Cerita Sex Waktu Liburan, Terbaru Malam Ini

Cerita Sex Waktu Liburan – Pertama, perkenalkan saya dengan Andy (bukan nama sebenarnya). Umurku sekarang 17 tahun, dan cerita ini terjadi sekitar 2 bulan yang lalu, saat aku sedang berlibur di akhir semester. Waktu itu saya sedang liburan sekolah. Saya berencana pergi ke villa tante saya di kota M. Nama tante saya Sofi, dia orangnya cantik, badannya juga sangat padat, dan sangat terawat walaupun usianya sudah 38 tahun. Saya ingat betul, Sabtu pagi itu, saya meninggalkan kota S menuju kota M.

Sesampainya disana, aku disambut dengan hangat. Setelah saya menanyakan kabar tersebut, saya dibawa ke kamar oleh pembantu bibi saya, kami memanggilnya Bi Sum, orangnya mirip penyanyi keroncong Sundari Soekotjo, tubuhnya yang cantik tidak kalah dengan bibi saya, Bi Sum adalah orang yang sangat polos dan umurnya hampir sama dengan tante sofi, yang membuatku tidak berkedip saat melihatnya dari belakang adalah pantatnya yang sangat seksi bergerak ke kiri-kanan, kiri-kanan, kiri-kanan sambil berjalan, seolah menantangku untuk meremasnya. .

Cerita Sex Waktu Liburan

Setelah sampai di kamar saya tertegun sejenak, memperhatikan apa yang saya lihat, sebuah ruangan yang luas dengan interior yang elegan di dalamnya. Saat sedang asyik melamun, aku dikejutkan oleh suara Bi sum.

Cerita Sex Pakdeku Ambil Keperawananku

“Eh, iya, Bu.” Lalu aku berbaring telungkup di kasur empuk, melepas pakaianku. Bi Sum mulai memijat punggungku, aku bahkan merasakan tangan lembut Bi Sum memijatnya.

Bi Sum terdiam sambil melanjutkan pijatan, aku hanya bisa terdiam, saat menikmati pijatan tangan Bi Sum, otak kotorku mulai tidak bermimpi apa-apa.

“Jika tangan lembut ini akan mengguncang penisku, itu akan lezat.” Kataku pada diri sendiri, diikuti oleh “Adik” kecilku yang mulai bangun.

“Yah kamu tidak menyebutkan aden bu Pak Susilo sekarang telah pindah ke kota B sementara Den Rico bersama nenek di kota L.” dia berkata.

Cerita Liburan Long Weekend Di Kota Bandung Bersama Keluarga

“Iya den, kadang tante juga kasihan sama nyonya, nggak ada yang menemani.” Bi Sum berkata saat tukang pijat diturunkan ke paha kiriku. Kemudian saya secara spontan mengguncang kesenangan.

“Yah, itulah yang dikatakan bibi, menurutku bibi masih terlihat cantik.” Aku memujinya, melihat wajahnya yang memerah.

“Oh, benar Bi, bibi masih cantik, dia sudah seksi lagi, bibi harus rajin merawat tubuhnya.” Menggoda saya lagi.

“Bi.., siapa yang tidak mau dengan tante, dia sudah cantik dan seksi, lihat tubuhmu yang indah, apa lagi, masih cantik…” kataku, berani menunjuk gundukan di dadaku. . Secara naluriah, dia segera menutupinya dan jatuh di wajah mereka.

Liburan Menyenangkan Ala Raisa

“Bibi itu aneh, payudara bibi masih indah, bagaimana kamu bisa mengatakan dia langsing, lihat saja sendiri,” kataku sambil membuka tangan untuk menutupi payudaranya.

“Bi.. kalau tidak percaya ada cermin, coba lepas baju bibimu dan lihat ke cermin.” Kemudian saya mulai membantu membuka kebaya yang dikenakannya, dia tampak menyerah. Setelah berganti kebaya, ia hanya mengenakan bra yang terlihat sangat kecil, seolah-olah payudaranya akan keluar. Aku mulai menuntunnya di depan cermin besar di ujung ruangan.

“Tenang aja Bi, Tante Sofi gak tau kenapa” Aku yang ada di belakangnya mulai membuka ikatan tali bra-nya dan wow.. Aku melihat di depan cermin, sepasang bukit kembar yang sangat tebal dan padat. , melihat adik perempuanku segera mengangkat tangannya dengan sangat keras.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Aku langsung memeluknya dari belakang sambil mencium lehernya yang panjang. Bi Sum yang sudah setengah telanjang hanya bisa menghela nafas dan matanya ‘kecil’.

Cerita Sex Indonesia Terbaru

Aku mengabaikan pertanyaan itu, malah meningkatkan seranganku. Sekarang saya membawanya ke tempat tidur saat saya mencium putingnya yang merah dan menonjol, dia juga tampak menikmati permainan saya dan saya menempatkan Bi Sum di tempat tidur kemudian saya mulai mencium putingnya lagi, menarik jari yang dia gunakan.

Aku mulai melepas semua pakaianku dan ciumanku terus turun ke perutnya dan dengan galak aku menyelipkan CD yang dibawanya, aku terdiam sejenak saat melihat gundukan di bawah perutnya.

“Mmhh.. ohh.. Bi terus, kulum penisku Bi.., tidak lama kemudian Bi Sum mulai mengisap penisku dan aku merasakan sesuatu akan keluar di ujung penisku.

“Bi.. teruskan, Bi.. aku ingin keluar, oohh” teriakku panjang dan tiba-tiba, saat aku masuk ke mulut Bi Sum, Bi Sum langsung menelannya.

Cerita Sex Ziarah Membawa Berkah

Saya juga mulai berpindah posisi, sekarang saya mulai menjilati vagina Bi Sum, vagina bersih Bi Sum dengan sedikit rambut muncul di depan mata saya. Sepertinya Bi Sum sudah tidak sabar, dia menekan kepalaku untuk mulai menjilati vaginanya dan sluurpp.. Memek Bi Sum aku menjilatnya sampai aku menemukan sesuatu yang keluar kecil, lalu aku mengisap dan menggigitnya sedikit, gerakan tubuh Bi Sum mulai untuk salah, tanganku tidak tinggal diam, aku memelintir putingnya dengan tangan kiriku sambil menggunakan tangan kananku untuk menusuk vaginanya sambil memasukkan lidahku sedalam mungkin.

“Ouhh den.. Tante mau.. outr.. den ohh, ahh, den, tante keeluuaarr, akhh.” Bi Sum gemetar hebat dan aku menelan cairan kewanitaannya tanpa sisa. Sepertinya Bi Sum masih menikmati sisa-sisa orgasmenya. Lalu aku mencium bibirnya aku memasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dia sangat agresif dan kemudian dia membalas ciuman itu dengan panas.

