Ngentot Dengan Tetangga Yang Body Nya Oke Banget Terbaru Malam Ini

Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.

Isteriku bernama Tina. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.

Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, wooow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.
Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Fahrul dan Mbak Reni. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.

Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Fahrul menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Fahrul ikut nonton bersama kami.

“Waduh, gimana ini Rul..? Nggak enak nih..!”
“Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang.
Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Tin diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.
“Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.

Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Fahrul. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Fahrul, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Tina tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.

Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Tina tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Tina kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.

Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Tina langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.

“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.

Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Tina. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.
Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Reni lah yang menaikkan tensiku pagi ini.
Sorenya Fahrul datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi.

“Maksudmu apa Rul..?” tanyaku heran.
“Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Tina bergulat setelah ngobrol dengannya.”

Loh, aku heran, dari mana Reni nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.
Fahrul langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.

“Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Fahrul langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?”
“Acara apa Rul..?” tanyaku penasaran.
“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
“Pesta apaan..? Gila kamu.”
“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”

Malamnya, menjelang pukul 20.00, Fahrul bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Fahrul dari rumahnya.

Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Fahrul juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Tina juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Tina sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

Kuperhatikan Fahrul perlahan-lahan mendudukkan Reni di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Reni juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

Perlahan-lahan Fahrul membuka BH Reni, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.

Seolah-olah Fahrul mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Fahrul.

Kemudian kudekati Reni yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Fahrul kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Tina yang biasanya aku lah yang melakukannya.

Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Reni. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Reni ini.
“Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Reni seolah sudah siap untuk melakukannya.

Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Reni yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.

Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
“Sshh.., akh..!” Reni menggelinjang nikmat.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Reni mendesis.

Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Reni, kuhisap bagian putingnya, tubuh Reni bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Reni sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.

Reni memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Fahrul dan isteriku seperti membentuk angka 69. Tina ada di bawah sambil mengulum kemaluan Fahrul, sementara Fahrul menjilati kemaluan Tina. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.

Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Reni, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Reni terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.

Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Reni.

Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Reni mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”

Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

Tanganku sekarang sudah meremas payudara Reni dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Reni pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Reni nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Reni berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Fahrul dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Reni.

Luar biasa kemaluan Reni ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Reni merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Reni sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Reni juga semakin ketat karena membungkuk.

Kukangkangkan kaki Reni dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Reni melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Reni membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Reni pun menikmati gaya ini.

Buah dada Reni bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Reni sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Reni semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.

Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Reni ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Reni telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Reni menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Reni.

Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Reni semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Reni memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Reni menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Reni menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

Mulutku terasa asin, ternyata bibir Reni berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Fahrul dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Tina tersenyum puas. Sementara Reni tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Reni. Kulihat Reni tidak memperdulikannya.

Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Reni. Reni tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Tina juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

Cerita sex : Naluri Lesbiku Mulai Dari Khayalan Foto Duo Serigala

Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Fahrul dan Reni sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Reni berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja…

#Ngentot #Dengan #Tetangga #Yang #Body #Nya #Oke #Banget

Awalnya Dari Media Sosial Akhir Nya Menginap Di Hotel Terbaru Malam Ini

Suatu hari, aku online di salah satu channel chatting dengan seorang mahasiswi. Sebut saja namanya Lina (19 tahun), bukan nama sebenarnya. Dia adalah anak seorang pejabat di salah satu instansi di Jawa dan sedang menjalani kuliah di salah satu universitas favorite di kota M. Perkenalan ini berawal dari seringnya aku online barsama Lina.

Singkat cerita, suatu hari aku ada tugas dinas ke kota M dan iseng-iseng aku hubungi dia melalui nomor HP yang sudah dia berikan sebelumnya. Dan dengan senang hati dia mau ketemuan, asal dengan syarat dia bawa teman. Walhasil, aku ketemu dia di salah satu cafe di daerah kampus yang berada di pinggir kota.

“Hey.. Kamu Lina” sapaku.
“Hey, Ronny ya.. ” sambil menjawab Lina mengulurkan tangannya.
“Kenalin ini temanku Indra,” sambil mengenalkan temanku.
“Oh ya, kenalin juga ini temanku Viona,” kata Lina mengenalkan temannya.

Sepintas terlihat, Lina adalah sosok seorang gadis model. Karena bentuk tubuhnya sangat semampai dengan ciri 167/45. Sehingga tonjolan di dada maupun di pantatnya tidak begitu nampak sebagaimana gadis-gadis yang aku kenal. Lamunanku buyar saat Lina menawarkan menu yang mau dipesan.

