemaluannya ke wajahku, Bau sekali, perlakuannya yang tidak wajar itu sungguh menakutkan bagiku,..Dengan terpaksa aku mulai meraik kemaluanya, dengan tanganku aku mulai mengosok-gosok kemaluanyya yang berukuran lebih besar dari kepalan tanganku,…Sungguh mengagetkan,, secara tiba-tiba pak Samahudin memasukan kemaluannya itu ke mulutku yang terbuka itu,…sambil gelagapan aku berusaha untuk menerima penisnya di mulutku,…”Isep non jangan di emut aja…”Perintah pak Samahudin dengan nada tinggi..Aku pun berusaha semampuku, karena mulutku tak mampu menerima seluruh kemaluannya..

Sambil bersimpuh dilututku, Kini aku mulai bisa mengendalikan keadaan sekarang,sambil sesekali menjilat dan memainkan bolanya, tampak Pak Samahudin merem melek dengan permainan-ku.. ” Sialan lu, gw yang minta duluan jadi lu yang disepongin, gmana sih,..” Protes pak Dahlan, “Udah lu cobain aja memeknya tuh, wangi banget..” Jawab pak Samsul, Pak Dahlan pun hanya mengiyakan temannya itu, dan merengangkan Lututku, aku sudah tak peduli lagi, terus terang ini adalah penis terkeras yang pernah kuoral, aku tak perduli lagi, walau penis ini bau dan milik orang yang tidak selevel denganku, namun nafsuku tak bisa berkata tidak…

Pak Dahlan, mulai mengesek-gesekan jarinya dimulut Vaginaku, dia tampak menikmati sekali reaksi wajahku, dari belakan sambil sesekali menjilati leherku, dia mulai memasukan perlahan-lahan, permainan-nya yang lembut mulai membuatku terbuai, berbeda dengan pak Samahudin yang kasar..Dia tampak sungguh gentle, mempermainkan-ku..

“Non, Jangan bengong aja donk, sepongin nich, Gimana sih,” seru Pak Samahudin yang tak sabar karena aku terhenti menghisap penisnya, Sambil menyodok-nyodokan penis hitamnya itu…

Permainan jari pak Dahlan membuatku sungguh melayang, tanpa disadarinya aku sudah berorgansme 2 kali,…Sungguh aku sangat malu mengakui-nya,,Betapa bitchynya diriku, menikmati diperlakukan seperti ini,..Vagina-ku yang sudah banjir itu, membuat pak Dahlan tak sabar lagi menggarap-ku…

Dia menundukan tubuhku secara tiba-tiba, yang membuatku, melepaskan hisapan penis pak Dahlan, dengan nafsu yang mengebu dia mulai mengesek-gesekan kemaluannya yang kokoh itu pada mulut vagina-ku…Sambil memejamkan mataku, aku berusaha menyiapkan otot-otot kemaluanku untuk menerima roket itu, sungguh aku tak tahu apa aku sanggup menampung penis itu,…

Menikmati Diperkosa Oleh Dua Penjaga Perpustakaan

Perlahan pak Dahlan, memasukan penisnya, walaupun bagian depan Vagina ku sudah becek, namun bagian dalamnya masih cukup seret, dan menimbulkan rasa perih yang menikmatkan…”Aduh pak, pelan-pelan pak, sakit,…”Pintaku padanya, 

“tenang aja Non, Ga nyangka sempit ma seret banget ya…”, jwabnya…

”Mank gitu memek Cina, Lan, enak kan, seponganya juga asoy banget, tar lu cobain dech..” Kembali Pak Samahudin yang tampak dendam padaku itu, mengejeku, Namun aku sudah terbuai oleh penis di Vaginaku itu…

Perlahan-lahan, akhirnya Dengan usaha yang cukup keras Penis Pak Dahlan sanggup aku tampung seluruhnya, Setelah sesaat merasakan denyut kemaluanku, dia mulai memaju mundurkan penisnya itu…”aaah, pak aaahh, pelan pak, pelan,..” Aku kembali berkata sambil mendesah, sungguh walaupun penis itu sudah masuk seluruhnya, namun vagina-ku masih belum bisa menerimanya,..ukuranya benar-benar menjadi masalah untuk Vaginaku.

Pak Samahudin yang tak sabar menunggu kini kembali meminta service oral dari-ku,..Dengan terpaksa aku yang sedang terbuai dengan permainan Pak Dahlan menyanggupinya…Belum sempat aku memasukan penis pak Samahudin dalam mulutku, tubuhku kembali mengelinjang,..aku tak mau menahanya,..Aku ingin merasakan kenikmatan dalam tiap organsme ku… Aku pun memasarahkan diriku menerimanya…

“aaaaaahhhh, pak berhenti sebentar pak…” Aku memohonnya, untuk mengistirahatkan sesaat Vaginaku, namun berbeda dengan biasanya, Pak Dahlan kini tak menuruti permintaanku, dia terus memompaku, makin lama, makin cepat,…Aku benar-benar kewalahan dibuatnya, belum lagi pak Samahudin yang tak sabar memasukan mulutnya ke mulutku, yang sedang mendesah..

Aku sudah tak perduli lagi, dengan penuh nafsu aku mengoral penis itu, Sungguh nafsuku tak tertahankan kini,…

Tubuhku mulai tak kuasa menerima ini semua, Orgasme demi orgasme menderaku, belum lagi aku dikejutkan dengan sperma Pak Samahudin yang meledak di mulutku, “Telen non telen kalo ga saya gampar!!!” Perintahnya, sperma kental itu sungguh sulit kutelan namun rasa takut dan nafsu membuatku menelanya, Sialnya sperma itu sungguh banyak, dengan terpaksa aku menelanya, setelah selesai dia memintaku untuk menjilati penisnya yang sudah agak loyo itu sampai bersih,…

Beberapa menit kemudian giliran Pak Dahlan yang meledak, untung dia menarik penisnya, sehingga tidak meledak di dalam, dia meledak di punggungku, Setelah itu dia kembali memintaku menjilati penisnya seperti yang kulakukan pada pak Samsul,…

Belum sempat aku beristirahat, kini giliran pak Dahlan menjajal Vaginaku, dengan sekali tusuk kasar dia mengamblaskan Penisnya yang sudah kembali menegang itu ke vaginaku,…Permainanya yang kasar, berbeda dengan pak Dahlan, namun memberikan rasa nikmat yang tidak kalh, Penisnya tidak sebesar pak Dahlan, namun dia tahu bagaimana menggunakanya dengan tepat, aku benar-benar kagum dibuatnya, sambil terus mengenjotku, dia tidak pernah absen memainkan putingku dan clitorisku, menamabah rasa nikmat yang kurasakan…

Belum sampai 10 menit aku kembali organsme dibuatnya, Kini pak Dahlan yang tadi istirahat kembali mengerjaiku, dia memintaku untuk mengoralnya, aku yang sudah tenggelam dalam birahi ini hanya menganggup sambil melumat penisnya tanpa diminta,…

Kenikmatan yang kurasakan membuatku tak tahu lagi sudah berapa kali orgasme, aku terus mengerakan mulutku dan pinggulku, aku benar-benar tenggelam dalam birahi ini, desahanku memenuhi perpustakaan kosong ini…

Setengah jam berlalu, tubuhku mulai kelelahan menerima pelajaran dari mereka, tidak ada sedikitpun tanda-tanda mereka akan meledak,dari mana mereka mendapat stamina ini di usia setengah bayanya… aku hanya bisa mendesah dibuatnya…Ini semua terasa lebih buatku,…

Dengan satu sentakan kuat, tiba-tiba pak Samahudin meledak didalam kemaluanku, Untuk kesekian kalinya aku dibuatnya Orgasme,..sial bagaiamana kalau aku hamil, aku mulai menghitung-hitung, untung ini bukan jadwal suburku…Aku bisa merasakan sperma pak Samahudin meluncur disela-sela penisnya, dan keluar dari kemaluanku

Belum sempat aku berlega hati, giliran pak Dahlan yang meledak,..aku kembali dipaksa untuk menghisap seluruh sperma yang meledak itu…Untung tidak terlalu banyak, setelah itu untuk beberapa saat kami beristirahat, tubuhku kelelahan, vagina-ku sudah sangat ngilu,..

Setelah beberapa saat beristirahat mereka mulai mengenakan bajunya lagi,…”Makasih ya non puas banget nih kita,…Lain kali boleh nich diterusin,…”Ejek pak Samsul,..

”Iya Non, tadinya pengen nyobain Pantat non, Tapi Haram, hehehe” Sambung Pak dahlan,..