Aku mulai mencium telinganya, dan dadanya yang besar menempel erat di dadaku, aku yang sudah sangat bersemangat, segera berkata, “Aku akan memakainya sekarang, oke?”. dia hanya bisa mengangguk pelan.

Saya pun mengambil posisi, saya menginjak pahanya lebar-lebar, saya memasukkan penis saya ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek. Alhamdulillah.. setengah dari penisku tenggelam ke dalam vaginanya, aku merasakan vaginanya menghisap kepala penisku. Aku memasukkan penisku kembali, berkat.. penisku tenggelam ke dalam vaginanya, aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur, vaginanya terasa sangat kencang.

Suami Bokek Ga Ada Uang,istri Pake Body Seksinya Jadi Budak Seks Bossku Dan Teman2nya Di Gang Bang Sampe Keenakan.

“Den.. oohh.. lanjutkan.. denn.. mmhh..sshh.” Desahan erotis keluar dari mulut Bi Sum, aku bahkan lebih terangsang dan dengan cepat mendorong vaginaku ke dalam dirinya.

Kemudian beberapa detik kemudian saya merasa penis saya disiram cairan yang sangat berat..err..penis saya berdenyut keras dan,err..rasanya sangat enak, saya merasa seperti semua tulang saya rontok. Saya juga ambruk di atas seorang wanita paruh baya yang sedang menikmati orgasmenya.

Akhirnya aku tertidur dengan penisku tertancap di vagina Bi Sum, tidak tahu bahwa bibiku melihat seluruh permainanku, sementara dia memainkan vaginanya dengan jari-jarinya. ini pengalamanku dengan Bi Sum, pembantu bibiku yang sangat menggoda. Lain kali saya akan menceritakan pengalaman saya dengan bibi saya yang melihat permainan Bi Sum saya, yang pasti lebih mengerikan, karena bibi saya adalah orang yang hypersex, jadi nafsunya sangat besar dan meledak-ledak.

Berbagi cerita sex, cerita hot, cerita dewasa, cerita hot mesum, tante, janda, dara, hingga skandal perselingkuhan terhangat. cerita sex. Nama saya Ayu, saya seorang karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta, saya berumur 27 tahun. Teman-temanku bilang aku cantik, sebenarnya kulitku putih dengan tubuh berdada besar. Rambut sebahu baik-baik saja dan dia memiliki darah Belanda, tapi dia tidak peduli dengan kecantikan yang saya miliki. Sejak saya lahir di keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, saya belum pernah berhubungan seks dengan siapa pun sampai sekarang. Termasuk pengantin saya, saya punya 2 teman setia. Yang pertama, Medy, adalah yang termuda dari kami, yang baru berusia 20 tahun, dari Manado. Temperamen kekanak-kanakan, dia benar-benar cantik, meskipun kulitnya agak gelap, tetapi dia memiliki tubuh yang sangat menarik.

Cerita Singkatku Saat Liburan Ke Nusa Penida Nusa Penida 0

Teman kedua saya, Jenny, juga seorang Manado sayap kanan, sekitar 22 tahun, adalah yang paling cantik dari kami bertiga. Kulitnya putih bersih dan dia memiliki wajah kekanak-kanakan yang lucu. Tapi aku benci ketika kau menganggapnya sebagai seorang anak, jadi dia memotong rambutnya sampai ke lehernya. Itu membuat wajahnya terlihat lebih dewasa, tetapi dengan rambut pendek, lehernya yang ramping bahkan bisa terlihat dengan jelas. Saya pikir dia lebih menarik dengan rambut panjang.

Tubuhnya sangat menarik, dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, lembut ditutupi dengan kulit bulu putih lembut. Panjang dan jenjang kaki, terutama jika Anda mengenakan gaun pendek dan rok pendek. Itu selalu membuat banyak orang berharap untuk memeriksanya. Meskipun dia memiliki payudara kecil sedikit, sedikit, tapi dia yang paling cantik dari kami bertiga.

Singkat cerita, kami bertiga berencana keluar kota untuk istirahat santai di kota karena kami selalu berkutat dengan kesibukan kami. Kami berencana untuk menikmati suasana pantai Anyer mengingat kebutuhan kami akan hikmah kesulitan menyewa villa di Anyer. Karena Bibi Jenny punya villa disana dan tentunya dia akan berlibur disana bersama kakaknya.

Dia meninggalkan kami pada hari kami didirikan bersama dengan merakit jaket Opel saya tiga jam perjalanan dari Jakarta ke Anyer. Setelah perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di villa lain milik Jenny, Jenny hampir lupa dimana. Ternyata Bibi Leni, Bibi Jenny dan adiknya sudah menunggu kami.

Cerita Seks Threesome Dengan Tiga Gadis Cantik Waktu Liburan

Bibi Leni mengenakan pakaian kasual dengan kemeja di atas topi padat dengan rok dengan belahan setinggi paha. Kulit Bibi Leni sangat putih dan lembut seperti Jenny dan aku, hanya saja posisi tertinggi Bibi Leni. Wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang dimiliki Jenny.

“Hai, maaf, tapi yang hilang sudah terjual lebih awal,” kataku, menghubungkan percakapan mereka secara membabi buta setelah berbicara cukup lama. Kami mulai mengatur acara untuk liburan kami di Anyer, kami mendapat tugas belanja dengan adiknya Jenny.

Namanya Wati, seumuran dengan Jenny. Proporsi yang baik dan kuat, tetapi saya pikir itu tepat untuk mengartikan jurnal. Kulitnya yang putih dan wajahnya yang manis dengan rambut lurus sebahu, sekilas aku mendorong dadanya. Payudara besar untuk usianya mungkin sekitar 36b, sedikit lebih besar dari payudara saya.

Setelah berbagi tugas Wati dan saya berpakaian dan pergi ke pasar terdekat untuk berbelanja. Dan semua elemen yang diperlukan harus lengkap karena saya tidak ingin pergi. filmbokepjepang.com Dan itu datang ke pasar hanya karena ada elemen yang dibeli terlupakan. Saat itu saya hanya memakai rok biru dan kemeja BLOONG sebatas paha tipis. Wati muncul lebih banyak lagi

Kumpulan Cerita Sex Dewasa Terbaru

#Cerita #Sex #Waktu #Liburan

Ngentot Adik Sepupu Waktu Dia Tidur Terlelap Bagian Satu Terbaru Malam Ini

Aku baru saja pulang dari KKN di desa, di daerah Kabupaten Blora (sekarang masuk Kabupaten Cepu), dua hari setelah sampai di rumah, ada telepon dari salah satu sepupuku, katanya dia sedang Study Tour ke kotaku. Sepupuku ini masih sekolah di SMK di daerah Madiun, sebenarnya aku belum pernah bertemu langsung dengan dia, jangan heran ya, sebab dia sepupu jauh sekali.

Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia.

Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku.

Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.

Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jum’at buat disuntik.

Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Yadi dan nama sepupuku Rena. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.

Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.

“Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?” tanyaku.
“Ya… mungkin kira-kira 8 jam Mas..” katanya.
Dalam hati aku berpikir, “Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialan…”

Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Rena. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya.

Rena yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Rena dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat.

Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton TV.

Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Rena sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Rena.

Aku bertanya pada dia, “Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!”
“Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?” dia balik bertanya.
“Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih.”
“Iya deh… tapi Rena boleh nemenin Mas ngga?”
“Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas dong…”
“Ih.. Mas curang.. Oke deh Rena buatin.”

Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Rena ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil.

Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.
Tiba-tiba dia nyeletuk, “Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..”
“Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?” kataku.
“Oke deh!”

Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

“An.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yah…?”
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagi… lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.

“Ngapain Mas..?”
“Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?”
“Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Mas…”
“Oke An..”

Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.

“Nah, ketemu nih…” batinku.
Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.

Setengah sadar dia bertanya, “Mas, kok enak banget sih pijitannya?”
“Tenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.” jawabku.

Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, “Nngggh… ngghh… enak loh Mas… agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkul…, ya.. di situ… terus.. terus..”

Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
“Wah, lha ini nih yang kunanti,” batinku.
Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMA yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.

Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas.

Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

Aku berbisik padanya, “Ren.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.”
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
“Ren.. gimana kalo semuanya aku buka…?” tanyaku.
Ternyata ia mengangguk mengiyakan, “Silakan Mas…”
Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
“Ehm… Mas.., Rena sayang sama Mas…” katanya.

Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Rena.

“An.. kita pindah ke kamarku aja yah?”
Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, “Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?”

Aku rasakan ternyata Rena sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Rena adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.

Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.
“Mana ya?” aku bergumam pelan.

Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
“Cari apa Di?” tanya Tanteku.
“Tante liat kacamata Yadi ngga?”
“Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,” sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, “Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Yadi mandi dulu.” kataku.
“Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.”
“Oke Tante..” sahutku.
Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

Kamarku terletak di sebelah kamar Rena, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Rena masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.

Aku tanya ke tante, “Ketemu ngga kacamatanya Tante?”
“Ngga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.”
“Waduh… gimana nih… susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,” pikirku, “Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.”

Pukul 9:30, kulihat kamar Rena sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.
Aku tanya dia, “Kok cuman empat gelasnya Ren?”

“Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.” jawabnya.
“Gitu ya?” sahutku.
Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.
“Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?” tanyanya.
“Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,” spontan aku menyahut, “Heh! Itu pasti kacamataku.”
“Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Yadi, Ren!” sahut Tante, “Sana cepet ambilin!”

Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Rena. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.

Dalam hati aku berpikir, “Sekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Rena. Wuih! kalo… hehehe kalo… misalnya aku iseng gimana ya?”
Akhirnya, ternyata aku nekat juga.

Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. “Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.” pikirku.

Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Rena, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.

“Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?” tapi pikirku, “Biarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.”

Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.

“Eit… nanti dulu… ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik nih…” pikirku.
Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

Rena menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
“Mampus gua,” pikirku.
Dia melotot sambil teriak, “Lepasin dong Mas… apa-apaan nih Mas?”
Aku gelagapan berusaha mencari alasan, “Ren… kamu ngga inget semalem ya?”
“Lupain aja Mas! Rena ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!”
“Tapi Rena semalem udah ngelakuin dosa lho… kenapa ngga sekalian aja?” rayuku.

Kali ini dia benar-benar marah. Rena teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.

Wah… gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Rena keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.

Katanya, “Mas maapin Rena ya? Rena udah bentak-bentak Mas…”
“Ngga papa Ren.., Mas yang salah.” balasku.
“Sebenarnya Rena sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!” jelasnya.

“Ya sudah.. lupain aja Ren, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.” lanjutku.
“Iya Mas, Mas… Rena mau ngasih sesuatu buat Mas.”
“Apa Ren?” tanyaku.
“Liat sini deh Mas..” (dia mulai tidak kaku lagi)

Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
“Mmpphh…”
“Plas!” jantungku spontan berdegup keras, “Kok tau-tau nyium sih?” pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.

Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja.

Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.

Aku berkata pada Rena, “Sini Ren… Mas pangku..”
“Ngga ah Mas… nanti kayak tadi malem deh jadinya…!”
“Percaya deh sama Mas… ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?”

Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.

Kuraba dadanya sambil berkata, “Ren.. Rena ngga marah-marah lagi nih?”
“Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasen…” pintanya.
“Okey Ren!”

Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.

Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat.

Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Rena memandangiku. Lama kami berpandangan.

Rena kemudian bicara, “Mas, kita lakukan yuk. Rena udah ngga tahan…”
Wah, benar-benar kejutan..! Rena tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Rena melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Rena bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku.

Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.

Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya.

Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.

“Kok.., berhenti Mas..?” suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
“Ehh.. terusin Mas… hhh… kurang dikit lagi..!” suaranya tertahan.

Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Rena bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu.

Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Rena berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, “Ayo Mas… masukin..!”

Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.

Dan, “Ssleeeppp..” ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Rena melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Rena sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.

“Aaahhh… aayooo Mass… aaduhh… cepat Masss..!” pintanya dengan nafsu.
Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

Tiba-tiba Rena menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.

“Aaahhh… sss…” terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.

Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

Dan, “Annn… Annaaa… aaadduuhhh… ssss… Renn..!” spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, “Masss… aaa… Maass… ssshhh… aaddduuhh..!”

Rena menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Rena, “Ren… kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh…”
“Sialan… iya deh, Rena mandi, makasih ya Mas… Rena udah dikasih pelajaran sama Mas.”
“Sama-sama Ren..”

Cerita sex : Mbak Ayu Tetanggaku Yang Suka Ngentot

Aku tidak merasa menyesal karena dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Rena lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya.

#Ngentot #Adik #Sepupu #Waktu #Dia #Tidur #Terlelap #Bagian #Satu

Menikmati Masturbasi Di Kamar Mandi Waktu Di Rumah Terbaru Malam Ini

Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, apa lagi semalam aku tidur hampir dini hari karena asyik membuka mail box dan membalas email-email yang masuk. Pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana.

Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri. Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku.

Aku bermaksud buang hajat (Maaf! Aku berusaha menyampaikan apa yang kualami dengan apa adanya) sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku. Kulepas kembali singlet yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku.

Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini. Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja.

Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku, sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai. Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi.

Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini (Bukan GR lho! Karena memang demikianlah diriku).

Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan.

Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapi dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus.

Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku, mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku.

Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku. Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku.

Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu.

Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di BF, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub.

Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku. Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar.

Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya. Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula.

Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku. Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras. Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi.

Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku. Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya.

Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar, demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT. “Sebentar ya Pak”, seruku.

Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar. Sambil kusodorkan uang, kuterima bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku. Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi.

Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama, dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku.

Cerita sex : Pembantu Baru Yang Masih Imut-Imut Dan Kepolosannya

Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi.

