Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik Terbaru Malam Ini

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya.
Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Beno yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.
Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

Felicia namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Felicia lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Felicia ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Felicia.

Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekolah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Felicia adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, sementara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Felicia, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Jimmi supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Nana sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Meli sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Bon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
Ternyata Beno dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.
“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Beno sambil tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Jani sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.

Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Felicia yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Jimmi sang supir yang menjemput Felicia pastilah berpikiran bahwa Felicia telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Felicia yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutnya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Beno menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Felicia di teras sekolah tadi.

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik-Felicia Dingentod

“Gue dulu ya..”, ujarku ke Beno.
“Ok boss..”, balas Beno sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.

Kudekati tubuh Felicia yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Felicia kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranya pun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Felicia ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Felicia kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang.
“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Felicia terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Felicia, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku kearah bibir vagina Felicia. Pertama yang aku pakai adalah doggy style, ini adalah gaya favoritku. Dan..

“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Felicia disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya. Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Felicia mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Felicia saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Felicia. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Felicia terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Felicia yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

Sementara itu kepala Felicia kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memaju mundurkan tubuhnya. Badan Felicia kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Felicia tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.

Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya.

Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Felicia kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.
Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Felicia semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Felicia mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir kemaluannya.

“Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Felicia merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.
Dengan menyeringai aku tindih tubuh Felicia itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya.

“Aakkhh..”, Felicia terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya.
Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Felicia. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya.

Tubuh Felicia kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Felicia kembali kelojotan, dari bibir Felicia terdengar desahan-desahan halus “Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”.

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.

Kulihat raut muka Felicia saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejang menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.

Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Felicia. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku. “Ouugghh..”, Felicia merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Beno ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Felicia yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Felicia kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Felicia tadi.
Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett..” diikuti oleh isak tangis Felicia yang terdengar kembali.

Setelah kuperhatikan, oh ternyata Beno dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Felicia. Dengan kasarnya Beno mencabik-cabik baju seragam putih Felicia, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Felicia telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

“Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Felicia terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Beno yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu. Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Felicia, Beno membersihkan daerah selangkangan Felicia. Dengan sedikit kasar Beno mengusap-usap selangkangan Felicia sampai-sampai tubuh Felicia menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.

Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Felicia ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Felicia yang memilukan “Aaakkhh..”.

Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Beno tengah menyodomi Felicia. Posisi Felicia kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Beno berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Felicia.
“Aakkhh..” Beno pun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Felicia.

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik-Felicia

Setelah itu lubang anus Felicia dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Beno, Beno melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Felicia terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Felicia mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka.

Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Beno. Melihat ini aku kembali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Felicia yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.

Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Felicia, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Beno yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Beno berhadap-hadapan sementara Felicia berada ditengah-tengah kami. Benopun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Felicia yang masih menganga itu.

Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam rongga mulut Felicia. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu kembali Beno menggenjot tubuh Felicia dari belakang. Kulirik mata Felicia menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Felicia yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Beno yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.
“Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Felicia.

Tidak lama kemudian Beno semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Felicia, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan menegang, dari mulut Beno keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Beno pun berejakulasi dilubang dubur Felicia. Setelah itu badan Beno pun ambruk disamping badan Felicia.

Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Felicia. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Felicia, kini dengan gerakan tanganku kepala Felicia ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Felicia, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.

Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Felicia, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.

Rasa nikmat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Felicia terbatuk-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.

Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku di samping Felicia, akhirnya akupun tertidur.

Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menangkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Beno tengah menyetubuhi Felicia, tubuh telanjang Felicia yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Beno. Dengan garangnya Beno menggenjot tubuh Felicia, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Felicia kembali terguncang-guncang.

Kini nampak roman muka Felicia telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Felicia namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Beno pun berejakulasi, kembali rahim Felicia disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Felicia nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Felicia. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Felicia dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.
Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Beno tadi. Kemaluannya pun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya. Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kami pun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.

#Felicia #Gadis #SMA #Perawan #Yang #Cantik

Ngentot Dengan Perawan Polos Dan Culun Terbaru Malam Ini

NgentoNgentot Dengan Perawan Polos Dan Culunt Dengan Perawan Polos Dan Culun-Cover

Aku ingat Lina waktu dia masih kecil. Dia anak temanku yang paling kecil, Lina benar-benar membuat hatiku tidak karuan, dengan rambut sebahu, hitam legam ikal. Umurnya sekitar 15 atau 16 tahun sekarang, dan wajahnya yang baby face membuatnya seperti tak berdosa. Ketika melihat Lina untuk yang kesekian kalinya, aku bersumpah kalau aku harus berhasil tidur bersamanya sebelum aku pergi dari kota ini. Dan aku sudah menjalankan rencanaku. Aku main ke rumah Lina bekali-kali, sepanjang siang dan malam sampai aku telepon untuk mengetahui kapan Lina ada sendirian dan kapan orang tuanya ada. Dan pada waktu malam aku memutuskan untuk masuk ke rumah Lina aku sudah memastikan bahwa orang tua Lina sudah tidur dan Lina ada di kamar tidurnya. Rencanaku akan kuperkosa Lina sementara orang tuanya tidur di kamar mereka.

Tubuhku kaku karena tegang, waktu aku buka jendela belakang rumahnya pakai linggis. Suara jendela yang terdongkel terdengar seperti letusan membuatku harus diam tidak bergerak selama setengah jam menunggu apakah ada penghuni rumah yang terbangun. Untung saja semuanya masih dalam keadaan sunyi senyap, dan aku memutuskan untuk masuk. Tubuhku sekarang gemetar. Setiap langkahku seperti membuat seluruh rumah berderit dan aku siap meloncat melarikan diri. Tapi waktu aku sampai di depan kamar tidur Lina rumah itu masih gelap dan sunyi senyap. Aku buka pintu dan masuk sambil menutupnya kembali. Aku seperti bisa mendengar jantungku yang berdetak keras sekali. Aku belum pernah setakut ini seumur hidupku. Tapi bagian yang paling susah sudah berhasil aku lampaui. Kamar tidur orang tua Lina ada di lantai dasar. Aku berdiri di samping ranjang Lina memilih langkah selanjutnya. Perlahan penisku mulai menegang sampai akhirnya besar dan tegang sampai ngilu. Mata Lina terbuka menatapku tidak bisa bernafas. Aku ada di sebelah ranjangnya mencekik lehernya, sementara tangan kiriku mengacungkan belati di depan wajahnya.

“Diem. Jangan bergerak, jangan bersuara, atau lo mati.” aku dengar nada suaraku yang lain sekali dari biasa. Kedengarannya bengis dan kejam.
Lina tetap terlihat cantik. Umurnya lima belas tahun. Dia terbatuk-batuk.
“Kalau aku lepasin tanganku, lo berguling tengkurap dan jangan berisik atau aku potong leher lo.” Aku tentu tidak bermaksud akan membunuh dia, tapi paling tidak itu berhasil bikin Lina ketakutan. Lina langsung menurut dan segera kuikat tubuhnya, menutup mulutnya dengan plester, dan mengikat pergelangan tangannya di belakang.

Selimut yang menutupi tubuh Lina sekarang sudah ada di lantai, dan aku bisa melihat jelas gadis yang lagi tengkurap di depanku. Tubuh Lina langsing dan mungil, dan baju tidur yang dipakainya terangkat ke atas membuatku bisa melihat kakinya yang putih dan mulus. Ereksiku sudah maksimal dan aku sudah tidak tahan sakitnya, celanaku menyembul didorong oleh penisku yang besar, dan bersentuhan dengan pantat Lina yang mungil. Aku menindih Lina dan bergoyang-goyang membuat penisku bergesekan dengan pantat Lina dan dengan tanganku yang bebas kuraba bagian dada Lina yang masih ditutup oleh dasternya. Buah dada Lina masih kecil, yang membuatku makin birahi. Mulutku bersentuhan dengan telinga Lina.
“Lo benar-benar sempurna. Tetap diam dan aku akan pergi sebentar segera.”

Mata Lina terpejam seakan-akan telah tertidur kembali. Aku lepaskan celana trainingku dan celana dalamku sampai ke kakiku tapi belum aku melepaskannya dari badanku, sambil menatap bagian belakang tubuh Lina yang indah. Kakinya yang telanjang membuat nafasku berat, dan dasternya tidak bisa lagi menutupi pantatnya yang ditutupi celana dalam putih. Dan tangannya yang terikat erat benar-benar membuat Lina sempurna buatku. Aku buka kaki Lina tanpa perlawanan yang berarti, dan membenamkan wajahku, yang membuat Lina mengeluarkan erangan untuk pertama kalinya. Aku benamkan wajahku ke selangkangan Lina, menikmati wangi tubuh Lina, yang terus mengerang ketakutan. Selanjutnya aku raba-raba vaginanya yang tertutup celana dalam dari belakang, meraba, dan akhirnya menusuk-nusuk dengan jariku. Ini membuat erangan Lina makin keras sehingga aku harus mengancamnya lagi dengan belatiku. Kemudian kulihat dia gemetar dan kelihatannya mulai menangis. Celana dalamnya lembab, dan aku jadi berpikir mungkin Lina mulai terangsang oleh jariku.
“Lo suka Lina? Hei, lo suka tidak?” Lina hanya menangis. Aku terus meraba vaginanya, sampai aku tidak tahan lagi, dan langsung kutarik celana dalam Lina sampai lepas.

Aku makin mencium bau tubuh Lina. Dan aku mulai gila. Aku balik lagi badannya, karena aku tahu aku lebih mudah ngerjain Lina lewat depan. Lina berbaring tidak nyaman, berbaring telentang dengan tangan terikat ke belakang, dan telanjang mulai pinggang ke bawah, rambut kemaluannya yang masih tipis terlihat jelas. Ia menatap mataku, air mata membuat pipi Lina berkilat tertimpa cahaya lampu kamarnya. Aku tidak begitu suka lihat tatap mata Lina, aku jadi berpikir untuk bikin dia tengkurap lagi begitu penisku sudah masuk ke vaginanya. Aku menempatkan tubuhku, aku harus memnyuruhnya beberapa kali untuk membuka kakinya lebih lebar, seperti dokter gigi, “Ayo lebih lebar sayang, lho kok segitu, lebih lebar lagi, bagus anak manis..”, Aku ingin tahu dia masih perawan atau tidak. Lina tidak meronta-ronta, soalnya aku masih pegang belatiku, tapi terus menangis tersedu-sedu, dan mengerang-erang, berusaha berkata sesuatu.
“Lo masih perawan tidak Lina? Masih? Masih apa tidak.”

Lina terus menangis. Aku angkat dasternya ke atas lagi. Di depan Lina agak rata, buah dadanya hanya sekepal dengan puting susu yang mengeras. Aku pikir itu karena udara dingin, tapi mungkin juga bagian dari tubuh Lina yang emang terangsang.
“Bukan gitu sayang, lo mesti buka lebih lebar lagi..”

Aku tekan penisku di belahan vaginanya yang masih mungil. Terasa basah. benar-benar super sempit. Kutarik lagi penisku dan kumasukkan jariku, dan merasakan jepitan vagina Lina yang hangat yang membuat penisku ingin merasakannya juga. Aku gerakkan penisku maju mundur beberapa kali dan mengarahkan penisku lagi, tegang seperti tongkat kayu.
“Buka lagi manis. Lo benar-benar cantik. Aku cuma mau perkosa kamu terus pergi.”

Aku harus mendorong, bergoyang, berputar, dan akhirnya mengangkat kedua kaki Lina ke atas sebelum aku berhasil mendorong kepala penisku masuk ke vagina Lina. Aku lihat lagi buah dada Lina dengan putingnya yang mencuat ke atas, mata yang memohon dan meratap dengan air mata dan aku dorong penisku masuk ke vagina mungil milik gadis berumur lima belas tahun itu dengan seluruh tenagaku. Lina menjerit, diredam oleh plester, membuatku makin semangat. Vaginanya sempit sekali seperti menggenggam penisku. Dia ternyata tidak basah sama sekali. Aku perkosa dia dengan kasar, seakan-akan aku ingin membuatnya mati dengan penisku, berusaha membuat Lina menjerit serta aku menghentak masuk. Lina semakin histeris sekarang.

Lina

Keadaanku sudah 100 persen dikuasai birahi, dan sekarang aku memusatkan perhatian untuk menyakiti Lina, dan aku tidak punya lagi rasa kasihan buat Lina. Aku terus menghentak-hentak di atas tubuh Lina, dengan kecepatan yang brutal, dan tubuhnya yang mungil terbanting-banting karena gerakanku. Aku merasa aku seperti merobek vagina Lina dengan penisku, dan membuatku makin terangsang, mendorongku bergerak makin brutal. Di sela-sela gerakanku, aku jatuhkan belatiku dan kulepaskan celanaku yang membuat tanganku bebas menggunakan tubuh Lina. Aku kesetanan merasakan tubuh Lina, aku meremas setiap bagian tubuh Lina, meremas buah dadanya, menjepit puting susunya, dan menggunakan bahunya yang kecil buat menopang tubuhku.

Aku hampir tidak ingat apa aja yang aku kerjakan sama Lina. Lina beberapa kali meronta pada awalnya, berusaha membebaskan tangannya, berusaha berguling, berusaha mengeluarkan penisku dari vaginanya. Wajah Lina memancarkan rasa panik dan takut, dan aku terus memperkosanya sekuat tenagaku, seakan-akan itu masalah hidup dan matiku. Seaat sebelum aku mengalami orgasme aku menarik penisku keluar dan Lina langsung berusaha untuk berguling. Aku jambak rambutnya dan menariknya.
“Brengsek, tidur ke lantai.”

Aku tarik kepalanya sampai menempel ke lantai. Sementara dia jatuh berlutut, tapi Lina sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya dengan tangan masih terikat ke belakang. Kepala Lina terbenam ke lantai. Lina masih menangis dan gemetar. Aku masukkan lagi penisku ke vagina Lina tanpa kesulitan, karena penisku sudah seluruhnya dilumuri darah perawan Lina. Aku masukkan dari belakang sebelum Lina sempat meronta, aku pegangin pinggulnya sementara aku terus mendorong sekuat tenaga. Dengan pantat masih nungging ke atas aku tekan punggung Lina dengan tanganku sehingga kepala dan dada Lina makin terhimpit ke lantai, dan aku terus memperkosa dia dengan gaya seperti anjing. Dan Lina sendiri sekarang mendengking-dengking seperti anak anjing yang ketakutan. Sekarang kutarik lagi rambutnya, membuat kepala Lina terangkat.

Lina benar-benar cantik dan tak berdaya, tangannya terikat di punggung. Aku terus menyetubuhinya dengan keras dan tidak berirama, kadang brutal berhenti sedetik dan mulai lagi dengan keras, dan bergantian menekan punggungnya ke lantai lalu menarik rambutnya hingga ia mendongak lagi, sampai aku merasakan tanda-tanda ejkulasi lagi. Aku ingin sekali melepas plesternya dan memasukan penisku ke mulutnya yang mungil, tapi untung saja aku masih sadar kalau itu bisa bikin aku ketahuan, jadi aku tetap menahan penisku di liang kenikmatan Lina sedalam-dalamnya dan melepaskan ejakulasiku. Aku pegangin belahan pantat Lina dekat dengan selangkanganku waktu aku menyemburkan spermaku ke rahim Lina yang menerimanya dengan tatapan mata panik.
“Oh Lina, sayangku, oh, oh..”

Lina Diperkosa

Penisku bekerja keras memompa, berdenyut, menyemburkan sperma ke tubuh Lina, dan aku belum pernah mengeluarkan sperma sebanyak ini selama hidupku. Lina tetap diam tidak bergerak, terengah-engah. Nafasku juga terputus-putus, dan bergidik sedikit ketika aku mengejang lagi dan menyemprotkan sisa spermaku ke rahim Lina. Aku menghentak dia beberapa kali lagi, sekarang dengan penuh perasaan seperti sepasang kekasih. Lina sadar bahwa aku sudah selesai, dan menerima gerakanku yang terakhir ini masih tak bergerak, dengan kepala terbenam ke dalam karpet kamarnya yang tebal.

Aku tarik penisku keluar. Dan aku langsung merasa cemas lagi. Aku langsung mengenakan pakaianku, dan secara ajaib masih ingat untuk mengambil belatiku dan memikirkan sesuatu untuk aku ucapkan pada Lina.
“.. Makasih sayang”, aku berbisik lirih, dan langsung melarikan diri.

Dan biarpun aku sempat cemas ketika aku sudah dalam perjalanan ke luar kota, beberapa saat kemudian aku kembali dipenuhi hasrat baru. Aku berpikir untuk kembali dan menculik Lina serta mengajak beberapa orang temanku untuk mencicipinya.