”Sialan lu, Mang gue apaan!!!” hardik ku kasar, namun tak dapat dipungkiri aku-pun merasakan kenikmatan yang Ingin terus kuulangi, tapi tidak saat ini, Aku benar-benar tidak sanggup lagi sekarang…

“Ah tadi ampe kelojotan gitu…, Dasar perek” Bentak pak Samahudin sambil berlalu meninggalkan-ku, tergolek di lantai dingin ini, kupingku merah dibuatnya, namun harus kuakui, aku menikmatinya walau itu memalukan,…

Cerita sex : Majikanku Yang Hyper Sex

Setelah beristirahat sejenak, aku membereskan barangku, mengenakan kembali pakaianku, untuk pakaianku tidak terkena sperma mereka…Aku pun meninggalkan perpustakaan itu…Sambil memikirkan Judul Skripsiku yang lain…

#Menikmati #Diperkosa #Oleh #Dua #Penjaga #Perpustakaan

Menikmati Masturbasi Di Kamar Mandi Waktu Di Rumah Terbaru Malam Ini

Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, apa lagi semalam aku tidur hampir dini hari karena asyik membuka mail box dan membalas email-email yang masuk. Pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana.

Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri. Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku.

Aku bermaksud buang hajat (Maaf! Aku berusaha menyampaikan apa yang kualami dengan apa adanya) sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku. Kulepas kembali singlet yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku.

Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini. Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja.

Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku, sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai. Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi.

Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini (Bukan GR lho! Karena memang demikianlah diriku).

Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan.

Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapi dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus.

Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku, mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku.

Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku. Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku.

Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu.

Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di BF, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub.

Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku. Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar.

Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya. Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula.

Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku. Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras. Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi.

Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku. Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya.

Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar, demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT. “Sebentar ya Pak”, seruku.

Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar. Sambil kusodorkan uang, kuterima bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku. Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi.

Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama, dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku.

Cerita sex : Pembantu Baru Yang Masih Imut-Imut Dan Kepolosannya

Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi.

#Menikmati #Masturbasi #Kamar #Mandi #Waktu #Rumah

Menikmati Orgasme Dengan Pembantu Yang Polos Terbaru Malam Ini

Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun. Isteriku bekerja sebagai Direktur di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali.

Kami memiliki seorang pembantu, Jelica namanya, berumur kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung dari desanya di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 155 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya juga tidak besar.

Cerita ini berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Jelica sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.

Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.

Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku.

“Jel harus gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”
“Ya, Pak nanti saya urut, tapi Jel bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Jel urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Jel menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk.

“Pak, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.
“Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku.

Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.

“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.
Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.

Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.

Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali. “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya, “Jel nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.

Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.

Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Jel yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya, “Jel kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”

“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Jel malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.

“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi.

Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu.

Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.

“Gimana Jel, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.

Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”.

Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Jel.

Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya.

Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang,

“Pak.. Pak terus.. Pak.. Jel.. Jelll..Jel.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Jel.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas.

“Jel aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.
“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.

Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Jel bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Jel.

Cerita sex : Merawanin Dua Gadis Cantik Yang Masih Daun Muda

Saat ini Jel masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.

#Menikmati #Orgasme #Dengan #Pembantu #Yang #Polos

Menikmati Pepek Jane Cewek Cantik Teman Sekelas Terbaru Malam Ini

Peristiwa ini terjadi saat aku duduk di bangku SMP, dimana dikelasku ada salah satu cewek yang bernama Jane memang dia terkenal sebagai cewek genit, dari wajah pun biasa biasa saja tidak ada istimewanya mungkin karena dia supel dan gampangan bergaul maka dari itu banyak teman teman cowok yang dekat dengan dia dan menjadi rebutan para cowok termasuk aku.

Diantara sekian banyak cowok ada satu yang paling gatal dekat2 ma Jane, namanya Fidro. Setiap kali aku melihat Fidro mendekati Jane maka tangannya gk jauh2 dari meraba pantat atau toked Jane.

Pernah suatu ketika saat pelajaran Kesenian, Jane yang duduk sendirian karena teman satu mejanya tidak datang pindah tempat duduk ke tempat Fidro yang memang duduk sendirian dibarisan paling belakang sudut, bersebelahan dengan mejaku.

Mulanya aku gk terlalu pedulian, paling juga si Fidro ngucek2 payudaranya si Jane. Tapi saat aku ngelirik, aku kaget setengah mati. Kontol si Fidro udah keluar dari celananya dan sedang dikocok2 ma Jane! Fidro menyeringai bangga melihat ke arahku. Sementara Jane hanya tersenyum2 genit aja melihat aku yang terpelongo.

Sambil menikmati kocokan Jane tangan kiri Fidro asik meremas2 payudara kanan Jane, untuk menutupi pandangan guru dari depan Fidro sengaja menaruh buku bacaan kesenian di depan Jane dengan cara di dirikan jadi seolah2 mereka berdua sedang membaca buku itu.

Beberapa menit kemudian kulihat peju Fidro menyembur keluar, Jane kemudian mengelap tangannya yg belepotan peju Fidro ke celana Fidro. Meilhat itu aku juga jadi kepingin. Aku segera memberi kode sama Fidro untuk gantian, kamipun berganti posisi.

“Aku juga donk..” pintaku setelah duduk di sampingnya,

“Paan?” tanyanya pura2 gk tau. “Kocokin kontol aku” ujarku, Jane mencibir kearahku, “Gak mau” tolaknya. Bangsatnya ni pikirku, gk tau orang dah konak juga. Sementara di meja sebelahku, si Fidro cekikikan melihatku, teman semejaku juga ngintip2 sambil tersenyum2 mupeng. Pasti mintak bagian juga tuh.

Karena udah gk tahan menahan birahi, sambil melihat kedepan pelan2 aku menurunkan resleting celanaku, tapi susah juga ngeluarin si kontol yang udah jegang dari tadi dalam posisi duduk gini. Ku longgarkan sedikit ikat pinggangku dan ku lepaskan kait kancing celanaku baru kurogoh kontolku mengeluarkannya, begitu kontolku keluar dari celana langsung keraih tangan kanan Jane, ku arahkan ke batang kontolku.

“kocokla cepat..” bisikku, tangan Jane yang lembut dan halus kemudian memegang batang kontolku dan mulai mengocok2nya membuat aku tertunduk keenakan.

“enak ya..?” bisik Jane, “anjeng, enak kali” balasku berbisik. Berkali2 aku mengeluarkan nafas keras saat kulit tangan Jane yang lembut menggesek2 kepala kontolku.

Sesekali aku melirik ke arah Fidro dan temanku yg tertawa2 kecil melihat aku lagi dikocokin ma Jane, teman semejaku berkali2 memberi kode mintak giliran yang dibalas dengan Jane leletan lidahnya. Asli mupeng dia, terlebih lagi saat aku dengan sengaja meremas2 payudara Jane sambil melirik mengejek ke temanku itu.

Beberapa menit kemudian pejuku akhirnya muncrat keluar disertai rasa nikmat tiada tara, sebisa mungkin aku menahan untuk tidak mengerang. Kututupi wajahku dengan kedua tanganku menahankan rasa nikmat di kontolku.

Jane mengangkat tangannya menunjukkan jari2 tangannya yang belepotan pejuku, wajahnya menunjukkan ekspresi jijik. Kemudian seperti tadi dia mengelapkan tangannya ke celanaku.

Karena merasa masih ada bau2 pejunya, Jane permisi ke wc. Gk lama teman sebangkuku ikut permisi keluar. Aku kembali pindah ke mejaku sementara Fidro duduk di bangku sebelahku.

Tapi ko lama kali ya..?? “jangan2 mereka maen di wc” terka Fidro. Aku manggut2 mengiyakan. Ampe pergantian jam pelajaran (kira2 15 menit lebih) baru mereka kembali, ku lihat teman aku itu tersenyum bahagia. Sementara Jane kembali ke bangkunya, bukan di tempat Fidro lagi.

Langsung kucecar teman ku dengan pertanyaan2, ngapain aja kalian? Temanku cerita begitu dikamar mandi, dia langsung meluk Jane. Sambil berciuman temanku meremas2 payudara Jane lalu dia meminta Jane untuk menghisap kontolnya, Jane ok-ok aja menghisap kontol temanku itu, lagi pula biasanya kamar mandi pas jam pelajaran masih berlangsung memang tergolong sepi kuadrat.

Eh pas lagi asik2an begitu tiba2 masuk cowok dari kelas sebelah, udah bisa ketebak cowok itupun mintak bagian. Terpaksa Jane ngelayani dua kontol sekaligus. Sepikan bukan berarti gk ada yang datang, beberapa menit kemudian datang dua orang cowok, anak kelas 2. melihat Jane yang lagi jongkok sambil ngisapin kontol kami, mereka pun dengan sabar ngantri mintak disepong juga.

Setelah semua ngecrot baru Jane dan teman aku itu kembali ke kelas. Aku jadi geleng2 mendengar cerita teman aku itu, jontor deh tuh bibir nyepong 4 batang sekaligus…

Lain waktu ada lagi cerita saat aku, Fidro dan Jane tergabung dalam satu tugas kelompok yg diberikan oleh guru bahasa inggris kami. Selain kami bertiga ada empat orang lagi, dua perempuan dua laki2. Jadi totalnya kami bertujuh. Kami memutuskan mengerjakan tugas kelompok tersebut pada hari minggu di rumah Jane.

Jadi begitulah pada hari minggu yang dijanjikan kami berkumpul di rumah Jane, kami mengerjakan tugas itu di ruang tamunya. Mulanya sih biasa2 aja, selain karena ada cewek lain juga karena orang tua Jane masih berada di rumah.

