Kisah Sex Diperkosa Tapi Nikmat Terbaru Malam Ini

Kisah Sex Diperkosa Tapi Nikmatt

Pertemanan adalah suatu hal yang sangat penting dalam hidup seseorang dimana kita bisa saling berbagi dan saling menolong dalam kesulitan. Tapi arti pertemanan tidaklah seindah yang sering dibicarakan orang bagi Shindy, saya sebut saja demikian namanya.

Kisah nyata ini dipaparkan oleh responden yang bersangkutan dilengkapi dengan foto diri dan foto lainnya yang terjadi sebagai bukti penguat.

Tapi karena etika yang harus saya pegang teguh, maka data-data pendukung tersebut tidak akan pernah saya ekspose untuk dan kepada siapapun. Menurut pengakuan Shindy, kejadian berikut ini terjadi beberapa bulan yang lalu ketika liburan sekolah anaknya tiba..

Sebagai keluarga dari kalangan atas, menghabiskan waktu liburan berbintang lima di Nusa Dua Bali bukanlah masalah bagi keluarga Shindy. Selama beberapa hari Shindy menghabiskan waktu liburan dengan suami dan dua orang anaknya disana.

Setelah beberapa hari, suami Shindy mengajaknya untuk ke Lombok. Tapi dengan alasan Shindy merasa bosan dengan tempat itu, juga perjalanan dengan kapal fery yang yang cukup makan waktu, maka Shindy menolak ajakan suaminya itu.

Akhirnya suami dan kedua anaknya segera menuju Lombok tanpa Shindy. Shindy, 30 tahun, walau sudah punya anak dua orang tapi penampilan dan gayanya mirip dengan layaknya gadis kota masa kini. Wajah sangat cantik, putih, dan tubuh sintal selalu membuat lelaki manapun akan tertarik. Salah satu nilai lebih dari rumah tangga Shindy adalah kebebasan yang diberikan suaminya kepada Shindy untuk boleh bergaul atau jalan dengan siapa saja asal Shindy selalu jujur kepada suaminya itu.

Hal ini terjadi karena suaminya sangat tahu akan libido Shindy yang sangat tinggi hingga suaminya agak kewalahan dalam melayani kebutuhan seksual Shindy. Dan nilai lebih dari Shindy adalah kejujuran kepada suaminya bila dia jalan dan main dengan pria lain.

Pagi itu di restoran hotel, ketika Shindy sedang makan pagi..

“Hei..!”, terdengar suara diiringi dengan tepukan tangan di pundak Shindy.

“Hei, Dilla.. Bima.. Pak Dika..”, sahut Shindy senang ketika melihat mereka bertiga.

“Mana suamimu?”, tanya Dilla.

“Sedang ke Lombok dengan anak-anak”, jawab Shindy.

“Duduklah di sini, temani aku makan..”, kata Shindy.

Mereka pun segera duduk dan makan pagi bersama satu meja. Dilla dan Bima adalah teman bisnis suami Shindy di Jakarta, sedangkan Dika adalah seorang dokter, duda, yang jadi dokter keluarga Shindy. Dika dikenalkan kepada keluarga Shindy oleh Dilla dan Bima dulunya.

“Nanti malam kita turun yuk? Kita habiskan malam bersama di diskotik”, ajak Bima kepada Shindy.

“Entahlah..”, kata Shindy.

“Loh kenapa? Ayolah Bu Shindy, kita sekali-sekali bergembira bersama”, kata Dika ikut menyela sambil tersenyum menatap Shindy.

“Ikutlah, Shindy.. Masa cuma aku seorang ceweknya..”, kata Dilla.

“Baiklah kalau begitu.. Aku ikut”, kata Shindy sambil tersenyum.

“Kamu tinggal di kamar berapa?”, tanya Bima kepada Shindy.

“Aku di suite room..”, kata Shindy sambil menyebutkan nomor kamarnya.

“Ha? Kalau begitu kita bersebelahan dong..”, kata Dilla sambil menyebutkan nomor kamar mereka.

“Yee.. Kok aku tidak tahu, ya? Kapan kalian check in?”, tanya Shindy.”Semalem. Tadinya kami mau tinggal di kamar lain, tapi karena sudah penuh, akhirnya kami ditunjukkan kamar yang masih pada kosong..”, kata Bima.

“Tau nggak kalau kamar kita terhubung oleh connecting door, Ni?”, kata Shindy kepada Dilla.

“Iya? Berarti kita bisa kumpul-kumpul nih..”, kata Dilla girang.

“Oke deh, Shindy.. Nanti malam kita pergi bareng ke Diskotik, ya?’, ujar Bima.

“Aku bawa minuman enak dari Perancis nanti..”, kata Bima lagi.

“Baiklah. Kalian pada mau kemana?”, tanya Shindy.

“Kami ada keperluan dulu. Bye..”, kata Dilla sambil bangkit diikuti Bima dan Andi, lalu mereka pergi.

Malamnya, dengan memakai T-shirt ketat plus rok katun sangat mini sehingga paha mulusnya tampak dengan indah, Shindy berangkat dengan mereka ke diskotik.

“Kita minum dulu deh agar hangat”, kata Bima sambil menuang minuman bawaannya ke dalam gelas dan disodorkan kepada Shindy.

“Okay.. Siapa takut..”, kata Shindy sambil meneguk minumannya.

“Hm.. Enak.. Manis.. Give me more, please.”, kata Shindy kepada Bima. Bima pun segera menuang lagi minuman ke gelas Shindy yang sudah kosong.

“Jangan terlalu banyak, Shindy.. Nanti kamu jadi hot, loh..”, kata Dilla sambil tertawa. Mereka tertawa-tawa sambil menikmati minuman berakohol diiringi lagu yang diputar DJ.

“Turun, yuk..”, ajak Dika kepada Shindy.

“Ayo..”, kata Shindy sambil bangkit.

Perasaannya sudah mulai terpengaruh alkohol. Akhirnya Dilla dan Bima serta Shindy dan Dika melantai mengikuti hentakan irama yang cepat. Sampai akhirnya ketika lagu berganti ke irama slow, Shindy dan Dika saling berangkulan dan berdansa mengikuti alunan irama lagu.

“Mmhh..”, Shindy mendesah hampir tak tedengar ketika dadanya bersentuhan dengan dada Dika.

Entah karena pengaruh alkohol atau memang karena libido Shindy yang tinggi, puting susu Shindy mengeras dan makin mengeras ketika dadanya bersentuhan dengan badan Dika. Gairah Shindy bangkit karenanya. Tapi Shindy masih bisa menahan dirinya. Mereka terus menikmati waktu yang ada sambil meneguk minuman hingga wajah mereka memerah. Shindy benar-benar menikmati malam itu selagi bisa bebas dari beban pekerjaan dan anak-anaknya. Sampai ketika waktu menunjukkan jam 1.00 pagi mereka segera pulang ke hotel.

“Kita ngobrol di kamar saja, yuk?”, kata Bima.

“Okay.. Nanti aku buka connecting door-nya”, kata Shindy sambil berlalu menuju kamarnya.

Sementara Dilla, Bima dan Dika masih duduk-duduk di lobby. Sesampai di kamar, Shindy segera membuka connecting door-nya, lalu dia ketuk pintu sebelahnya. Tidak ada jawaban.

“Ah, masih pada di bawah barangkali..”, pikir Shindy sambil merebahkan badannya di ranjang.

Hampir setengah jam menunggu, ternyata mereka tidak datang juga. Akhirnya Shindy memutuskan untuk berendam air hangat dan mandi selama beberapa menit.

“Hei.. Sorry kami kelamaan..”, suara Dilla yang tiba-tiba masuk kamar mandi mengagetkan Shindy yang baru saja memakai kimono.

“Bima dan Dika di ruang tengah..”, kata Dilla lagi sambil agak sempoyongan.

“Kamar kamu enak juga ada ruang tamunya.. Kita bisa ngobrol disini..”, kata Dilla lagi.

“Shit!! Ngapain kumpul di kamar aku?”, bisik hati Shindy.

“Hei perempuan! Cepatlah kemari.. Kita habiskan sisa minuman tadi”, terdengar suara Bima memanggil. Akhirnya mereka berempat lagi-lagi meneguk bergelas alkohol yang dibawa Bima.

“Ohh.. Gawat! Kenapa aku jadi pengen..”, hati Shindy berbisik ketika pengaruh alkohol mulai menjalar di tubuhnya.

Terasa oleh Shindy buah dada serta puting susunya mulai mengeras lagi, sementara memeknya terasa berdenyut basah menahan gairah..