#Menikmati #Masturbasi #Kamar #Mandi #Waktu #Rumah

Cerita Ngocok Waktu Di Rumah Sendirian Terbaru Malam Ini

Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, dan pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana. Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri.

Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku. Aku bermaksud buang hajat (Maaf! Aku berusaha menyampaikan apa yang kualami dengan apa adanya) sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku.

Kulepas kembali singlet yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku. Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini.

Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja. Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku,

sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai.

Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi. Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini (Bukan GR lho! Karena memang demikianlah diriku).

Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan.

Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapi dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus.

Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku,

mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku. Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku.

Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu.

Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di BF, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub.

Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.

Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar. Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi,

demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.

Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras.

Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi. Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku.

Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya. Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar,

demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT.

“Sebentar ya Pak”, seruku.

Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar. Sambil kusodorkan uang, kuterima bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku.

Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi. Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama,

dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku.

Cerita sex : Jepitan Susu Siska Yang Tiada Tanding

Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi. Persetan deh, pikirku, sudah telanjur mau apa lagi, ya mungkin itu rejeki satpam itu tadi.

 

#Cerita #Ngocok #Waktu #Rumah #Sendirian

Berbuat Mesum Di Warnet Waktu Mati Lampu Terbaru Malam Ini

Malam semakin larut, dingin, karena langit terus mencurahkan air matanya sejak sore tadi, ditambah lagi ruangan itu ac menyala sedari pagi. Sanny melirik jam di ujung kanan tampilan monitornya, sudah jam 3 dini hari.

Sanny mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka selama 24 jam. Dan malangnya, Sanny harus menjaga warnet itu saat malam hari.

Awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Sanny terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Cecep -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga net itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Dimas yg biasa shift malam di net itu sedang pulang ke kampung halamannya.

Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira2 sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Sanny bekerja di net tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat subuh.

Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di net ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.

“Mbak, teh botol 1 ya?” Suara itu mengagetkannya.
“Oh, iya Mas, silahkan.” Jawabnya
“Loh kuncinya mana Mba?”
“Oh, iya, ini Mas” Jawab Sanny sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.

di Net tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah.

Pikiran Sanny kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Sanny berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini. Dia sengaja bekerja di jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, pikirnya.

Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yg baru pacaran saja bisa melakukan hal2 nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal2 yg dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal 2 minggu lagi. Intinya, 2 minggu itu masih mungkin terjadi hal2 yg tidak diinginkan olehnya.

“Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?? tiba2 pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.
“Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?” jawabnya tergagap
“Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Dimas dong. Penting nih.”

“Oh iya, sebentar ya” Sanny pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata “eh, maaf Mba, biar saya aja deh yg cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar.”

Sanny jd bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yg tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Dimas. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Sanny duduk di bangku operator tersebut.

“Udah Mba, Makasih ya.”ucapnya sambil berlalu meninggalkan Sanny.

Sanny kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira2 berjarak 100 meter dari net itu.

tiba2 dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Cecep sempat memintanya untuk memindahkan file2nya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file2 milik Cecep yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai, benar2 si Cecep itu, brantakan sekali sih orangnya.. PIkirnya dalam hati.

Tak lama, Cecep masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.

“Gimana San? Rame Gak?? ” Tanyanya
“Cuma ada 1 orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi.”
“Oh si Cecep ya?” Biasa dia mah. Ya udah km sana istirahat.”

“Iya, aku pulang dulu ya.. Sanny pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lg, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jd dia tak perlu membangunkan orang2 yg masih terlelap dalam tidurnya tersebut.

Esoknya

HUjan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana. Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Cecep di net itu. Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari ketika tiba2 saja listrik padam.

“Yah Mba, gimana neh??” Kata Cecep setengah berteriak. Sanny tidak menjawab apa2, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.
“Payah deh, lagi seru2nya pake mati lampu segala lagi,” kata Cecep yg sudah berdiri tak jauh dari Sanny.
“Ada lilin, MBa??
“Ada ini baru ketemu, ini saya lg cari koreknya”
“OH, ini aja, saya ada korek kok.”

sigap tangan Cecep menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yg disodorkan Sanny. Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut. Cecep meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Sanny.

Sanny sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat – wanita yg aktif dalam kajian dan kegiatan dakwah – suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua2an dengan seorang pria yg tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.

Tak sekalipun ia pernah mengalami saat2 seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Cecep.

Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan. setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Keheningan berlalu saat Cecep meminta kunci kulkas.

“Haus nih mba, aku ambil minum ya.”

untung saja Sanny sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Cecep. Cecep bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya. Sanny terperangah ketika Cecep memberikannya sebotol teh kepadanya.

“Biar gak ngantuk,”Kata Cecep singkat
“Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya”
“Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin”
“Yah, terserahlah,” Akhirnya Sanny mengalah karena merasa tak enak hati.

dia tak langsung meminumnya karena Cecep lebih dulu bertanya padanya.

“Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?
“Iya Mas, kok tau? Dari Cecep ya?
“Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok 2 minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta n kerja disini?
“Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja.”
“Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Cecep
“Dari nafsu, saya ngga mau melakukan hal2 yg mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya.” Jawab Sanny
“OH gitu toh, ic ic” Cecep manggut2 seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh Sanny.

“Di minum mba minumannya” kata Cecep mempersilahkan Sanny untuk meminum minuman yg telah dibelikannya. merasa tak enak, Sanny pun meminum teh pemberian Cecep tersebut. Cecep sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum.

Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yg sangat hebat tiba menyerang Sanny, kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.

Sanny terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba payudaranya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat jubah yg ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget2 lagi saat menyadari Cecep sedang meraba payudaranya. Bra yg dikenakannya sdh tidak menutupi 2 bukit indah yg menjulang tersebut.

“Ngapain kamu, tolong hentikan, jgn macam2 kamu.” katanya sambil berusaha menepis tangan Cecep yg sedang menggerayangi payudaranya.

Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun. Cecep hanya diam, dia tak menjawab apa2. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting payudara Sanny dengan jarinya.

Tak cuma itu, Cecep pun mulai menciumi bukit indah itu, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Sanny yang masih berwarna pink tersebut. Cecep tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.

Cecep tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yg lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Sanny setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Sanny.

Sanny sedikit histeris ketika vaginanya disentuh oleh jemari Cecep, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa2, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yg ada di dekat warnet itu, satu2nya bangunan terdekat adalah rumah Cecep, tempat Sanny menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.

Cecep mengusap gundukan bukit yg sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir vagina tersebut sampai akhirnya Cecep tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Sanny.

Sanny terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yg diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Cecep, entah kapan Cecep memasukkan obat bius tersebut. Usaha berontak Sanny jelas tidak berarti apa2 bagi Cecep, yang ada Cecep malah semakin liar menciumi payudaranya.. jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki liang vagina Sanny.

Sanny menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Cecep perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya.. Perih.. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya..