Suasana mulai berubah saat orang tua Jane keluar untuk menghadiri suatu pesta pernikahan, tangan Fidro mulai gatal meraba2 tubuh Jane membuat Jane sibuk menepis tangan jahil Fidro. Jadinya malah gk mengerjakan tugas kelompok lagi tapi mule cerita2 jorok yang membangkitkan gairah.

“Udah pernah liat kontol gk?” tanya Fidro ma Mary salah satu teman cewek dalam kelompok kami. Nih anak emang gk ada otaknya. Mary yang mendengar pertanyaan Fidro jadi merah padam mukanya, mulutnya langsung melancarkan cacian sama Fidro membuat kami tertawa2.

“gitu aja marah, Sil, Jane aja tenang2 aja klo liat kontol, ya kan Si” Nico ikut2 nimbrung sambil ngelirik genit sama Jane, Jane hanya mencibir menanggapi godaan Nico.

“ngomong2 kontol kelen, macam yg besar aja kontol kelen” Desy kali ini yang angkat bicara, nih anak mang rada berani dibandingin Mary.

“eh, mo liat ko kontol aku…?” tanyak Fidro semangat sambil berdiri memamerkan celananya yang menggembung di bagian selangkangan. Tingkahnya membuat para cewek2 itu terpekik2 sambil cekikikan, Jane yang tepat berada di samping Fidro tiba2 meninju selangkangan Fidro membuat dia terpekik kesakitan yang disambut gelak tawa kami semua.

Gk sadar udah hampir tiga jam juga kami di rumah Jane, akhirnya kami memutuskan melanjutkan lagi pengerjaan tugas kelompok itu Senin besok. Desy dan Mary pulang dengan diantar Nico dan Boy sementara aku dan Fidro tetap tinggal.

Aku sudah menebak apa yang ada dalam pikiran Fidro, begitu mereka berempat meninggalkan rumah Jane, Fidro langsung melancarkan serangan2nnya.

Entah siapa yang bernafsu duluan keduanya udah bergumul saling peluk dan cium mengabaikan aku yang terbengong2 melihat aktivitas mereka berdua. Dengan ganas tangan Fidro meremas2 payudara Jane sementara tangan Jane meraba2 selangkangan Fidro.

Gk mau ketinggalan aku langsung duduk disamping kiri Jane dan ikut2an meremas2 payudara kirinya. Jane melepaskan ciumannya dari Fidro gantian menciumi bibirku yang kubalas dengan penuh nafsu. Aku menggeliat nikmat saat jari2 Jane meremas selangkanganku sementara disamping kanan Jane Fidro memelorotkan celananya sekaligus celana dalamnya hingga kontolnya yang tegang terlihat menjulang.

Fidro segera meraih tangan Jane dan mengarahkannya ke kontolnya, Jane melepaskan ciumannya dariku dan melihat ke arah kontol Fidro kemudian mulai mengocok2nya membuat tubuh Fidro jadi kejang2. Aku ikut2an melepasi celanaku hingga kontolku dengan leluasa tegak dengan gagah.

Aku berdiri disamping Jane sambil meraih kepala Jane dan menariknya ke arah kontolku, mengerti kemauanku Jane langsung membuka mulutnya lebar2 membiarkan batang kontolku masuk ke dalam mulutnya, begitu kontolku masuk langsung dia menghisapnya membuat aku mendesis keenakan.

“kontol! Kau pulak yang duluan di sepong!” maki Fidro, “salah sendiri lah” jawabku penuh kemenangan. Kugerakkan pinggulku seolah2 sedang mengentoti mulut Jane sambil mendesah2 keras memanas2i Fidro sementara Jane makin aktip menghisap2 kontolku.

Panas melihat aku yang disepong Jane, tangan Fidro kelayapan menaikkan rok terusan Jane ke atas hingga pahanya yang mulus terbuka sampai terlihat pangkal paha Jane yang terbalut celana dalam warna pink.

Fidro menggesek2kan telunjuknya ke selangkangan Jane membuat Jane mengeluarkan suara2 mengeram sambil terus menghisap2 kontolku. Celana dalamnya terlihat basah oleh rembesan cairan vaginanya.

“Si buka sempak kau, si Toni mau liat pepek kau” kata Fidro sambil tangannya berusaha memelorotkan celana dalam Jane, Jane agak menaikkan pantatnya agar celana dalamnya dengan mudah dapat dipeloroti Fidro ke bawah.

Mataku tak lepas memandang pepek Jane yang ditumbuhi bulu2 halus, begitu pepek Jane terbuka jari2 Fidro langsung bermain di celah pepek Jane membuat Jane mendengus2 merasakan kenikmatan.

Tubuhnya menggeliat2 merasakan gesekan2 jari Fidro di celah pepeknya.

Tanpa sadar aku makin dalam menyodokkan kontolku di dalam mulut Jane, berkali2 Jane mengeluarkan suara tersedak dan berusaha melepaskan kontolku dari dalam mulutnya tapi karena aku telah dikuasai nafsu birahi malah makin kasar menggoyang2kan pinggulku mengentoti mulut Jane sambil tanganku memegang kepala Jane menghindari dia melepaskan kontolku.

Jane udah gk lagi menghisap kontolku hanya membiarkan saja kontolku memenuhi rongga mulutnya bergerak leluasa.

“ayo Ton terus” ujar Fidro sambil memberi semangat sambil tangannya juga dengan cepat menggesek2 pepek Jane membuat Jane makin keras mengerang2.

“aku mo keluaaarrrr…” jeritku, dengan susah payah Jane menjauhkan kepalanya dari kontolku, tepat saat dia berhasil mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya, maniku muncrat keluar dengan perasaan nikmat tiada tara.

Jane memekik kecil saat maniku menyembur ke wajahnya, aku dengan sengaja mengarahkan ujung kontolku ke wajahnya hingga maniku muncrat di wajah Jane. Maniku yang kental dan berwarna putih itu menempel disekitar wajah Jane.

“Toni jahat, maninya ditembakkan ke muka Jane” rungut Jane manja, dengan perasaan lelah aku duduk disamping Jane melihat dengan takjub maniku meleleh di sekitar wajah Jane sebagian menetes ke baju kaosnya.

“memang ni, gk usah kasih lagi Si” Fidro ngompor2in, pasti udah mupeng dia. “dah buka aja Si bajunya, udah kenak mani si Toni gitu” ujar Fidro, “alah pengen aja bilang” cibir Jane tapi dia mau juga membuka bajunya.

Kini udah benar2 bugil , kontolku yang semula layu mulai bangkit kembali melihat tubuh telanjang Jane, “kelen juga la buka baju masak aku aja” ujar Jane, tanpa diminta dua kali Fidro segera menanggalkan pakaiannya diikuti oleh aku.

Kini kami bertiga udah bugi, aku dan Fidro segera mencaplok masing2 payudara Jane yang cukup besar itu membuat Jane tertawa geli menerima rangsangan dari kami. Ini pertama kalinya aku menghisap pentil perempuan.

Fidro kemudian merebahkan tubuh Jane di sofa dengan kepalanya berbantalkan pahaku hingga wajahnya tepat di depan kontolku yang mulai tegak lagi. Aku terbengong2 melihat Fidro mengambil posisi di tengah2 pangkal paha Jane, kontolnya yang tegang tepat berada di celah pepek Jane.

“ko mo ngentoti dia??” tanyaku terheran2, “memang kenapa?” tanya Fidro, sementara Jane memandangku dengan ekspresi heran, “nanti dia gk perawan lagi” ujarku lugu. Mereka berdua tertawa geli mendengar ucapanku.

“Toni tenang aja, nantik abis Fidro, Toni boleh ngentoti Jane” ujar Jane sambil menggesek2kan pipinya di batang kontolku. Sementara Fidro kembali melanjutkan maksudnya mengentoti Jane.

Terdengar pekik Jane saat batang kontol Fidro menerobos masuk kedalam pepeknya, entah karena udah dari tadi nahan nafsunya, Fidro dengan cepat menjurus kasar menyodok2kan batang kontolnya di dalam pepek Jane membuat Jane makin memekik2 menahankan serangan2 Fidro.

“enak kali pepek kauuu siii….”ceracau Fidro meningkahi pekikan Jane, sementara aku hanya bisa diam aja menonton mereka berdua ngentot dengan liarnya. Kontolku sekarang udah benar2 ngaceng lagi.
Tubuh Jane terguncang2 seiring hunjaman kontol Fidro di dalam pepeknya, teteknya yang bulat ikut bergoyang2 membuatku jadi gemas meremas2nya.

“Ahhh…..uunnnngghhhh…. pelaaaaaannnn… pelaaaaannnn diiiiiiiiii….”pekik Jane, tapi Fidro nggak merubah tempo genjotannya malah makin cepat menggoyang2kan tubuhnya. Tubuh mereka berdua mulai dibanjiri oleh keringat.