“Aku akan hirup udara segar dulu..”, kata Shindy sambil bangkit agak terhuyung menuju teras. Dihirupnya udara malam dalam-dalam untuk mengurangi sesuatu di dalam tubuhnya yang mulai menggoda imannya.

“Ohh..”, tiba-tiba terdengar suara Bima mendesah keras dari dalam. Shindy segera melongokan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.

“Oh my God!”, batin Shindy ketika melihat apa yang terjadi. Gairah dan denyutan memeknya semakin terasa menggoda.

Di depan matanya, Shindy melihat bagaimana Dilla berciuman dengan suaminya di kursi sambil tangannya mengocok kontol Bima yang sudah tegak. Celana Bima hanya di buka dan diperosotkan sebatas pahanya saja.

“Ohh.. Cepat hisap kontol aku, bitch!”, kata Bima kepada Dilla. Dengan serta merta Dilla menurunkan kepalanya, lalu dengan segera kontol Bima sudah dilahapnya sambil tetap dikocok pelan.

“Ooh..”, desah Bima ketika lidah Dilla menjilati kepala kontolnya sambil batangnya tetap dikocok tangan Dilla.

“Apa yang harus aku lakukan?”, batin Shindy ketika melihat kontol Bima yang basah di jilat dan dihisap mulut Dilla.

Gairahnya semakin memuncak. Dengan mata agak nanar terus dilihatnya Dilla dan Bima. Antara sadar dan tidak, tak terasa oleh Shindy ketika Dika menempelkan tubuhnya dari belakang. Tangan Dika menyusuri kaki Shindy dari betis sampai paha lalu naik ke pantat Shindy yang belum sempat memakai pakaian dalam sejak selesai mandi tadi..

“Hei! Pak Dika ngapain?!”, kata Shindy kaget sambil menepis tangan Dika dari pantatnya.

“Kita sama-sama tahu sama-sama mau kan..”, kata Dika sambil mendekati Shindy.

Shindy segera menghindar dan berlari menuju kamarnya melewati Dilla dan Bima yang sedang asyik melakukan oral seks. Dilla dan Bima sampai kaget dan menghentikan cumbuan mereka ketika melihat Shindy melintas. Di dalam kamarnya Shindy masih bingung dan teringat akan oral seks Dilla dan Bima serta perlakuan Dika kepadanya. Sebetulnya gairah Shindy sudah sangat memuncak saat itu, tapi entah kenapa masih ada rasa ragu di hatinya.

“Ada apa, Shindy?”, tiba-tiba Dilla masuk kamar dan menghampiri Shindy yang masih berdiri.

“Entahlah, An.. Aku.. Aku aku tak tahu..”, kata Shindy sambil melepas kimono lalu segera memakai celana dalamnya.

Tapi ketika Shindy akan memakai memakai Bra, tiba-tiba Dilla memeluknya dari belakang hingga Shindy tidak jadi memakai Bra tersebut.

“Ayolah Shindy, kita nikmati malam ini..”, bisik Dilla ke telinga Shindy.

“Mmhh..”, desah Shindy ketika tangan Dilla mengusap seluruh badannya. Usapan dan belaian tangan Dilla kembali mengobarkan gairah Shindy yang sempat surut.

“Kapan lagi kita bisa bersama seperti ini?”, bisik Dilla lagi sambil tangannya meremas kedua buah dada Shindy dari belakang.

“Ohh..”, desah Shindy sambil terpejam menikmati sensasi jari tangan Dilla ketika memainkan dan memelintir puting susunya.

“Mmhh.. Ohh..”, desah Shindy makin keras ketika lidah dan bibir Dilla menyusuri telinga, tengkuk dan lehernya sembari tangannya tetap meremas dan memainkan puting susu Shindy.

“Nikmati saja malam ini..”, bisik Dilla sambil membalikan badan Shindy dan merebahkannya di ranjang.

“Oww..”, jerit lirih Shindy ketika lidah dan bibir Dilla menciumi dan menjilati buah dada serta puting susunya.

Kisah Sex Diperkosa Tapi Nikmat

“Dillaihh.. Oohhsshh..”, jerit Shindy makin keras ketika jari Dilla masuk ke celana dalam dan menggosok memeknya.

Tubuh Shindy menggeliat terbawa rasa nikmat dan terlepasnya himpitan gairah yang tertahan sebelumnya.

“Kamu menyukai ini?”, bisik Dilla sambil lidah dan mulutnya turun menyusuri perut sementara tangannya melepas celana dalan yang dipakai Shindy.

“Ohh.. Anniihh..”, jerit Shindy ketika ada rasa nikmat yang menjalar ketika lidah Dilla dengan liar menyusuri belahan memeknya.

“Ohh Dilla.. Enakkhh”, desah Shindy waktu lidah Dilla menjilati kelentit dan sesekali mengulumnya.

“Anniihh.. Akku.. Keluarrhh..!”, jerit Shindy sambil menggelinjang dan mendesakan kepala Dilla ke memeknya ketika ada semburan hangat terasa di memeknya yang disertai rasa nikmat yang luar biasa.

Dilla tersenyum sambil bangkit lalu memeluk dan melumat bibir Shindy.

“Aku baru kali ini merasakan bercumbu dengan wanita.. Ternyata memuaskan..”, bisik Shindy sambil sesekali mengecup bibir Dilla. Ketika Shindy dan Dilla saling lumat bibir, terasa oleh Shindy ada tangan yang menjamah, membelai dan meremas pelan buah dadanya.

“Sayang, kamu layani si Dika..”, Bima menyuruh dan menarik tubuh Dilla dari atas tubuh Shindy.

“Kamu menyukai permainan istriku, Shindy?”, kata Bima yang sudah telanjang bulat sambil menindih tubuh Shindy serta mulai menciumi leher lalu turun ke buah dada Shindy.

“Jangaann!! “, teriak Shindy sambil meronta menjauhkan wajah Bima dari buah dadanya. Tapi Bima dengan cepat memegang kedua tangan Shindy, lalu lidah dan mulutnya kembali meneruskan menjilati buah dada dan puting susu Shindy

“Ohh.. Jangaannhh.. Janghh.. Jangannhh..”, rintih Shindy diantara rasa malu, rasa terhina, serta rasa nikmat ketika lidah Bima bisa memberikan rasa itu. Apalagi ketika kontol Bima yang tegang dan tegak mengesek-gesek memeknya yang sudah basah. Bahkan ketika lidah Bima turun ke perut, turun lagi hingga mencapai memeknya, Shindy kembali menggelepar dalam kenikmatan walau hatinya menolak diperlakukan demikian.

“Jangannhh, Bim..!”, jerit lirih Shindy ketika Bima mulai mengarahkan kontol ke lubang memeknya. Dilla-pun yang sedang asyik disetubuhi Dika, sempat menghentikan persetubuhannya lalu bangkit dan mencoba memegang kontol Bima agar tidak menyetubuhi Shindy.

“Sudah! Kamu nikmati saja kontol si Dika sana!”, kata Bima aga keras sambil mendorong tubuh Dilla.

“Sudahlah, Dilla.. Sini!”, kata Dika sambil menarik dan merebahkan tubuh Dilla di karpet lalu kembali menyetubuhi istri temannya itu.

“Ohh..!”, terdengar desah Shindy ketika kontol Bima masuk ke memeknya lalu dengan kasar dan cepat Bima menggenjotnya.

“Jangan, Biemm.. Lepaskan aku!”, jerit lirih Shindy di sela rasa sakit dan nikmat ketika kontol Bima keluar masuk memeknya.

“Fuck you, bitch!”, kata Bima sambil mengangkat satu kaki Shindy dan di tahan oleh pundaknya.

“Ohh.. Memekmu nikmat, Shindy..”, kata Bima sambil memompa kontolnya lebih dalam dengan posisi demikian.

“Ohh.. Mmhh..”, desah Shindy sambil terpejam. Rasa sakit yang ada kini berganti rasa nikmat yang luar biasa.

“Bagaimana rasanya, sayang..”, terdengar suara Dilla di samping Shindy ketika Dilla mengganti posisi dengan doggy style di atas ranjang.

“Kamu nikmati saja malam ini, Shindy.. Kapan lagi kita bisa bersama seperti ini..”, Dika menyela sambil mengenjot memek Dilla dalam posisi menungging.

“Mmhh.. Sshh.. Ohh”, Shindy hanya menjawab dengan desahan pertanda sedang menikmati suatu kenikmatan ketika Bima dengan ganas mengeluarmasukkan kontol ke memeknya.