#Ngentot #Dengan #Perawan #Polos #Dan #Culun

Ngentot Dengan Kawanku Yang Perawan Terbaru Malam Ini

Ngentot Dengan Kawanku Yang Perawan

Cerita ini bermula waktu jumat malam sabtu sekitar jam setengah 12 malam. Tiba-tiba aku menerima telepon dari Mely, teman kuliahku dulu. Udah lama aku gak denger kabar dari. Dulu aku sering jalan bareng sama dia dan anak-anak dari jakarta. Biasalah, waktu di kampus kan kita primodial banget

Tapi gak ada ruginya temenan sama Mely kok, orangnya cantik, tinggi semampai, body aduhai dan yang terakhir yang aku suka banget dari Mely adalah rambutnya. Dari awal kuliah sampe selesai rambut Mely yang hitam legam itu selalu panjang. Apalagi kalau ditata sedikit menggelung, hmmm aku selalu nganggep dia barbie doll banget

“Halo Mel ? ada apa nih, tumben nelpon aku. Malem-malem lagi !” tanyaku.

“Yan, bisa jemput aku di XXX gak ?” tanyanya sambil menyebut salah satu tempat hiburan malam yang cukup ternama di kota bandung.

“Ha ? Kamu ada di Bandung ? Bukannya kamu di jakarta ? Terakhir aku denger kamu dah kerja di Jakarta ?” tanyaku heran, ngapain malem-malem Mely tiba-tiba ada di Bandung.

“Yan ceritanya entar aja deh, sekarang please jemput aku. Dah malem banget nih” rajuk Mely padaku sedikit memelas.

“Ok deh, kamu tunggu sebentar, aku jemput sekarang, 10-15 menit deh” jawabku. Kemudian aku bersiap-siap mengeluarkan mobil untuk menjemput Mely.

Dalam perjalanan pikirannku penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan terbesar tetap saja, ngapain Mely melem-malem ada tempat hiburan malam di Bandung, sendirian lagi. Yang lebih aneh kenapa minta jemput sama aku ? makin aneh !

Sesampainya di tempat hiburan malam tersebut, aku memarkir mobilku. Setelah turun, aku segera menemukan Mely sedang berdiri di pintu masuk. Kondisinya agak aneh.

“Halo Mel ! Sendirian ?” tanyaku. “Iya Van..” jawabnya lemah. Matanya kelihatan merah sekali.

“Mel, kenapa ada disini ? Hmm.. sorry ya, kamu mabuk ya ?” tanyaku menyelidik.

“Van bisa kita berangkat sekarang gak ? gak enak nih diliatin sama orang-orang” ajaknya. Aku melihat sekeliling, memang sih beberapa security dan pengunjung yang baru datang memperhatikan kita dengan tatapan aneh. “Oke deh, ayo. Mobilku kesebelah sana.” ajakku ke Mely untuk naik ke mobil.

Setelah menghidupkan mobil dan mengemudikan keluar areal parkir, aku bertanya ke Mely “Mau kemana nih Mel ?” tanyaku. “Kemana aja deh Van” jawab Mely yang duduk disebelahku.

“Kamu nginep dimana ?” tanyaku. “Belom punya tempat nginep” jawabnya singkat. “Loh, gimana sih. Dah malem banget loh Mel, aku anter cari hotel ya” tawarku.

“Van aku boleh nginep tempat kamu gak. Semalem aja, aku lagi butuh ditemenin nih” pintanya. “Kamu gak pa-pa nginep ditempat aku ? Rumah kontrakan aku kecil loh, berantakan lagi. Biasa, rumah bujangan” jawabku sambil tersenyum. “Aku dah tahu kamu emang berantakan dari dulu” jawabnya tersenyum kecil. Akhirnya dia tersenyum juga

“Ya udah kita pulang aja ya, kayaknya kamu juga dah cape banget.” ajakku. “Dari Jakarta kapan ?” tanyaku. “Tadi sore” jawab Mely. “Jadi dari jakarta kamu langsung ke xxx ?” tanyaku heran. Dia cuma tersenyum kecil. Dasar nakal !

“Sorry nih Mel, kamu lagi ada masalah ya ?” tanyaku. Dia terdiam sejenak, kemudian menjawab “Ya gitu deh.” jawabnya. “Boleh aku tau gak masalahnya sampe kamu jadi kayak gini” tanyaku lagi. “Van boleh gak nanya dulu ? Please…” pintanya. “Aku cuma butuh ditemenin sekarang, tapi janji aku ceritain, kamu kan orang yang jadi repot gara-gara masalahku ini” lanjut Mely. “OK deh, kalo kamu lagi gak pengen ngomongin, aku gak bakal nanya lagi” jawabku.

Sesampainya dirumahku, ternyata Mely gak ada persiapan apa-apa untuk pergi ke bandung, dia cuma membawa tas kecil yang berisi dompet dan peralatan kosmetik. “Mel pake bajuku aja deh, baju kamu kan dah kotor dipake perjalanan” kataku sambil memberi Mely bajuku yang paling kecil dan celana pendek berkaret. “Ok deh” jawabnya menerima baju tersebut. Kemudian Mely masuk kekamar mandi membersihkan badan dan berganti pakaian. Sementara aku membersihkan kamarku untuk ditempati Mely dan aku menggelar kasur di ruang tamu untuk tempat aku tidur. Aku memang punya kasur cadangan untuk persiapan kalo ada keluarga ato teman yang mau manginap.

Mely

“Mel kamu tidur di kamar aku aja ya, tuh aku dah siapin” kataku ke Mely. “Aduh sorry Van, aku jadi ngerepotin banget” katanya. “Trus kamu dimana ?” tanya Mely. “Tuh di ruang tamu, aku punya kasur cadangan kok” jawabku.

“Kamu dah makan malem ?” tanyaku. “Udah, pake beberapa gelas bir” jawabnya sambil ketawa. “Dasar kamu… Ya udah aku punya french fries sama nugget, mau aku gorengin gak ?” tawarku. “Bolehlah, dari pada gak ada apa-apa” jawabnya sambil tertawa kecil. Akhirnya aku memasakkan dia kentang goreng, nugget dan sosis, emang cuma ada itu di kulkasku. Aku juga membuatkan dia teh hangat. Setelah makan dan minum, terlihat Mely agak segaran dikit.

“Ya udah Mel, kamu tidur aja sekarang, udah jam setengah 2 nih” kataku. “Lagian aku juga dah ngantuk banget” lanjutku. “OK deh” jawab Mely yang kemudian beranjak masuk ke kamar, sebelum masuk dia sempat ngelambain tangan ke aku sambil tersenyum. Dasar nih orang, ngerepotin tanpa perasaan

Kemudian aku rebahan di kasur dan menyalakan televisi. Tv memang ada di ruang tamuku. Aku mengecilkan suaranya supaya tidak mengganggu Mely. Walaupun aku dah ngantuk, tapi susah sekali aku memejamkan mata.

Sekitar 15 menit kemudian, Mely keluar dari kamar an menghampiri aku. “Ada apa Mel ? butuh sesuatu ?” tanyaku. Mely cuma diam tapi kemudian rebahan disampingku, bahkan dia menarik selimut yang aku pakai supaya dia kebagian.

“Kan aku dah bilang Van, aku lagi butuh ditemenin. Aku boleh tiduran disini gak ? Aku masih pengen ngobrol-ngobrol dulu sama kamu” kata Mely. “Tapi Mel, kita kan beda” jawabku. “Beda gimana ?” tanya Mely yang sudah rebahan disebelahku. “Ya kamu kan cewek, aku cowok, trus kita dah sama-sama dewasa, apa kamu gak takut” tanyaku. “Hmmm.. masa sih kamu mo nyakitin aku ? Setau aku dari dulu kamu kan baik sama aku Van.” jawab Mely. Aku cuma menarik nafas, pikirku mungkin aku baik sama dia, tapi kan aku juga cowok biasa, mana ada cowok yang gak pusing ada cewek cantik tidur disebelahnya

“Ya terserah kamu aja sih, walau menurutku agak aneh. Tapi berhubung kamu sedikit mabuk wajarlah” kataku. Mely cuma tersenyum kecil.

“Mel, ngapain kamu ada di Bandung, trus dari sekian banyak orang di bandung kenapa sih kamu minta aku yang jemput ?” tanyaku. “Gak tau Van. Dipikiranku cuma ada kamu yang bisa aku percaya dan aku repotin” jawabnya. Aku tersenyum kecil, sialan nih cewek, di baikin malah manfaatin. “Inget waktu kuliah dulu ga Van, kamu kan bantu aku terus” lanjut Mely. Aku terdiam mengingat masa lalu, memang sih Mely dulu gak semangat banget kuliahnya, kalo gak dibantu mungkin gak selesai.

“Inget waktu skripsiku dulu gak ? Kan kamu banyak banget bantu aku” lanjut Mely. “Kayaknya aku gak bantuin deh, tapi ngebuatin” jawabku sambil tertawa. “Ye… tapi kan aku dah bayar pake makan-makan” jawab Mely sambil memukul lenganku. “Masa sih bayarnya cuma makan-makan” jawabku sambil terus tertawa. “Jadi dulu gak iklas nih” tanya Mely cemberut. “Ya iklas lah, namanya juga temen” jawabku. kami berdua tertawa.

“Mel, seinget aku, kamu dulu cewek baik-baik banget deh. Walau kamu trendi abis, selalu gaya, tapi gak pernah aneh-aneh. Tapi coba liat sekarang, tiba-tiba dateng ke bandung, mabok, trus nginep di tempat cowok lagi” kataku.

Mely cuma terdiam sambil memandangi cincin yang dipakai di jari manisnya. Kemudian dia melepas cincin itu dan meletakkannya di lantai. “Ini gara-gara tunangan gue Van” kata Mely lirih.

“Jadi kamu dah tunangan ?” tanyaku. Mely cuma mengangguk kecil. “Dulu..” jawabnya singkat. “Kok dulu ?” tanyaku heran.

“Sampe siang tadi sih Van. Hari ini kan libur, maksud aku sih mau istirahat aja dirumah. Tapi tiba-tiba tunanganku dateng sama seorang cewek. Dia mo mutusin tunangan kita. Dia mo nikah sama cewek itu minggu depan Van, cewek itu dah hamil” kata Mely sambil terisak. “Oh gitu” jawabku prihatin.

“Masalahnya dia udah ngelamar aku Van, tanggal pernikahan juga udah ditentuin, persiapan juga udah dimulai” lanjut Mely dengan tangisnya yang menjadi. “Mau bilang apa coba aku sama keluargaku Van, aku malu banget” lanjut Mely menangis.

“Ya mo gimana lagi Mel, masalahnya emang berat banget” kataku kemudian memeluk dia. Lama sekali Mely menagis dipelukanku. Aku gak bisa banyak komentar, emang masalahnya pelik banget sih. Setelah tangis reda, pelukan kami lepaskan, aku dan Mely rebahan saling bersisian kembali.

“Mungkin emang dia bukan jodoh kamu Mel.” kataku ke Mely. “Iy sih, tapi masa sih dia ninggalin aku gitu aja” jawab Mely. “Abis mo gimana lagi Mel ? Anak yang dalam kandungan cewek itu gimana ? Kan harus ada yang tanggung jawab” jawabku. “Kalo misalnya kamu maksain nikah sama dia, apa kamu mau seumur hidup tersiksa mengingat cowok yang kamu nikain ternyata gak bertanggung jawab sama darah dagingnya sendiri”

“Iya juga sih. Kalo aku jadi cewek itu, aku pasti juga nuntut tanggung jawab” kata Mely. “Ya masih untung lah mantan tunangan kamu masih mau tanggung jawab” kataku.

“Sebenernya dia dulu pernah minta ML sama aku, tapi aku tolak Van. Mungkin kalo dulu aku kasih enggak jadi begini kejadiannya” kata Mely blak-blakkan. “Walaupun demikian Mel, menurut aku gak bisa jadi alasan terus dia selingkuh dan ngehamilin cewek laen” Kataku.

“Dasar cowok, kenapa sih pikirannya seks melulu” kata Mely sedikit meninggi. “Emang tuh, makanya aku gak mau pacaran sama cowok” jawabku sambil tertawa. Mely ikutan tertawa.

“Van, kamu dah pernah ML gak ?” tanya Mely menyelidik. Aku cuma tersenyum kecil. “Kok gak jawab ? dah pernah ya ?” tanya Mely dengan sangat ingin tau. “Tuh kan diem aja, berarti dah pernah. Dasar cowok sama aja, pikirannya gak jauh-jauh dari selangkangan” kata Mely sambil memukuli dadaku.

“Ya walaupun dah pernah tapi aku kan gak selingkuhin tunanganku dan ngehamilin cewek laen” jawabku menggoda Mely sambil tertawa. “Sama aja, dasar cowok. Brengsek semua” kata Mely sambil mengubah posisi yang awalnya menghadapku menjadi menghadap keatas. Aku masih tertawa.

“Yan emang ML enak banget ya, kok banyak banget sih yang belom nikah tapi dah ML, sampe hamil lagi” tanya Mely. “Enggak Mel, ML sakit banget, makanya aku gak mau lagi” jawabku becanda. Mely mencubit pinggangku. “Ihh… ditanya serius malah becanda” kata Mely.

“Abis kamu pake nanya sih. Ya pasti enak lah, kalo enggak kenapa semua orang pengen ML dan jadi ketagihan lagi” Kataku. “Mungkin kalo ML gak enak manusia udah punah kali. Gak ada yang mau punya anak kalo MLnya ga enak ato sakit” kataku bercanda. Mely cuma ketawa kecil.

“Emang enaknya kayak gimana sih” tanya Mely. Aku terdiam sejenak. “Gimana ya Mel, aku susah untuk neranginnya, tapi emang ML kegiatan paling enak dari semua kegiatan. Entar kamu juga ngerti kok kalo udah ngalamin” jawabku.

“Hmm… enaknya kayak coklat gak ?” tanya Mely semakin aneh
“Gimana ya Mel, kalo kita makan coklat kan rasa enaknya konstan, sebanyak yang elo makan ya enaknya kayak gitu aja. Tapi kalo ML enaknya ada tahapannya. jadi enaknya berubah-ubah tergantung tahapnya, kayak ada sesuatu yang dituju, ya orgasme itu” jawabku.

“Emang orgasme itu kayak apa sih ?” tanya Mely lagi. “Aku gak ngerti orgasme cewek ya, tapi kalo dicowok sih orgasme biasanya barengan sama keluarnya sperma. Dicewek kayaknya sih mirip, abis kalo cewek udah orgasme biasanya vaginanya banjir lendir” jawabku. “Gitu aja ?” tanya Mely. “Ya enggak lah” jawabku. “Kalo dah orgasme badan rasanya rileks banget, kaya diawang-awang gitu deh sangking enaknya”. lanjutku.

“Jadi mau..” kata Mely dengan muka pengen. Aku mendorong jidat Mely sambil berkata “Udah tidur sana, pikiran kamu dah kacau tuh”, walaupun sebenarnya aku juga jadi mau

“Tapi bener Van, aku jadi mau. Kamu mau gak ?” tanya Mely. Aku cuma diam. “Kenapa Van, aku kurang cantik ya ? ato aku kurang seksi sampe kamu gak mau ?” tanya Mely.

“Bukan begitu Mel. Kamu tuh lagi mabok, belom sadar bener. Pikiran kamu jadi kacau. Mendingan kita tidur aja deh, dari pada ngelakuin sesuatu yang mungkin nanti kita seselin besok pagi.” kataku. Mely mengangguk kecil.

“Ya udah, kita tidur. Tapi sebelum tidur aku boleh peluk kamu gak ? Sekali aja..” tanya Mely. Aku memandangi Mely kemudian memeluknya. Mely melingkarkan tangannya dileherku sedang aku memeluk pinggang langsing Mely. Paha Mely menjepit pahaku diselangkangannya.

Ngentot Dengan Mely

“Ma kasih ya Van, kamu selalu bantu aku kalo aku ada masalah” kata Mely. “Iya, iya, sekarang kamu tidur istirahat, biar pikiran kamu tenang besok” kataku sambil mengelus-elus rambutnya. Kemudian aku mengecup kening Mely. Pelukan Mely makin erat, aku melanjutkan mengelus-elus rambutnya, kadang aku mengelus punggungnya.

“Van cium lagi dong” kata Mely. Aku mengecup keningnya lagi. “Bukan disitu” kata Mely lagi. “Disini ?” kataku sambil menunjuk pipinya, kemudian aku mengecup pipi yang merona merah itu. “Bukan disitu” kata Mely lagi sambil menutup mata dan memajukan bibirnya.

Wah si Mely bener-bener menguji imanku. Sebenarnya aku dah nafsu banget dari tadi, tapi dalam hatiku aku gak mau manfaatin cewek yang lagi gak 100% sadar.

Aku kecup bibirnya. Tapi setelah kukecup Mely masih menutup mata dan menyorongkan bibirnya ke aku. Aku kecup sekali lagi, kali ini agak lama. Mely bereaksi dengan ikut menghisap bibirku. Aku lepas ciumanku, kemudian aku memandang Mely yang sedang melihatku dengan penuh harap. Well… wtf lah, aku gak peduli lagi, akhirnya aku cium Mely dengan buas.