“ungh…ungh…”dengus Fidro, yang dibalas dengan pekikkan terputus2 Jane. Entah berapa lama tiba2 Fidro mencabut kontolnya dari dalam pepek Jane dan mengocok2kan batang kontolnya di depan perut Jane. Gk berapa lama kontolnya memuntahkan mani yang cukup banyak. Maninya muncrat diperut bahkan sampai ke payudara Jane.

“aduh enak kali..” desis Fidro, sementara Jane memejamkan matanya dengan dadanya yang turun naik seolah2 baru saja berlari jauh. Tubuhnya yang mungil terlihat mengkilat oleh keringatnya.
Begitu Fidro bangkit dari tubuh Jane, aku segera menggantikan posisinya. Dengan tidak sabar menusukkan batang kontolku ke celah pepek Jane tanpa memperdulikan mani Fidro di tubuh Jane.

Tapi berkali2 kutusukkan ko gk masuk2 ya??? Ini memang pertama kalinya aku mengentot dengan perempuan. Sadar ketidak tahuanku, sambil memegang batang kontolku dia mengarahkan arah tusukanku, “dibawah sini” bisiknya masih dengan nafas yang tersengal2.

Lobang pepknya mengalirkan cairan lendir yang membuat permukaan pepeknya terasa licin. Aku terpejam nikmat merasakan pertama kali kontolku masuk ke lobang pepek perempuan, aku berusaha mengocokkan batang kontolku di pepeknya tapi berkali2 kontolku keluar lagi dari pepek Jane. Melihat itu Fidro jadi tertawa2, “jangan panjang2 ko nareknya bodoh” ujar Fidro.

“baru pertama ya Ton?” Jane ikut2an bersuara membuat jadi panas. Setelah agak lama akhirnya terbiasa juga aku menyodok2kan kontolku di dalam pepek Jane. Beda dengan Fidro dengan ku Jane hanya mengeluarkan suara mendesah2 kecil aja.

Walau tadi baru mengeluarkan tapi karena ini sensasi pertama ku mengentoti cewek, gk lama kurasakan maniku akan muncrat. Aku makin mempercepat goyanganku, berkali2 kontolku keluar dari pepek Jane tapi dengan cepat ku masukkan lagi dan ku kocok lagi.

“Ton klo mo nembak jangan di dalam” ujar Fidro mengingatkan, tubuh Jane sendiri terlihat makin kaku. Akhirnya dengan perasaan nikmat tiada tara kontolku untuk kedua kalinya mengeluarkan spermanya. Kalo ini di dalam pepek Jane, tubuh ku mengejang2 kaku mendapatkan orgasme kedua ku. Jane langsung terpekik kaget menyadari aku menembak di dalam vaginanya.

“wei kontol, jangan ko tembak didalamnya!” maki Fidro, tapi aku yang lagi dilanda kenikmatan gk peduli sama sekali. Aku makin menekankn dalam2 batang kontolku di dalam pepek Jane sementara tubuh Jane yang terhimpit tubuhku ikut mengejang. Kepalanya menggeleng2 kiri dan kanan, kurasakan daging otot pepek Jane mencengkram erat batang kontolku.

Ku rasa pepek Jane makin penuh dan sempit, oleh maniku, lendirnya juga karena kontraksi otot pepeknya.

Cerita sex : Cerita Dewasa Ngentot Janda Muda Yang Kaya Raya

Lima menit kemudian kami uda berpakaian kembali, sementara Jane ke kamar mandi. Baru kemudian kami berpamitan pulang. Selama sebulan aku cemas2 Jane akan hamil, apalagi tiap hari Fidro menakut2iku kalo Jane hamil dan mintak pertanggung jawabanku. Tapi ternyata apa yg ku khawatirkan tidak benar2 terjadi.

#Menikmati #Pepek #Jane #Cewek #Cantik #Teman #Sekelas

Menikmati Tubuh Gadis Kampung Berdada Indah Terbaru Malam Ini

Dimana waktu itu ada kendala ban mobil yang aku kendarai bocor karena terurusuk paku saat mau ke luar kota, dan saat aku mau mengganti ban serepku ternyata kunci roda yang aku bawa tidak pas, sial banget hari itu dan aku berjalan kira 3 km untuk menghampiri rumah yang ada mobil angkotnya dan semoga mempunyai kunci yang pas dengan baut mobilku.

“Assalamu alaikum…..!” sapaku dengan wajah sedikit memelas didepan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota.
“Wa alaikum salam…”terdengar jawaban seorang wanita namun belum nampak batang hidung yang punya suara.
Mendengar suara itu kuberanikan diri sedikit melongo kedalam rumah itu. Opss… ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan sedang menyusui anaknya. Oh.. my God lumayan juga parasnya untuk wanita ukuran di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anaknya yang masih berusia balita.
“Maaf mbak, apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya ?” tanyaku sambil tak putus mataku memandang sebuah keindahan, seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu.
“Oh..sebentar pak saya Tanya dulu suami saya…!” Jawab wanita tadi sambil terburu-buru menutup dada indahnya yang mungkin Ia sadar jika betapa aku menikmatinya.
Singkat cerita kunci roda tersebut berhasil saya pinjam dan bergegas kugunakan untuk mengganti ban yang bocor dengan ban cadangan. Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih, kami sempat berbincang dan berkenalan.
“Maaf pak, Rencananya mau kemana?“ Tanya wanita itu.
“Oh saya mau ke kota X dalam rangka tugas kantor” Jawabku sekenanya.
“Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk menemui saudara yang katanya berdomisili disana, tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena kendaraan Angkotnya masih rusak” Kata wanita itu diamini oleh suaminya yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang-bincang.

Pucuk dicinta ulam pun tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa melewatkan kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anaknya, dengan alasan suaminya masih harus menyelesaikan perbaikan angkot yang masih rusak itu. Apalagi aku memang hanya sendiri di kendaraaanku.

Sepanjang perjalanan kami ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya dapat kuketahui nama wanita itu adalah Nana. Sampai kami tiba di kota tujuan.
“Mbak Nana rencana mau nginap dimana? kan hari sudah mulai gelap tentunya sulit mencari alamat saudaranya waktu begini” tanyaku.
“Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap di penginapan” Jawab Nana dengan sedikit kebingungan.
“Bagaimana jika kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, esok hari baru kita sama-sama mencari alamat saudara mbak itu!” Tawarku kepada Nana.
“Tapi mas apa tidak merepotkan ?”tanyanya dengan nada ragu tapi mau.
“Ya… enggak lah… .kan mbak Nana sudah menolong saya jadi tidak ada salahnyakan jika saya membalas pertolongan itu.” Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS…….. .
“Ya deh mas …. Saya ikut mas aja !” Jawabnya pasrah.
Setiba di penginapan ternyata kamar yang tersedia tersisa 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya dan tidak bisa di ganggu gugat lagi soalnya sudah di bayar Full.
“Aduh mbak kamarnya Cuma ada satu yang kosong, gimana nih” Tanpa menunggu jawaban langsung kujawab sendiri dengan sedikit memaksa
“Udahlah mbak…. Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa”.
“Tapi mas …” jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut dibelakangku menuju kamar sambil mengangkat tas Nana dan tasku sendiri.
Setelah masuk dalam kamar dan menyelesaikan segala urusan dengan room service yang mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak, dan Nana terduduk di sofa sambil memandangku bingung.
“Silahkan mandi dulu mbak, itu handuk bersih dan ini sabun cair dan shampoo saya yang bisa mbak pake, saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja, karena penginapan ini tidak menyiapkan makan malam yang sesuai dengan selera saya“.

Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Nana untuk digunakan dan Nana nurut aja apa yang ku sampaikan.
Setelah semuanya beres kami keluar penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita, khususnya Nana dapat kuperoleh cerita jika ia baru 3 tahun menikah dengan suaminya yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya
Namun dalam perjalanan Nana kahannya suaminya kurang memberi perhatian selayaknya suami kepada istrinya selain hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lainnya suaminya kurang mau tahu termasuk urusan mengunjungi saudaranya di kota ini.
Tibalah waktu kami kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai janjiku jika aku yang tidur di sofa sedangkan Nana di tempat Tidur. Maklum deh Nana masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal.

Nampak jelas bentuk tubuh khususnya payudara yang kutaksir berukuran 36 B, menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat dikeremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah menahan gejolak adikku yang dari tadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas.
Rupanya Nana melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, padahal bukan itu penyebabnya, sehingga akhirnya dia pun bersuara.

“Mas, Nggak bisa tidur ya? sudah mas disini saja, toh tempat tidur ini masih cukup luas“.Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab
”Ya deh. Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatankan?”.
“Nggak koq mas silahkan aja” jawabnya.
Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke empat tidur samping Nana. Ternyata Nana sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celana pendek yang memang tidak mengenakan celana dalam kebiasaanku jika tidur.
“Ihh… Mas… itu apa yang berdiri dibalik celana mas?” Lugu Nana bertanya.
“Ahh… mbak koq liat aja, ini kan gara-gara mbak juga“. Jawabku sekenanya sambil dalam hati berkata TUNGGU TANGGAL MAINNYA.
Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan Nana, dan tidak ada penolakan dari Nana yang membuatku semakin berani menarik tangannya dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra.
“Mas jangan panggil aku mbak ya… sebut aja Namaku” Tiba-tiba Nana bersuara,
”Oh ya….”jawabku.
“Maaf mas Nana koq merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami Nana yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas berikan ini” kata Nana lagi,
“Akupun begitu er…., awal melihatmu ingin rasanya aku memelukmu !” jawabku sedikit merayu.