“Ooww.. Ohh..!”, terdengar suara Shindy menjerit sambil memegang tangan Bima dengan kencang. Sementara tubuhnya menggeliat serta mendesakkan memeknya ke kontol Bima dan menggoyangnya dengan cepat.

“Serr! Serr! Serr!”, kembali memek Shindy mengeluarkan air mani yang menyembur hangat di dalam memeknya.

“Ohh.. Fuck you! Fuck you!”, kata Bima sambil menggenjot kontolnya makin cepat dan makin cepat.

“Crott! Croott! Crott!”, air mDilla Bima menyembur banyak di dalam memek Shindy.

“Oohh..!!”, desah Bima sambil merebahkan tubuhnya menindih tubuh Shindy.

Shindy hanya bisa memejamkan mata setelahnya. Rasa lelah serta pengaruh alkohol yang masih ada membuatnya tak mempedulikan lagi keadaan disekelilingnya. Yang sempat terdengar oleh telinga Shindy adalah teriakan kenikmatan yang keluar dari mulut Dilla dan Dika yang sedang asyik bersetubuh di depan suami Dilla sendiri. Mata Shindy sedikit demi sedikit makin berat. Hanya rasa nyaman dan sisa-sisa kenikmatan di memek Shindy yang membuat memeknya berdenyut-denyut hingga Shindy tertidur..

Shindy tertidur sampai siang hari dalam kedaan telanjang bulat. Tubuhnya tertidur hanya diselimuti oleh bed cover. Tak terdengar olehnya ketukan pintu oleh cleaning service. Sehingga ketika cleaning service membuka pintu dengan kunci cadangan yang dia bawa, dia begitu terkejut melihat tubuh molek tergolek di ranjang.

“Eh.., maaf, Bu.. Saya kira tidak ada siap-siapa di dalam”, kata petugas kebersihan tersebut.

“Tidak apa-apa.. Kembali lagi saja dan bereskan kamar saya nanti agak siang..”, kata Shindy sambil menyelimuti tubuhnya lebih rapat.

Setelah petugas itu keluar, Shindy hanya bisa merenungi apa yang terjadi semalam. Shindy sendiri merasa heran, dirinya tidak mau dipaksa, diperkosa, entah apapun namanya, tapi yang jelas dirinya begitu menikmati perlakuan orang lain yang begitu kasar pada dirinya pada akhirnya..

Cerita sex : Kisah Sex Dengan Anak Pemilik Kost

Shindy memang sangat suka berpetualang seks dari sebelum menikah sampai sekarang, tapi belum pernah merasakan sensasi kenikmatan seperti yang dirasakan semalam.. Ingin rasa hati Shindy menceritakan hal ini kepada suaminya, tapi pertentangan batin terjadi dalam hatinya karena hal ini menyangkut kepada teman-teman baik suaminya. Bahkan terbersit keinginan Shindy untuk kembali ingin mendapatkan sensasi kenikmatan dengan menjadi objek pemaksaan seksual..

#Kisah #Sex #Diperkosa #Tapi #Nikmat

Akibat Salah Orang Berujung Nikmat Terbaru Malam Ini

Akibat Salah Orang Berujung Nikmat

Cerita ini bermula dari suatu kebetulan yang tidak disengaja. Sampai saat ini aku suka tertawa sendiri kalau mengingat awal kejadian ini. Bermula dari suatu Sabtu siang, aku janjian ketemu dengan salah seorang teman chat-ku.

Namanya Natasha, mahasiswi tingkat akhir di salah satu PTS di Jakarta Barat. Teman chat-ku yang satu ini cukup misterius. Aku nggak pernah tau dia tinggal dimana, dengan siapa, bahkan aku tak pernah dikasi nomer telepon rumahnya. Kampusnya pun aku nggak yakin kalau yang disebutnya benar.

Saat janjian dengan Natasha pun hanya lewat SMS. Biasanya aku nggak pernah meladeni teman-teman chat yang janjian ketemu via SMS. Kapok, dulu pernah dibo’ongin. Tapi entah kenapa aku penasaran sekali dengan Natasha.

Akhirnya kami janjian untuk ketemu di Mal Kelapa Gading, tepatnya di Wendy’s. Resenya, Natasha juga nggak mau kasi tau pakaian apa yang dia pakai dan ciri-cirinya. Pokoknya surprise, katanya.

Itulah kenapa hari Sabtu siang ini aku bengong-bengong ditemani baked potatoenya Wendy’s sambil menunggu kedatangan Natasha. Sudah hampir satu jam aku menunggu tapi tidak ada kabar. SMS-ku nggak dibales-bales, mau telepon pulsa udah sekarat.

Aku hanya duduk sambil memperhatikan sekelilingku yang cukup sepi. Mataku tertuju pada seorang wanita keturunan Chinese berumur kira-kira 30-an yang duduk sendirian di salah satu sudut.

Herannya sejak tadi wanita tersebut memperhatikanku terus. Aku sempat berpikir apa dia yang bernama Natasha. Tapi rasanya bukan. Akhirnya karena bete menunggu aku pun meninggalkan Wendy’s.

Tiba-tiba aku merasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan melihat wanita yang kuperhatikan tadi tersenyum ke arahku.

“Rio ya?” tanyanya. Aku terkejut. Kok dia tau namaku. Jangan-jangan wanita ini benar Natasha. Aku mengangguk.

“Iya, mm.. Natasha?” tanyaku. Wanita itu menggeleng sambil mengernyitkan kening.

“Bukan, kok Natasha sih? Kamu Rio yang di Kayuputih kan?” aku tambah bingung mendengarnya.

“Bukan, lho tante bukan Natasha?”.

Kemudian wanita itu mengajakku berteduh di salah satu sudut sambil menjelaskan maksud yang sebenarnya. Aku mendengarkan, lantas aku juga gantian menjelaskan. Akhirnya kami sama-sama tertawa terbahak-bahak setelah tau duduk persoalannya.

Wanita itu bernama Alicia, dan dia juga sedang janjian dengan teman chat-nya yang juga bernama Rio, seperti namaku. Akhirnya kami malah berkenalan karena orang-orang yang kami tunggu tak kunjung datang juga.

Aku memanggilnya Ci Alicia, karena dia menolak dipanggil tante. Kesannya tua katanya.

Siang itu Ci Alicia malah mengajakku jalan-jalan. Aku ikut dengan Altis-nya karena aku tidak membawa mobil. Ci Alicia mengajakku ke butik teman maminya di daerah Permata Hijau. Tante Erna, sang pemilik butik adalah seorang wanita yang sudah berusia di atas 50 tahun, tubuhnya cukup tinggi dan agak montok.

Kulitnya yang putih bersih hari itu dibalut blus transparan yang bahunya terbuka lebar dan celana biru tua dari bahan yang sama dengan bajunya. Agak-agak eksentrik. Dasar desainer pikirku.

Karena hari itu butik Tante Erna tidak begitu ramai, kami bertiga ngobrol-ngobrol sambil minum teh di salah satu ruang santai.

“Aduh Yo.. maaf..” seru Tante Erna. Wanita itu menumpahkan teh yang akan dituangnya ke cangkirku tepat di celanaku bagian pangkal paha. Aku sedikit mengentak karena tehnya agak panas.

“Nggak pa-pa Tante..” jawabku seraya menepuk-nepuk kemejaku yang juga kena tumpahan teh. Tante Erna reflek menepis-nepis bercak teh yang membasahi celanaku. Ups.. tanpa sengaja jemari lembutnya menyentuh batang kemaluanku.

“Eh.. kok keras Yoo? Hihihi..” goda Tante Erna sambil memijit-mijit kemaluanku. Aku jadi tersenyum. Ya gimana nggak keras sedari ngobrol tadi mataku tak lepas dari bahu Tante Erna yang mulus dan kedua belah paha Ci Alicia yang putih.

“Iya.. Tante sih numpahin..” jawabku setengah bercanda.

“Idih.. Tante Erna kumat genitnya deh.. biasa Yo, udah lama nggak.. aww!!” Ci Alicia tak sempat menyelesaikan celetukkannya karena Tante Erna mencubit pinggang wanita itu.

“Iya nih Tante, udah numpahin digenitin lagi. Pokoknya bales tumpahin juga lho hihihi..” aku gantian menggoda wanita itu. Tante Erna malah tersenyum sambil merangkul leherku.

“Boleh, tapi jangan ditumpahin pake teh ya..” bisiknya di telingaku. Aku pura-pura bego.

“Abis mau ditumpahin apa Tante?” tanyaku. Tante Erna meremas batang penisku dengan gemas.