“Dy, kamu mau makan apa?” tanya Lina.
“Mmm, anu.. Terserah deh” jawabku gugup.
“Kenapa say.. Kok nervous gitu?” tanyanya manja.

Wah dadaku berdetak keras saat dia panggil aku dengan kata “say.. ” tetapi aku cepat menguasai keadaan dan bersikap seperti nggak ada rasa GR dengan panggilan yang aku kira sangat romantis banget.

“Tidak kok, tidak apa-apa, aku ngikut aja,” jawabku datar.

Dari pertama kita ketemu di chatting, aku terbuka saja dengan status aku yang sudah married. Dan ternyata diluar dugaanku, Lina bisa menerima hal itu karena memang dia menyukai cowok yang lebih dewasa.

2 jam lamanya kami berempat, ngobrol apa aja yang bisa dibLinarakan. Baik tentang kuliahnya, masalahnya Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 21 kurang 1/4. Akhirnya aku menawarkan diri untuk mengantar balik ke kost-kostan.

“Lina, sudah malem nih, ayo aku anter balik” ajakku.
“Oke dah Mas Ronny,” jawab Lina singkat sambil bangkit dari duduknya.

Setelah aku bayar di kasir, aku bergegas menuju mobil starletku yang butut kedinginan diluar cafe.

“Dan, minggu depan aku mau ke Surabaya,” kata Lina.
“Oya, dalam rangka apa?” tanyaku.
“Mau ketemu kamu, kamu ada waktu kan?” jawabnya tersenyum.

Deg! jantungku terasa berhenti ketika Lina bilang seperti itu, aku langsung berusaha menguasai situasi.

“Ooo.. Pasti bisalah, asal kamu kabarin sehari sebelum datang,” pintaku.
“Oke deh, ntar aku hubungi kamu Mas” kata Lina.
“Terus, kamu mau dateng sama Viona atau sendirian?” tanyaku.
“Sendirilah Mas, masa iya sama temanku.. Kan nggak romantis?” jelas Lina.

Tanpa terasa sampailah di depan tempat kost Lina.

“Selamat malam,” kataku.
“Terima kasih ya Mas, sampai ketemu minggu depan,” Lina mengingatkan.

“Ok” jawabku singkat, dan setelah itu aku langsung tancap gas balik menuju ke Surabaya dengan perasaan yang masih bertanya-tanya dengan ucapan Lina yang sedikit romantis. Tetapi sebandel apapun aku, aku tetap memegang prinsip aku tentang virginitas seorang cewek. Buat aku jika seorang gadis itu masih virgin, aku tidak akan pernah mau Making Love karena sudah menjadi prinsip aku untuk tidak merusak masa depan seseorang.

6 hari sudah berselang setelah pertemuan pertama dengan Lina dan sesuai janji dia, Kamis siang Lina menelphone HP-ku. Ringtone dengan lagu dilema cellulerku berbunyi dan saat aku liat layarnya ternyata 081252xx (nomor Lina).

“Mas Ronny besok aku berangkat sepulang kuliah, bisa jemput nggak?” tanya Lina.
“Oke bisa, jam berapa?” balas aku bertanya.
“Mmungkin dari Surabaya jam 18.00″ jawab Lina.
“Lho emang kamu mau langsung balik?” selidik aku.
“Tidaklah Mas, aku kan ingin ditemanin Mas Ronny semalaman” jelasnya.

Alamak si Lina ini, bikin aku berpikir yang nggak-nggak.

“Oo gitu, oke sapa takut” tantang ku.
“Oke deh Mas, sampai besok” seiring kata itu HPnya langsung dimatikan.

Setelah telphone off, aku langsung hubungi salah satu hotel di Surabaya yang menjadi tempat favorite aku dan kebeetulan aku salah satu members di hotel tersebut. Sehingga setiap saat aku bisa booking room dengan posisi open.

Hari jum’at jam 18.00 tepat aku sudah nongkrong di jok mobilku. Diparkiran terminal Bungur Asih dan selang 5 menit cellulerku berbunyi, “Mas kamu dimana?” suara Lina.

“Aku sudah di parkiran terminal nih,” jelasku.
“Oke deh aku ke situ” jawab Lina.

Dengan perasaan deg-degan aku menunggu Lina nongol dari pintu keluar terminal, dan dari jauh aku lihat tubuh semampai yang agak kurusan berlenggak-lenggok seperti di catwalk. Setan bertanduk, meniup pikiranku sepanjang Lina menuju mobilku.