Sambil memeluk dari belakang dan mencium bekang telinga selanjutnya leher bagian belakangnya, yang tanpa penolakan bahkan terlihat Nana begitu menikmati. Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus terutama sekitar puting yang nampak kian mengeras.
Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Nana selain desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan Nana sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal diantara dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air kenikmatan wanita yang sedang mendaki kearah puncak kenikmatan.

Tidak dinyana Nana membalikkan badannya melepaskan sarung kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali inilah terlihat dengan jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata menyimpan suatu kekuatan yang mampur memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya.

“Mas…!!!”. Sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Nana seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya.
”Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku…akhhh….akkhh !!”.
Nana semakin tidak dapat menguasai dirinya, apalagi saat kulumat habis puting tet3knya yang kian mengeras.
Berangsur turun ke puser perut dan kelubang kenikmatan.
“Okhh..okkhhhh…..mas….nikmat..akhhkk…”Tak kuasa Nana menahan erangannya.
Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat, diterangi cahaya lampu tidur yang temaram.
“Nana aku sudah nggak tahan lagi, pengen ngent0t memek kamu !”
Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut Nana yang dengan ganasnya melalap habis sampai ke pangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya.
Nana rupanya mengerti dengan kata-kataku, maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT menelungkup memasukkan batang kontolku ke lubang memeknya secara perlahan tapi pasti, naik turun tidak beraturan,
”Oh…. Mas nikkkkkmattttt…!!!” Nana mulai mengoceh kesetanan,
“Mas kont0lmu enak sekali……..” tambah Nana.
Akupun semakin keras memompa dan membanting tubuhnya ke kasur untuk merubah posisi dengan Doggy style, menggenjotnya dengan tetap meremas tet3k Nana,
”Mas aku cape……” keluh Nana.
Kubalikkan tubuhnya dengan posisi MOT sebagai posisi pamungkas karena kontolku sudah mulai terasa berdenyut keras,
”Ohkkhhh…..mas aku nggak tahan ….akh..!!!!” Nana mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan memeknya semakin memelintir batang kontolku,
“Oh….Nana tahan sebentar lagi aku juga mau keluar.” Pintaku kepada Nana seembari meninggikan RPM genjotan kontolku di memek Nana.
Dan tiba-tiba
”AKHH………!!!!” Teriak Nana bersamaan dengan itu akupun tak dapat lagi menahan semburan sperma kontolku kedalam memek Nana sambil tetap mengisap putting tet3k Nana yang kian mengeras.

Kita berdua tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi tadi yang jelas aku dan Nana sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap membiarkan tubuhku tengkurap di atas tubuh Nana dengan kont0l yang masih tertancap di memek Nana.
Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh bugil Nana si wanita desa dengan ceceran air memek Nana dan sperma kontolku yang membasahi tubuh dan sperei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 aku terbangun, dan mendapatkan Nana masih tertidur dengan ceceran sperma dan air memek yang mulai mongering di badan kita berdua dan sprei tempat tidur, kubangunkan Nana dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi.

“Mas… maafin Nana ya, koq Nana malah mengajak mas bercinta..” Kata Nana menyesal namun masih menyimpan hasrat terpendam.
”Nggak apa koq er… aku juga senang dengan apa yang telah kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja” kata ku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku.
”Akh….mas ini bikin malu aja..” sambil mencubit perutku.
”Jujur deh mas Nana baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul membuat Nana serasa terbang kea wan” sambung Nana.
Sambil mengelus kontolku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.
“Mas… boleh nggak Nana minta lagi..” Pinta Nana.
WHY NOT pikirku, tapi gengsi dong kalo aku langsung mengiyakan.
”Gimana ya…tapi aku sudah cape nih” jawabku untuk memancing pelayanan yang lebih ekstra tentunya,
”Trus gimana dong mas ?” Nana benar-benar sudah memelas.
“Nana mesti tau dong apa yang ku mau !” Jawabku sekali lagi.
Tanpa ba bi bu Nana langsung mengulum kontolku dengan ganasnya dan tanganku tidak melewatkan untuk mengobok-obok tet3k Nana yang mulai mengeras juga, rupanya tak puas kontolku diisep, ia menggigit halus putting susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.
“Nana kita pindah ke sofa aja yuk!”
sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gentian Nana yang ku mandiin kucing dari ujung kaki sampai kuduknya.
”Ahkk…Mas terus mas ….” erang Nana.
Nana benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak sehingga harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu.
“Masss.. cepat ent0t aku mas sudah tidak tahan nih…” suara lirih Nana memintaku agar menusuk kont0l ke memeknya.
Blassss……
”Akhhh…” lirih Nana sekali lagi.

Entah apa karena suasana malam itu yang semakin sepi atau memang setan sudah begitu dominant menguasai otak kami berdua, langsung aja dengan posisi Nana yang nungging di sofa ku benamkan batang kont0l ini yang juga sudah ingin mengakhiri permainan dashyat ini, kugenjot berulang-ulang kedalam lubang memek Nana dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua

”Ohhhh… Nana….”
Bersamaan dengan orgasmenya Nana, yang membuat lututku semakin tak kuasa menahan lemasnya dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa.
Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi harinya.
”Mas kapan kita bisa ketemu lagi ?” Tanya Nana.
”Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu Na..” jawabku.

Singkat cerita keesokan harinya aku mengantarkan Nana menemui alamat saudaranya dan sebelumnya mampir di took hp untuk membelikan Nana HP yang dapat aku gunakan bila ingin menemui Nana. Kisah ini berlanjut ditempat yang lain dan kesempatan yang lain, tentunya tanpa sepengetahuan suami Nana.
Sudah 2 minggu lebaran lewat, aku mulai disibukkan dengan kerjaan kantor yang mulai memadati hari-hariku, tak pandang bulu siang atau malam, bos seakan tidak mau tau dengan apa yang kurasakan.
Tanpa disadari hp ku sudah berbunyi sebanyak 3 kali tanpa pernah kujawab mengingat padatnya waktu yang mengejarku. Oh….ternyata ada telpon dari orang yang sudah lama tidak kutemui. Nana si wanita desa yang dulu penah kurengguk manis madunya.

“Hallo….!”
“Hei mas kemana aja tidak pernah menelponku ?” suara Nana menjawab diseberang sana,
“Oh ya maaf aku sangat sibuk apa khabarmu ..?” tanyaku lagi
”Aku baik-baik aja mas, kapan kita bisa ketemu aku kangen nih.. banyak yang ingin kuceritakan sama mas” Nana menjawab dengan nada memelas.
“Ok lah minggu depan saya ada waktu lowong, bisa nggak Nana dating ke kota ku ?” jawabku sambil memberikan pilihan.
”Oh tentu…. Aku sekarang sudah bebas karena suamiku sebulan yang lalu berangkat ke Arab Saudi menjadi TKI.” Jawab Nana menerangkan keberadaan Suaminya.

Waktu berlalu seminggu kemudian sesuai janji yang kusampaikan, Nana datang ke kotaku dengan menggunakan angkutan bus umum yang kujemput di Terminal batas kota. Dan dengan bahagianya ku sambut kedatangan Nana yang terlihat cukup lelah karena harus menempuh perjalanan dengan kendaraan yang kurang begitu nyaman bagiku, karena tidak dilengkapi dengan AC.

Segera kuantarkan Nana dengan perlengkapannya menuju ke sebuah penginapan sekelas hotel berbintang kelas 3 yang membuat takjub mata Nana yang tidak menyangka akan menerima sambutanku
Tentunya hal ini tidaklah menjadi suatu yang menyulitkan dibanding penghasilan dan fasilitas yang diberikan kepadaku sebagai salah satu tenaga fungsional di perusahaanku yang layak mendapat fasilitas yang memadai sesuai kontrak kerja yang ku tanda tangani awal bekerja di situ.
Aku mengerti Nana begitu lelah sehingga tidak sedikitpun aku mau menyentuhnya, biarlah Nana membersihkan badannya dan beristirahat, sementara aku kembali ke kantor merampungkan sisa pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sore itu sekitar pukul 16.30 waktu setempat aku menuju ke hotel tempat Nana ku inapkan, dengan tentunya tidak lupa sebelumnya mampir di butik terdekat, membelikan beberapa potong gaun dan Lingerie yang cocok dengan tubuh Nana
Karena kutahu apalah artinya seorang dari desa dengan penghasilah suaminya yang seadanya takkan mampu membelikan pakaian seperti yang kubelikan ini. Padahal aku ingin Nana tampak menarik saat kubawa menikmati kehidupan kota malam ini.

