Kuperawanin Ibu Rini Si Teman Kakakku Terbaru Malam Ini

Kuperawanin Ibu Rini Si Teman Kakakku

Ini bermula pada saat aku duduk dibangku kuliah semester III di salah satu PTS di Bali. Pada waktu itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima.

Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Rini namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah.

Ibu Rini bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”

“Itu apanya Bu?” tanyaku.

Memang dalam kesehari-harianku, ibu Rini tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal.

Aku mulai cerita,“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku”, kataku.

“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Rini.

Begitu dekatnya aku sama Ibu Rini sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Rini. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.

“Eh Ibu Rini, nggak ngajar Bu?” tanyaku.

“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.

“Habis sakit Bu”, kataku.

“Sakit apa sakit?” goda Ibu Rini

.“Ah.. Ibu Rini bisa aja”, kataku.

“Sudah makan belum?” tanyanya.

“Belum Bu”, kataku.

“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.

Dengan cekatan Ibu Rini memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Rini nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas de ngan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.

“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.

“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.

“Oh kalau gitu Ibu Rini masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.

“So pasti dong”, katanya.

“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.

“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya.

Ibu Rini agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya.

Dengan sedikit agak gugup Ibu Rini kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.

“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Rini”, kataku.

“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.

Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Rini terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Rini”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut.

Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku.Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.

“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Rini aja ya!Kubisikkan Ibu Rini, “Rini kita ke kamarku aja yuk!”.

Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya.

Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten.Pertama-tama belahan gunung kembarnya.

“Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Rini tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian,

“Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut,

“Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu,

“Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Rini juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku.

“Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku.

 “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69.

Kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya.

 “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Rini mengerang.

 “Aku juga enak Rini”, kataku.

Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Rini terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, dank arena sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh.

Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya.

Kuperawanin Ibu Rini Si Teman Kakakku

“Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Rini, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan.

Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Rini.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian”, katanya.

“Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku.

Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya.

“Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya.

“Ah nggak, kitakan sama-sama mau.”

Cerita sex lainnya : Kisah Kenikmatan Dari Memek Pacar Sahabatku

Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Rini hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Rini menjadi pacar gelapku.

#Kuperawanin #Ibu #Rini #Teman #Kakakku

Ngewe Dengan Sahabatku Rini Terbaru Malam Ini

Ngewe Dengan Sahabatku Rini

Perkenalkan, namaku Anto. Seorang pemuda desa yang jauh dari kata tampan, lebih cenderung ke nampan (alas untuk membawa gelas/piring). Dengan kulit sawo terlalu matang, 168cm/80kg.

Seorang yang bergelar MA (mahasiswa abadi) di sebuah universitas negeri terkenal yang terletak di kota sarkem, hehehe. Kali ini aku akan berbagi pengalaman dengan seorang teman dekatku, yang selalu kuhibur di saat sedih, dan selalu menghilang di saat bertemu lelaki ganteng. Batinku cuma bisa bilang “wooo wedyusss!!”.

Sebut saja nama temanku ini Rini. Tingkah polahnya seringkali membuatku kesal, tapi juga kerap membuatku merasa kangen karena manjanya. Selalu cuek dengan keadaan sekitar, bahkan di saat aku sedang berduaan dengan Ana (mantan pacar di ceritaku yang pertama), dengan seenak hati nyelonong masuk ke kamar kostku, dan dengan sengaja menginjak kantong menyanku sembari memasang wajah menggoda.

Ya, dia memang sudah tau hal hal seperti itu dari pergaulan dan mudahnya akses situs dewasa saat itu. Tapi, sebenarnya dia sama sekali belum pernah melakukannya. She’s a naughty virgin…

Perkenalanku dengan Rini dimulai saat tergabung dalam satu grup saat mengikuti ospek. Orangnya asik, easy going, pribadi yang menyenangkan. Saat itu hanya sebatas berteman biasa saja, tanpa ada perasaan lain yang masuk di dalam pertemanan kami.