“Ya sama ‘teh alami’ dari kamu dong sayang.. mmhh.. mm..” Tante Erna langsung mengecup dan melumat bibirku. Aku yang memang sedari tadi sudah horny menyambut lumatan bibir Tante Erna dengan penuh nafsu.

Kedua tanganku memeluk pinggang wanita setengah baya itu dengan posisi menyamping. Sementara tangan Tante Erna yang lembut merangkul leherku. Ah.. lembut sekali bibirnya.

Ci Alicia yang melihat adegan kami tidak tinggal diam. Wanita berkulit putih mulus itu mendakati tubuhku dan mulai memainkan kancing celana jeansku. Tak sampai semenit wanita itu sudah berhasil melucuti celana jeansku sekaligus dengan celana dalamnya.

Tanpa ampun lagi batang penisku yang sudah mulai mengeras itu berdiri tegak seolah menantang Ci Alicia untuk menikmatinya. Ci Alicia turun ke bawah sofa untuk memainkan penisku. Jemarinya yang lembut perlahan-lahan mengusap dan memijit setiap centi batang penisku. Ugghh.. birahiku semakin naik. Lumatan bibirku di bibir Tante Erna semakin bernafsu.

Lidahku menjelajahi rongga mulut wanita setengah baya itu. Tante Erna merasa keasyikan.

Aku yang semakin terbakar nafsu mencoba menularkan gairahku ke Tante Erna. Dari bibir, lidahku berpindah ke telinganya yang dihiasi anting perak. Tante Erna menggelinjang keasyikan.

Dia meminta waktu sebentar untuk melepas anting-antingnya agar aku lebih leluasa. Lidahku semakin liar menjelajahi telinga, leher dan bahu Tante Erna. Tampaknya wanita itu mulai tak kuasa menahan birahinya yang semakin memuncak.

Dia melepaskan diri dari tubuhku dan memintaku untuk melorotkan celananya. Tanpa disuruh kedua kalinya aku pun langsung melucuti Tante Erna sekaligus dengan bajunya, hingga tubuh wanita itu bersih tanpa sehelai benang pun.

Gila, udah kepala empat tapi tubuh Tante Erna masih kencang. Kulitnya yang putih betul-betul terasa halus mulus.

Sambil bersandar pada pegangan sofa, Tante Erna merentangkan kedua belah pahanya yang mulus dan memintaku melumat kemaluannya yang bersih tanpa bulu. Tanpa basa-basi aku langsung mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai menjilati daerah pinggir kemaluannya.

“Hhhmm.. sshh.. teruss Yoo..” desah Tante Erna keasyikan. Aku terus menjilati vaginanya sambil tangan kananku membelai pangkal pahanya yang mulus. Di bawah, Ci Alicia masih asyik mempermainkan kemaluanku.

Akibat Salah Orang Berujung Nikmat

Kelima jemarinya yang lentik lincah sekali membelai dan mengocok batang penisku yang ujungnya mulai basah. Sesekali lidahnya membasahi permukaan penisku. Sebagian batang penisku tampak merah terkena lipstik Ci Alicia.

Kepala wanita itu naik turun mengikuti ayunan kenikmatan di penisku. Ahh.. lembut sekali mulut Ci Alicia mengulumnya. Saking asyiknya tak sadar aku sampai menghentikan permainanku dengan Tante Erna untuk merasakan kenikmatan yang diberikan Ci Alicia.

Tante Erna tersenyum melihat ekspresiku yang mengejang menahan nikmat. Wanita itu merengkuh kepalaku untuk melanjutkan tugasku memberi kenikmatan untuknya.

Aku semakin buas melumat kemaluan Tante Erna. Jemariku mulai ikut membantu. Liang kemaluan Tante Erna sudah kutembus dengan jari tengahku.

Sambil kukocok-kocok, aku menjilati klitorisnya. Wanita itu menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat. Kedua tangannya yang lembut menjambak rambutku.

Tanpa kusadari, Ci Alicia sudah melucuti dirinya sendiri sampai telanjang bulat. Tiba-tiba wanita itu naik ke atas tubuhku dan bersiap mengurung penisku dengan vaginanya yang lembut. Kedua tangannya merengkuh leherku.

Tubuhnya mulai merendah hingga ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya. Dengan bantuan tangan kiriku, perlahan penisku mulai masuk ke dalam liang kenikmatan itu, dan.. ssllpp blleess..

Amblas sudah penisku di liang kemaluan Ci Alicia. Sambil memeluk bahuku, tubuh Ci Alicia naik-turun. Ugghh.. nikmat sekali. Aku sampai nggak bisa konsen ngelumat vagina Tante Erna.

Tapi aku nggak mau kalah. Yang penting Tante Erna mesti diberesin dulu.

Sambil menahan birahiku yang sudah di ubun-ubun gara-gara Ci Alicia, aku terus melumat vagina Tante Erna. Jari tengahku yang kini sudah dibantu jari manis semakin cepat mengocok-ngocok di dalam vagina Tante Erna.

Lidahku semakin liar menjelajahi klitoris dan bibir vaginanya. Tubuh Tante Erna pun semakin menggelinjang tak karuan. Sepertinya wanita itu sudah tak kuasa lagi menahan kenikmatan yang kuberikan. Aku pun mulai merasa dinding vaginanya berdenyut.

“Ssshh.. oohh.. Riioo..aahh..” Tante Erna mendesah meregang nikmat sambil meremas kepalaku yang masih menempel ketat di vaginanya. Aku merasakan rembesan lendir yang cukup deras dari dalam sana.

Hmm.. aroma vagina yang begitu khas segera tercium. Aku pun menghirup lendir-lendir kenikmatan itu sambil menjilati sisa-sisa yang menempel di vagina Tante Erna.

Setelah puas melepas kenikmatannya, Tante Erna mengangkat kedua pahanya dari tubuhku dan membiarkan aku leluasa menikmati permainan dengan Ci Alicia.

Bebas dari tubuh Tante Erna, kini Ci Alicia yang mendekap tubuhku erat. Payudaranya yang bulat dan montok menempel ketat di dadaku. Ahh.. kenyal sekali.

Aku semakin merasakan kekenyalannya karena tubuh Ci Alicia naik-turun. Sementara bibir kami asyik saling melumat.

“Mmhh..ssllpp..aahh..mm..” berisik sekali kami berciuman. Tante Erna sampai geleng-geleng melihat kami berdua yang sama-sama dipacu birahi.

Kemudian kami bertukar posisi. Tubuh kami berguling ke arah berlawanan sehingga kini tubuh Ci Alicia duduk bersandar di sofa dengan posisi kedua kaki mulusnya yang mengangkang.

Sambil bertumpu pada lutut di lantai, aku bersiap memasukkan penisku lagi ke dalam liang kemaluan Ci Alicia. Ugghh.. kali ini lebih mudah karena vagina Ci Alicia sudah basah. Pantatku maju mundur seiring kenikmatan yang dirasakan Ci Alicia.

Wanita itu bahkan sudah tak kuasa memeluk tubuhku. Kedua tangannya direntangkan untuk menahan rasa nikmat yang dirasakannya. Aku semakin menggoyang pantatku dengan keras.

Aku tahu bahwa sebentar lagi Ci Alicia akan mencapai klimaks, namun aku juga tahu bahwa Ci Alicia tak mau kalah denganku. Aku melihat ekspresinya yang berusaha menahan nikmat.

“Terus Yo.. bentar lagi tuh.. hihihi..” goda Tante Erna.

Aku tersenyum kemudian mengecup bibir wanita yang sedang duduk di samping Ci Alicia tersebut.

Tante Erna malah membantuku dengan menjilat, mengisap dan mengulum payudara dan puting Ci Alicia.

“Aahh.. Yoo.. sshh..” akhirnya Ci Alicia meregang kenikmatannya. Aku merasakan cairan hangat membasahi penisku di dalam vaginanya. Aku mendekap tubuh Ci Alicia yang hangat.

“Hh.. gila kamu Yo, aku pikir bakal kamu duluan..” ujar Ci Alicia. Aku tersenyum sambil melirik ke arah Tante Erna.

“Ya kan berkat bantuan Tante Erna..” jawabku seraya mencubit hidung Tante Erna. Wanita itu memelukku.

“Nah, sekarang giliran aku lagi Yo, kamu kan belum puasin aku dengan pentunganmu itu hihihi.. Ayo, kali ini pasti kamu udah nggak tahan..” Tante Erna menantangku bermain lagi. Tanpa diminta dua kali aku langsung menjawab tantangannya.