“Hey Mas Ronny, gimana khabarnya?” tanya Lina.
“Baik Lina” jawabku singkat.
“Sudah lama ya Mas Ronny tunggunya,” ia membuka percakapan.
“Belum kok Lina” jawabku singkat.

Tanpa panjang lebar, aku langsung menuju hotel yang sehari sebelumnya aku sudah booking. Dan parfum dengan aroma melati sangat megganggu birahi kelaki-lakianku. Setan bertanduk semakin aktif mengetuk pikiran kotorku untuk langsung bercinta dengannya.

Sesampai di hotel aku langsung minta kunci dan menuju kamar lantai 2 nomor 222.

“Lho Mas kenapa kok booking yang 2 bed?” tanya Lina.
“Lho memangnya kenapa?” aku berlagak bengong.
“Lina pengennya yang satu bed, supaya bisa berduaan,” jawab Lina polos.

Walaupun setan sudah pada meringis diatas kepalaku dan bilang, yes! tetapi aku berusaha cool di depan Lina dan sedikit berkata bijak bagaikan orang tua.

“Lina, kita tidak untuk macam-macamkan di kamar ini?” balasku bertanya.
“Ya sudah deh Mas, aku mau mandi dulu ya” jawab Lina kesal.

15 menit lamanya Lina mandi, akhirnya pintu kamar mandi terbuka dan begitu kagetnya aku, ketika Lina hanya mengenakan daster yang tipis tanpa menggunakan BH dan CD, sehingga nampak jelas sekali puting yang kecil menonjol di balik daster tipisnya. Tanpa melihat gelagat Lina yang semakin membuat detak jantungku semakin cepat, aku langsung ambil handuk dan mandi.

Malam semakin larut dan hampir 3 jam aku di dalam kamar berdua dengan Lina, detak jantungku semakin kencang tatkala Lina sesekali sengaja menyentuhkan tangannya di pundakku. Adik kecilku berontak dengan keras ingin keluar dari celanaku.

“Mas, malam ini kamu manis banget sih,” kata Lina memuji.
“Ah kamu bisa aja” jawabku agak gugup.

Karena pertanyaan itu disampaikan hanya dengan jarak 20 centi dari mukaku sehingga bau harum di wajahnya begitu menggelitik syaraf kelaki-lakianku.

“Mmm bagaimana.. ” belum selesai aku tanyakan sesuatu tiba-tiba tubuh kecil Lina sudah berada dipangkuanku. Sehingga memudahkan dia untuk mencium bibirku. Sedangkan posisiku sendiri sangat tidak menguntungkan untuk membalas ciuman Lina, karena posisi tanganku menopang tubuhku.

“Mmm.. Mas.. Aku suka kamu,” kata Lina sambil melanjutkan ciuman mautnya.

Aku tidak bisa menjawab sepatah kata apapun karena memang serang bibir tipis Lina menggelontor bibirku bertubi-tubi. Perlahan tapi pasti, aku mulai merubah posisiku untuk terlentang di ranjang sehingga tubuh mungil Lina dengan mudah naik diatas tubuhku.

Aku rasakan perutku mulai basah dengan cairan yang mulai menetes dari vagina Lina. Karena dari tadi dia sudah tidak memakai celana dalam sehingga saat duduk diperutku, aku merasakan betapa halus bulu-bulu di selangkangan gadis ini. Tanganku mulai membelai punggung dan tengkuk Lina, sehingga hal itu membuat birahi Lina mulai terkoyak.

Dari mulutku Lina mulai merambat kebawah, menjilati puntingku hingga membuat darah aku berdesir dengan kencang.

“Lina.. Geli sayang.. ” aku merintih.

Lina sepertinya semakin bernafsu mendengar rintihan aku, dan semakin berani saja gadis ini memainkan lidahnya disekitar perutku. Tubuhnya semakin kebawah dan sampailah wajah nya di atas selangkanganku, dengan satu gerakan saja, celana adidas yang aku kenakan langsung tertanggal.

“Mas.. Aku suka penis kamu.. Gila besar sekali” puji Lina dan setelah itu langsung saja mulutnya yang tipis mulai mendarat di batang kemaluanku.
“Oohh.. ” aku merintih dan mnggelinjang saat mulut Lina mulai melahap penisku yang sudah mulai mengencang. Sesekali tangan yang lentik mengocok batang kemaluanku.
“Aaow.. Sakit sayang” jeritku saat giginya mengenai kepala penisku.

