Pembantuku Pemuas Nafsuku Terbaru Malam Ini

Pembantuku Pemuas Nafsuku

Umurku yang sudah menginjak kepala tiga saat ini sudah beristri dan mempunyai 3 orang anak aku tinggal di pinggiran kota Jakarta, orang tuaku tinggal di perumahan yang elite tak jauh dari rumahku, bisa dibilang bercukupan sehingga dia bisa mempekerjakan seorang pembantu dirumahnya, lha didalam cerita ini pembantu itu pemeran utama dalam ceritaku. Simak cerita berikut ini.

Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Anjasmani, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Anjasmani berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami.

Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Anjasmani ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak melar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Aku pun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku.

Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disana pun kosong, cuma ada Anjasmani, sedang memasak.

Kutanya Anjasmani, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”

“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Anjasmani.

“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.

“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”

“Oooh” sahutku pendek.

“Masak apa mbak? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.

“Ini Pak, sayur sop”

Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.

“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Anjasmani.

Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,

“Ngeliatin pantat kamu mbak. Kok bisa seksi begitu sih jass?”

“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”

“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu”

“Lain gimana sih Pak?” tanya Anjasmani, sambil matanya melirik kearahku.

Aku yakin, saat itu memang Anjasmani sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.

Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos”

“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.

Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.

Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Anjasmani yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.

“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.

“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Anjasmani, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, aku pun yakin bahwa Anjasmani memang minta aku ‘apa-apain’.

Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya.

Adduuhh, rasanya enak sekali karena Anjasmani memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Anjasmani yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.

“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Anjasmani genit.

“Ini namanya sonny, sodokan nikmat” sahutku.

Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Anjasmani pun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku.

Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Anjasmani sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku.

Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Anjasmani).

Sekitar lima menit, kuturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.

Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,

Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”

Dan akupun menarik tangan Anjasmani, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.

Sesampai di kamarnya, Anjasmani langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Anjasmani sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”

“Kok nggak bilang dari dulu?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.

Dan.. aku pun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.

Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Anjasmani tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana pAnjasmaningku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi.

Kurasakan kehangatan kulit tubuh Anjasmani meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Anjasmani yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Anjasmani ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Anjasmani yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Anjasmani.

Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.

“Pak, jangan diliatin aja dong, Anjasmani kan malu” Kata Anjasmani.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirku pun menyentuh vagina Anjasmani yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Anjasmani menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya.

Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.

“Anjasmani, memek kamu indah sekali, sayang”

“Pak Irwan suka sama memek Anjasmani? tanya Anjasmani.

“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Anjasmani.

“Mulai sekarang, memek Anjasmani cuma untuk Pak Irwan” Kata Anjasmani.

“Pak Irwan mau kan?”

“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.

Anjasmani terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.

“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”

Pembantuku Pemuas Nafsuku

Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Anjasmani nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Anjasmani menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Anjasmani menjadi semakin basah.

Anjasmani sudah mencapai orgasme yang pertama. Anjasmani masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Anjasmani sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Anjasmani sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku.

Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Anjasmani terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

“Pak Irwan, Anjasmani masukin sekarang ya Pak?” pinta Anjasmani.

Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga.

Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Anjasmani memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Anjasmani. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Anjasmani. Ketika kutekan agak keras, Anjasmani sedikit meringis.

Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Anjasmani menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali.

Luaar Biasaa! Kemaluan Anjasmani menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Anjasmani pun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Anjasmani. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya.

Anjasmani merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yang besar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.

Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Anjasmani yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Anjasmani ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.

Lalu kusuruh Anjasmani tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Anjasmani.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Anjasmani yang sangat indah itu.

Dan, sekali lagi aku pun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Anjasmani.

Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.

“Anjasmani, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Anjasmani.

“Iya Pak, Anjasmani juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Anjasmani.

Aku pun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Anjasmani yang luar biasa itu, Anjasmani mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang pAnjasmaning, tubuhku mengejang.

“Anjasmani, hh.. hh, aku keluar sayaang”

Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Anjasmani pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.

“Pak Irwaan, Anjasmani juga keluar paakk, sshh, aahh”.

Aku terkulai di atas tubuh Anjasmani. Anjasmani masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

“Anjasmani, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.

“Pak Irwan suka memek Anjasmani?”

“Suka banget, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.

Kembali kami berpagutan.

“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Anjasmani.

“Jauh lebih enak kamu sayang”

Anjasmani tersenyum.

“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Anjasmani lain kali. Anjasmani sayang sama Pak Irwan”

Cerita sex : Karena Sange Di Tempat Fitness

Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Anjasmani. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku.

#Pembantuku #Pemuas #Nafsuku

Ibu Mertuaku Jadi Pemuas Batangku Terbaru Malam Ini

Ibu Mertuaku Jadi Pemuas Batangku

Kepulan asap dari sebatang rokok ketengan menemani lamunanku siang itu, Deru kendaraan lalu lalang di antara alunan lagu dangdut dari TV pemilik warteg di mana aku menumpang duduk sambil ngopi tak mampu menggugah pikiranku yang melayang entah kemana. “Ngelamun aja lo, kangen bini ya?’’, tegur Bejo, rekan sesama tukang ojek tempat kami bersama mangkal. Aku hanya membalas dengan senyuman. 

“ Bu…kopi satu,’’ ujarnya kepada pemilik warung. 

“Catur , Den?” ujarnya.

”halah…bosen, dari pagi main sama si Ujang, entar situ kalah lagi”, Bejo hanya nyengir mendengar jawabanku. Siang ini memang pikiranku tengah galau, mengenang peristiwa tadi malam dan pagi hari ini.

