Kenikmatan Dari Tante Juliet Tersayang Terbaru Malam Ini

Kenikmatan Dari Tante Juliet Tersayang

Suatu ketika rumahnya sedang kosong cuma tinggal Tante Juliet bertiga dengan anak asuhnya yang masih berumur 3 tahun dan pembantunya. Tante Juliet meneleponku untuk meminta tolong membetulkan kran kamar mandinya.

Tentu saja kupenuhi karena aku baginya sudah dianggap seperti keluarga di rumahnya dengan sendirinya cepat saja kupenuhi permintaan itu.

Aku datang dengan segera tapi kran rusak ternyata hanya alasan saja melainkan diminta untuk menemani sambil membantu memijiti kakinya yang katanya sedang kram. Di ruang tengah Tante waktu itu duduk di sofa panjang sedang menonton acara telenovela di televisi.

“Abis kalo nggak pake alesan betulin keran nanti nggak enak didengar keluargamu. Sini dong Son, Sony bisa bantuin mijetin kaki Tante, nggak? kaki Tante agak keram sedikit..” begitu katanya menyambutku dan langsung meminta bantuanku.

Aku mengangguk dan mendekat berlutut di depannya akan mulai memijit sebelah kakinya di bagian bawah tapi rupanya bukan di situ.

“Oo bukan di situ Son.. Di sini, di selangkangan ini. Nggak apa ya Tante begini, nggak usah kikuk, Sony kan udah kayak anak Tante sendiri. ” katanya sambil menyingkap roknya ke atas menunjukkan daerah yang harus kupijit yaitu di selangkangan pahanya.

Tidak tanggung-tanggung, rok itu disingkap sampai di atas celana dalamnya sehingga mau tak mau terpandang juga gundukan vaginanya menerawang dari balik kain tipis celana dalamnya itu.

Tentu saja, biarpun sudah dipesan lebih dulu agar aku tidak usah kikuk-kikuk, tidak urung mukaku langsung berubah merah malu dengan pemandangan yang seronok ini.

Tante seperti tidak mengerti apa yang kurasakan, dia menyuruh aku mendekat masuk di tengah selangkangannya dan mengambil kedua tanganku, meletakan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit vaginanya.

Dia minta bagian yang katanya sering pegal itu kutekan pelan-pelan dan waktu kumulai agak bergetaran juga tanganku mengerjainya sementara Tante Juliet memejamkan matanya pura-pura menikmati pijitanku. Padahal sungguh, aku sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang diperangkap olehnya.

“Iya di situ sering pegel Son, tapi ntar dulu.. Kurang pas yang itu, Tante naikin kaki dulu.. Ya.. “katanya. Berikutnya dengan alasan kurang puas Tante menaikan kedua telapaknya ke atas tepi sofa di mana dia sekarang minta aku memijit lebih ke dalam lagi sehingga boleh dibilang aku hanya memijit-mijit otot seputar kemaluannya saja.

Pikiranku mulai terganggu karena bagaimanapun meremas-remas tepi bukit yang sedang terkangkang menganga ini mau tidak mau membuat nafasku memburu juga.

Maklum, meskipun masih remaja tapi aku sudah kenal tidur dengan perempuan sehingga jelas mengenal rasa yang bisa diberikan bukit menggembung di depanku. Apalagi dalam pemandangan yang merangsang seperti ini. Nah, di tengah-tengah kecamuk lamunan seperti ini Tante semakin jauh menggodaku.

“Ngomong-ngomong Sony udah pernah maen ama cewek, belum?” katanya agak genit.

“Ngg.. Maen cewek maksud Tante pacaran?” kataku balik bertanya pura-pura tidak mengerti.

“Maksudnya tidur sama cewek, ngerasain ininya,” katanya sambil menunjuk vaginanya.

Ditanya begini wajahku merah lagi, jadi gugup aku menjawab, “Ngmm.. Belum pernah Tan..” jawabku berbohong. Mungkin aku salah menjawab begini karena kesempatan ini justru dipakai tante makin menggodaku.

“Ah masak sih, coba Tante pegang dulu..” begitu selesai bicara dia sudah menarikku lebih dekat lagi dengan menjulurkan kedua tangannya, satu dipakai untuk menggantol di leherku menahan tubuhnya tegak dari sandaran sofa, satu lagi dipakai untuk meraba jendulan penisku.

“Tante pengen tau kalo bangunnya cepet berarti betul belum pernah..” lanjutnya lagi.

Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujukku, namanya aku masih berdarah muda biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tapi dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batangku naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih gampang lagi buat dia.

“Wihh, memang cepet bener bangunnya.. Tapi coba Son, Tante kok jadi penasaran kayaknya ada yang aneh punyamu..” katanya tanpa menunggu persetujuanku dia sudah langsung bekerja membuka celanaku membebaskan penisku.

Aku sulit menolak karena kupikir dia betul-betul sekedar penasaran ingin melihat keluarbiasaan penisku. Memang, waktu batangku terbuka bebas matanya setengah heran setengah kagum melihat ukuran penisku.

“Buukan maen Sonyy.. Keras banget punyamu..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu niatnya ingin cepat menjeratku.

“Tapi masak sih yang begini belum pernah dipake ke cewek. Kalo gitu sini Tante kenalin rasa sedikit, deket lagi biar bisa Tante tempelin di sini..” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentarku dia memegang batangku dan menarikku lebih merapat kepadanya.

Apa yang dimaksudkannya adalah dengan sebelah tangan bekerja cepat sekedar menyingkap sebelah kaki celana dalamnya membebaskan vaginanya, lalu sebelah lagi membawa penisku menempelkan kepala batangku di mulut lubang vaginanya.

Di situ digosok-gosokannya ujung penisku di celah liangnya beberapa saat dulu baru kemudian menguji perasaanku.

“Gimana, enak nggak digosok-gosokin gini?” katanya tambah super genit.

Tentu, jangan bilang lagi kalau sudah begini aku yang sudah tegang dengan sinar mata redup sudah sulit untuk melepaskan diri, berat rasanya menolak kesempatan seperti ini. Aku cuma mengiyakan dengan mengangguk dan Tante Juliet meningkat lebih jauh lagi.

“Kalo gitu Sony yang nyoba sendiri biar bisa tahu gimana rasanya, tapi tunggu Tante buka aja sekalian supaya nggak ngalangin..” lanjutnya dengan cepat melepas celana dalamnya untuk kemudian kembali lagi pada posisi mengangkangnya.

Menggosok-gosokan sendiri ujung kepala penisku di mulut lubang vaginanya yang menganga tambah membuatku semakin tegang dalam nafsu, tapi untuk menyesapkan masuk ke dalam aku masih tidak berani sebelum mendapat ijinnya.

Padahal itu justru yang diinginkan tante hanya saja mengira aku benar-benar masih hijau dia masih memakai siasat halus untuk menyeretku masuk.

“Ahh.. Kedaleman gosokinnya..” katanya menjerit geli memaksudkan aku agak terlalu menusuk. Padahal rasanya aku masih mengikuti sesuai anjurannya, tapi ini memang akal dia untuk masuk di siasat berikut, “Tapi gini, supaya nggak keset sini Tante basahin dulu punyamu. ” katanya mengajak aku bangun berdiri.

Kali ini apa yang dimaksudkannya adalah dia langsung mengambil penisku dan mulai menjilati seputar batangku, sambil sesekali mengulum kepalanya. Kalau sudah sampai di sini rasanya aku bisa menebak ke mana kelanjutannya.

Dan memang, ketika dirasanya batangku sudah cukup basah licin dia pun menarik lagi tubuhku berlutut dan kembali memasang vaginanya siap untuk kumasuki.

Dalam keadaan seperti itu aku betul-betul sudah buntu pikiranku, terlupa bahwa dia adalah istri dari Mas Fadli-kakak angkatku. Rangsangan nafsu sudah menuntut kelelakianku untuk tersalurkan lewat dia.

Sehingga sekalipun Tante Juliet tidak lagi menyuruh dengan kata-katanya, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan. Ujung penis mulai kusesapkan di lubang vaginanya segera kuikuti dengan gerakan membor untuk menusuk lebih dalam.

Tante sendiri meskipun mimik mukanya agak tegang, dia ikut membantu dengan jari-jari tangannya lebih menguakkan bibir vaginanya menjadi semakin menganga, untuk lebih memudahkan usaha masuk batangku.

Tapi baru saja terjepit setengah, tiba-tiba Jul anak asuhnya datang mengganggu konsentrasi teristimewa bagi Tante Juliet. Si kecil yang belum mengerti apa-apa ini naik ke sofa langsung menunggangi perut Tante seolah-olah ingin ikut bergabung dengan kami.

“Nanti dulu Dek, Mama lagi dicuntik Mas Sony.. Adek maen dulu sana, ya?” agak kerepotan Tante membujuk SonJul untuk menyingkir dan kembali bermain, sementara aku sendiri tetap sibuk membor dan menggesek keluar masuk penisku untuk menanam sisa batang yang masih belum masuk.

Di atas dia repot meredam kelincahan SonJul, sedang di bawah dia juga repot menyambut batangku. Sesekali merintih memintaku jangan terlalu kuat menyodokkan penisku.

“Aashh.. Sonn.. Pelan Son.. Memek mama sakit.. Jangan dicuntik keras-kerass..” erangnya.

Untung berhasil Tante Juliet membujuk SonJul tepat pada saat seluruh batangku habis terbenam. Lega wajahnya ketika SonJul sudah mau turun kembali bermain.

“Naa, sekarang Mama Adek mau maen sama Mas Sony dulu, ya? Ayo Mas Son.. Pindah ke bawah dulu, Mama Adek juga pengen ikutan ngerasain enaknya.. ”

Kenikmatan Dari Tante Juliet Tersayang

Tanpa melepas kemaluan masing-masing kami pun berpindah ke karpet, Tante Juliet yang di bagian bawah. Di situ begitu posisi terasa pas kami segera menikmati asyik gelut kedua kemaluan denganku memompa dan Tante Juliet mengocok vaginanya.

Nikmat sanggama mulai meresap dan meskipun di tengah-tengah asyik itu SonJul juga sering datang mengganggu, tapi kami sudah tidak peduli karena masing-masing sedang berpacu menuju puncak kepuasan. Dan ini ternyata bisa tercapai secara bersamaan.

Agak terganggu dengan adanya SonJul lagipula suasana kurang begitu bebas, tapi toh cukup memuaskan akhir permainan itu bagi kami berdua. Kelanjutan hubungan kami memang sulit mencari kesempatan yang lowong seperti itu lagi. Setelah yang pertama ini masih sempat dua kali kami melakukan hubungan badan tapi kemudian terputus.

Ada satu keasyikan tersendiri yang kurasakan jika sedang bercinta dengan Tante Juliet yang bertubuh montok ini. Enak rasanya bergelut dengan daging tebalnya, seperti menari-nari di atas kasur empuk berbantalkan susunya yang juga montok dan besar itu.

Rasanya dalam sejarah percintaanku dengan para wanita yang kesemuanya cantik-cantik lagi berlekak-lekuk padat menggiurkan, maka cuma dengan dia satu-satunya yang berbeda. Tapi, inilah yang kusebut asyik tadi.

Aku sama sekali tidak merasa menyesal dan justru selalu merindukan untuk mengulang kenangan bersama dia, hanya saja kesempatan sudah sulit sekali untuk didapat.

Kesempatan kali keempat kudapat tiga tahun setelah itu yaitu ketika aku diminta mengantar Tante Juliet untuk menghadiri upacara perkawinan seorang keluarga mereka di Las Vegas.

Waktu itu rencananya aku hanya mengantar saja dan setelah acara selesai akan pulang langsung ke LA ke tempat kuliahku, tapi rupanya Tante Juliet berubah pikiran ingin pulang menumpang lagi denganku.

Mau tak mau aku pun berputar melewati Washington, DC untuk mengantarkan Tante Juliet ke rumahnya dulu sebelum ke LA. Tante memang rupanya tidak ingin berlama-lama dalam kunjungannya, itu sebabnya SonJul tidak diajak serta dan ditinggal bersama pembantu serta suaminya di rumah.

Begitu, dalam perjalanan yang cuma kami berdua di mobil kami pun ngobrol dengan akrab, dengan Tante Juliet yang lebih banyak bertanya-tanya tentang keadaanku sementara aku sendiri sibuk mengemudi.

Sampai kemudian menyinggung tentang kegiatan seksku, Tante Juliet memang bisa menduga bahwa aku tentu sudah banyak pengalaman galang-gulung dengan perempuan.

“Ngomong-ngomong soal kita dulu kalo sekarang Sony udah kenal banyak cewek cakep pasti kamu nyesel kenapa bikin gitu sama Tante waktu hari itu, ya nggak Son?”

“Nyesel sih enggak Tan, gimanapun kan Tante yang pertama kali ngenalin rasa sama Sony. Apalagi Sony juga punya kenangan manis dari Tante..” jawabku menyinggung hubungan intimku waktu itu dengannya.

“Tapi itu kan duluu.. Sekarang dibanding-bandingin sama kenalan-kenalanmu yang lebih muda pasti kamu mikir-mikir lagi, kok mau-maunya aku sama Tante model gitu. Itupun waktu dulu, sekarang apalagi.. Tambah nggak nafsu liatnya, ya nggak?” Aku langsung menoleh dengan tidak enak hati.

“Jangan bilang gitu Tan, Sony nggak pernah nyesel soal yang dulu. Malah kalo masih boleh dikasih sih sekarang pun Sony juga masih mau kok.”

“Jangan menghibur, ngeliat apanya sama Tante kok berani bilang gitu?”

“Lho kenyataan dong.. Tante emang sekarang gemukan tapi manisnya nggak kurang. Malah tambah ngerangsang deh..” jawabku memuji apa adanya.

Karena memang, sekalipun dia sekarang terlihat lebih gemuk dibanding dulu tapi wajahnya masih tetap terlihat manis.

“Ngerangsang apanya Son?” tanyanya penasaran.

“Ya ngerangsang pengen dikasih kayak dulu lagi. Soalnya tambah montok kan tambah enak rasanya.” jawabku dengan membuktikan langsung meraba-raba buah dadanya yang besar itu, Tante Juliet langsung menggelinjang kegelian.

“Aaa.. Kamu emang pinter ngerayu, bikin orang jadi ngira beneran aja.” katanya mencandaiku.

“Lho Sony serius kok, kalo masih kepengen ngulang sama Tante. Makanya tadi Sony nanya, kalo emang masih boleh dikasih sekarang juga Sony belokin nyari hotel, nih?” Lagi-lagi dia tertawa geli mendengar candaku.

“Yng bilang nggak boleh siapa. Tapi dikasih pun kamu pasti nggak selera lagi, kan percuma.”

“Ya udah, kalo nggak percaya.. Tapi ngomong-ngomong sebentar lagi udah gelap, Sony lupa kalo lampu mobil kemaren mati sebelah belum sempat diganti. Gimana kalo kita nyari hotel aja Tan, besok baru terusin lagi.” kataku mengajukan usul karena kebetulan memang lampu mobilku padam sebelah.

Sebetulnya ada cadangan tapi ini kupakai alasan untuk mengajaknya menginap.

“Duh kamu kok sembrono sih Son.. Ayo cari penginepan aja kalo gitu, dipaksa nerusin nanti malah bahaya di jalan..”

Kupercepat laju mobilku sebelum gelap dan di kota terdekat aku pun mencari sebuah hotel. Begitu dapat aku langsung turun memesan sebuah kamar sementara Tante menunggu di mobil. Dan setelah kembali ke mobil untuk mengajak Tante turun sempat kubuktikan dulu padanya tentang lampu mobil sebelahku yang memang padam itu.

Berdua masuk ke kamar, setelah mandi dan makan malam kami pun bersantai dengan ngobrol sampai kemudian Tante mengajakku untuk pergi tidur.

Kamar yang kupesan memang hanya satu tapi dilengkapi dua tempat tidur sebagaimana biasanya bentuk kamar hotel. Melihat dari keadaan ini Tante Juliet tidak mengira bahwa aku betul-betul serius dengan keinginanku untuk mengulang lagi kenangan lama.

Dia baru saja mengganti baju tidur dan baru akan mulai mengancingnya ketika aku keluar dari kencing di kamar mandi langsung mendekat memeluknya dari belakang. Aku sendiri hanya mengenakan handuk berlilit pinggang setelah membuka bajuku di kamar mandi.

“Gimana Tan, masih boleh dikasih Sony nggak..” bisikku meminta di telinganya tapi sambil mengecup leher bawah telinganya diikuti kedua tanganku mulai meremasi masing-masing susunya. Tersenyum geli dia karena sudah sampai di situ pun dia masih mengira aku cuma bercanda menggoda.

“Apanya yang enak sih sama orang yang udah gembrot dan tua gini, Son..” tanyanya penasaran.

“Buat Sony sih nggak ada bedanya, malah Sony kangen deh Tan..”

Sambil bicara begitu kubuka lagi satu kancing daster tidurnya yang baru terpasang, sehingga bagian depan tubuhnya terbuka berikut kedua susunya yang bebas karena Tante sengaja tidur tanpa memakai kutang, untuk kemudian tanganku berlanjut meremasi susu telanjangnya itu. Tante membiarkan saja tapi dia bertanya mengujiku dengan nada setengah ragu kepadaku.

“Masak sih kangen sama Tante? Kan kamu biasanya sama cewek-cewek cakep, yang masih muda lagi langsing-langsing badannya..?” katanya lagi.

“Justru melulu sama yang begituan, Sony malah bosan.. Sony suka sama Tante yang montok.. ”

“Kamu bisa aja..”

“Lho bener Tan. Montoknya Tante ini yang bikin enak, mantep rasanya. Apalagi yang ini.. Hmm.. Sekarang tambah montok berarti tambah enak lagi rasanya..” kali ini sebelah tanganku sudah kujulurkan ke bawah meremas-remas gemas gundukan vaginanya.

Tante Juliet merengek senang, sekarang baru dia percaya dengan keseriusanku. Apalagi ketika dia juga membalas menjulurkan tangannya ke belakang, di situ dia mendapatkan bahwa di balik handuk itu aku sudah tidak mengenakan celana dalam lagi.

Tanpa diminta lagi dia sendiri membuka lagi daster tidur sekaligus juga celana dalamnya sendiri untuk bersama-sama telanjang bulat naik ke tempat tidur.

Wanita berwajah cantik diusianya mencapai 32 tahun ini memang sudah mekar tubuhnya, tapi tubuhnya masih cukup kencang lagi mulus sehingga montoknya berkesan sexy yang punya daya tarik tersendiri.

Dan aku juga jujur mengatakan bahwa aku merindukan kemontokannya, karena baru saja melihat dia terbuka sudah langsung terangsang gairah kelelakianku.

Sebab dia belum lagi merebah penuh, masih duduk di tengah pembaringan untuk mengurai gelung rambutnya, sudah kuburu tidak sabaran lagi. Kusosor sebelah susunya, sebelah lagi kuremas-remas gemas, dengan rakus mulutku mengenyot-ngenyot bagian puncaknya, mengisap, mengulum dan menggigit-gigit putingnya.

“Ehngg.. Gelli Soon.. Iya, iya, nanti Tante kasih.. Deh.. ” merengek kegelian dia karena serangan mendadakku.

“Abis gemes sih Tan.. ” sahutku cepat dan kembali lagi menyerbu bagian dadanya.

Melihat begini Tante Juliet mengurungkan merebahkan badannya, untuk sementara bertahan dalam posisi duduk itu seperti tidak tega menunda ketidaksabaranku.

Air mukanya berseri-seri senang, sebelah tangannya membelai-belai sayang kepalaku dan sebelah lagi lurus ke belakang menopang duduknya, ditungguinya aku melampiaskan rinduku masih pada kedua susunya yang montok dan besar itu.

Seperti anak kecil yang asyik sendiri bermain dengan balonnya, begitu juga aku sibuk mengerjai bergantian kedua daging bulat gemuk itu untuk memuaskan lewat rasa mulut dan remasan gemasku.

Sampai berkecapan suara mulut rakusku dan sampai meleyot-leyot terpencet, terangkat-angkat dan jatuh terayun-ayun, membuat Tante Juliet kadang meringis merintih atau merengek mengerang saking kelewat gemas bernafsu aku dengan keasykanku, tapi begitupun dia tidak mencegah kesibukanku itu. Baru setelah dirasanya aku mereda, diapun bersiap-siap untuk memberikan tuntutan kerinduanku yang berikutnya.

Ini karena dilihatnya aku sudah cukup puas bermain di atas dan sudah ingin berlanjut ke bawah, yaitu sementara mulutku masih tetap sibuk tapi tangan yang sebelah mulai kujulurkan meraba selangkangannya, segera Tante Juliet pun merubah posisi untuk memberi keleluasaan bagiku.

Tubuhnya direbahkan ke belakang sambil meluruskan kedua kakinya yang duduk terlipat menjepit selangkangannya, langsung dibukanya sekali agar aku bisa mencapai vaginanya.

Mulutku masih terus mengejar menempel di sebelah susunya tapi tanganku sekarang sudah bisa memegang penuh bukit vaginanya. Bukit daging tebal setangkup tanganku yang ditumbuhi bulu-bulu keriting halus ini langsung kuremas-remas gemas, darah kelelakianku pun tambah mengalir deras.

Keasyikan yang baru menarik perhatian baru juga, berpindah dulu aku ke tengah selangkangannya yang kudesak agar lebih mengangkang sebelum kutarik kepalaku dari susunya.

Tante mengira aku sudah akan mulai memasukinya, dia sempat menyambar batangku yang sudah tegang dan melocok-locok dengan tangannya sebentar. Seperti ingin lebih mengencangkan lagi tapi ada terasa bahwa dia juga merindukan batangku, bisa terbaca dari remasan gemasnya yang menarik-narik penisku

Begitu posisiku terasa pas, aku pun memindahkan mulutku turun menggeser ke bawah dengan cara menciumi lewat perutnya sampai kemudian tiba di atas vaginanya yang terkangkang.

Di sini konsentrasiku terpusat dengan mengusap-usap dan memperhatikan dulu bentuk vaginanya. Ini untuk pertama kali aku mendapat kesempatan melihat jelas kemaluannya yang sudah pernah tiga kali kumasuki, tapi karena waktunya sempit tidak sempat kulihat dengan nyata.

Betul-betul suatu pemandangan yang merangsang sekali. Bukit segitiga yang menjendul dengan dagingnya yang tebal itu ditumbuhi bulu-bulu yang begitu lebat, tidak cukup menutupi bagian celah lubang yang diapit pipi kanan kirinya.

Tepi bukit itu persis seperti pipi bayi yang montok menggembung, saking tebalnya sehingga menjepit bibir vagina hanya terkuak sedikit meskipun pahanya sudah kukangkangkan lebar-lebar. Penasaran kukuakkan bibir vaginanya dengan jari-jariku untuk melihat lebih ke dalam, tapi belum lagi jelas, Tante Juliet sudah menegurku dengan muka malu-malu merengek geli.

“Ahahngg.. Sony mau ngeliat apa di dalem situ sih Son..?” katanya sambil meringis.

Aku tidak menyahut tapi sebelum dia berubah pikiran untuk mencegahku, langsung saja kusosorkan mulutku ke tengah lubang yang baru kukuakkan itu.

“Ssshh Sonyy.. Ahh.. Ammpuunn.. Sonn!”

Betul juga. Tante Juliet menjerit malu, tangannya refleks ingin menolak kepalaku tapi sudah terlambat. Sebab begitu menempel sudah cepat kusambung dengan menjilat dan menyedot-nyedot tengah lubangnya.

Adu ngotot berlangsung hanya sesaat karena Tante kemudian menyerah, menganga dengan wajah tegang dia ketika geli-geli enak permainan mulutku mulai menyengat dia.

Untuk berikutnya aku sendiri mulai meresap enaknya mengisap vagina montok yang baru pertama kudapat darinya. Lagi-lagi ada keasyikkan tersendiri, karena tidak seperti dengan milik cewek lain yang pernah tidur denganku, umumnya celah lubang mereka terasa kecil karena tepi kanan kirinya tidak setebal ini.

Milik Tante Juliet justru penampilannya kelihatan sempit tapi kalau dikuakan malah jadi merekah lebar dan dalam. Disosor mulutku yang mengisap rakus, seperti hampir tenggelam wajahku di situ dengan pipiku bertemu pipi vaginanya.

Di bagian inipun untuk beberapa lama kupuaskan diriku dengan menyedot menjilat-jilat tengah lubangnya, sesekali menyodok-nyodokkan ujung lidah kaku lebih ke dalam, membuatnya mengejang sampai membusung dadanya. Atau juga menggigit-gigit klitoris, menarik-nariknya serta menjilati cepat membuatnya menggelinjang kegelian.

Serupa dengan puting susunya, bagian ini pun sudah mengeras tanda dia sudah terangsang naik berahinya, tapi Tante Juliet juga tetap membiarkan aku bermain sepuas-puasnya untuk melampiaskan rinduku.

Ketika kurasa sudah cukup lama aku mengecap asyik lewat mulutku dan sudah cukup matang dia kubawa terangsang, barulah aku mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Di sini baru giliran Tante untuk ikut melampiaskan rindunya kepadaku terasa dari sambutannya yang hangat.

Seperti pengalaman yang kuingat, Tante Juliet bukan type histeris dengan gaya merintih-rintih dan menggeliat-geliat erotis, tapi dalam keadaan saat ini tidak urung meluap juga gejolak rindunya lewat caranya tersendiri kepadaku.

Yaitu seiring putaran vagina laparnya menyambut masuknya penisku, tubuhku pun ditarik menindihnya langsung didekapnya erat mengajakku berciuman. Yang ini juga sama hangatnya karena begitu menempel langsung dilumat sepenuh nafsunya. Berikutnya kami yang sama saling merindukan seolah tidak ingin melepaskan dekapan menyatu ini.

Seluruh permukaan tubuh depan melekat erat dengan bagian atas kedua bibir saling melumat ketat sedang bagian bawah kedua kemaluan pun bergelut hangat. Aku yang memainkan penisku memompa keluar masuk diimbangi vaginanya yang diputar mengocok-ngocok.

Ini baru namanya bersetubuh atau menyatukan tubuh kami, karena hampir sepanjang permainan kami melekat seperti itu. Hanya sekali kami menunda sebentar untuk menarik nafas dan kesempatan ini kupakai dengan mengangkat tubuhku dan melihat bagaimana bentuk wanita montok dalam keadaan sedang kusetubuhi ini.

Ternyata suatu pemandangan yang mengasyikkan sekaligus makin melonjakkan gairah kejantananku. Di bawah kulihat vaginanya diputar bernafsu, seolah kesenangan mendapat tandingan yang cocok dengannya.

Memperhatikan vagina di bawah itu bagaikan mulut bayi berpipi montok yang kehausan menyedot-nyedot botol susunya sudah menambah rangsangan tersendiri, apalagi melihat keseluruhan goyangan tubuh Tante Juliet.

Seluruh daging tubuhnya ikut bergerak teristimewa kedua susunya yang berputaran berayun-ayun tambah menaikkan lagi rangsang kejantananku, sampai aku tidak tahan dan kembali turun menghimpit dia karena sudah terasa akan tiba di saat ejakulasiku.

Pada saat yang sama Tante Juliet juga sudah merasa akan tiba di orgasmenya, dia yang mengajak lebih dulu dengan menyambung lumatan bibir tadi untuk menyalurkannya dalam permainan ketat seperti ini.

“Hghh ayyo Soon.. Nnghoog.. Hrrhg..” dengan satu erang tenggorokkan dia membuka orgasmenya disusul olehku hanya selang beberapa detik kemudian.

Kami sama mengejang dan sempat menunda sebentar ketika masuk di puncak permainan, tapi segera berlanjut lagi melumat dengan lebih ketat seolah saling menggigit bibir selama masa orgasme itu. Baru setelah mereda dan berhenti, yang tinggal hanya nafas turun naik kelelahan dan tubuh terasa lemas.