“Oh, kamu masih perawan ya San??” tanya Cecep setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya..

bukannya Iba dan menghentikan perbuatannya Cecep kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di payudara gadis tersebut.

“argh …. tolong hentikan Cep.” kata Sanny terbata-bata.

Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Cecep, ada perasaan aneh yg menyelusup ke dalam sanubarinya. Perasaan itu semakin menjadi2 saat jemari Cecep semakin bergerak cepat di dalam vaginanya yg terasa semakin licin oleh Cecep.

entah karena sebab apa, Sanny mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Cecep dengan sisa tenaganya… tentu saja hal tersebut semakin membuat Cecep terbenam dalam bukit payudaranya, ciuman dan kuluman Cecep pun semakin menggila, Cecep terus menjilati puting yang indah tersebut.

“Arghhhhh….. Cep….ARghhhh”
“Tolong hentikan Toooonnn…”
“Memek km rapat bgt San, aku suka, aku juga suka sama puting susu km..” Jawab Cecep sambil tangannya terus mengocok vagina Sanny.

Tubuh Sanny seakan mengejang, dirasakannya gerakan Cecep menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya.. Rasa sakit yg tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.

“Argh argh ……” Nafas Sanny semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa2…
“ssssssshhhh …. arghhhh.” Sanny mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.

Cecep sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Sanny dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah penisnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Sanny menuruti pemuda itu, dielusnya penis Cecep yg masih terbungkus celana jins.

Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Cecep.Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Cecep di dalam vaginanya, gerakan Jemari Cecep pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh penisnya.

“Pegang seperti ini San,” Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam penisnya..
“Ya Seperti itu. Arghhh…” Cecep berkata sambil merasakan nikmat ketika Sanny mulai menggenggam penisnya.

Sanny benar2 telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan penis Cecep, diputarnya dengan bergairah.

“Arghhh Cep,,, Cep..” Sanny meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan..

dia benar2 merasakan kenikmatan dari gerakan jari Cecep yg keluar masuk vaginanya yg semakin basah. sesekali Cecep menciumi payudara gadis itu. Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Cecep bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu.

Setelah beberapa saat, Cecep melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Sanny dari penisnya. Sanny menatap penis Cecep yg berjongkok di depannya..

Baru sekali ini ia melihat penis lelaki dewasa langsung di hadapannya. Cecep yg melihat gadis itu menatap penisnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Sanny kembali meraih penis Cecep yg sudah mulai mengeras.

“Coba dicium San, pasti km suka” katanya pelan, stengah berbisik.

Sanny menatap penis itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium penis itu, dikecupnya penis Cecep. Cecep tak diam, dielus nya kepala Sanny yg masih terbungkus jilbab besarnya. Mullutnya mulai mendesis ketika Sanny mulai mengulum penisnya yg terasa semakin mengeras.

akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya… Cecep akhirnya merebahkan tubuh Sanny di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yg sering dilihatnya.

Sanny kembali menjamah penis yg sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Cecep pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam vagina Sanny. Dia jg menciumi vagina tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk vagina yg semakin basah itu.

“arrrrghhh… nikmat bgt San, arghhh …
Cecep semakin bersemangat menjilati vagina Sanny, jarinya semakin cepat bergerak.

“Arghh Cep… ” Sanny terus mendesis di sela kulumannya pada penis Cecep.

Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat. Tak sanggup menahan perasaan yg semakin membuncah, Cecep kembali merubah posisinya. kini dia berjongkok di depan paha Sanny yg masih berbaring. perlahan dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Sanny.

“Mauu aphaa km Cep?” Tanya Sanny terbata
Cecep tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan penisnya… Sanny tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar… dan dia sedikit histeris ketika penis Cecep yg membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.

“argghhhh …. pelan2 Cep, perih.”
“Iya San, tahan ya…” jawab Cecep penuh perhatian..
dia terus berusaha memasukkan penis nya ke dalam vagina Sanny.

arghhh … ssssshhhhh … memekk kamu rapat bgt San… aku suka …
pelan tapi pasti akhirnya penis Cecep berhasil masuk ke dalam vagina Sanny.

“arghhh… Cep …” Sanny mendesis menahan rasa nikmat yg tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awang2.

perlahan Cecep menggerakkan pinggulnya, menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina yg semakin terasa becek itu.. semakin lama gerakannya semakin cepat.. membuat Sanny semakin merasa terbang.. Sanny pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya. Mengimbangi gerakan Cecep yg terus menghajar vagina

Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,

“arghhh… enak San, nikmat bgt”
“Cep …. aku gak tahan” ceracau Sanny sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat. dia benar2 telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu…

Sanny terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Cecep, ia ingin penis pemuda itu masuk semakin ke dalam liang vaginanya.

“argghhh Cepppppp…. trusssss”
sampai akhirnya, Sanny benar2 merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Cecep,, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya…

“Cepppp…. argghhhhhh aku …….
“iya San…. argggghhh sabar, aku sudah mau,,,,,
“arghhhh…..”

Cerita sex : Berbagi Kehangatan Dengan Wanita Lain

Akhirnya Cecep merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya. Sanny memeluk pemuda itu erat. membiarkan penis yg masih berdenyut itu tetap berada dalam liang vaginanya…

#Berbuat #Mesum #Warnet #Waktu #Mati #Lampu

Kisah Sexs Ku Yang Gila Waktu Ngerjain Dua Penjaga Vila Terbaru Malam Ini

Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Vandhi, penjaga vilaku membukakan pintu garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Pheew.. akhirnya aku bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS.

Aku ingin mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar aku lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Vandhi pulang ke rumahnya yang memang di desa sekitar s***** Pak Vandhi sudah bekerja di tempat ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah kemalingan.

Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku dari dulu sebenarnya berniat mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku. “Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal dateng aja” pamitnya.

Setelah Pak Vandhi meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa.

Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Vandhi memang telaten merawat vila ***** Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.

Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan tubuhku.

Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung terjun ke kolam.

Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..) 20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam.

Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan.

Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya habis-habisan.

Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi.

Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak menjerit.

Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah Mahmad, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu tepat di depan wajahku.

“Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!” ancamnya Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku

“Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!” katanya sambil matanya menatapi dadaku “Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!” kataku sewot.

Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di s***** Mengetahui Pak Vandhi sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke s***** Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).

“Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!” tantangku. “Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh” jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.

Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Anton, tukang air yang pernah main denganku Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras.

Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya. “Eenghh.. terus Tar.. oohh!” desahku sambil meremasi rambut Mahmad yang sedang mengisap payudaraku. Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku.

Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat.

Dengan merem melek aku menjambak rambut si Mahmad yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Mahmad melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.

Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol.

Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.

“Gua ga tahan lagi jo, sini gua emut yang punya lu” kataku. Si Mahmad langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut. Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja.

Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan.

Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan. “Eemmpp.. emmphh.. nngg..!” aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku.

Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.

Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Vandhi muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang bugil.

Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua ini pada ortuku. “Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan” katanya terbata-bata.

Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya. “Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!” godaku. Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku.

Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang. Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya. “Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?” Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.

Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya.

Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan

“Wah, Pak Vandhi sama majikan sendiri aja malu-malu!” seru si Mahmad yang memperhatikan Pak Vandhi agak grogi menikmati oral seks-ku. Mahmad lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu.

Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Mahmad pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku.

Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku.

Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Vandhi makin bersemangat. Rupanya aku telah membuat Pak Vandhi ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh.

Kepalaku pun dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku.

Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Mahmad menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Vandhi menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku.

Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Vandhi. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Mahmad terasa makin bertenaga.

Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan. Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.

“Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?” tanya Pak Vandhi lembut. Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, “Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih”. Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku.

Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Mahmad duduk di sebelah kiriku dan Pak Vandhi di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya.

Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok. “Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng” kata Pak Vandhi mengambil posisi berlutut di depanku.

Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Mahmad yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.

“Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!” desahku tak tertahankan. Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.

“Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin” ceracaunya. “Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim” kataku dalam hati.

Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku.

Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka.

Pak Vandhi memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya. Goyangan kami terhenti sejenak ketika Mahmad tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Vandhi.

Mahmad membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana “Aduuh.. pelan-pelan Jo, sakit tau.. aww!” rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya. Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku.

Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Mahmad menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Mahmad malah makin buas menggenjotku. Pak Vandhi melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.

Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Vandhi erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Vandhi.

Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ***** Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Vandhi, dan Mahmad menjambak rambutku.

Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.

Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang.

Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir “Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih” disambut gelak tawa kami.

Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi. Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku.

Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik.

Baca Juga : Cerita Hot Kisah Si Dukun Cabul Bagian Tiga

Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok di kampus.

#Kisah #Sexs #Yang #Gila #Waktu #Ngerjain #Dua #Penjaga #Vila

Three Some Dengan Tiga Gadis Cantik Waktu Liburan Ke Tretes Terbaru Malam Ini

Siang itu, aq ke toko bersama temen kuliah aku. Sebut saja namanya Liana. Anaknya cantik dan centil. Rambutnya disemir highlight.

“waah…ada nonik nonik cantik nih!”, goda Rando sambil bersiul-siul. ke 3 karyawan aku yang lain cuman senyum-senyum. Maklum, yang ke 3 ini keliatannya ngga kegatelan kayak si Rando itu. huh!

Sesampainya didalam, silvi bilang kalo si Rando lumayan ganteng juga, kayak indra brugman. whahahahahahaha….gw ngakak abis. indra gedubrag kali ya. kamu demen ama dia ya? Liana cuman mencibir…ih ngga lah. kan cuman komen aja, kok.

Hihihi…komen apa komen, nih Awas ya lu sampe ada macem-macem ama dia, sahutku ketus. Dia bengong, lalu bertanya emangnya ada apa.

“Ya pokoknya gitu deh.”. temen gw itu terdiam, trus ho-oh sambil bingung.
“ah…gue tahu!”, pekik dia tiba-tiba. “Dia tuh salah satu budak loe kan?” gubrak! kaget gw dibilang begitu. Weleh…ini anak tahu dari mana ya? Ngga lah..ngapain juga, sahut gw enteng. Alaaa, ngaku aja…gue kan tahu elo, balas Liana dengan gayanya yang centil dan sok imut

“Tapi aneh juga ya. cowok jadi budak seks elo. apa ngga kebalik tuh?”, tanya dia. Kebalik gimana?

“ya mestinya elo yang jadi budaknya dia. mungkin aja elo merasa yang memperbudak, padahal dia tetap dapat keuntungan toh?”, tukas Silvia sambil tertawa centil. Gw cuman bisa melengos aja.

“wah loe gila lin. kalo dia mulut ember gimane coba? malu la…”, ujarnya. ah biarin. tapi kayaknya dia bisa dipercaya kok, sahutku ringan.

Dia lalu manggut-manggut. mungkin keenakan kali ya bisa ngewe ama elo? katanya genit. Hahaha…gw cuman tertawa kecil. Sama-sama enak lah yaow!

“napa loe pengen coba?”, tanyaku kecil. Xixixixi…ngga lah.
“tapi gw penasaran deh. katanya itunya gedhe yach!”, tanyanya penuh antusias. Hahaha…gw cuman ketawa. liat aja sendiri.

“Yeee…. gitu aja ngga mau bilang. sebel deh.”, ujarnya sewot.
“Hoi, jadi ngga ntar akhir minggu kita jalan2 ke tretes?”, tanyaku. Ho-oh dunk! kenapa? kamu ga bisa? Ngga, ya bisalah, sahutku, kan kita mau cari koko-koko disana hihihi…

“Ahhhh! aku ada ide!”, pekik Liana.
“Gimana kalo ngajak di Rando itu? Dia kan bisa nyetir, sering nganterin kamu kuliah kan? kita butuh disupirin nih, ga nyupir sendiri. juga kan lebih nyaman plus aman kalo ada cowok yang ikut. betul ga?”.

gw diem sejenak.

“ah…elo pasti kegatelan pengen diewe ama tukang gw itu kan?. Liana tertawa, “siapa takut!”. lagi-lagi gw cuman melengos aja. “kenapa ngga ngajak pacarmu sih? kan enak.”. Dia mengeleng.

“aduuuuh jeng Vivi, itu kan ladies night, buat kita berdua, BFF. ga enak lah ngajak hanhan.”. Wew, lah trus kamu mau tanggung akomodasinya? penginapan, makanan dan uang saku. Itu kan musti diperhitungkan, sahutku. Dia mengangguk.

Setelah berunding, akhirnya kita sepakat mengajak Rando ke Tretes untuk berlibur, tentunya dia jadi supir. Akomodasinya ditanggung berdua (maklumm, dia juga anak bos hihihi). Dan, Kok ya pas, masih ada kamar tersisa untuk dibooking, padahal termasuk libur panjang hari kejepit, tapi kamarnya Rando dapatnya paling pojok. wkwkwkwk…namanya juga kamar sisa yang ga laku.

“pokoknya aku ikut!”

Aku dan Liana terbengong melihat adik perempuan Liana, merajuk ingin ikut. Padahal kita hanya booking 2 kamar. Pas mau nambah udah ngga bisa, penuh!

Akhirnya, daripada ribut-ribut, Celine (adiknya Liana) diputuskan boleh ikut. Dengan gembira dia segera mempersiapkan koper dan kemudian berangkat bersama-sama.

Karena kita berangkatnya pagi, sampai disana masih siang. Setelah cek-in, kita segera membenahi kopor. Untung dapat kamar yang ranjangnya king-size, jadi dibuat bertiga masih bisa, walaupun agak sempit. Tapi gw ga yakin itu king-size beneran, kok terasa lebih kecilan ya dari ranjang gw.