Seiring perjalanan waktu kami pun semakin sering pergi berdua, entah itu sekedar keluar untuk makan, mengerjakan tugas di warnet, bahkan belanja kebutuhan sehari hari pun kadang kita lakukan bersama. Karena rutinitas tersebut, timbul pertanyaan di benakku, apa ini yang dinamakan Teman Tidur Mesra?.

Tapi sesegera mungkin kusingkirkan jauh jauh pikiran itu, dan memilih untuk menjalani apa adanya saja. Dimana saat itu juga aku masih menjalin hubungan asmara dengan Ana, dan Rini juga kuketahui mempunyai seorang kekasih di kampungnya.

Oh iya, Rini adalah seorang gadis yang berasal dari daerah dataran tinggi jawa tengah. Kebayang kan, kebanyakan gadis dataran tinggi memiliki paras alami dengan kulit yang putih dihiasi pipi yang kemerahan.

Masa perkuliahan memasuki masa dimana jadwal sudah tidak dapat dinego, alias padat. Intensitas kami untuk bertemu pun menjadi berkurang, dari yang tadinya seminggu bisa hampir tiap hari jalan bareng, sekarang bisa seminggu sekali pun udah sukur.

Hingga pada akhirnya kami benar benar terpisah untuk waktu yang lumayan lama dikarenakan kesibukan kami mengejar target perkuliahan. Aku sibuk dengan tugas perkuliahanku dan beberapa organisasi kampus yang aku ikuti, sedangkan Rini, selain dengan kesibukan yang sama, dia juga bekerja part time di salah satu tempat persewaan kepingan CD terkenal.

Hingga pada suatu malam Rini menelponku untuk segera menjemputnya di kost. Akupun segera meluncur menjemputnya. Tak selang berapa lama, aku pun sampai di depan kostnya dan ku sms dia bahwa aku telah sampai.

Setelah dia keluar menemuiku, kuperhatikan ada sesuatu yang baru saja terjadi padanya. Mukanya kelihatan lesu, matanya sembab seperti orang yang habis menangis.

Akupun bertanya padanya, “kamu kenapa Ri?”.

Dia pun diam, tak sepatah kata keluar dari mulut mungilnya, yang kulihat hanyalah matanya yang mulai berkaca kaca. Saat itu kugenggam tangannya dan kutarik dia agar segera naik ke atas motorku. Pikirku mungkin dengan kuajak dia jalan sekalian makan malam, dia akan lebih tenang sehingga mau menceritakan masalahnya padaku.

Akhirnya kami pun berangkat menyusuri jalan kampung yang di sebelahnya terdapat selokan besar yang memanjang.

Disepanjang perjalanan, Rini hanya berpegangan pada pinggangku dengan kepalanya bersandar di punggungku, tanpa berkata apapun, hanya sesekali terdengar sesenggukan darinya.

Setelah kurasa dia lebih tenang, motorku pun aku arahkan ke tempat biasa kami makan malam. Tempat dengan suasana alami dan tenang. Pada saat makan malam itu, aku mulai bertanya lagi, karena kupikir momentnya yang sudah tepat.

“Kamu sebenernya kenapa sih, kok dari yang biasanya ceria, sekarang malah nangis sesenggukan kaya tadi?”, Tanyaku.

Dia pun menjawab, “aku habis berantem sama cowokku, terus kami putus”.

Cukup kumaklumi kenapa Rini bisa sesedih itu. Cowoknya adalah satu-satunya yang ia cintai saat itu, karena mereka kenal dan dekat sudah dari sekolah dasar. Setelah kutahu sebabnya Rini bersedih, aku pun berusaha menghiburnya dengan segala cara.

Dan akhirnya aku bisa membuatnya tersenyum kembali. Malam itu pun akhirnya aku mengantarkannya pulang ke kost dengan perasaan lega berhasil menghiburnya. Dan sebelum pulang, aku pun berpesan padanya, “kalau kamu perlu aku, sms aja ya, aku usahakan ada buatmu.” Dia pun mengiyakan dengan diiringi senyum manisnya.

Akupun meluncur pulang dengan sambil mengingat ingat kejadian yang baru saja aku alami. Tapi pikiranku justru terfokus pada saat aku memboncengnya, dan dia yang tadinya hanya berpegangan pada pinggangku, akhirnya memelukku dari belakang.

Otomatis aku merasakan sepasang benda kenyal yang ikut bersandar di punggungku selain kepalanya. Lelaki mana sih yang gak On ngalami kejadian kaya gitu, kecuali sekong, hehe. Tapi aku masih ingat akan siapa diriku dan hubunganku dengannya, aku tidak akan merusak itu.

Setelah kejadian malam itu, kami mulai sering jalan berdua lagi, masih terus kuhibur dia. Tentu saja tanpa sepengetahuan Ana, dan harus pintar pintar bagi jadwal. Apalagi Ana mulai sering menginap di kostku.

Aku ingat pada saat itu ada sebuah aplikasi bernama “buku muka”, dan di sela waktu mengerjakan tugas kuliah di warnet, Rini minta dibuatkan satu akun olehku, dan aku pun melaksanakannya. Tapi ternyata semua kisah terlarangku dengannya dimulai saat itu.

Rini yang memang suka dan mudah bergaul, akhirnya mempunyai banyak teman baru dari aplikasi tersebut. Rini pada saat itu menjadi lebih sering mondar mandir ke warnet, hanya untuk menyapa sahabat dari dunia mayanya.

Sebenarnya aku sama sekali tidak masalah, biar pun intensitas kami bertemu menjadi berkurang. Hanya ada satu hal yang aku takutkan untuk terjadi. Yaitu bertemu dengan penikmat wisata lendir dengan modal SSI seperti kita, hehehe…yang tentunya kebanyakan mencari mangsa lewat dunia maya.

Lama tak bertemu dengan Rini untuk entah yang keberapa kali, penampilannya berubah 180°. Dari yang tadinya selalu mengenakan jilbab, sekarang kemana mana lebih sering memakai hotpants. Dari gadis desa lugu, sekarang berani menyulut rokok dihadapanku. Saat itu spontan tanganku hampir menamparnya. Dia pun menunduk ketakutan.

Aku dengan tegas bertanya, “Kamu kenapa lagi? Jadi gila kaya gini!!! Mau dibilang gaul?!!”. Setelah kucecar dengan banyak pertanyaan dan nada yang tinggi, Rini akhirnya mengaku, hal tersebut karena dia terbawa oleh pergaulannya dengan seorang lelaki yang dia kenal lewat dunia maya. Mereka sering dugem, pulang larut bahkan cenderung subuh.

Hal yang kutakutkan ternyata benar benar terjadi. Tapi aku tidak mau secepat itu men-judge sahabatku sendiri. Semoga saja dia tidak berbuat lebih jauh dari itu (walaupun di dalam hati, kalau berbuat lebih jauh sama ane aja, hahaha).

Rini pun mengakui kalau dia belum sampai sejauh itu. Sebagai temannya saat itu aku hanya mengingatkan. Rini pun menerima saranku untuk sedikit demi sedikit menjauh dari pergaulannya saat ini.

Dalam hal menyaring pertemanan, Rini terlalu mudah untuk menerima seseorang. Karena sifatnya yang supel. Hingga pada akhirnya, sesuatu yang fatal benar benar terjadi padanya.

Waktu itu siang hari menjelang sore di hari sabtu. Rini datang ke kostku dengan diantar seorang teman. Dia bilang padaku kalau temannya dari ibukota, akan datang untuk menginap.

Aku pun tanggap, dengan nada bercanda kuledekin dia, “Teman apa TEMAN?!” Selidikku penuh rasa ingin tahu, karena aku tak ingin temanku ini salah memilih orang lagi. Dia pun jujur padaku, kalau sebenarnya mereka menjalin LDR, dan baru akan bertemu untuk pertama kalinya.

Mereka janji bertemu di sebuah Mall besar di pusat kota. Aku pun hanya bisa diam sambil berfikir.

Spontan aku bertanya, “Cowokmu nginep kan? Dimana? Kamu ikut nginep juga?”.

Diapun langsung mencubitku, dan berkata “Ya ngineplah, tapi gak sama aku, kamu piktor deh sm aku.”

Akupun percaya saja, dan aku hanya tinggal pasrah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Akhirnya Rini pamit padaku, karena si cowok sudah hampir sampai di tempat mereka janjian bertemu. Aku menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi Rini menolaknya. Akhirnya dia hanya kuantar ke jalan raya untuk menyetop taksi.

Hari berikutnya, minggu sore. Handphoneku berdering, kulihat panggilan masuk dari Rini. Setelah kuangkat, ternyata dia memintaku untuk menjemputnya di terminal. Ternyata Rini dan si cowok itu habis berlibur ke pantai, dan si cowok langsung melanjutkan perjalanan pulang ke ibukota naik bus.

Sepanjang perjalanan pulang, Rini hanya banyak diam, tapi kali ini dia memelukku dengan erat, sangat erat sampai kadang jemari tangannya meremas perutku. Aku hanya bisa berfikir, pasti telah terjadi sesuatu padanya. Rini saat itu tidak langsung kuantar ke kostnya, melainkan pulang ke kostku.

Dia masih tetap diam saja sambil berjalan gontai menuju kamarku. Setelah aku mengikutinya masuk ke kamar, dan kututup pintunya, Rini langsung baring di kasurku sambil memeluk gulingku.

Ternyata dia mulai menangis sesenggukan, sambil berkata lirih “Maafin aku Mo, kamu benar, akhirnya semua terjadi karena aku terkena bujuk rayunya.”

Aku bagai di sambar petir di saat cuaca cerah dan gerah. Aku hanya bisa diam, menunggu sampai dia benar benar tenang. Di saat Rini masih menangisi nasibnya dan mungkin masa depannya, aku mencoba untuk mengecek apa yang di bawa dalam tasnya.

Ternyata dia membawa beberapa helai pakaian, dan yang mencuri perhatianku adalah CD nya yang ada bercak darah. Aku diam saja. Hingga pada saat Rini mulai tenang, aku pun memintanya untuk menceritakan semuanya. Rini pun mengakui kesalahannya, karena sebelumnya sudah aku peringatkan untuk tak ikut menginap.

Walaupun sebelumnya dia selalu menghindar dan bilang kalau tak ikut menginap. Tapi, setelah aku ambil CD dari dalam tasnya, dia pun akhirnya mengakuinya. Aku mengintrogasinya sampai malam. Bahkan saat makan malam pun aku masih membahasnya. Hingga akhirnya dia meminta izin padaku untuk menginap dulu di kostku, karena ingin berkeluh kesah padaku.

Aku pun dengan senang hati mengizinkannya. Saat itu Rini sudah berganti baju untuk dipakai tidur. Kaos lengan pendek, dengan bawahan rok panjang. Aku pun sebagai lelaki normal cukup terangsang dengan melihatnya berpakaian seperti itu, apalagi aku tau dia tidak pakai bra, karena bra-nya dipegang oleh sebelah tangannya.

Mataku langsung menuju ke dadanya, dan benar saja, terlihat samar puting susunya yang menonjol dibalik kaos yang dia pakai. Rini yang mengetahui hal tersebut langsung reflek mencubitku dan menutupi dadanya dengan bantal.

Di saat dia curhat, hingga akhirnya mulai menangis lagi, aku pun memberanikan diri memeluknya dan mengelus punggungnya. Tapi otakku mulai gak sehat, mulai mencari-cari celah untuk memanfaatkan situasi ini. Aku tau ini salah, tapi setan telah mengendalikan pikiranku. Akal sehatku hilang. Hingga kesempatan yang kunanti pun tiba.

Di saat kami akan tidur, Rini aku suruh untuk menempati kasurku, sedangkan aku tidur di lantai. Waktu terasa sangat lama malam itu. Hingga Rini tahu kalau aku masih terjaga. Dia pun menarik tanganku dan memintaku untuk menemaninya dikasur.

Lampu hijau nih pikirku, tapi ternyata dia sambil bilang, “Gulingnya di tengah aja, buat batas, biar kamu gak macam macam,” sambil tersenyum genit. Dia pun melanjutkan tidurnya dengan membelakangiku. Aku pun ikut berusaha memejamkan mataku, hingga pada akhirnya kuberanikan memeluknya dari belakang.

Tak ada penolakan darinya, tanganku mulai mengelus perutnya yang rata, Rini reflek meletakkan tangannya diatas tanganku, seakan mengisyaratkan agar tanganku tetap disitu. Aku yang sudah dikuasai nafsu dan setan, memberanikan menggerakkan tanganku naik ke atas.

Ke dadanya yang benar benar bulat berisi, yang kutaksir ukurannya adalah 34B saat itu. Lama tanganku mengelus payudaranya, sambil sesekali jariku bermain di putingnya dari luar kaosnya.

Hingga tiba-tiba tangan Rini menarik tanganku dan menuntunnya masuk melalui bawah kaosnya, sambil dia memalingkan mukanya kepadaku dan menggigit bibir bawahnya. Aku rasa Rini mulai horny. Aku pun menurutinya.

Lama tanganku bermain di dadanya, guling pembatas pun aku singkirkan. Aku mendekatkan badanku hingga senjataku pun menempel di bokongnya yang padat. Entah karena nafsu atau bagaimana, yang memang kuakui, dalam hal seperti ini setan memang jagonya. Tangan Rini pun sudah mulai bergerilya mermasi batang kejantananku.

Hingga akhirnya dia memasukkan tangannya ke dalam celanaku dan mulai mengelus secara langsung batang kejantananku. Akupun tak tinggal diam, tangan kiriku kini mulai menelusup dari bawah badannya menggantikan posisi tangan kananku yang mulai bosan memainkan payudaranya.

Kini tangan kananku mulai menyingkapkan rok panjangnya hingga sebatas perut, terpampang dihadapanku paha putih mulusnya, dan CD berwarna pink dengan motif hello kity. Tanganku pun langsung mengelus mulai dari paha, naik ke pangkal pahanya, bergantian kiri dan kanan, sambil terkadang meremasi bongkahan pantatnya yang padat.

Hingga tanganku berhenti tepat di area kewanitannya, yang walaupun masih terbungkus CD, tapi telah terasa sedikit basah di sana. Sambil aku mengusapi area kewanitaannya, akupun mulai menciumi belakang daun telinganya hingga ke leher.

Sampai pada akhirnya Rini memalingkan wajahnya dan akhirnya kamipun berciuman dengan ganas. Dari cara berciumannya, aku langsung tau, bahwa sebenarnya Rini cewek yang agresif di atas ranjang. Benar saja, Rini terus menyerangku bertubi tubi dengan ciuman dan elusan tamgannya yang telah berubah menjadi kocokan lembut pada batang kejantananku.

Cukup lama kami melakukan hal ini, hingga akhirnya kami sama-sama tak tahan lagi, dan Rini pun bangkit dari tidurnya dan melepas semua pakaiannya. Aku pun melepas kaosku, tapi belum sempat aku melepas celanaku, Rini sudah terlebih dahulu menariknya.

Ngewe Dengan Sahabatku Rini

Tak lama kemudian, dia seperti anak kecil yang kegirangan karena dibelikan es krim oleh orang tuanya. Batang kejantananku dilumat habis oleh Rini, sampai kantong menyanku sekalian dilumatnya. Aku yang hampir tak tahan diperlakukan seperti itu, akhirnya menarik tubuh Rini ke atas. Gantian kini dia kubaringkan di bawahku.

Kuciumi mulai dari wajahnya, bibirnya yang mungil, turun ke dadanya yang bulat dengan puting berwarna merah muda, hingga akhirnya cumbuanku berhenti tepat di liang kewanitaannya. Perlahan aku mainkan klitorisnya dengan telunjukku sedangkan jari tengah dan ibu jariku menyibakkan bibir kemaluannya yang hanya ditumbuhi rambut halus.

Aku pun tak tahan untuk memainkan klitorisnya dengan lidahku. Pelan pelan kudekatkan wajahku ke liang kewanitannya, perlahan lidahku mulai menyapu liang kwanitannya. Rini pun terlihat sangat menikmatinya, terlihat dari tangannya yang terus memegangi rambutku, seakan aku tak boleh melepaskan cumbuanku pada liang kewanitaannya.