“Eh mas sudah datang, maaf aku baru mandi belum sempat berpakaian rapih” Nana menyambutku dengan balutan handuk yang nampak garis dan lekukan tubuhnya yang sangat jelas walau tertutup handuk.
Glek…. Kutahan nafasku untuk mengatur keseimbangan gerakan yang berada dalam celana dalam ku melihat tubuh Nana yang memang sudah cukup lama aku rindukan.
“Nana sini sebentar” Ujarku memanggil Nana yang akan beranjak kekamar mandi,
“Iya mas ada apa?” Nana bertanya sambil mendekat kearah ku.
Sehingga begitu dalam jarak capaianku kurengkuh Nana dan ku cium dengan penuh nafsu ke dua belah bibir yang merah merekah asli tanpa sapuan lipstick.
Ciumanku rupanya mendapat balasan yang tidak kalah ganasnya sambil terdengar erangan-erangan kecil saat bibirku menelusuri leher dan melumat habis dua gundukkan dengan ukuran 36 B yang belum tertutupi oleh BH atau apapun sehingga aku bebas seliar-liarnya memainkan peranan ini.
“Akh…Mas…akkuu….kangggennn…masss…..” terdengar lirih suara Nana merintih kenikmatan saat tubuhnya kutidurkan di tempat tidur hotel, sambil tetap lidahku mempermaikan pentil tet3k Nana secara bergantian, dan terus…menjalar sampai ke pusar di perut Nana..
”Akh…massss…..ennaakkkhhss….” lirih Nana yang menambah sembangatku untuk terus bertarung.
Menyadari tubuhnya sudah telanjang bulat tanpa satu pun benang yang melindungi, Nana berusaha bangkit mengambil alih posisi dengan membanting tubuhku ke bawah dan melucuti baju dan celanaku hingga tidak tersisa sedikitpun secarik kain untuk menutupi tubuhku.
Dan meraih batang kenikmatan yang sedari tadi sudah berdiri dengan tegak, selanjutnya memasukkan ke dalam mulut mungilnya yang dihiasi oleh bibir yang sexy dengan terus menyedot kelur masuk tanpa memberiku kesempatan untuk mengatakan jangan.
”Ohh….nikmat sekali Errrr….terus sayy..” ucapku meracau sebelum menyadari jika lubang vaginanya yang indah sudah dipertontonkan di mukaku, sehinggga tanpa membuang kesempatan kami melakukan posisi 69.
“Nana… aku rindu kamu….” ucapku sambil menikmati sepongan Nana di kontolku yang sudah mulai terasa ada kedut-kedutannya.
Aku menegakkan posisi tubuhku dari posisi 69 sementara Nana masih melumat habis kontolku hingga dasar batangnya, sehingga terasa gigitan bibir Nana di biji pelirku, akupun mengimbanginya dengan meremas kedua belah tet3k Nana yang sudah-sudah sangat keras menjulang karena dibaluti oleh nafsu yang memuncak.
Setelah beberapa saat kami merubah posisi ke posisi klasik (MOT), Nana dengan lembutnya membelai kontolku untuk dibimbing ke dalam lubang pep3knya secara perlahan-lahan,
”Akhhhhhssssss……..” Nana mengulangi meracau dengan lirih ssat batang kontolku mendesak ke dalam lubang memek Nana dengan sambil membelai wajah dan kepala Nana sedangkan kaki Nana mengapit dan menjepit tubuhku seakan tidak rela kontolku yang sudah menancap di lubang memek Nana lepas.
Akupun tidak pernah rela melepaskan kenikmatan ini dengan memberikan efek vibra keluar masuk kontolku secara cepat ke dalam memek Nana yang berakibat tersemburlah teriakan kecil dari mulut Nana
”Ohhh….massss..eennnaakkk!!!”
Beberapa menit kemudian dengan posisi yang tidak berubah terasa kontolku semakin kedut-kedutan,
”Oh.. Nana aku rasanya mau keluar”.
”Tahan dikit mas Nana mau keluar juga, kita sama-sama yah” jawab Nana memelas.
Tentunya mendapat sinyal seperti itu kuperkuat getaran vibrator alami ku yang terasa mulai kedut-kedutan.”Ohh…ohhh…ohhh…..mas…aku keluuaarrrrr….” Jerit Nana mengimbangi keluhan lirihku saat lahar panas telah menyembur dari pipanya
”Ohhhhh….”
Pertarungan selesai aku melihat jam menunjukan pukul 17.15, jadi kami ngent0t kurang lebih ¾ jam, kulihat Nana terkulai lemas di sisiku dengan percikkan air mani yang tersembur saat gerakan ngent0t kami yang tidak terkontrol.
“Er…mandi yuk, kitakan belum makan malam?” ajakku ke Nana yang terliat enggan membuka matanya setelah melepaskan rindu birahi yang ditahannya selama ini.
”I ya mas kita barengan aja” jawab Nana sambil menjulurkan tangannya minta ditunutun ke kamar mandi akibat lututnya yang masih lemas.

Malam itu kami menghabiskan waktu di sebuah café dengan pemandangan menghadap ke laut, sungguh indah panorama malam itu, apalagi Nana dengan balutan gaun malam yang kubelikan khusus untuk Nana, hilang sudah sosok Nana sebagai wanita dari desa, semuanya terpoles dengan balutan suasana kota.
Cukup panjang lebar Nana bercerita mulai dari kisah suaminya yang mulai tidak betah dengan kehidupannya sekarang sehingga ingin mengadu nasib menjadi supir di Negara Arab sana, hingga persoalan kehidupan perkawinannya yang mulai goyah akibat suaminya sudah mulai tergoda dengan gadis lain.
Menjelang tengah malam kami kembali ke hotel dimana aku dan Nana akan menginap menghabiskan segala kerinduan birahi yang telah lama kunanti.
Nana beranjak menaiki tempat tidur dengan Lingerie tipis sedang kan aku mengenakan kaos t shirt dan celana model hawai tanpa menggunakan CD. Sesaat kemudian Nana merapatkan tubuhnya di dekapanku dan kucium dengan mesra kening selanjutnya di saksikan keremangan malam dengan lampu kamar yang temaram kukecup bibirnya

Nanapun membalas dengan kecupan yang tak kalah mesranya. Entah siapa yang memulai kami berdua sudah saling melepaskan balutan kain yang menempel di badan hingga nampaklah dikeremangan lampu redup dua tubuh yang saling menyatukan diri seakan tak perisahkan.
Payudara Nana semakin mengeras dengan jilatan bibirku yang kian ganas yang mengalir dari payudara hingga ke bawah pusar dimana terdapat sebuah gua kenikmatan yang dirimbuni oleh padang rumput hitam yang mengeluarkan bau khas yang semakin membawaku untuk menyiraminya dengan jilatan-jilatan kenikmatan yang hanya Nanalah bisa menterjemahkan rasa itu, Sementara itu Nana tidak mau ketinggalan dalam permainan ini, dengan meremas-remas batang kontolku yang sedari tadi juga sudah berontak untuk tetap berdiri dengan angkuhnya.
“Mas….puaskan aku massss…” Nana meminta dengan lirih di telingaku.
”Tentu sayang…” akupun menjawabnya dengan terbata-bata akibat remasan dan kuluman Nana terhadap batang kontolku yang kian mengeras dan membesar tidak seperti biasanya.
“Ahkkkhhh…Uhhhkh…”Nana terus mengerang menikmati saat kontolku secara perlahan kumasukkan kedalam liang memeknya yang mulai licin oleh cairan kenikmatan yang keluar dari sumbernya.
Entah kami sudah menghabiskan berapa banyak waktu, karena saat itu yang ada hanyalah kenikmatan birahi yang berulang-ulang kami capai, sehingga pada akhirnya kami menghabiskan malam itu dengan tidur tanpa dibalut sehelai benangpun hingga kokok ayam jantan di pagi hari yang membangunkan kami berdua.