Setelah agak sorean…, kita bertiga berencana untuk berenang. Bikini two piece sudah melekat di tubuh kita, dibalut kemeja tipis putih. Kita emang sengaja pakai yang seragam biar menarik perhatian koko-koko gitu lho wkwkwkwk…

Tiba-tiba…

“tit tit…tit tit” ada sebuah SMS masuk ke hp gw. Isinya, “Ayo non. sekarang aja ya. mas udah ngga tahan nih…”. Wew…si Rando toh. Segera aku tunjukin ke Liana dan dia langsung tertawa genit. Celine ingin tahu juga apa isi sms itu tetapi aq larang. bisa berabe.

“gimana?” tanyaku. Liana cuman mengangkat bahu, “ya terserah sih. lagian aku ya ngga begitu mood berenang.”. Celine terlihat kaget dengan jawaban cece-nya.

Loh aku ya ga mau kalo berenang sendirian, ujarnya sewot.
“gini aja. kamu berenang dulu. Cece ama ce Vivi ada urusan bentar. nanti kita susul.”, bujuk Liana. Aq mengangguk.

Janji ya? IYA!

Celine lalu mengambil handuk dan keluar untuk berenang, olahraga kesukaannya. In the meantime, aq reply sms-nya Nando, “sini aja kalo berani!”. wkwkwk…

“lho ada mbak Liana. Katanya mau berenang?”, tanya Rando heran. Aq diam saja sambil duduk diranjang. Liana terlihat sekali salah tingkah, mungkin gugup dia.

“Ya dah. saya keluar dulu aja, mbak. permisi.”, pamitnya ke aq. Eit! mas. ga papa. dia mau ikutan kok!, ujarku pelan.

“serius nih mbak?”. Sambil tersenyum Liana menganggukkan kepala. Woooo.. Aseeeeeeeeeeeeeeeeeeek! Teriaknya kegirangan! Dua mq cina sekaligus! waaaaaaa mimpi apa aku! waaaaaaaaaaaaaaa!

Wew…kayak dapet lotere aja mas… Rando lalu duduk di ranjang. Aq ama Liana diam aja. Tegang nih! hihihi… “yang mana dulu tak bikin kelojotan nih?”, ujarnya santai. Aq spontan nunjuk Liana, yang dibalas dengan pelototan mata.

Tidak membuang waktu Rando lalu memeluk tubuhnya Liana dan merebahkannya keatas ranjang. Diciuminya bibir Liana yang tipis itu dengan penuh gairah. Aq lihat Liana diam saja. Mungkin masih belum biasa dengan cowok seperti Rando. Aq duduk disebelahnya sambil melihat mereka bercumbu.

Rando lalu menjilati leher Liana sambil mulai melepas kemeja putih tipis yang dipakai. Tangannya meremasi payudara Liana yang ranum itu dengan nafsu. Awalnya Liana selalu menepis, tetapi lama-lama dia membiarkan payudaranya diremas-remas begitu oleh Rando.

Setelah agak lama, Rando lalu melepas ikatan bra bikini hitam yang dipakai Liana. Dipandanginya sebentar kedua buah dada yang indah putih itu. Lalu dengan ganas dia menjilati puting sebelah kanan Liana.

“Ssstt…ah….” erang Liana keenakan. Kedua tangan temenku itu udah mulai memeluk kepala Rando dan tampak sangat menikmati putingnya disedot-sedot karyawan gw itu.

Tak tahan dengan gejolak, aku pun mulai menyedot puting kiri Liana. Dia semakin keras mengerang keenakan. Kami berdua terus mencumbui kedua puting Liana dan membuatnya semakin bergairah.

Setelah beberapa menit memberikan rangsangan seksual kepada Liana, Rando lalu rebah, terlentang. “Ayo mbak, gantian dunk.”, ujarnya genit.

Liana membalasnya dengan menyedot puting kanan si Rando itu sambil membelai- belai penisnya. Aq tak mau kalah, gw juga sedot puting kiri Rando sambil memainkan penisnya juga. Rando cuman mengerang

“ah…enaknya .ssssst” merasakan dirinya dicumbui oleh dua gadis chinese yang cantik. wkwkwk…

setelah cukup puas, Rando menghentikan kami dan menyuruhku melepas CD yang dia pakai. Dengan perlahan gw lepas celana dalam hitam dia yang cukup seksi itu. Dan…wow…!

“Lebih gedhe dari punya hanhan toh?”, kataku sambil ketawa. Liana cuman tersenyum genit. Kita berdua lalu rebutan menjilati penis hitam yang berukuran cukup besar itu. Sangat pas dengan bentuk tubuh Rando yang atletis.

“stt….sss…ah….aduh mbak…sss”, erang Rando keenakan, merasakan penisnya bergantian dikulum, dijilat, dikocok dan diremas-remas oleh aq dan Liana.

Cukup lama kami memainkan penisnya si Rando itu sampai dia meminta berhenti, takut muncrat. Hehehe…

Dia lalu bangun dan menarikku keranjang. Dengan ganas dia melucuti seluruh pakaianku dan membiarkan aku tidur terlentang tanpa sehelai benang pun. Diangkatnya kedua lenganku keatas lalu dijilatinya kedua payudaraku dengan penuh nafsu. Liana duduk disamping aq sambil tangannya mengkocok penis Rando. Aq dan Rando berciuman cukup lama sambil kedua tangannya bergerilya meremasi dan memainkan payudara serta putingku.

Saat dia menjilati leherku, aku bisikin, “ayo mas, masukin. saya udah ga tahan.”. Dia cuman nyengir sebentar tetapi terus mencumbui aku tanpa memasukkan penisnya yang besar itu. oh! aq tersiksa betul dengan gairah yang meledak-ledak ini.

Rando kemudian menindihku dan menggesek-gesekkan penisnya pas di belahan mqku. auh…ini orang bener2 tahu cara menggoda cewek. Aq sudah ngga tahan, setiap gerakan menusuknya sengaja aq cari sela yang pas supaya bisa masuk. Setelah beberapa kali meleset, akhirnya dia menusukkan penisnya yang besar kedalam mq aq.

“Ouhhhhhhh…..mas…sshhh…”, erangku penuh nikmat. Sekilas kulihat Liana mengerang sendiri dan mencumbui dirinya.

Rando menggenjotku dengan kasar. Ouh…terasa agak sakit karena ukuran penisnya yang cukup besar, kayak sesak gitu mq aq. Tapi enak…st…terusin mas… Dia menciumi bibirku dan kami berpelukan sambil aq digenjot dengan ganas. Setelah beberapa menit aq merasakan kenikmatan, tiba-tiba Rando menghentikan genjotan kasarnya dan mencabut penisnya.

“Aduh…kok dikeluarin. ayo masukin lagi mas…ayo…”, pintaku. Duh…udah ga kayak bos ama karyawan deh. Betul omongan Liana, ini yang jadi budak seks siapa ya? Aku tahan pantatnya supaya penisnya ngga dikeluarin, tapi Rando menepis tanganku dengan lembut dan mencabut penisnya dari mq aku.