Aku hanya menikmati jilatan, hisapan dan kuluman bibir Lina yang tipis sembari aku menengok kebawah melihat Lina yang lagi asyik mengoral penisku. Duh alamak, ini gadis kok jago banget oral sex nya. Awas ya aku balas nanti kalo gadis itu sudah puas menghisap penisku. Disaat aku membayangkan apa saja yang bakal aku lakukan dengan gadis kecil ini, tiba-tiba Lina bangkit dari selangkanganku dan berdiri.

“Mas. Lina sudah nggak tahan.. Aku masukin ya?” tanya Lina sambil melepas penisku dari mulutnya.
“Lina, Mas tidak mau, jika kamu masih virgin,” aku berusaha jelaskan masalah prinsipku tentang keperawanan seseorang.

“Mas, Lina ingin banget.. Lina sudah pernah lakukan kok sama pacarku” jelas Lina tidak mau kalah.
“Kamu serius..?’” tanyaku bingung.

“Percaya sama Lina Mas, aku sudah tidak virgin kok,” sambil berkata seperti itu, Lina langsung berdiri diatas tubuhku. Tangannya yang lentik memegang penisku yang berdiri kencang untuk diarahkan ke lubang vaginanya

Bless.., suara penisku mengoyak vagina Lina.

“Ughh, Mas..” kepala penisku langsung membuka lubang sempit di selangkangan Lina.
“Gila, enak sekali punya Mas.. aakkh” Lina menggerinjang sembari mulai berusaha memasukkan seluruh batang kemaluanku.

Aku merasakan lubang surgawi milik Lina sangat sempit sekali, sehingga aku merasakan sesuatu yang menjepit batang kemaluanku.

“Mas.. mentok nih, gila banget.. padahal belum masuk semua..” rintih Lina.
“Gila Mas punya kamu panjang.. Eenaak Mas” rintih Lina.

Beberapa kali Lina menggerakkan tubuhnya naik turun, tiba-tiba Lina mulai mempercepat pergerakkannya diatas tubuhku yang naik turun.

“Mass.. Linaa.. Mau.. Daapett.. Maass..” rintih Lina.

Karena memang penisku tidak bisa masuk seluruhnya (hanya menyisakan 2 cm saja), sambil bergerak naik turun tangan Lina berusaha menahan tubuhnya dia tas dadaku.

“Mas.. Aaampunn.. Akuu nggak tahan lagi..” rintih Lina.
“Mas.. Ronny.. Lina kee.. luuaarr..” bersamaan dengan rintihan panjang Lina sesuatu aku rasakan menyiram batang kemaluanku.

Sssurr.., cairan yang terasa banyak membasahi selangkan aku.

Tubuh Lina langsung terkulai lemas dengan permainan tadi sehingga dia terlentang sambil menutup mata, merasakan sisa-sisa kenikmatan yang sudah diraihnya. Tanpa memberi nafas sedikitpun, aku mulai membungkuk di atas dada gadis yang masih belia ini. Dengan sentuhan yang penuh perasaan, lidahku mulai memainkan puntingnya yang masih mengencang besar. Aku berusaha membangkitkan gairah Lina yang sudah mulai terkulai lemas.

“Mas.. Kamu hebat.. Ughh,” pujian Lina tidak sampai selesai karena gigiku yang nakal mulai menggigit punting Lina dengan mesra. Aku membiarkan kedua tangannya menggapai kepalaku yang sedang asyik menikmati puntingnya yang kencang. Maklum, Lina tergolong cewek yang tidak mempunyai payudara sehingga puntingnya lebih dominan.

Semakin lama, mulutku yang liar mulai membalas perlakukan Lina saat mencumbui aku sebelumnya. Sesekali tubuhnya yang kurus menggelinjang hebat saat aku mainkan pusar perutnya dengan lidahku, hal ini membuat kedua pahanya terbuka lebar.

Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, wajahku langsung menangkap bongkahan daging dengan rambut yang begitu halus. Dengan satu kali gerakan, kedua tanganku sudah bisa mengunci kedua pahanya diatas pundakku.

“Mmas.. Gelii.. Ampun.. Ooohh,” Lina hanya bisa merintih saat klitorisnya aku mainkan dengan lidahku. Sesekali aku mencium bau wangi bekas cairan Linada yang sudah keluar saat permainan pertama.

Dan hal itu menambah birahiku untuk melumat habis seluruh cairan yang mulai meleleh kembali dari lubang kewanitaanya. Sesekali pinggul Lina yang mungil ikut terangkat keatas, mengikuti hisapan mulutku di selangkangannya. Beberapa saat kemudian..