Aku tinggal menumpang mertua di sebuah rumah sederhana di kampung perbatasan jakarta. Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Isteriku terpaksa menjadi TKI di Arab Saudi untuk memperbaiki keadaan.

Motor kreditan yang aku pakai untuk mengojek ini juga hasil jerih payahnya.Kondisi mertua juga sama saja, ayah isteriku adalah tukang bangunan yang lebih sering keliling dari satu proyek ke proyek lain daripada dirumahnya sendiri, kadang berbulan-bulan tidak pulang. Bapak, demikian aku memanggilnya, dulu sangat keras menolak pernikahan kami, ya wajar, sudah susah kok dapat mantu yang juga susah. Sementara ibu mertua kebalikannya, ia sosok ibu yang lembut dan baik hati. Mau bagaimana lagi kalau memang sudah jodohnya. Dulu aku sempat bekerja di pabrik sebelum akhirnya bangkrut dan aku kena PHK. Pernikahan kami menghasilkan seorang anak usia 2,5 tahun yang kini diasuh neneknya, ibu mertuaku.

Malam itu hujan sangat deras menghujam bumi. Aku tengah lesehan di atas tikar lusuh menonton TV ketika tiba-tiba ibu mertua tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya menuju kamar mandi , lalu terdengar suara seperti orang muntah. 

Aku menyusulnya,’’ada apa Bu? Masuk angin?, ia mengangguk lemah. 

“Saya panggilkan Teh Nining sebelah ya bu? Tawarku. 

“Gak usah, den, gak enak udah malam begini…mana hujan lagi”, jawabnya. 

“kalau gitu saya bikinin teh panas ya bu, saya juga masih punya obat neh”, ibu mengangguk lalu berjaan menuju kamarnya. Setelah mengantarkan teh dan obat flu, kembali aku berbaring di ruang tamu sederhana itu sampai akhirnya aku terlelap.

Jam dinding kusam itu menunjukan pukul 1.30 malam ketika aku mendadak terbangun karena kembali ibu muntah-muntah di kamar mandi. Dengan segera aku menyusulnya,’’Ibu muntah lagi?”, tanyaku…

ia mengangguk lemah dan berkata ‘’, Ibu kalau belum dikeroki biasanya belum mempan, tapi mau bagaimana lagi,’’ jawabnya pasrah. 

Entah muncul ide darimana,’’ ya udah, biar saya yang ngeroki bu, ibu tunggu aja di kamar’’, jawabku dan ibu sepertinya tidak menolak kecuali ia menginginkan muntah-muntah lagi. Aku bergegas menuju dapur, mencari piring kecil alas gelas dan menumpahkan sedikit minyak goreng, tinggal 1 koin seratusan lama yang kebetulan aku masih menyimpan beberapa. Agak sedikit kaget setibanya aku di kamar, mendapati ibu telah berganti pakaian yang semula daster panjang kini kain kemben batik yang warnanya telah lusuh. Namun bukan itu yang membuat aku menelan ludah, tapi kemben sebatas dada itu telah menampakan bahu ibu yang ternyata kuning bersih, ditambah ketatnya kain itu menampakan lekak lekuk tubuhnya yang masih menampakan keindahan di usianya yang 45 tahun itu. Namun pikiran kotor segera kusingkirkan, bagaimanapun ia adalah orang tua isteriku yang harus kuhormati.

Mulailah aku mengeroki punggungnya dalam posisi ibu duduk membelakangiku di atas ranjang tua di mana anakku juga tengah tertidur di atasnya. Selesai,di bagian pangkal leher dan bahunya, kini gilirang punggung bagian tengah,”maaf bu, kainnya bisa diturunkan sedikit?’, pintaku karena kain kemben itu menghalangi. Ibu mengangguk pelan dan membuka ikatan kain tersebut namun karena kurang hati-hati kain itu melorot hingga pantatnya yang dibungkus celana dalam putih lusuh, dan yang membuat sesuatu di balik celanaku tak bisa diajak kompromi adalah karena sekilas sisi payudaranya terlihat. Ibu segera membenahinya dan mendekap sarung batik itu didadanya, dan aku seolah-olah tak melihat pemandangan indah itu kembali melanjutkan kerokan ku. Peluh mulai bercucuran di dahi ku, bukan hanya karena mengeluarkan tenaga tetapi juga menahan hasrat yang terpendam, setelah setahun berlalu tanpa sentuhan isteriku. Paling maksimal aku hanya bisa melakukan masturbasi untuk sekedar pelampiasan. 

“Ibu kalau capek, baring aja”, pintaku dan ibu menuruti dengan berbaring tengkurap sehingga aku bisa melanjutkan mengeroki punggung mulusnya itu, yang tampak berkilauan terkena sinar redup lampu kamar, belang-belang merah bekas kerokan tak bisa menghilangkan keindahannya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Aku terus bekerja sampai kemudian kudengar dengkuran halus keluar dari mulutnya, ibu tertidur. Dan entah kenapa aku tak serta merta menghentikan kerokan, seolah-olah ingin lebih lama menikmati pemandangan sensual tubuhnya. Khawatir ibu terbangun tiba-tiba, kini aku hanya memijat-mijat pelan pinggangnya…terus ke bawah hingga tumpukan daging kenyal pantatnya yang membusung itu.