Dia lalu mencium Liana dengan penuh nafsu. Ah, rupanya gantian di Liana toh… Ya udah, aku mengalah, hihihi… Faisal lalu merebah terlentang dan Liana ditariknya keatas badannya. Dia lalu memposisikan penisnya dan bleb…langsung masuk kedalam mq Liana.

“Auuuuuuuuh…sakit…mas…”, erang Liana. Rupanya mq-nya belum terbiasa dimasukin penis segede itu. Ndak papa, mbak.

lama-lama nanti enak. Tanya mbak Vivi kalo ngga percaya. Dia sekarang ketagihan ama penis jawa aku hahahaha… sahut Rando enteng sambil tertawa lebar.

Rando memegang pinggul Liana dan menggoyangnya maju mundur. Payudara Liana yang cukup besar, sekitar 34C terlihat sangat seksi dengan posisi digenjot seperti itu. Aq yang sudah horny lalu merengkuh kepala Liana dan menciumi bibirnya. Dia awalnya kaget, tapi lalu membalas ciuman aq. Yah…seumur-umur nih baru kali ini maen ala lesbi. Hehehe…tapi udahlah…namanya juga lagi horny

Setelah cukup puas, Rando lalu merebahkan Liana dan menggenjotnya lagi dengan ganas, kali ini dalam posisi misionaris. Wah aku baru tahu kalo Liana itu ribut banget saat ngesex ya. Wkwkwk…Erangannya begitu erotis, mungkin dia betul-betul “lepas”, kalo aq seh masih ada rasa

“segan” gitu lho… maklum, aq kan bos.
hahaha..

“cklek… cklek…”
“Aduh…cece ini gimana seh. Katanya mau nyusul. Ditunggu lama ngga datang-datang. sebel lho aku.” WADOOOOOOOOOOOOOOH!

Celine tiba-tiba nongol masuk kedalam kamar.

“Ya ampun cece…Ya ampunnn…”, Teriaknya kaget melihat aq dan Liana dengan asyik berhubungan seks dengan Rando.

Aq kuaget setengah mati, begitu juga dengan Rando dan Liana. Rando segera mencabut penisnya sedang Liana berusaha menutupi badannya dengan apapun yang bisa diraihnya.

“Aku laporin mama!”, teriak Celine. Dia lalu berusaha keluar kamar. Tiba-tiba Rando meloncat turun dari ranjang dan menyergap Celine, lalu menariknya hingga duduk diatas ranjang. “jangan mas…jangan….”, teriak Celine, dia nampak shock, begitu juga Aq dan Liana.

“mas jangan apa-apain adikku lho…maaaaaaas!”, teriak Liana ikutan histeris. Aq diam terpaku tidak tahu harus bagaimana.

“tenang aja mbak. tenang semua! aku bukan pemerkosa kok…!”, hardik Rando dengan tegas, menghentikan teriakan dan histeris kami bertiga.

“Mbak Celine tenang saja. Cece kalian itu tidak saya perkosa kok. Mereka yang mau sama saya. Saya cowok baek-baek, bukan pemerkosa.”, ujar Rando setelah beberapa waktu. Celine melengos.

“Mana handphonemu?”, pinta Rando ke Celine. Awalnya Celine menolak menyerahkan handphonenya, tetapi setelah dibentak Rando, dengan gemetar dia memberikan HP itu kepada karyawan aq. Rando lalu memberikan HP itu ke Liana. Nih hp adikmu.

Jaga jangan sampai dia lapor orang tua kalian. Bisa berabe, baik saya maupun kalian.

“Ngapain kamu sama cece? emang ga ada cewe lain ya?”, ujar Celine tiba-tiba, telunjuknya mengarah ke Rando dengan sangat ketus. Rando terkekeh, lha cece kamu yang mau kok. Kita semua manusia, mbak. Punya kebutuhan dan keinginan terpendam, tambahkan sambil tertawa lebar. Aq ama Liana tersenyum kecut.

Rando lalu berdiri dalam posisi telanjang begitu dan dia mengunci pintu kamar. Ugh…sexy abis lah. “Non Celine diam saja, saya ngga akan apa-apain kalau emang situ ga mau. Tapi kalo mau sih ya…lebih bagus.”, ujar Rando sekenaknya sambil tertawa kecil.

Dia lalu duduk diranjang dan kembali memeluk Liana. Namun Liana nampaknya udah kehilangan mood dan dia menepis pelukan Rando. Sedikit kecewa, dia lalu menuju ke aq dan mencium bibirku. Aq biarin aja. Merasa ada angin segar, dia langsung menarikku dan merebahkan aku keatas ranjang dan kami kembali bersetubuh. Ouhf… enaknya penis besar itu mengkocok meqi aq.

Aq betul-betul menikmati genjotan Rando yang kasar ini. Tangannya terus meremasi payudara aq sambil bibirnya melumat bibir aq dan menjilati leherku.

“Ouhs…terus mas…sssh…enak banget…ahhh”, erangku penuh gairah. Liana dan Celine duduk diam mengamati aktifitas kami berdua.

Setelah agak lama, aku merasakah gelombang orgasme akan datang.

“sss….aku mau keluar mas…essstt…ahh…”, bisikku ke Rando. Dia mengangguk kecil lalu menggenjotku dengan lebih keras. Ah…sedikit sakit tapi betul-betul semakin nikmat dan…

“MAs…mas…Aaaaaaaaaaaaaaaaaah”, aq berteriak lepas, kali ini betul-betul lepas. Oh my god! Mq aku berkontraksi dengan kuat, meremas penis karyawan aq itu. Tubuhku kelojotan dan Rando susah payah menahan tubuhku supaya penisnya tidak tercabut akibat orgasm aq ini.

Tubuhku bergetar selama beberapa detik, ouhhhh sungguh kenikmatan yang luar biasa.

Rando lalu mencabut penisnya dari mq aq. wow…masih tegang kuat perkasa! Dia lalu kembali merengkuh lengan Liana dan merebahkannya keranjang. Ah, kali ini Liana tidak menolak. Aq lalu berdiri dan rebahan disisi yang lain supaya tidak mengganggu posisi mereka.

Singkat cerita, Liana kembali digenjot dengan ganas oleh Rando. Erangan-erangan erotis penuh kenikmatan keluar dari mulut Liana. Sampai Rando harus menciumnya dengan kuat agar erangan erotis itu tidak terlalu keras dan kedengaran keluar kamar.

Hehehehe…Kulihat Celine diam saja melihat cece-nya digaulli cowok hitam itu. Mungkin ini pertama kalinya dia melihat hal seperti ini. Hm… Cara maen Rando ini memang kasar, kayak dipuas-puasin gitu seperti pemerkosa beneran. