Jepitan Susu Siska Yang Tiada Tanding Terbaru Malam Ini

Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.
Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal. “Ko, loe baru pulang yah?” gelegar suara Mary memaksa mataku untuk menatap asal suara itu. “iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku. “Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Mary sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Josen” “Siska” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku. Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut. “Josen ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Mary kepada Siska. “Oh..” “Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Mary sambil berjalan keluar dari kamarku.

Aku menanggapi perkataan Mary barusan dengan kembali tersenyum ke Siska. “Cantik juga sepupu Mary ini” pikirku dalam hati. “Siska ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya. “Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya. “Loh, memangnya kamu nggak kuliah?” “Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.” “Rencananya berapa lama di Jakarta?” “Yah.. sekitar 2 minggu deh” “Josen aku ke kamar Mary dulu yah, mau mandi juga ” “Oke deh” Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Siska yang berjalan pelan ke arah kamar Mary.

Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap. “Ko, bangun dong” Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Mary yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku. “Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.

“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!” Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak. “Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?” “Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren” “Aduh Mary.. kan bisa besok..” “Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi” Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Mary. “Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”

Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku. “Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati. “Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar. “Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara. Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga.

Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Siska. “Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan. “Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi. “Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur” “Mary mana?” tanyaku lagi. “Dari tadi udah tidur kok” “Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?” “Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih” “Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.

Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan.

Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda. “Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?” “Bukan parfum, lotion gue kali” “Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku. “Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil. “Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya” “Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong” Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu. “Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati. “Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng. “Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?” “Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.

Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku. “Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil. “Wah kesempatan nih” pikirku lagi. Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya. Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya “Bener nih nggak marah kalo gue cium?” Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Siska memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku. Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Siska ke ranjang.

Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya. Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan.

Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek. Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku.

Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Siska mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya. Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku. “Jangan Josen!” “Kenapa?” “Jangan terlalu jauh..” “Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..” “Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Siska bangkit dan duduk di ranjang. Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku. “Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Siska meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian. Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran. Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Siska tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya. “Sis.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini. “Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya. “Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Siska mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. “Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. “Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus.

Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut. “Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. “Sis.. aku keluar..” Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya.

Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Siska yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya “Kamu seneng nggak” Aku mengangguk sambil membalas senyumannya. “Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Mary” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana. “Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue” Siska kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu. “Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu. “Thanks yah Sis.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Siska.

Cerita sex : Menikmati Masturbasi Di Kamar Mandi Waktu Di Rumah

Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Siska, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

#Jepitan #Susu #Siska #Yang #Tiada #Tanding

Kontol Orang Negro Memang Tiada Dua Nya Terbaru Malam Ini

Saat aku sudah lulus dari SMA aku langsung melanjutkan pembelajaran di New York. Dan disana aku tinggal di sebuah apartemen milik saudara jauhku dan ada 1 orang jakarta juga yang tinggal dan jadi meringankan biaya juga biar irit. Sebenarnya aku datang ke sini bersama dengan pacarku, Wulan, tapi dia tinggal di apartemen lain bersama teman-temannya, karena orang tua tidak setuju kami masih pacaran tinggal dalam satu rumah.

Tapi kadang-kadang jika ada kesempatan kami sering diam-diam melakukan hubungan kelamin, terutama bila kamar masing-masing tidak ada. Aku jadian dengannya sudah sejak kelas 3 SMA, dan mulai berhubungan dengan badan sejak di sini. Dia seorang berparas cantik bagaikan artis-artis Asia Timur, berkulit putih bersih, tinggi sekitar 165 cm, badan langsing dan padat, lurus panjang sedada dicat merah.

Kami melewati hari-hari kuliah dan kehidupan muda-mudi di sana dengan gembira sampai akhir tahun 1998 yang lalu. Saat itu di sana sudah mulai suasana Natal, teman-teman yang sudah termasuk pulang sekamar-ku, aku dan Wulan pun bersiap-siap akan pulang liburan juga. Tapi karena kehabisan tiket pesawat ke Indonesia kami menunggu seminggu kemudian. Roomate-ku pulang paling awal karena kebetulan ibunya sakit. Setelah pergi sambil menunggu tanggal kepulangan kami, Wulan sering ke apartemenku bahkan menginap di sini, saat itu juga sudah pulang.

Beberapa hari sebelum pulang. Aku dan Wulan pulang dari taman hiburan pada larut malam, kami sampai di apartemenku kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitar sana sudah sepi, aku masuk dan membuka pintu. kami begitu terkejut ruang tamu berantakan seperti habis ada melihat pencuri, dan kudengar suara gaduh di kamarku Segera aku ke sana dengan dapur memeriksa dapur untuknya. Pintu kamar kudobrak tapi belum sempat aku mengetahui apa-apa sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Aku tahu apa-apa selanjutnya sampai aku merasa diriku digoncang-goncang seseorang, aku tersadar dan menemukan diriku sendiri dalam keadaan tidak ditentukan di sebuah kursi dan mulutku disumpal sehingga kain tidak bisa bersuara. aku seorang pria negro di depanku yang menyuruhku bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan melihat plontos. Dan satu orang lagi juga negro berbadan agak gemuk. Yang membuatku panas adalah si negro gendut itu sedang duduk di pinggir sebelah sebelah ranjangku sambil memangku Wulan yang saat itu tinggal memakai BH dan celana di dalamnya saja.

Wulan minta menangis. Tapi si gendut itu tidak menariknya, dia meremas-remas payudara Wulan yang masih terbungkus BH itu, menjilati lehernya, lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat!”. Dan si botak berkata kepadaku, “Hei, sudah bangun ya, pacarmu boleh juga, kami pinjam dia sebentar ya, baru pergi”, dia berkata sambil sambil-nepuk pipiku, aku mau berontak tapi tak bisa apa-apa. Lalu dia mendekati Wulan dan berkata, “Ok, sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!” Dia menyuruh Wulan ayak untuk menerapkan dan menyuruhnya membukakan celananya lalu mengulum batangnya.

Sambil menangis Wulan memohon belas kasih, “Jangan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!” belum selesai berkata tiba-tiba, “Pllaakk..” si botak membuat pipinya dan menjambak, dengan memaksa Wulan ayak harus dibayar, “Masukkan ke dalam mulut, hisap atau saya bunuh!” Terpaksa dengan putus asa Wulan membuka celananya dan begitu dia menurunkan celana dalamnya tampak hitam panjang berwarna hitam, tanpa waktu yang cepat segera memasukkan benda itu ke mulut Wulan, batang besarnya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu berlebihan, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Wulan.

Temannya yang gendut juga tidak tinggal diam, setelah dia melepaskan semua pakaiannya berdiri di samping Wulan, menyuruh Wulan mengocokkan batang perilakunya dengan tangan, batang si gendut tidak dengan teman, tapi diameternya cukup sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Wulan dalam posisi ayak dengan video mulut dijejali si botak dan tangan kanannya mengocok batang si gendut.

“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis Asia, lain dari yang lain”, kata si botak.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangan halus nih”, timpal yang gendut. Si botak akhirnya ejakulasi di mulut Wulan, cairan putih kental memenuhi mulut Wulan meneteskan di pinggir seperti vampir baru darah, dan Wulan menjalankan semuanya karena takut ancaman mereka. Setelah mereka melepaskan BH dan CD Wulan sehingga dia benar-benar telanjang sekarang, tampaklah payudara 34B-nya dan bulu-bulu persembahannya yang lebat.

Kali ini si gendut duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Wulan berjongkok di sambil memijit batang hadiah dengan payudaranya. Wulan terpaksa menggesek-gesekkan payudaranya pada saat menjilati ujung batangnya sehingga si gendut menyukai keenakan. Sementara itu si botak merupakan masalah di bawah video Wulan dan menjilati liang video sambil menusuk-nusukkan jarinya ke liang video itu.

sekitar 10 menit dikocok, si gendut memuncratkan maninya dan cuci wajah serta payudara Wulan. Kali ini dia sudah tak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu si gendut jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Wulan dan kredit pipinya sampai dia jatuh ke ranjang, “Pelacur, kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku.. kalo sekali lagi begitu kurontokkan gigimu, dengar itu!” bentaknya. Kemarahanku bangkitanku diperlakukan begitu, aku meronta-ronta di kursiku tapinya terlalu kencang karena hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksiku si gendut berkata, “Kenapa? kamu tidak terima ya pacarmu kami pinjam, tapi sayang sekarang kamu tidak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Wulan, kali ini si gendut membuka lebar pahanya dan memasukkan batang kejantanannya ke liang video Wulan. Batang besar yang besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang sita Wulan yang masih sempit, sehingga dari wajah Wulan terlihat dia menahan sakit yang amat sangat. Sementara itu si botak dengan ganasnya beradu lidah dengan Wulan sambil ikut turut bekerja memilin-milin putingnya. Si gendut memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Selama beberapa menit akhirnya badan Wulan secara refleks memeluk si botak yang sedang menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme akhirnya melemas kembali.

“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria Negro, gimana rasanya enak tidak, jawaabb..!” bentak si gendut sambil menarik.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata dia menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali!”
“Jawab lebih keras agar pacar loe dengar pengakuan loe!” kata si botak.
“Iya, saya suka sekali bercinta dengan kalian”, dijadikan dengan lebih keras.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata pacarmu, dia suka pada kami, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka.

Hatiku benar-benar serasa mau meledak tapi aku tidak bisa apa-apa. Kemudian si botak membuat posisi tubuh Wulan gaya posisi anjing, masukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm ke pantatnya hingga terbenam secara keseluruhan, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda keras di pantat, Wi hingga kaget dan kaget sampai tiba-tiba teriakan panjang , “Aaahh..! Berhenti, kumohon jangan!” Mereka berdua malah tertawa-tawa menyaksikan hal itu. Si gendut menimpali, “Sstt, tenang sayang, jangan terlalu ribut, kalo ada orang masuk berdua celaka nanti!” Sekarang Wulan sedang beraktivitas si gendut sementara si botak menggenjotnya dari belakang.

Payudaranya yang dipertontonkan itu juga dimainkan oleh mereka berdua. Tidak lama si botak ejakulasi karena terlalu sempit. Dari mulut Wulan yang dipenuhi batang video yang besar itu hanya terdengar, “Emhh.. emhh.. emmhh!” berganti posisi lagi, kali ini si botak memangku Wulan dengan membelakanginya dan menancapkan batang video mereka ke liang video Wulan. Dia mendorong pantatnya naik turun, dan Wulan pun tanpa teras, turut mengikuti irama gerak si gendut. Si botak mengambil sekaleng bir dari kulkas dan menyiramkannya ke tubuh Wulan lalu menjilat-jilat tubuh dengan mulus itu. Si gendut juga sambil bergoyang menjilati leher jenjang Wulan, lidah si botak lalu bermain sambil bermain-main dengan meremas-remas kenyal padat itu.

Setelah si gendut selesai dengan gaya pangkuannya, tentukan si botak belum puas. Dia memiringkan tubuh Wulan mengangkat kaki kanan Wulan ke bahunya dan mulai menancapkan tusukan-tusukan mautnya di liang anak Wulan. Dia sakit ditambah nikmat itu dengan menggigit kain bantal, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba kedua bajingan itu, si botak tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan tenaganya. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Wulan, lidahnya bermain-main di putingnya.

Akhirnya Wulan pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka membuang mani mereka di tubuh mulus dan meratakannya hingga mengkilap. Yang lebih kejam lagi si botak malah mengencingi tubuh yang sudah tidak berdaya lagi. Setelah itu mereka berkata padaku, “Hei, kami kembalikan tuh pacarmu, dia cantik tapi sayang terlalu lemah, baru segitu saja sudah pingsan, tapi kami cukup puas juga kok sama servisnya, thank you man, bye..” Mereka pun menghilang di bayangan malam bersama hasil jarahannya. Kasihan sekali nasib Wulan sejak malam jahanam itu, dia sering termenung dan menangis sendirian.

Cerita sex : Cerita Seks Memuaskan Hasrat Kakak Ipar

Sepulangnya ke Jakarta dia juga tidak mau kembali lagi ke New York. Terpaksa kuliahnya dilanjutkan di Indonesia saja. Memang melalui terapi intensif, dia mulai bisa kembali bergaul seperti biasa. Tapi dia masih trauma pada orang negro, melihat negro di film pun dia kadang merasa agak kaget. Untung aku dan keluarganya terus memperhatikan dan masih mau menerima apa adanya. Yang merupakan pelakunya belum tertangkap, dan sejak itupun pindah apartemen agar tidak terlalu terpikir pada peristiwa nahas itu. Dan memang kabarnya daerah itu memang aman karena lokasinya tidak jauh dari tempat mangkalnya geng-geng dan tidak begitu. Aku hanya berharap suatu hari kedua bajingan itu didapat dan mendapat hukuman seberat-beratnya.

#Kontol #Orang #Negro #Memang #Tiada #Dua #Nya