Aku pun melakukan hal yang sama seperti dengan Ci Alicia tadi. Kali ini aku mengakui permainan Tante Erna yang jauh lebih liar dan berpengalaman. Akhirnya kami klimaks bersama-sama. Aku klimaks di dalam vagina Tante Erna yang hangat.

Ruang santai itu memang betul-betul hebat. Tak seorang karyawan pun yang mengetahui apa yang baru saja kami lakukan. Setelah puas bermain, kami bertiga mandi bersama.

Tadinya setelah mandi kami mau melanjutkan lagi di kamar tidur Tante Erna. Tapi karena sudah sore, sebentar lagi suami Tante Erna pulang.

Untungnya Ci Alicia punya ide untuk melanjutkan di hotel. Tante Erna pun setuju, namun aku dan Ci Alicia berangkat duluan.

Malam itu kami check-in di salah satu hotel di daerah Thamrin. Aku dan Ci Alicia lebih dulu melanjutkan permainan. Satu jam kemudian Tante Erna baru datang melengkapi kenikmatan kami.

Dan yang bikin aku surprise, malam itu Tante Erna mengajak teman seprofesinya yang umurnya kira-kira lebih muda 3 atau 5 tahun, namanya Tante Bella. Malam itu aku betul-betul puas bersenang-senang dengan mereka bertiga.

Kami melepas birahi sampai jam 3 pagi. Kemudian kami tidur sampai jam 9 pagi, lantas kembali menuntaskan permainan. Aku betul-betul tidak menyangka kalau gara-gara salah orang bisa sampai seperti ini.

Sampai kini aku nggak pernah ketemu dengan Natsha, teman chat-ku. Kami pun nggak pernah SMS-an lagi. Entah kemana perginya Natasha. Tapi yang jelas semenjak kejadian itu, aku terus keep contact dengan Ci Alicia, Tante Erna dan Tante Bella.

Sekarang Ci Alicia sudah menikah dan tinggal di Australia dengan suaminya. Tapi kami masih sering kontak. Sedangkan dengan Tante Erna dan Tante Bella, aku masih terus berhubungan untuk sesekali berbagi kenikmatan.

Tadinya mereka ingin memeliharaku sebagai gigolo, namun aku menolak karena aku melakukannya bukan untuk uang dan materi, tapi untuk kesenangan saja.

Kadang kalau Ci Alicia sedang di Indonesia, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi butik Tante Erna bersama-sama untuk melepas birahi. Tempat Tante Erna sering dijadikan tempat affair kami agar suaminya tidak curiga.

Oke, segitu dulu pengalamanku. Salam manis buat Ci Alicia yang lagi hamil 3 bulan. Mudah-mudahan kesampean dapat anak laki-laki.

Cerita sex : Kisah Sex Dengan Dosen Cantikku

Buat Tante Erna dan Tante Bella, thank’s buat kehangatan yang diberikan. Juga buat Natasha, my mysterious friend yang udah membuka jalan hehehe.. Lain kali kalau ada pengalaman yang berkesan, aku akan ceritakan lagi di situs ini.

#Akibat #Salah #Orang #Berujung #Nikmat

Cerita Sex Kenikmatan Seks Antar Tetangga Sungguh Nikmat Terbaru Malam Ini

Aku dan suami sudah pindah kerumah kami sendiri. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan yang masih sangat baru.

Belum banyak penghuni yang menempatinya, malahan di gang rumahku (yang terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yang ditempati, yaitu rumahku dan rumah Pras. Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain, Pras jadi cepat sekali akrab dengan suamiku.

Aku dan Winda, istri Pras jadi seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran. Hampir tiap hari kami saling curhat tentang apa saja, termasuk soal seks. Biasa kami berbincang di teras depan rumah Winda kalau sore sambil Winda menyuapi Aria, anak mereka. Aku kurang “happy” soal urusan ranjang ini dengan suamiku. Bukannya suamiku ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ngecret ya sudah, dia tidak peduli dengan aku lagi. Sehingga aku sangat jarang mencapai kepuasan dengan suamiku. Sebaliknya Winda bercerita kalau dia sangat “happy” dengan kehidupan seksnya. Pras hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istrinya. Kami saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering aku secara terbuka menyatakan iri pada Winda dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh2 oleh Winda.

Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Terdengar ketukan di pintu sambil memanggil2 nama suamiku.Aku membukakan pintu. “Eh .. Mas. Masuk Mas,” sapaku ramah. Aku baru selesai mandi sehingga tanpa make up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu. Aku mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus. “Nnng … suamimu mana Sin?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Sin dia tugas luar kota. Kapan pulang?” “Iya Mas, kebetulan ada acara promosi, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang.

Mas Pras ada perlu ama suamiku?” “Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Winda ama Aria nginep dirumah ibunya.” “Wah kalo cuman main catur ama Sintia aja Mas.” “Emang Sintia bisa catur?” “Eit jangan menghina Mas, biar Sintia cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata ku sambil tersenyum. “Ya bolehlah, aku pengin menjajal Sintia,” katanya dengan nada agak nakal.Aku hanya tersenyum menjawab godaanku. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu. “Sebentar ya Mas, Sintia ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”

Aku melenggang ke ruang tengah. Pas aku melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemarannya dan suamiku kalau lagi main catur, dia sedang menyusun biji2 catur dipapannya. Aku membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterku terbuka dan menyingkap dua bukit toketku yang putih dan sangat padat. Aku tidak memakai bra. Kemudian aku duduk di kursi sofa di seberang meja. “Siapa jalan duluan Mas?” “Sintia kan putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan bahwa aku cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah ku membuat dia harus berpikir keras. Tapi aku pun kerepotan dengan langkahnya.

Beberapa kali aku harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasterku terbuka lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua matanya. Satu dua kali dalam posisi seperti itu aku mengerling kepadanya dan memergoki dia sedang menikmati toketku. Aku membiarkan matanya menjelajahi toketku sehingga aku sama sekali tidak mencoba menutup daster dengan tanganku. “Cckk cckk cckk Sintia memang hebat, aku ngaku kalah deh.” “Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab ku sambil tersenyum menggoda. “Ayo main lagi, Sintia belum puas nih.” kataku rada genit.

Kami main lagi, permainan berjalan lebih seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dengan tangan kananku. Rupanya dia juga melakukan hal yang sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai. Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing2. Aku melihat ke arah nya. dia masih dalam posisi duduk membungkuk . Jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.

Dia menjulurkan kepalaku dan mencium dahi ku dengan sangat mesra. Aku sedikit terperanjat dengan langkahnya, tapi hanya sepersekian detik saja. Aku melenguh pelan, “oooohhh …”Dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia mengkulum lembut bibir ku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku. Aku menyambutnya dengan mengulum balik bibirnya. Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kuluman bibirnya ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dia lepaskan ciumannya. Dia bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri ku. Belum sedetik dia duduk aku sudah memeluknya dan bibirnya kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini hot, bahkan dengan suamiku sekalipun. Dia menciumi sisi kiri leher ku yang putih jenjang. Rintih kegelian yang keluar dari mulut ku dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatnya. Ciumannyabergeser ke belakang telinga ku, sambil sesekali menggigit lembut cupingnya. Aku semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan. “Aaahhhh … aaaahhhhh,” aku merintih pelan. Dia merangkul leherku dengan lengan kanannya.

Tangan kanannya mulai menelusup di balik dasterku dan merayap pelan menuju puncak toket ku yang sebelah kanan. Toketku memang sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tangannya tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari2nya mulai menari di sekitar pentil ku yang sudah tegak menantang. Dengan ibu jari dan telunjuknya dia memelintir lembut pentilku yang mungil itu. Aku kembali menggelinjang kegelian. Aku menolehkan wajah ke kiri dengan mata yang masih terpejam. Dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tangannya terus bergerilya di toket kananku. Ciumannya semakin ganas dan sesekali menggigit lembut bibirku.

Tangan kirinya digerakkan ke paha kiri ku yang mulus. Lambat namun pasti, usapan tangan diarahkannya semakin keatas mendekati pangkal pahaku. Ketika jarinya mulai menyentuh cd ku di sekitar no nokku, dia menghentikan gerakanku. Tangan kirinya kembali diturunkan, dia mengusap lembut pahaku mulai dari atas lutut. Gerakan ini diulang beberapa kali sambil tangan kanannya masih memelintir pentil kanan ku dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciumannya semakin mengganas. Dia pun mulai meraba no nokku yang masih terbalut cd itu. no nokku berdenyut lembut . Dengan jari tengah tangan kirinya, dia menekan pelan tepat di tengah no nokku. Denyutan itu semakin terasa. “Aaahh … Mas… aahhh .. iya .. iya,” aku melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tanganku menyingkap daster miniku serta menurunkan cdku sampai ke lutut. Serta merta matanya bisa menatap leluasa no nokku. Bukitnya menyembul indah, jembutku cukup lebat. Di antara kedua gundukan no nokku itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.