Cukup luar biasa, karena meskipun tidak berganti posisi atau gaya tapi permainan terasa nikmat dengan akhir yang memuaskan. Malah seluruh tubuh sudah terasa banjir keringat saking serunya berkonsentrasi dalam melampiaskan kerinduan lama kami.

Untuk itu aku begitu melepaskan diri hanya duduk di sebelahnya agar keringat di punggungku tidak membasahi sprei tempat tidur.

“Gimana Son rasanya barusan..?” Tante Juliet mengujiku sambil tangannya mengusap menyeka-nyeka keringat di punggungku. Aku berputar menghadap dia.

“Makanya Sony tadi ngotot minta, soalnya udah yakin duluan memek montok Tante ini bakal ngasih enak.. ” jawabku dengan meremas mencubit-cubit vaginanya.

“Udah enak, puas lagi.. Tapi Tante sendiri, gimana rasanya sama Sony?” balik aku bertanya padanya. Mendapat pujianku air mukanya bersinar senang, ganti dia memujiku.

“Sama kamu sih nggak usah ditanya lagi, Son. Dulu aja kalau nggak sayangin kamu masih muda sekali, udah mau terus-terusan Tante ngajakin kamu.”

“Oya? Kok tadi diajak masih kayak ogah-ogahan?”

“Bukan ogah-ogahan, tapi takut ketagihan sama Sony..” jawabnya bercanda sambil tertawa.

“Kalau tante mau, Sony mau kok married ama tante..” kataku.

“Akh.. Apa Son.. Kamu becanda ya.. Tante kan udah punya suami..” katanya.

“Tante nggak usah bohong deh.. Mas Fadli kan nggak bisa normal lagi tante.. Sony tahu kalau Mas Fadli sekarang punya penyakit impoten.. Ya kan tante..” kataku.

“Kamu tahu darimana Son.. Tapi tante akui kalau Mas Fadli nggak bisa bikin tante puas..” katanya sambil menangis.

“Nah.. Gimana tante suka kan ama Sony.. Selama ini hubungan Sony dengan cewek-cewek lain itu hanya sekedar fun aja kok tan.. Sony sebenarnya cinta ama tante dari pertama pertemuan kita dulu..” kataku sambil mengecup bibirnya.

“Son.. Benarkah ucapanmu itu.. Sony benar mencintai tante yang udah tua ini..?” tanyanya.

“Ya tante, Sony cinta ama tante dan Sony mau married ama tante..” kataku sambil meluk tubuh dia.

“Oh.. Son.. Tante juga suka ama kamu..” katanya sambil memeluk tubuhku.

“I Love You Juliet..” kataku.

“I Love You too Sony..” katanya.

Cerita sex: Menikmati Tubuh Linda Sang Manager

Lalu, kami berpelukan erat dan bahagia menyertai kami berdua.

#Kenikmatan #Dari #Tante #Juliet #Tersayang

Dipuaskan Oleh Tante Ratih Yang Bahenol Terbaru Malam Ini

Dipuaskan Oleh Tante Ratih Yang Bahenol

Cerita Sex ini terjadi ketika aku masih berumur delapan belas tahun, murid kelas dua sekolah teknik setingkat SMU di sebuah kota kabupaten di Sumatera. Namaku Didit. Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku. Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, aku pun jadi canggung kalau berdekatan dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua, jarang perempuan.Selain itu aku merasa rendah diri dengan penampilan diriku di hadapan perempuan. Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku yang mirip keling, teman temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di kakiku penonton akan bersorak sorai karena itu berarti bola sudah sukar direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau sampai beradu tulang kering, biasanya merekalah yang jatuh meringkuk kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang lain.

Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan seksi, yang mau diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh lagi dari itu. Dan ini masalahnya. Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang *********. Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan main banyaknya yang keluar. Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran ratarata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga.Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan .. Tante Ratih.Lala adalah murid salah satu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowok-cowok keren termasuk anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka. Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak. Itu Lala.Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Ratih. Tante Ratih tinggal persis di sebelah rumahku. Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Ratih dari Bandung, dan dia ini wuahh mak sungguh-sungguh  cantiknya. Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh, meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.Dan Tante Ratih ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali 15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya, terkadang dia datang ke rumahku.Satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Ratih ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati Tante Ratih lagi bergunjing dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celah kangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat meqinya yang bagus cembung. Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri. Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante Ratih, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat celana dalamnya.Oh ya mengenai Tante Ratih yang tak punya anak. Saya mendengar ini terkadang jadi keluh kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku mengenai hal itu untuk menghibur dia.Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asalmuasal cerita.

Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe . Ratih ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film setan di televisi hehehe . Terkadang dia nonton di rumah kami kalau suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut, lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.Dan inilah permulaan cerita.Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Ratih dan suaminya (kami di sebelah kiri) meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar dengan Tante Ratih karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek, mereka tidak berteguran.Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya, sewaktu suami Tante Ratih, Om Hendra berangkat ke Singapura untuk urusan bisnis pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Ratih uring-  uringan sama ibuku di rumahku. Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kubur pun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Ratih takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Ratih. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adik-adikku. Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Ratih (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Ratih tenteram, lagi pula adik-adikku itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu hehehehe.Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Ratih lewat pintu belakang. Tante Ratih tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.

“Mari makan malam Dit”, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.

“Saya sudah makan, Tante”, kataku, tapi Tante Ratih memaksa sehingga akupun makan juga.

“Didit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan ibumu”, kata Tante Ratih selagi dia menyendok nasi ke piring.Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Ratih saja, atau Lala atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.Tapi Tante suka orang pendiam, sambungnya.Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Ratih berlaku hati-hati agar jangan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa. Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu filem yang sama sekali tidak menarik. Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkat-singkat saja seperti orang bloon. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Ratih pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung. Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan. Tante Ratih sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar. Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang.

Dipuaskan Oleh Tante Ratih Yang Bahenol

Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.

Ya, Tante?Tolong temani Tante mencari senter.

Dimana Tante?, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana. Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. 

Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.Tante takut tidur dalam gelap Dit.

Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah mengantuk sangat. Tante Ratih diam beberapa saat.

“Di kamar tidur Tante?,” tanyanya.

“Ya saya tidur di bawah”, kataku. di karpet di lantai. Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.

“Di tempat tidur Tante saja sekalian asal” ..Aku terkesiap. 

asal apa Tante?Asal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumu.

Ah buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, Tante. Dalam hati aku melonjaklonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante Ratih yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali meraba-raba ke arah Tante Ratih di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari kisikisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk. Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiri pun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.

“Kamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?’ bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.Seandainya kau tahu betapa ******ku lebih keras lagi sekarang ini, kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.

“Dit” kudengar dia memecah keheningan. 

“Kamu pernah bersetubuh?” tanya. Nafasku sesak dan mereguk ludah.

“Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuan pun baru sekali.” Wah berani sekali aku.

“Celana dalam Tante?Hmmh.Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa.Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.

“Nanggelin celana dalam Tante?”

“Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.Aku diam agak lama.Takutnya nanti bilag saya tidak mau kendor Tante.Nanti Tante kendorin”.

“Sama apa?Ya tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri”. 

Suaranya penuh tantangan.Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik seksi selama bertahun-tahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 00 sampai menit ke85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri. Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Ratih. Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!Aku menyetubuhi Tante Ratih begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh Ohhhhh .Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntah-muntah dengan hebat.

Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Ratih masih belum apa-apa, apalagi puas.Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Ratih tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.Lain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayang, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?Tante Ratih masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.Apa ini Tante?Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali membawa gelas berisi air putih.Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.

“Enak sekali Tante” bisikku dekat telinganya.

“Telor mentah dan madu lebah?” tanyanya.

“Bukan. Meqi Tante enak sekali.”

“Mau lagi?” tanyanya menggoda.

“Iya Tante, mau sekali”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.T

“api yang slow ya Dit? Jangan buruburu seperti tadi”.

“Iya Tante, janji”. Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCDnya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan. Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Ratih, lalu lehernya. Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigitgigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat belahan vaginanya. Sampai disini Tante Ratih mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Ratih mengangkatangkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriak memaki aku dengan marah Cepatlah *******, jangan berleha-leha lagi, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.Aku merayap di atas tubuh Tante Ratih. Tangannya membantu menempatkan bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampai dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.

“Diiiiiiiit”, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra. Rangkulan Tante Ratih membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Ratih juga semakin manja. Dan kupurukkan seluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku. Reaksi Tante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Ratih merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.

“Maafkan aku Tante” bisikku di telinganya.

“Tak apa-apa Dit”, katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.

“Dit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang?” kata tante

Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan, katanya tersenyum masih tersengal-sengal menahan birahi yang belum tuntas penuh. Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Kelelakianku tersinggung. Diam-diam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi. Kupandang Tante Ratih yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak bercelana dalam dan tidak berBH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya. Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Ratih mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Ratih memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.Ini 

“Dit, mandi saja disini” katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? Goblok bener.Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamar mandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante Ratih sudah di dapur menyiapkan sarapan.

“Ayo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu” katanya meninggalkan aku.Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante Ratih dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.Tante, ini teh telornya masih ada, kataku.

“Kok tidak kamu habiskan Dit?” tanyanya.

“Tante kan juga memerlukannya” , kataku tersenyum lebar. Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.

“Saya kan dapat lagi ya Tante” tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu. 

“Tapi jangan buru-buru lagi ya?” katanya tersenyum dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Ratih ke kamar tidur.

“Duh, kamu kuat sekali Dit” pujinya melekapkan wajah di dadaku.Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjangnya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis filem Jepang.Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karena semuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif. Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya yang aku hisap-hisap dan perasan air ludahnya yang lezat kureguk. Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payudaranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah.

Karena Tante Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku “Jangan buru-buru ya sayang, .. jangan buru-buru ya sayang”. Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih sepakbolaku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante Ratih. Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.Dan kurasakan Tante Ratih juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya. Selama lima menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktikku. Lima menit berikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan. Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante Ratih berbisik mesra “jangan buru-buru ya sayang . jangan tergesa-gesa ya Dit?”. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Ratih. Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu. Tante Ratih semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Ratih. Setiap tersentuh Tante Ratih menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kami pun kembali berlumatan dan kerkucupan.

“Dit, bisiknya. Punyamu panjang sekali”.

“Memek Tante tebal dan enak sekali” kataku balas memuji dia. Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi. Lalu geliat Tante Ratih semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan kepala ******ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Ratih tidak sadar menjerit oooooohhhhhh . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah. Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku.

Dia orgasme hebat sekali.

“Sudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagi” katanya dengan nafas panjang singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.

“Enak Tante?” bisikku.

“Iya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali” katanya membujuk supaya aku melepaskannya. 

Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.

“Sebentar lagi ya Tante” kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti. Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan birahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam mulutku. Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air maniku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyut-denyut menghisap dan memerah spermaku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.Suami Tante Ratih Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante Ratih yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Ratih. Dan biasanya dapat juga walau Tante Ratih lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu degil mendesak dan membujuk terus.Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai itu aku ketakutan sendiri. Tante Ratih yang lama tak kunjung hamil, ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Ratih itu putih. Om Hendra kuning. Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Didit. Hehehehe tapi itu cerita lain lagi lah. 

Cerita sex : Dapat Bonus Dari Pelatihan

#Dipuaskan #Oleh #Tante #Ratih #Yang #Bahenol

Kupuaskan Tante Dan Bu Guru Yang Sangean Terbaru Malam Ini

Kupuaskan Tante Dan Bu Guru Yang Sangean

Aku sering menjumpai lelaki atau perempuan yang memiliki daya tarik dan pesona seksual yang sangat luar biasa. Dalam kenyataannya mereka tidak selalu cantik atau tampan. Juga tak pandang tua atau muda, pendek atau jangkung, kurus atau gemuk. Juga tidak karena status sosial, seperti kaya atau miskin, terpelajar atau pengangguran, karyawan tinggi atau sekedar satpam. Secara tampak nampaknya biasa-biasa saja. Aku juga nggak ngerti kenapa dan dimana penyebab pesonanya itu. Apabila kebetulan ketemu type macam itu rasanya apapun polah tingkahnya sangat sedap dipandang mata.

Bisa diumpamakan kalau lelaki macam Ryan Hidayat yang pemain sinetron dan bintang iklan atau kalau perempuan macam Ike Nurjanah penyanyi dangdut yang kebetulan sangat ‘macan’, manis dan cantik itu. Sangat erotik rasanya ‘ditaklukkan’ oleh lelaki ataupun perempuan macam itu untuk kemudian melayani dan menjadi budaknya.

Akan kuciumi sepatu dan kaos kakinya. Akan kucuci celana dalamnya dengan ludahku hingga larutan sisa kencing atau keringatnya larut dan bisa kutelan kembali. Aku akan rela menceboki lubang-lubang pembuangannya sebagai tugas setiap pagiku. Aku akan memandikannya dengan jilatan-jilatan lidahku hingga tak tersisa noda barang sedikitpun pada semua celah-celah tubuhnya.

Pada orang macam ini apapun yang keluar dari dia rasanya nikmat untuk kita lahap. Aku akan serta merta telan apabila dia membuang ludah ke mulutku. Aku akan menjilati lubang tainya hingga tak ada yang Tersisa. Aku akan minum kencingnya. Aku akan sodorkan mukaku kemudian membuka mulutku untuk menampung kencingnya yang kuning pekat. Aku bisa mencuci mukaku pula dengan cairannya itu.

Di kompleks rumahku adalah seorang Rendy, pemuda 21 tahun, pengangguran jebolan SMU3, tingginya 182 cm dan berat badannya 68 kg. Jangkung dan langsing. Rambutnya yang lurus selalu terurai bergaya Bon Jovi. Pakaiannya itu-itu juga, kaos oblong lusuh, terkadang dibungkus jeans kumel. Nexiabet

Celana Khaki. Kerjanya luntang lantung, jalan sana jalan sini. Berdasarkan apa yang sering dialaminya Rendy sadar banget bahwa banyak cewek bahkan juga cowok yang naksir berat padanya.

Sejak masih di SMU dia sudah sering diajak tidur sama teman-teman ceweknya. Bahkan Bu gurunya, Bu Endang, sangat tergila-gila padanya. Walaupun belum habis 3 bulan menikah Bu Endang pernah nekad mengajak Rendy tidur di rumahnya saat suaminya tugas ke luar kota.

Bu gurunya itu bilang bahwa ada mata pelajaran yang harus diulangi dan mesti dikerjakan di rumahnya. Dan semalaman itu Bu Endang berhasil melampiaskan kerinduan syahwatnya pada Rendy. Saat waktunya pulang tak ada bagian tubuh Rendy yang tanpa cupang-cupang bekas sedotan bibir Bu Endang. Pada kesempatan di bawah nanti biarlah Rendy juga menceritakan apa yang dialaminya bersama Bu gurunya itu.

Rendy tingal di kompleks Perumahan Sederhana Pondok Permai Jakarta Barat. Di tempat itu, dia sangat didambakan oleh para gadis dan janda muda dan walaupun tidak selalu nampak terang-terangan para Ibu-ibu muda maupun setengah tua juga mengimpikan untuk memandikan dengan lidah dan bibir-bibir mereka yang mungil-mungil itu. Dari cara mereka memandang Rendy pada saat berpapasan atau Kebetulan lewat di depan rumahnya nampak mereka dipenuhi khayalan seandainya bisa bertelanjang Berasyik masyuk bersama Rendy pada suatu ketika nanti.

Diantara ibu-ibu itu adalah Tante Wenny. Dia perempuan asal Sukabumi yang sangat jelita. Kulitnya kuning langsat. Perawakannya langsing. Mungkin sekitar 165 cm-an. Usianya yang sekitar 42 tahun Namun nampaknya ada 10 tahun lebih muda. Suaminya, Oom Darto adalah karyawan di sebuah pabrik sepatu di Cilincing yang setiap hari pulang kerja hingga jam 9 malam. Tentu saja Tante Wenny banyak waktu sepinya. Dia sering membayangkan seandainya bisa ‘kelonan’ dengan Rendy.

Tak jarang pada puncak sepinya dia melakukan masturbasi. Dengan dibantu ketimun Jepang yang hijau gede dan panjang Itu. Dia mengulum-ulum ketimun itu kemudian memasukkannya ke liang vaginanya. Tante Wenny membayangkan seakan kontol Rendy sedang dia kulum kemudian ngentot kemaluannya. Dan betapa Puasnya saat menjelang orgasme dia memanggil-manggil dalam bisik dan rintihannya.

“Acchh.. Rendyi.. Rendyi.. Keluarkan pejuhmu ke mulut tantee.. Yaa.. Keluarkan pejuuhhmmuu..”

Dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Suatu pagi, sekitar jam 9 pagi, dengan sebatang rokok di tangannya Rendy jalan melewati rumah Tante Wenny. Saat itu Tante Wenny sedang menyiram dan memindah-mindah Pot tanaman anggrek kesukaannya. Ada pot besar yang dia nggak kuat mengangkatnya. Melihat Perempuan jelita macam Tante Wenny, tanpa diminta dan spontan Rendy membantu mengangkat pot itu.

“Koq ngangkat-angkat sendiri. Irwan mana Tante?” Rando menanyakan Irwan yang sahabatnya dan anak Tante Wenny yang cantik ini.

“Ah, Irwan mah tahunya beres. Tahu tuh, katanya tadi ke Depok negok kampusnya dan terus main kali”

Rendy dan Irwan adalah teman bermain saat di kompleks. Betapa terima kasih dan gembira hati Tante Wenny. Apalagi saat menyadari bahwa yang membantu itu adalah Rendy lelaki muda teman anaknya yang mempesona hatinya dan selalu hadir dalam khayal-khayal masturbasinya. Bagaimana kelanjutan cerita yang merangsang libido ini? Apa yang selanjutnya dilakukan Tante Wendy? Bagaimana Rendy merespon ulah tante jelita ini? Acchh.. Aku rasa lebih fair kalau Rendy sendiri yang cerita kepada para pembaca. OK? Dengarkan..

“Hooh.. Cah Bagus (aku jadi tersanjung dengan panggilannya itu).. Terima kasih yaa..”

Aku membantu menggeser pot itu dan aku merasa Tante Wenny memandangku sedemikan rupa gemas dan hausnya. Pada wajahnya nampak dia hendak mengeluarkan sesuatu pikiran. Aku merasa bahwa tante jelita ini hanya pengin menahan agar aku lebih lama tinggal. Aku paham. Aku memang termasuk sering menghadapi tante-tante genit macam ini. Mereka bilang bahwa lelaki macam aku pantas menerima perlakuan macam bayi.

Melayani lelaki macam aku merupakan impian kenikmatan syahwat yang tak terkira. Mereka bilang apapun mauku dengan rela mereka akan penuhi. Dia nampak berpikir dan…

“Oocchh.. Bisa minta tolong sekalian donk.. Sayang (dia terus melemparkan godaan padaku). Tante Mau geser lemari di tempat tidur tante. Mau bantuin nggak??”

“Boleh saja…

Aku tahu banget bahwa tante jelita ini termasuk tante yang ‘gatal’ dan sering mencuri-curi pandang setiap kali aku lewat atau berpapasan dengannya. Kali ini apa maunya??

“Ayolah masuk…” Tante Wenny mengajak aku masuk ke rumahnya, “Duduk dulu, yaa..”

Tante Wenny bergegas masuk ke kamarnya. Aku agak heran kenapa untuk menggeser lemari yang paling cuma semenit mesti duduk dulu. Tetapi pikiranku langsung sirna saat melihat Tante Wenny sudah ganti ‘short pant’ yang sangat seksi saat kembali keluar dari kamarnya.

“Aku buatin minuman dulu, yaa…”

Ucchh mata tante genit itu melirik belalak sambil melepas senyuman dari pipinya yang ranum menunjukkan kejelitaannya. Aroma parfumnya sangat menggoda libidoku. Untuk membesarkan hatinya aku melototkan mataku memandang lekuk liku tubuhnya dengan penuh kekaguman Birahi. Aku semakin yakin bahwa ini semua hanya ulah Tante Wenny untuk menahan agar aku tidak cepat menghilang dari pandangan matanya. Ah, biarlah. Siapa tahu dapat rejeki nomplok.

Dengan 2 buah gelas besar penuh Coca Cola di tangan Tante Wenny keluar dan memberikan segelas buat Aku.

“Ambil Cah Bagus…” sapanya bergaya akrab, “Ayo minum… nggak perlu buru-buru khan?”

Duduk di seberang depanku mata Tante Wenny sebentar-sebentar mengamati penuh khayalan birahi padaku. Aku yakin kalau kuminta menjilati lubang pantatku pasti serta merta dia akan lakukan dengan sepenuh obsesinya. Aku tahu pula dia isteri yang kesepian karena sepanjang hari ditinggal kerja suaminya.

“Kamu koq bagus banget ssehh Ran..? Dulu mama kamu makan apa bisa melahirkan cah bagus Macam ini..?” lempar goda yang begitu berani dan agresif dari tante genit padaku. Aku nggak tahu mesti jawab apa. Aku diam saja. Aku mesti berlagak acuh dan ‘cool’.

“Jadi nggak menggeser lemari, Tante?”

“Oohh, pastii.. Sekarang?” dia berdiri.

Yang aneh tangannya disodorkan untuk kuraih dan yang terjadi kemudian adalah dia menarikku ke kamar tidurnya.

“Mari kutunjukkan lemarinya,” sambil terus menggelandang aku.

“Yang ini Cah Bagus.. Digeser ke kanan sedikit. Tante mau cerminnya mengarah ke tempat tidur hingga kalau Oom sama Tante tidur bisa sambil berkaca. Gituu..!” katanya sambil melempar senyum manisnya dengan penuh arti.

Aku baru meraih tepian lemari untuk mulai mendorong saat tiba-tiba bibir Tante Wenny memagut lenganku kemudian melata dan menyedot punggung tanganku. Duuhh.. Aku sepertinya disambar stroom listrik ribuan watt. Seluruh tubuhku langsung menggelinjang. Aku merasakan betapa haus dan sepinya Perempuan STW (setengah tua) ini. Tak kupungkiri sedotan bibir Tante Wenny langsung menyambar gairah syahwatku. Kontolku sudah ngaceng saat tangan Tante Wenny tak bisa kuhindari merabai celah-celah selangkanganku.

“Cc.. Cah Baguuss.. Ayolah.. Jangan acuh.. Cium aku.. Atau.. L.. Ludahi akuu.. Aku sangat Rindu sayaanngg…” sambil tangannya berusaha menggapai dan merangkul leherku berikut bibirnya Yang menantang bibirku. Aku masih bergaya acuh dan ‘cool’.

“Ayoo.. Ludahi aku Rendy.. Ludahi tante..”. Matanya itu.. Ahh.. Mata yang sungguh sangat Kehausan.

“Tolong Rendy.. Tolong tante inii.. Ayoo.. Mana ludahmuu..”

Dia merangsek berusaha memagut bibirku namun aku mengelak dan pagutan itu mendarat pada kulit leherku. Tante Wenny menjadi beringas, Dia memelukku keras sambil mengamukkan pagutannya pada leher, dagu, bawah kuping dan bahuku. Aku memang semakin terbakar. Namun gaya acuh dan ‘cool’-ku tetap aku pertahankan.

Sungguh indah menikmati bagaimana perempuan dengan penuh haus mengerjain dan menikmati tubuhku. Akhirnya aku terdorong dan jatuh ke kasur. Tante Wenny tak lagi bisa kubendung.

“Nanti saja menggeser lemarinya ya sayaanngg…”

“Kasihan Cah Bagus. Kamu mesti istirahat duluu yaa.. Mumpung Irwan nggak di rumah. Kamu Temenin Tante dulu yaa…” sambil tangan-tangannya terus menggerilya tubuhku.

“Acchh Tantee.. Jangan.. Nanti dilihat tetangga. Saat Rendy masuk tadi khan ada pembantu Bu Kirno sebelah rumah sedang nyapu,”

“Ahh.. Jangan khawatir. Dia hanya babu blo’on. Nggak akan berani ngomong apa-apa,” nada bicara yang didera nafsu birahi membuat Tante Wenny merendahkan pelayan sebelah rumahnya.

Kupuaskan Tante Dan Bu Guru Yang Sangean

Tante Wenny yang jelita ini bergerak jongkok dan seperti pelayan pada tuannya mulai melepasi sepatuku. Sebelumnya dia ciumi terlebih dahulu ujung-ujung sepatuku sambil.

“Sabar ya Cah Bagus.. Uuhh.. Kenapa kamu bagus banget sseehh..?”

Dia juga cium-cium kaos kakiku. Bahkan sesaat dia sumpalkan sendiri pada mulutnya sambil melepas wajah senyumnya padaku. Sebelum mulai melepasi celanaku mama Irwan yang jelita ini mencium, melumat dan menggigiti telapak Kakiku.

“Sayaang.. Kakimu indah banget. Bikin tante ngiler banget ssiihh..”

Dia ciumi, jilati dan kulum jari-jari Kakiku. Lidahnya menjilati celah-celah di antara jari-jari itu. Nampak bibir indah tante Wenny demikian Lahap mengecupinya. Seluruh tubuhku seperti terkena sengatan listrik. Ucchh.. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Hampir kutarik kakiku karena tak tahan rasa geli yang merambati saraf-sarafku. Sementara libidoku langsung terdongkrak. Kontolku ngaceng mendesaki celanaku. Akhirnya tangannya berhasil melepas kancing celanaku dan menariknya merosot kebawah, membuangnya ke lantai hingga aku tinggal bercelana dalam saja.

“Dduhh.. Duuhh.. Rendykuu.. Tante sudah lama merindukan macam ini,” tante Wenny langsung membenamkan mukanya ke selangkanganku. Dia menggigiti celana dalamku yang menonjolkan Kemaluanku. Aku merasakan giginya mengigit kenyalnya kontolku yang memang telah ngaceng berat. Tetapi tidak lama.. Akhirnya Tante Wenny merosot melata ke lantai menyergap kakiku yang terjuntai dari tempat tidur untuk Langsung menciuminya telapak kakiku. Dia kulum dan jilati jari-jari kakiku. Lidahnya menusuki celah-celah Jariku. Dduhh.. Bukan main nikmatnya. Lidahnya yang hangat lembut itu berusaha membersihkan aroma kakiku yang pasti berbau kaos kaki atau sepatu yang menusuk.

Demikian kegilaan dia mencium dan menggigit bagian ini sebelum akhirnya melata menuju betis-betisku. Gigi-giginya yang tajam terkadang menggigit sakit hingga aku mesti menahan dengan mengaduh desah dan menahan kepalanya. Namun semua itu justru membuat Tante Wenny semakin meliar. Didorongnya pahaku hingga aku terbalik tengkurap. Dalam posisi ini Tante Wenny kembali menyerang aku dari bawah. Lidah dan bibirnya mengecupi lipatan paha dan betisku. Uucch.. Rasanya tak tahan.. Aku tak pernah aku menikmati sentuhan seksual macam ini.

Tante Wenny yang usianya telah lebih 40 tahun ternyata nafsunya seperti magma gunung berapi. Yang aku kaget adalah saat ciuman itu terus merambah ke paha belakangku dan dengan cepatnya naik hingga wajahnya langsung nyungsep ke belahan pantatku. Yaa ampuunn.. Dengan histeris tante Wenny mengusel-uselkan wajahnya ke celah bokongku. Tante Wenny tanpa ragu menciumi pantatku. Bagi aku menjadi sensasi yang luar biasa saat lidahnya menggelitik dan menusuk-nusuk lubang pantatku ini. Sesekali dengan geregetan dia menggigit kecil. Bibir-bibir analku. Lidahnya berusaha menggerilya lubang duburku sambil nafasnya terdengar demikian memburu. Rasanya dia dalam keadaan birahi yang penuh kegilaan. Yang tak mungkin aku bisa menghentikannya. Dia sudah tenggelam dalam kejaran syahwatnya sendiri.

“Hecchh.. Huuchmm.. Rr, rre.. endd.. ,” gumamnya dalam tenggelam sambil dengan histeris lidahnya terus mencari-cari. Tanpa kusadari aku tertuntun untuk nungging tinggi. Naluriku adalah membuka celah bokongku agar muka Tante Yenny bisa lebih tenggelam dan lidahnya menemukan lubang analku.

“Acchh.. Rr.. Reendd….”

Berpegang pada bokongku sapuan dan sedotan lidah dan bibirnya di Lubang duburku semakin nikmat kurasakan. Entah kenikmatan macam apa yang didapatkan Tante Wenny dari analku ini. Mungkin aroma analku membuatnya mabuk kepayang padaku. Kubayangkan bagaimana seandainya Irwan yang sahabatku melihat bagaimana mamanya menjilati lubang taiku. Haa.. Haa.. Aku tertahan hingga menjelang makan siang.

Tante Wenny berhasil merangsang libidoku hingga aku tak mampu menahan air maniku tumpah ke mulutnya. Kulihat betapa rakus dia menjilati spermaku hingga bersih tanpa bekas. Yang tercecer di rambut kemaluanku, pahaku, batang dan pangkal kemaluanku bersih macam kena cuci saja. Uuchh.. Sangat nikmat merasai jilatan dan sedotan bibir ayu milik Tante Wenny Ini.

Yang lebih tak kumengerti adalah saat aku permisi ke kamar mandi untuk kencing. Saat pancuran kencingku mancur Tante Wenny menyusul masuk ke kamar mandi. Kupikir dia hanya hendak mengambil Sesuatu. Ternyata dia merangkul pinggulku dan bergerak jongkok menyongsong pancuran kencingku. Sambil matanya melirik ke aku, dia menengadahkan dan membuka mulutnya menampung cairan kuning pekat kencingku. Tanpa bisa kucegah dia memegangi kedua kakiku dan minum menenggak cairan pekatku itu.

“Jangan Tantee… jangaann..!,” tetapi aku tak mampu mencegahnya.

Juga aku tak mampu menghentikan kencingku yang memang sudah sangat mendesaki kandungannya. Sungguh mempesona melihat tante Wenny yang jelita setengah gelagapan dengan mulutnya yang sga-nga menerima pancuran kencing kuning pekat yang keluar dari penisku. Terdengar suara jatuhnya pancuran air kencing dalam rongga mulutnya itu. Sebagiannya dia minum seakan menjadi penawar Hausnya dan sesekali dia raupi wajahnya seperti orang mencuci muka dengan kencingku ini.

“Tante memang telah mengimpikan kencingmu sayaanngg.. Nikmat banget rasanya.. Tante puas Banget niihh…” katanya sambil mengusap raup wajahnya dengan air kencing yang dia tampung pada Kedua tangannya.

Lanjutannya seputar bu endang. Ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 2 SMU top di Kebayoran. Waktu itu usiaku masih 16 tahun. Walaupun banyak cewek teman kelas maupun kakak kelasku yang sering merayu, mengajak kencan atau terang-terangan bilang naksir padaku, bahkan ingin tidur dengan aku namun aku masih tetap perjaka ‘ting-ting’ dan sangat ‘idjo’ dalam hal seksual.

Cewek-cewek itu bilang bahwa aku adalah pemuda paling seksi di sekolahku. Bahkan mereka juga bilang mungkin se-Kebayoran hanya kepadakulah mereka ingin tidur denganku. Lebih gila lagi ada yang bilang sangat senang hati untuk menerimanya seandainya aku mau membuang air ludahku ke mulutnya. Edann.. Ternyata bukan hanya teman sekolahku yang pengin ngajak tidur aku. Dan ini baru aku sadari setelah aku berada di rumahnya dimana aku tak bisa lagi menghindar.

Dia adalah Bu Endang guru matematika SMU Kebayoran. Bu Endang adalah guru yang paling cantik di SMU-ku. Anak-anak bilang dia mirip dengan Desy Ratnasari itu artis sinetron asal Sukabumi. Yang aku heran bahwa Bu Endang ini baru saja menikah sekitar 3 minggu yang lalu. Bahkan orang tuaku hadir saat pernikahannya itu. Suaminya adalah seorang PNS Departemen Dalam Negeri. Sesekali suaminya itu bertugas meninjau ke daerah-daerah di tanah air. Dengan alasan banyak pekerjaanku yang salah saat bel pulang kelas berbunyi, sekitar jam 12.30 siang Bu Endang menahanku agar tidak pulang dulu.

“Kamu mesti memperbaiki PR-mu. Aku nggak mau dibuat repot. Kamu bawa semua buku-buku ini ke rumah ibu. Nanti kamu ibu ajari bagaimana mengerjakan PR dengan benar,” katanya dengan nada kesal atau marah padaku.

Siang itu aku tidak boleh pulang dan mesti belajar matematika pada Bu Endang di rumahnya. Dengan Honda bebek-nya Bu Endang meluncur pulang lebih dahulu. Aku mesti menyusul naik kendaraan umum sambil membawa buku-bukunya yang cukup berat ini. Ah, mungkin inilah hukumanku karena pekerjaanku yang tidak bener itu. Anehnya sesampainya di rumahnya, Bu Endang menyambut aku dengan sangat ramah. Wajah marah atau kesal di kelas tadi sama sekali tak nampak lagi.

“Sini Rendy. Kamu taruh tuh buku-buku ibu di meja. Jangan malu-malu. Kamu makan siang dulu, ya, sama ibu. Bapak lagi dinas ke Kalimantan, jadi ibu sendirian koq. Mau minum apa?”

Dia rangkul pinggulku menuju meja makan. Ah, ini mah lebih dari ramah. Rangkulannya itu demikian mesra membuat aku langsung merinding bergetar. Rasanya aku belum pernah dirangkul perempuan macam begini. Tangannya yang lembut itu mengelusi pinggulku. Bahkan ada sekali sedikit mencubit aku. Nampaknya semua itu merupakan tanda atau sinyal yang dilepaskan Bu Endang padaku. Karena aku nggak tahu mesti bagaimana, jadi yaa… ngikut saja kemauannya. Yang kupikirkan hanyalah mudah-mudahan matematikaku cepet benar dan aku bisa lekas pulang.

Selesai makan dia kembali merangkul mesra dan membimbing aku ke sofa ruang tamunya. Dan ternyata hari itu sama sekali tak ada matematika di rumah Bu Endang. Sejak awal duduk di sofanya, Bu Endang langsung mengelusi pahaku. Dia bilang.

“Rendy… kamu menjadi idaman banyak cewek di sekolah. Kamu pasti tahu, khan? Sudahlah, matematikamu nanti biar ibu yang bantu benerinnya. Ibu pengin istirahat sambil ngobrol dulu sama kamu. OK?” Bu Endang menutup kata-katanya sambil tangannya mengambil tanganku dan meremasi jari-jariku.

Edan… nggak tahu kenapa tanpa sadar aku membalas remasannya. Akibatnya Bu Endang langsung menjadi liar. Pasti dia berpikir bahwa aku merespon apa yang dia mau. Duduk di sofa saling berhimpitan Bu Endang semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku. Remasan tangannya menjalar menjadi cemolan di pahaku. Greenng.. Saraf birahiku bangkit dan tak ayal lagi kemaluanku ngaceng mendesaki celana SMU-ku.

Uucchh.. Aku malu banget kalau sampai Bu Endang melihatnya. Tetapi dia memang telah melihatnya.

“Nggak usah malu Rendy.. Ini tandanya kamu normal dan sehat. Baru kesenggol sedikit saja langsung tegang berdiri.. Hii.. Hii.. Hii…” canda Bu Endang dengan senyumannya yang amat menawan yang membuat suasana menjadi lebih mencair.

Namun mukaku tetap berasa kemerahan karena malu. Aku cepat menyadari pula rupanya Bu Endang memang telah merencanakan perjumpaan macam ini denganku. Aku merasa blo’on banget, walaupun pada dasarnya aku senang dengan apa yang sedang terjadi ini. Aku menengokkan wajahku. Acchh.. Wajah-wajah kami ternyata telah begitu berdekatan.

Mata Bu Endang rasanya menusuki kedalaman mataku untuk mendapatkan kepastian. Dan aku tetap blo’on saat tiba-tiba bibirnya telah menyentuh dan langsung menyedot kecil bibirku. Itulah pembukaan yang dilakukan Bu Endang padaku. Mengerti kalau akhirnya aku diam dan ‘cool’ Bu Endang kembali meliar. Dia peluk dan pagut aku. Bibir lembutnya melumat bibirku. Aku sedikit gelagapan dan hampir terjatuh dari sofa tempat dudukku. Situasi itu membuat aku merangkul Bu Endang secara reflek. Dan itulah yang ditungu-tunggunya.

Dia mendesah, “Hhaacchh.. Hheecchh.. Rranddii…” dengan sepenuhnya kini memeluk tubuhku.

Kurasakan remasan tangan-tangan halusnya pada punggung mengiringi lumatan bibirnya pada bibirku. Aku merem melek kaget namun uucchh.. Nikmatnyaa.. Aroma parfum Bu Endang menyergap hidungku dan aku mulai berasa melayang dalam nikmatnya berasyik masyuk dengan perempuan ayu macam Bu Endang yang dalam pelukanku pula kini.

“Bapak nanti bagaimana Bu..??”

“Sshh.. Jj.. Jangan bicara itu sayangg.. Aku sangat rindu kamu.. Aku sangat inginkan kamu.. Ayoo Rendy.. Peluk ibu yang lebih erat lagii…” rupanya dia tak mau aku bicara tentang suaminya.

Ah.. Urusannyalah. Dan Bu Endang menggunakan kesempatan bersama aku ini dengan sepenuh kerinduan akan belaian syahwatnya. Dia hempaskan aku ke sofa dan tindih tubuhku.

Dia meracau, “Rendy.. Kamu tampan banget siihh.. Aku sayang kamu Rendy.. Boleh ya? Bolehh.. Khan?? Rendyi.. Hhcchh…” terdengar nafasnya yang memburu dan suaranya serak menahan gelora nafsunya.

Dan tangan-tangannya yang lentik itu terasa tak sabar mulai melepasi kancing kemeja SMU-ku. Aku jadi bengong juga akan nafsunya yang demikian menggebu padaku.

“Rendy.. Ibu sayang kkhaamuu.. Rendy, oohhcch Ren.. Dyyy…” racau Bu Endang tak henti-hentinya.

Saat kancing kemejaku telah lepas mukanya langsung merangsek dadaku. Kurasakan bibirnya mulai dengan halus melumat buah dadaku. Lidahnya menyapu dan kemudian disusul dengan bibirnya yang mengecupi dan mengigit penuh haus pada pentil-pentilku. Aku tak tahan menahan gelinjangku, aku juga mengeluarkan desahan dan erangan. Tangan Bu Endang meremasi punggung dan turun ke pinggulku.

Duuhh.. Sungguh dahsyat birahi ini.. Kutengok perempuan cantik se usia bibiku ini seperti ular sanca yang sedang menancapkan taringnya pada dadaku. Kepalanya bergeleng untuk mengetatkan gigitannya. Lumatan bibirnya membuat aku melayang dalam lambung nikmat tak terkira. Bu Endang rasanya telah melupakan semuanya termasuk pada suaminya yang baru menikahinya 3 minggu yang lalu. Kemudian mulut ular sanca itu melata dan merambah perutku dan terus turun lagi.

Saat bibirnya menyentuh ikat pinggangku taringnya kembali menggigit agar tidak melepaskannya. Tangan-tangan Bu Endang dengan sigap melepasi ikat pingang dan kancing celanaku. Dengan tak sabar dia tarik dan dorong celanaku ke bawah hingga betisku. Wajahnya langsung menenggelamkan ke celana dalam dan selangkanganku. Dia menciumi dengan ganasnya. Oocchh.. Perempuan ayuu.. Begitu buas dia merangsekkan mukanya. Dia hirup aroma-aroma yang menebar dari selangkangan dan celana dalamku.

“Reeenddii.. Uucchh.. Ree.. Nddii.. Ibuu saayngg.. Kkaamuu…” racaunya yang terus membising.

Aku memang tak mampu menahan gelinjangku. Syaraf-syaraf peka yang tertebar pada pori selangkangan dan pahaku membuat aku merasakan kegatalan shyawat yang sangat dahsyat. Kucabik-cabik rambut Bu Endang dan kuremas-remas dengan sangat kerasnya. Jilatan dan lumatan bibir Bu Endang membuat aku menggeliat-geliat tanpa menahan diri. Seluruh syaraf-syaraf birahiku terbangkit merambatkan kegelian tak tehingga.

“Ampuunn.. Buu.. Ooiicchh.. Jj.. Jangaann…” entah ngomong apa lagi aku.

Rasanya asal bersuara. Aku memerlukan saluran emosiku yang menggelegak karena ulah Bu Guru cantikku ini. Rambut Bu guruku yang cantik itu langsung awut-awutan, namun Bu Endang tidak mengeluh. Dia terus menggilakan wajahnya men-‘dusel-dusel’ ke selangkanganku. Kemaluanku menjadi tegak keras seperti tongkat mahoni. Bu Endang tanpa ragu menciumi dan menjilatinya. Basah precum di ujung penis dia jilati dengan rakus. Nampak wajahnya menyeringai dalam matanya yang setengah terbeliak larut dalam puncak nikmatnya yang tak bertara. Aku tak mampu menahannya.

“Adduhh.. Bb.. Bu.. Saya nggak ttahann.. Ggelii.. Bbuu..”

Kuseret tubuh Bu Endang ke atas hingga tubuhnya menindih tubuhku. Kurangkul dengan ketat bahunya dan kucium bibirnya. Aku melumat penuh kegilaan sambil menyedoti ludah-ludahnya. Kami bergelut bak dua ular yang sedang memperebutkan mangsa. Pada saat bersamaan tangan Bu Endang meraih kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluannya. Aku tahu, dia mau aku memasukan batang kemaluanku ke rongga kemaluannya.

Terus terang tiba-tiba rasa takut menyergap aku. Aku takut Bu Endang hamil. Aku takut Bu Endang akan memaksa aku menjadi suaminya karena kehamilannya itu. Aku takut dia akan memperkarakan ke pengadilan dan mempermalukan aku, mempermalukan orang tuaku. Aku takut menjadi berita di koran Pos Kota atau Lampu Merah atau berpuluh tabloid lainnya yang banyak beredar di Jakarta saat ini. Aku takut tak lagi menyandang predikat pemuda atau perjaka. Lucu juga ketakutanku macam itu pada waktu itu.. Tetapi Bu Endang tak habis cara. Tetap melayani pagutanku, dengan tubuhnya yang setengah menduduki selangkanganku dengan penisku yang tegang kaku dengan cepat terjadilah..

Blezz..

Seluruh batang kemaluanku telah amblas ditelan kemaluan Bu Endang. Tak ada kesempatan untukku. Bu Endang langsung bergerak naik turun memompakan pantatnya yang mendorong memek atau vaginanya menelani batang keras penisku ini. Ascchh.. Akhirnya.. Hanya Bu Endanglah yang berhasil menggapai keperjakaanku. Dan nikmat yang kuterima.. Sungguh tak bisa kulukiskan.. Batang penisku terjepit oleh dinding hangat yang legit. Memek Bu Endang menyedot-nyedot urat-urat sensitif yang tersebar di seluruh permukaan batang penisku.

Kenikmatan itu demikian bergerak penuh pergantian setiap Bu Endang menarik atau mendorong pantatnya yang membantu kemaluannya melahapi kenisku. Ammppunn.. Buu.. Enaakk bangett.. Ssiihh.. Kini aku menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang demikian kehausan diserang orgasmenya. Mula-mula mata di wajah cantiknya itu mendelik dan membeliak dengan kelopak yang menelan bulatan hitam matanya dan menyisakan warna putih pinggirnya.

Keadaan itu disertai dengan desah keras yang sangat mengenaskan sebagaimana kijang yang sekarat dalam terkaman pemangsanya. Dengan tangannya yang nyaris mencekik leherku Bu Endang menancapkan cakarnya pada bahu samping leherku itu. Dengan keringat yang deras mengucur dia tekan lebih membenam kemaluannya untuk menelan kemaluanku lebih dalam. Pada detik-detik itu kurasakan kedutan-kedutan keras menggilas-gilas batang penisku. Yang kemudian terdengar adalah auman atau teriakan tanpa tertahan dari mulut ayu Bu Endang

“Rr.. eenndyy.. Tt.. Toloonngg.. Renndy.. Ampunii ibbuu.. Yaa.. Rrenddyy.. Ii,” kemudian ‘bruukk’ tubuhnya jatuh terhempas ke dadaku. Tubuh penuh keringat itu langsung berkejat-kejat beberapa saat sebelum akhirnya diam dan beku kecuali menyisakan tarikan nafas yang cepat dan tersengal. Aku langsung merasa iba dan tanganku nampak mengusap-usap punggungnya.

“Haacchh.. Maafin ibu yaa.. Rendyyy…” tubuhnya merosot ke kasur dengan lunglai.

Tangannya kembali jatuh ke dadaku. Situasi hening beberapa saat. Aku menyesuaikan kehendak Bu Endang. Aku tak bergerak dan membiarkan dia melepas lelahnya. Hari itu aku pulang jam 5 sore. Bu Endang memuasi aku dengan mulutnya yang mengulum-kulum penisku. Dia minum spermaku.

“Rendy, inilah tanda ibu sayang sama kamu. Pada bapak (suaminya) aku nggak pernah lakukan begini. Aku rasanya geli. Jijik begitu. Tetapi pada kamu Rendy, justru aku selalu mengimpikannya. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya menelan air manimu. Auucchh.. Terima kasih banget yy.. Sayaanngg..”

Sebelum aku pulang Bu Endang memberi aku uang namun kutolak. Apa jadinya nanti.. Bu Endang berharap aku datang lagi selama suaminya belum pulang. Namun aku tak pernah datang lagi. Aku tetap saja takut kalau Bu Endang hamil karena ulahku. Sekali aku kepergok dengannya saat ada pesta olah raga antar sekolah.

Pada waktu itu usai pertandingan di sekolah (aku pemain volley SMU-ku) aku tertinggal pulang sehingga aku berjalan cukup jauh sebelum ketemu halte angkutan kota. Tiba-tiba sebuah mobil menepi tepat di sampingku. Bu Endang membuka kaca pintunya dan menyilahkan masuk. Aku nggak enak untuk menolaknya. Rupanya dia berkesempatan membawa mobil suaminya.

“Apa kabar Rendy?” sambil meremas selangkanganku yang membuat kontolku langsung ngaceng berdiri.

Tidak langsung menjalankan mobilnya Bu Endang justru menepi, “Ibu kangen ini Rendy, boleh yaa…”

Sebelum aku menjawabnya tangan-tangannya yang cantik gemulai itu sudah menarik resluiting celanaku dan bahkan langsung merogoh dan kemudian membetot keluar kontolku. Tangannya beberapa saat mengurut-urut hingga aku memperdengarkan desahanku. Dengan mesin tetap menyala agar ruangan mobil tetap dingin ber-AC Bu Endang langsung merunduk dan menyosor.

Cerita sex : Selimut Duka Kenikmatan

Kontolku di emut-emut dan kulum-kulum hingga spermaku muncrat. Menjelang muncrat kuraih kepalanya yang nampaknya rapi ditata salon rambutnya. Kuremasi tatanan rambut itu hingga awut-awutan. Menjelang muncrat aku berteriak tertahan. Kutekan kepala Bu Endang agar menelam lebih dalam. 6 atau 7 kedutan besar kemaluanku memuncratkan cairan hangat air maniku ke haribaan mulut Bu Endang. Nampaknya di tersedak-sedak. Namun dia ucapkan terima kasih tak habis-habisnya padaku sebelum aku diturunkan di halte angkutan kota tidak jauh dari sekolahku.

#Kupuaskan #Tante #Dan #Guru #Yang #Sangean

Cerita Sex Bergambar Menikmati Memek Mulus Tante Keturunan Arab Terbaru Malam Ini

Menikmati Memek Mulus Tante Keturunan Arab Making love sampek nyerah – Aku mendapat tugas ke sebuah kota kabupaten di Kawasan Timur Indonesia. Ada sebuah peluang proyek baru disana. Aku berangkat dengan seorang Direktur. Setelah bertemu dengan para pejabat yang berwenang dan mengutarakan tujuan kedatangan kami, maka Direktur tersebut pulang terlebih dahulu karena masih ada urusan lain di Jakarta.

Tinggalah aku disana mengurus semua perijinan sendirian saja. Hotel tempatku menginap adalah sebuah hotel yang tidak terlalu besar, namun bersih dan enak untuk tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota, sepi, aman, dan transport untuk kemana-mana relatif mudah. Aku mendapat kamar dilantai 2 yang letaknya menghadap ke laut.

Setiap sore sambil beristirahat setelah seharian berputar-putar dari satu instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil melihat laut. Para karyawan hotel cukup akrab dengan penghuninya, mungkin karena jumlah kamarnya tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup akrab dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan tamu lain atau karyawan hotel. Kadang-kadang dengan setengah bercanda aku ditawari selimut hidup oleh karyawan hotel, mulai dari room boy sampai ke security. Mereka heran selama hampir 3 minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku tersenyum saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku masih tersita ke pekerjaan.

Tak terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel. Karena surat-surat yang diperlukan sudah selesai, aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai mencari hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan kehangatan tubuh perempuan setelah bergumul selama 2 ronde dengan seorang gadis panggilan asal Manado. Aku mendapatkannya dari security hotel. Meskipun orangnya cantik dan putih, tetapi permainannya tidak terlalu istimewa karena barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi lumayanlah buat mengurangi sperma yang sudah penuh.

Dua hari lagi aku akan pulang. Transportasi di daerah ini memang agak sulit. Untuk ke Jakarta aku harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti pesawat ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi dalam 1 minggu hanya ada 4 penerbangan dengan twin otter yang kapasitasnya hanya 17 seat. Belum lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang tiba-tiba harus berangkat. Aku yang sudah booking seat sejak seminggu yang lalu, ternyata masih masuk di cadangan nomor 5.

Alternatifnya adalah dengan menaiki kapal laut milik Pelni yang makan waktu seharian untuk sampai ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat pesawat terpaksa naik kapal laut. Sore itu aku ngobrol dengan security, yang membantu mencarikan perempuan, sambil duduk-duduk di cafe hotel. Kami membicarakan gadis Manado yang kutiduri tadi malam.

Kubilang aku kurang puas dengan permainannya. Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada wanita yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan bertubuh tinggi, mungkin 168 cm, badannya sintal dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan bukan wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah Timur Tengah. Security itu mengedipkan matanya ke arahku. ” Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke, Arab punya,” katanya.

Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security di sampingku.
“Dewi, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini,” kata security itu.
“Aku mau ke karaoke dulu,” balas wanita tadi. Ternyata namanya Dewi. Dewi berjalan kearah meja karaoke dan mulai memesan lagu.

Ruangan karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi kalau yang menyanyi suaranya bagus lumayan buat hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa berantakan. Untuk karaoke tidak dikenakan charge, hanya merupakan service cafe untuk tamu yang makan disana. “Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan. Siapa tahu cocok dan jadi,” kata security tadi kepadaku. Aku berjalan dan duduk didekat Dewi. Kuulurkan tanganku, “Boleh berkenalan ? Namaku Jokaw”.

“Dewi,” jawabnya singkat dan kembali meneruskan lagunya. Suaranya tidak bagus cuma lumayan saja. Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di kampung.
Beberapa lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat yang dinyanyikan wanita ini agaknya tinggal di Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe di dekatnya.
“Sendirian saja nona atau …,” kataku mengawali pembicaraan.
“Panggil saja namaku, Dewi,” katanya.

kami mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Dewi berasal dari Gorontalo. Ia memang berdarah Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku ini. Hidungnya mancung khas Timur Tengah, kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk badannya sintal dan kencang dengan payudaranya terlihat dari samping membusung padat.

Kutawarkan untuk mengobrol di kamarku saja. Lebih dingin, karena ber-AC, dan lebih rileks serta privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke dalam kamar. Security tadi kulihat mengangkat kedua jempolnya kearahku. Di dalam kamar, kami duduk berdampingan di karpet dengan menyandar ke ranjang sambil nonton TV. Dewi masuk ke kamar mandi dan sebentar kemudian sudah keluar lagi.

Kami melanjutkan obrolan. Ternyata Dewi seorang janda gantung, suaminya yang seorang pengusaha, keturunan Arab juga, sudah 2 tahun meninggalkannya namun Dewi tidak diceraikan. ia sedang mencoba membuka usaha kerajinan rotan dari Sulawesi yang dipasarkan disini. Dikta ini dia tinggal bersama familinya. Ia main ke hotel, karena dulu juga pernah tinggal di hotel ini seminggu dan akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe. dari tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja kebutuhan cafe.

Kulingkarkan tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit menggerinjal namun tidak ada tanda-tanda penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas bahunya dan perlahan-lahan tangan kiriku menuju kedadanya. Sebelum tangan kiriku sampai di dadanya, ia menatapku dan bertanya, “Mau apa kamu, Jokaw ?” Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Kupegang dagunya dengan tangan kananku dan kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum juga membalas ciumanku. “Ayolah Dewi, 2 tahun tentulah waktu yang cukup panjang bagimu. Selama ini tentulah kamu merindukan kehangatan dekapan seorang laki-laki,” kataku mulai merayunya.Kuhembuskan napasku ke dekat telinganya. Bibirku mulai menyapu leher dan belakang telinganya.
“Akhh, tidak.. Jangan..,” rintihnya.

“Ayolah Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya suami Arab-mu itu, namun aku bisa membantu menuntaskan gairahmu yang terpendam”.
Ia menyerah, pandangan matanya meredup. Kucium lagi bibirnya, kali ini mulai ada perlawanan balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia mendesah dan membalas ciumanku dengan berapi-api. Tangannya meremas kejantananku yang masih terbungkus celana.

Kududukan ia ditepi ranjang. Aku berdiri didepannya. tangannya mulai membuka ikatan pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian menyusup ke balik celana dalamku. Dikeluarkannya kejantananku yang mulai menegang. Dibukanya celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku sudah dalam keadaan polos. Mulutnya kemudian menciumi kejantananku, sementara tangannya memegang pinggangku dan mengusap kantung zakarku. Lama kelamaan ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat pada kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku dengan mengulum kejantananku dan menggerakan mulutnya maju mundur.

Tangannya menyusup ke bajuku dan memainkan putingku. Kubuka kancing bajuku agar tangannya mudah beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan pantatkupun bergerak maju mundur menyesuaikan dengan gerakan mulutnya. Aku tak mau menumpahkan sperma dalam posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa kesulitan segera saja kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak jarang dan berwarna kemerahan. Kemaluannya terlihat sangat menonjol di sela pahanya, seperti sampan yang dibalikkan. Ia membuka kausnya sehingga sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.

Kujilati tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke lipatan pahanya. Sesekali kusapukan bibirku di bibir . Lubang terasa sempit ketika lidahku mulai masuk ke dalam .

Ia merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang sebelah menekan kepalaku sementara tangan satunya meremas rambutnya sendiri. Kumasukan jari tengahku ke dalam lubang , sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia memekik perlahan dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri. Tubuhnya melengkung ke belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia merapatkan selangkangannya ke kepakalu. Kulepaskan bajuku dan kulempar begitu saja ke lantai. Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia berjongkok dan, “Sllruup..”. Kembali ia menjilat dan mencium penisku beberapa saat. Ia naik keatas ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan di mulutku. Tangannya menarik kepalaku meminta aku agar menjilat dalam posisi demikian.

Kuangkat kepalaku dan segera lidahku menyeruak masuk ke dalam liang . Tanganku memegang erat pinggulnya untuk membantu menahan kepalaku. Ia menggerakan pantatnya memutar dan maju mundur untuk mengimbangi serangan lidahku. Gerakannya semakin liar ketika lidahku dengan intens menjilat dan menekan klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga bagian kemaluannya semakin menonjol. tangannya kebelakang diletakan di pahaku untuk menahan berat tubuhnya.

Ia bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku menindihnya. Kubuka bra-nya dan segera kuterkam gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku kugesekan pada ujung putingnya. Mendapat serangan demikian ia merintih “Jokaw, ayo kita lakukan permainan ini, Masukan sekarang..”. Tangannya menggenggam erat penisku dan mengarahkan ke lubang . Beberapa kali kucoba untuk memasukannya tetapi sangat sulit. Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi kurasakan sudah basah oleh lendirnya dan ludahku, namun kini ketika aku mencoba untuk melakukan penetrasi kurasakan sulit sekali.

Penisku sudah mulai mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum juga menembus . Aku ingat ada kondom di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2 lagi aku pakai tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan permukaan kondom yang licin lebih mudah melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk mengambilnya, Dewi kelihatan sudah di puncak nafsunya dan ia tidak memberikan sinyal untuk memakai kondom. Kukocokkan penisku sebentar untuk mengencangkannya. Kubuka pahanya selebar-lebarnya. Kuarahkan penisku kembali ke liang.

“Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan,” rintihnya.
Kepala penisku sudah melewati bibir . Kudorong sangat pelan. sangat sempit. Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah punya anak dan menurut ceritanya penis suaminya satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku berpikir bagaimana caranya agar penis suaminya bisa menembus. Penisku kumaju mundurkan dengan perlahan untuk membuka jalan nikmat ini. Beberapa kali kemudian penisku seluruhnya sudah menembus lorong . Aku merasa dengan kondisi yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas. Mungkin kalau ronde kedua aku dapat bertahan lebih lama. Akan kuambil cara lain agar aku tidak jebol duluan.Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia menindihku. Dewi bergerak naik turun menimba kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan kontraksi sekedar bertahan saja supaya penisku tidak mengecil.

Dewi merebahkan tubuhnya, merapat didadaku. Kukulum payudaranya dengan keras dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia mendengus-dengus dan bergerak liar untuk merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi kombinasi naik turun, berputar dan maju mundur. Luar biasa vagina wanita Arab ini, dalam kondisi aku dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak kalah. Untuk mempertahankan diri kubuat agar pikiranku menjadi rileks dan tidak berfokus pada permainan ini.
15 menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya Dewi sudah ingin mengakhiri babak pertama ini. Ia memandangku, kemudian mencium leher dan telingaku.

“Ouhh.. jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde pertama biasanya suamiku akan kalah, namun kami masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar lagi.. Aku..”.
Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini saatnya beraksi. Kukencangkan otot penisku dan gerakan tubuh Dewipun semakin liar. Akupun mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah. Ketika ia bergerak naik, pantatku kuturunkan dan ketika ia menekan pantatnya ke bawah akupun menyambutnya dengan mengangkat pantatku. Kepalanya bergerak kesana kemari. Rambutnya yang hitam lebat acak-acakan. sprei sudah terlepas dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas ranjang semuanya sudah jatuh ke lantai. Keadaan diatas ranjang seperti kapal yang pecah dihempas badai. Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu gerakan kami. Suaranya berderak-derak seakan hendak patah. Akupun semakin mempercepat genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh di dermaga kenikmatan. Semenit kemudian..
“Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh,” Dewi memekik.

Punggungnya melengkung ke atas, mulutnya menggigit putingku. Kurasakan aliran kenikmatan mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi. Ketika pantatnya menekan ke bawah, kupeluk pinggangnya dan kuangkat pantatku.
“Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku sampaiihh!”
Ia memberontak dari pelukanku sampai peganganku pada pinggulnya terlepas. pantatnya naik dan segera diturunkan lagi dengan cepat.

“Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga..”.
Kakinya mengunci kakiku dan badannya mengejang kuat. dengan kaki saling mengait aku menahan gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya menggigit lenganku sampai terasa sakit. Denyutan dari dinding saling berbalasan dengan denyutan dipenisku. Beberapa detik kemudian, kami masih merasakan sisa-sisa kenikmatan. ketika sisa-sisa denyutan masih terjadi badannya menggetar. Ia berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari . Sebagian sperma mengalir keluar dari di atas perutku. Dewi berguling ke samping setelah menarik napas panjang.
“Luar biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah menang dalam ronde pertama, memang dalam berhubungan ia sering mengambil posisi di atas. tapi kami sanggup membawaku terbang ke angkasa,” katanya sambil mengelus dadaku.

“Akupun rasanya hampir tidak sanggup menandingimu. Mungkin sebagian besar laki-laki akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain denganmu. Milikmu benar-benar sempit,” kataku balas memujinya.

Memang kalau tadi aku harus bermain diatas, rasanya tak sampai sepuluh menit aku pasti sudah KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main genjot saja, teknik bro!
“Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab ya?”
“Nggak ah, asli Indonesia lho..”.
Ia masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak ia mandi bersama dan setelah itu kami duduk di teras sambil minum soft drink dan melihat laut. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam dam kaus tanpa lengan.

Ia mengenakan kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutup dengan selimut yang dililitkan tanpa mengenakan pakaian dalam. Ia duduk membelakangiku. Tubuhnya disandarkan di bahuku. Mulutku sesekali mencium rambut dan belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari mulutku dan kusambut dengan ciuman ringan. Tangan kanannya melingkar di kepalaku.
“Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini denganku?”tanyaku.

“Aku dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti cara mengatasinya. Aku selalu siap sedia, siapa tahu terjadi hal yang diinginkan seperti sore ini. Aku sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi tadi.

Tenang saja, toh kalaupun hamil bukan kamu yang menanggung akibatnya.” katanya enteng. Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja aku tadi tidak berlaku konyol dengan memakai kondom. Mungkin saja sejak ditinggal suaminya ia sudah beberapa kali bercinta dengan laki-laki. Tapi apa urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang penting malam ini ia menjadi teman tidurku. Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk menikmati sunset. Gairahku mulai timbul lagi. Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi ke pinggangnya. Kususupkan tanganku kebalik bajunya dan kuremas dadanya.
“Hmmhh..,” ia bergumam.

“Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga mulai kencang dan dingin,” kataku.
Kamipun masuk ke dalam kamar sambil berpelukan. Sekilas kulihat tatapan iri dan kagum dari tamu hotel di kamar yang berseberangan dengan kamarku.
“I want more, honey!” kataku.

kami bersama-sama merapikan sprei dan bantal yang berhamburan akibat pertempuran babak pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut yang menutup bagian bawah tubuhnya. Kurebahkan Dewi di ranjang. Kubuka kausku dan aku berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.

Dewi mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke tubuhku dan ditariknya celana pendekku. Sebentar kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi dengan lincahnya di selangkanganku. Aku mengusap-usap tubuhnya mulai dari bahu, dada sampai ke pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.

Lima menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya dan kuposisikan kakinya menjuntai ke lantai. Kubuka mini bar dan kuambil beberapa potong es batu di dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan aku berjongkok di depan kakinya. Kurenggangkan kedua kakinya lalu dengan jariku bibir kubuka.

Bibirku segera menyorongkan es batu ke dalam yang merah merekah. Ia terkejut merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit meronta, namun kutahan dengan tanganku.
“Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup Kaw!” ia berteriak.

Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus melanjutkan aksiku. Rupanya sensasi dingin dari es batu di dalam membuatnya sangat terangsang. Kujilati air dari es batu yang mencair dan mulai bercampur dengan lendir .
“Jokaw.. Maniak kamu..,” ia masih terus memekik setiap kali potongan es batu kutempelkan ke bagian dalam bibir vagina dan klitorisnya.

Kadang es batu kupegang dengan jariku menggantikan bibirku yang tetap menjilati seluruh bagian . Kakinya masih meronta, namun ia sendiri mulai menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia menggigit ujung bantal dengan kuat untuk menahan perasaannya.

Akhirnya semua potongan es batu yang kuambil habis. Aku masih meneruskan stimulasi dengan cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk berjaga-jaga akan kuransang dia sampai mendekati puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika bermain dengannya.

Kurang lebih sepuluh menit aku melakukannya. Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya kugaruk dan kemudian kujepit dengan jariku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar aku menghentikan aksiku dan segera melakukan penetrasi, namun aku masih ingin menikmati dan memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama. Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan kanannya memegang kepalaku dan menekannya ke celah pahanya. Tangan kirinya meremas-remas payudaranya sendiri.

Aku duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan kenikmatan pada penisku melalui lidah dan mulutnya. Dikulumnya penisku dalam-dalam dan diisapnya lembut. Giginya juga ikut memberikan tekanan pada batang penisku. Dilepaskannya penisku dan kini dijepitnya dengan kedua payudaranya sambil diremas-remas dengan gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan pinggulku maju mundur sehingga peniskupun bergesekan dengan kulit kedua payudaranya.

Kuubah posisiku dengan menindihnya berhadapan, kemudian mulutku bermain disekitar payudaranya. Dewi kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah gerakan tangannya sudah memegang dan mengocok penisku dengan menggesekannya pada bibir . Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-hati.

Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian bibirnya yang sudah setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami segera berciuman dengan ganas sampai terengah-engah. Penisku yang sudah mengeras mulai mencari sasarannya. Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat pantatku “Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!”
Tangannya menggenggam penisku dan mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah. Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil inisiatif untuk membuka lebar-lebar kedua kakinya. Dengan perlahan dan hati-hati kucoba memasukan penisku kedalam liang . Masih sulit juga untuk menembus bibir . tangannya kemudian membuka bibir dan dengan bantuan tanganku maka kuarahkan penisku ke vagina. Begitu melewati bibir , maka kurasakan lagi sebuah lorong yang sempit. Perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur dan memutar maka beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos kedalam liang . Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menunggu agar pelumasan pada lebih banyak. Ketika kurasakan sudah lebih licin, maka kutingkatkan tempo gerakanku. Dewi masih bergerak pelan, bahkan cenderung diam dan menungguku untuk melanjutkan serangan berikutnya.

Kupercepat gerakanku dan Dewi bergerak melawan arah gerakanku untuk menghasilkan sensasi kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak liar. Tangannya memeluk leherku dan bibirnya melumat bibirku dengan ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi dengan cepat. Kubisikkan untuk berganti posisi menjadi doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan tangannya terjulur kebelakang menggenggam penisku dan segera menyusupkannya kedalam . Kugenjot lagi dengan menggerakkan pantatku maju mundur dan berputar. Kurebahkan badanku di atasnya. kami berciuman dengan posisi sama-sama tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan melakukan aksi kegiatannya.

Aku menusuk dengan gerakan cepat berulang kali. Iapun mendesah sambil meremas sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang kedua ini, Dewi semakin keras berteriak dan sebentar-bentar mengejang. terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.

Dewi berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot . Kusedot putingnya dan kugigit bahunya. Kutarik rambutnya sampai mendongak dan segera kujelajahi daerah sekitar leher sampai telinganya. Ia semakin mendesah dan mengerang dengan keras. Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera kututup bibirnya dengan bibirku. Ia menyambut bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya menyusup ke mulutku dan menggelitik langit-langit mulutku. Aku menyedot lidahnya dengan satu sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang masuk ke dalam rongga mulutnya. kami berguling sampai Dewi berada di atasku. Dewi menekankan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong kenikmatannya.

“Ouhh.. Dewi,” desahku setengah berteriak.
Dewi bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti disedot sebuah pusaran. Dewi mulai mempercepat gerakannya, dan kusambut dengan irama yang sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai kepalaku mendongak dan segera mencium dan menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku memberikan suatu sensasi tersendiri.

Dewi bergerak sehingga kaki kami saling menjepit. kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan kedua kakinya. dalam posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa nikmat sekali.
Kepalanya direbahkan didadaku dan bibirnya mengecup putingku.

Kuangkat kepalanya, kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilati dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

Dewi kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban dan cepat berselang-seling. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku masuk terbenam dalam-dalam menyentuh rahimnya.

kakinya bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini kedua kakiku dijepit dengan kedua kakinya. Dewi menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakan pantatnya maju mundur sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.

Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut namun kuat. Semakin lama semakin cepat ia menggerakkan pantatnya, namun tidak menghentak-hentak. darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat disekujur tubuhku.

“Ouhh.. Sshh.. Akhh!” Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan.

“Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu”.
Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit leherku. Aku sangat suka sekali ketika hidungnya bersentuhan dengan kulit leherku.

“Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi!” ia mendesah. Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk bertahan sebentar lagi.
Aku bangkit dan duduk memangku Dewi. Penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerakan maju mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan tubuhnya direbahkan ke belakang. Kini aku yang harus bergerak aktif.

Kulipat kedua lututku dan kutahan tubuhnya di bawah pinggangnya. Gerakanku kuatur dengan irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja yang masuk sampai beberapa hitungan dan kemudian sesekali kutusukkan penisku sampai mentok. Ia merintih-rintih, namun karena posisi tubuhnya ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Kini aku sepenuhnya yang mengendalikan permainan, ia hanya dapat pasrah dan menikmati. Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bahuku. Kugulingkan tubuhku, kini aku berada diatasnya kembali. Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku. Kutarik badannya sehingga selangkangannya dalam posisi menggantung merapat ke tubuhku. Kaki kirinya kujepit di bawah ketiak kananku. Dengan posisi duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan perlahan beberapa kali dan kemudian kuhentakkan dengan keras. Iapun berteriak dengan keras setiap aku menggenjotnya dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak dan matanya seperti mau menangis.

Kukembalikan kakinya pada posisi semula. Aku masih ingin memperpanjang permainan untuk satu posisi lagi. kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit kedua kakinya dengan kakiku. semakin terasa keras menjepit penisku. Aku bergerak naik turun dengan perlahan untuk mengulur waktu. Dewi kelihatan sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam dengan mulut setengah terbuka yang terus merintih dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat dan semakin lama semakin cepat.

Kini kurasakan desakan kuat yang akan segera menjebol keluar lewat lubang penisku. Kukira sudah lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul. Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan variasi. Keringatku sudah berbaur dengan keringatnya.

Kurapatkan tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan jepitan kakiku. Betisnya kini menjepit pinggangku dengan kuat. Kubisikan, “OK baby, kini saatnya..”.
Ia memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke bawah. Dinding berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menyambut gerakan pantatku dengan menaikan pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian sebuah gigitan hinggap pada bahuku.

Satu aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung lubang penisku. Kutahan tekanan penisku ke dalam . Gelombang-gelombang kenikmatan terwujud lewat denyutan dalam bergantian dengan denyutan pada penisku seakan-akan saling meremas dan balas mendesak.

Denyut demi denyutan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kami bersama-sama sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang.
“Dewi.. Ouhh.. Yeaahh!!”
“Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!”
Akhirnya aliran yang tertahan sejak tadipun memancar dengan deras di dalam . Kutekan penisku semakin dalam di . Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Ia mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan tangannya menekan kepalaku di atas dadanya. Ketika dinding berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PC-ku. Iapun kembali mengejang dan bergetar setiap otot PC-ku kugerakkan.

Napas dan kata-kata penuh kenikmatan terdengar putus-putus, dan dengan sebuah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami masih saling mengecup bibir dan keadaan kamarpun menjadi sunyi, tidak ada suara yang terdebgar. hanya ada napas yang panjang tersengal-sengal yang berangsur-angsur berubah menjadi teratur. Lima belas menit kemudian kami berdua sudah bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami saling menyabuni dengan sesekali melakukan cumbuan ringan. Setelah mandi barulah kami merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil makan Dewi menelpon familinya, kalau malam ini ia tidak pulang dengan alasan menginap di rumah temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya adalah seorang laki-laki bernama Jokaw.

Malam itu dan malam berikutnya tentu saja tidak kami lewatkan dengan sia-sia. Mandi keringat, mandi kucing, mandi basah dan tentunya mandi kenikmatan menjadi acara kami berdua. Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati ternyata aku masih mendapat seat penerbangan ke kota propinsi, seat terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel kusisipkan selembar dua puluh ribuan ke tangan security temanku. Ia tersenyum.

“Terima kasih Pak,” katanya sambil menyambut tasku dan membawakan ke mobil.

“Kapan kesini lagi, Pak? kalau Dewi nggak ada, nanti akan saya carikan Dewi yang lainnya lagi,” bisiknya ketika sudah berangkat ke bandara. Dewi mengantarku sampai ke bandara dan sebelum turun dari mobil kuberikan kecupan mesra di bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum melihat tingkah kami.

Cerita sex : Cerita Sex Kenikmatan Seks Antar Tetangga Sungguh Nikmat

Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan ternya Dewi tidak berada di kota itu lagi. Ketika kutelpon ke nomor yang diberikannya, penerima telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang Dewi berada. Dengan bantuan security temanku maka aku mendapatkan perempuan lainnya, orang Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang diberikannya masih di bawah Dewi.

#Cerita #Sex #Bergambar #Menikmati #Memek #Mulus #Tante #Keturunan #Arab

Diajarin Ngeseks Dengan Tante Mirna Terbaru Malam Ini

Diajarin Ngeseks Dengan Tante Mirna

Om Toto, begitu aku memanggilnya, adalah seorang purnawirawan ABRI yang cukup berpengaruh, kini ia mengelola perusahaan sendiri yang lumayan besar. Anak-anak mereka, Halmi dan Julia yang seusiaku kini ada di Amerika sejak mereka masih berumur 12 tahun. Sedangkan yang sulung, Sonny kuliah di Jogja.

istri Om Toto sendiri adalah seorang pengusaha sukses di bidang export garmen, aku memanggilnya Tante Mirna, wanita berwajah manis berumur 43 tahun dengan perawakan yang bongsor dan seksi khas ibu-ibu istri pejabat. Sejak tinggal di rumah megah itu aku seringkali ditugasi mengantar Tante Mirna, meski ada dua sopir pribadi tapi Tante Mirna lebih senang kalau aku yang mengemudikan mobilnya. Lebih aman, katanya sekali waktu.

Meski keluarga Om Toto kaya raya, tampaknya hubungan antara dia dan istrinya tak begitu harmonis. Aku sering mendengar pertengkaran-pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Om Toto, seringkali saat aku menonton televisi terdengar teriakan mereka dari ruang tengah. Sedikitpun aku tak mau peduli atas hal itu, toh ini bukan urusanku, lagi pula aku kan bukan anggota keluarga mereka. Biasanya mereka bertengkar malam hari saat keduanya sama-sama baru pulang kerja. Belakangan bahkan terdengar kabar kalau Om Toto punya beberapa wanita simpanan. “Ah untuk apa memikirkannya” benakku.

Suatu hari di bulan Oktober, Bi Surti, Siti (para pembantu), Mang Darja dan Om Edi (supir), pulang kampung mengambil jatah liburan mereka bersamaan saat Lebaran. Sementara Om Toto dan Sonny pergi berlibur ke Amrik sambil menjenguk kedua anaknya di sana. Tante Mirna masih sibuk menangani bisnisnya yang sedang naik daun, ia lebih sering tidak pulang, hingga di rumah itu tinggal aku sendiri. Perasaanku begitu merdeka, tak ada yang mengawasi atau melarangku untuk berbuat apa saja di rumah besar dan mewah itu. Mereka memintaku menunda jadwal pulang kampung yang sudah jauh hari kurencanakan, aku mengiyakan saja, toh mereka semua baik dan ramah padaku.

Malamnya aku duduk di depan televisi, namun tak satupun acara TV itu menarik perhatianku. Aku termenung sejenak memikirkan apa yang akan kuperbuat, sudah tiga hari tiga malam sejak keberangkatan Om Toto, Tante Mirna tak tampak pulang ke rumah. Maklumlah bisnisnya level tingkat internasional, jadi tak heran kalau mungkin saja hari ini ia ada di Hongkong, Singapore atau di mana saja. Saat sedang melamun aku melirik ke arah lemari besar di samping pesawat TV layar super lebar itu. Mataku tertuju pada rak piringan VCD yang ada di sana. Segera kubuka sambil memilih film-film bagus. Namun yang paling membuat aku menelan ludah adalah sebuah flm dengan cover depan wanita telanjang. Tak kulihat pasti judulnya namun langsung kupasang dan…, “wow!” batinku kegirangan begitu melihat adegannya yang wah. Seorang lelaki berwajah hispanik sedang menggauli dua perempuan sekaligus dengan beragam gaya.

Sesaat kemudian aku sudah larut dalam film itu. Penisku sudah sejak tadi mengeras seperti batu, malah saking kerasnya terasa sakit, aku sejenak melepas celana panjang dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD. Aku duduk di sofa panjang depan TV dan kembali menikmati adegan demi adegan yang semakin membuatku gila. Malah tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang semakin tegang dan keras. Tampak penis besarku sampai menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kental pun sudah terasa mengalir dari sana.

Tapi belum lagi lima belas menit, karena terlalu asyik aku sampai tak menyangka Tante Mirna sudah berada di luar ruang depan sambil menekan bel. Ah, aku lupa menutup pintu gerbang depan hingga Tante Mirna bisa sampai di situ tanpa sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci. Aku masih punya kesempatan mematikan power off VCD Player itu, dan tentunya sedikit mengatur nafas yang masih tegang ini agar sedikit lega.

“Kamu belum tidur, Di?”, sapanya begitu kubuka pintu depan.

“Belum, tante”, hidungku mencium bau khas parfum Tante Mirna yang elegan.

“Udah makan?”.

“Hmm…, belum sih, tante sudah makan?”, aku mencoba balik bertanya.

“Belum juga tuh, tapi tante barusan dari rumah teman, trus di jalan baru mikirin makan, so tante pesan dua paket antaran di KFC, kamu mau?”.

“Mau dong tante, tapi mana paketnya, belum datang kan?”.

“Tuh kan, kamu pasti lagi asyik di kamar makanya nggak dengerin kalau pengantar makanannya datang sedikit lebih awal dari tante”.

“ooo”, jawabku ****.

Tante Mirna berlalu masuk kamar, kuperhatikan ia dari belakang. Uhh, bodinya betul-betul bikin deg-degan, atau mungkin karena saya baru saja nonton BF yah?

“Ayo, kita makan..”, ajaknya kemudian, tiba-tiba ia muncul dari kamarnya sudah berganti pakaian dengan sebuah daster putih longgar tanpa lengan dan berdada rendah.

“Ya ampun Tante Mirna”, batinku berteriak tak percaya, baru kali ini aku memperhatikan wanita itu. Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu menantang pastilah punya nafsu seksual yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya tinggi. Buah dadanya tampak menyembul di balik gaun itu, apalagi saat ia melangkah di sampingku, samar-samar dari sudut mataku terlihat BH-nya yang putih.

“Uh.., apa ini gara-gara film itu?”, batinku lagi. Khayalku mulai kurang ajar, memasukkan bayangan Tante Mirna ke dalam adegan film tadi.

“Hmm..”, Tak sadar mulutku mengeluarkan suara itu.

“Ada apa, Di?”, Tante Mirna memandangku dengan alis berkerut.

“nggg…, nggak apa-apa tante..”, Aku jadi sedikit gugup. Oh wajahnya, kenapa baru sekarang aku melihatnya begitu cantik?

“Eh.., kamu ngelamun yah, ngelamunin siapa sih? Pacar?”, tanyanya.

“Nggak ah tante”, dadaku berdesir sesaat pandangan mataku tertuju pada belahan dadanya.

“My god, gimana rasanya kalau tanganku sampai mendarat di permukaan buah dadanya, mengelus, merasakan kelembutan payudara itu, ooohh”, lamunan itu terus merayap.

“Heh, ayo…, makanmu lho, Di”.

“Ba…, bbbbbaik tante”, jelas sekali aku tampak gugup.

“Nggak biasanya kamu kayak gini, Di. Mau cerita nggak sama tante”.

My god, dia mau aku ceritakan apa yang aku lamunkan? Susumu tante, susumu!

Pelan-pelan sambil terus melamun sesekali berbicara padanya, akhirnya makananku habis juga. Aku kembali ke kamar dan langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur. Masih belum lepas juga bayangan tubuh Tante Mirna. “Gila! Gila! Kenapa perempuan paruh baya itu membuatku gila”, pikirku tak habis habisnya. Umurnya terpaut sangat jauh denganku, aku baru 18 tahun…, dua puluh lima tahun dibawahnya. Ah, mengapa harus kupikirkan.

Aku melangkah ke meja komputer di kamarku, mencoba melupakannya. Beberapa saat aku sudah tampak mulai tenang, perhatianku kini pada e-mail yang akan kukirim pada teman-teman netter. Aku memang hobi korespondensi via internet. Tapi mendadak pintu kamarku diketuk dari luar.

“Di.., Didi.., ini Tante”, terdengar suara tante seksi eh Mirna memanggil.

“Ah..”, aku beranjak bangun dari korsi itu dan membuka pintu, “Ada apa, tante?”.

“Kamu bisa buatin tante kopi?”.

“oo.., bisa tante”.

“Tahu selera tante toh?

“Iya tante, biasanya juga saya lihat Siti”,

jawabku singkat dan langsung menuju ke dapur.

“Tante tunggu di ruang tengah ya, Di”.

“Baik, tante”.

Gelas yang kupegang itu hampir saja jatuh saat kulihat apa yang sedang disaksikan Tante Mirna di layar TV. Pelan-pelan tanganku meletakkan gelas berisi kopi itu di sebuah meja kecil di samping Tante Mirna, lalu bersiap untuk pergi meninggalkannya.

“Didi..”

“Ya…, tante”.

“Kamu kalau habis pasang film seperti ini lain kali masukin lagi ke tempatnya yah”.

“mm…, ma…, ma…, maaf tante…” aku tergagap, apalagi melihat Tante Mirna yang berbicara tanpa melihat ke arahku. Benar-benar aku merasa seperti maling yang tertangkap basah.

“Di…”, Tante Mirna memanggil, kali ini ia memandangi, aku menundukkan muka, tak kubayangkan lagi kemolekan tubuh istri Om Toto itu. Aku benar-benar takut.

“Tante nggak bermaksud marah lho, di…”, byarrr hatiku lega lagi.

“Sekarang kalau kamu mau nonton, ya sudah sama-sama aja di sini, toh sudah waktunya kamu belajar tentang ini, biar nggak kuper”, ajaknya.

“Wooow…”, kepalaku secepat kilat kembali membayangkan tubuhnya. Aku duduk di sofa sebelah tempatnya. Mataku lebih sering melirik tubuh Tante Mirna daripada film itu.

“Kamu kan sudah 18 tahun, Di. Ya nggak ada salahnya kalau nonton beginian. Lagipula tante kan nggak biasa lho nonton yang beginian sendiri..”.

Apa kalimat itu berarti undangan? Atau kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Mirna mengangkat sebelah tangannya dan menyandarkan lengannya di sofa itu. Dari celah gaun di bawah ketiaknya terlihat jelas bukit payudaranya yang masih berlapis BH.

Ukurannya benar-benar membuatku menelan ludah. Posisi duduknya berubah, kakinya disilangkan hingga daster itu sedikit tersingkap. Wooow, betis dengan bulu-bulu halus itu. Hmm, Wanita 40-an itu benar-benar menantang, wajah dan tubuhnya mirip sekali dengan pengusaha Dewi Motik, hanya Tante Mirna kelihatan sedikit lebih muda, bibirnya lebih sensual dan hidungnya lebih mancung. Aku tak mengerti kenapa perempuan paruh baya ini begitu tampak mempesona di mataku. Tapi mungkinkah…? Tidak, dia adalah istri Om Toto, orang yang belakangan ini sangat memperhatikanku. Aku di sini untuk belajar…, atas biaya mereka.., ah persetan!

Tante Mirna mendadak mematikan VCD Player dan memindahkannya ke sebuah TV swasta.

“Lho… kok?”.

“Ah tante bosan ngeliatin itu terus, Di…”.

“Tapi kan..”.

“Sudah kalau mau kamu pasang aja sendiri di kamar..”, wajahnya masih biasa saja.

“Eh, ngomong-ngomong, kamu sudah hampir setahun di sini yah?”.

“Iya tante…”.

“Sudah punya pacar?”, ia beranjak meminum kopi yang kubuatkan untuknya.

“Belum”, mataku melirik ke arah belahan daster itu, tampaknya ada celah yang cukup untuk melihat payudara besarnya. Tak sadar penisku mulai berdiri.

“Kamu nggak nyari gitu?”, ia mulai melirik sesekali ke arahku sambil tersenyum.

“Alamaak, senyumnya.., oh singkapan daster bagian bawah itu, uh Tante Mirna.., pahamu”, teriak batinku saat tangannya tanpa sengaja menyingkap belahan gaun di bagian bawah itu. Sengaja atau tidak sih?

“Eeh Di.kamu ngeliatin apaan sih?”.

Blarrr…, mungkin ia tahu kalau aku sedang berkonsentrasi memandang satu persatu bagian tubuhnya, “Nngggak kok tante nggak ngeliat apa-apa”.

“Lho mata kamu kayaknya mandangin tante terus? Apa ada yang salah sama tante, Di?”, ya ampun dia tahu kalau aku sedang asyik memandanginya.

“Eh…, mm…, anu tante…, aa…, aanu…, tante…,tante”, kerongkonganku seperti tercekat.

“Anu apa…, ah kamu ini ada-ada saja, kenapa..”, matanya semakin terarah pada selangkanganku, bangsat aku lupa pakai celana dalam. Pantas Tante Mirna tahu kalau penisku tegang.

“Ta…, ta…, tante cantik sekali..”, aku tak dapat lagi mengontrol kata-kataku. Dan astaga, bukannya marah, Tante Mirna malah mendekati aku.

“Apa…, tante nggak salah dengar?”, katanya setengah berbisik.

“Bener kok tante..”.

“Tante yang seumur ini kamu bilang cantik, ah bisa aja. Atau kamu mau sesuatu dari tante?” ia memegang pundakku, terasa begitu hangat dan duh gusti buah dada yang sejak tadi kuperhatihan itu kini hanya beberapa sentimeter saja dari wajahku. Apa aku akan dapat menyentuhnya, come on man! Dia istri Om Toto batinku berkata.

Tangannya masih berada di pundakku sebelah kiri, aku masih tak bergeming. Tertunduk malu tanpa bisa mengendalikan pikiranku yang berkecamuk. Harum semerbak parfumnya semakin menggoda nafsuku untuk berbuat sesuatu. Kuberanikan mataku melirik lebih jelas ke arah belahan kain daster berbunga itu. Wow…, sepintas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali aku menelan ludah.

“Kamu belum jawab pertanyaan tante lho, Di. Atau kamu mau tante jawab sendiri pertanyaan ini?”.

“Nggak kok tante, sss.., sss…, saya jujur kalau tante memang cantik, eh.., mm…, menarik”.

“Kamu belum pernah kenal cewek yah”.

“Belum, tante”.

“Kalau tante kasih pelajaran gimana?”.

Ini dia yang aku tunggu, ah persetan dia istri Om Toto. Anggap saja ini pembalasan Tante Mirna padanya. Dan juga…, oh aku ingin segera merasakan tubuh wanita.

“Maksud tante…, apa?”, lanjutku bertanya, pandangan kami bertemu sejenak namun aku segera mengalihkan.

“Kamu kan belum pernah pacaran nih, gimana kalau kamu tante ajarin caranya nikmati wanita…”.

“Ta…, tapi tante”, aku masih ragu.

“Kamu takut sama Om Toto? Tenang…, yang ada di rumah ini cuman kita, lho”.

“This is excellent!”, teriakku dalam hati. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Batinku terus berteriak tapi badanku seperti tak dapat kugerakkan.

Beberapa saat kami berdua terdiam.

“Coba sini tangan kamu”, aku memberikan tanganku padanya, my goodness tangan lembut itu menyentuh telapak tanganku yang kasarnya minta ampun.

“Rupanya kamu memang belum pernah nyentuh perempuan, Di. Tante tahu kamu baru beranjak remaja dan tante ngerti tentang itu”, Berkata begitu sambil mengelus punggung tanganku, aku merinding dibuatnya, sementara di bawah, penisku yang sejak tadi sudah tegang itu mulai mengeluarkan cairan hingga menampakkan titik basah tepat di permukaan celana pendek itu.

“Tante ngerti kamu terangsang sama film itu. Tapi tante perhatiin belakangan ini kamu sering diam-diam memandangi tubuh tante, benar kan?”, ia seperti menyergapku dalam sebuah perangkap, tangannya terus mengelus punggung telapak tanganku. Aku benar-benar merasa seperti maling yang tertangkap basah, tak sepatah kata lagi yang bisa kuucapkan.

“Kamu kepingin pegang dada tante kan?”.

Daarrr! Dadaku seperti pecah…, mukaku mulai memerah. Aku sampai lupa di bawah sana adik kecilku mulai melembek turun. Dengan segala sisa tenaga aku beranikan diri membalas pandangannya, memaksa diriku mengikuti senyum Tante Mirna.Dan…, astaga…, Tante Mirna menuntun telapak tanganku ke arah payudaranya yang menggelembung besar itu.

“Ta…, ta…, tante…, ooohh”, suara itu keluar begitu saja, dan Tante Mirna hanya melihat tingkahku sambil tersenyum. Adikku bangun lagi dan langsung seperti ingin meloncat keluar dari celana dalamku. Istri Om Toto itu melotot ke arah selangkanganku.

“Waaww…, besar sekali punya kamu Di?”, serunya lalu secepat kilat tangannya menggenggam kemaluanku kemudian mengelus-elusnya. Secara reflek tanganku yang tadinya malu-malu dan terlebih dulu berada di permukaan buah dadanya bergerak meremas dengan sangat kuat sampai menimbulkan desah dari mulutnya.

“aahh…, mm remas sayang ooohh”.

Masih tak percaya akan semua itu, aku membalikkan badan ke arahnya dan mulai menggerakkan tangan kiriku. Aku semakin berani, kupandangi wajah istri Om Toto itu dengan seksama.

“Teruskan, Di…, buka baju tante”, permpuan itu mengangguk pelan. Matanya berbinar saat melihat kemaluanku tersembul dari celah celana pendek itu. Kancing dasternya kulepas satu persatu, bagian dadanya terbuka lebar. Masih dengan tangan gemetar aku meraih kedua buah dada yang berlapis BH putih itu. Perlahan-lahan aku mulai meremasnya dengan lembut, kedua telapak tanganku kususupkan melewati BH-nya.

Diajarin Ngeseks Dengan Tante Mirna

“mm…, tante..”, aku menggumam merasakan kelembutan buah dada besar Tante Mirna yang selama sebulan terakhir ini hanya jadi impianku saja. Jari jemariku terasa begitu nyaman, membelai lembut daging kenyal itu, aku memilin puting susunya yang begitu lembutnya.

Akupun semakin berani, BH-nya kutarik ke atas dan wooww…, kedua buah dada itu membuat mataku benar-benar jelalatan.

“Mm…, kamu sudah mulai pintar, Di. Tante mau kamu ..”, Belum lagi kalimat Tante Mirna habis aku sudah mengarahkan mulutku ke puncak bukit kembarnya dan “cruppp…”, sedotanku langsung terdengar begitu bibirku mendarat di permukaan puting susunya.

“Aahh…, Didi, ooohh…, sedooot teruuus aahh”, tangannya semakin mengeraskan genggamannya pada batang penisku, celana pendek itu sejak tadi dipelorotnya ke bawah. Sesekali kulirik ke atas sambil terus menikmati puting buah dadanya satu persatu, Tante Mirna tampak tenang sambil tersenyum melihat tingkahku yang seperti monyet kecil menetek pada induknya. Jelas Tante Mirna sudah berpengalaman sekali. Batang penisku tak lagi hanya diremasnya, ia mulai mengocok-ngocoknya. Sebelah lagi tangannya menekan-nekan kepalaku ke arah dadanya.

“Buka pakaian dulu, Di” ia menarik baju kaos yang kukenakan, aku melepas gigitanku pada puting buah dadanya, lalu celanaku di lepaskannya. Ia sejenak berdiri dan melepas gaun dasternya, kini aku dapat melihat tubuh Tante Mirna yang bahenol itu dengan jelas. Buah dada besar itu bergelantungan sangat menantang. Dan bukit di antara kedua pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu-bulu halus tampak merambat keluar dari arah selangkangan itu. Dengan agresif tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik sampai lepas.

“Eeeiiit…, ponakan tante sudah mulai nakal yah”, katanya genit semakin membangkitkan nafsuku.

“Saya nggak tahan ngeliat tubuh tante”, dengusanku masih terdengar semakin keras.

“Kita lakukan di kamar yuk..”, ajaknya sambil menarik tanganku yang tadinya sudah mendarat di permukaan selangkangannya.

“Shitt!” makiku dalam hati, baru saja aku mau merasakan lembutnya bukit di selangkangannya yang mulai basah itu.

Tante Mirna langsung merebahkan badan di tempat tidur itu. Tapi mataku sejenak tertuju pada foto Om Toto dengan baju kehormatan militernya.

“Ta…, tapi tante”

“Tapi apa, ah kamu, Di” Tante Mirna melotot.

“Tante kan istri Om Toto”.

“Yang bilang tante istri kamu siapa?”, aku sedikit kendor mendengarnya.

“Saya takut tante, malu sama Om Toto”.

“Emangnya di sini ada kamera yang bisa dilihat dari LA? Didi, Didi.., Kamu nggak usah sebut nama bangsat itu lagi deh!”, intonasi suaranya meninggi.

“Trus gimana dong tante?”, aku tambah tak mengerti.

“Sudahlah Di, kamu lakukan saja, kamu sudah lama kan menginginkan ini?” aku tak bisa menjawab, sementara mataku kembali memandang selangkangan Tante Mirna yang kini terbuka lebar. Hmm, persetan dari mana dia tahu aku sudah menantikan ini, itu urusan belakang.

Aku langsung menindihnya, dadaku menempel pada kedua buah payudara itu, kelembutan buah dada yang dulunya hanya ada dalam khayalan itu sekarang menempel ketat di dadaku. Bibir kamipun kini bertemu, Tante Mirna menyedot lidahku dengan lembut. Uhh, nikmatnya, tanganku menyusup di antara dada kami, meraba-raba dan meremas kedua belahan susunya yang besar itu.

“mm…, ooohh…, tante Mirna…, aahh”, kegelian bercampur nikmat saat Tante Mirna memadukan kecupannya di leherku sambil menggesekkan selangkangannya yang basah itu pada penisku.

“Kamu mau sedot susu tante lagi?”, tangannya meremas sendiri buah dada itu, aku tak menjawabnya, bibirku merayap ke arah dadanya, bertumpu pada tangan yang kutekuk sambil berusaha meraih susunya dengan bibirku. Lidahku mulai bekerja liar menjelajahi bukit kenyal itu senti demi senti.

“Hmm…, pintar kamu Di, ooohh..” Desahan Tante Mirna mulai terdengar, meski serak-serak tertahan nikmatnya jilatanku pada putingnya yang lancip.

“Sekarang kamu ke bawah lagi sayang..”.

Aku yang sudah terbawa nafsu berat itu menurut saja, lidahku merambat cepat ke arah pahanya, Tante Mirna membukanya lebar dan semerbak aroma selangkangannya semakin mengundang birahiku, aku jadi semakin gila. Kusibak bulu-bulu halus dan lebat yang menutupi daerah vaginanya. Uhh, liang vagina itu tampak sudah becek dan sepertinya berdenyut, aku ingat apa yang harus kulakukan, tak percuma aku sering diam-diam nonton VCD porno. Lidahku menjulur lalu menjilati vagina Tante Mirna.

“Ooouuuhh…, kamu cepat sekali belajar, Di. Hmm, enaknya jilatan lidah kamu…, ooohh ini sayang”, ia menunjuk sebuah daging yang mirip biji kacang di bagian atas kemaluannya, aku menyedotnya keras, lidah dan bibirku mengaduk-aduk isi liang vaginanya.

“ooohh, yaahh…, enaak, Di, pintar kamu Di…, ooohh”, Tante Mirna mulai menjerit kecil merasakan sedotanku pada biji kacang yang belakangan kutahu bernama clitoris.

Ada sekitar tujuh menit lebih aku bermain di daerah itu sampai kurasakan tiba-tiba ia menjepit kepalaku dengan keras di antara pangkal pahanya, aku hampir-hampir tak dapat bernafas.

“Aahh…, tante nggak kuaat aahh, Didiii”, teriaknya panjang seiring tubuhnya yang menegang, tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya yang sejak tadi bergoyang-goyang, dari liang vaginanya mengucur cairan kental yang langsung bercampur air liur dalam mulutku.

“Uffff…, Di, kamu pintar bener. Sering nonton yah?” ia memandangku genit.

“Makasih Di, selama ini tante nggak pernah mengalaminya…, makasih sayang. Sekarang beri tante kesempatan istirahat sebentar saja”, ia lalu mengecupku dan beranjak ke arah kamar mandi.

Aku tak tahu harus melakukan apa, senjataku masih tegang dan keras, hanya sempat mendapat sentuhan tangan Tante Mirna. Batinku makin tak sabar ingin cepat menumpahkan air maniku ke dalam vaginanya. Masih jelas bayangan tubuh telanjang Tante Mirna beberapa menit yang lalu…., ahh aku meloncat bangun dan menuju ke kamar mandi. Kulihat Tante Mirna sedang mengguyur tubuhnya di bawah shower.

“Tante…”.

“Hmm, kamu sudah nggak sabar ya?” ia mengambil handuk dan mendekatiku. Tangannya langsung meraih batang penisku yang masih tegang.

“Woooww…, tante baru sadar kalau kamu punya segede ini, Di…, ooohhmm”, ia berjongkok di hadapanku. Aku menyandarkan tubuh di dinding kamar mandi itu dan secepat kilat Tante Mirna memasukkan penis itu ke mulutnya.

“Ohh…, nikmat Tante Mirna ooohh…, ooohh…, ahh”, geli bercampur nikmat membuatku seperti melayang. Baru kali ini punyaku masuk ke dalam alatnya perempuan, ternyata…, ahh…, lezatnya setengah mati. Penisku tampak semakin tegang, mulut mungil Tante Mirna hampir tak dapat lagi menampungnya. Sementara tanganku ikut bergerak meremas-remas payudaranya.

“uuuhh… punya kamu ini lho, Di…., tante jadi nafsu lagi nih, yuk kita lanjutin lagi”, tangannya menarikku kembali ke tempat tidur, Tante Mirna seperti melihat sesuatu yang begitu menakjubkan. Perempuan setengah baya itu langsung merebahkan diri dan membuka kedua pahanya ke arah berlawanan, mataku lagi-lagi melotot ke arah belahan vaginanya. mm…, kusempatkan menjilatinya semenit lalu dengan tergesa-gesa aku tindih tubuhnya.

“Heh…, sabar dong, Di. Kalau kamu gelagapan gini bisa cepat keluar nantinya”.

“Keluar apa, Tante?”.

“Nanti kamu tahu sendiri, deh” tangannya meraih penisku di antara pahanya, kakinya ditekuk hingga badanku terjepit diantaranya. Pelan sekali ibu jari dan telunjuknya menempelkan kepala penisku di bibir kemaluannya.

“Sekarang kamu tekan pelan-pelan sayang…, Ahhooowww, yang pelan sayang oh punya kamu segede kuda tahu!”, liriknya genit saat merasakan penisku yang baru setengah masuk itu.

“Begini tante?”, dengan hati-hati kugerakkan lagi, pelan sekali, rasanya seperti memasuki lubang yang sangat sempit.

“Tarik dulu sedikit, Di…, yah tekan lagi. Pelan-pelan…, yaahh masuk sayang ooohh besarnya punya kamu…, ooohh”.

“Tante suka?”.

“Suka sayang ooohh, sekarang kamu goyangin…, mm…, yak gitu terus tarik, aahh…, pelan sayang vagina tante rasanya…, ooouuuhh mau robek, mmhh…, yaahh tekan lagi sayang…, ooohh…, hhmm…, enaakkk…, ooohh”.

“Kalau sakit bilang saya yah tante?”, kusempatkan mengatur gerakan, tampaknya Tante Mirna sudah bisa menikmatinya, matanya memejam.

“Hmm…, ooohh..”, Tante Mirna kini mengikuti gerakanku. Pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan. Liang vaginanya bertambah licin saja. Penisku kian lama kian lancar, kupercepat goyanganku hingga terdengar bunyi selangkangannya yang becek bertemu pangkal pahaku. Plak.., plak.., plak.., plak.., aduh nikmatnya perempuan setengah baya ini. Mataku merem melek memandangi wajah keibuan Tante Mirna yang masih saja mengeluarkan senyuman. Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang tadinya santai kini tak lagi berirama. Buah dadanya tampak bergoyang ke sana ke mari, mengundang bibirku beraksi.

“ooohh sayang kamu buas sekali. hmm…, tante suka yang begini, ooohh…, genjot terus mm”.

“Uuhh tante nikmat tante…, mm tante cantik sekali ooohh..”.

“Kamu senang sekali susu tante yah? ooohh sedooot teruuus susu tanteee aahh…, panjang sekali peler kamu ooohh, Didiii…, aahh”.Jeritannya semakin keras dan panjang, denyutan vaginanya semakin terasa menjepit batang penisku yang semakin terasa keras dan tegang.

“Di..?”, dengusannya turun naik.

“Yah uuuhh ada apa tante…”.

“Kamu bener-bener hebat sayang…, ooowwww…, uuuhh.., tan.., tante.., mau keluar hampiiirr…, aahh…”, gerakan pinggulnya yang liar itu semakin tak karuan, tak terasa sudah lima belas menit kami berkutat.

“ooohh memang enaak tante, ooohh…, Tante Mirna. Tante Mirna, ooohh…, tante, ooohh…, nikmat sekali tante, ooohh..” aku bahkan tak mengerti apa maksud kata “keluar” itu. Aku hanya peduli pada diriku, kenikmatan yang baru pertama kali kurasakan seumur hidup. Tak kuhiraukan tubuh Tante Mirna yang menegang keras, kuku-kuku tangannya mencengkeram punggungku, pahanya menjepit keras pinggangku yang sedang asyik turun naik itu, 

“aahh…, Di.., diii…, tante ke…luaarrr laagiii…, aahh”, vagina Tante Mirna terasa berdenyut keras sekali, seperti memijit batangan penisku dan uuhh ia menggigit pundakku sampai kemerahan. Kepala penisku seperti tersiram cairan hangat di dalam liang rahimnya. Sesaat kemudian ia lemas lagi.

“Tante capek? Maaf tante kalau saya keterlaluan..”.

“mm…, nggak begitu Di, yang ini namanya tante orgasme, bukan kamu yang salah kok, justru kamu hebat sekali…, ah, ntar kamu tahu sendiri deh…, kamu tunggu semenit aja yah, uuuhh hebat”.

Aku tak tahu harus bilang apa, penisku masih menancap di liang kemaluan Tante Mirna.

“Kamu peluk tante dong, mm”.

“Ahh tante, saya boleh lanjutin nggak sih?”.

“Boleh, asal kamu jangan goyang dulu, tunggu sampai tante bangkit lagi, sebentaar aja. Mainin susu tante saja ya?”.

“Baik tante…”.

Kau tak sabar ingin cepat-cepat merasakan nikmatnya “keluar” seperti Tante Mirna. Ia masih diam saja sambil memandangiku yang sibuk sendiri dengan puting susu itu. Beberapa saat kemudian kurasakan liang vaginanya kembali bereaksi, pinggulnya ia gerakkan.

“Di..”.

“Ya tante?”.

“Sekarang tante mau puasin kamu, kasih tante yang di atas ya, sayang…, mmhh, pintar”.

Posisi kami berbalik. Kini Tante Mirna menunggangi tubuhku. Perlahan tangannya kembali menuntun batang penisku yang masih tegang itu memasuki liang kenikmatannya, dan uuuhh terasa lebih masuk.

Tante Mirna mulai bergoyang perlahan, payudaranya tampak lebih besar dan semakin menantang dalam posisi ini. Tante Mirna berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, terlihat jelas bagaimana penisku keluar masuk liang vaginanya yang terlihat penuh sesak, sampai bibir kemaluan itu terlihat sangat kencang.

“ooohh enaak tante…, oooh Tante Mirna…, oooh Tante Mirna…, ooo tante…, hmm, enaak sekali…, ooohh..” kedua buah payudara itu seperti berayun keras mengikuti irama turun naiknya tubuh Tante Mirna.

“Remeees susu tante sayang, ooohh…, yaahh.., pintar kamu…, ooohh…, tante nggak percaya kamu bisa seperti ini, ooohh…, pintar kamu Didi ooohh…, ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang”, Tante Mirna meraih bantal yang ada di samping kirinya dan memberikannya padaku.

“Maksud tante supaya saya bisa…, crup.., crup..”, mulutku menerkam puting panyudaranya.

“Yaahh sedot susu tante lagi sayang…, mm.., yak begitu teruuus yang kiri sayang ooohh”.

Tante Mirna menundukkan badan agar kedua buah dadanya terjangkau mulutku. Decak becek pertemuan pangkal paha kami semakin terdengar seperti tetesan air, liang vaginanya semakin licin saja. Entah sudah berapa puluh cc cairan kelamin Tante Mirna yang meluber membasahi dinding vaginanya. Tiba-tiba aku teringat adegan filn porno yang tadi kulihat, “yap…, doggie style!” batinku berteriak kegirangan, mendadak aku menahan goyangan Tante Mirna yang tengah asyik.

“Huuuhh…, ooohh ada apa sayang?”, nafasnya tersenggal.

“Saya mau pakai gaya yang ada di film, tante”.

“Gaya yang mana, yah…, ada banyak tuh?”.

“Yang dari belakang trus tante nungging”.

“Hmm…, tante ngerti…, boleh”, katanya singkat lalu melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.

“Yang ini maksud kamu”, Tante Mirna menungging tepat di depanku yang masih terduduk.

“Iya tante..” Hmm lezatnya, pantat Tante Mirna yang besar dan belahan bibir vaginanya yang memerah, aku langsung mengambil posisi dan tanpa permisi lagi menyusupkan penisku dari belakang. Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih buah dada besarnya.

“oohh…, nggg…, yang ini hebaat Di…, ooohh, genjot yang keras sayang, ooohh…, tambah keras lagi…, uuuhh..”.

“ooohh tante…, taannn..teee…, ooohh…, nikmat tante Mirna..”.

Kepalanya menggeleng keras ke sana ke mari, aku rasa Tante Mirna sedang berusaha menikmati gaya ini dengan semaksimal mungkin. Teriakannya pun makin ngawur.

“ooohh…, jangan lama-lama lagi sayang tante mau keluar lagi oooh..” aku menghentikan gerakan dan mencabut penisku.

“Baik tante sekarang…, mm, coba tante berbaring menghadap ke samping, kita selesaikan dengan gaya ini”.

“Goodness! Kamu sudah mulai pintar sayang mmhh”, Tante Mirna mengecup bibirku.

Perintahku pun diturutinya, ia seperti tahu apa yang aku inginkan. Ia menghempaskan badannya kembali dan berbaring menghadap ke samping, sebelah kakinya terangkat dan mengangkang, aku segera menempatkan pinggangku di antaranya. Buah penisku bersiap lagi.

“aahh tante…, uuuhh…, nikmat sekali, ooohh…, tante sekarang Tante Mirna, ooohh…, saya nggak tahan tanteee…, enaak…, ooohh”.

“Tante juga Didi…, Didi…, Didi sayaanggg, ooohh…, keluaar samaan sayaang oooh” kami berdua berteriak panjang, badanku terasa bergetar, ada sebentuk energi yang maha dahsyat berjalan cepat melalui tubuhku mengarah ke bawah perut dan, “Craat…, cratt…, craatt…, crattt”, entah berapa kali penisku menyemburkan cairan kental ke dalam rahim Tante Mirna yang tampak juga mengalami hal yang sama, selangkangan kami saling menggenjot keras. Tangan Tante Mirna meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia gigit sendiri. Matanya terpejam seperti merasakan sesuatu yang sangat hebat.

Beberapa menit setelah itu kami berdua terkapar lemas, Tante Mirna memelukku erat, sesekali ia mencium mesra. Tanganku tampaknya masih senang membelai lembut buah dada Tante Mirna. Kupintir-pintir putingnya yang kini mulai lembek. Mataku memandangi wajah manis perempuan paruh baya itu, meski umurnya sudah berkepala empat namun aku masih sangat bernafsu melihatnya. Wajahnya masih menampakkan kecantikan dan keanggunannya. Meski tampak kerutan kecil di leher wanita itu tapi…, aah, persetan dengan itu semua, Tante Mirna adalah wanita pertama yang memperkenalkan aku pada kenikmatan seksual. Bahkan dibanding Devi, Rani, Shinta dan teman sekelasku yang lain, perempuan paruh baya ini jauh lebih menarik.

“Tante nggak nyangka kamu bisa sekuat ini, Di..”.

“Hmm…”.

“Betul ini baru yang pertama kali kamu lakukan?”.

“Iya tante..”.

“Nggak pernah sama pacar kamu?”.

“Nggak punya tante…”.

“Yang bener aja ah”.

“Iya bener, nggak bohong kok, tante…, tante nggak kapok kan ngajarin saya yang beginian?”.

Ya ampuuun..” Ia mencubit genit, “masa sih tante mau ngelepasin kamu yang hebat gini, tahu nggak Di, suami tante nggak ada apa-apanya dibanding kamu..”.

“Maksud tante?”.

“Om Totomu itu kalau main paling lama tiga menit…, lha kamu? Tante sudah keluar beberapa kali kamu belum juga, apa nggak hebat namanya”.

“Ngaak tahu deh tante, mungkin karena baru pertama ini sih…”.

“Tapi menurut tante kamu emang punya bakat alam, lho? Buktinya baru pertama begini saja kamu sudah sekuat itu, apalagi kalau sudah pengalaman nanti…, pasti tante kamu bikin KO…, lebih dari yang tadi”.

“Terima kasih tante..”.

“Untuk?”.

“Untuk yang tadi..”.

“Tante yang terima kasih sama kamu…, kamu yang pertama membuat tante merasa seperti ini”.

“Saya nggak ngerti…”.

“Di.., dua puluh tahun lebih sudah usia perkimpoian tante dengan Om Toto. Tak pernah sedetikpun tante menikmati hubungan badan yang sehebat ini. Suami tante adalah tipe lelaki egois yang menyenangkan dirinya saja. Tante benar-benar telah dilecehkannya. Belakangan tante berusaha memberontak, rupanya dia sudah mulai bosan dengan tubuh tante dan seperti rekannya yang lain sesama pejabat, ia menyimpan beberapa wanita untuk melampiaskan nafsu seksnya. Tante tahu semua itu dan tante nggak perlu cerita lebih panjang lebar karena pasti kamu sudah sering mendengar pertengkaran tante”, Suaranya mendadak serius, tanganku memeluk tubuhnya yang masih telanjang. Ada sebersit rasa simpati mendengar ceritanya yang polos itu, betapa bodohnya lelaki bernama Om Toto. Perempuan secantik dan senikmat ini di biarkan merana.

“Kriiing…, kriiing…, kriiing”, aku terhenyak kaget.

“Celaka..! Pasti…, mmungkin?, tante…, gimana nih?”.

“pssstt..” Ia menempelkan telunjukknya di bibirku lalu tangan tante Mirna mengangkat gagang telfon yang berada di samping tempat tidur. Ia terduduk, masih tanpa busana, pemandangan asyik untukku yang ada tepat di belakangnya.

“Celaka, jangan-jangan…, Om Toto tahu.., Ah nggak munkin mereka sudah sampai di LA..”, batinku merasa khawatir.

“Halooo…, eh Son?”, aku tambah khawatir.

“Udah nyampe kalian..?”.

“ooo…, mereka sudah di…”, hatiku agak lega mendengarnya.

“Lia sama adik kamu gimana?”, ternyata Sonny menelfon dari Amerika. Hanya memberitahu mamanya kalau mereka sudah sampai. Tampak sekali hubungan Om Toto dan istrinya sedang renggang, tak kudengar mereka berbicara. Hanya Sonny dan Julia.

“Kamu nanti kalau balik ke sini bawa oleh-oleh lho?”, tanganku iseng meraba punggungnya yang halus mulus. Tante Mirna melirik nakal sambil terus berbicara. “Apa aja yang penting ada buat Mama…, eh!” ia merasa geli saat aku mencium pinggangnya, aku memeluknya dari arah belakang, tanganku meraba permukaan buah dada itu dan sedikit memijit.

“Ah nggak…, ada nyamuk di kaki Mama…, hmm, trus pacar kamu gimana, kirain jadi ngajak doi ke situ”, kepalaku kini bersandar di atas pahanya, mataku lagi-lagi melirik buah dada itu, tanganku pun, “ahh…, aduh nyamuknya banyak sekarang yah, ooo Mama kan belum tutup jendela…, hmm..” mata Tante Mirna terpejam begitu tanganku menyentuh permukaan buah dadanya, merayap perlahan menyusuri kelembutan bukit indah itu menuju puncak dan, ” mm a..” aku memintir putingnya yang coklat kemerahan itu. “Mama lagi baca ini lho artikel masakan khas Amerika latin kayaknya nikmat ya?” telapak tanganku mulai lagi, meremasnya satu persatu, “Hmm”, Tante Mirna rupanya pintar juga membuat alasan pada anaknya.

Sambil terus berbicara di telepon dengan sebelah tangannya ia meraih penisku yang mulai tegang lagi. Aku hampir saja lupa kalau ia sedang on line, hampir saja aku mendesah. Untung Tante Mirna cepat menyumbat mulutku dengan tangannya. Nyaris saja

“Eh, kakakmu gimana prestasinya”, jari telunjuk Tante Mirna mengurut tepat di leher bawah kepala penisku, semakin tegang saja, shitt…, aku nggak bisa bersuara. Aku tak tahan dan beranjak turun dari tempat tidur itu dan langsung berjongkok tepat di depan pahanya di pinggiran spring bed, menguak sepasang paha montok dan putih itu ke arah berlawanan.

“mmhh…, aahh…, oh nggak, Mama cuma sedikit kedinginan…, uuuhh” lidahku langsung mendarat di permukaan segitiga terlarang itu.

“ssshh yaa…,enakkk..”, Tante Mirna sedikit keceplosan.

“Ini…, nih, Mama tadi dibawain fried chicken sama tante Maurin” ia beralasan lagi.

Lidahku kian mengganas, kelentit sebesar biji kacang itu sengaja kusentuh.

“mm fuuuhh…, Mama ngantuk nih…, mau bobo dulu, capek dari kerja tadi, yah?

“Udahan dulu ya sayang…, besok Mama yang telfon kalian…, daah”, diletakkannya gagang telepon itu lalu Tante Mirna mematikan sistem sambungannya.

“Lho kok dimatiin teleponnya tante?”.

“Tante nggak mau diganggu siapapun malam ini, malam ini tante punya kamu, sayang. Tante akan layani kamu sampai kita berdua nggak kuat lagi. Kamu boleh lakukan apa saja. Puaskan diri kamu sayang aahh”, aku tak mempedulikan kata-katanya, lidahku sibuk di daerah selangkangannya.

Malam itu benar-benar surga bagi kami, permainan demi permainan dengan segala macam gaya kami lakukan. Di karpet, di bathtub, bahkan di ruang tengah dan di meja kerja Om Toto sampai sekitar pukul tiga dini hari. Kami sama-sama bernafsu, aku tak ingat lagi berapa kali kami melakukannya. Seingatku disetiap akhir permainan, kami selalu berteriak panjang. Benar-benar malam yang penuh kenikmatan.

Aku terbangun sekitar jam 11 siang, badanku masih terasa sedikit pegal. Tante Mirna sudah tidak ada di sampingku.

“Tante..?” pangilku setengah berteriak, tak ada jawaban dari istri Om Toto yang semalam suntuk kutiduri itu. Aku beranjak dari tempat tidur dan memasang celana pendek, sprei dan bantal-bantal di atas tempat tidur itu berantakan, di banyak tempat ada bercak-bercak bekas cairan kelamin kami berdua. Aku keluar kamar dan menemukan secarik kertas berisi tulisan tangan Tante Mirna, ternyata ia harus ke tempat kerjanya karena ada kontrak yang harus dikerjakan.

“Hmm…, padahal kalau main baru bangun tidur pastilah nikmat sekali”, pikiranku ngeres lagi.

Aku kembali ke kamar Tante Mirna yang berantakan oleh kami semalam, lalu dengan cekatan aku melepas semua sprei dan selimut penuh bercak itu. Kumasukkan ke mesin cuci. Tiga puluh menit kemudian kamar dan ruang kerja Om Toto kubuat rapi kembali. Siap untuk kami pakai main lagi.

“Fuck..! Aku lupa sekolah…, ampuuun gimana nih”, Sejenak aku berpikir dan segera kutelepon Tante Mirna di kantornya.

“Halo PT. Chandra Asri International, Selamat pagi”, suara operator.

“Ya Pagi.., Bu Mirna ada?”.

“Dari siap, pak?”.

“Bilang dari Sonny, anaknya..”.

“Oh Mas sonny”.

“Huh dasar sok akrab”, umpatku dalam hati.

“Halo Son, sorry Mama nggak nelpon kamu pagi ini…, Mama telat bangunnya” aku diam saja.

“Halo…, halo…, Son.., Sonny”.

“Saya, Tante. Didi bukan Mas Sonny…”.

“Eh kamu sayang…, gimana? mau lagi? Sabar ya, tungguin tante..”.

“Bukan begitu tante.., tapi saya jadi telat bangun…, nggak bisa masuk sekolah”.

“Oooh gampang.., ntar tante yang telepon Pak Yogi, kepala sekolah kamu itu…, tante bilang kamu sakit yah?”.

“Nggak ah tante, ntar jadi sakit beneran..”.

“Tapi emang benar kan kamu sakit…, sakit.., sakit anu! Nah lo!”.

“aah, tante…, tapi bener nih tante tolong sekolah saya di telepon yah?”.

“Iya…, iya.., eh Di.., kamu kepingin lagi nggak..”.

“Tante genit”.

“Nggak mau? Awas lho Tante cari orang lain..”.

“Ah Tante, ya mau dong…, semalam nikmat yah, tante..”.

“Kamu hebat!”.

“Tante juga…., nanti pulang jam berapa?”.

“Tunggu aja…, sudah makan kamu?”.

“Belum, tante sudah?”.

“Sudah…, mm, kalau gitu kamu tunggu aja di rumah, tante pesan catering untuk kamu…, biar nanti kamu kuat lagi”.

“Tante bisa aja…, makasih tante..”.

“Sama-sama, sayang…, sampai nanti ya, daahh”.

“Daah, tante”.

Tak sampai sepuluh menit seorang delivery service datang membawa makanan.

“Ini dari, Bu Mirna, Mas talong ditandatangan. Payment-nya sudah sama Bu Mirna”.

“Makasih, mang..”.

“Sama-sama, permisi..”.

Aku langsung membawanya ke dalam dan menyantapnya di depan pesawat TV, sambil melanjutkan nonton film porno, untuk menambah pengalaman. Makanan kiriman Tante Mirna memang semua berprotein tinggi. Aku tahu benar maksudnya. Belum lagi minuman energi yang juga dipesannya untukku. Rupanya istri Om Toto itu benar-benar menikmati permainan seks kami semalam, eh aku juga lho…, kan baru pertama. Sambil terus makan dan menyaksikan film itu aku membayangkan tubuh dan wajah Tante Mirna bermain bersamaku. Penisku terasa pegal-pegal dibuatnya. Huh…,aku mematikan TV dan menuju kamarku.

“Lebih baik tidur dan menyiapkan tenaga…”, aku bergumam sendiri dalam kamar.Sambil membaca buku pelajaran favorit, aku mencoba melupakan pikiran-pikiran tadi. Lama-kelamaan akupun tertidur. Jam menunjukkan pukul 12.45.

Sore harinya aku terbangun oleh kecupan bibir Tante Mirna yang ternyata sudah ada di sampingku.

“Huuuaah…, jam berapa sekarang tante?”.

“Hmm.., jam lima, tante dari tadi juga sudah tidur di sini, sayang kamu tidur terlalu lelap. Tante sempat tidur kurang lebih dua jam sejak tante pulang tadi, gimana, kamu sudah pulih..”.

“Sudah dong tante, empat jam lebih tidur masa sih nggak seger..”, kami saling berciuman mesra, “crup…, crup”, lidah kami bermain di mulutnya.

“Eh…, tante mau jajan dulu ah…, sambil minum teh, yuuk di taman. Tadi tante pesan di Dunkin…, ada donat kesukaan kamu”, ia bangun dan ngeloyor keluar kamar.

“Uh.., Tante Mirna..”, gumamku pelan melihat bahenolnya tubuh kini terbungkus terusan sutra transparan tanpa lengan. Bayangan CD dan BH-nya tampak jelas.

Aku masih senang bermalas-malasan di tempat tidur itu, pikiranku rasanya tak pernah bisa lepas dari bayangan tubuhnya. Beberapa saat saja penisku sudah tampak tegang dan berdiri, dasar pemula! Sejak sering tegang melihat tubuh Tante Mirna sebulan belakangan ini, aku memang jarang memakai celana dalam ketika di rumah agar penisku bisa lebih leluasa kalau berdiri seperti ini.

“Hmm, tante Mirna…, aahh” desahku sambil menggenggam sendiri penisku, aneh…, aku membayangkan orang yang sudah jelas bisa kutiduri saat itu juga, tak tahulah…, rasanya aku gila!

Tanganku mengocok-ngocok sendiri hingga kini penis besar dan panjang itu benar-benar tegak dan tampak perkasa sekali. Aku terus membayangkan bagaimana semalam kepala penis ini menembus dan melesak keluar masuk vagina Tante Mirna. Kutengok ke sana ke mari.

“Tante..”, panggilku.

“Di dapur, sayang”, sahutnya setengah berteriak, aku bergegas ke situ, kulihat ia sedang menghangatkan donat di microwave. Dan…, uuuhh, tubuh yang semalam kunikmati itu, dari arah belakang…, bayangan BH dan celana dalam putih di balik gaun sutranya yang tipis membuatku berkali-kali menelan ludah.

“uuuhh tante…, sayang”, tak sanggup lagi rasanya aku menahan birahiku, kupeluk ia dari belakang, sendok yang ada di tangannya terjatuh, penisku yang sudah tegang kutempelkan erat di belahan pantatnya.

“Aduuuhh…, Didi nakal kamu ah..” ia melirikku dengan pandangan menggoda. Aku semakin berani, tangan kananku meraih buah dada Tante Mirna dari celah gaun di bawah ketiaknya. Lalu tangan kiriku merayap dari arah bawah, paha yang halus putih mulus itu terus ke arah gundukan kemaluannya yang masih berlapis celana dalam. Telunjuk dan jari tengahku langsung menekan, mengusap-usap dan mencubit kecil bibir kemaluannya.

“Ehhmm…, nnggg…, aahh…, nakaal, Didi”.

“Tante…, tante, saya nggak tahan ngeliat tante…, saya bayangin tubuh tante terus dari tadi pagi” Tangan kiriku menarik ujung celana dalam itu turun, ia mengangkat kakinya satu persatu dan terlepaslah celana dalamnya yang putih. Kutarik cup BH-nya ke atas hingga tangan kananku kini bebas mengelus dan meremas buah dadanya. Dengan gerak cepat kulorotkan pula celana dalam yang kupakai lalu bergegas tangan kiriku menyingkap gaun sutranya ke atas. Kudorong tubuh Tante Mirna sampai ia menunduk dan terlihaylah dengan jelas celah vaginanya yang masih tampak tertutup rapat. Aku berjongkok tepat di belakangnya.

“Idiiihh, Didi. Tante mau diapain nih..”, katanya genit. Lidahku menjulur ke arah vaginanya. Aroma daerah kemaluan itu merebak ke hidungku, semakin membuatku tak sabar dan…, “huuuhh…, srup.., srup.., srup”, sekali terkam bibir vagina sebelah bawah itu sudah tersedot habis dalam mulutku.

“aahh.., Didi…, enaakkk..”, jerit perempuan setengah baya itu, tangannya berpegang di pinggiran meja dapur.

“aawwww…, geliii”, kugigit pantatnya. Uuh, bongkahan pantat inilah yang paling mengundang birahiku saat melihatnya untuk pertama kali. Mulus dan putih, besar menggelembung dan montok.

Lima menit kemudian aku berdiri lagi setelah puas membasahi bibir vaginanya dengan lidahku. Kedua tanganku menahan gerakan pinggulnya dari belakang, gaun itu masih tersingkap ke atas, tertahan jari-jari tanganku yang mencengkeram pinggulnya. Dan hmm, kuhunjamkan penis besar dan tegang itu tepat dari arah belakang, “Sreeep…, Bleeesss”, langsung menggenjot keluar masuk vagina Tante Mirna.

“aahh…, Didi…, enaak…, huuuhh tante senang yang ini ooohh..”

“Enak kan tante…, hmm…, ooohh…, agak tegak tante biar susunya…, yaakkk oooh enaakk”.

“Yaahh…, tusuk yang keras…, hmm…, tante nggak pernah gini sebelumnya…, ooohh enaakk pintarnya kamu sayaang…, ooohh enaak…, terus…, terus yah tarik dorong keeeraass…, aahh…, kamu yang pertama giniin tante, Di…, ooohh…, ssshh..”, hanya sekitar tiga menit ia bertahan dan, “Hooohh…, tante…, mauuu…, keluar…, sekarang…, ooh hh…, sekarang Di, aahh…”. Vaginanya menjepit keras, badannya tegang dengan kepala yang bergoyang keras ke kiri dan ke kanan.

Aku tak mempedulikannya, memang sejenak kuberi ia waktu menarik nafas panjang. Aku membiarkan penisku yang masih tegang itu menancap di dalam. Ia masih menungging kelelahan.

“Balik tante..”, Pintaku sambil melepaskan gigitan di kemaluannya.”Apalagi, sayang…, ya ampun tante nggak kuat.., aahh”.

Aku meraih sebuah kursi.ia mengira aku akan menyuruhnya duduk, “Eiih bukan tante, sekarang tante nyender di dinding, Kaki kiri tante naik di kursi ini..”.

“Ampuuun, Didi…, tante mau diapain sayang..”, ia menurut saja.

Wooow! Kudapatkan posisi itu, selangkangan itu siap dimasuki dari depan sambil berdiri, posisi ini yang membuatku bernafsu.

“Sekarang tante…, yaahh..”, aku menusukkan penisku dari arah depannya, penisku masuk dengan lancar. Tanganku meremas kedua susunya sedangkan mulut kami saling mengecup.

“mmhh…, hhmm..”, ia berusaha menahan kenikmatan itu namun mulutnya tertutup erat oleh bibirku.

Hmm, di samping kanan kami ada cermin seukuran tubuh. Tampak pantatku menghantam keras ke arah selangkangannya. Penisku terlihat jelas keluar masuk vaginanya. Payudaranya yang tergencet dada dan tanganku semakin membuatku bernafsu.

“Cek.., cek.., cek”, gemercik suara kemaluan kami yang bermain di bawah sana. Kulepaskan kecupanku setelah tampak tanda-tanda ia menikmatinya.

“uuuhh hebaat…,, kamu sayang…, aduuuh mati tante…, aahh enaak mati aku Di, ooohh…, ayo keluarin sayang…, aahh tante capeeekkk…, sudah mau sampai lagi niiih aahh..” wajahnya tampak tegang lagi, pipinya seperti biasa, merah, sebagai tanda ia segera akan orgasme lagi.

Kupaksakan diriku meraih klimaks itu bersamaan dengannya. Aku agaknya berhasil, perlahan tapi pasti kami kemudian saling mendekap erat sambil saling berteriak keras.

“aahh…, tante keluaar..”.

“Saya juga tante huuhh…, nikmat.., nikmat…, ooohh…, Tante Mirna…, aahh”, dan penisku, “Crat.., crat.., crat.., seeer”, menyemprotkan cairannya sekitar lima enam kali di dalam liang vagina Tante Mirna yang juga tampak menikmati orgasmenya untuk kedua kali.

“Huuuhh…, capeeekk…, sayang” ia melepaskan pelukannya dan penisku yang masih menancap itu. Hmm, kulihat ada cairan yang mengalir di pahanya bagian dalam, ada yang menetes di lantai.

“Mau di lap tante?”, aku menawarkan tissue.

“Nggak sayang…, tante senang, kok. Tante bahagia…, yang mengalir itu sperma kamu dan cairan kelamin tante sendiri. Tante ingin menikmatinya..”, ia berkata begitu sambil memberiku sebuah ciuman.

“Hmm.., Tante Mirna..”, Kuperbaiki letak BH dan rambutnya yang acak-acakan, kemudian ia kembali menyiapkan jajanan yang sempat terhenti oleh ulah nakalku.

Aku kembali ke kamar dan keluar lagi setelah mengenakan baju kaos. Tante Mirna telah menunggu di taman belakang rumahnya yang sangat luas, kira-kira sekitar 25 acre. Kami duduk santai berdua sambil bercanda menikmati suasana di pinggiran sebuah danau buatan. Sesekali kami berciuman mesra seperti pengantin baru yang lagi haus kemesraan. Jadilah dua minggu kepergian keluarga Om Toto itu surga dunia bagiku dan Tante Mirna. Kami melakukannya setiap hari, rata-rata empat sampai lima kali sehari!

Cerita sex : Kupuaskan Atasanku Dengan Jilatan Maut

Menjelang sore, Tante Mirna mengajakku mandi bersama. Bisa ditebak, kami melakukannya lagi di bathtub kamar mandi mewah itu. Saling menyabuni dan…, hmm, bayangin sendiri deh. Itulah pengalaman pribadiku saat pertama mengenal seks bersama guru seks-ku yang sangat cantik, Tante Mirna.

#Diajarin #Ngeseks #Dengan #Tante #Mirna

Cerita Sex Gangbang Tante, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Gangbang Tante – BokepteNeighbor – Pool Party Sex Story Hari itu, Jumat, 3 Desember 2009, saya naik ke lantai atas bersama keluarga. Tapi tidak dengan keluarga inti. Bibiku hanya bersama 3 pria tampan. Saya menjawab bahwa itu akan datang pada waktunya. Tiga saudara perempuan perlu dijelaskan. Yang pertama bernama Suster Dina, usianya 36 tahun, tingginya sekitar 170 (mantan model), ukuran payudaranya membuatku ingin menelan jebakan. 36b, dia sangat berpengalaman di bidang seks. Kedua, Kakak Meera berusia 39 tahun, dia berusia 175 tahun, meskipun dia sedikit tua, dia seksi dengan ukuran payudara 34b. Terakhir, adik Lina, yang termuda, berusia 34 tahun, tinggi 165 cm, dada 36 cm. Bibi Lina, saya sering berhubungan seks dengan Bibi Lina ketika dia datang ke rumahnya. Sister Lina adalah wanita hypersex karena dia bisa banyak bermain.

Tepat pukul 09.00, mobil Tante Dina sudah ada di ujung gang, dan aku langsung masuk dan duduk di sebelah Tante Dina. Saat itu, saya hanya bisa menjaga 3 saudara perempuan saya. Bibi Dina hanya mengenakan gaun Mejiku. hot pants kakak Dina pake bra warna biru waktu itu, baju kakak Dina tipis banget. Sister Meera mengenakan gaun merah dengan potongan leher. Ini tidak seperti Mira memakai. melukis Untuk Tante Mira, dia tidak suka memakai bra, katanya tidak bagus. Tante Lina adalah gaun yang paling ekstrim menurut saya. Dia memakai Anda bisa melihat piring putih dan panas. Di belakang Anda mengenakan pakaian putih, Suster Lina. Setelah sedikit ngobrol dengan Sipika-Sipiki, saya hanya berbicara dengan Bibi Dina, karena Bibi Mira tertidur lelap, Bibi Lina sedang merokok dan mendengarkan mp3. Bu, apa kabar, Chris bertanya kepada saudara perempuan saya di agen game online saya

Cerita Sex Gangbang Tante

Dalam 1 jam saya tertidur di dalam mobil sementara Bibi Dina dengan hati-hati mengemudikan mobil. Tepat jam 1 kami sampai di villa atas, sangat besar dengan 3 kamar tidur dan kolam renang. Bibi Dina, Lina dan Mira segera masuk. kamar dan langsung berenang, mereka panas dengan udara di Jakarta.

Cerita Ngentot Anal Cewek Abg

Saya langsung pergi ke kolam untuk melihat apa yang jatuh. Kakak Dina mengenakan bikini ungu lengkap dengan G-String, Kakak Mira mengenakan bikini hijau, dan Kakak Lini mengenakan bikini kuning lengkap dengan celana. Kolam itu tiba-tiba didorong oleh Bibi Lina, mereka bertiga hanya tertawa ketika aku jatuh ke dalam kolam. Kami berenang selama beberapa menit sampai Bibi Mira, kakak perempuan saya, tidak bisa menahan keinginan untuk menarik celana saya. Saya diangkat. ke tepi kolam sehingga mudah bagi Bibi Meera untuk mengirim celana saya. Sejenak aku bertanya-tanya di mana Bibi Dina dan Bibi Lina berada, mereka sibuk bercinta di kamar yang bisa kulihat. , Bibi Dina tampak menjilati vagina Bibi Lina. Pena saya cukup besar, panjang 19 cm dan diameter 4 cm, dengan Bibi Mira menjilati bayi saya. Suster Meera menjilat bibirnya.

Saya menangis dengan senang dan setelah waktu yang lama, saya membawa Bibi Mira ke atas untuk bergabung dengan Bibi Dina dan Lina. Aku langsung membuka bikini yang dibalut kakak Meera. Suster Meera menyuruhku tidur telentang. Sister Dina akan meminta bayi saya, Sister Lina akan duduk di depan wajah saya, dan saya akan meminta anjingnya. Sister Meera sendiri memutuskan untuk merokok terlebih dahulu.

Setelah sekian lama, saya memutuskan untuk membungkus Bibi Dina terlebih dahulu.

Perlahan kubalikkan penaku, suara papan memenuhi ruangan, dan Bibi Dina hanya terisak-isak senang. Aku juga mendengar suara napas Bibi Mira saat dia menusukkan dildo dengan giginya ke anjing Bibi Lina. Kali ini Suster Diane. Aku meraih Bibi Mira dan segera naik ke pangkuanku untuk ronde berikutnya. Bibi Meera memegangi payudaranya dan melambaikan tangannya. Bibi Mira lalu menarik Bibi Lina untuk menghisap payudara Bibi Lina. Frustrasi dengan posisi ini, saya bertukar posisi dengan wanita di atas. Tante Mira mencium bibirku dan memelukku. Bibi Mira menjerit saat orgasme pertamanya mulai muncul. Bermain dengan Suster Mira adalah tur terlama, 1 jam. ! Tan Mira ahli seks, dan saya masih menahan sperma saya karena masih ada kakak Lina.

Cerita Sex Pembantu Gangbang Penjaga Toko

Suster Lina, sambil menunggu, saya langsung menusuk pena saya, saya meremas ayam, meremas payudara Suster Lina yang sangat matang, dan segera Suster Lina mengalami orgasme, lalu saya mengeluarkan pena saya, dan melihat tiga saudara perempuan berbaris. Saya menggoyangkan mereka di depan wajah mereka untuk menyambut sperma saya yang lezat, dan akhirnya crotcourt 10x menembak sperma saya, yang langsung saya tunjukkan ke tiga wajah saudara perempuan saya. Mereka dengan rakus memperebutkan sperma saya. Mereka saling berciuman untuk mendapatkanku. Sperma itu benar-benar panas. Terakhir adik mira menjilat penisku sampai hilang.

Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang, Cerita Seks Pesta Kolam Renang Pesta Kolam Telepon yang Anda hubungi tidak bisa dijangkau. Silakan coba lagi selama beberapa menit lagi. Setiap kali saya mengklik namanya di memori HP saya mendengarnya. Di mana pelaku seks sebelum ponselnya berbunyi? Saya lupa minum es jus dan makan pisang keju yang disajikan di meja karena saya mencoba menghubungi teman saya Roni. “Tinggal sendiri. Biasanya sama Ronnie,” kata Bu Tivey, pemilik rumah makan itu. “Ya, Bu, ponselnya mati. Tidak bisa dihubungi,” kataku sambil menyeruput es jus dan mengunyah pisang keju.

Bahkan, saya kehilangan selera untuk makanan dan minuman favorit saya karena saya tidak bisa terhubung dengan Roni. “Kalau bolos sekolah sama-sama, harus kesepakatan yang solid. Jadi jangan seperti itu,” kata Bu Teewee sambil melayani pembeli lain. Bu Teewee benar. Ini salahku. Ayo katakan itu tadi malam atau pagi sebelum kita pergi, Ronnie menghubungiku agar kita bisa bertemu. Kalau begitu, aku dalam masalah. Aku ingin pergi ke sekolah terlambat, dan gerbang ditutup ketika aku tidak bisa menghubungi Ronnie. Atau mungkin dia pergi ke sekolah tanpa ponselnya. Ide bolos sekolah adalah ide saya, dan saya tidak membawanya ke Rony. Ketika saya pergi, teman saya yang lain, Rizal, datang ke rumah saya dan memberi dia beberapa VCD porno yang dia janjikan. Kemudian muncul ide untuk membolos dan menontonnya di rumah bersama Rony. Saya harap Rony tidak menolak. Karena, seperti yang dikatakan Rizal, anak laki-laki di antara kredit film Ada cerita tentang seks antara dia dan ibunya.

Ronnie menikmati tema-tema seperti itu, atau setidaknya penggambaran seks antara anak laki-laki dan perempuan yang cukup dewasa bahkan untuk menjadi ibu. Bahkan dalam pengalaman nyata seperti kata-kata dan cerita Ronnie, dia sering berhubungan seks dengan pembantunya, seorang wanita berusia 43 tahun. Ronnie juga mengaku sering terbangun saat melihat ibunya telanjang. Itu sebabnya saya sering menyebutnya sebagai pelanggar seks. Selain itu, Roni juga mengajari dan mengenalkan saya pada praktik onani. Menurutnya, saya tergolong puritan karena saya tidak tahu dan tidak pernah melakukan masturbasi sampai saya berusia 18 tahun. Dan ketika dia memutuskan untuk membuat lubang rahasia dari kamarku untuk melihat aktivitas ibuku, aku tidak bisa menahannya. Menurut Roni, tubuh ibu saya sangat menggairahkan dan menginspirasi. Sama seperti tubuh ibunya, usianya tidak berbeda dengan usia ibunya 47 tahun dan ibu Ronnie setahun lebih muda. Seperti ibu Ronnie, ibuku sudah lama menjanda. Hanya Ronnie yang memiliki kakak perempuan yang sudah menikah dan tinggal terpisah. Pada saat yang sama, saya adalah anak tunggal dan tinggal sendirian dengan ibu saya sejak kecil. Sebenarnya, seperti yang disebutkan, saya bukan anak dari ayah saya yang meninggal ketika saya masih muda. Namun setelah lama menikah, pekerjaan ibu dengan anak tetangga tidak membuahkan hasil dan tidak memiliki anak. “Sam kucing ibumu besar dan sangat jinak. Saya ingin menjilat lubangnya. Oh, pasti enak sekali ditampar,’ bisik Ronnie, ketika dia berdiri di kamarku suatu malam dan mengintip ke kamar ibuku melalui lubang rahasia yang kami buat. Saat itu, Ibu sedang tidur tanpa celana, dan dia kecerobohan terbukti. Malam itu, Ronnie masturbasi dan ibuku membayangkan berhubungan seks dengannya. Yang menarik adalah aku melakukan hal yang sama. Aku hanya melakukannya diam-diam setelah Roni tertidur lelap. Benar apa yang dikatakan Roni, wanita seusia ibuku benar-benar dewasa dan membesarkan hati. Sejak itu, ketika saya ingin masturbasi, saya sering melihat ke kamar ibu saya. Saya juga ingin merasakan kebahagiaan berhubungan seks dengan ibu saya, sejauh ini saya belum melakukan apa pun dengan wanita lain. Duduk Sendirian di dapur TV ini selama lebih dari satu jam membuatku lelah.Sekali lagi, ponsel Rony ketika aku mencoba menghubunginya, dia tidak terhubung.

Foto Tante Di Gangbang

Akhirnya memutuskan untuk pulang. Setidaknya ibu saya pergi ke Puskesmas, dia bekerja di sana, jadi dia tidak akan tahu apakah saya benar atau tidak. Setelah pembayaran

#Cerita #Sex #Gangbang #Tante

Kumpulan Cerita Sex Dengan Tante, Terbaru Malam Ini

Kumpulan Cerita Sex Dengan Tante – Expert – Sex Story I’m Saving A Man Tante Vero – Situs Lengkap Tentang Koleksi Foto Telanjang Terbaru 2016 | Foto Telanjang HD | Foto Telanjang Jepang | Foto Telanjang Cina | Foto Telanjang Indo | Foto Telanjang IGO | Foto Telanjang Barat | Foto seks | Foto Telanjang Kimsil | Foto Celah Ketat | Foto Telanjang ABG | Foto Telanjang Tante | Foto Toket Besar | Siswa SMP Telanjang | foto jilbab foto di Hijab Nude.

Dalam update kisah seks hari ini, SUSUIGO ingin berbagi kisah seks nyata Ronald yang memiliki pengalaman seks tak terlupakan, yaitu berhubungan seks dengan istri pengusaha kaya bernama Bibi Vero. Bibi Vero adalah wanita cantik tetapi dia sudah berada di kepala ketiganya. Beliau memiliki 2 orang anak yang masih duduk di bangku SD dan TK. Suaminya sibuk dengan bisnisnya, sehingga Bibi Vero sering sendirian dan kurang dukungan batin suaminya. Bagaimana kelanjutan ceritanya, yuk simak kisah seks sebenarnya di bawah ini.

Kumpulan Cerita Sex Dengan Tante

Nama saya Ronald dan saya tinggal di kompleks perumahan elit, karena ayah saya adalah orang kaya dan sekarang dia telah meninggal, jadi saya mewarisi sebuah rumah di kompleks itu. Saya sekarang berusia 26 tahun dan saya bekerja di sebuah bank swasta. Ada satu wanita di perumahan yang selalu menarik perhatian saya, yaitu Bibi Vero. Dia adalah istri Pak Johan, seorang pengusaha kelapa sawit yang sangat kaya.

Cerita Seks Salah Orang

Namun, Bibi Vero sering ditinggalkan suaminya karena urusan bisnis. Meski gaya hidupnya selalu penuh, masalah seksual Bibi Vero jarang terjadi. Rutinitas sehari-hari Bibi Viro adalah selalu melakukan senam aerobik, pergi ke salon dan menghadiri acara sosial bibiku. Dari bentuk tubuhnya dan kulitnya yang mulus, terlihat Bibi Vero sangat rajin merawat tubuhnya. Hingga diketahui bahwa Bibi Vero berusia 34 tahun dan memiliki 2 orang anak.

Suatu ketika saya sedang berjalan-jalan di sekitar kompleks. Lewat di depan rumah Bibi Viro, saya melihat pemandangan yang sangat indah. Bibi Vero hanya mengenakan kemeja putih ketat dan celana dalam yang sangat sedikit saat membersihkan halaman rumahnya. Saya langsung tertarik dengan kecantikan tubuhnya dan kecantikan wajahnya. Meskipun payudaranya kecil, payudaranya kencang dan pantatnya menonjol dan kulit di lengan dan pahanya putih dan halus.

Karena saya tidak bisa mengendalikan keinginan saya untuk mencicipi tubuh mohalla-nya. Saya mencoba mencari alasan agar saya bisa berbicara dengan Bu Vero. Akhirnya dengan nekat aku memberanikan diri untuk bertanya pada Bibi Vero.

“Baiklah bro..kemarilah..gak enak ngomong di pinggir jalan.” Undang Bibi Viro untuk datang ke rumahmu.

Cerita Sex Tante Girang Kumpulan Cerita Dewasa Kumpulan Cerita Sex Hot Girl Hd Wallpaper

Akhirnya aku dengan semangat memasuki rumahnya dan Bibi Veero segera mengambil minuman dingin dari dapur. Kami mengobrol dengan sangat nyaman dan bahkan mengajukan pertanyaan tentang masalah pribadi. Namun, Bibi Vero langsung membalas chat pribadi tersebut.

“Ya, sepi, tapi apa boleh buat, mencari nafkah di tempat yang jauh. Jadi, nikmati saja mas, meski sakit di dalam. Hehehe”, kata Bibi Vero sambil menundukkan kepalanya.

Lalu aku memberanikan diri untuk melingkarkan tanganku di bahunya dan ternyata Tante Vero langsung merespon. Kepalanya langsung direbahkan ke dalam pelukanku dan tante manja Veero segera meraih tanganku untuk tidak melepaskannya. Aku seolah menjadi seorang pangeran yang ingin jatuh cinta pada seorang putri cantik. Aku tidak percaya apa yang telah terjadi padaku. Bibi yang selalu kuinginkan sekarang ada di pelukanku. Aku benar-benar tidak menyangka, Tante Vero langsung mengarahkan bibirnya ke wajahku dan aku langsung menyapanya.

Akhirnya kami berciuman dengan penuh gairah. Saya tidak berharap seorang bibi berusia 34 tahun begitu pandai menjentikkan lidahnya saat berciuman. Dia mencium bibirku dengan lembut dan lidahnya bergerak di dalam mulutku. Aku cepat-cepat meraih baju Bibi Viro dan perlahan melepasnya. Bibi Veero menerimanya tanpa mengatakan tidak. Tubuhnya yang mulus, warna pink putihnya yang cerah dan perutnya yang kurus adalah pemandangan yang begitu indah, sepertinya dia tidak merasa Bibi Vero sudah melahirkan.

Cerita Sex Kenalan Dengan Tante Sexy

“Iya tante… tapi jangan disini, tantenya kurang bagus…. Bagaimana dengan rumah saya.” Undang saya ke rumah saya untuk berhubungan seks.

Akhirnya tante Viro cepat-cepat memakai bajunya dan saya langsung pamit pulang. Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Saya menunggu di ruang tamu sampai Bibi Viro datang. Beberapa menit kemudian, Tante Vero pulang menggunakan motor Nmax miliknya. Dia terlihat sangat seksi mengenakan gaun berwarna pink. Pada tampilan pertama, Bibi Vero terlihat tanpa mengenakan bra.

Lalu tanpa banyak bicara tante Veero menarik kamarku dan aku dipanggil ke kamar. Bibi Veero sangat emosional. Pintu kamarku tertutup dan Bibi Veero segera menanggalkan pakaiannya. Sampai aku tidak tahan lagi. Aku segera melepas semua pakaian dan pakaian dalamku. Bibi Vero segera menjepitku dalam posisi berbaring. Penisku langsung bergetar. Bibirnya langsung menyerang bibirku dengan penuh gairah. Aku menghela napas lega.

“Bibi tidak kuat, mas…jilat vagina bibimu…. Ayo mas…” kata Bibi Vero yang sudah tidak tahan lagi.

Cerita Sex Dengan Tanteku

Aku langsung membaringkan tubuh tante vero dan kubuka selangkangannya lalu kujilat klitoris tante vero. Dan aku memasukkan lidahku ke dalam vaginanya yang sangat bau. Bibi Vero mengalami kejang-kejang dan matanya memutih. Saya merasa bahwa Bibi Vero sudah dalam keadaan sangat bersemangat.

Aku memutar putingnya saat aku menjilati vaginanya lebih dan lebih. Tak terasa lidahku dipenuhi cairan panas dari dalam vaginanya. Ternyata Tante Vero mengalami orgasme yang sangat cepat. Aku langsung mengarahkan penisku ke wajahnya, Tante Vero langsung menghisap batang penisku dengan respon cepat dan kepalanya bergerak naik turun untuk memompa penisku. Aku meremas payudaranya yang kecil dan padat dan menambahkannya ke dorongan seks Bibi Vero.

Tanpa menunggu, aku langsung mengarahkan penisku ke lubang kesenangan Bibi Vero. Kugesek perlahan gesekan itu dan sedikit demi sedikit perlahan kutembus dan akhirnya (Bleeesssssss) seluruh batang penisku masuk sepenuhnya ke dalam vagina ketat Tante Vero.

“Aaaaaaaaaacchhhh… Nikmat Bangit Mass… Speed ​​Boost Mass…” kata Tante Vero sambil menggoyang-goyangkan pantatnya dengan tusukanku. Aku mempercepat langkahku. Bibi Viro dengan cepat menggigil dan gemetar. Aku merasa penisku panas ditaburi orgasme kedua Bibi Vero. Yang satu ini benar-benar hebat. Sangat mudah untuk mencapai klimaks. Saya senang untuk memompa penisku saat aku menggigit putingnya pada gilirannya.

Cerita Sex Tante Hypersex Menggoda Anak Rumah Sebelah

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH Shih, tua… ayo, daging….” Bibi Vero menghela nafas dan memintaku untuk memompa lebih cepat. Penisku masuk dan keluar dari vagina bibinya Vero yang basah kuyup.

Bibi Viro dengan penuh semangat mengguncang liuk yang meremas dadaku. Saya tidak bisa menghentikan dorongan seks saya yang mulai memuncak. Pantat Bibi Vero bergoyang-goyang dan sangat liar.

Bibi Vero mulai merasa lemah dan tak berdaya, dia memelukku dan aku melihat wajahnya mati rasa karena dia puas dengan 3 orgasmenya. Saya tidak bisa menghentikan sperma saya lagi. Lalu aku meminta Bibi Veero untuk duduk dan aku mengelus vaginanya dari belakang. Bibi Veero terus tertawa sangat keras. Saya mendorong gaya doggy keras.

Pada akhirnya kami saling berpelukan mengakhiri permainan yang sangat kuat. Akhirnya, setelah kejadian itu, saya menjadi gundiknya ketika Bibi Vero membutuhkan kepuasan seksual yang tidak bisa diberikan suaminya. Saya harus menunggu sendirian di rumah pada Sabtu malam yang cerah. Seluruh keluarga pergi ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan sepupu saya. Izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Reno, 28 tahun. Saya terlihat normal dengan kulit sawo matang. Dengan tinggi badan 170 cm dan berat 70 kg. Pembaca mungkin mengira saya gemuk. Ini tidak benar sama sekali karena saya rajin fitnes agar otot saya terbentuk walaupun tidak sekuat yang Ade Roy pikirkan.

Cerita Sex Meki Sempit Tante

Saya bekerja di sebuah perusahaan swasta di kota saya. Saya tinggal di sebuah kota kecil di pesisir barat Jawa Tengah. Dan sekarang aku masih single. Tapi aku selalu menikmatinya. Sabtu malam tidak seperti biasanya. Beberapa teman saya yang juga jomblo (mungkin saya perlu membentuk Asosiasi Jomblo Miserable, hehe…) tidak melihat pangkal hidung mereka. Aku, yang sedang menunggu rumah sendirian, akhirnya bisa duduk di teras depan sambil merokok sebatang rokok putih dan mengedipkan mata pada gadis-gadis yang lewat di jalan di depan rumahku. Saat itu jam 11 malam.

Melambat Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Tepat ketika tanganku akan mencapai ujung pintu, aku terkejut mendengar suara becak yang tiba-tiba mengerem. Tiba-tiba aku melihat sesuatu telah terjadi. Agen poker terpercaya

Kisah Seks Kedatangan Janda Seksi Tinggal di Rumah – Ternyata seorang wanita berusia 40-an turun dari becak dan kemudian membayar ongkos ke saudara pengemis. Saya masih terpaku melihat apa yang akan dilakukan seorang wanita dengan kulit sawo matang dan wajah sensitif. Tingginya sekitar 160 cm dan beratnya sekitar 60 kg dengan payudara besar sekitar 36 cm dan pantat besar serta perut yang tidak lagi rata. Wanita itu mengenakan sanggul dengan rambutnya untuk menambah kegembiraan. Tanpa perintah, penisku kembali berdiri tegang.

Saya bingung karena nama orang tua saya bukan Atmo. Saya segera menyadari bahwa rumah yang saya tempati sekarang adalah milik Pak Atmo, yang kini telah pindah ke sebuah kota di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah.

Cerita Sex Kepergok Nonton Bokep Oleh Tante

Akhirnya, saya menjelaskan situasi saat ini kepadanya. Dia bingung ke mana harus pergi karena dia tidak punya kerabat di kota ini. Lalu aku memanggil wanita itu ke ruang tamu. Setelah sedikit berbincang, saya dapat mengetahui bahwa wanita itu bernama Tuminah, sepupu Pak Atma dari Buyolali dan saya tahu bahwa dia telah menjanda selama 10 tahun setelah kematian suaminya. “Kakak Reno, ibu yang sekarang

#Kumpulan #Cerita #Sex #Dengan #Tante

Cerita Sex Ngentot Tante Bahenol, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Ngentot Tante Bahenol – Kisah Seks – Bibi Riskha yang Galak | Susi adalah tetangga yang ramah, dalam cerita seks ini Susi digambarkan sebagai seorang ibu muda yang baik, sopan dan ramah, namun siapa sangka nafsu besar Susi disembunyikan oleh keramahannya. Setelah cerita sebelumnya tentang istri saya yang selingkuh, ini tentang perselingkuhan seorang ibu muda.

Kejadian ini terjadi sebulan yang lalu. Saat itu saya dan dua rekan kantor sedang makan siang di sebuah restoran di Kemang. Ketika saya hendak membayar makanan saya, saya sedang mengantri di belakang seorang wanita cantik yang menggendong seorang anak kecil. Untuk mengambil beberapa waktu, saya memarahinya. Saat dia menatapku, aku sangat terkejut, ternyata itu Susi.

Cerita Sex Ngentot Tante Bahenol

Ya, Susi ini adalah istri tetangga saya di kompleks rumah saya. “Hai, Pak Vito. Sedang apa..?” Dia bertanya. “Eh, aku sedang makan siang. Siapa kamu dan Mir..? Andre tidak datang..?” “Tidak Mas, dia sedang bertugas di luar kota. Saya masih membeli makanan, semuanya untuk malam ini. Karena Ijah sudah pulang. Ya, saya baru saja berkencan dengan Vina (putrinya).” “Kau membawa mobil..?” Tanya saya “Tidak Mas, mobil itu dibawa oleh Mas Andre ke Lampung.” “Oo, mau pulang bareng..? Kebetulan saya juga mau langsung pulang, baru selesai kerja lapangan.” “Ya nggak apa-apa.” Singkat cerita, saya dan dua temanku langsung pulang ke rumah masing-masing. Sementara itu, Susi dan Vina pulang. sama-sama di mobilku. Sampai di rumah Susi yang jaraknya hanya 4 rumah dariku, Susi ngajak aku mampir, tapi aku bilang mau balik dulu, ganti baju dan parkir mobil. Sejak Jenny, istriku pergi ke dia rumah orang tua, saya langsung pergi ke rumah Susi memakai celana pendek dan kaos oblong. Ternyata rumah Susi cukup tertata rapi. Saat saya masuk, Susi hanya memakai baju tidur untuk mandi. , mas, panas sekali,” katanya sambil tersenyum. “Oo.., ya, di mana Vina..?” Tanyaku, terpesona oleh keindahan dan kelezatan tubuh Susi. “Jadi, Mas, dia tertidur ketika dia sampai di rumah, maaf dia lelah, aku pergi ke kamarku dulu, Mas..!” “Eh, ya, jangan lama-lama,” kataku.

Cerita Dewasa Cerita Memek Ibu Kandung Cantik Dan Montok

Saat Susi masuk kamar, dia (sengaja atau tidak) tidak menutup pintu rapat-rapat. Merasakan peluang, saya mencoba mengintip. Untungnya, tampaknya ada cermin di lemari. Wow, untuk ukuran seorang wanita yang sudah memiliki anak berusia 3 tahun, Susi tetap memiliki bentuk tubuh yang indah dan cantik. Dengan ukuran 34B dan selangkangan yang dicukur, dia segera membuat “adik” saya memberontak dan bangun. Dan yang lebih mengejutkan saya adalah bahwa sebelum mengenakan daster selutut, dia hanya mengenakan celana dalam G-string dan tanpa bra. Sebelum dia meninggalkan ruangan, aku langsung berlari ke sofa dan berpura-pura membaca koran. “Um, maaf terlambat, Mas.” kata Susi sambil duduk setelah rupanya mencoba menyesuaikan celana dalam yang ketat. “Tidak apa-apa, aku sedang membaca koran. Berapa hari Andre harus bekerja di luar kota? Saya bertanya, siapa yang juga ‘sibuk’ mengoreksi lokasi ‘kecil’ di orbit yang salah. Dengan senyum penuh arti, Susi menjawab, “3 hari Mas, baru berangkat tadi pagi. Omong-omong, saya sudah 2 hari tidak melihat Nona Jenny, di mana Anda, Mas?” “Dia pergi ke rumah orang tuanya. Sudah seminggu. Ayahnya sakit.” menjawab pertanyaan saya. “Wah, sepi ya..?” tanya Susi menggodaku.

Merasa perlu memanfaatkan ini, saya hanya menjawab dengan santai, “Ya, di mana ada minggu lain, tidak ada yang akan menemani saya. Kamu mau ikut aku?” “Wah, tawaran yang menarik..,” jawab Susi tersenyum lagi, “Mau aku temani nggak? Aku punya Vina, nanti aku ganggu, Mas Vito. belum punya anak, jadi santai saja.” “Tidak apa-apa, eh, aku ingin bertanya, berapa umurmu? Kok kelihatan muda sih?!” sambil menggeser posisi dudukku mendekati Susi. “Usiaku baru 27 tahun Mas, aku nikah umur 23 tahun, pas tamat kuliah. Aku diajak nikah sama Mas Andre waktu dia kerja. selama 3 tahun.filmbokepjepang.net Benar pak, ada apa…?” “Tidak, aku penasaran. Kamu udah punya anak 3 tahun, tapi kok badan kamu masih secantik anak laki-laki di usia 20-an.” Kataku. “Yah, aku berusaha menjaga tubuhku, mas. ngiler,” katanya sambil tersenyum. “Wow, kamu bisa melakukannya tapi itu benar, aku juga ingin ngiler di sini.” “Yah, mulai dengan segala macam hal, aku akan mengubahnya nanti. “Kalau aku benar-benar berbeda, bagaimana kamu ingin menggodaku..?” tanyaku sambil terus melakukan penetrasi dari sayap kanan Susi.

Saya merasa sudah melakukan pendekatan, bagaimana Susi mengerti? Sambil menatap wajahku, dia berkata, “Wah, kalau benar aku ingin menggoda ‘burung’ Pak Vito, ayo kita putus.” “Berani..?” Saya bertanya, “Dan lagi saya juga bisa menjawab,” “Saya berani Anda tahu, Pak..!” sambil benar-benar memegang ‘burung’ saya yang minta dipegang tadi, “Jadi bagaimana tanggapan Mas Vito…?” “Nanti aku peras kau tahu payudaramu..!” Saya menjawab sambil benar-benar melakukan serangan di dada. Karena kami merasa masing-masing punya ‘barang’, kami tidak banyak bicara. Aku langsung menghisap bibir Susi yang sangat lembut dan basah serta penuh gairah. Dan ternyata, Susi yang sudah setengah jalan terus memasukkan tangannya ke dalam celanaku sambil memegang tangan kanan ‘burung’ besarku (kata istriku). “Mas Vito, penisnya besar sekali.” kata Susi terengah-engah. “Baiklah, nikmati saja. Jika kamu ingin mati, kamu bisa..!” kata-kataku

Dan tanpa banyak bicara, Susi langsung membuka pertahanan bawahku. Dia dengan santai melemparkan celana pendek dan celana dalamku, dan segera mengisap penisku. Ternyata, hisapannya benar-benar naik. Tanpa ragu, setengah dari penis saya yang berukuran 18 cm telah dimasukkan sepenuhnya. Saya berpikir dalam hati, “Ayo, gadis-gadis juga..!” Setelah hampir 5 menit, saya membuat Susi berdiri di depan saya sambil melepas pakaiannya. Tanpa disuruh, Susi melepas celana dalam mininya, dan memasukkan batang tak berbulunya ke dalam mulutku. Iya namanya juga dikasih, langsung saya cium dan jilat. “Ma, lucu, Ma,” kata Susi sambil terus menggoyang pantatnya. “Saya sudah berbagi, sekarang komentar..!” Kataku sambil memasukkan kedua jariku ke dalam vaginanya yang (Tuhan) sekencang vagina seorang perawan. Masih dalam posisi duduk, aku mengarahkan pantat dan vagina Susi ke arah penisku yang semakin keras. Susi perlahan memasukkan kejantananku ke dalam vaginanya yang mulai sedikit basah. “Pelan-pelan, Mir..! Aku akan merobek kemaluanmu nanti,” kataku sambil tersenyum. Susi malah membalasku dengan serangan yang sangat mengejutkanku. Tiba-tiba dia langsung menekan penisku dan mulai bergoyang.

Cerita Sex Bikin Basah Janda Muda Dan Menidurinya

Gerakannya yang halus dan lembut diimbangi dengan tusukan tajam dan menyakitkan yang hanya bisa dijawab Susi dengan erangan dan isak tangis. Setelah posisi duduk, Susi diminta mengambil posisi Dog Style. Susi segera berbaring di lantai di atas karpet. Sambil membuka lubang kemaluanku di vaginanya, Susi berkata, “Bu, jangan di lubang pantat ya, hanya di vaginanya..!” Seperti anak yang berbakti, saya langsung menusukkan penis saya ke lubang kemaluan Susi, yang agak terbiasa dengan ukuran penis saya. Pergerakan pantat Susi ke sana kemari memang luar biasa.

Pertarungan antar jenis kelamin mulai memanas ketika Susi pertama kali ‘pecah’. “Sayang, aku basah..,” katanya, nyaris tidak memperlambat ayunannya. Mendengar ini, saya langsung masuk ke gigi 4, sangat cepat, sampai lutut saya terasa seperti mau lepas. Bagasi Susi yang basah dan lengket membuat ‘Vladimir’ berlari lebih cepat. “Mir, saya ingin keluar, apa yang di dalam dan apa yang di luar untuk dibuang..?” Tanya saya Eh, Susi menjawab, “Masuk saja Mas, sepertinya aku ingin keluar lagi, bisakah kita berdua?” Sekitar 3 menit kemudian, saya benar-benar akan keluar, dan itu terlihat seperti Susi juga. Memanggil, saya berkata, “Mir, saatnya, keluar bersama, 1 2 3 ..!” Aku memuntahkan air maniku ke dalam vagina Susi yang sekaligus mengeluarkan cairan lezatnya.

Setelah itu aku mengeluarkan penisku dan menyuruh Susi untuk menghisap dan menjilatnya lagi. Susi hanya menurut, sambil terengah-engah, Susi menjilat kemaluanku. Saat Susi sedang sibuk dengan kemaluanku, Vina terbangun dan langsung menghampiri kami bertanya, “Mama lagi apa..? Kenapa Om Vito digigit…?” Susi yang sepertinya tidak kaget, menyuruh Vina mendekat dan berkata, “Vina, Mami, jangan gigit Paman Vito. Mami sedang makan ‘permen kojek’ oleh Om Vito, sangat enak, asin.” “Bu, apakah permennya enak? Vina gak bisa ikut makan..?” tanyanya sambil menggoyang-goyangkan kemaluanku, Susi berkata, “Vina gak boleh, nanti dimarahin Paman Vito, lebih baik Vina duduk di bangku, nonton Mami dan Paman Vito bermain. dokter.” Akulah yang memiliki Setelah lama terdiam, dia mulai berbicara, “Ya, Vina, lihat saja, tapi jangan beri tahu Papi Vina, karena kamu akan memaafkan Mami. Ini Mami, dia sakit, jadi Om memberimu permen dan terus menyuntikkan.” Sambil memegangi penisku yang mulai mengeras lagi, Susi berkata pada Vina, “Nanti kalau Vina tidak memberitahu papi, Vina Mami akan membeli baju baru lagi, oke? Duniasex99.com Lihat, suntikan Om Vito semakin keras. Vina diam saja, Mami mau suntik dulu..!” Merasakan tantangan lain, saya langsung mencium

#Cerita #Sex #Ngentot #Tante #Bahenol

Cerita Sex Ngentot Tante Haus Sex, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Ngentot Tante Haus Sex – Lepasperawan – Tante Memei Sex Story My Selingkuhan Haus Big Dick Saya – Saya sudah lebih aktif dalam senam sejak saya berhubungan seks dengan Diana, jadi itu normal untuk mengarahkan gairah gairah saya. Kegiatan ini tentu saja menyenangkan karena saya tidak ingin istri saya mengetahuinya. Suatu ketika saya diperkenalkan dengan teman-teman Diana di grup, dan Diana dengan sangat cerdik berpura-pura menemui saya di pernikahan orang lain agar teman-temannya tidak curiga bahwa saya memiliki hubungan dengan Diana.

Hari ini, setelah latihan pukul 08.30, saya harus langsung ke kantor untuk bersiap-siap untuk rapat penting sore ini jam 2 siang. Aku memutar mobil di toko buku untuk membeli perlengkapan kantor yang hilang saat aku sedang sibuk memilih, tiba-tiba seseorang menyenggol pinggangku saat aku memandangnya, itu adalah Meimei, teman Diana, yang diperkenalkan.

Cerita Sex Ngentot Tante Haus Sex

Itu berakhir dengan percakapan singkat dengan Meimei. Dari percakapan ini, saya mengetahui bahwa Meimei berasal dari Cina dan Jawa, sehingga kombinasi wajah terlihat sangat imut. Matanya sipit, tapi alisnya tebal dan…, kuperhatikan dadanya… besar sekali, 36C berbeda dengan sahabatnya Diana.

Kubiarkan Papa Tiriku Menikmati Badanku Yang Seksi Menggairahkan.

“Eh… aku punya sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu, tapi jangan sampai Diana tahu,” dia bertanya, menatapku dengan penuh arti.

“Kenapa aku punya kendaraan…” kataku penasaran. Pada akhirnya, saya memutuskan Meimei akan ikut dengan saya, meskipun mobil ada di sana, nanti, ketika percakapan selesai, Meimei tidak membawanya ke tempat itu lagi.

Cerita Seks Bibi Memei Perselingkuhanku Mendambakan Kontol Besar – Sesekali aku melirik paha putih Meimei, yang terekspos karena roknya pendek dan Meimei masih tidak berusaha menutupinya. Mengikuti petunjuk dari Meimei, saya akhirnya memasuki sebuah rumah besar seperti vila dan Meimei memberi tahu saya bahwa tempat itu biasanya digunakan untuk persewaan.

“Oke, sekarang kita mau kemana dan apa yang kamu bicarakan,” tanyaku tidak sabar saat memasuki ruangan dan Meimei mempersilahkanku untuk duduk.

Cerita Sex Janda Kesepian

“Alaa De nggak nyangka Diana bilang ke aku, lho, katanya dia suka kalau kamu menikmati kamu… Hayooooo masih nggak nyangka…”.

Aku hanya diam, tapi aku juga sedikit gugup, wajahku terasa panas mendengar Meimei secara langsung dan tanpa ragu-ragu. Aku terdiam sementara Meimei merasakan keuntungannya, mengobrol panjang lebar, sesekali tersenyum dan menyilangkan kakinya sehingga pahanya mulus dan tanpa cacat. Aku hanya tersenyum ketika mendengar seluruh percakapan.

Aku hanya tersenyum miring. Aku melihat Meimei meninggalkan tempat duduknya dan segera pergi membawa dua gelas air minum. Meimei menatapku lagi seperti terdakwa menunggu hukuman. Segera setelah itu, Meimei bangkit dan duduk di sebelahku.

“Aku ingin sepertimu Diana De…” Aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya dan tidak membuang waktu lagi, aku mendekatkan mulutku ke mulutnya.

Cerita Sex Tante Girang Sewa Gigolo Untuk Memuaskannya

Perlahan, bibir Meimei terasa hangat dan membara. Kami menekan bibir kami bersama-sama, lidahku menjulur saat bibir Meimei terbuka sementara tanganku tidak diam.

Aku dengan lembut menyentuh payudaranya yang montok, yang membuatnya tersentak kaget. Bibirku terus bermain semakin meleleh di mulutnya. Meimei sepertinya menikmati sentuhan tanganku di payudaranya. Sementara tangan kananku membelai lembut punggungnya. Meimei mencium leherku lebih dan lebih, dan tangan Meimei ada di punggungku. Tanganku bekerja lebih jauh dan lebih jauh, menyentuh paha mulus Meimei, yang berbalik lebih jauh saat tangan kananku mulai memasuki payudaranya. Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, saya mengangkat bra saya sehingga tangan saya bisa dengan bebas menyentuh puting saya, yang mulai mengeras.

Aku mendengar napas Meimei berhenti, diselingi dengan kata-kata yang tidak kumengerti. Meimei mulai menyerah dan kedua tanganku mengangkat kemeja itu sehingga Meimei yang sekarang hanya memakai rok mini yang sudah tidak berbentuk lagi, sedangkan bra hitamnya tidak lagi menutupi payudaranya. Dengan lembut aku mendorong Meimei untuk berbaring di sofa, aku kagum melihat tubuh putihnya yang nyaris tanpa cela.

Saya perhatikan bahwa putingnya merah dan kaku, dan bulu-bulu halus di sekitar pusarnya menambah kegembiraan saya. Meimei baru saja menutup matanya dan aku mulai menurunkan rok miniku setelah jariku berhasil menjentikkan pengait di bawah pusarku. Kini Meimei hanya mengenakan CD dan bra hitam yang kontras dengan warna kulitnya. Saya bergegas membuka pakaian dan hanya CD yang tersisa.

Cerita Sex Menghamili Suster Polos

Aku cepat-cepat menekan tubuh halus dan Meimei mulai berguling, merasakan sesuatu menempel di bawah pusarnya. Aku turun dan mencium kakinya inci demi inci.

Penisku sakit karena kejang. Bibirku mulai mengalir di pahaku.. Aku sangat menyukainya inci demi inci. Tanganku mencoba menelusuri area di antara pahanya, dan aku mendengar suara itu semakin keras saat tanganku berhasil meluncur di tepi pelat hitam dan aku berhasil menemukan tempat berbulu dengan sedikit lumpur.

Tanganku masih membelai rambut yang kaku dan tangan yang lain mencoba membuatnya lebih mudah, menurunkan CD di tempat yang memenuhi mulutku. Saya telah menyingkirkan semua penghalang yang membuat saya sulit untuk menyentuh alat kelamin, dan sekarang wajah asli alat kelamin Ana semakin terlihat, indah, montok, putih kemerahan dengan rambut jarang tapi teratur.

Mataku melihat alat kelamin Meimei yang menarik, aku bisa melihat klitorisnya membengkak merah muda…, aku sangat bersemangat.

Cerita Sex Tante Ku Yang Telah Mengajari Jadi Haus Sex

Mulutku masih di antara pahanya sementara tanganku terus masuk lebih dalam ke dalam lubang dan Meimei semakin goyah, terkadang gemetar saat aku bermain dengan daging kecil di antara gua. Saya meregangkan paha saya, meregangkan kaki kanan saya di belakang sofa, sementara kaki kiri saya menyentuh lantai.

Sekarang alat kelamin Meimei semakin lebar. Mulutku tidak sabar untuk merasakan lidahku berdecak kagum, dan berharap untuk segera menembus liangnya untuk bertabrakan dengan daging kecil busuk dengan sedikit rambut. Kumisku bergerak perlahan di bulu halus Meimei, dan dia hanya bisa menutup dengan erangan panjang setengah berteriak.

Aku membiarkannya bergumam canggung. Lidahku mulai menjilat dan bibirku mencoba menghisap tubuh kecil Meimei yang menonjol. Kuadu lidahku dengan tubuh kecil dan bibir yang terus-menerus berciuman, aku merasakan alat kelaminku semakin basah.

Meimei berteriak lebih keras saat tanganku juga berinisiatif untuk meremas payudaranya, yang bergerak ke kiri dan ke kanan saat Meimei bergoyang dalam kenikmatan. Aku juga tidak tahan. Aku mendorong mulutku menjauh dari kemaluannya dan mengeluarkan CD sehingga batang penisku muncul, yang sudah berdiri tegak dengan ujung merah dengan sedikit lendir di atasnya.

Cerita Seks Kisah Gigolo Berhubungan Intim Dengan Tante Girang

Kisah seks Bibi Memei, perselingkuhanku yang mendambakan kontol besar – menyaksikan Meimei masih terkurung, memungut ujung penisku hingga akhirnya menyentuh alat kelamin mungil Meimei. Jeritan Meimei semakin keras, mengangkat pantatnya sehingga penisku bisa melihat lubangnya. Aku pindah penisku untuk sementara waktu dan melihat pantat Meimei semakin tinggi dan tinggi. Aku menggosok penisku dengan keras lagi, aku terkejut ketika Meimei meraih batang penisku dan dipandu ke dalam lubang yang sudah disiapkan.

Dengan lembut dan sopan, penisku perlahan meluncur masuk. Saat ujung penisnya masuk, Meimei berteriak keras dan mengencangkan kedua kain di pinggangku. Aku perlahan-lahan memaksa batang penisku sampai akhirnya aku berhasil mengunjungi lubang terdalam Meimei. Kaki Meimei menegang melawanku, dia membuka matanya dan tersenyum.

Saya hanya mendengarkan. Aku merasa alat kelamin Meimei berdenyut-denyut, memijat penisku saat tenggelam tak bergerak. Akhirnya Meimei mulai menggoyangkan pantatnya perlahan. Saya merasakan sensasi kesemutan yang luar biasa. Saya juga berbalik pantatku, bergerak maju mundur, dan sebagai penisku tenggelam, aku merasa bibir kemaluan Meimei tenggelam ke dalam kulit penisku.

Tidak butuh waktu lama sebelum saya merasa penis saya mulai memanas dan menggelitik, menjelang akhir saya mendorong dan menarik cepat. Meimei tampaknya merasakannya juga, mengkompensasinya dengan mencubit kakiku di pinggang, membuat penisku sulit bergerak. Saat penis masuk berkat bantuan kaki Meimei, yang semakin dalam, aku merasakan ke mana harus pergi.

Cerita Dewasa Nikmatnya Goyangan Mbak Ririn Saat Nginap Dirumahnya

Meimei hanya tersenyum dan mengencangkan gespernya lebih erat. Saya akhirnya memberikan semua penisku jauh di dalam dan melihat Meimei tutup mulut dan berteriak keras. Aku merasakan percikan besar di alat kelamin Meimei. Dan aku terus mengguncangnya, tiba-tiba Meimei menjerit, dan lengannya memelukku erat.

Aku memeluk Meimei saat penisku masih di lubang kawinnya. Meimei mengelus punggungku perlahan, seolah takut kehilangan kenikmatan yang dia minum. Aku perlahan mengangkat pantatku menjauh dari tubuh Meimei dan merasakan dinginnya penisku saat keluar dari lubang kesenangan. Aku berbaring telentang merasakan kesenangan terakhir.

Meimei kembali padaku, aku duduk di karpet untuk bangun membersihkan penisku yang masih bernoda, aku terkejut saat Meimei menidurkanku lagi.

Tapi aku tidak mendengar jawaban saat Meimei melihat ke bawah di antara pahaku dan aku merasakan bibir Meimei kembali beraksi, membelai penisku dengan lidahnya. Aku tergelitik ketika aku merasakan kenikmatan bibir Kuluman Ana di penisku. Telur ayam dijilat dan dihisap perlahan. Ujung sarafku menegang.

Petaka Dan Kenikmatan Perawanku Berakhir Oleh Sebuah Dildo Karena Guru Les Yang Lesbi

Tante Memei Sex Story My Affair Thirsty Big Dick – Aku mencubit kepalanya dengan dua paha, aku mulia bergumam tidak teratur tapi Meimei semakin marah dan menghancurkan penisku. Ujung penisku tersedot keras lalu melepaskannya lagi, tangannya gemetar tak henti-hentinya. Aku akhirnya menyerah untuk merasakan kenikmatan bibir Meimei saat dia semakin gila. Aku melihat kepala Meimei memantul ke atas dan ke bawah penisku yang kaku. Saat bibirnya mengisap, aku melihat pipi Meimei montok seperti orang tua.

Penisku diambil dari mulutnya dan aku melihat kepalanya memerah, siap untuk menyemprotkan air kehidupan. Meimei mengayunkan bibirnya lagi dan lagi untuk penisku. Kepala penisku diperlakukan secara khusus. Hisap dan hisap. Lidahnya menjilat dan mencicipi seluruh penisku. Tangan Meimei membantu mulut kecilnya memegang penisku, yang mulai memerah. Aku tersedak, memegang kepalanya dan mengatur ritme agar aku tidak pergi terlalu cepat.

Hanya suara aneh ini yang bisa keluar dari mulutku. Aku mencoba untuk duduk dan melihat semua gerakan Meimei menjadi liar di penisku. Kepala Meimei tetap berada di pelukanku, aku mencium rambut halusnya dan punggung putih mulusnya, dia mulai berkeringat mengagumi penisku. Mulut Meimei bergumam, menikmati ujung penisku yang menggeram. Aku mengarahkan tanganku untuk meremas payudaranya.

Ketika hiburan saya muncul, payudaranya menjadi sasaran amukan saya. Kurema Meimei yang kuat hanya bergumam dan mengerang. Sial, maaf aku tidak bisa menahan cairan itu lagi. Mulut Meimei semakin tajam saat aku melihat perilakuku mulai salah. Isak tangisku semakin kencang. tiba-tiba Meimei semakin kuat untuk melakukan kuluman dan menghisap penisku. Akhirnya, saya tidak bisa menahan kesenangan yang tak tertandingi ini. Saya mendapatkan pantat saya tinggi

Majikanku Dan Dua Temannya Pt 4

#Cerita #Sex #Ngentot #Tante #Haus #Sex

Keperjakaanku Diambil Oleh Tante Yang Baru Dikenal Terbaru Malam Ini

Keperjakaanku Diambil Oleh Tante Yang Baru Dikenal

Waktu itu, aku berdiri sendirian di depan ekskalator, di lantai 2 Dieng Plaza Malang. Selama di situ, aku hanya bengong sambil melihat orang-orang lewat di depanku. Sampai tiba-tiba ada cewek menghampiriku sambil membawa barang belanjaannya.

Aku lihat kayaknya sedikit lebih tua dariku. Yah.. kutaksir sekitar 30-an deh. Tapi dia cantik sekali, cocok jadi bintang film. Apalagi dengan dandanannya yang natural dan rambutnya yang tergerai indah sedada berwarna merah kecoklatan.., cakep sekali deh! Bodinya seksi banget. Pake tanktop warna putih, yang kayaknya kekecilan buat dadanya sehingga terlihatlah putingnya di balik bajunya. Aku terpesona sekali melihatnya, tapi aku takut dia marah.

Tiba-tiba.. dia nepuk pundakku sambil bertanya, “Maaf mas, kalau ‘pasar ikan’ adanya dimana ya..?”

Aku berusaha menutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,”Ahh.., Mbak ini becanda ya.. disini mana ada yang jual ikan mbak. Adanya ya di pasar besar..

“Oh, gitu ya Mas ya..” katanya sambil mikir.

Itulah awal pembicaraan kami rupanya dia tadi hanya memancingku aja, sampai akhirnya kenalan dan ngobrol North-South. Namanya Juliet, umur 31 tahun, rumah di Jl. Taman Wilis 1C Malang, mantan gadis sampul yang bersuami seorang pengusaha. Kebetulan suaminya lagi tugas 1 bulan ke Liverpool Inggris, jadi dia jalan-jalan sendirian. Belum punya anak, karena suaminya menderita impoten.

Setelah ngobrol selama 1 jam sambil makan di cafe. Lalu, aku diajaknya ke rumahnya. Dia mengendarai mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu. Setelah sampai di rumahnya yang sangat besar. Padahal aku baru melihatnya dari depan saja.

Setelah di-klakson sama dia, seorang satpam membuka pintu pagar. Sebelumnya, Mbak Juliet sudah bilang, “Kalau ada pembantu saya, kamu bilang aja saudara dari suamiku, ya..?”

Sambil berakting layaknya bintang sinetron, Mbak Juliet memperkenalkan aku sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lalu menyuruhnya untuk masak-masak buat makan malam.

“Ayo masuk Son..? Duduk-duduk saja dulu sebentar di dalem.. ya.. Aku mau ganti baju dulu..” katanya setelah pembantunya pergi ke dapur

“Eee.. mbak.. kamar kecilnya dimana ya..?”tanyaku.

“Ayo deh, Mbak tunjukin..”katanya sambil menggandeng tanganku.

Sampai akhirnya tiba di kamar mandi.

“Tuh kamar mandinya di sana..” katanya sambil menunjuk ke pintu di ujung kamar.

Aku langsung ke sana, dan ketika mau menutup pintu, Mbak Juliet tiba-tiba menahan pintu dari luar kamar mandi sambil berkata dengan genit, “Jangan lama-lama ya Son..!” Terus ditutup deh pintunya sama dia.

Pas lagi pipis, mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah benda panjang yang berada di balik botol-botol sabun.

Ketika kuambil.., ternyata penis plastik yang berwarna hitam..! Lalu..

Karena pintunya tidak kukunci, secara diam-diam Mbak Juliet masuk ke kamar mandi. Karena saat itu aku sedang kaget, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang secara lembut. Tangan kiri Mbak Juliet meraih tanganku yang lagi memegang penis tiruan itu, sedangkan tangan kanannya meremas kontol-ku.

“Ini mainan aku Son, kalau lagi kesepian..” bisiknya tepat di telingaku.

Aku terdiam seperti patung, keringat mengucur dengan deras sekali..

“Tapi jauh lebih enak kalau pake yang asli Son..” desahnya.

Aku benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa ketika dia mulai menjilat leher sekitar telinga. Rasanya geli-geli enak dan aku benar-benar tersihir. Sambil terus menjilat dia berusaha membuka celanaku dari belakang.

“Hhh.., jangan Mbak..!” aku berusaha mengingatinya.

Tapi.. kenapa Son..? Hhhmm slurp.. slurp.., nggak suka ya..?” desisnya sambil tetap mencium dan menjilat leherku.

“Hhh.., Sony masih perjaka mbak..!” kataku.

“Ahh.. masak sih.. ayo dong.. ntar Mbak ajarin deh.. nikmat kok Son.. mau ya Son..?”katanya

“Tapi mmbakk.. hh..”teriakku.

“Ayo ikut ke kamar Mbak aja ya.. biar lebih enak..” katanya sambil menarik lenganku.

Dia menuntunku keluar kamar mandi sampai di pinggir ranjang, langsung memagut mulutku dengan ganas.

Lidahnya meliuk-liuk mencari-cari lidahku, sementara tangannya kembali berusaha membuka celanaku. Aku yang sudah pasrah dan bengong, mendekap tubuhnya yang sexy dan montok.

Setelah celanaku melorot, ciumannya beralih ke leher, ke dada, perut, dan akhirnya ke penisku. Dia mengurut penisku pelan-pelan, “Woowww.. enak banget rasanya.. ohh..?” desahku.

“Kamu tetap berdiri, ya Son.. jangan rebah..!” pintanya sambil tersenyum manis.

Aku mengangguk saja.

“Kontol kamu.. Sonn.. enak banget.. hhmm..!”

Tiba-tiba dia langsung menghisap penisku, bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.

“Ohh..?” desahku keenakan

“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”

Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang penisku ke kiri ke kanan dengan mulutnya, sementara kedua tangannya mengelus-elus pantat dan bijiku.

Keperjakaanku Diambil Oleh Tante Yang Baru Dikenal

“Aahh.. jangan kenceng-kenceng dong, Mbak..!” kataku saat dia menghisap dengan bernafsu.

Dia hanya tersenyum, lalu meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus sampai akhirnya dia seperti kelelahan.

“Hmm.., kontol kamu enak banget Son..” katanya sambil menjilat bibirnya yang penuh lendir.

Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar kalau dia sudah sangat horny.

“Udah lama saya nggak ngisap kontol seenak ini, Son..”

“Mbak..”panggilku.

“Jangan panggil aku Mbak dong..” desisnya sambil mencium kepala kemaluanku,”Panggil Jull.. aahh.. aja ya.. sstt..” desahnya.

Kembali dia menjilat kemaluanku dengan lidah meliuk-liuk seperti lidah ular. Kali ini jilatannya naik ke atas, sambil tangannya membuka T-shirt-ku. Aku juga tidak mau kalah, ikutan membuka baju-nya. Dan ohh.. terlihatlah susunya yang besar itu.. kayaknya 36C. Ternyata dia tidak memakai BH. Jadi sekarang hanya sisa CD-nya aja.

“Ayo, hisap dong tetekku Son..” desahnya.

Aku tidak menunggu lama-lama lagi, langsung kulumat payudara yang bulat itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Juliet mengerang dan menjatuhkan diri ke ranjang.

“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Son.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.

Aku dengan semangat menghisap sesuai perintahnya. Sesaat kugigit lembut putingnya.

“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sambil menggelinjang.

Rupanya arus kenikmatan mulai menerpa Juliet. Tangan kananku mulai menjelajah memeknya yang masih tertutup CD. Wah, sudah basah rupanya..! Apalagi saat jari tengahku menyelinap di antara Labia majora, kerasa sekali beceknya.

Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Juliet sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku menyentuh klitorisnya, makin kencang goyangannya. Seakan berusaha agar jariku tetap di klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti saat tangannya memegang tanganku yang ada di kemaluannya,”Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.

Sekarang ciumanku sudah pindah ke lehernya yang jenjang dan harum mulus. Memeknya tetap dihibur dengan jariku, sementara tanganku yang lain membelai rambut indahnya.

“Udahh.. Son.. aku nggak tahan say.. sst..!” kata Juliet.

Lalu dia menelentangkan aku dan dia ada di atasku. Dia langsung menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan wajahku dan secara perlahan dia buka CD-nya dengan membuka ikatan tali di sampingnya. Tercium semerbak wangi memeknya yang benar-benar membuatku terangsang. Tampak tetesan lendir di lubang memeknya.

“Hm.., wangi sekali Jul. Sony suka baunya..” kataku.

“Kamu suka bau memekku, Son..?” katanya manja.

“Ya Jul, dua-duanya say..”

“Kalo gitu, jilatin dong say memekku..!” katanya sambil menurunkan memeknya ke wajahku.

“Ayo jilat, Say..!” desahnya.

Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat memek dan anusnya. Dan semua yang ada di sekitar kemaluannya kujilat dan kuhisap.

“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Son.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.

Wajahku benar-benar dijadikan gosokan sama dia. Digosoknya terus memeknya di wajahku, kadang berputar-putar. Lalu, Juliet mengubah posisinya jadi di bawah, tapi tetap sambil kujilat memeknya. Dia menggeliat-geliat, kadang menyentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Kadang mengerang, menjerit, melolong, bahkan kadang kepalaku dijepit dengan kedua pahanya yang putih mulus itu.

“Ahh.. ohh.. oohh.. Jul mau keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.

Saat dia menjerit-jerit cepat-cepat kuhentikan jilatanku dan cepat-cepat berdiri di samping ranjang.

“Jul.. kamu nggak pa-pa kan..”kataku bingung.

Tidak lama kemudian Juliet tersadar..

“Ahh..? Lho..? Koq.. Kenapa brenti sih Son..?” setengah menjerit, lalu celingukan mencariku.

Setelah melihatku ada di sampingnya sambil bengong, Juliet benar-benar geram

“Kamu.. bener-bener jahat Son..!”

Juliet memasukkan 2 jari kirinya ke memeknya.

“Sony.., kamu bener-bener jahat..!” jeritnya.

“Tapi, Jul kan tadi menjerit.. Sony jadi ketakutan..” kataku.

“Aduh.. kamu kok culun amat sih Son.. dasar perjaka.. tapi nggak pa-pa deh..”katanya.

Untung diluar masih hujan besar. Jadi jeritannya tertutup dengan suara hujan.

“Sini dong Son..!” pintanya manja.

Karena aku bengong terus lalu dia dengan meraung seperti macan dia melompat dari ranjang, berusaha menerkamku. Tapi gagal, karena aku berkelit karena ketakutan. Aku berusaha menghindar dari sergapannya yang dipenuhi hawa nafsu.

“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sambil berusaha mengejarku.

Kami berdua seperti penjahat dengan korbannya yang lagi main kejar-kejaran.

Karena kelelahan aku berhasil ditangkapnya. Aku langsung duduk di kursi sofanya. Lalu, tanpa basa-basi lagi, Juliet langsung duduk berhadapan di pahaku. Bulu kemaluannya terasa lembut menyentuh pahaku, sedangkan batang kemaluanku merapat di perutnya.

“Mau lari kemana, Son..? Jahat..!” katanya sambil menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya nikmat sekali.

“Orang Jul lagi mau ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu nggak boleh, Say..!” omelnya sambil menatap tajam.

“Ya Jul.. Sony salah..” kataku.

Lalu kupagut bibirnya yang basah itu. Langsung dibalas dengan ganas. Juliet memelukku dengan erat sambil menggesek naik turun kemaluannya ke kontolku. Kemudian dia menghentikan pagutannya, lalu tersenyum mengejekku.

“Kamu udah bikin Jul pusing, kamu harus Jul hukum..” katanya.

“Dihukum apa Jul..?” kataku penasaran.

“Hukumannya ini Son..” lalu Jul meraih kontolku dan langsung dimasukkan ke memeknya, “Ngentotin sampai aku puaass.. oohh..!”

Lalu, Juliet langsung menggenjot kontolku UP-DOWN.

Aduh, benar-benar nikmat nggak tahunya. Begitu ketat mencengkeram kontolku. Sementara itu, di depan wajahku terpampang payudara besar yang terguncang-guncang.

“Ahh.. oohh.., kontol kamu.. enak Son.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sambil naik turun.

Aku tidak dapat menjawab, soalnya lagi asyik melumat teteknya. Tanganku mengelus-elus sekitar pantat semoknya sampai belakang memeknya, biar dia benar-benar puas.

“Ah.. ah.. terus Son..! Jangan berhenti Say..! Jul, suka ngentot sama kamu.. hh enak.. ohh.. ahh..!” jeritnya.

Kadang kusentak juga dari bawah, dan Juliet senang sekali kalau sudah begitu.

“Sentak lagi.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. gitu.. lagi.. lagii.. oohh..!”

Lagi asyik-asyiknya dia menggenjot kontolku, tiba-tiba kuberdiri sambil membopongnya. Lalu aku jalan-jalan keliling kamar sambil tetap dia mengocok kontolku dengan memeknya yang luar biasa. Sebagai ganti sentakan yang dia suka, aku jalannya kadang seperti orang melompat. Kan jadi sama nyentaknya. Tapi itu tidak dapat lama-lama, karena badannya lumayan berat. Jadi aku balik ke ranjang.

“Kamu di bawah ya, Say..! Jul suka di atas.. ss..” desisnya manja.

“Ya.., buat Jul.. apa aja deh..!” kataku.

Tanpa banyak buang waktu, Juliet kembali melanjutkan goyangannya. Kadang goyangnya benar-benar maut, sampai menyentak kepalanya ke belakang. Atau kadang sambil meremas payudaranya, seperti di film-film Vivid. Atau dengan merebahkan kepalanya di dadaku. Sambil mengocok, seperti biasa dia suka sekali berkata kotor.

“Hhmm.., ohh.. yess.. memek.. ahh.. hhmm.. enak kan, Say..?”

“Enakk.. banget, Jul..” lenguhku.

“Seneng khaann.. Son..!”

“Ya, .. sseneng.. ohh..”

“Jul.. sukka.. kontol kamu.. Son.. oohh..” desahnya manja.”Sony juga suka memek Jul.. ohh..” desahku.

10 menit kemudian, aku merasa seperti akan pipis, karena kontolku sudah berdenyut. Rupanya Juliet juga begitu. Dinding memeknya mulai bergetar dan sudah basah sekali. Genjotannya pun sudah mulai mengganas, seperti saat dia menjerit tadi.

“Oohh.. Son.. Sony mau.. pipis..”

“Jul.. juga Son.. mau keluar.. tahan yah.. Son, kita barengan ya.. Son..!” desahnya.

Lalu, Juliet sudah semakin tegang, makin erat memelukku.

“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, makin lama makin keras.

Dan, “Teruss.., Son.. teruss.. aku.. ohh.. ahh.. Jul keluarr..”

Dia menjerit dan menghentak-hentak dengan ganasnya. Saat itu, otot memeknya betul-betul tegang dan memerah batang kontolku. Dia menyemprotkan banyak sekali cairan.. Lalu,

“Jul.. Sony mau pipis juga.. ohh..!”

“Pipiskan aja di dalam Son.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”

“Crot.. crot.. crot..!” cairankuku muncrat di dalam memeknya.

Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, hanya bisa menerawang ke langit-langit. Menikmati orgasme. Masih ada beberapa hentakan lagi, sebelum akhirnya Juliet terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang indah itu menghampar bebas, langsung kubelai.

“Son.., makasih ya.., kamu telah memberi saluran yang selama ini belum pernah Jul rasakan” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.

“Terus gimana Jul.. tentang rencana selanjutnya..?”tanyaku.

“Entar aja deh, biar Jul pikir-pikir dulu, Son”katanya.

“Bila Jul benar-benar mau cerai ama Fadli. Sony mau jadi gantinya..”kataku.

“Ahh.. yang bener Son.. emang kamu masih mau ama aku.. cewek yang udah tua ini..?”katanya.

“Sony cinta ama Jul sejak pertama kita ketemu. Sony nggak memperdulikan usia Jul berapa yang penting Sony cinta ama Jul..”kataku sambil mengecup bibirnya.

“Ohh.. Son kau sungguh lelaki jantan dan bertanggung-jawab. Sebetulnya Jul juga suka ama kamu tapi khan aku sadar kalau usiaku udah diatas kamu. Tapi, kenyataannya kamu suka ama Jul. Jadi, Jul setuju aja.. tapi Sony sabar dulu ya.. Biar Jul selesaikan urusan dengan suami Jul.. ya manis..”katanya sambil mengecup bibirku lagi

Cerita sex : Kebinalan Istriku Yang Semakin Menjadi

“Ya Jul, Sony akan tunggu..?”tanyaku.

“Nah gitu dong.. oh ya say.. Sony harus datang kesini dan harus memuaskan Jul setiap waktu.. ya sayang..”katanya.

“Ya say..”jawabku. Lalu, kita berciuman dan akhirnya tertidur pulas.

#Keperjakaanku #Diambil #Oleh #Tante #Yang #Baru #Dikenal