“Mas.. Ammpun.. Aku mau keluar laagi.. Mmass” kedua tangan Lina membenamkan wajahku dalam-dalam diantara kedua pahanya. Bersamaan dengan itu pula cairan putih meleleh dengan deras dari ujung lubang kewanitaanya. Dengan sedikit liar, aku minum semua cairan yang keluar dan aku jilatin sampai bersih kembali tanpa ada cairan sedikitpun.

“Capek sayang.. ” tanyaku.
“Kamu benar-benar gila Mas.. Hebat banget kamu,” puji Lina.

Belum selesai dia memeujiku, aku langsung mengangkat tubuhnya yang langsing dan sedikit kurus. Sekali angkat tubuhnya langsung berhadapan dengan tubuhku, dengan cekatan penisku aku tancapkan ke lubang vagina Lina,

“Mmas.. Aduh.. Kamuu benar-benar nakal..,” kata Lina manja.

Kedua tangan Lina menggelayut dileherku sedangkan kedua kakinya mengunci pinggulku, sehingga hal ini memudahkan penisku menerobos masuk di lubang vaginanya.

“Slep.. Slep.. Slep.. ” terdengar penisku bergerak keluar masuk lubang Lina. Kedua tanganku menahan bongkahan pantat Lina yang tidak begitu besar, untuk memudahkan pergerakan keluar masuk penisku. Karena tubuh Lina yang ringan memudahkan aku untuk berhubungan sambil menggendong Lina.

Posisi ini aku pertahankan sampai, Lina orgasme yang ketiga kalinya.

“Mass.. Aku.. Keluar lagi.. ” sambil berkata demikian Lina berusaha mendekap tubuhku erat-erat sedangkan tubuhnya tidak bisa mendekat tubuhku karena memang terganjal penisku yang panjang.

Disaat tubuh Lina turun dari gendonganku, aku sedikit mendorong tubuhnya untuk menghadap ke dinding. Sambil aku bisikan kata yang mesra di telinganya

“Akan kuberikan semua kenikmatan malam ini” rayuku.
“Mass..” desah Lina.

Kaki Lina aku buka lebar, sehingga memudahkan aku untuk penetrasi melalui belakang.

Bless.., batang kemaluanku kembali menghunjam lubang Lina yang masih terengah-engah. Kedua tanganku memegang pinggul Lina dari balakang, sehingga memudahkan aku untuk bergerak maju mundur. Kedua tangan Lina menahan tubuhnya di dinding kamar.

“Mas.. Eennakk sekali.. ” rintih Lina.

“Kamu memang.. Jagonya Mas.. Uuuhh,” berkali-kali Lina merintah tetapi hal itu tidak menghentikan permainan aku yang semakin gila saja. Setelah puas dengan posisi seperti itu, dengan memeringkan tubuh Lina yang masih berdiri, aku angkat kakinya satu sehingga aku bisa memasukkan penisku dengan leluasa.

Crek.. Crek.. Crekk.., suara penisku yang sudah mulai dibasahi oleh cairan Lina yang begitu banyak meleleh, sampai menetes di pahaku.

“Mas.. Kamu.. Pandai sekali membuatku melayang.. Aaahh.. Uuuhh”
“Sayaang.. Aku.. Nggaa.. Tahann..” untuk yang kesekian kalinya lubang kewanitaan Lina mengucurkan cairan putih pekat dibatang kemaluanku.

Setelah aku puas, akhirnya aku membopong tubuh Lina dan meletakkan di pinggir ranjang. Kali ini aku melakuakn doggie style, aku semakin bergairah untuk bermain dengan beberapa variasi dalam bersetubuh.

“Hekk..” muka Lina dimasukan dalam-dalam diatas bantal ketika penisku menghujam kesekian kalinya.
“Oohh.. Lina.. Punya kamu asyik banget..” puji aku.

Sambil menggerakkan maju mundur tubuhku dibelakang tubuh Lina, aku melihat jelas kucuran keringat dari tubuh kami berdua. Sampai akhirnya Lina menjerit panjang dibarengi kedua tanganya meremas sprey hotel dengan kencang.

“Mass.. Aaammppunn..” gigi Lina menggigit bantal dengan kencang.
“Aku juga mau keluar sayang.. Lina..?” aku mendesah kenikmatan
“Ooo Lina.. Mau dikeluarin dimana.. aakhh,” aku bergerak semakin cepat memasukkan penisku.

“Di dalam aja sayang.. ” pinta Lina.
“Jangan aku nggak mau.. Cepet sayang aku sudah mau keluar nih..” desahku.
“Linaa.. Aaakhh” aku segera melepas penisku dari lubang vagina Lina dan dengan seketika membalikkan badannya hingga mulutnya pas didepan penisku.

Bagaikan di film-film BF yang pernah aku lihat, Lina langssung melumat habis penisku.

Crutt.. Crut.. Crut.., entah berapa kali semburan spermaku dalam mulut Lina, aku hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Semburan demi semburan, Lina seperti tidak mempedulikan lagi. Gadis itu tetap mengocok, mengulum dan menghisap dalam-dalam penisku. Terlihat jelas spermamu menetes kelaur dicelah bibirnya yang mungil dan belum sampai jatuh, lidahnya berusaha menjilat kembali.

“Mmm.. Aku suka sekali sperma kamu Mas..” kata Lina sambil menelan seluruh spermaku yang sudah keluar.

Sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di batang kemaluanku,

“Ma kasih Mas.. Kamu memberikan apa yang selama ini aku impikan” kata Lina.
“Selama ini pacarku tidak pernah memberikan ini semua, asal dia sudah keluar ya sudah tanpa harus mikirin aku” jelas Lina.

Malam itu kami tidur berpelukkan sampai pagi dengan keadaan telanjang bulat, aku sudah tidak ingat lagi berapa kali memberikan kepuasan terhadap Lina. Akan tetapi yang membuat diriku bangga adalah, aku bisa memberikan kepuasan kepada pasanganku. Karena buat aku sex bukan milik pria seorang tetapi milik kedua pasangan yang melakukkannya.

Paginya Lina membangunkan aku tepat pukul 06.00
“Mas.. anter aku ke terminal ya, aku harus balik nih,” pinta Lina.
“Oke, yuk kita segera bersiap-siap” ajakku.
“Mas, kamu janji ya berikan aku seperti ini setiap aku mau,” kata Lina.
“Iya sayang, selama kamu mau.. Aku akan berikan” jawabku penuh harap.

Sambil berkata demikian kita berdua menuju kamar mandi untuk mandi bersama. Dan di kamar mandi, untuk sekali lagi kita melakukan hubungan sex yang sangat fantastis di bawah guyuran shower. Dan entah berapa kali Lina mereguk kenikmatan saat itu. Yang pasti hari itu begitu hebat permainan yang aku lakukan denagn Lina.

Setelah siap, aku check out dan meluncur kearah terminal Bungurasih.

“Kamu hati-hati Lina” sambil aku kecup keningnya.
“Terima kasih Mas buat permainan semalam dan tadi pagi” kata Lina berterima kasih.
“Kamu memang luar biasa Mas” puji Lina.

Cerita sex : Cerita Hot Memuaskan Tante Siska

Akhirnya tubuh Lina yang semampai bergegas meninggalkan mobilku untuk menuju ke antrean bus menuju kota K. Lambaian tangannya berkali-kjali melambai seiring dengan tubuhnya yang hilang ditelan keramaian terminal.

#Awalnya #Dari #Media #Sosial #Akhir #Nya #Menginap #Hotel

Kontol Orang Negro Memang Tiada Dua Nya Terbaru Malam Ini

Saat aku sudah lulus dari SMA aku langsung melanjutkan pembelajaran di New York. Dan disana aku tinggal di sebuah apartemen milik saudara jauhku dan ada 1 orang jakarta juga yang tinggal dan jadi meringankan biaya juga biar irit. Sebenarnya aku datang ke sini bersama dengan pacarku, Wulan, tapi dia tinggal di apartemen lain bersama teman-temannya, karena orang tua tidak setuju kami masih pacaran tinggal dalam satu rumah.

Tapi kadang-kadang jika ada kesempatan kami sering diam-diam melakukan hubungan kelamin, terutama bila kamar masing-masing tidak ada. Aku jadian dengannya sudah sejak kelas 3 SMA, dan mulai berhubungan dengan badan sejak di sini. Dia seorang berparas cantik bagaikan artis-artis Asia Timur, berkulit putih bersih, tinggi sekitar 165 cm, badan langsing dan padat, lurus panjang sedada dicat merah.

Kami melewati hari-hari kuliah dan kehidupan muda-mudi di sana dengan gembira sampai akhir tahun 1998 yang lalu. Saat itu di sana sudah mulai suasana Natal, teman-teman yang sudah termasuk pulang sekamar-ku, aku dan Wulan pun bersiap-siap akan pulang liburan juga. Tapi karena kehabisan tiket pesawat ke Indonesia kami menunggu seminggu kemudian. Roomate-ku pulang paling awal karena kebetulan ibunya sakit. Setelah pergi sambil menunggu tanggal kepulangan kami, Wulan sering ke apartemenku bahkan menginap di sini, saat itu juga sudah pulang.

Beberapa hari sebelum pulang. Aku dan Wulan pulang dari taman hiburan pada larut malam, kami sampai di apartemenku kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitar sana sudah sepi, aku masuk dan membuka pintu. kami begitu terkejut ruang tamu berantakan seperti habis ada melihat pencuri, dan kudengar suara gaduh di kamarku Segera aku ke sana dengan dapur memeriksa dapur untuknya. Pintu kamar kudobrak tapi belum sempat aku mengetahui apa-apa sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Aku tahu apa-apa selanjutnya sampai aku merasa diriku digoncang-goncang seseorang, aku tersadar dan menemukan diriku sendiri dalam keadaan tidak ditentukan di sebuah kursi dan mulutku disumpal sehingga kain tidak bisa bersuara. aku seorang pria negro di depanku yang menyuruhku bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan melihat plontos. Dan satu orang lagi juga negro berbadan agak gemuk. Yang membuatku panas adalah si negro gendut itu sedang duduk di pinggir sebelah sebelah ranjangku sambil memangku Wulan yang saat itu tinggal memakai BH dan celana di dalamnya saja.

Wulan minta menangis. Tapi si gendut itu tidak menariknya, dia meremas-remas payudara Wulan yang masih terbungkus BH itu, menjilati lehernya, lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat!”. Dan si botak berkata kepadaku, “Hei, sudah bangun ya, pacarmu boleh juga, kami pinjam dia sebentar ya, baru pergi”, dia berkata sambil sambil-nepuk pipiku, aku mau berontak tapi tak bisa apa-apa. Lalu dia mendekati Wulan dan berkata, “Ok, sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!” Dia menyuruh Wulan ayak untuk menerapkan dan menyuruhnya membukakan celananya lalu mengulum batangnya.

Sambil menangis Wulan memohon belas kasih, “Jangan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!” belum selesai berkata tiba-tiba, “Pllaakk..” si botak membuat pipinya dan menjambak, dengan memaksa Wulan ayak harus dibayar, “Masukkan ke dalam mulut, hisap atau saya bunuh!” Terpaksa dengan putus asa Wulan membuka celananya dan begitu dia menurunkan celana dalamnya tampak hitam panjang berwarna hitam, tanpa waktu yang cepat segera memasukkan benda itu ke mulut Wulan, batang besarnya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu berlebihan, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Wulan.

Temannya yang gendut juga tidak tinggal diam, setelah dia melepaskan semua pakaiannya berdiri di samping Wulan, menyuruh Wulan mengocokkan batang perilakunya dengan tangan, batang si gendut tidak dengan teman, tapi diameternya cukup sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Wulan dalam posisi ayak dengan video mulut dijejali si botak dan tangan kanannya mengocok batang si gendut.

“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis Asia, lain dari yang lain”, kata si botak.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangan halus nih”, timpal yang gendut. Si botak akhirnya ejakulasi di mulut Wulan, cairan putih kental memenuhi mulut Wulan meneteskan di pinggir seperti vampir baru darah, dan Wulan menjalankan semuanya karena takut ancaman mereka. Setelah mereka melepaskan BH dan CD Wulan sehingga dia benar-benar telanjang sekarang, tampaklah payudara 34B-nya dan bulu-bulu persembahannya yang lebat.

Kali ini si gendut duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Wulan berjongkok di sambil memijit batang hadiah dengan payudaranya. Wulan terpaksa menggesek-gesekkan payudaranya pada saat menjilati ujung batangnya sehingga si gendut menyukai keenakan. Sementara itu si botak merupakan masalah di bawah video Wulan dan menjilati liang video sambil menusuk-nusukkan jarinya ke liang video itu.

sekitar 10 menit dikocok, si gendut memuncratkan maninya dan cuci wajah serta payudara Wulan. Kali ini dia sudah tak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu si gendut jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Wulan dan kredit pipinya sampai dia jatuh ke ranjang, “Pelacur, kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku.. kalo sekali lagi begitu kurontokkan gigimu, dengar itu!” bentaknya. Kemarahanku bangkitanku diperlakukan begitu, aku meronta-ronta di kursiku tapinya terlalu kencang karena hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksiku si gendut berkata, “Kenapa? kamu tidak terima ya pacarmu kami pinjam, tapi sayang sekarang kamu tidak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Wulan, kali ini si gendut membuka lebar pahanya dan memasukkan batang kejantanannya ke liang video Wulan. Batang besar yang besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang sita Wulan yang masih sempit, sehingga dari wajah Wulan terlihat dia menahan sakit yang amat sangat. Sementara itu si botak dengan ganasnya beradu lidah dengan Wulan sambil ikut turut bekerja memilin-milin putingnya. Si gendut memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Selama beberapa menit akhirnya badan Wulan secara refleks memeluk si botak yang sedang menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme akhirnya melemas kembali.

“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria Negro, gimana rasanya enak tidak, jawaabb..!” bentak si gendut sambil menarik.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata dia menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali!”
“Jawab lebih keras agar pacar loe dengar pengakuan loe!” kata si botak.
“Iya, saya suka sekali bercinta dengan kalian”, dijadikan dengan lebih keras.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata pacarmu, dia suka pada kami, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka.

Hatiku benar-benar serasa mau meledak tapi aku tidak bisa apa-apa. Kemudian si botak membuat posisi tubuh Wulan gaya posisi anjing, masukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm ke pantatnya hingga terbenam secara keseluruhan, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda keras di pantat, Wi hingga kaget dan kaget sampai tiba-tiba teriakan panjang , “Aaahh..! Berhenti, kumohon jangan!” Mereka berdua malah tertawa-tawa menyaksikan hal itu. Si gendut menimpali, “Sstt, tenang sayang, jangan terlalu ribut, kalo ada orang masuk berdua celaka nanti!” Sekarang Wulan sedang beraktivitas si gendut sementara si botak menggenjotnya dari belakang.

Payudaranya yang dipertontonkan itu juga dimainkan oleh mereka berdua. Tidak lama si botak ejakulasi karena terlalu sempit. Dari mulut Wulan yang dipenuhi batang video yang besar itu hanya terdengar, “Emhh.. emhh.. emmhh!” berganti posisi lagi, kali ini si botak memangku Wulan dengan membelakanginya dan menancapkan batang video mereka ke liang video Wulan. Dia mendorong pantatnya naik turun, dan Wulan pun tanpa teras, turut mengikuti irama gerak si gendut. Si botak mengambil sekaleng bir dari kulkas dan menyiramkannya ke tubuh Wulan lalu menjilat-jilat tubuh dengan mulus itu. Si gendut juga sambil bergoyang menjilati leher jenjang Wulan, lidah si botak lalu bermain sambil bermain-main dengan meremas-remas kenyal padat itu.

Setelah si gendut selesai dengan gaya pangkuannya, tentukan si botak belum puas. Dia memiringkan tubuh Wulan mengangkat kaki kanan Wulan ke bahunya dan mulai menancapkan tusukan-tusukan mautnya di liang anak Wulan. Dia sakit ditambah nikmat itu dengan menggigit kain bantal, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba kedua bajingan itu, si botak tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan tenaganya. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Wulan, lidahnya bermain-main di putingnya.

Akhirnya Wulan pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka membuang mani mereka di tubuh mulus dan meratakannya hingga mengkilap. Yang lebih kejam lagi si botak malah mengencingi tubuh yang sudah tidak berdaya lagi. Setelah itu mereka berkata padaku, “Hei, kami kembalikan tuh pacarmu, dia cantik tapi sayang terlalu lemah, baru segitu saja sudah pingsan, tapi kami cukup puas juga kok sama servisnya, thank you man, bye..” Mereka pun menghilang di bayangan malam bersama hasil jarahannya. Kasihan sekali nasib Wulan sejak malam jahanam itu, dia sering termenung dan menangis sendirian.

Cerita sex : Cerita Seks Memuaskan Hasrat Kakak Ipar

Sepulangnya ke Jakarta dia juga tidak mau kembali lagi ke New York. Terpaksa kuliahnya dilanjutkan di Indonesia saja. Memang melalui terapi intensif, dia mulai bisa kembali bergaul seperti biasa. Tapi dia masih trauma pada orang negro, melihat negro di film pun dia kadang merasa agak kaget. Untung aku dan keluarganya terus memperhatikan dan masih mau menerima apa adanya. Yang merupakan pelakunya belum tertangkap, dan sejak itupun pindah apartemen agar tidak terlalu terpikir pada peristiwa nahas itu. Dan memang kabarnya daerah itu memang aman karena lokasinya tidak jauh dari tempat mangkalnya geng-geng dan tidak begitu. Aku hanya berharap suatu hari kedua bajingan itu didapat dan mendapat hukuman seberat-beratnya.

#Kontol #Orang #Negro #Memang #Tiada #Dua #Nya