Kemudian jari2 tangan kirinya mulai membelai semak2 yang terasa sangat lembut itu. Aku bereaksi terhadap belaiannya dengan menciumi leher dan telinga kanannya. Aku semakin erat memeluknya. Tangan kanannya dari tadi tak berhenti meremas2 toket ku yang sangat berisi itu. Jari2nya mulai mengusap lembut no nokku yang sangat halus itu. Perlahan dia menyisipkan jari tengah kirinya di celah no nokku. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir. Dia menyusup lebih dalam lagi sampai dia menemukan it ilku yang sangat mungil . Dengan gerakan memutar lembut dia mengusap it ilku. “Ahhhh … iya … Mas .. ahhhh .. ahhhh.” Jari tengahnya ditekan sedikit lebih kuat ke it ilku, sambil digosokkan naik turun. Aku meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahaku, namun gerakanku terhalang cd yang masih bertengger di kedua lututku.
Sejenak ia menghentikan gosokan jarinya, dia menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan cdku. Aku membantu dengan mengangkat kaki kiriku hingga cdku terlepas dan hanya menggantung di lutut kanan ku. Gerakan ku sudah tak terhalang lagi. Dengan leluasa aku membuka lebar kedua pahaku. Jarinya sekarang leluasa menjelajah seluruh no nokku yang sudah sangat licin berlendir itu. Dia menggosok2 it il ku dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung no nokku dan digesek keatas kearah it ilku. Aku menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai mengorek bagian luar lubang no nokku. “Iya … ahhh … iya .. Mas …”

Aku hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalaku terdongak kebelakang, mataku tertutup rapat. Mulutku terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tanganku terkulai lemas tak lagi memeluknya. Tangan kanannya pun sudah berhenti bekerja karena merangkul aku dengan erat agar aku tidak melorot ke bawah. Daster ku sudah terbuka sampai keperut, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Cdku masih menggantung di lutut kananku. Pahaku mengangkang maksimal. Jarinya masih menari-nari di seluruh bagian luar no nokku.

Dia sengaja belum menyentuh bagian dalam no nokku. Aku sekarang menggeleng2 kepala ke kiri kanan dengan liar. Rambut basahku yang sudah mulai kering tergerai acak2an. “Mas … Mas …. ahhhhh …. enak …. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.” Aku sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahiku. Dengan lembut dia mulai menusukkan jari tengahnya ke dalam no nokku yang sudah sangat basah itu. Dia menyorongkan sampai seluruh jarinya tertelan no nokku yang cukup sempit itu. Dia tarik perlahan sambil sedikit dibengkokkan keatas sehingga ujung jarinya menggesek lembut dinding atas no nokku. Gerakan ini dilakukannya berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, tubuhku menjadi kaku, kedua tanganku mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalaku semakin mendongak kebelakang. Mulutku terbuka lebar. Gerakannya dipercepat dan ditekan lebih dalam lagi. “Aaaaaahhhhhhhhhh.”

Aku melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhku sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tangannya makin terjepit kontraksi otot no nokku, dan bersamaan dengan itu cairan no noktku menyiram jarinya. Aku telah nyampe. Dia tidak menghentikan gerakan jarinya, hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Tubuh ku masih menggigil dan menegang. Mulutku terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek2 yang keluar lewat mulutku. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh ku berangsur melemas, dia pun memperlambat gerakan jarinya sampai akhirnya dengan sangat perlahan dia cabut dari no nokku.

Mata ku masih terpejam rapat, bibirku masih sedikit ternganga. dengan lembut dan pelan dia mendekatkan bibirnya ke mulut ku. Dia mencium mesra bibirku yang sensual itu. Akupun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya. “Nikmat Sin?” dengan lembut dia berbisik di telinga ku. “Mas … ah … Sintia belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi ..sungguh Mas. Mas sangat pinter … Makasih Mas … Winda sungguh beruntung punya suami Mas.” “Aku yang beruntung Sin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.” “Ah Mas bisa aja … Sintia jadi malu.”

Akhirnya aku sadar akan kondisiku saat itu. Dasterku awut2an, pahaku masih terbuka lebar, dan cdku tersangkut di lututku. Aku segera duduk tegak, menurunkan dasterku sehingga menutup pangkal pahaku. Akhirnya aku bangkit berdiri. “Sintia mau cuci dulu Mas.” “Aku ikut dong Sin, ntar aku cuciin,” dia menggodaku. “Ihhh Mas genit.” Sambil berkata demikian aku menggamit tangannya dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata: “Aku copot pakaianku dulu ya Sin, biar nggak basah.” Aku tidak berkata apa2 tetapi mendekatinya dan membantu melepas kancing celananya semantara dia melepaskan kaosnya.

Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Tampaknya kon tolnya yang besar dan panjang (dibandingkan dengan kon tol suamiku yang kecil) sudah menegang. Dia maju selangkah dan mengangkat ujung bawah dasterku sampai keatas dan aku mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas. Dia tampak mengagumi tubuhku. Toket yang dari tadi hanya diraba sekarang terpampang dengan jelas di hadapannya. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh ku yang sexy itu. Pentilku sangat kecil bila dibanding ukuran bukit toketku. Warna pentilku coklat agak tua, sungguh kontras dengan warna kulit ku yang begitu putih.

Perut ku sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulku sungguh indah dan pantatku sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahaku sangat mulus dan padat, betisku tidak terlampau besar dan pergelangan kakiku sangat kecil. “Mas curang … Sintia udah telanjang tapi Mas belum buka cdnya.” Tanpa menunggu reaksinya, aku maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan cdnya. Dia membantu dengan melangkah keluar dari cdnya. kon tolnya yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak. Besar dan panjang, mengangguk2 saking kerasnya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi. Tak tahan melihat tubuh molek ku, dia maju langung memeluk tubuhku erat. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit tubuh nya tanpa sehelai benangpun yang menghalangi. “Kamu cantik dan seksi sekali Sin.” “Ah Mas ngeledek aja.” “Bener kok Sin.”

Sambil berkata demikian dia merangkul aku lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyemprotkan sedikit air dengan shower ke no nokku yang masih berlendir itu. Kemudian dia memeluk ku dari belakang dan menyabuni seluruh permukaan no nokku dengan lembut. Aku suka dengan apa yang dia lakukan, aku merapatkan punggungku ke tubuhnya sehingga kon tolnya menempel rapat ke pantatku. Dengan gerakan lambat dan teratur dia menggosok selangkangan ku dengan sabun. Aku mengimbanginya dengan mengggerakkan pinggulku seirama dengan gerakannya. Akhirnya selesai juga dia membantu ku mencuci selangkanganku dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Dia meraba seluruh permukaan tubuh mulus ku, aku pun beraksi mengelus kon tolnya yang semakin menegang itu.

Aku ditelentangkan, kemudian dia melorot mendekati kakiku. Dia mulai menciumi betisku, perlahan keatas ke pahalu yang mulus. Akhirnya mulutnya mulai mendekati pangkal pahaku. “Ahhhhh Mas …. ah .. jangan .. nanti Sintia nggak tahan lagi .. ah.” Sekalipun aku berkata “jangan” namun justru aku membuka kedua pahaku semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutnya itu. “Nikmati saja Sin …. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan suamimu padamu.” Dia meneruskan jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir no nokku yang begitu tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir no nokku. Sambil “berciuman” dia menjulurkan lidahnya mengorek ujung no nokku. “Ahhhh …. Mas … aaaaahhh .. please .. please.” Begitu mudahnya kata2ku berubah dari “jangan” menjadi “please”. Bibirnya digeser sedikit keatas sehingga menyentuh it ilku yang berwarna pink. Perlahan dia menjulurkan lidahnya dan menjilatinya berkali2.