Mula-mula tanganku gemetar, namun menyadari ibu seolah-olah kian tenggelam di alam mimpi, aku makin memberanikan diri. Entah setan mana yang mengendalikanku, usai berlama-lama menjamah pantatnya, kini kucoba pelorotkan sarungnya ke bawah. Mataku nanar menyaksikan bayangan belahan pantatnya dibalik celana dalam lusuh yang menipis akibat keseringan di cuci itu, mana berlubang di sana-sini menampakan kulit di belakangnya, desakan batang kontolku kian mendesak celana pendek yang kupakai, menciptakan semacam tenda kecil di antara selakanganku. Dengan tangan gemetar ku pelorotkan celana dalam ibu secara perlahan, hubungan mertua-menantu ke depan dipertaruhkan dalam aksi nekat itu. Gerakanku terhenti ketika tepi paling atasnya tiba di pangkal paha ibu mertua yang agak merapat itu. Tentu saja bentuk pantat bahenol itu, bayangan hitam lubang anusnya dan tumpukan rambut hitam di bawahnya membuat aku kehilangan kontrol. Ku oleskan sebagian minyak goreng itu di atas pantat ibu, sambil meremas-remasnya, dan kini berkilauan sebagaimana punggung ibu tadi.

Dengan jantung berdegup, ku turunkan celana pendekku, lalu merangkap di atas tubuh tengkurap ibu yang sangat nyenyak tertidur, namun kuupayakan tidak menindihnya. Ku selipkan batang kemaluanku yang sedari tadi sangat mengeras di antara belahan pantat ibu, lalu mulai menggosok-gosokannya pelan, sehati-hati mungkin agar ia tak terbangun. Tapi sensasi yang kurasakan sangat luar biasa, anda akan paham jika lama tak merasakan kenikmatan tubuh wanita. Mataku menyaksikan wajah ibu yang damai dalam tidurnya, ia cukup manis walau mungkin jarang tersentuh make up, ingin rasanya kuciumi pipinya tapi tentu beresiko. Dan tak menunggu lama ketika aku mengejang lalu semburan demi semburan sperma hangat ..dan sangat banyak, hingga di pantat, punggung, bahkan leher ibu. Lama aku mematung hingga denyutan-denyutan orgasmeku hilang dan kemaluanku mulai mengerut. Baru kemudian aku beranjak….kepanikan kecil melandaku melihat lelehan benihku di atas tubuh ibu. Ku lepaskan kaus kumal yang kupakai, dan kugunakan sebagai lap menghilangkan jejak-jejak tindakan mesum yang kulakukan malam itu. Dengan terburu-buru kurapikan kain kemben ibu, dan bergegas keluar kamar. Usai dari kamar mandi kembali kubaringkan tubuh,’’ apa yang kau lakukan”, pikirku…namun akhirnya terlelap juga….dengan rasa puas.

Seperti biasa, pukul setengah enam pagi aku terbangun, usai sekedarnya membersihkan rumah, ku sempatkan mengintip kamar ibu. Ia masih tertidur, kain kembennya sudah terikat di dada, namun agak tersingkap di bagian paha, membuat aku kembali menelan ludah. Di sebelahnya, anakku telah terbangun, tengah asyik memainkan mobilannya sambil berbaring. Aku kemudian mandi, sedikit tertegun melihat kaus kumal tadi malam, lalu aku mencucinya.

“Bu…ibu,”, panggilku mencoba membangunkannya sambil sedikit menepuk pundaknya. Matanya mulai membuka. 

“Sudah jam setengah delapan bu, ibu sudah enakan?”..ia mengangguk pelan,’’ tapi masih lemas Den, linu-linunya belum ilang, Ari mana?’’ tanya Ibu.

”Sedang main di luar bu, sudah saya mandikan dan kasih sarapan, tadi saya belikan bubur ayam di depan, ibu sarapan ya?’’, jawabku sambil menawarkan bubur ayam. Ibu bangkit perlahan dan duduk di tepi ranjang, semangkuk bubur dan segelas teh kuletakan di atas meja kecil di dekat ranjang. Aku meninggalkannya. Dan tak lama kemudian kembali aku memasuki kamarnya dan menyerahkan obat,” lho..kok gak habis bu?”, tanyaku melhat bubur itu masih separuh tersisa.

”Masih pahit Den’’, jawabnya. 

“Ya udah, ibu minum obat …air panas udah saya siapkan di kamr mandi”, ibu lalu meminum obat dengan perlahan…,

”ibu masih pegal Den, mau istirahat lagi, ntar aja deh mandinya”, jawabnya. 

“ehmm…kalau gitu saya kompres aja ya bu”, tawarku…

”gak usah repot…”, belum usai kalimatnya aku sudah setengah berlari ke dapur, mengambil handuk kecil dan baskom kecil lalu menuangkan air hangat ke dalamnya.

Ibu sudah terbaring di kamar ketika aku masuk. Aku mengambil kursi kayu lalu duduk disampingnya, meremas handuk dan mulai secara lembut mengusap wajahnya. 

“Ibu jadi gak enak nih Den, jadi ngerepotin kamu”, katanya. 

“ah…ibu kan sudah seperti ibu saya sendiri”, jawabku sambil terus melapi leher, pundak hingga dada atasnya. Lalu kedua lengannya hingga ketiaknya yang putih dan sedikit ditumbuhi bulu itu, membuat senjata biologisku mulai berulah. 

“Ibu bisa tengkurap sebentar?”, pintaku pada ibu. Namun ibu justeru duduk membelakangiku untuk mempermudah melapi pungunggnya. Usai belakang leher hingga bahu sampai batas kain ,

’’bisa turunin dikit kainnya bu?’’, tanpa berkata-kata ibu melepaskan ikatan sarungnya, dan kembali kunikmati punggung yang kini berbelang merah sampai batas pinggang itu, dengan lembut ku usap seluruh permukaan kulitnya dengan handuk basah hangat tadi, dan butiran keringat mulai muncul dari pori-pori kulitnya. Aku hanya bisa nyengir menyaksikan beberapa bercak sperma kering yang mengerak di kulit punggung ibu dan segera ku lap.

Nafas ibu tampak teratur, kali ini sasaranku bawah ketiak dan sisi samping tubuh ibu. Kulihat kulitnya bulu-bulu kuduknya keluar. Semakin sulit aku mengatur nafas manakal ujung jari ku menyentuh sisi payudaranya. Dan seperti sengaja, aku berlama-lama mengusapkan handuk itu di situ…”Den..”,teguran ibu menyadarkanku. Namun karena ia tak menyuruhku berhenti, aku lalu memindahkan usapan tanganku ke bagian depan tubuh ibu, yaitu perutnya yang masih tertutup sarung. Dan ibu tidak protes. Mula-mula bagian tengah, lalu bagian atas…kucoba terus mendesak ke atas dengan maksud menyentuh bagian bawah payudaranya, namun terhalang tangan ibu yang masih mendekap sarung itu di dada. Lalu kembali ke tengah perutnya..dan bawah…terus ke bawah pusarnya, sehingga sebagian jari ku tak sengaja menyelip di bagian atas celana dalamnya. Tangan ibu jatuh ke bawah mencoba mencegah aksiku lebih lanjut, namun munkin karena panik membuat payudaranya tersingkap, dan tak membuang waktu masih dengan handuk basah di tangan, ku usap-usap perhiasan alami kaum wanita itu, 

“Den..” seru ibu dengan suara nyaris berbisik…

”ssshhh, tenang Bu” desisku menenangkan ibu yang kini nafasnya mulai tersendat-sendat. Aku belum melakukan tindakan lebih jauh kecuali melap dengan penuh kelembutan gunung kembar yang bahkan lebih besar dari punya isteriku itu, namun degupan jantung dan deru nafasku yang kian memacu sudah bisa menggambarkan betapa luar biasanya gairah yang ditimbulkan tubuh ibu kandung isteriku itu.

Aku tidak tahu bagaimana perasaan ibu, yang aku tangkap hanya kuduknya yang merinding, lalu tubuhnya yang agak gemetar dan deru nafasnya yang mulai tak beraturan. Aku hanya bertindak mengikuti naluri…naluri seorang pria yang sekian lama tak merasakan kehangatan tubuh wanita. Ibu memegang kedua pergelangan tanganku, ada sedikit upaya menarik tanganku dari permukaan dadanya, namun aku sudah kehilangan kendali…handuk basah itu jatuh di pangkuannya, dan kini telapak dan jari jemariku mulai meremas-remas gundukan daging kenyal itu dan memilin-milin putingnya. Mulutku mengecup belakang leher dan pundak ibu. 

“Den….jangan”, ujarnya lirih…ketika satu tanganku mencoba masuk menyelusup celana dalamnya, ia memegang pergelangan tanganku yang sayangnya sudah berada di atas gundukan bulu-bulu hitam lebat di bawah pusarnya. Dan pertahanan moralku pun roboh, ku rebahkan tubuh ibu dan mulai menindihnya, ia melawannya dengan mencoba mendorong tubuhku, namun tentu saja apalah arti tenaga wanita separuh baya dibanding pemuda yang tengah terbakar nafsu.

Ibu Mertuaku Jadi Pemuas Batangku

”Den…jangan, aku ini ibu mu…ibu mertua mu..mmmff”..ucapannya terhenti ketika kusumpal paksa mulutnya dengan mulutku…”mmmf…Den..mmmhh”, tangannya terus meronta namun kutangkap dan kurentangkan ke atas…membuatku tergoda untuk menciumi ketiaknya…

” Den…apa kata orang nanti…ini gak bener..Den…ouhhf”, kembali kulumat bibirnya dan pergelangan tangannya ku tahan dengan satu tangan karena sebelah tanganku sibuk berupaya melepaskan celana yang kupakai. Ibu mulai menangis terisak, dan tubuhnya menggeliat-geliat melakukan perlawanan namun justeru menciptakan pemandangan sensual yang kian menggoda. Dan matanya membelalak dan kian panik ketika dengan paksa kurenggut celana dalamnya..”preekkk”, dan ia melakukan perlawanan terakhir dengan merapatkan kakinya, tetapi terlambat…satu lututku telah berada di antaranya, dengan paksa kulebarkan kakinya…batang kontolku sudah berada di antara dua pahanya..mencari-cari sebentar dan..kurasakan tumpukan bulu-bulu di ujung kepala jamur kelaminku itu…dan akhirnya menemukan sasarannya…celah di antara perbukitan rumput hitam itu, yang ternyata…telah basah. Sehingga dengan sedikit mudah benda tumpul itu mulai mendesak masuk….dan rasanya bahkan lebih sempit dari rongga vagina isteriku….apakah karena ibu juga jarang disentuh bapak mertua? Wajah ibu hanya meringis pasrah, air matanya mengalir menemani isakan dari mulutnya.

”maafkan aku, bu…aku sayang ibu, aku butuh ibu, ibu juga kan?”, ujarku dengan mesra di depan wajah ibu sambil berusaha mengayun-ayunkan pinggulku. Ibu hanya terisak dan menggigit jarinya, dengan liar aku mulai memompa tubuhnya…oh luar biasa nikmatnya. Mula-mula perlahan sampai makin cepat dan ganas menyebabkan tubuh ibu dan payudaranya berguncang-guncang, sangat sayang jika disia-siakan, maka segera kutangkap gunung kembar yang tengah diguncang gempa itu, dan kugigit ringan dua pucuknya bergantian, membuat ibu kian merintih.

Pagi itu suasana sejuk berubah menjadi panas, tubuhku dan tubuh ibu mulai dibanjiri keringat. Kamar dengan cat mengelupas di sana sini itu seolah-olah berubah menjadi kamar pengantin yang indah, diiringi deritan ranjang tua yang bergerak dan suara kecipak dua kelamin beradu. Ku tarik tangan ibu dari mulutnya, ku lumat bibirnya yang memerah itu..”ouuhh..Den..mmmmf”, lenguhnya membuat aku kian brutal mengobrak-abrik liang senggamanya, liang yang telah menghadirkan istriku 25 tahun lalu itu. Ibu setengah menjerit ketika tiba-tiba dua kakinya dirangkulkan erat-erat di atas pinggangku dan kedua tangannya memeluk ketat diriku…ia telah mengalami orgasme, menyadari hal itu menimbulkan sensasi tersendiri hingga tak menunggu lama aku tak bisa lagi menahan ejakulasi ku, semprotan demi semprotan benih terlarang bagai air bah menerjang setiap sudut gua kenikmatan ibu mertuaku itu. Aku rebah di atas tubuh telanjang ibu, mencoba mengatur nafas, dan ibu mengusap-usap punggungku dan mengeramasi rambutku. Sampai akhirnya aku bangkit meninggalkan tubuh ibu dan mencabut kelaminku dari jepitan vaginanya. Dengan segera cairan putih kental mengalir keluar dari celah bibir kemaluannya, menciptakan danau kecil di atas sprei lusuh. Segera kusambar handuk basah tadi, ku basuhkan ke permukaan memek ibu dan sprei, lalu kuusapkan pula ke sekujur batang kontolku. Kemudian menyusul berbaring di sisi ibu.

Mata ibu menerawang ke langit-langit kamar tanpa plafon itu. Aku menatap wajahnya yang masih basah bekas sisa keringat dan air mata. Dadanya naik turun membawa serta dua gunung indah di atasnya, membuatku tergoda untuk menjamahnya. Ibu tidak protes…

”Den…kenapa kamu lakukan itu, ini gak bener Den, ini dosa, apa kata tetangga nanti? Apa kata bapakmu? Apa kata Asih? Ujarnya lirih. 

“Ma’afkan saya bu…saya khilaf, saya lelaki normal bu, berpisah setahun dari Asih itu sangat berat buat saya bu..tapi mau bagaimana lagi? Saya pasrah…seandainya ibu mau mengusir saya silahkan, saya titip Ari aja bu”, jawabku. 

Ibu kembali menangis dan berujar..”ibu gak akan ngusir kamu Den…kamu telah baik selama ini membantu ibu, ini salah ibu juga, ibu minta ini jadi rahasia kita berdua Den”, 

“saya akan jaga rahasia ini Bu”, jawabku pelan sambil berupaya memeluknya, kali ini ibu dengan pasrah meringkuk dipelukanku dan menumpahkan tangisan di dadaku sampai akhirnya mereda, dan entah siapa yang mendahului kembali bibir kami saling berpagutan.

Tanganku mulai meremas-remas payudara montok milik ibu, sementara ibu dengan malu-malu mengusap-usap batang penisku yang kembali siap tempur. Pertarungan ronde kedua kembali dimulai. Menyadari ternyata ibu juga memendam hasrat, kali ini setiap adegan film-film porno yang biasa aku lihat bersama tetangga, kupraktekan. Aku bangkit mengangkangi dada ibu, kuarahkan batang penisku ke mulutnya, mula-mula ia jengah menolak, namun terus kupaksa, sampai akhirnya agak terbatuk-batuk ia telan nyaris seluruh batang kontolku. Aku tak begitu bertindak memaksa khawatir ia akan muntah-muntah lagi. Yang penting sensasi bahwa aku menguasai dirinya menjadi kepuasan tersendiri. Ku putar tubuhnya hingga membelakangiku, ku susun dua tumpuk bantal di bawah perutnya, sebelum kusetubuhi dari belakang aku melakukan ritual menjilati setiap mili memeknya, membuat ibu kembali merinding dan merintih-rintih. Lalu…,’’jlebb’’…kembali batang kontolku tenggelam dalam liang senggama ibunda isteriku itu. Kali ini ibu tak malu-malu mengeluarkan suara rintihan nikmat. Pantat molek itu mulai berguncang-guncang akibat hentakanku. Tanganku segera meraih gunung kembar yang kini bergantung terayun-ayun.”ouuh…Den…oohhh”, rintih ibu menemani geramanku…tubuh kami kembali berkilauan basah oleh keringat. Ronde kedua ini lebih lama berlangsung…ibu menghujamkan wajahnya di bantal untuk meredam suara pekikan ketika orgasmenya tiba..bagaimana mungkin wanita sehangat ini bisa ditinggal ayah mertua, pikirku. Capek melakukan doggi style, kembali ku telentangkan tubuh bugil ibu mertuaku itu, pantatnya kembali kuganjal bantal sehingga pinggulnya mendongak, ku pentangkan lebar-lebar selangkangan ibu, dan kulipat lututnya hingga nyaris menyentuh pundaknya…lalu satu tusukan teramat dalam kembali dialami lubang kemaluan ibu.

Ibu kembali mendesah-desah menerima setiap hentakan demi hentakan senjata biologis milikku…dan sekali lagi ia mengalami orgasme dahsyat yang tak dirasakannya bertahun-tahun, mengundang datangnya orgasmeku pula yang sekali lagi menyirami mulut rahimnya dengan cairan benih potensial. Pagi itu hubungan menantu-mertua telah melanggar batas menjadi hubungan terlarang sepasang kekasih yang masing-masing masih terikat perkawinan. Dan persetubuhan itu kembali terjadi hingga aku mengalami 5 kali orgasme,,,ibu mertua? Tak terhitung malah. Menjelang siang aku segera beranjak keluar kamar yang kini beraroma seks itu. Bagaimanapun aku harus mencari nafkah, dari situlah aku bisa membeli susu untuk anakku dan kebutuhan sehari-hari yang biasanya kuserahkan pada ibu mertua.

Malam menjelang pukul sembilan aku baru pulang. Ibu tengah menonton TV menemani anakku yang tengah bermain. Seutas senyum kecilnya menyambut kehadiranku. “Ibu udah sehat? ini bu, buat belanja besok”, ujarku seraya menyerahkan 3 lembar uang 10 ribuan. “Makasih…ibu udah mendingan kok, Deni makan dulu sana, ibu hanya beli makanan jadi tadi siang, belum masak”, jawabnya. Benar kata orang, sex bisa jadi obat, pikirku seraya menyambar handuk digantungan dan menuju kamar mandi. Usai makan malam, aku bangkit ke ruang tengah. Ibu masih berbaring di depan TV, sementara anakku sudah tertidur di sampingnya. Ku angkat dia dan kubaringkan di ranjang ibu. Di luar kamar, tanpa basa basi lagi kutindih tubuh ibu, ku lolosi daster lusuhnya melewati kepalanya, lalu beha dan celana dalamnya. Bibir kami segera berpagutan. Kuremasi setiap bagian indah lekuk tubuhnya, payudara, pinggul, pantat…sambil mencolokan dua jemariku di vaginanya yang tanpa disuruh sudah diselaputi cairan pelumas. “oohh…Den….aahh…”, bagai kepedasan ibu terus mendesah. 

“Isap kontolku bu”, ujarku sambil menariknya agar berlutut dihadapanku..sulit dibayangkan kata-kata tak pantas itu bisa keluar dari mulutku terhadap seseorang yang seharusnya aku hormati .

”mmmf …mmmf..mff”, ibu mulai mahir melakukan hisapan, jilatan bak pelacur profesional.

Puas merasakan hangatnya rongga mulut ibu, ganti aku mengunyah, menghisap dan menusuk-nusuk lubang memeknya dengan lidah dan jemariku, pinggul ibu bergerak kesana – kemari dan mulutnya mulai ribut merintih, khawatir didengar tetangga, segera kuarahkan batang penisku ke mulutnya, dalam posisi 69 kami saling mengecap kemaluan masing-masing hingga kami puas. Di atas tikar lusuh itu, ibu dengan sadar membuka lebar-lebar pahanya, membuat celah vaginanya merekah merah dan basah. Dan ia meringis ketika kembali benda terlarang memasuki tubuhnya. 

“oooh…Den,”…”ibu…ahhhss”, sekian menit kemudian di antara rintihannya, ibu berkata..”den…pindah yuk, punggung ibu sakit kalau di sini”, pintanya, aku mengangguk dan mencabut kemaluanku. Ibu beranjak berdiri hendak berjalan menuju kamar, namun pinggangnya segera kutangkap. Dari belakang kembali kusetubuhi ibu, kutangkap sepasang payudaranya yang montok itu. Sambil kusetubuhi, ku dorong tubuhnya agar berjalan, hingga kami tiba di dalam kamar. Ibu merangkak naik ke atas ranjang tanpa batang kontolku meninggalkan jepitan liang senggamanya. Kembali ku hentak-hentakan pinggulku hingga ranjang tua itu berderit-derit, membuat apa yang diatasnya berguncang-guncang tak terkecuali anakku yang tengah tidur dengan nyenyaknya.

Ibu menggigit jari mencegah rintihan keras keluar dari mulutnya. Beberapa lama kemudian kembali kutelentangkan tubuhnya, dengan otomatis ia membuka pahanya…dan “blesss”,,,batang penisku kembali amblas ditelan rongga sempit,basah dan hangat milik ibu. Ku rentangkan tangannya ke atas, kuhirup dalam-dalam aroma asli tubuh wanita setengah baya yang masih sangat sensual itu. Keringat kami kembali saling melebur menjadi satu, deritan ranjang tua itu mengiringi irama bergesekannya dua kelamin dan suara jangkrik di luar. Dan Ibu menyembunyikan wajahnya di dadaku ketika ia dilanda kepuasan bathin hubungan terlarang malam itu. Dan berkali-kali pula cairan spermaku mengisi penuh rongga memek ibu. Malam itu ibu mengalami lebih 6 kali orgasme, sedangkan aku sampai empat kali hingga spermaku nyaris habis.

Cerita sex : Diperkosa Saat Mati Lampu Di Warnet

Bulan-bulan berikutnya hubungan haram itu terus berlangsung. Dan membawa konsekuensi tumbuhnya benih yang kutanam. Untunglah sebelum berkembang leih besar, bapak mertua datang. Walau membuatku begitu cemburu ketika suatu malam ranjang tua kamar ibu kembali berderit, bukan karena ulahku, tapi bapak mertua. Hingga sebulan kemudian bapak mertua kembali dapat obyekan dan meyakini istrinya hamil karena dirinya. Setelah ia pergi, bisa ditebak. Kembali ranjang tua itu berderit-derit akibat persetubuhan aku dan ibu, sampai menjelang anak kami lahir.

#Ibu #Mertuaku #Jadi #Pemuas #Batangku

Cerita Pemuas Sex, Terbaru Malam Ini

Cerita Pemuas Sex – Bentuk tubuh saya sangat proporsional dimana tinggi badan saya saat ini 173 cm dan berat badan saya 57 kg dan ukuran payudara saya 34 B, jadi mata pria selalu tidak berkedip dan menelan ludah saya, wajah saya dikatakan cantik karena kulit saya. mengkilap dan putih. Saya benar-benar harus terlihat baik.