Keesokkan paginya……Walau ayam sudah berkokok dengan riuhnya rupanya mataku benar-benar sangat sulit untuk dibuka, hingga entah bagaimana kisah ini berulang dalam keadaan terlelap aku merasakan ada sesuatu yang meremas-remas batang penisku yang terasa sangat nikmat, entah lagi bermimpi atau tidak yang jelas begitu aku tersadar aku melihat Nana dengan penuh nafsu meremas-remas batang kontolku yang nampak mulai menegakkan keberaniannya dengan menggesek-gesekkan bibir vaginanya ke pahaku yang penuh ditumbuhi bulu seraya mendesis.
”akhss….!!!”.
Tersadarku saat itu jika Nana sudah ingin memulai lagi permainan ini,
”Kenapa sayang ?” Tanyaku kepada Nana pura-pura bingung.
”Oh.. mas Nana pengen lagi…” Pintanya lirih.
Tanpa menunggu jawaban dari ku Nana langsung menjilati seekujur tubuhku khususnya di daerah sekitar perut hingga Pelirku yang mulai kedut-kedutan akibat rangsangan yang dilakukan Nana.
”Sabar sayang…akupun tidak akan melewatkan kenikmatan ini” Kataku dengan nafas yang memburu.
Aroma bau sperma dan cairan memek Nana yang belum sempat di bersihkan hasil pertarungan tadi malam begitu membaur menambah rangsangan yang mengasyikkan bagi kita berdua.
Dan disaat Nana mulai melahap habis batang kontolku kedalam mulut mungilnya, kuraih selangkangan Nana yang terbuka dan tentunya mulutku menjilati dengan sedikit menggigit halus kelentit Nana sehingga membuat Nana begitu menikmatinya.
”Ups..ups..” Suara erangan Nana yang tertahan akibat masih mengulum batang kontolku yang sudah kembali menunjukkan keaslian bentuknya.
”Oh…Nana nikmatttttt….” Kataku lirih .
Tubuh Nana kubalikkan ke posisi Misionary dengan mengganjal bongkahan pantat Nana dengan bantal dan kumasukkan Batang kontolku ke dalam liang kenikmatan dengan nakalnya ku goyang-goyangkan yang menimbulkan suara Cepak…cepok…cepak..cepok…
”Ohkksssss….massss…nikmat…..!” sekali lagi Nana menjerit nikmat ketika aku menggoyangkan batang kemaluanku seakan mengebor dengan RPM yang tinggi.
Setelah berjalan beberapa puluh menit, aku membisikkan kata ke telinga Nana.
”Say …. Kamu pindah ke atas….” Tanpa menjawab Nana menuruti kemauanku, dan dengan posisi tegak dengan wajah menutup mata menghadap ke langit-langit kamar, Nana menggoyangkan pantatnya dengan sekali-kali memutar bongkahan pantat indahnya yang menyebabkan kedua payudara indah itu bergerak naik turun mengikuti langkah irama gerakan WOT Nana yang diiringi suara erangan seperti seekor Srigala yang melolong saat bulan Purnama.
“Mas..aduh… aaksss..kuuu…mau keluarrr….” Nana melolong.
”Tahan sayang ….. akupun terasa mau keluar jugahhhh…” Jawabku memohon untuk keluar bersama-sama.
“Akhhhh…sayangggggg…sudah nggak tahannnn..” Nana menjerit dan disaat bersamaan pula aku mengeluarkan semburan lava dingin dari sumbernya.
”Ohhh….yessssssss….!!!!!”

Bagai mahluk yang sudah tidak bernyawa kami berdua ambruk di tempat tidur hotel akibat kehabisan tenaga setelah pertarungan yang maha dahsyat di pagi hari ini.Namun hal itu tidak berlangsung lama karena selang beberapa menit dengan saling memapah kami berdua berdiri menuju kamar mandi dan berendam di Bathub dengan kucuran air hangat, untuk selanjutnya berkemas berpakaian dan menuju restoran hotel untuk sarapan pagi.
Hari ini merupakan sisa waktu yang akan kami habiskan sebelum Nana kembali ke Desanya setelah mendapat khabar bahwa sang suami akan kembali ke kampung halamannya akibat ada permasalahan di tempat kerjanya di Saudi Arabia sehingga ia harus kembali lebih cepat dari waktu yang direncanakan.
Tiga bulan berikutnya….

Cerita sex : Ngentot Dengan Atasan Yang Sexy Dan Hyper Sex

Nana mengabarkan bahwa Ia sudah telat menstruasinya yang tentunya adalah hasil pertarungan nafsu birahi kami berdua. Untung deh Suami Nana juga sudah kembali sehingga tidak ada kecurigaan jika janin yang dikandung Nana adalah hasil sebuah peselingkuhanku dengan Nana yang indah. Entah akankah terulang lagi hanya kami berdua yang tahu.

#Menikmati #Tubuh #Gadis #Kampung #Berdada #Indah

Menikmati Keindahan Tubuh Mulus Yang Telanjang Di Sampingku Terbaru Malam Ini


Aku merasa hawa dingin menerpa tubuhku. Aku buka mata, waktu sekitar jam 3 pagi, aku udah tidur selama 4 jam. Tubuh bugilku masih terbaring diranjang. Aku tengok Bu Yuli, tubuhnya yang mulus telanjang bulat juga masih tergeletak disampingku. Udah enggak berpelukan lagi seperti waktu mau tidur.

Aku mau cium dia, tapi enggak jadi, aku punya pikiran lain. Aku bangun pelan-pelan, aku berdiri disamping ranjang dekat Bu Yuli. Aku amati tubuh molek Bu Yuli, rambut ikal, hidung mancung, bibir merah merekah, leher jenjang, buah dada indah sekali besar dan kencang, pentilnya kemerahan mendongak, perut tipis, pinggul serasi, pantat bulat padat, kaki panjang dengan paha mulus indah.

gembulan daging cembung diatas selangkangan itu bukan main menantangnya, garis merah membelah, rambut tipis menghias, itilnya merah sebesar biji kacang tanah bukan berlebihan tapi kemaluan Bu Yuli masih seperti tempik anak umur 16 tahunan yang aku pernah tembus beberapa kali.

Nafas Bu Yuli teratur, posisi tangan diatas kepalanya dan pahanya terbuka lebar mengundang aku untuk menyetubuhinya. Darahku tersirap tapi aku masih mau memberikan kepuasan mataku untuk menikmati pemandangan langka ini.

Pelan aku keluar mengambil rokok, menyalakan dan menghirupnya kembali mendekati Bu Yuli yang masih tergolek menantang. Lima menit berlalu ketika rokok pertamaku habis dan aku matikan di asbak. Aku nyalakan rokok kedua, kembali aku puaskan mataku dengan keindahan tubuh mulus wanita, nafasku memburu, rokok aku isap dalam-dalam semakin cepat kemudian aku matikan.

Bu Yuli menggeliat sambil mendesis, tangan Bu Yuli bergerak pelan, yang kiri memegang susunya sebelah kiri dan tangan kanannya memegang vaginanya, dia bergerak sedikit dengan kepala juga tergoyang kemudian posisinya miring dan kedua tangannya mendekap vaginanya, tubuhnya melingkar memperlihatkan lekuk liku pinggangnya dan bokongnya yang mencuat. Aku pikir Bu Yuli lagi mimpi, mimpi bersanggama. Mimpi Bu Yuli ini mau aku jadikan kenyataan.

Pelan-pelan aku naik ranjang, kontolku sudah mencuat keras sesudah 4 jam istirahat, aku berada diatas tubuh mulus Bu Yuli yang aku balikkan dari posisi miring, aku cium bibirnya. dia buka mata, kaget, tapi dia biarkan bibirku melumatnya, malah dia lebih ganas memagut bibirku,

memasukkan lidahnya kemulutku yang aku sambut dengan lidahku yang kemudian saling menggelitik tangan kiriku menyangga tubuhku yang kanan mengelus buah dada Bu Yuli, meremas-remasnya, memelintir pentilnya turun mengelus perutnya yang tipis, pinggang yang ramping, kebawah lagi aku renggangkan paha. Bu Yuli, mulutnya terbuka keluar erangan erotis aauucchh. matanya tetap tertutup, birahinya bangit.

Nafsuku memuncak, tangan kanan meremas gundukan vagina Bu Yuli, dia mendesis, aku gesek belahan merah ditengahnya dengan jari tengahku, aku usap-usap pelan-pelan, sedikit naik aku sentuh itilnya yang lembut, aku permainkan dengan belaian lembut. Yuli lebih keras mendesis. orgasme. basahlah dia dalam keadaan setengah mimpi.

Aku enggak mau mengoral vagina Bu Yuli, aku enggak mau lubangnya basah karena liurku, aku mau merasakan kekesatan kemaluannya, aku mau menikmati kesesakan tempiknya. Aku arahkan kontolku yang galak berkepala besar tanpa aku pegang, tangan kananku tetap meremas-remas bokong Bu Yuli, dua kali kontolku mencoba menusuk lubang sempit kemaluan Bu Yuli enggak bisa. Bu Yuli membantu memegang lembut kontolku dan di arahkannya persis menempel liang sanggamanya.

Sesudah pas, dia lepas tangannya, membiarkan kontolku menembus tempiknya yang cembung, seakan dia tahu aku memang senang menikmati saat-saat kontolku membiak bibir merah kelaminnya, menguak lubang sempit vaginanya, menembus gundukan hangat kewanitaannya aku tekan kontolku, bibir memek Bu Yuli merekah merah BLeess. kontolku menghujam dalam.

“Aaucch.”, erang Bu Yuli kaget kontolku yang kepalanya besar menusuknya, mulutnya terbuka tapi mata tetap terpejam.

Aku turun naikkan kontolku pelan, aku nikmati kesempitan lubang persetubuhan Bu Yuli, kekesatan liang sanggamanya. Bu Yuli mulai mengangkat bokongnya, menggelinjang mengerang-erang kenikmatan akibat kekerasan dan kehangatan kejantananku yang aku pakukan dengan mantap kedalam kemaluannya yang semakin merah dan terbuka bibirnya.

Bokong Bu Yuli naik turun mengikuti gerakan naik turun tusukan kontolku, ranjang tambah bergetar, desisan nafas semakin kencang erangan semakin keras gundukan Bu Yuli erat menangkap setiap aku coBLosan kontolku,

Bu Yuli enggak mau melepaskan pasak kejantananku lepas dari cengkeraman memeknya, aku genjot lagi dia, keras aku tusuk dan tusuk semakin keras, aku sodokkan kekiri kanan aku coBLos dan coBLos. Bu Yuli makin menggelinjang, pantatnya bergoyang kencang, badannya bergerak kesana kemari menahan nikmat keperkasaan kontolku.