Aku mencium Mely dengan menghisap bibir bawahnya, Mely membalasnya dengan menghisap bibir bawahku. Kadang-kadang aku masukkan lidahku ke mulutnya. Awalnya Mely gak bereaksi, tapi lama-lama saat lidahku masuk dia menghisap kencang, kadang-kadang Mely gantian memasukkan lidahnya kemulutku.

Selama ciuman, aku mengelus rambut Mely, kemudian elusanku turun ke punggungnya, turun lagi ke pinggangnya. Kemudian aku memberanikan diri untuk meremas pantatnya. Mely melenguh kecil “Uhh….” sambil menekan selangkangannya kearah selangkanganku.

Setelah beberapa kali mengelus bagian belakang sampai meremas pantatnya, aku meremas dadanya. Hmmm… payudara Mely mantap sekali. Besar sekali dibandingkan dengan tubuhnya. “Hmm… Hgmmm.. Hgmmm” lenguh Mely karena payudaranya diremas-remas olehku, dengan tidak melepaskan ciumannya.

Birahi memuncak saat meremas-remas sepasang daging kenyal Mely. Kemudian aku mengelus punggung Mely kembali. Kali ini aku masukkan tanganku kedalam kausnya dan mengelus punggungnya langsung dikulit. Shit, ternyata Mely tidak pakai bra, pantas saja tadi waktu payudaranya aku remas dari luar terasa kenyal sekali.

Saat aku mengelus-elus punggungnya, aku elus juga bagian samping tubuhnya sehingga panggkal payudara ikut terelus. Sepertinya Mely sangat menikmati elusanku, kemudian dia memegang tanganku dan mengarahkan tanganku agar meremas-remas payudaranya. Gila, asik banget payudaranya. Payudaranya mancung kedepan dengan pentil yang besar !

Aku sangat menikmati meremas-remas payudara Mely, terkadang aku memainkan pentilnya. Sepertinya Mely juga sangat menikmatinya, tubuhnya bergetar sambil mengeluarkan lenguhan-lenguhan kecil “Uggrhh….ugrh….”

Pahaku yang dijepit diantara selangkangan sengaja aku gesek-gesekkan ke memeknya supaya Mely makin terangsang. Mely meresponnya dengan ikut menekan-nekan memeknya lebih kuat ke pahaku. Kalau aku berhenti menggesekkan pahaku, maka Mely menggerak-gerakkan sendiri pinggulnya.

Tangan kananku kembali meremas pantat Mely. Kali ini aku masukkan tanganku ke celananya. Berhubung dia pakai celana berkaret, aku dengan mudah memasukkan tanganku. Ternyata Mely juga tidak memakai celana dalam. Aku dengan mudah meremas pantat bulat itu. Setiap aku meremas pantatnya, Mely makin menekan memeknya ke pahaku.

Aku mencoba untuk memegang memeknya dari belakang. Saat tersentuk, tubuh Mely seperti tersetrum, sambil melenguh “Uhh….”. Hmmm… ternyata Mely benar-benar terangsang, memeknya sudah sangat basah.

Sekarang aku memegang memeknya dari depan. Dan mulai mengelus-elus bibir luar memek Mely yang sudah banjir itu. Mely melepaskan ciumanku. Sekarang setiap aku menggosok bibir luar vaginanya, Mely memekik kencang “Ohgh….Ohgh…. Ohgh…..”. “Enak Van, enak banget. Kamu ngapain aku, kok enak banget sih” kata Mely sambil merem melek. Dengan jari tengahku aku mencari klentitnya, kemudian aku usap perlahan. “Akhhh…” teriak Mely saat klentitnya aku usap. Kemudian Mely menahan tanganku, sepertinya dia tidak kuat kalau klentitnya diusap terus.

Akhirnya aku telentangkan Mely. Kemudian aku membuka kaos yang dikenakan Mely sehingga Mely 1/2 bugil sekarang. Aku buka paha Mely lebar-lebar dan aku tempatkan tubuhku diantara selangkangannya. Sasaranku berikutnya adalah payudaranya. Sekarang aku menjilati pentil payudara kanannya. Tubuh Mely begerak-gerak keenakan, sepertinya dia suka sekali aku menjilati dan menghisap-hisap pentilnya. Kadang Mely menyatukan kedua payudaranya agar lebih maju.

Aku berhenti sebentar, memandangi Mely. Sebenarnya aku ingin sekali membuka celana Mely dan menusuk-nusuk memeknya dengan penisku. Tapi aku sedikit ragu.

“Van, setubuhin aku dong, aku dah gak tahan nih” kata Mely sambil memandangku penuh harap. Perkataan Mely seperti menghapus keraguanku entah kemana. Aku menarik celana Mely dengan mudah, apalagi Mely membantu dengan mengangkat pantatnya. Kemudian aku berdiri, membuka kaos dan celanaku, sehinga sekarang aku dan Mely sama-sama bugil.

Sesaat aku memandang tubuh Mely. Badannya yang langsing tinggi dibalut dengan kulit putih mulus, ditambah payudara besar didadanya. Kakinya yang panjang dan jenjang memiliki betis seperti bulis padi. Aku ternganga sesaat apalagi saat melihat vaginanya yang diliputi bulu hitam tipis diantara pahanya yang sudah terbuka lebar.

“Kok cuma diliatin ?” tanya Mely. Aku terseyum kemudian menempatkan tubuhku diantara selangkangannya. Aku cium Mely sekali lagi, dia membalasnya dengan cukup buas, kemudian ciumanku turun ke payudara besarnya. Aku cuma mau memastikan Mely cukup terangsang sebelum aku menembus memek perawannya. Sat mencium penisku menggesek-gesek memeknya walaupun belum masuk.

Aku posisikan tubuhku dan menuntun penisku ke memeknya. “Mel, pertamanya sakit, tapi entar enak kok” kataku. “Iya Van gue juga sering denger”. jawab Mely. Aku mulai mendorong penisku kedalam memek Mely. Mely hanya memandangku sambil menggigit bibirnya.

Saat penisku sudah masuk 1/2 Rar memekik “AKhh…sakit Van” . Aku berhentikan sebentar penisku. Setelah selang beberapa saat aku goyang sedikit penisku kemudian aku dorong lagi sampai full. “Aduh Van sakit banget” kata Mely memelas. “Tenang Mel, paling sakitnya sebentar, nanti juga enak” kataku menenangkan. “Enggak Van, sakit banget, bisa elo cabut dulu gak” pinta Mely sambil menahan sakit. Aku juga gak tega melihatnya akhirnya aku cabut penisku. Saat dicabut penisku diselimuti darah perawan Mely. Dari vaginanya juga aku melihat darah mengalir. Hmmm… memang lebih banyak daripada darah perawan yang pernah aku liat.

“Van kok berdarah sih ?” tanya Mely panik. “Itu namanya darah perawan sayang. Selaput dara kamu dah pecah” jawabku. “Aku mo kekamar mandi dulu Van, mo bersihin dulu” kata Mely. Aku mengantarkan Mely kekamar mandi dan menungguinya dari luar, untuk memastikan Mely gak apa-apa.

Setelah Mely keluar dari kamar mandi, vaginanya sudah bersih. Tapi nafsuku sudah turun, sepertinya nafsu Mely juga sudah turun. Akhirnya kami hanya rebahan saling berdampingan, masih bugil.

“Van kok sakit banget ya” tanya Mely. “Iya lah Mel, itu kan pertama kalinya kamu, memek kamu masih sempit ditambah ada selaput dara” jawabku. “Masih mau lanjut gak Mel ?” tanyaku pada Mely. “Mau Van, tapi pelan-pelan ya” jawab Mely.

Akhirnya Aku tempatkan tubuhku diatas tubuhnya lagi. Aku mulai menciumi tubuh Mely. Dari bibirnya, pipi, leher dan payudaranya. Aku seperti gak puas-puas menciumi dan menjilati tubuh mulus yang masih sekel itu. Kadang tanganku mengelus memeknya. Aku memang tidak berencana mencium vaginanya, takutnya dia shock dan merasa jijik, bisa batal orgasme malam ini

Setelah Mely sudah cukup terangsang, aku arahkan penisku ke vaginanya. Kali ini Mely tidak terlihat tegang seperti waktu yang pertama. Aku dorong penisku masuk. “Heghh..heghmm…” lenguh Mely saat penisku masuk. Kali ini vaginanya tidak terlalu sulit dipenestrasi, mungkin karena tidak tegang sehingga cairan vaginanya cukup. Aku dorong penisku sampai mentok. Aku melihat ada sedikit darah mengalir dari vaginanya, mungkin sisa selaput daranya masih ada yang belum pecah.

Aku goyang perlahan penisku, tubuh Mely terguncang sedikit, Mely masih menggigit bibirnya. Goyanganku aku percepat sedikit, nikmat sekali memek Mely. Sangking sempitnya serasa penisku terhisap kuat oleh vaginanya.

Aku percepat goyanganku, sekarang Mely mulai melenguh, “Akh…Akh…Akhhh…” seirama dengan keluar masuknya penisku di vaginanya. “Lagi Van..Lagi Van..Lagi” desahnya sambil memegangi pantatku seakan ingin menekannya terus.

“Gila Mel, memek kamu enak banget, sempit banget”. kataku. “Penis kamu juga keras banget Van, enak…” jawab Mely disela-sela lenguhannya.

Aku memang tidak berniat untuk memakai gaya lain. Untuk pertama kalinya Mely cukup pakai gaya konvensional, laki-laki diatas. Dengan demikian aku bisa ngontrol tusukan penisku kedalam memeknya. Aku tusuk perlahan memek Mely, kadang aku percepat. Kadang aku berhenti sesaat kemudian aku tusuk dengan keras. Kadang aku tusuk kearah samping.

Tiba-tiba tubuh Mely sedikit menegang, sepertinya dia ingin orgasme. Aku percepat goyanganku, soalnya aku mau orgasme sama-sama. Kalo sama yang perawan kadang gak mau terus kalo dia udah orgasme, capek katanya. “Ahhh…Akhh….Aghkhh..” pekikan Mely makin keras seiring dengan makin cepatnya tusukan penisku.

“Lagi sayang…lagi…lagi..” pekik Mely. Akupun merasa aku sedikit lagi akan orgasme. Tiba-tiba tubuh Mely menegang dan terguncang hebat sambil berteriak “AKHHHH….” Mely mendekapku erat dan melingkarkan kakinya di tubuhku, Aku pun sudah tidak kuat lagi, tapi aku gak bisa melepaskan tubuhku dari Mely. Akhirnya aku nekat, aku tekan penisku dalam-dalam dan aku tembakkan spermaku ke rahim Mely 5 atau 6 kali. Aku puas sekali menggagahi Mely komplit, dari merawanin sampai orgasme didalam memeknya.

Setelah beberapa lama akhirnya penisku mengecil dan Mely melepaskan dekapannya. “Gila enak banget, pantes banyak yang ketagihan” Kata Mely setelah rebahan disebelahku.

Akhirnya Mely pulang kejakarta hari minggu sore. Aku dan Mely beberapa kali mengulangi persetubuhan kami disela-sela aku dan Mely jalan-jalan di Bandung, atau lebih tepatnya aku dan Mely jalan-jalan disela-sela persetubuhan kami

Baca juga : Ngeseks Dengan Penjaga Perpustakaan Di Kampus Jakarta

#Ngentot #Dengan #Kawanku #Yang #Perawan

Sempitnya Memek Perawan SMA Terbaru Malam Ini

Sempitnya Memek Perawan SMA

Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Indah seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Indah sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.

Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Hendro, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Indah. Hendro, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.

Sosok pribadi Indah memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Hendro yang sering mengantarkan Indah dari jalan besar menuju ke kediaman Indah yang masuk ke dalam gang.

Suatu sore, Indah pulang dari sekolah. Seperti biasa Hendro mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Hendro memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Indah. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Indah nanti akan dikerjai. Hendro sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.

“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Indah.

“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Hendro sambil terus mengayuh becaknya. Dengan sedikit kesal Indah pun terpaksa mengikuti kemauan Hendro yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Hendro, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Hendro membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.

“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Indah.

“Hujan..”, jawab Hendro sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.

Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Indah menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.

“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Hendro sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Indah yang masih duduk di dalam becak.

Bagai tersambar petir Indah pun kaget mendengar ucapan Hendro tadi.

“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Indah sambil terbengong-bengong.

“Non cantik, kamu mau ini?” Hendro tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.

Indah terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.

“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Indah dengan wajah yang memucat.

Sejenak Hendro menatap tubuh Indah yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Indah yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.

“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Indah mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Hendro yang semakin mendekati tubuhnya. Tubuh Indah mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Hendro yang mulai menjamah paha Indah, tapi percuma saja karena kedua tangan Hendro dengan kuatnya memegang kedua paha Indah.

“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Indah meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Hendro malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Indah itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Indah.

Indah pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Hendro mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Indah. Tubuh Indah menggeliat ketika tangan-tangan Hendro mulai menggerayangi bagian pangkal paha Indah, dan wajah Indah menyeringai ketika jari-jemari Hendro mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.

“Iihh..”, pekikan Indah kembali menggema di ruangan itu di saat jari Hendro ada yang masuk ke dalam liang vaginanya. Tubuh Indah menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Hendro semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Indah yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Hendro yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya. “Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Indah. Saat ini lubang kemaluan Indah telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Hendro.

Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Hendro mencabut jarinya dari lubang kemaluan Indah. Indah nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Hendro kemudian menarik tubuh Indah turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Indah hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Hendro juga menikmati wanginya tubuh Indah sambil terus meremas remas pantat gadis itu.

Indah

Selanjutnya Hendro mulai menikmati bibir Indah yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Indah mendesah-desah di saat Hendro melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Indah oleh gigi dan bibir Hendro yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Hendro pun bergeser ke bagian leher gadis itu.

“Oohh.. Eenngghh..”, Indah mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Hendro.

Cengkeraman Hendro di tubuh Indah cukup kuat sehingga membuat Indah sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Indah pasrah di hadapan Hendro yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Hendro meraih kepala Indah dan menekan tubuh Indah ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Hendro yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Hendro kepala Indah dihadapkan pada penisnya. “Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Hendro sambil menjambak rambut Indah. Takut pada bentakan Hendro, Indah tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Hendro mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Indah.

“Hmmphh..”, Indah mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Indah menggelembung karena batang kemaluan Hendro yang menyumpalnya.

“Akhh..” sebaliknya Hendro mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Indah di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Indah. Indah menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Hendro. Sementara kedua tangan Hendro yang masih mencengkeram erat kepala Indah mulai menggerakkan kepala Indah maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Indah. Suara berdecak-decak dari liur Indah terdengar jelas diselingi batuk-batuk.

Beberapa menit lamanya Hendro melakukan hal itu kepada Indah, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Hendro mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Indah semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Indah. Wajah Hendro menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan.. “Aakkhh..”, Hendro melengking, croot.. croott.. crroott..

Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Hendro yang mengisi mulut Indah yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Indah berusaha melepaskan batang penis Hendro dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Hendro mencengkeram kuat kepala Indah. Sebagian besar sperma Hendro berhasil masuk memenuhi rongga mulut Indah dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Indah.

“Ahh”, sambil mendesah lega, Hendro mencabut batang kemaluannya dari mulut Indah.

Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Indah. Demikian pula halnya dengan mulut Indah yang nampak basah oleh cairan yang sama. Indah meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Hendro seperti itu.

“Sudah Pak.. Sudahh..” Indah menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Hendro yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Indah. Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Hendro membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.

Hendro kemudian memegang tubuh Indah yang masih menangis terisak-isak. Indah sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Indah bergetar ketika Hendro menidurkan tubuh Indah di lantai gudang yang kotor itu, Indah yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Hendro. Setelah Indah terbaring, Hendro menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Indah hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Hendro memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Indah. Kedua mata Hendro pun melotot tajam ke arah kemaluan Indah. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.

Hendro langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Indah. Indah menjerit ketika Hendro mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Indah. “Aakkhh..”, Indah menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya. Kedua tangan Indah ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Indah dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Indah melengking keras disaat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Hendro. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Indah. “Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Hendro mendesis nikmat. Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Hendro langsung menggenjot tubuh Indah dengan kasar. “Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Indah mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Hendro yang keras dan kasar. Sementara Hendro yang tidak peduli terus menggenjot Indah dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Indah yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Hendro menggagahi Indah yang semakin kepayahan itu, sepertinya Hendro sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Indah, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Hendro kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Hendro pun berejakulasi.

“Aahh..” Hendro memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Indah yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Hendro.

Dan akhirnya kedua tubuh itu pun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Hendro. Hendro puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya. Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Hendro dengan becaknya kembali mengantarkan Indah yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Indah tak mampu lagi berjalan normal hingga Hendro terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Hendro dengan leluasa menuntun tubuh lemah Indah hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Indah bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Hendro pun kemudian meninggalkan Indah dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Indah yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.

 

Baca juga : Della Penyanyi Cafe Yang Menggoda

#Sempitnya #Memek #Perawan #SMA

Ngentot Perawan Hijab Yang Pingsan Terbaru Malam Ini

Ngentot Perawan Hijab Yang Pingsan

Aku akan bercerita sesuai pengalamanku yang pernah aku lalui, sebenarnya aku tidak berani untuk menceritakan hal tersebut setelah aku mengirim kisahku ke situs tempat ceritasex aku menyuruh untuk menyamarkan nama sebagai figure yang aku ceritakan di bawah ini, saat itu aku berstatus pelajar sebagai mahasiswa yang semester 6.

Dan di cerita ini banyak yang terlibat dalam ceritaku, mungkin lagi yang bersangkutan atau korban juga membaca kisah ini, tapi apa salah jika aku berbagi cerita sex kepada pembaca yang suka dengan pengalamannya, oke berikut dan simak dengan seksama.

Jujur saja dalam kehidupanku aku jarang mempunyai teman cewek, karena aku kurang pede atau kaku jika bersama cewek, kebanyakan temanku cowok entah itu dari mengerjakan tugas main keluar bareng tapi lama kelamaan aku mendapat kenalan itu juga cewek satu kelasku,

Namanya Fitri, dia seorang cewek yang di kelas sering memakai jilbab kalau di kampus dia menjadi pengurus rohis, sebenarnya aku malah dekat dengan teman temannya karena dia biasa biasa saja kalau memakai pakaian jilbab, bentuk tubuhnya yang menarik itu tertutup, tapi lama kelamaan kami semakin dekat dan aku juga pernah disuruh maen ke rumah kontrakannya.

Dirumah Fitri bersama kakaknya yang sama memakai jilbab, keluarganya dia banyak saudaranya yang memakai jilbab, yang aku ketahui dari Umi , Umi bisa memposisikan dirinya seringkali dia malah mendengarkan lagu lagu yang alirannya keras seperti megadeath, metalica, disitu yang membuat aku bisa nyaman dan nyambung soalnya aku juga gak dalam dalam banget mempelajari agama. Kita semakin dekat sering kita menghabiskan waktu bersama, dimana rasa rasa bukan cinta itu muncul aku ingin sekali mencium bibirnya yang mungil dan wajahnya yang manis kalau tidak dandan, aku ada rasa seperti itu karena mencium aromanya yang membuat aku nafsu, dia belum tau kalau aku menyimpan rasa seperti ingin menyetubuhi dia.

Sering sekali aku membayangkan jika dia lepas jilbab gimana bentuk wajahnya dan gimana bentuk tubuhnya jika dia lepas baju atau bugil di hadapanku, itu hanya khayalanku yang membuat aku bergairah sampai kalau di kamarku sendiri aku selalu mengocok penisku sambil membayangkan dan melihat foto dia di hp ku membayangkan mulutnya di hadapan penisku dan blowjob penisku. Kadang juga aku selingi dengan membuka situs bokep dan menonton bokep , sampai foto Fitri aku juga rekayasa dengan mengganti wajah dia dengan tubuh asia memakai software, jadilah foto wajah Fitri yang sedang memakai jilbab tapi bagian bawahnya bugil, saat mengeditnya pun aku sempat onani dalam meja komputerku.

Dan kejadian itu sampai suatu ketika aku maen kerumahnya lagi, aku ingin mencuri pakain yang sering dipakai dia, saat dia mencuci piring di belakang aku diam diam masuk ke kamarnya dan mengambil kaos tersebut yang di letakkan di belakang pintu, aku masukkan ke dalam tasku dan ingin membuat bahan sebagai cokliku di kamar nanti.

Kaos Fitri aku cium cium bau aromanya yang menggugah kalau aku onani sering aku muncratkan ke kaosnya sampai banyak, dan kejadian itu terus aku khayalkan hingga saat ini aku waktu main ke rumahnya lagi aku sengaja waktu itu hujan deras banget dan berteduh di rumahnya, dia dirumah sendiri saat itu karena kakaknya juga ada kuliah. Dimana sedang menunggu hujan berhenti aku pura pura tidur di ruang tamunya, tadinya dia berkata kalau mau mandi , aku masih berpura pura merem, dan waktu dia masuk ke kamar mandi dengan suara air yang jatuh aku bangun dan ingin sekali mengintip tubuh Fitri bugil saat mandi, aku cari celah lewat mana aku bisa mengintip dia.

Fitri

Tak ada lubang yang bisa mengintip kecuali di lubang pintu, aku pastikan dia tidak menyadari kehadiranku di depan pintunya, aku intip deh dari celah kunci walaupun sedikit, uhhhh saat dia mengibaskan rambutnya uhhhh seksi sekali rupanya tubuh Fitri saat telanjang, karena tidak tahan akibat melihat tubuh bugil Fitri. Rasanya ingin aku onani tapi dengan cara spermaku ingin aku keluarkan di dalam kamarnya , aku cari benda yang bisa aku taruh spermaku, aku melihat gelas diatas meja kamarnya rupanya teh yang dibuatnya tadi pagi, entah dapat pikiran dari mana sampai aku taruhkan spermaku ke dalam gelasnya intinya aku ingin Fitri menelan spermaku. 

Aku kembali ke ruangan tengah dan sadar bahwa Fitri sudah masuk ke dalam kamarnya , saat keluar dari kamarnya dia menghampiriku dengan masih memakai jilbab, hujan sudah reda rupanya aku berpamitan untuk pulang , dan aku gak tahu yang jelas spermaku tertinggal di kamar Fitri entah dia minum atau gak , aku gak urusan, kalaupun yang meminum kakaknya juga oke. Dan itu juga kakaknya Fitri juga menjadi bahan onaniku di kamar, suatu ketika aku mendapat kabar bahwa Fitri pingsan karena ditabrak motor lain, waktu itu dia langsung dibawa ker rumahnya , aku yang dapat kabar tersebut langsung menghampiri dia di rumah bersama temanku, aku lihat tubuh Fitri yang lecet lecet dan pipinya yang memar.

Melihat kondisi Fitri seperti itu aku malah ada rasa yang lain, dimana kondisi dia yang lemas aku ingin memegang toketnya , penisku sudah mulai berdiri akibat pikiran kotorku, dan malah menjadi kenyataan yang aku pikirkan dimana temanku dan salah seorang yang menjaga Fitri di kamarnya meminta temanku untuk dihantarkan dia ke apotik dan menghubungi saudara lainnya.

Dia keluar bersama temanku, aku pun dimintai pertolongan untuk menjaga Fitri, baiklah aku akan menjaga Fitri disini percayakan padaku, pernyataan yang membuat teman Fitri percaya, setelah keduanya pergi meninggalkan rumah aku kunci pintu kamar Fitri, aku dekatkan wajahku ke wajahnya Fitri baunya wangi sekali membuat aku bergairah. Aku panggil panggil namanya belum sadar aku pastikan untuk mengelus wajahnya juga belum sadar, kemudian aku cium bibirnya dan aku buka mulutnya supaya lidahku bisa masuk ke dalam mulutnya, aku jilati dari mulut hidung sampai telinganya.pikiranku saat itu adalah ingin menyemprotkan spermaku di wajahnya.

Tapi tanganku ingin memegang toketnya yang rupanya ukurannya besar dan empuk saat aku pegang, aku singkapkan rok yang dia pakai kulihat memeknya terbungkus celana dalam berwarna pink, aku buka celana dalamnya dan melihat memeknya yang diselimuti oleh bulu tebalnya, kemudian penisku aku keluarkan dari celanaku dan menindih tubuh dia. Ingin cepat cepat aku masukkan penisku ke dalam memeknya, aku gesek gesekkan rasanya kental dan empuk , tapi masih susah untuk aku masukin, ekhh ekhhhh kusodorkan penisku masuk ke memeknya karena bayangku takut temanku sudah datang aku percepat penisku untuk maju mundur kira kira 40 detik spermaku keluar di dalam memek Fitri, terasa hangat dan dia juga belum siuman, Saat aku keluarkan penisku aku melihat darah yang menempel di penisku aku kaget rupanya darah yang keluar dari memk Fitri dan Fitri ternyata masih perawan, kemudian aku ambil tisu di sekitar meja Fitri aku bersihkan sperma dan darah yang menempel di selakangan Fitri. Lekas aku kembalikan seperti semula aku kenakan celana dalamnya seperti semula.

Setelah kejadian itu aku merasa deg deg an dan merasa puas sudah bisa menyetubuhi Fitri walaupun dia dalam keadaan pingsan, setelah kejadian itu setiap melihat Fitri aku tidak tertarik lagi, melihat wajah dan aromanya sudah tak ada rasanya lagi, kemudian tak berapa lama temanku datang dia tidak menaruh curiga terhadapku. Setelah kejadian itu 3 bulan Fitri merasa ada yang aneh dia merasa hamil dan sering muntah muntah, sampai disitu Fitri jarang masuk ke kampus kabar terakhir dia , dia mengalami depresi karena dia tidak merasa pernah berhubungan badan sama siapapun, sampai saat ini aku gak tau nasibnya Fitri, dia melahirkan atau tidak.

Kalau melahirkan dia anakku, aku merasa bersalah saat itu tapi aku juga cuek menghadapi masalah ini, demikian ceritaku yang pernah aku alami, terimakasih para pembaca yang sudah meluangkan waktunya.

Baca juga : Lonte Yang Sudah Merebut Keperjakaanku

#Ngentot #Perawan #Hijab #Yang #Pingsan

Tiwi Perawan Ting-Ting Terbaru Malam Ini

Tiwi Perawan Ting-Ting

Kenapa lagi sih kamu ? “ tanyaku dengan nada sinis kepada Tiwi. “Maaf kak….. aku jarang latihan..” “Udah berkali2 kamu ga bisa ngikutin.. nadanya melenceng semua… jangan dikira bisa tanpa latihan kamu bisa main saksofon dengan bagus” lanjutku. Tiwi hanya terdiam. matanya memandang ke lantai, seakan2 menghitung jumlah lantai keramik, atau sekedar mengira2 luas karpet yang melapisinya. Aku sebal. Sebagai seorang guru musik, hal yang paling menyebalkan adalah ketika muridmu tidak berlatih sama sekali. Ditambah lagi, ketika aku sedang pusing mengerjakan tesis s2ku, dimana mengajar saksofon adalah satu2nya hiburanku, murid yang satu ini membuat hatiku kesal. Tiwi, 19 tahun, seorang mahasiswi yang kebetulan satu universitas dengan tempatku mengambil kuliah s2, menurutku sangat berbakat bermain saksofon. 

Tapi dia jarang sekali latihan. Terdengar dari nadanya yang melenceng, dan tiupannya yang tidak statis, pertanda dia jarang menyentuh alat musik itu. Sebagai mahasiswa S2 yang membiayai kuliahnya sendiri, bermain musik dan mengajar musik adalah tulang punggung utama yang membiayai kuliahku. Ayahku tidak bisa membiayai lagi kuliahku karena beliau sudah lama meninggal. Uang yang ibuku berikan setiap bulannya hanya cukup untuk membayar kos saja. Uang untuk kuliah, juga disokong oleh beasiswa. Tetapi beasiswanya tidak penuh. Itulah mengapa aku menggunakan bakatku dalam bermain alat tiup saksofon untuk mencari uang, mengajar maupun bermain di acara2 musik. Dari yang kulihat lewat situs pertemanan facebook, Tiwi tampak senang sekali bermain dengan teman2nya entah itu nongkrong di kafe, jalan2 ke mall, maupun berkunjung ke Bandung dengan teman2nya.

 Itu tidak masalah sebenarnya, tetapi jika dia meninggalkan latihan saksofonnya, itu masalah buatku. Ada orang yang bilang kalo muridnya ngaco, berarti gurunya yang ga bener. Itu membuatku menjadi gemas ketika Tiwi selalu membuat kesalahan ketika bermain. “udah ya, hari ini sampai disini saja” aku membereskan saksofonku dan buku musik ku. “tapi kak…” Tiwi memotong ucapanku “tapi kenapa… pokoknya minggu depan saya tes lagi yang tadi ya, jangan sampe ga bisa kayak sekarang.” Aku segera bergegas keluar, memakai jaket, mengisi absen guru di meja resepsionis, dan keluar untuk menyalakan mesin motorku. Sudah mau maghrib rupanya. Tiwi menyusulku keluar. “Kak… maafin aku ya…. Aku emang lagi banyak kegiatan akhir2 ini, jarang latihan….” Ucapnya. “yaudah… minggu depan perbaikin oke” aku memakai helmku. “saya pulang dulu ya” aku mengendarai motorku menjauhi tempat les itu. 

Dari spion aku bisa melihat Tiwi masuk ke dalam city car nya. Pertemuanku dengan Tiwi bermula ketika aku mengisi acara yang diadakan oleh BEM kampusnya. Dia menjadi panitia, LO band yang beranggotakan diantaranya aku sendiri. Berawal dari ngobrol2 Tiwi rupanya bermain saksofon juga dan dia ingin belajar dariku. Karena aku mengajar di salah satu sekolah musik yang mentereng di Jakarta, kusuruh saja dia daftar, dan dia pada akhirnya mendaftar untuk menjadi muridku. Sebenarnya Tiwi menyenangkan, senang melucu dan mudah akrab. Tetapi kekurangannya ya itu, malas berlatih, entah hari2nya dihabiskan oleh apa selain kuliah. Apakah itu main, pacaran, aku tidak terlalu tahu, karena obrolan antara aku dan Tiwi hanya berkisar musik lokal maupun musik global. Aku kembali ke kosanku, kunyalakan laptop hasil tabungan sendiri itu. 

Sebenarnya aku bukan dari keluarga yang kurang mampu, hanya saja ayahku orangnya disiplin dan tidak memanjakan anaknya. Waktu aku kuliah s1 di bandung dulu, ketika mampu mencari uang sendiri, aku sudah mulai meringankan beban orang tuaku dengan tidak meminta uang jajan. Ketika sebelum aku lulus s1, ayahku meninggal dan wasiat terakhirnya adalah agar aku terus meneruskan sekolah. Kujalani pesan ayahku, dan nyatanya, walaupun hanya dari mengajar dan bermain musik, aku bisa menabung, membayar uang kuliah, dan menyicil motor, walaupun uang untuk kos masih dibantu oleh ibuku. Sedangkan Tiwi, bisa dilihat hidupnya amat mudah. Orang tua yang kaya, dan memanjakan anaknya, terlihat dari saksofonnya yang terlihat baru dan kinclong, beda dengan saksofon tua ku yang hasil nabung sendiri itu. Naik mobil kemana, jalan2, pacarnya pun aku kenal, walau hanya sebatas tahu sama tahu saja. Anak orang kaya juga. Kehidupan mereka berbeda jauh denganku. Tampaknya apa2 saja yang mereka inginkan mudah didapat. 

—————————–Minggu Depan———————————————— 

Tiwi

Jam 4 sore. Aku menunggu hujan reda di kosanku. Jam 5 harusnya aku sudah di sekolah musik itu. Tapi karena aku memakai motor, maka aku hanya bisa menunggu. Waktu terus berlalu. Hujan tidak reda. Maghrib sudah tiba, dan aku sudah menelpon ke sekolah musik itu untuk membatalkan les hari ini. Aku tidur2an di kasurku, malas untuk keluar kemana2 lagi. Tiba2 handphoneku berbunyi. Aku melihat layar handphoneku. Ternyata nomor Tiwi. “Halo kak….” Tiwi mengawali pembicaraan “Eh kamu, ada apa ? udah tau kan lesnya ga jadi ? “ jawabku “Aku ada di depan kosan kakak” lanjutnya “Eh…. Ngapain ? “ aku heran. Tiwi memutus telponnya. Aku bergegas keluar dari kamar kosanku, dan kulihat Tiwi dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang kosanku. 

Tanpa pikir panjang aku mengambil payung, lari dan membuka pintu gerbang. “Lho kamu kenapa ? kok kehujanan ? mobil kamu mana ? “ tanyaku bertubi2. Tiwi hanya diam saja. DIa menggigil menahan dingin, sekilas kulihat matanya memerah dan ada bekas tangisan. Untung saja tidak ada orang yang lihat, jadi Tiwi bisa masuk ke kamarku. Karena kamar mandinya ada di dalam kamar, kusuruh Tiwi untuk mandi. Tak lupa kuberikan t-shirt ku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, juga handuk yang biasa kupakai. Aku agak khawatir sebenarnya. Karena di kosan ini tidak boleh membawa tamu perempuan ke dalam kamar. Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi kalau orang2 kosan mengira aku dan Tiwi melakukan hal2 yang tidak senonoh. Aku hanya diam menatap pintu kamar mandi. 

Suara air mengalir dari shower bisa kudengar dengan jelas. Tak berapa lama Tiwi keluar, dengan memakai baju yang tadi kusiapkan. Dia sedang berusaha mengeringkan rambutnya dengan menggosok2annya dengan handuk. Bisa kulihat matanya masih merah. “Kenapa sih kamu ?” aku memberanikan diri bertanya “Ceritanya panjang kak….” Katanya sembari duduk disampingku, di pinggir ranjang. “kalo ga mau cerita ga usah dipaksa” aku lalu berdiri dan memakai jaket “Saya beli makan ya, kamu diem disini dulu, jangan ikut keluar, soalnya di kosan ini ga boleh ada tamu cewek masuk ke dalam kamar” “ dan jangan ribut, nanti dikirain saya nyelundupin kamu ke dalem” kataku mengingatkan Aku tidak habis pikir. Apa yang ada di pikiran Tiwi sehingga dia nekat datang ke kosan guru musiknya. 

Aku berjalan dengan payung di tengah hujan, menuju tukang nasi goreng untuk memesan 2 porsi, dibawa pulang. Aku kembali ke kamar kosan. Hujan telah reda. Aku membuka kunci kamar, dan menemukan Tiwi sedang menerima telpon dengan air mata yang menetes. Aku segera menutup pintu kamar dan menyiapkan makanan. Tiwi hanya diam saja, dan dia serta merta menutup telponnya. “Eh… makan dulu…” aku menegurnya Tiwi hanya diam. Sejenak kami berdua terdiam beberapa saat. “Kak… ada tisu ?” Tiwi akhirnya membuka mulut. Aku segera mengambilkan tisu dari laci meja belajarku. Tiwi mengusap air matanya dan menarik nafas panjang. “Maaf ya kak aku ngerepotin” Tiwi mengambil makanannya dan mulai makan. “Gapapa kok, santai aja” “Ntar kalo bajunya dah kering saya anter kamu pulang ya” jawabku. “Ga usah kak…. Aku mau disini aja” pernyataan Tiwi membuatku kaget. 

“Tapi, saya kan udah bilang, kosan disini ga boleh menerima tamu cewek sebenernya “ Aku sengaja mempertegas kata2ku. “Aku gak akan ribut kak. Janji” jawabnya Aku hanya menghela nafas sambil ogah2an menyantap nasi gorengku. Apa sih maunya dia, begitu pikirku. “Kalo mau minum ambil tuh gelasnya di rak di deket pintu kamar mandi” ucapku setelah Tiwi menyelesaikan makanannya. Tiwi menurut dan mengambil gelas, dan menuangkan air dari dalam dispenser. Aku tidak menghabiskan makananku, dan menyalakan laptopku. Jujur saja aku bingung bagaimana harus menghadapi Tiwi. Aku jarang pacaran, ketika kuliah aku malah tidak sempat pacaran. Sibuk oleh kuliah dan musik. Apalagi sekarang, kuliah, musik, ngajar. Itulah yang menyebabkanku agak canggung hanya berdua di kamar dengan seorang perempuan.

“Kalau mau baca2 majalah itu ada di rak di atas kasur” Aku berkata seperti itu karena Tiwi terlihat hanya duduk di tepi ranjang dan memandang lantai dengan tatapan kosong Tapi Tiwi seakan tidak menggubris ucapanku. Dia masih melamun “Tiwi. Kenapa sih ?” Aku makin penasaran. Tiwi tampak kaget mendengar pertanyaanku. “Hmmm…. Aku heran kak… apa sih yang dimauin sama laki2” dia membuka dialog “Kenapa gitu ?” aku turun dari kursi dan duduk di karpet. Tiwi pun turun dari pinggir ranjang dan duduk di hadapanku. “Tadi aku rencananya bolos les kak….” jawab Tiwi “Terus ?” “Aku jalan2 sama pacarku tadi. Pas jam 5, jam harusnya aku les, aku di dalem mobil pacarku, dia lagi nyetir, rencananya mau jalan cari makan terus nonton” Tiwi melanjutkan ceritanya. 

“Entah kenapa handphone dia ditaruh di dashboard. Aku pinjem, mau main game yang ada di hapenya. Dia ngebolehin, tapi entah kenapa aku tiba2 pingin buka inbox smsnya” Halah. Pasti cowoknya selingkuh, begitu pikirku dalam hati. “Aku ngeliat sms2 mesra kak. Gak cuman satu tapi beberapa cewek” Buset. Pikirku. Jagoan banget tuh cowok. “Aku kurang apa sama dia coba ? bela2in bolos les, bela2in dia, selalu aku temenin, kok dia begitu sama aku ?” dia mulai menangis lagi. “Jijik liat sms2 itu, sayang2an segala macem orang pacaran aja” Aku mengambilkan Tiwi tisu lagi karena air matanya mengalir deras. “Terus gimana ?” aku memintanya melanjutkan ceritanya. “Aku marah kak. 

Tapi dia cuman diem aja ga ngomong apa2. Akhirnya di lampu merah aku keluar dari mobil” “Kan ujan” jawabku sedikit tidak antusias. Entah mengapa kasus ini sangat klasik pada orang2 yang pacaran. Tapi tampaknya Tiwi sangat terpukul oleh kejadian tersebut. “Biarin aja kak. Aku jalan, ngejauh dari mobil, aku bisa denger sih dia nglakson terus….. tapi setelah jauh dari mobilnya, aku bingung mau kemana. Tapi aku inget kalo tempat tadi deket sama kosan kakak. Makanya aku kesini” Memang dulu Tiwi pernah kesini diantar oleh pacarnya, mengambil partitur lagu. “Terus ? kok kamu malah kesini ? ga pulang aja ?” tanyaku sambil berusaha meyakinkan dia agar pulang. “Males nanti ditanyain sama orang tua…. kemana si pacar, kok pulang sendiri. Ribet “ jawabnya “Lah kalo dicariin gimana ?” aku makin bingung “Aku udah bilang sama orang tua aku… mau tidur di rumah temen” “Tenang aja, mereka percaya kok…..” Aduh. 

Entah mengapa menurutku Tiwi berlebihan dalam menghadapi masalah ini. Kenapa gak putusin aja cowok itu, cari taksi, pulang, tidur, besok lupa. Tapi dia malah repot2 pergi ke kosanku. “Terus kamu mau ngapain disini ?” tanyaku dengan malas “Aku mau nenangin diri dulu kak…..” Eh. Bukannya lebih enak di rumah ? disitu kan bisa nangis bombay di depan orang tua. Dijamin bakal ditenangin, abis nangis besoknya lega deh. Aku bingung melihat kerapuhannya menghadapi masalah ini. “yaudah lah terserah” kataku “tapi inget, jangan ribut, jangan keluar kamar, besok pagi saya anterin ke rumah” “Iya kak” jawabnya… Jam2 berikutnya diisi dengan obrolan2 yang biasa kami lakukan, soal musik, teknik bermain saksofon. Tak lupa aku menyetel musik keras2 dari laptop dan menyalakan tv agar suara kami tidak terdengar. Tanpa terasa sudah jam 11 malam “Aku ngantuk kak….” Kata Tiwi “Hmm…. kamu tidur di atas aja, saya biar tidur di karpet” jawabku sekenanya. “Enggak kak… aku kan tamu. Aku aja yang tidur di karpet” malah enak di gw. Aku pikir. Aku mengiyakannya dan menggelar selimut cadangan di karpet, untuk alas tidur agar agak empuk, dan memberinya selimut tipis serta bantal yang berlebih di ranjang.

Aku mematikan lampu, dan juga naik ke ranjang, bersiap untuk tidur. “Jangan dimimpiin kejadian yang tadi ya..” kataku mengingatkan “Iya kak….” Sepi. Aku hanya menatap langit2 sambil memikirkan caranya besok pagi keluar tanpa ketahuan yang jaga kos. Kebetulan aja tadi hujan besar sehingga penjaga kos tidak memperhatikan pintu gerbang. Aku agak kesal dengan sikap Tiwi. Sudah malas latihan, dan tidak berpikir panjang. Sebenernya muncul rasa kasihan yang besar dalam diriku. Dia belum dewasa, belum bisa mengambil keputusan dengan matang, dan akibatnya seperti ini. Ada di kos2an guru musiknya, dan tidur di lantai. Yasudahlah. Mungkin Tiwi butuh teman malam ini, begitu pikirku. Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini, harus kuakui kehadiran Tiwi malam ini merusak pikiranku. Bukan jadi buruk, tetapi pikiranku menjadi kotor. Aku pernah melakukan seks, sekali2nya waktu baru kuliah dulu. Pengalaman itulah yang membuatku sedikit membayang2kan bagaimana kalau aku bermain cinta dengan Tiwi. Tiwi memang cantik, kulitnya putih dan mukanya manis. Dan fakta2 itulah yang membuat pikiranku menjadi kotor. 

Coba kalau dia laki2. pasti aku santai2 saja. Lama aku tidak bisa tidur. Aku sengaja menghadap ke tembok agar tidak melihat Tiwi. Tiba2.. Jleg. Aku merasa ranjangku dinaiki orang. Aku kaget, sedikit terkesiap tapi aku berhasil menahannya. Rupanya Tiwi menaiki ranjangku. “Kak… aku tidur sama kakak ya……” katanya dengan nada merajuk. Damn Aku tidak bisa menolak karena dia sudah naik ke atas ranjang. “Ehh… ni kalau mau pake selimut. Aku memberikan bagian selimutku pada Tiwi. Dia tampak agak malu, dan segera mengambil bagian selimutnya, dan tidur membelakangiku. Sial. Apa2an ini. Kenapa dia naik ? apa karena kedinginan ? atau keras ? atau kenapa ? Aku merasakan gerakan di sebelahku. “Kak… maaf… aku sebenernya masih pengen ngobrol” “gapapa kan ?” Aku membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku dan muka Tiwi tidak lebih dari 2 jengkal. 

Matanya yang memerah menatapku penuh harap. “Kamu ya… Dengerin. Kenapa sih mesti gini ? kamu sekarang ada di kamar cowok, tidur bareng satu kasur. Ga pantes tau. Apa saya tidur di bawah aja ya” Aku berusaha bangkit. “Ini yang aku suka dari kakak…” tiba2 Tiwi berkata seperti itu. “Eh……..” Aku heran dan mematung sejenak “Kakak orangnya tegas…” “gak kayak dia…. egois… udah gitu ga pernah bisa tegas dan ga punya pilihan” “Tiwi… tapi” Kata2ku terhenti ketika tangannya menyentuh pipiku lembut. “Aku suka sama kakak” pengakuannya membuatku terhenyak. Apakah benar ? apa Tiwi Cuma terbawa perasaan akibat baru mengalami kekecewaan dalam berpacaran ? Aku mematung. Terdiam. Dalam hati aku mengakui bahwa sosok Tiwi yang manis membuatku tertarik. 

Tetapi selama ini aku selalu me-ignore perasaan itu karena 1, dia sudah punya pacar, dan 2, aku tidak ada waktu untuk perempuan ditengah kesibukan tesis, musik dan ngajar. “Kak” tangannya terus mengelus pipiku. Aku pun luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan wajah kami masing2. kami menutup mata dan bibir kami pun bersentuhan. Kami berciuman dengan pelan dan lembut. Tiwi terus maju ke dalam pelukanku. Aku meraih pinggangnya, dan menggenggam tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan. Di dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat. Kami melupakan batas antara guru dan murid. Walaupun umur kami tidak berbeda jauh, hanya enam tahun, namun rasanya ini seperti affair yang aneh antara guru dan murid. Walaupun guru dan muridnya hanya di sekolah musik saja. Kami berciuman sangat lama. 

Ngentot Dengan Tiwi

Entah kenapa kami berdua tidak berciuman dengan nafsu dan tergesa2. Tangan kiriku yang menyentuh pinggang Tiwi, tiba2 mulai nakal. Tanganku masuk ke dalam t-shirt yang dia pakai. Menyentuh kulit halusnya. Tiwi tidak berontak. Dia malah terus menciumiku. Tiwi pun tidak protes ketika tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya. Damn. Rupanya dia tidak memakai celana dalam dan BH. Aku melepaskan ciumanku, dan mulai menciumi telinga dan lehernya. “Ahh… Kak… ‘ Tiwi tampak menikmati perbuatanku. Tanganku terus bermain mencoba membuka celana pendeknya. Tiwi tidak berontak, kakinya malah beringsut membantuku melepas celana pendek itu. Pada akhirnya aku melempar celana itu ke lantai. Aku mulai menyentuh pahanya yang sangat mulus. Aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku. “Kak….. “ Tiwi memanggilku “Kenapa ?” Aku menghentikan ciumanku di leher “Kalau mau itu’… pelan2 ya…. aku belum pernah…” jawabnya pelan dengan nada pasrah dan tatapan penuh harap. Apa. Masih perawan ? aku kaget.

Kupikir setidaknya dia pernah tidur dengan pacarnya. Pantas saja dia tidak bisa menyikapi kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim. Aku terdiam. Mematung. Tidak dapat berpikir dengan jernih. “Tiwi… kalau kamu gak mau, jangan….” aku mundur “Gak apa2 kak. Kalau sama kakak aku mau..” Tiwi meraih tanganku. “Kamu belum pernah…. jangan dipaksa kalau gak mau….” aku berusaha berpikir jernih. Tiwi terdiam, tetapi dia malah masuk ke pelukanku kembali. “Aku mau….” jawabnya pelan “Aku Cuma minta kakak perlakukan aku dengan lembut” “Tapi” aku masih bertahan “Kak…. aku mau kasih ke kakak malem ini” “itu karena aku suka sama kakak” “dari pertama ketemu, tapi kakak tampaknya cuek sama aku…. tapi aku makin suka karena tau kakak orangnya tegas, dewasa, “ “Tiwi, itu cuman perasaan pelarian aja…” jawabku Tiwi hanya diam. Tetapi dia menjawab dengan semakin masuk ke dalam pelukanku.

Dia memelukku dengan erat, dan tidak mau melepasku. “Aku mau ngelakuinnya cuman sama kakak” Tiwi tetap gigih. Kami berpandangan sangat lama. Hingga akhirnya aku menciumnya kembali. Pertahanan akal sehatku runtuh. Tanganku terus melingkari pinggangnya yang ramping itu. Tiwi perlahan2 bergerak menindih tubuhku. Badannya naik ke atas badanku. Tangannya mencoba membuka t-shirt ku tapi tampaknya dia agak canggung melakukannya. Aku melepaskan tanganku dari pinggangnya dan membantunya membuka atasanku. Setelah itu aku berusaha bangkit dan duduk. Tiwi memegang bahuku dan mencoba maju menciumku. Aku menahannya dan memegang kedua tangannya. Aku menatap matanya lekat2. Tiwi menatapku malu2.

Aku sedikit tegang. Malam ini kedua kalinya aku berhubungan seks. Dan ini yang pertama bagi Tiwi. Jantungku berdetak hebat. Aku menggenggam ujung t-shirt yang dia pakai. Pelan2 kutarik keatas. Tiwi menurut dengan mengangkat tangannya. Tiwi sudah telanjang bulat di pangkuanku. Kedua tangannya disilangkan, menutupi buah dadanya yang kecil. Dia sedikit menunduk dan tampak sangat malu. Pasti ini pertama kalinya dia telanjang bulat di depan laki2. Aku memegang dagunya dan mengangkat wajahnya. Tak berapa lama kucium bibirnya lembut. Aku menggenggam kedua tangannya dan mulai menciumi lehernya, terus sampai ke buah dadanya yang kecil Aku menciumi putingnya. Kurasakan badannya agak gemetar, entah karena geli atau agak takut. “Uhh….. Kak… geli…..” Tiwi mendesah kecil. 

Aku berbisik kepadanya “Jangan terlalu berisik ya… nanti bisa gawat kalau ketahuan penjaga kos…” Tiwi mengangguk pelan. Aku melanjutkan menciumi buah dadanya. Sempat kulihat Tiwi menggigit bibirnya. Menahan agar dia tidak ribut. “Ngggh…. mmmhhh…” Tiwi terus mendesah. Aduh, bagaimana nanti ketika kami sampai ke inti permainan ?. Aku menyuruh Tiwi untuk turun dari pangkuanku. Aku segera melepaskan celanaku. Tiwi nampak agak kaget ketika melihat penisku. Ini pertama kalinya juga dia melihat penis lelaki langsung. Tiwi duduk di sampingku. “Tiwi, kalau kamu emang ga siap, mendingan gak usah….” Aku menatap wajahnya yang tampak malu bersemu merah, “ Ga apa2 kak…. udah sampe sini….” dia tersenyum kecil walau aku bisa merasakan bahwa dia merasa gugup dan deg2an. 