Menikah dengan Toni, 30 tahun, pekerja sukses. Kami setuju untuk tidak punya anak dulu dan kehidupan seks kami baik, Toni mampu memenuhi kebutuhan seksual saya yang sedikit hiper..dalam sehari saya bisa meminta 2 sesi di pagi hari sebelum Toni berangkat kerja dan malam sebelumnya . pergi tidur

Cerita Pemuas Sex

Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Toni dalam bekerja di kantornya dan mendapatkan kepercayaan dari atasannya yang sangat baik. Kepercayaan ini membuatnya sering harus kerja lembur, awalnya saya bisa menerima semua itu tapi lama kelamaan kebutuhan ini juga harus dipenuhi dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena terkadang Toni harus berangkat lebih awal dan lewat tengah malam untuk pulang ke rumah.

Pemuas Nafsu Tante Penggila Sek Dan Seks Nikmat Membawa Malu

Dan cerita ini dimulai ketika Toni sedang mengerjakan sebuah proyek dan dia dibantu oleh rekannya Bram dari luar kota. Saat pertama kali bertemu Bram, dia langsung terkesan dan sering menatapku, yang membuatku tidak nyaman.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Toni memutuskan untuk membiarkan Bram tinggal di rumah kami untuk sementara waktu. Dan memang mereka berdua sering bekerja sampai larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar tepat di seberang kamar kami.

Seringkali di malam hari saya mengucapkan selamat tinggal pada tidur matanya yang nakal seperti mencuri pandang di antara sisi baju tidur yang saya pakai. Saya sangat suka tidur telanjang, sehingga jika Toni datang saya bisa langsung berhubungan seks.

Suatu ketika ketika kami di pagi hari Toni dan saya bercinta di dapur, ketika masih sangat pagi dengan posisi saya duduk di meja dan Toni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia meletakkan jari telunjuknya di mulutnya agar aku tidak menghentikan aktivitas kami karena kami berada di atas dan Toni yang memunggungi Bram dan aku juga tidak tahan untuk menghentikan Toni, akhirnya aku membiarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Toni sadari. sampai kami berdua orgasme. Dan saya tahu Bram melihat tubuh telanjang saya ketika Toni melepaskan penisnya dan merunduk di bawah meja.

Arisan Seks Yang Membuat Terbuai Lumpur Dosa Dan Jadi Pemuas Wanita Kesepian

Hingga suatu ketika pekerjaan Toni begitu sibuk hingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Pada hari Jumat, kantor tempat Toni bekerja bersama mengadakan makan malam di rumah bos Toni.

Rumah terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 semacam galeri antik. Kami bertiga datang dan malam itu saya mengenakan gaun yang sangat seksi, gaun malam berwarna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya diikat di belakang leher dengan pengait kecil sehingga tidak mungkin untuk memakai bra, itu juga panjang. robek di bagian bawah hingga satu inci di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram terpana melihat saya keluar dari kamar.

Sebelum pergi, Toni dan saya berhubungan seks di kamar kami dan tanpa sepengetahuan kami ternyata Bram telah mengintip melalui pintu yang tidak mau kami tutup sehingga meninggalkan cukup banyak lubang untuk melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena kami lelah atau terburu-buru untuk pergi Toni orgasme terlebih dahulu dan saya membiarkannya ditahan.

Dan Bram tahu itu. Malam itu, saat acara sangat ramai, tiba-tiba Toni dipanggil oleh bosnya untuk diperkenalkan oleh klien. Toni menyuruh saya menunggu sebentar, menunggu saya pergi ke lantai 2 untuk melihat barang antik, cukup sepi di lantai 2, hanya 2-3 orang yang mencari di ruangan besar.

Cerita Dewasa Cerita Sex Cerita Seks

Saya sangat tertarik dengan cermin besar di sudut ruangan, tanpa rasa takut saya melihat ke sana dan mengaguminya sekaligus mengagumi seksualitas tubuh saya di depan cermin, tanpa menyadari bahwa Bram ada di sebelah saya.

Setelah berbicara lama di depan cermin, Bram meminta bantuan untuk memegang gelasnya agar kedua tangannya memegang gelasnya dan milikku.

“Aku bisa membuatmu terlihat lebih seksi,” katanya sambil memegangi rambutku, yang tergerai begitu lembut. Tak bisa mengelak, dia menggulung rambutku sehingga memperlihatkan leherku yang panjang dan mulus dan terus terang aku terpesona dengan keadaanku yang seperti itu.

Dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan ketika saya terpesona, tiba-tiba tangan Bram menyentuh leher saya dan menggelitik saya dan detik berikutnya Bram meletakkan bibirnya di tengkuk saya, area yang paling sensitif bagi saya, jadi saya lemah dan masih memegang gelas Bram, yang miring . saya di dinding dan mencium leher saya dari sebelumnya.

Ipar Pun Kusikat Cerita Sex Hot

“Bram, apa yang kamu lakukan.. lepaskan aku Bram.. lepaskan..!”, aku meronta-ronta tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak dalam suasana ini karena itu akan mempermalukan semua orang.

Bram terus menyerangku dengan kedua tangan memegang gelas dia dengan bebas menyentuh payudaraku dari luar dan terus mencium leherku, meronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi ketika tiba-tiba tangan Bram mulai merasakan bagian bawah gaunku hingga ke kakiku. . .

“Bram..hentikan Bram..tolong Bram..jangan gitu..”, rintihku, namun Bram terus menyerang dan jari tengahnya mencapai bibir vaginaku yang sudah basah akibat serangan itu. Dia memperhatikan bahwa saya hanya mengenakan G-string hitam dengan kait di samping, kemudian dengan satu sentakan dia menariknya dan G-string saya jatuh.

Aku menjerit perlahan semakin aku merasakan sesuatu yang keras bertumpu pada pahaku. Ketika Bram menjadi liar dan tidak bisa melepaskannya, tiba-tiba saya mendengar suara Toni memanggil dari tepi tangga, yang melepaskan cengkeraman Bram, lalu saya segera berlari menyortir pakaian saya kepada Toni yang tidak melihat kami dan pergi. Bram dengan G-string hitamku. .

Cerita Sex Tante Leoni Seksi Pemuas Nafsu Birahiku

Saya sangat terkejut dengan kejadian tersebut namun tanpa disadari saya merasakan gairah yang cukup tinggi untuk merasakan tantangan melakukannya di tempat umum bahkan dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Toni bilang dia harus ada pertemuan dengan klien dan bosnya dan dia memutuskan aku harus pulang dengan Bram.

Tanpa bisa menolak, akhirnya malam itu aku diantar oleh Bram, dalam perjalanan dia hanya berkata “Maafkan aku Sinta.. kamu cantik banget malam ini.” Kami tidak mengatakan apa-apa sepanjang jalan. Sesampai di rumah, saya langsung masuk ke kamar dan berbaring di tempat tidur, saya merasakan perbedaan yang aneh antara rasa malu karena saya baru saja mengalami pemerkosaan kecil, dan rasa malu untuk mengakui bahwa saya sangat senang dengan serangan itu. dan masih memiliki semangat.

Tanpa kusadari, ternyata Bram mengunci semua pintu dan masuk ke kamarku, aku terkejut saat mendengar suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku yang berdiri hanya dengan satu sepasang celana pendek. , berdiri aku cepat-cepat meraih G-stringku , tetapi pada saat itu Bram menyerangku lagi dan langsung menciumku sambil segera menarik pengait gaun malamku, jadi celaka aku di depannya.

Cerita Sex Tante Yuli Pemuas Nafsuku

Tanpa banyak menunggu aku langsung menjatuhkan diri di tempat tidur dan dia berada di atasku. Aku berjuang menendang?” Bram..lepaskan aku Bram..ingat kamu adalah teman suamiku Bram..tidak..ahh..aku mohon”, erangku di tengah kebingungan antara nafsu dan rasa malu, tetapi Bram terus tekan sampai aku menjerit saat penisnya menyodok ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap pakai hanya celana tanpa celana dalam.

“Ahhhh? Braam..you..:’ Kemudian dia mulai memompa saya dan melepaskan perlawanan saya, akhirnya saya hanya memejamkan mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..Saya mendengar suara penisnya yang besar pergi keluar masuk cookie saya sangat basah sehingga penisnya mudah bergerak.

Lama dia memompa saya dan saya hanya berbaring di sana mendengarkan napasnya di telinga saya, tak berdaya meskipun dalam hati saya menikmatinya. Sampai sekitar satu jam akhirnya aku mengeluarkan suara panjang “Ahhh?..” Aku orgasme dulu, sungguh aku sangat malu mengalami pemerkosaan yang aku nikmati.

Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pemompaannya dan kemudian aku mendengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?” Saya merasakan sepupu saya penuh dengan cairan kental dan panas selama sekitar tiga puluh detik, lalu Bram jatuh di atas saya.

Cerita Sex Janda Nafsuan Dengan Brondong

“Maafkan aku Sinta, aku tidak bisa menahan nafsuku…” bisiknya pelan dan berdiri meninggalkanku terbaring dan bermimpi. sampai saya tertidur saya tidak tahu jam berapa Toni pulang sampai pagi.

Keesokan paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam belakang, Toni dan Bram pamit pergi ke kantor.

Karena tidak ada orang, saya berani berenang tanpa pakaian. Saat berenang itu menyenangkan tanpa disadari, Bram rupanya beralasan sedang tidak enak badan dan pulang ke rumah, karena Toni sangat mempercayainya sehingga membiarkan Bram pulang sendiri.

Bram masuk dengan kunci Toni dan melihatku berenang telanjang. Lalu dia pindah ke kolam dan menanggalkan semua pakaiannya, lalu aku menyadari kedatangannya, “Bram..kenapa kamu disini?” saya bertanya

Aku Rela Jadi Pemuas Birahi Sopirku

“Tenang Sinta, jasmu di kantor sibuk dengan pekerjaan”, aku melihat tubuhnya yang kuat dan penisnya yang besar mengangguk sambil berjalan telanjang ke dalam kolam “Tidak heran vaginaku terasa sangat penuh tadi malam” pikirku.

Saya segera berenang menjauh tetapi tidak berani keluar dari kolam karena saya tidak mengenakan pakaian apa pun. Ketika saya bersandar di tepi sisi lain kolam, saya tidak melihat tanda-tanda Bram di kolam. Saya melihat sekeliling kolam dan tiba-tiba saya merasa kue saya sangat panas, ternyata Bram berada di bawah air dan menjilati kue saya sambil memegang kaki saya tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayap di seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggama.. Aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih menggelegak dari semalam. Dia bekerja di vaginaku cukup lama, nafasnya sangat kuat, pikirku.

Detik berikutnya aku tahu dia di depanku dan penisnya yang besar menjulurkan lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan kenikmatan yang belum disentuh Toni minggu ini.

Cerita Sex Aku Jadi Pemuas Boss Yang Binal

Akhirnya saya biarkan dia memperkosa saya lagi berdiri di kolam. Sekarang aku hanya memeluknya dan membiarkannya menjilati payudaraku sambil terus menyelipkan penisnya keluar masuk. Bahkan ketika

#Cerita #Pemuas #Sex