Hingga akhirnya Rini mendesis dengan cepat, seperti orang kepedasan, tubuhnya melengkung naik, tangannya semakin menekan kepalaku di selangkangannya. Rini telah mencapai orgasmenya. Kubiarkan dia mengatur nafasnya dulu, sebelum kumulai babak utama.

Setelah nafasnya mulai teratur, aku pun mulai merangsangnya lagi dengan memainkan payudaranya. Rini memalingkan wajahnya ke hadapanku, menatapku dalam dan berkata, “Mo, sekali ini aja ya, aku gak mau nanti kita bermasalah setelah ini.”

Akupun mengangguk sambil dalam hati berkata “iya sekali aja malam ini, kalau besok besok khilaf kan gak tau juga.”

Akhirnya kuposisikan diriku dan dirinya untuk memasuki babak utama pergelutan malam ini. Aku di atas dan dia di bawah, tanganku langsung membimbing batang kejantananku menuju liang kewanitaanya. Rini hanya mengingatkanku untuk melakukannya dengan lembut, karena dia masih belum terbiasa.

Perlahan mulai kutempelken kepala kejantananku pada bibir kewanitaannya. Hingga sedikit demi sedikit kubiarkan batang kejantananku masuk kedalam dibantu dengan kontraksi liang kewanitaannya yang sperti menyedot untuk masuk lebih dalam.

Setelah yakin mentok seluruh batang kejantananku, aku mulai melakukan gerakan maju mundur, dengan dibantu kedua tangan Rini yang memegangi bokongku. Aku sambil memompanya dengan memperhatikan mimik wajahnya yang begitu terangsang akibat ulahku. Kadang memejamkan mata sambil menggigit bibirnya, kadang menggeleng gelangkan kepala, kadang juga melotot menatapku sambil mendesah keenakan.

Hingga akhirnya kurasakan vagina Rini semakin menjepit penisku, tangannya meraih kepalaku dan menariknya untuk melakukan french kiss, dan aku tau di saat itu Rini akan orgasme kembali. Kutingkatkan tempo permainanku hingga akhirnya Rini bergetar hebat dan kakinya melingkar di pinggangku mengisyaratkanku agar menghujamkan penisku sedalam dalamnya ke vaginanya.

Aku yang masih belum apa apa, kembali menusukkan penisku ke vagina Rini. Kali ini kumasukkan sambil berbaring dibelakangnya. Dengan posisi ini aku lebih leluasa, pinggulku aktif bergoyang, sedangkan tanganku aktif meremasi payudaranya.

Kadang tanganku juga memainkan klitorisnya yang membuat Rini semakin menggelinjang menerima kenikmatan syahwat dariku. Setelah bosan dengan posisi ini, aku pun mencabut penisku, dan kuminta Rini untuk gantian di atas. Rini langsung bangkit dari baringnya, tak lupa sambil menciumku nafsu dan mengocok mesra penisku.

Sebelum Rini menaikiku, dia menyempatkan untuk mengulum penisku terlebih dahulu, walaupun hanya sebentar, karena aku yakin dia sudah tak tahan untuk segera memasukkannya ke dalam liang vaginanya yang mulai becek.

Rini mulai memasukkan penisku perlahan, setelah masuk seluruhnya sampai tak terlihat penisku, Rini mulai melakukan gerakannya yang tak beraturan karena nafsunya yang sudah memuncak. Kadang maju mundur, memutar, naik turun.

Hingga akhirnya Rini akan orgasme lagi, dan aku pun sudah tak sanggup menahan ejakulasiku. Rini akhirnya menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan cepat, hingga akhirnya aku pun menghentakkan penisku ke dalam vaginanya dalam dalam, dan memuntahkan spermaku di dalam vaginanya bersamaan dengan orgasme Rini.

Akhirnya malam itu pun kami tertidur kelelahan dan puas setelah memadu syahwat. Kami tidur telanjang dengan posisiku memeluknya. Dan tak lupa aku mengecup keningnya sebagai tanda maaf dan terima kasihku.

Karena pertempuran semalam, aku jadi bangun agak siang, sekitar jam 8, sedangkan Rini, kulihat sudah tak ada di sampingku. Aku masih dalam keadaan telanjang bulat akhirnya hanya memakai celana pendekku tanpa celana dalam, dan berjalan menuju kamar mandi, membersihkan sisa sisa pertempuran semalam.