Aku memegang lembut tangannya dan mencium keningnya. Lalu aku menariknya pelan agar kembali duduk di pangkuanku. Tiwi duduk membelakangiku. Punggungnya sungguh mulus dan bersih. Aku mulai menciumi bahunya, terus sampai keleher. Kupeluk erat pinggangnya dan bisa kurasakan tangan Tiwi memeluk erat leherku. Lama kuciumi bagian belakang leher dan punggungnya. Tak tahan lagi, pelan2 kubimbing Tiwi untuk berbaring di kasur. Aku memegang lututnya dan kulebarkan pahanya. Aku menindih badannya. Tangan Tiwi menahan bahuku. Aku sejenak mematung memandangi Tiwi. Patutkah kurenggut keperawanan perempuan manis ini ? Haruskah dia melakukannya denganku ? Tiwi balik menatapku dan berkata “Kak….. pelan2 ya… aku tau pasti sakit pada awalnya” “Kalau kamu gak mau, bisa kita hentikan sekarang kok….. “ aku menjawabnya. 

Tiwi menggeleng pelan. “Aku siap kak………..” Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya yang telah basah. Pelan2 kugesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Tiwi mengejang2 geli. Aku memperbaiki posisi dengan menggenggam tangannya. Kurasakan pelan, penisku memasuki bibir vaginanya. Sempit sekali. Aku berkonsentrasi penuh memasuki vaginanya. “Nggggh…….Ahhh….. “ Tiwi menahan sakit. Bisa kulihat dia menggigit bibirnya dan matanya sedikit berkaca2. “Uhhhh…..” dia menarik napas lega ketika penisku masuk penuh kedalam vaginanya. Aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan. Tiwi tampak menutup matanya, dan meringis seperti menahan sakit.

Aku mencabut penisku. Kulihat penisku berlumur darah perawan Tiwi. “Sakit? Kalau kamu ga tahan sakitnya ga usah dilanjutin…” Aku khawatir “Gapapa kak…..” Tiwi tersenyum dengan mata agak berkaca2. Aku menarik nafas panjang, kuputuskan untuk tidak merubah2 posisi bercinta kami, terlalu dini untuk kami berdua. Ditambah lagi pengalaman kami berdua sangat minim. Aku kembali memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Sudah lebih mudah, walau masih sempit. Kurasakan dinding vaginanya yang hangat mengapit penisku erat. “Mmmhhhh….kak.. “ Tiwi mendesah pelan, dia sudah tidak meringis atau menggigit bibir lagi seperti sekarang. Aku terus memaju mundurkan penisku dengan pelan namun temponya stabil. “Uhhh…..” Tiwi tiba2 mencengkram erat bahuku. Seakan ingin mencakarnya. “Mmmmhhh” Kaki Tiwi mencengkram erat pinggangku. 

Aku tahu dia akan orgasme. Terlalu cepat mungkin. Tetapi wajar. Karena ini pengalaman pertama bagi Tiwi. Dia belum tahu bagaimana mengatur tempo, merubah posisi, ditambah lagi malam ini semuanya aku yang mengendalikan. Tiwi terus bersuara kecil mengikuti tempo goyanganku. “Nggg… mmmmhh….” Tiba2 aku menghentikan gerakanku. Aku tak ingin aku bablas keluar di dalam. Kaki Tiwi kuat mencengkram pinggangku. Malam ini adalah pengalaman pertamanya. Wajar jika dia tampak tegang atau gugup. Aku tak mau jika ketegangannya mengakibatkan kecelakaan yang tidak diinginkan. “ah…. kenapa kak ?” tanyanya polos dengan nafas tidak teratur “Enggak… tadi kamu ngejepit pingganggku terlalu keras… aku takut kalau nanti aku keluar di dalem…” jawabku. “oh…. “Tiwi “kamu santai ya sayang….” aku mengelus rambutnya lembut dan dia hanya mengangguk pelan.

 Pelan2 aku mengisyaratkan agar Tiwi tidur tengkurap. Dari belakang aku memposisikan kepala penisku tepat di lubang vaginanya. Pelan2 aku masukkan kembali. “hmmhhh… aaahhhh…” Tiwi kembali mendesah ketika kumasukkan penisku. Aku memeluk pinggangnya dan membimbingnya naik. Kami bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Tiwi bertumpu pada kasur. Aku menggerakkan penisku maju mundur sembari memegang erat pinggangnya. “Uuuuuh…. Ahhh….. “ Tiwi tidak bisa menahan lagi suaranya. Entah karena kesakitan atau keenakan. Tapi kalau pun kesakitan, dia tidak berontak. Tiwi terus mengerang. Entah berapa lama kami melakukannya. “Kak…. aku… ahhh” Aku tau Tiwi akan segera orgasme. Tapi aku tidak mencabut penisku. Aku malah makin bernafsu menggerakkannya. Tumpuan tangannya semakin lemas. Aku secara refleks malah menarik tangannya kebelakang agar posisi tubuhnya tetap stabil.

Aku merasakan tubuhnya menegang dan vaginanya menjepit erat penisku. “Aaaaah….. aaaahh….. nggghh….” Tiwi mengerang tanpa memperdulikan keadaan kamar kosku yang mungkin saja suara malam itu bisa bocor ke kamar sebelah. “Ngggghh… aaaaaaaaaah”. Tak berapa lama aku langsung mencabut penisku dan spermaku lalu muncrat berantakan di luar vaginanya. Tiwi langsung dengan lunglai menjatuhkan diri ke kasur. Aku pun merebahkan diri di sebelahnya. Kami berpandangan dengan cukup lama dan berpelukan sampai kami tertidur. Kini, kami bukan murid dan guru lagi. Tapi lebih dari sekedar itu. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar les, karena kami sekarang menjadi sepasang kekasih. Kejadian malam itu, tidak pernah terulang lagi sampai sekarang. Dan kami tidak pernah mengungkitnya lagi. Biarkan malam itu ada untuk dikenang saja dalam hati kami masing2.

Baca juga : Ngewe Dengan Pacarku Yang Perawan

#Tiwi #Perawan #TingTing

Cerita Dewasa Guru Perawan, Terbaru Malam Ini

Cerita Dewasa Guru Perawan – Seorang wanita berjilbab hijau lumut terlihat bergegas ke ruang guru, rok yang agak ketat memaksa wanita itu untuk mengambil langkah kecil dan cepat. Namun sesampainya di ruangan yang telah ditentukan, hanya ditemukan Bu Nita yang sedang sibuk mengoreksi hasil ulangan harian para siswa.

“Mungkin begitu,” jawab Bu Nita sambil menatap Rayna dengan wajah curiga, sejauh Bu Nita hubungan antara Rayna dan Rivan tidak pernah beres, meskipun mereka sama-sama guru muda, pikiran Rayna dan Rivan selalu tenang. . Reyna yang idealis dan Rivan yang liberal.

Cerita Dewasa Guru Perawan

“Kuharap SMS itu hanya lelucon,” katanya penuh harap, bergegas ke tempat parkir, mengabaikan penampilan satpam sekolah yang menatap liar ke tubuh kurusnya yang mengenakan seragam hijau lumut khas PNS yang terbungkus rapat. di sekelilingnya. Tubuhnya.

Cerita Sex Cabul Murid Cantik Yang Di Perdaya Guru Kelas Nya

Mobil Avanza, Reyna, melintasi jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya masih tertuju pada pesan teks yang dikirim Rivan, meskipun pria itu hanya meminta bantuan untuk membantunya mempersiapkan syarat untuk melamar pangkat, tetapi perasaan permusuhan begitu melekat pada dirinya. jantung. .

Jantung Reyna berdegup kencang saat mobil masuk ke halaman, ada Ninja 250 hijau cerah yang diparkir, “pasti sepeda Rivan tidak diragukan lagi,” bisik hati Reyna. Di kursi teras, sudut mata wanita muda itu menangkap sosok pria yang asyik dengan pil di tangannya. “Kau…” ucap Reyna dengan nada tidak setuju.

“Masuk, tapi ingat suamiku tidak ada di rumah, jadi setelah ini semua, kamu bisa pulang,” kata Reyna blak-blakan, meninggalkan pria itu di ruang tamu.

Aktif seharian di sekolah memaksa Reyna untuk mandi, saat memilih baju, wanita tersebut bingung mau pakai baju apa, apakah cukup untuk baju rumahan atau untuk memilih baju yang lebih formal.

Ngentot Memek Abg Perawan Di Sekolah

“Apa yang ada di pikiranmu, Ray?!” .. Dia musuh bebuyutanmu di sekolah,” umpat Rayna, melemparkan gaun di tangannya ke bagian bawah lemari.

Kemudian dapatkan daster putih tanpa motif. Namun sayangnya, gaun katun lembut itu terlalu ketat dan berhasil membingkai lekuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan payudaranya yang gagah.

Reyna bingung lagi saat memilih penutup kepala, apakah masih harus memakai kain atau tidak, ini rumahnya. Namun mau tak mau ia memungut kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat lebih anggun, tubuh cantik dalam balutan gaun serba putih yang menawan.

Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore dan untuk kedua kalinya Rayna menyajikan teh untuk Rivan. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas persiapannya, Reyna sesekali memberikan instruksi.

Cerpen Sekretaris Diperkosa Paksa

Tanpa sadar, mata Reyna mengamati wajah Rivan, yang sangat menarik. “Sebenarnya cowok ini pekerja keras dan baik, tapi kenapa sikapnya sering bikin aku emosi,” gumam Reyna mengingat permusuhannya di lingkungan sekolah.

Pemuda yang empat tahun lebih muda darinya. Sikap keras Reyna sebagai wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan bertolak belakang dengan sikap Rivan yang kerap membela siswa yang melanggar disiplin.

“Jangan buru-buru, minum teh dulu, nanti di luar hujan,” kata Reyna yang bermaksud lebih ramah.

Reyna tertawa mendengar kata-kata Rivan, “Makan malam dengan ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti anak mama,” geram Reyna, membuat Rivan juga tertawa, tapi tangannya terus bergerak seolah dia tidak tergoda untuk menerima ejekan Reyna.

Istri Perek Ketagihan Dipompa Memeknya Ama Kontol Besar Tukang Sayur.

“Jadi aku harus pulang sekarang?” tanya Rivan dengan senyum di wajahnya saat melihat hujan di luar masih terlalu deras.

“Di garasi ada jas hujan, tapi kalau mau nunggu hujan, enggak apa-apa,” kata Reyna yang yakin mesin Rivan tidak bisa menyimpan jas hujan.

Begitu kata itu terucap, Blackberry di tangan Rayna menerima telepon masuk dari suaminya, namun sayangnya suaminya mengabarkan bahwa ia agak terlambat pulang, dengan cemberut Rayna mengakhiri panggilan tersebut.

“Eh, kenapa karena aku?” Hahaha…” Rivan tertawa penuh kemenangan, Reyna melempar bantal ke sofa dengan cemberut. Pembicaraan berlanjut lagi namun lebih fokus pada dinamika kehidupan sekolah dan cukup berhasil memecahkan kebekuan.

Bu Guru Perek Ketagihan Digenjot Habis2an Kontol Besar Murid Sendiri.

Reyna sepertinya melihat Rivan versi yang berbeda, lebih seru, ramah, dan humoris. Sangat berbeda dengan kacamata yang pernah dilihatnya sebelumnya, guru laki-laki itu seperti memberontak kepadanya, sebagai penegak kedisiplinan siswa.

“Aku heran kenapa kamu mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, dua anak ini tidak bisa diatur lagi dan telah di-redlist oleh guru BC,” tanya Reyna mulai terlihat santai. “Jika bukan karena cucu pemilik yayasan, anak itu akan dikeluarkan dari sekolah,” lanjutnya.

“Iya aku tau, tapi petualangan mereka seru lho, dari nongkrong di Manga Besar sampai mengintip cewek di kamar mandi, ada juga guru yang mereka intip,” “Hah?” Baik? Sial, itu benar-benar tidak bermoral,” Reyna melompat dari tempat duduknya, pindah ke sisi Rivan.

“Tapi tunggu, bukankah itu berarti kamu mendukung kejahatan mereka, dan siapa guru yang mereka dukung?” tanya Reyna cemas, takut menjadi korban kenakalan kedua muridnya.

Cerita Dewasa Guru Smp Ngajakin Ngentot

Bayangkan, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang digunakan kapal selam,” kata Rivan muram, membalikkan tubuhnya ke arah Rayna yang penasaran.

“Awalnya mereka hanya mengintip siswa, tapi itu tidak menarik bagi saya, jadi saya meminta mereka untuk mengintip toilet guru, tahukah Anda siapa yang kami intip?”

“Apakah kamu benar-benar seorang guru atau bukan?” Memberi contoh buruk kepada siswa, besok aku akan melaporkanmu ke kepala sekolah,” Rayna meledak dengan emosi.

“Hahaha, aku bohong, aku hanya mengolok-olok mereka, aku tahu Pak Tigor ada di toilet dan kamu tahu apa efeknya?” Mereka langsung kaget melihat belalai Pak Tigor yang menakutkan Hahaha,” Reyna akhirnya tertawa, tidak menyadari Rivan masih memegang tangannya.

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ibu Guru Yang Masih Perawan

“Kamu tahu, kamu sebenarnya lebih cantik ketika kamu tersenyum, jadi jangan sembunyikan di balik wajah garangmu,” kata Rivan, menikmati tawa tajam Rayna yang menunjukkan giginya yang bengkok. Reyna terdiam sejenak, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Rivan masih menggenggam tangannya.

Tapi tak lama kemudian, tangisan dari bibir tipisnya kembali lagi, “Hei!… Jika kamu punya mata, tolong lindungi mereka,” umpat Reyna pada mata Rivan yang menatap gundukan payudara di balik gaun ketat yang tidak ditutupi olehnya. berhijab, Reyna berdiri dan duduk, meluruskan jilbabnya.

“Punyamu juga besar,” jawab Rivan, mengabaikan peringatan Rayna, yang semakin kesal dan melempar bantal dari sofa. “Kamu tidak harus begitu senang, lagipula, kamu pasti sering mengintip dada siswa di sekolah?”

“Sialan.” dengus Reyna sambil meluruskan hijabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tidak ada wanita yang tidak suka dipuji. Wajah Reyna memerah, kata-kata Rivan vulgar seperti biasa.

Cerita Seks Pagi Jadi Guru, Malam Nya Pelacur

“Hah?” Kau ingin melihat payudaraku, gila… Benda ini sepenuhnya milik suamiku,” wanita itu menjulurkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa oleh sifat acuh tak acuh Rivan.

“Nanti kalau aku ke kamar mandi, lihat saja dengan piroskopmu, hahaha…” Reyna tertawa sambil menutupi wajahnya, tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.

“Heehee.. Lihat saja, jangan pegang,” kata guru cantik itu sambil melihat ke TV, lalu mengikat jilbab di belakang punggungnya.

“Khususnya?” Telanjang?” matanya melotot seolah-olah dia marah, tetapi jantungnya berdetak kencang, menantang jantungnya sejauh keberaniannya.

Gadis Bispak Masih Perawan

“Guru mesum,” Reyna menjulurkan lidah lagi dan memalingkan wajahnya ke TV, tapi tangannya bergerak untuk membuka kancing atasannya.

Namun tak berhenti sampai di situ, tangannya terus bergerak melepaskan kancing kedua, lalu membelah kedua sisinya hingga lebih terbuka, meninggalkan gumpalan berbalut bra itu menjadi makanan penasaran di mata Rivan. Entah apa yang membuat Reyna begitu berani, untuk pertama kalinya dia dengan sengaja merayu pria lain dengan tubuhnya.

“Milikmu pasti lebih kencang dari milik Anita,” lanjut Rivan, matanya terpaku pada dada Reyna sambil mengusap dagunya yang berjanggut tipis, seolah memimpikan betapa lembutnya daging wanita cantik ini. Namun ucapan Rivan membuat Reyna kaget, bingung, dan penasaran secara bersamaan. “Hmmm.. Bagaimana hubunganmu dengan Bu Nita?

“Kau pikir aku kekasih Anita, bukan?” Hahaha…” Rivan memotong kalimat Rayna setelah mengetahui arti kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dibilang begitu hehehe.. Tapi kita selesaikan tepat satu minggu yang lalu,”

Cerita Sex Bercinta Dengan Guru Yang Ketus

“Mengapa?” kata Reyna yang tiba-tiba penasaran dengan isu skandal yang benar-benar merebak di kalangan guru sesat itu. Rivan menghela nafas dan bersandar. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meskipun Anita menolak untuk mengakhirinya, saya tetap harus mengambil keputusan itu, risikonya terlalu besar.

Rivan tidak langsung menjawab, melainkan mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya.Setelah tiga jam menahan diri untuk tidak mengisap tembakau gulung di sakunya, pria itu akhirnya meminta izin: “Bolehkah saya merokok?”

“Saya tidak tahu pasti, Anita adalah wanita cantik, tapi dia bukan wanita yang saya cintai,” kata pria itu setelah mengembuskan asap tebal dari bibirnya. Namun wajah wanita di depannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa yang terjadi antara kamu dan Anita? dia berkata.

Wajah Rayna memerah karena malu, Rivan dengan tegas mengungkapkan kekakuannya sebagai wanita dewasa. “Anita adalah wanita yang sudah menikah, yang berarti Anda tidak memiliki hak untuk menyentuh tubuhnya,” kata Rayna mencoba membela kepolosannya.

Cerita Dewasa Aku Yang Ketagihan Setelah Diperkosa

Rivan tersenyum masam, mengakui kesalahannya, “Kami melakukannya berkali-kali, mulai dari rumah saya, rumahnya, bahkan ruang lab kimia, suaranya sebagai wanita kesepian benar-benar menggoda saya, saya merindukan saat-saat saya membuang-buang air mani saya untuknya. wajah.”

Seketika wajah Reyna menghangat memikirkan petualangan, Anita, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Reyna berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. “Belum ada yang cocok,” jawab Rivan singkat, membuat Reyna menggelengkan kepalanya, wanita itu mengambil teh di atas meja dan meminumnya.

“Guru mesum,” umpat Reyna, memutar wajahnya, yang memiliki ekspresi

#Cerita #Dewasa #Guru #Perawan

Nikmatnya Meki Perawan Anak Tanteku Terbaru Malam Ini

Nikmatnya Meki Perawan Anak Tanteku

Kenalkan, nama saya Bondan, teman-teman biasa memanggilku Mas Bondan. Saya seorang pemuda berusia 25 tahun dengan tinggi badan 170 cm dan berat 55 kg. Meski usia saya kini sudah seperempat abad, namun pengetahuan saya dalam dunia percintaan masih sangat minim dan belum punya banyak pengalaman yang layak dibanggakan sebagaimana layaknya anak muda jaman sekarang.

Sekarang saya sedang bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa. Sebut saja nama perusahaan itu adalah Sepinggan tours and travel service. Jarak kantor itu sekitar 5 km dari tempat tinggal saya.

Kini saya tinggal dengan Om saya, saya biasa memanggilnya om Rudy, ia adalah adik kandung dari Ibu saya). Om Rudy sehari-hari bekerja sebagai Kepala sekolah di sebuah SMK Negeri yang cukup terkenal di kota kami, sementara tante saya, sebut saja namanya tante Lina bekerja sebagai perawat di sebuah RS swasta. Kedua anaknya (sepupu saya) tinggal kost di kota lain karna mereka tidak mau kuliah di kota kami (entah karena alasan apa). Sejak kedua anaknya kuliah dan tinggal di kota lain, om dan tante saya hanya tinggal bertiga dengan seorang pembantu.

Sekitar dua bulan kemudian Om Rudy mengajak saya agar saya tinggal bersama mereka, dengan alasan daripada saya harus kost di luar, lebih baik saya tinggal di rumah om saya saja karena di rumahnya ada kamar yang kosong, kata om Rudy memberi alasan. Sejak saat itu jumlah penghuni rumah bertambah satu orang.

Sebulan kemudian, tante Lina membawa keponakannya ke rumah, jadi sekarang ada lima orang yang tinggal di rumah itu. Sejak kedatangan keponakan tante Lina, suasana jadi kembali ramai, tidak seperti dulu lagi ketika belum ada keponakan. Nama keponakan tante Lina adalah Erlinda, usianya 15 tahun, ia sudah duduk di kelas dua SMK Negeri. Erlinda adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, rajin dan baik hati pada semua orang.

Suatu ketika, om Rudy dan tante Lina pergi menghadiri acara perpisahan siswa kelas II di sekolah tempat om saya bekerja. Ia sempat mengajak saya, namun saya menolak dengan alasan saya agak lelah, lalu tante Lina mengajak Erlinda, namun Erlinda juga menolak dengan alasan Erlinda lagi ada tugas dari sekolah yang harus diselesaikan malam itu juga karena besok tugas itu sudah harus dikumpulkan.

Sebelum om dan tante meninggalkan rumah, mereka tidak lupa berpesan agar kami berdua berhati-hati, karena sekarang banyak maling yang pura-pura datang sebagai tamu, namun ternyata sang tamu tiba-tiba merampok setelah melihat situasi yang memungkinkan. Setelah selesai berpesan, om dan tante pun pergi sambil menyuruh saya menutup pintu.

Sejak kepergian om dan tante saya, rumah jadi hening, kini hanya ada suara TV, namun sengaja saya kecilkan volumenya karena Erlinda sedang belajar. Saya hanya duduk di ruang depan menonton sebuah sinetron yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta. Saya sempat menyaksikan adegan panas seorang lelaki paruh baya yang sedang asyik berselingkuh dengan seorang gadis yang ternyata teman sekantornya sendiri.

Karena terlalu asyiknya saya nonton TV, sehingga saya sangat kaget ketika sebuah tangan menepuk pundak saya. Setelah saya lihat ternyata Erlinda, ia tersenyum manis sambil menarik lenganku dengan manja menuju kamarnya. Saya jadi deg-degan setelah melihat penampilannya, ternyata ia hanya mengenakan celana pendek ketat warna coklat muda dengan kaos orangenya yang super ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhnya tampak begitu jelas.

Sejenak saya terpana melihat tubuhnya yang nyaris sempurna. Saya amati pinggangnya bagai gitar spanyol dengan paha yang kencang, mulus, dan bersih. Selain itu juga tampak buah dadanya sangat menantang. Sepertinya ukuran BH-nya 34B. Pemandangan itu sempat mengundang pikiran jahat saya. Bagaimana rasanya kalo saya menikmati tubuhnya yang nyaris sempurna itu. Namun saya berusaha menyingkirkan pikiran itu karena saya pikir bahwa dia adalah sepupu ipar saya, tinggal serumah dengan saya dan saya pun menganggapnya sudah seperti adik kandung saya sendiri.

“Ada apa sih? Kok kamu mengajak saya masuk ke kamar kamu?” kataku agak bingung sambil berusaha melepaskan tangan saya.

Sebenarnya bukan karena saya menolak tetapi hanya karena grogi saja. Maklum saya belum pernah masuk ke kamar Erlinda sebelumnya.

“Kak, Erlinda mau minta tolong nih!” katanya sambil menatapku manja.

“Kakak mau ngga membantu saya menyelesaikan tugas ini, soalnya besok udah harus dikumpul.” kata dia setengah merengek.

“Oh, maksudnya kamu mau minta tolong agar saya membantu kamu mengerjakan tugas itu? Okelah. Saya akan membantumu dengan senang hati, saya kan sudah berjanji untuk selalu menolongmu.” kataku mantap.

“Asyik, makasih ya kak.” kata Erlinda sambil menciumku.

Kontan saya merasa tersengat aliran listrik karena meskipun umur sudah 25 tahun, saya belum pernah mendapat ciuman seperti itu dari seorang gadis, apalagi ciuman itu datangnya dari gadis secantik Erlinda. Saya pun segera membantunya sambil sesekali curi padang padanya, namun sepertinya ia tidak menyadari kalau saya memperhatikanya.

Setelah kami mengerjakan tugas itu sekitar 30 menit, tiba-tiba Erlinda berhenti mengerjakan tugas itu. Ia mengeluh sambil memegangi keningnya.

“Kak, Erlinda pusing nih, boleh ngga kakak pijitin kepala Erlinda?” katanya sambil merapatkan badannya ke dada saya.

Sempat saya merasakan gesekan dari payudaranya yang cukup kencang namun terasa lembut.

“Emang kenapa kok Erlinda tiba-tiba pusing?” tanya saya agak heran.

“Ayo kak, tolong pijatin donk, kepala Erlinda pening!”

“Oke, dengan senang hati lagi.” kataku penuh antusias.

Saya lalu mulai menekan-nekan keningnya dengan tangan kiri saya dan tangan kanan. Saya menahan lehernya agar badannya tidak bergoyang. Sesekali saya juga mengelus pundaknya yang putih bersih.

“Kak, belakang leher Erlinda juga kak, soalnya leher Erlinda agak kaku nih.” katanya sambil menuntun tangan saya pada lehernya.

Setelah saya memijatnya sekitar lima menit, ia lalu berdiri sambil menarik tangan saya. Katanya,

“Kak, Erlinda baring di ranjang aja ya? Biar pijitnya gampang.”

“Terserah Erlinda ajalah.” kata saya sambil mengikutinya dari belakang.

Lagi-lagi saya terkesima melihat pinggulnya yang sungguh aduhai.

Ia lalu berbaring telungkup di atas ranjang sambil menyuruh saya memijat leher dan punggungnya. Sesekali saya melihat dia menggerakkan tubuhnya, entah karena sakit atau karena geli. Saya tidak tahu pasti, yang jelas saya juga sangat senang memijat punggungnya yang sangat seksi.

Entah karena gerah atau bagaimana, tiba-tiba saja ia bangun. Katanya,

“Kak, Erlinda buka baju saja ya? Sekalian pakai balsem biar cepat sembuh.”

“Mungkin Erlinda masuk angin.” katanya sambil melepaskan kaosnya, lalu kembali berbaring di depan saya.

Saya terkesima melihat kulit tubuhnya yang kuning langsat. Dalam hati saya berpikir alangkah bahagianya saya kalau kelak mempunyai istri secantik Erlinda. Saya terus memijatnya dengan lembut. Sesekali saya memutar-mutar jari-jari saya di tepi rusuknya. Setiap saya meraba sisi rusuknya, ia kontan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Kadang juga pinggulnya ditarik. Maklum, ia belum terbiasa disentuh laki-laki. Saya juga sudah mulai merasakan penis saya mulai bergerak-gerak dan kini sudah semakin tegang.

Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah saya. Katanya,

“Kak, Erlinda buka aja BH-nya ya kak? Soalnya gerah nih.”

“Terserah Erlinda lah.” kata saya.

Kini kami saling berhadap-hadapan, ia berbaring menatap ke arah pandangan saya dan saya berlutut di samping kanannya. Dia hanya tersenyum manja, saya pun membalas senyumanya dengan senyuman yang entah seperti apa modelnya, soalnya saya sudah tidak konsen lagi karena nafas saya sudah mulai tidak menentu. Sepertinya nafas Erlinda juga sudah mulai tidak terkendali, saya melihat bukitnya yang nampak berdiri kokoh dengan pucuk warna merah jambu kini sudah mulai turun naik.

Saya sempat grogi dibuatnya, bagaimana tidak, selama ini saya belum pernah melihat pemandangan seindah ini. Di depan saya kini tergeletak seorang gadis yang tubuhnya begitu memabukkan dengan desahan nafas yang membuat batang kejantanan saya sudah berdenyut-denyut. Seakan-akan penis saya mau lompat menerjang tubuh Erlinda yang terbaring mengeliat-geliat, sungguh darah muda saya mulai berdesir kencang. Kini saya mulai merasakan detak jantung saya sudah tidak beraturan lagi.

“Kenapa kak?” katanya sambil tersenyum manja.

“Ngga, ngga papa kok.” kata saya agak grogi.

“Sudahlah, ayo Kak pijitnya yang agak keras dikit.”

“Iya, iya” jawab saya.

Saya lalu mulai mengelus-elus perutnya yang putih bersih itu, tanpa sengaja saya menyenggol gundukan di dadanya.

“Ahh..” katanya sambil menggeliatkan tubuhnya.

Saya dengan cepat memindahkan tangan, tetapi ia kembali menariknya.

“Tidak apa-apa kak, terusin saja.” katanya.

Wah, benar-benar malam ini adalah malam yang sangat menyenangkan bagi saya karena tidak pernah terlintas di dalam pikiran saya akan mendapat kesempatan seperti ini. Kesempatan untuk mengelus-elus tubuh Erlinda yang sangat meransang.

“Saya tidak boleh melewatkan kesempatan sebaik ini,” kata saya dalam hati.

Kini Erlinda semakin merasakan rabaan jari-jari saya, saya melihat dari desahan nafasnya dan dari tubuhnya yang sudah mulai hangat. Entah setan apa yang membuat Erlinda lupa diri, dia tiba-tiba menarik wajah saya, lalu mengusapnya dengan jari-jarinya yang lembut dan mulai mencium dan menggigit bibir saya.

Saya hanya pasrah dan terus terang saya juga sebenarnya sangat menginginkanya, namun selama ini saya pendam saja karena saya menghargainya dan menganggapnya sebagai adik saya sendiri. Tetapi saat ini pikiran itu telah sirna dari kepala saya yang dialiri oleh gelora darah muda saya yang menggelora. Ia terus mencium saya dan kini ia melepaskan kaos yang saya pakai lalu membuangnya di samping ranjang.

“Erlinda, ada apa ini?” tanya saya setengah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.

Tetapi ia tidak memperdulikan kata-kata saya lagi. Melihat gelagat Erlinda yang sudah di luar batas kendali itu, saya pun tidak mau tinggal diam. Saya mulai membalas ciumannya, melumat bibirnya dan menghisap lehernya yang putih bersih.

Saya merasakan penis saya semakin keras dan berdenyut-denyut. Erlinda terus mencium bibir saya dengan nafas tersengal-sengal. Saya pun tidak mau kalah, saya mulai meremas-remas payudaranya yang masih kencang dan menantang. Kini saya mulai mengisap pucuknya.

“Achh..” ia menggeliat.

Nikmatnya Meki Perawan Anak Tanteku

Saya melihat Erlinda semakin menikmati perbuatannya. Sesekali ia menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat. Erlinda melihat penis sudah mendongkrak celana pendek saya, ia lalu menyelipkan tangannya ke dalam CD saya dan ia kini sudah menggenggam penis saya yang berdiri tegak dengan otot-otot yang berwarna kebiruan. Ia lalu menarik celana pendek dan CD saya dan kemudian melemparkannya ke lantai.

Ia kembali menangkap penis saya dan mengocoknya dengan jari-jarinya yang lembut.

“Aachh.. achh..” benar-benar nikmat rasanya.

Saya merasakan penis saya semakin tegang dan semakin panjang. Ia terus mempermainkan milik saya yang sudah berdenyut-denyut dan mulai mengeluarkan cairan bening. Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya lalu menyelipkan jari-jari saya ke selangkangannya. Saya merasakan lubang kemaluannya sudah hangat dan sudah sangat basah dengan cairan warna bening mengkilat. Rupanya ia sudah benar-benar sangat terangsang dengan permainan kami.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, saya lalu melorotkan celana Erlinda lalu meremas-remas pahanya yang putih mulus dan masih kencang. Saya tidak sanggup lagi menahan nafsu saya yang sudah naik ke ubun-ubun saya. Dengan sekali tarik, saya berhasil melepaskan CD-nya Erlinda. Kini ia benar-benar bugil. Saya sejenak terpana menyaksikan tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang, dengan kulit kuning langsat, halus, bersih dan bentuk badan yang sangat seksi sungguh nyaris sempurna.

Saya benar-benar tidak tahan melihat vaginya yang ditumbui rambut tipis dan halus dengan bentuknya yang mungil berwarna coklat agak kemerah-merahan. Kembali penis saya berdenyut-denyut, seakan meronta-ronta ingin menerjang lubang nikmat Erlinda yang masih terkatup rapat.

Saya sangat gemas melihat liang kemaluannya dan kini saya mulai mengusap-usap bibirnya dan meremas klitorisnya. Lubang nikmat Erlinda sudah sangat basah. Saya melihat Erlinda semakin terlelap dalam nafsunya. Ia hanya mengerang nikmat.

“Achh.. achh.. ohh.. ohh..”

Saya terus menjilat klitorisnya. Ia hanya mendesah, “Achh.. achh..” sambil menarik-narik pinggulnya.

“Kak, ayo masukin kak!” sambil menarik penis saya menuju bibir kemaluannya.

“Oke sayang,” lalu saya membuka kakinya.

Kemudian saya melipat kakinya dan menyuruhnya supaya ia membuka pahanya agak lebar. Saya lalu menarik pantat saya dan merapatkannya pada selangkangan Erlinda. Ia dengan cekatan meraih batang kemaluan saya lalu menempelkannya di bibir kemaluanya yang masih sangat rapat namun sudah basah dengan cairan lendirnya.

“Pelan-pelan ya kak, Erlinda belum biasa.”

“Iya sayang,” kata saya sambil mengecup bibirnya yang merekah basah.

Saya kemudian mendorongnya pelan-pelan.

“Achh.. sakit kak.”

“Tahan sayang.”

Saya lalu kembali mendorongnya pelan-pelan dan kini batang saya sudah bisa masuk setengahnya. Erlinda hanya menggeliat dan menggigit bibirnya. Saya terus mendorongnya sambil memeluk tubuhnya. Sesekali saya menyentaknya agak keras.

“Achhkk.. sakit kak, pelan-pelan donk!” memang kelaminnya masih sangat rapat, maklum ia masih perawan.

“Tahan ya sayang,” saya mencoba menenangkannya sambil memegang pinggulnya erat-erat.

“Akk..” Erlinda meringis keras.

Ia memukul dada saya dengan keras sambil menarik pantatnya.

“Sakit kak, sakitt..”

Saya merasakan batang kejantanan saya menembus sesuatu yang kenyal dalam lubang kenikmatan Erlinda. Rupanya batang saya telah berhasil menembul selaput daranya. Dari liang sorga Erlinda tampak mengalir darah segar. Saya terus menggoyang-goyangkan pinggul saya maju mundur sambil menciumi bibirnya dan meremas-remas gunungnya yang sangat menantang itu.

Sesekali saya melihat dia merapatkan kedua pahanya sambil mengigit bibirnya. Benar-benar milik Erlinda sungguh nikmat, saya merasakan vaginanya semakin basah dan licin, namun tetap saya merasakan kejantanan saya terjepit dan kadang seperti dihisap oleh vaginanya Erlinda.

Kini saya merasakan batang kemaluan saya sudah berdenyut-denyut sepertinya ingin memuntahkan sesuatu, namun saya tetap menahannya dengan mengurangi irama permainan saya.

“Terus kak, terus..” ia menggeliat.

Saya melihat kedua kakinya mengejang. Gerakan saya kembali saya pacu, membuat payudaranya agak bergoyang dan sepertinya semakin membesar berwarna kemerah-merahan.

“Achh.. achh.. Kak cepat kak, cepat kak.” sambil menggeliat

Ia merapatkan pahanya. Dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mencari pegangan. Akhirnya ia memelukku dengan erat dan mengangkat kedua kakinya. Sambil menggigit bibirnya, ia memejamkan matanya. Saya merasakan kalau kini badannya sudah kaku dan hangat. Akhirnya Erlinda memelukku erat-erat dan mengangkat pantatnya sambil berteriak.”Achhkk..”

Saya merasakan badannya bergetar dan sepertinya ada sesuatu yang hangat menyentuh batang kejantanan saya, rupanya Erlinda sudah orgasme. Saya semakin tidak kuat menahan denyutan dari buah kejantanan saya, akibat kenikmatan yang diberikan Erlinda sangat luar biasa, batang saya semakin berdenyut-denyut dan kini saya benar-benar tidak sanggup lagi menahannya.

Lalu saya mempercepat gerakan saya dan mendorong penis saya lebih dalam lagi sambil menarik tubuh Erlinda dengan erat ke dalam pelukan saya. Saya merasakan kenikmatan yang sangat dahsyat itu. Kini semuanya mengaliri dan menggetarkan seluruh tubuh saya mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki saya.

Akhirnya,

“Srett.. srett.. srett..”

Kejantanan saya mengeluarkan cairan hangat dalam lubang kemaluan Erlinda. Saya sempat bingung dan takut karena telah menikmati tubuh Erlinda secara tidak sah. Namun rasa nikmat itu lebih dahsyat sehingga pikiran itu segera sirna. Saya hanya tersenyum lalu mengecup bibir Erlinda dan mengucapkan terima kasih pada Erlinda.

Tampak tubuh Erlinda basah dengan keringatnya tetapi terlihat wajahnya berseri-seri karena puas. Erlinda hanya merapatkan kedua tangannya ke sisi tubuhnya. Ketika saya mencabut batang kejantanan saya dari vaginanya ia hanya tersenyum saja. Astaga, saya melihat di sprey Erlinda terdapat bercak darah. Tetapi segera Erlinda bangun dan menenangkan saya.

“Tenang mas, nanti saya cuci, tak akan ada yang mengetahuinya.” katanya sambil meletakkan jarinya di kedua bibir saya.

Kami berdua lalu menuju ke kamar mandi. Di situ kami masih sempat melakukannya sekali lagi, lalu akhirnya kami kembali mandi dan kembali ke kamarnya Erlinda. Setelah saya mengambil baju dan celana, saya pun menuju ruang tamu. Tidak lama kemudian keluarlah Erlinda dari kamarnya lalu mengajak saya makan malam berdua. Katanya, ia sengaja duluan makan karena tidak ingin bertemu dengan om dan tante malam ini. Mungkin Erlinda malu dan takut kalau perbuatan kami ketahuan. Setelah makan, ia kembali ke kamarnya. Entah ia tidur atau belajar, saya tidak tahu pasti.

Tidak lama kemudian, om dan tante saya datang. Mereka menceritakan keadaan pesta itu yang katanya cukup ramai dibanding tahun lalu karena tahun ini siswanya lulus 100 persen dengan nilai tertinggi di kota kami. Om saya menanyakan Erlinda, tetapi saya katakan mungkin ia sudah tidur sebab tadi setelah makan ia sempat mengatakan kepada saya bahwa ia agak lelah. Om saya hanya menggangguk lalu menuju kamarnya, katanya ia juga sudah makan dan kini ia pun ingin istirahat.

Cerita sex : Petualangan Sex Dengan Penjual Nasi Bahenol

Saya tersenyum puas dan kembali menonton sebentar, lalu masuk kamar saya. Di dalam kamar, saya tidak bisa tidur membayangkan kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu. Malam ini saya sangat senang karena telah merasakan sesuatu yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya dan pengalaman yang sangat manis ini tentu tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya.

#Nikmatnya #Meki #Perawan #Anak #Tanteku

Nikmatnya Ngentot Pembantu Cantik Yang Masih Perawan Terbaru Malam Ini

Malam itu aku menginap di rumah Mbak Cika, karena saking ngantuknya aku tertidur di atas sofa. Sekitar jam 4 pagi aku terbangun, aku masih dalam keadaan telanjang bulat tapi tertutup selimut, tapi Mbak Cika sudah tidak ada di sofa ah mungkin, dia pindah ke kamarnya dan tidur bareng anaknya.

Aku berdiri dan mencari celanaku karena suasana gelap aku menghidupkan lampu. Saat lampu menyala ada suara seorang wanita menjerit, ternyata seorang perempuan masih remaja umurnya sekitar 15 tahun, dia kaget mungkin karena melihatku telanjang bulat, aku menutup mulutku dengan jariku, maksudnya menyuruhnya diam.

Kudekati dia, kujelaskan bahwa aku temannya Mbak Cika, semalam aku menginap disini, diapun memahami dan memberitahuku bahwa dia spontan kaget karena belum pernah melihat pria dewasa telanjang, katanya dia adalah pembantunya Mbak Cika, namanya Fadil. Fadil tidak sekolah semenjak lulus SMP, dia ikut Mbak Cika baru sekitar 3 bulan. Aku Tanya dia kenapa kaget melihat aku telanjang memangnya belum pernah punya pacar. Dia mengaku sudah punya pacar tapi belum pernah melihatnya telanjang.

Kutanya lagi, terus kalau pacaran ngapain, jawabnya jujur katanya pernah ciuman dan diraba-raba susunya oleh pacarnya, tapi belum pernah sampai telanjang bulat. Ah berarti masih perawan? Dia menganggukkan kepala dengan malu-malu. Kuperhatikan matanya sedikit melirik ke arah kontolku tapi masih malu-malu. Aku pura-pura tidak tahu dan cuek saja serta sengaja tidak segera mengenakan celanaku. Aku masih telanjang bulat dan memintanya untuk mengambilkan celanaku, aku duduk di ruang makan yang hanya berbatas sebuah bifet dari ruang tamu.

Dia membawakan pakaianku dan perlahan aku ambil celana dalamku aku sengaja memakainya di depan Fadil. Dia melewatiku menuju ke dapur sambil melirik ke arah kontolku lagi. Dia tidak melihat di depannya ada baju dan celanaku, dia tersandung gesperku dan tertanting ingin jatuh, aku langsung menangkap tangannya, dan menarik tubuhnya hingga aku sendiri hampir saja ikut jatuh. Dengan kondisi itu tak sengaja kami sedikit berpelukan, wajahnya dan wajahku dekat sekali, aku ingin menciumnya tapi masih takut.

Kulepaskan pelan tubuhnya dia menyempurnakan berdirinya aku juga, tapi tak sengaja tangannya menyentuh kontolku, dia minta maaf, aku tersenyum dan malah menyuruhnya menyentuh lagi, dia tersipu malu, aku mengambil tangannya dan kuarahkan ke kontolku, ayolah Fadil, ga papa, ga usah malu, katanya kamu belum pernah lihat kontol kan? Sekarang kamu boleh pegang sepuasnya, dia malu dan menutup matanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya dengan malu memegang kontolku.

Akupun merasa nikmat disentuh oleh tangan seorang ABG, kuarahkan tangannya maju mundur mengurut kontolku, kuajari dia cara mengocok kontolku. Dia kemudian terus mengurut-urut kontolku perlahan tapi malu untuk melihatnya, tapi biarlah yang penting aku merasakan nikmatnya diurut sama tangan yang masih halus, meski pembantu tapi dia lumayan cantik, mungkin kalau dia anak orang kaya dan terawat rajin ke salon, wajahnya tak kalah cantik dibanding asmirandah. Kulitnya kuning langsat, bersih, dadanya besar untuk ukuran anak remaja, pantatnya juga seksi dan montok.

Kulihat dia sepertinya menikmati untuk terus mengurut-urut penisku, sekarang dia mulai tidak malu melihat kontolku, tangan kiri yang tadinya buat menutup matanya, kini kutarik ke leherku. Sehingga kamipun semakin berdekatan, kutarik pinggulnya kudekatkan tubuhnya ke tubuhku, dadanya menyentuh dadaku, jantungnya berdebar, dia sepertinya agak takut. Kubisikkan ke telinganya, ke kamarmu yuk, ga enak kalau disini entar Mbak Cika bangun, entar aku ajarin yang lebih enak. Tanpa banyak protes, dia berjalan menuju kamarnya aku mengikutinya dari belakang, kuperhatikan bokongnya yang begitu sintal, pahanya yang begitu mulus nampak terlihat karena dia mengenakan baju tidur terusan dan panjang roknya di atas lutut. Warnanya juga transaparan dan tipis sehingga tali BHnya dan juga celana dalamnya samar-samar terlihat.

Sesampai di kamarnya kututup pintu dan aku kunci dari dalam. Aku menyandarkan tubuhku di depan pintu kutarik tubuhnya dan kembali kuambil tangannya untuk terus mengocok-ngocok kontolku, kini tubuhnya bersandar di tubuhku, sambil terus mengocok kontolku, tapi gerakan mengocoknya masih sangat pelan dan lembut, mungkin karena baru pertama tapi aku malah menikmatinya.

Tolong diemut dong kontolku, dia menggelengkan kepala, kupegang kepalanya dan kududukkan di depanku, kuarahkan kontolku ke mulutnya, kutekan pipinya agar mulutnya terbuka dan perlahan kumasukkan kontolku ke dalam mulutnya, dia masih terlihat risih dan malu, tapi beberapa saat kontolku sempat masuk juga dalam mulutnya meski sebentar, tapi aku gak mau memaksa karena ini pengalaman pertama baginya. Kutarik tubuhnya dan kupeluk erat, kemudian perlahan kucium bibirnya, dia cantik juga meski pembantu aku tidak risih mencium bibirnya, karena menurutku Fadil cantik juga dan aku beruntung seandainya Fadil mau aku entot, soalnya dia masih perawan.

Kupeluk tubuhnya erat, dan kuciumi bibirnya sementara tanganku mulai aktif menggerayang ke pantatnya, dari belakang kuangkat dasternya, sehingga aku menemukan lipatan celana dalamnya, kuselipkan tanganku dan kuremas-remas pantatnya, tangannya menahan tanganku, tapi aku cuek saja sambil terus meremas-remas pantatnya, perlahan kuturunkan celana dalamnya sambil terus kuremas dan kutarik pantatnya ke depan, sehingga kontolku sekarang bersentuhan dengan memeknya, tangannya berhenti mengocok kontolku kemudian memegang pinggulku, kutarik tangannya ke atas leherku agar tidak mengganggu kontolku yang sedang menyentuhnya memeknya yang mulai terasa hangat, kuangkat tubuhnya dengan sedikit kugendong, sehingga kontolku tepat berada di depan lubang memeknya, kugesek-gesekkan kontolku ke memeknya, kudorong dia hingga sebelah tempat tidur, dan kurebahkan dia di atas kasur sekalian aku menindihnya, kugesek-gesekkan semakin cepat kontolku, dia terpejam, kunaikkan dasternya ke atas hingga terbuka kedua belah dadanya, kulepas BHnya, dan kulum-kulum putingnya, Fadil diam dan terus memejamkan matanya.

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu, takut terlalu lama pemanasan malah nanti Fadil sadar dan berhenti melayani nafsu bejatku, aku langsung membuka pahanya lebar-lebar, kulihat vaginanya yang mungil terlihat hanya seperti daging dengan garis tipis di bagian tengah, tidak ada rambut sama sekali, itilnya juga belum nampak keluar, kuarahkan kontolku ke pintu memeknya, kugesek-gesek dengan bantuan tanganku sambil mencari lubang senggamanya, setelah ketemu kudorong kontolku masuk ke dalam, tapi susah kutarik lagi dan kudorong pelan lagi, kini kepala kontolku sudah mulai masuk ke memek Fadil, kukeluarkan pelan dan coba kudorong lebih ke dalam lagi, Fadil memelukku erat dan minta kepadaku untuk pelan-pelan, sakit katanya.

Kukeluarkan lagi perlahan dan coba kumasukkan lagi, tapi memang memeknya kecil dan sempit, tapi kontolku sudah merasakan sedikit kehangatan, kugoyangkan pantatkan naik kemudian turun sehingga kontolku sudah agak lebih ke dalam lagi, sepertinya kontolku menyentuh sesuatu, mungkin ini selaput dara, aku semakin hati-hati menggoyangkan pantatku, kasihan kalau Fadil kesakitan, kemudian aku mengeluarkan kontolku.

Aku ambil bantal di samping Fadil kuletakkan di bawah pantat Fadil, dengan posisi seperti ini perut dan memek Fadil terangkat naik, ini akan membantuku memasukkan penisku jauh lebih dalam di dinding memek Fadil, kembali kuarahkan batang penisku ke memek Fadil, kumasukkan setengah dan menyentuh lagi selaput dara yang tadi belum berhasil kutembus, kudorong lebih dalam dengan hati-hati, tubuh Fadil menegang kedua tangannya menggenggam erat ujung bantal, matanya terpejam seperti menahan sakit.

Ku beri tenaga sedikit dibantu dorongan pantatku, dan slep… aku berhasil menembus selaput dara Fadil, dan kontolku merasakan sensasi dari kehangatan yang luar biasa, aku berhasil menembus benteng pertahanan dari dinding vagina Fadil. ah… benar-benar nikmat, aku kemudian mengocok-ngocok kontolku keluar masuk vagina Fadil, dinding vagina yang begitu sempit membuat kontolku mendapatkan kenikmatan yang begitu hebat, kulihat Fadil mengeluarkan air mata, mungkin karena tadi merasakan sakit, tapi sekarang dia mulai ikut sedikit menggoyangkan pantatnya, oh dia sudah menikmati permainanku. Tiba-tiba ohhhh….

Ternyata memek perawan ini membuat benteng pertahananku tidak terbendung, hanya beberapa menit berada di dalam memek Fadil spermaku sudah mau keluar, secepatnya kutarik kontolku dan kugesek-gesekkan di paha Fadil yang mulus, kugesek-gesek terus dan ohhhh spermaku muncrat juga….

Croootttt….. ohhhhh nikmat sekali, aku puas sekali malam ini, aku telah berhasil merenggut keperawanan Fadil, memek nya nikmat sekali, ahhhh terima kasih Fadil. aku kembali mengenakan pakaianku, kulihat Fadil masih terdiam terkapar lemas tak berdaya, perlahan aku keluar dari kamar, dan melanjutkan tidur lagi di atas sofa, takut mbak Cika besok pagi terbangun, kalau aku masih di kamar Fadil, wah apa kata dunia?

Cerita sex : Berpacaran Dengan Janda Montok

Kutarik selimutku dan kembali tidur, tapi aku membayangkan betapa nikmatnya memek perawan, oh terima kasih Fadil.

#Nikmatnya #Ngentot #Pembantu #Cantik #Yang #Masih #Perawan

Memperkosa Anak SMA Cantik Yang Masih Perawan Terbaru Malam Ini

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya

Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan
intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Tomas yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.

Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

Meilisa Liyana namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Meilisa lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Meilisa ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Meilisa.

Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Meilisa adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Meilisa, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.
Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Hendra supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Putri sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Bella sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.

Ternyata Tomas dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.

“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Tomas sambil tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Danny sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.

Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Meilisa yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Hendra sang supir yang menjemput Meilisa pastilah berpikiran bahwa Meilisa telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Meilisa yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Tomas menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Meilisa di teras sekolah tadi.

“Gue dulu ya..”, ujarku ke Tomas.

“Ok boss..”, balas Tomas sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.

Kudekati tubuh Meilisa yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Meilisa kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Meilisa ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Meilisa kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang.

“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Meilisa terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Meilisa, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Meilisa. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku. Dan..

“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Meilisa disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.

Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Meilisa mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Meilisa saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Meilisa. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Meilisa terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Cerita sex : Menikmati Pepek Jane Cewek Cantik Teman Sekelas

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Meilisa yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

#Memperkosa #Anak #SMA #Cantik #Yang #Masih #Perawan