Aku membuka selangkanganku semakin lebar dan menekuk lututku serta mengangkat pantatku. Dia segera memegang pantatku sambil meremasnya. Lidahnya semakin leluasa menari di it il ku. “Aaaaaahhhhhh …. enak Mas …. enak …. ahhhh .. iya …. ahhhh.” Hanya itu yang keluar dari mulut ku menggambarkan apa yang sedang kurasakan saat ini. Dia semakin meningkatkan kegiatan mulutnya, dia mengkatupkan kedua bibirnya ke it il ku yang begitu mungil, dia menyedot lambat2 benda sebesar kacang hijau itu. “Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.” Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosok it ilku. Lidahnya dijulurkan mengorek seluruh lubang no nokku sejauh yang dia bisa. Tubuhku menegang sehingga pantat dan selangkanganku semakin terangkat, kedua tanganku mencengkeram kain sprei. “AAAaaaaahhhhh … maaaaassssssss.”

Bersamaan dengan erangan ku dia merasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari no nokku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan sentuhkan ke no nokku. Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia biarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari tangannya terbenam kedalam no nokku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh ku kembali menggigil dan no nokku mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.

Kami masih berciuman sampai tubuh ku mulai melemas. perlahan dia mengangkat tangan kanannya dari selangkanganku, memeluk ku dengan lembut. Bibirnya perlahan dilepaskan dari cengkeraman mulut ku. Tubuh ku tergolek lemah seakan tanpa tulang. Mataku sedikit terbuka menatapnya mesra. Di bibirku sedikit menyungging senyum penuh kepuasan. “Mas …. itu tadi luar biasa Mas … Sintia belum pernah digituin … Mas hebat .. makasih Mas … Sintia hutang banyak ama Mas.” “Sin aku juga sangat senang kok bisa membuat Sintia puas seperti itu” sambil dia mengkecup lembut keningku. Mata ku berbinar penuh rasa terima kasih. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. kon tolnya masih tegang berdiri. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku membersihkan diriku sendiri. Dia tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru aku alami. Tak berapa lama kemudian aku kembali dan langsung berbaring di sampingnya. Mataku menatap lekat ke kon tolnya.

“Mas pengin diapain?” tanyaku manja. “Terserah kamu Sin, biasanya ama suamimu gimana dong?” dia coba memancingku. “Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Sintia jarang puas ama dia.” “Oh … terus Sintia penginnya gimana?” “Ya kayak ama Mas tadi, Sintia puas banget. … Sintia pengin cium punya Mas boleh nggak?” “Emang Sintia belum pernah?” “Belum Mas,” agak jengah aku menjawab, “Suamiku nggak pernah mau.” “Ya silahkan kalau Sintia mau.” Tanpa menunggu komando aku segera merangkak mengarahkan kepalaku mendekati selangkangannya. Aku pegang kon tolnya, kuamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok.

Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama melakukannya. “Ayo Sin ,, aku ngak apa2 kok. Kalau Sintia suka, lakuin apa yang Sintia mau.” Dengan penuh keraguan aku mendekatkan mulutnya ke kepala kon tolnya. Pelan2 kubuka bibirku dan memasukkan kepalanya kedalam mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot perlahan. Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Dengan lembut dia memegang tangan kiriku. Dia menggenggam jemariku yang lentik dan ditariknya mendekat ke mulutnya. Dia memegang telunjukku kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Dia menggerakkan masuk keluar dengan lambat sambil sesekali dijilat dengan lidahnya saat jari lentikku masih dalam mulutnya. Aku segera paham bahwa dia sedang memberi “bimbingan” bagaimana seharusnya yang kulakukan.

Cerita sex : Cerita Sex Enak Suami Pinjaman

Tanpa ragu aku mempraktekkan apa yang dia lakukan dengan jariku. kon tolnya kumasukkan kedalam mulutku, kemudian kepala kuangguk2kan sehingga kon tolnya tergesek keluar masuk mulutku yang sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi dia mulai bisa merasakan “pelayanan” yang kuberikan. Semakin lama aku semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang kumainkan lidahku di sekeliling kepala kon tolnya dalam mulutku. Sepertinya aku sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang kulakukan dengan mulut dan lidahku. Aku mulai berani bereksperiman. Kadang kukeluarkan kon tolnya dari mulutku, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali. Sesekali aku hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batangnya. “Gimana Sin rasanya?” “Mas… Sintia merasakan rangsangan yang luar biasa, kon tolnya Mas enak .. Sintia suka, besar – panjang lagi.” Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana.

#Cerita #Sex #Kenikmatan #Seks #Antar #Tetangga #Sungguh #Nikmat

Cerita Dewasa Ngentot Nikmat, Terbaru Malam Ini

Cerita Dewasa Ngentot Nikmat – Cerita Seks ini berjudul “Cerita Seks Saya Suka Bercinta Dengan Mertua” “Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Seks Hot, Cerita Seks, Cerita Seks, Cerita Mesum, Cerita Seks Bibi, Cerita Seks Darah, Cerita Janda , Hijab. , Terbaru 2019.

– Biarkan saya memperkenalkan diri, nama saya Tiven. Aku baru seminggu di rumah. Istri saya, Dewi, telah ditugaskan oleh kantornya untuk mengikuti pelatihan yang diadakan di kota lain selama dua minggu.

Cerita Dewasa Ngentot Nikmat

Terus terang, saya juga merasa kesepian. Saat mau tidur, aku juga merasa aneh, kok aku sendirian dan kesepian, padahal biasanya istriku ada di sisiku. Sebenarnya, pernikahan kami tidak dikaruniai anak. Ini hanya 1 tahun. Karena sendirian, dan pengertian karena otak laki-laki, pikirannya kemana-mana.

Cerita Seks Ngajakin Ml Pacar Yang Alim Serta Lugu

Saya ingat peristiwa bahwa saya tinggal bersama ibunya. Ibu mertua saya bukan ibu kandung istri saya, karena ibu kandung Dewi sudah meninggal. Kemudian ayah saya menikah lagi dengan ibu mertua saya dan kebetulan tidak memiliki anak. Ibu mertua saya berusia sekitar 40 tahun, wajahnya cantik, dan tubuhnya benar-benar montok dan padat menurut wanita idaman saya.

Payudaranya besar sesuai dengan pinggulnya. Selain itu, pantatnya juga sangat menggairahkan. Saya sering membayangkan bahwa ibu mertua saya ketika dia telentang, vaginanya membengkak di pantatnya yang besar. Hmm, benar-benar mengasyikkan.

Kejadian itu terjadi pada malam hari dua hari sebelum hari pernikahan saya dengan Dewi. Saat itu, saya sedang duduk sendirian di ruang keluarga membicarakan persiapan pernikahan saya. Tiba-tiba lampu padam. Dalam kegelapan itu, ibu mertua saya (saat itu masih calon) berdiri, saya pikir saya akan menemukan lilin, tetapi ibu mertua saya memeluk saya dan mencium pipi dan bibir saya dengan lembut dan lembut. Saya kaget dan bingung karena tidak menyangka ibu mertua saya yang cantik akan dicium.

Beberapa hari berikutnya saya bersikap seperti biasa, begitu pula ibunya. Ketika saya duduk berdua dengannya, dia sering berani menatap ibunya untuk waktu yang lama, dan dia biasanya tersenyum lembut dan berkata, “Apa…?, tidak apa-apa, ibu malu.”

Cerita Sex Merengkuh Nikmat Dengan Ibu Temanku

Terus terang, saya sangat rindu bisa berkumpul dengan ibu mertua saya. Terkadang saya merasa sangat bersalah dengan istri saya Dewi, dan juga pemimpi baik hati saya. Kadang-kadang saya jadi kasar membayangkan ibu mertua saya disetubuhi oleh ayah saya, saya membayangkan alat kelamin ayah saya keluar masuk vagina ibunya, Ooh bagaimana! Tapi saya tetap menghormati ayah dan ibunya. Ibu mertua saya juga mencintai kami, meskipun Dewi adalah putranya.

Keesokan paginya, saya menerima telepon dari ibu mertua saya, meminta agar pada sore hari dia bisa membawa ibu saya mengunjungi kerabat yang berada di rumah sakit, karena ayah saya pergi untuk urusan bisnis. Saya setuju. Sore hari kami pergi ke rumah sakit, dan tiba di rumah setelah matahari terbenam. Seperti biasa saya selalu sopan dan hormat kepada ibu mertua saya.

“Aah, kok anak ini nggak mau diam, tapi eh, um, Tom, sebenarnya waktu itu kita masih juara, aku melihat betapa cantiknya kamu. Hidungmu, bibirmu, matamu sedikit tak tahu malu, bagaimana kabarmu?” itu karena ibuku sangat mencintaimu. Itu sebabnya ketika lampu padam, aku tidak tahu dari mana iblis itu berasal, ibuku sangat ingin mencium dan memelukmu. Ibuku benar-benar malu. Ibu macam apa apakah kamu, ketika kamu melihat menantu perempuanmu sendiri, bagaimana kamu tersipu.” ​​Agen Sbobet

“Mungkin, iblis itu Tiven, ibu… Saat ini iblis juga heboh ketika melihat ibunya. Percaya atau tidak, terkadang ketika Tiven bersama Dewi, dia bahkan membayangkan Ibu. Itu benar. Sumpah Jika dan Anda pernah membayangkan Tiven ketika Anda bersama Ayah, saya menjadi lebih berani.

Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Seksi Janda Muda Yang Masih Abg

“Aah, entahlah, ah…, ah…, ah…, lalu kalau terus-terusan, nggak enak. Hati-hati dengan setirnya. Nanti kalau dia tersandung, dia mikir gitu” dia jalan-jalan sambil jalan-jalan sama ibunya. Pasti ibu yang disalahkan, saya kira orang tua yang putus asa,” katanya.

“Padahal mereka berdua marah sama kamu Bu. Buu, maafkan aku Tiven Deeh. Tiven sangat ingin bersama ibu, tahu …, Bagaimana ini, Tiven sakit di celana, aku’ sudah menjadi lebih berani

“Oh, Tom, jangan seperti itu. Ibu sangat keras. Tapi jujur ​​saja, Toom.., aku merasa seperti seseorang telah jatuh cinta padamu.., Jika ya, hilang seperti ini, kamu aku ingin ketemu tom…, tom, ayo segera pulang. …, ayo segera pulang…, ayo pulang secepatnya kita ke rumahmu sekarang…, kosong, tidak… , tapi Tom menangis sebentar Tom, Ibu ingin menciummu di sini,” kata Ibu dengan suara gemetar.

Ooh, aku sangat besar. Mungkin terpengaruh karena saya sudah seminggu tidak berhubungan seks dengan istri. Saya sangat bersemangat. Aku mundur ke tempat yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobil saya juga gelap, jadi saya tidak takut ketahuan. Aku dan ibuku saling berpelukan, berciuman mesra penuh kerinduan. Sungguh, selama ini kita saling merindukan.

Cerita Sex Kuperkosa Majikanku

Aku segera melepas celanaku, menurunkan celana dalamku. Woo, langsung bangun tegang banget. Tangan kiri ibu menuntunku untuk memegang penisku.

Saya memasukkannya ke gigi satu, dan mobil melaju pulang. Ibu mertuaku memegang penisku, ibu jarinya membelai kepala penisku dengan lembut. Ah, menggelitik … sangat lezat. Mobil diam, kami diam, tapi tangan ibuku terus memijat dan membelai penisku dengan lembut.

Sesampainya di rumahku, aku turun ke bawah dan membuka pintu, dan langsung masuk ke garasi. Garasi saya tutup lagi. Kami bergandengan tangan saat memasuki ruang tamu. Kami duduk di sofa dan saling memandang dengan penuh kerinduan. Suasana begitu tenang dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, lebih mesra. Kami mencurahkan keinginan kami. Aku mencium ibu mertuaku dengan penuh gairah. Saya masuk ke payudaranya yang selalu saya bayangkan, oh sangat besar dan manis.

Matanya terpejam, aku cium matanya, pipinya, aku cium bibirnya, dan aku masukkan lidahku ke mulutnya. Ibu sedikit terkejut dan membuka matanya. Lalu tiba-tiba menghisap lidahku dengan penuh nafsu.

Cerita Dewasa Threesome Dengan Kakak Kandungku

Ibu dengan lembut menyenggolku, menatapku dengan sayang. Dia memelukku lagi dan berbisik, “Tom, bawa ibu ke kamar tidur…, tolong ke kamar, jangan di sini.”

Dengan tangan bersilang kami memasuki ruang tamu yang kosong. Saya merasa tidak nyaman di tempat tidur kami. Saya merasa kasihan pada Dewi ketika kami menggunakan tempat tidur di kamar kami. Ramalan Togel

“Oke, Tom. Aku juga tidak suka menggunakan kamarmu. Lebih banyak kebebasan di kamar ini,” kata ibu mertuaku penuh simpati. Aku meremas pantat menggairahkannya.

Kami duduk di tempat tidur, mencium aku menanggalkan pakaian ibunya. Saya benar-benar terpesona oleh kulit ibu saya yang putih bersih dan mulus dengan payudaranya yang besar tergantung indah. Ibuku berbaring di tempat tidur. Aku membuka kancing celana dalamnya dan memperlihatkan kakinya yang indah. Suatu ketika saya kagum melihat vagina besar ibunya dengan bulu keritingnya yang tebal. Seperti yang saya bayangkan selama ini, vagina ibu mertua saya mencuat tepat di pantat besarnya. Aku tidak tahan lagi melihat kecantikan ibu mertuaku di punggungnya di depanku. Aku melepas pakaianku dan penisku benar-benar tegak sempurna. Ibu mertuaku menatapku kosong. Kami merindukan persatuan ini. Aku berbaring di sebelah adikku. Dia mencium, menyentuh, mencium semuanya mulai dari bibir hingga paha mulusnya. Agen sbobet

Cerita Sex Pelampiasan Ayah

Aku meremas dadanya, mengusap perutnya, memeknya, klitorisnya yang kumainkan. Bokongnya basah. Jari-jari saya dengan cairan vagina ibunya, dan saya menggosok klitorisnya. Ibu memekik senang dan mendesis. Sementara sang ibu menahan pencuri itu dan mengejarnya. Keinginan kami terdesak untuk disebarkan dan dipenuhi malam ini. Ibu bangkit, memegangi kepala dan rambutnya, membelai punggungku, pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap untuk masuk ke saluran vagina ibunya.

“Toom…, ibu juga. sshh…, masuk Toom…, masuk sekarang…, aku sangat ingin Toom, Toomm…,” bisik ibuku terengah-engah. Aku memanjat ibunya dengan siku dan lututku.

Tangan kananku membelai wajahnya, pipinya, hidung dan bibir ibunya. Mari lihat. Dia tampaknya sangat ramah. Dia mengambil penisku ke dalam saluran vaginanya yang basah. Ditempelkan dan dioleskan pada bibir vaginanya, pada klitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan sedikit dan melepaskan tekanan untuk memerintahkan penisku.

Kaki ibu mertua saya terbentang, dan saya tidak sabar untuk memasuki vagina ibunya. Kepala penisku mulai masuk, lebih dalam, lebih dalam dan, akhirnya, ke pangkalan. Saya mulai naik dan turun secara teratur, masuk dan keluar, masuk dan keluar dari vaginanya yang basah dan licin. Aduh enak, sangat enak dan mereka akhirnya mulai masuk.

Sex Ibu2 Jilbab

Selera makan kita semakin panas. Aku lebih cepat, meluncur penisku ke dalam vagina ibunya. “Boo, Tiven semua masuk, semua dalam boo”

“Ya, Tom, itu sangat bagus. Milikmu sangat aneh. Itu sangat besar. Ibunya benar-benar marem” desis kami, pekik, erangan kesenangan. Sementara kakinya yang mengangkang sekarang berkumpul.

Aduh, vaginanya besar sekali. Aku tidak bisa tinggal lagi jika keadaan menjadi seperti ini. Ia semakin ngotot berhubungan seks dengan ibunya, meninju vagina ibunya yang licin, tebal, dan kencang (karena kontraksinya sudah mencapai puncaknya). Suara teriakan itu membuatku semakin bersemangat. Ah, aku tidak tahan lagi.

“Mama juga mau cum, mau cum…, Toomm, Tomm, Lanjutkan Toomm”, Kami saling menempel erat. Nafas kami terhenti. Aku menekan penisku dengan kuat ke dalam vagina ibunya.

Nikmatnya Memek Legit Gadis Binal

Dasar penisku berdenyut-denyut. menyemprotkan sperma saya di vagina ibu mertua saya. Bersama-sama kami menikmati puncak hubungan kami. Kerinduan, ketegangan kita telah sirna. Dia merasa sangat lemah. Nafas yang hampir terputus semakin menjadi.

Aku mengangkat tubuhku. Aku akan menarik penisku yang telah tersangkut di saluran vaginanya, tapi ibu mertuaku menahannya.

“Ayo masuk dulu, Toom… Ayo, miring, kamu berat sekali. Kamu putus asa saja.., ketika orang diremukkan sekeras mungkin, “katanya sambil mencubit hidungku. Aku tertunduk, di wajahku, ibu mertuaku mencubit hidungku lagi, “Anak kurang ajar … , Berani bersama ibunya…,

#Cerita #Dewasa #Ngentot #Nikmat