Di depan pintu kamar mandi, aku mendengar suara aneh dari dalam kamar bapak kostku. FYI, bapak kostku ini masih muda, ganteng, kalau diibaratkan seperti Aaron Kwok. Aku seperti mengenal suara ini, ya, suara seperti yang semalam aku dan Rini ciptakan, desahan, teriakan kecil, kadang lenguhan. Gila, gumamku, pagi pagi udah olahraga nih bapak kost.

Memang karena ketampanannya, bapak kost wajar gonta ganti pasangan. Karena penasaran, sekarang model cewek gimana lagi yang kena sama bapak kost, setelah sebelumnya gadis penjaga counter HP yang indekos di depan kostku. Aku pun duduk sambil baca koran di ruang tamu yang kebetulan berhadapan dengan kamar bapak kost.

Setelah sekitar 20an menit aku menunggu, suasana pun hening, sudah selesai nih pikirku. Tak lama terdengar kunci kamar dibuka, dan begitu pintu dibuka alangkah kagetnya diriku, ternyata Rini yang keluar dari kamar bapak kostku.

Owalah jembuuuttt, umpatku lirih, ngasih makan buaya ini judulnya, weduss tenan. Rini yang tak kalah kaget langsung berlari menuju kamarku. Aku pun menghampiri bapak kostku yang begitu melihatku hanya bisa cengengesan sambil garuk garuk kepala.

“Wooo jembut kok kamu Mas,” ujarku padanya, “besok gantian pokoknya, anak kost depan buatku.”

Bapak kostku dengan santai menjawab “Tenaaaanggg, bisa diatur.”

Sambil berlalu dari kamar bapak kost, aku masih heran dan menyungut, kok bisa ya. Di kamarku, Rini hanya cengengesan melihatku, kutanya bagaimana bisa, ternyata, karena saat Rini bangun setelah subuh, dia tak sengaja berpapasan dengan bapak kostku, dan akhirnya terkena bujuk rayunya.

“Wooo kamprettt, enak tapi?” tanyaku, Rini hanya membalas dengan tatapan genit sambil menjulurkan lidahnya padaku.

Rini sekarang telah berubah, berubah menjadi wanita yang agresif karena telah mengetahui betapa nikmatnya bercinta.

Hingga pada akhirnya, selang dua bulan sejak kejadian itu, Rini akhirnya hamil, dan dia melakukannya dengan cowoknya yang terakhir. Di kalangan teman teman pun banyak yang menggosipkan diriku dan Rini, karena memang kami sering terlihat kemana mana berdua. Rini mendatangi kosku dan memintaku untuk membantunya menggugurkan janin yang dikandung, tapi tidak kukabulkan.

Hingga akhirnya Rini menikah dengan cowoknya, dan pada saat bayi yang dikandung telah lahir, teman teman dekatku dan Rini heboh, hampir semua orang bilang wajah si bayi mirip denganku. Aku cuma bisa mengelak dan bilang kebetulan aja. Pada akhirnya Rini sibuk membina rumah tangganya, sedangkan aku, sibuk melanjutkan petualanganku.

Tapi persahabatan kami terus berlanjut, terbukti hingga beberapa waktu lalu, Rini memintaku untuk menjadi wali nikah bagi mempelai pria di pernikahan keduanya. Aku pun menyanggupinya, dan si mempelai pria sempat menatapku heran waktu aku berkunjung ke rumah Rini, dan keceplosan ngomongin kamar Rini yang gak berubah.

Cerita sex : Kisah Sex Dengan Nadia Sahabat Istriku

Karena dulu aku memang sempat mengantarkan Rini pulang ke rumahnya, dan menginap sekamar dengan Rini di kamarnya, sedangkan orang tuanya gak masalah. Jadi ya hajar aja…hehehe, rejeki anak lugu. Sekarang aku dan Rini sudah berkeluarga, tapi kami masih tetap berhubungan baik, dan menyimpan semua kenangan indah itu hanya untuk kami berdua.

#Ngewe #Dengan #Sahabatku #Rini