Aku puasin mengaduk-aduk memek Bu Yuli sekitar 10 menit, terus aku berbisik ditelinganya”Bu, kamu peras-peras punyaku, ya”.

Bu Yuli tahu maksudku, matanya tetap terpejam tapi mimiknya sangat menggairahkan, mulutnya terbuka mengerang-erang, dia betulkan posisi bokongnya, dan mulailah remasan-remasan vaginanya di batang kontolku empot empot empot otot-otot vaginanya memeras-meras kontolku, sementara tanganku kuat-kuat meremas-remas buah dadanya, mulutku melumat-lumat pentilnya.

“Aaaucch aauucchh”, nafsu Bu Yuli memuncak.

Kembali seperti petang tadi tanganku dipepetkan disebelah buah dada kiri kanannya, tangannya kebelakang memegang kuat sandaran ranjang. Aku sedikit menjauh, aku nikmati raut muka penuh nafsu, buah dada yang naik turun menggebu-gebu, bokong yang teratur berputar,

semua nikmat dipandang dan yang paling nikmat adalah rasa empot empot vaginanya. remasan otot vagina kesat yang berdenyut-denyut Bu Yuli mulai berkeringat setelah sekitar 15 menit memeras tenaga meremas-remaskan otot vaginanya ke kontolku, aku mulai kasihan. Aku mau muasin dia lagi.

Aku kecup keningnya, aku bilang”Udah Bu, jangan repot-repot”.

Aku ambil bantal aku taruh dibawah bokong besarnya yang membuat gundukan memek Bu Yuli semakin membukit, aku buka lebar selangkangannya sementara kontolku tetap merapat di memeknya.

“Bu, maaf ya aku mau agak keras menggejot”, kataku terus aku genjotkan kontolku keras-keras berulang kali, sodokan-sodokan kencang, adukan-adukan pentungan kelaminku yang perkasa.

“Maass”, Bu Yuli menjerit (Nuniek isteriku mungkin dengar jeritan histeris Bu Yuli).

Jam terbang kontolku, pengalaman menyetubuhi banyak macam perempuan membuat aku tahu bagaimana membikin Bu Yuli lebih histeris, lebih liar, lebih berkelejotan, lebih mau diperlakukan apa saja aku hujamkan kontolku lebih ganas lagi saja sekitar 15 menit aku hajar memek Bu Yuli.

Tanpa ampun kudengar ratapan Bu Yuli”Maas, udah. Mas.”

Aku cabut kontolku sebentar, aku menunduk dan lihat lubang senggama Bu Yuli bulat merah menganga diameternya sebesar spidol aku senang lihat liang senggamanya yang merah berdenyut-denyut hingga di merasa malu.

Aku belum mau ganti posisi, aku pelesakkan lagi kontolku yang keras mengkilat ceplak ceplak ceplak gundukan memek Bu Yuli membesar dan memerah kena hempasan kejantananku, Akhirnya pejuku terasa sudah menumpuk dikepala kontolku, keras sekali kontolku menegang aku tancapkan kontolku dalam-dalam dan aku tumpahkan air maniku yang kental hangat menyiram kemaluan Bu Yuli. yang terus meronta-ronta. Bersamaan semprotan hangat cairan kejantananku, Bu Yuli juga orgasme.

“Maas, aku juga keluaar.”, jeritnya sambil pahanya merapat dipantatku dan kaki-kakinya menendang-nendang.

Kami berdua cape, aku turun dari atas tubuh Bu Dian, aku berbaring tangan kiriku dibawah lehernya dan tangan kananku diatas vaginanya yang jadi mewangi khas campuran cairan kejantananku dan cairan kewanitaan Bu Yuli. Kemudian Bu Yuli bangun, kembali dia membersihkan kontolku setelah dia bersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Dia tanya ”Mas mau aku bikinin teh panas?”.
Aku jawab ”Enggak usah lah, kan udah nyusu”, jawab aku sambil memegang buah dadanya yang besar.

Gantian kontolku diremasnya, sambil beranjak mengambil softdrink yang ada di kulkas di kamar juga, memberikannya padaku dan minum bergantian satu kaleng. Sesudahnya kami berbaring, aku bisikkan di telinganya”Bu, trims ya, kamu cantik ini pintar sekali”, sambil aku tekan vaginanya yang hangat pakai tanganku.

Bu Yuli merangkul aku berbisik”Ah, Mas yang hebat, aku juga puas sekali Mas”.
Aku cium bibirnya aku goda”Besok lagi ya”.
“Heeh”, jawab Bu Yuli.

Aku lega sekali, aku puas sekali. Aku bertindihan seperti tadi dan tertidur.Aku tidur nyenyak. Aku terbangun ketika mendengar langkah orang masuk kamar, aku lihat isteriku masuk kamar membawa nampan berisi kopi panas dan roti bakar/toast. Aku tengok Bu Yuli udah enggak ada disampingku, aku masih telanjang.

“Selamat pagi, sayang”, kata isteriku.
“Cape kerja ya, habis lembur tiga kali sich, tapi enak kan”, kata dia lagi sambil menaruh nampan di meja kecil samping ranjang.
“Sekarang jam berapa>”, tanyaku.
“Jam setengah tujuh. Masih males, yach. Enggak apa sich, ini kan hari Sabtu. Ini minum kopi dulu, sini aku minumin sayang”.

Aku menurut saja dan diminuminya aku dengan kopi hangat, aku disuruh makan toast yang dibikinnya. Isteriku udah mandi, baunya wangi, dia duduk mepet aku, aku tahu dibalik kaos panjangnya dia enggak pakai apa-apa lagi.

Dia pandangi aku penuh arti. Dia bilang”Puas kan, Mas. Dua kali kan sama Yuli. Pasti dia lebih hebat dari aku, aku sadar koq tapi enggak apa-apa. Aku ikhlas sekali Mas bisa tidur sama Bu Yuli. Cuman jangan lupa lho, aku kan sekarang fitness dan BL tiap hari, isterimu juga bisa dua kali lhoo”, katanya genit sambil dia geser duduknya, dia angkat kaosnya dan telanjang bulat.

Tubuh isteriku masih bagus, lebih bagus dari Ibu Ning yang umurnya 47 th yang aku kontoli hampir tiap minggu selama 3 bulan Januari -Maret tahun ini juga. Isteriku gila juga, kontolku dipegang, dikocok-kocok, pelerku diremas-remas, dikulumnya kontolku, dijilat-jilat dengan lidahnya yang mulai pakar lagi, diisap-isap seluruh batang kontolku, dimasukkannya dalam mulutnya sampai mentok di tenggorokannya, adegan yang sama seperti petang tadi berulang kembali.

Sesudahnya isteriku minta”Mas, aku digenjot yang keras, Mas”.

Aku penuhin, aku baringkan dia dengan kasar, aku buka pahanya lebar, aku usap-usap itilnya yang panjang sekitar 2 senti menonjol keluar, aku masukin jariku membuka lubang kemaluannya, aku kenal betul lubang kemaluannya jadi terus aku tusukkan kontolku ke liang kemaluannya, aku tancapkan sodokkan kontolku,

aku aduk-aduk bagian dalam kemaluannya, aku tunggangin aku entotin sambil tangan kananku meremas payudaranya yang besar masih kenyal dan tangan kiriku menyangga kepalanya dengan mukanya aku pepetkan ke ketiakku bukti nyata isteriku ada dibawah ketekku. aku pompakan kontolku keras sekali ke liang sanggama isteriku.

Sudah lama aku enggak menyetubuhi Nuniek, isteriku, dengan buas. Aku buktikan aku masih sanggup menghadapi tantangannya, kebinalannya yang mendadak muncul lagi. Ada 20 menit aku hujamkan dan pasakkan kontolku keras-keras dalam tempik isteriku yang menjerit-jerit menggelinjang menggeliat-geliat meronta-ronta tangannya memukul-mukul punggungku.

aku suka itu sambil memandangi kontolku keluar masuk menusuk-nusuk bukit besar kemaluannya yang berjembut lebat sampai aku tumpahkan air maniku ke memeknya yang merah sekali kena hajaran kontolku yang tetap perkasa.

Aku cabut kontolku dan aku amati dilubang kemaluan isteriku ada tetesan pejuh hangat yang barusan aku semprotkan Waow, pejuhku masih banyak juga Isteriku tahan banting, dia enggak tiduran tapi terus ngajak aku kekamar mandi, dengan penuh kasih sayang isteriku membersihkan seluruh tubuhku.

Cerita sex : Cerita Hot Bercinta Dengan Papa Tiri Tersayang

Aku diajak turun kebawah, aku belum mau kataku mau tidur lagi. Isteriku keluar, aku masih tiduran dan merenung.

#Menikmati #Keindahan #Tubuh #Mulus #Yang #Telanjang #Sampingku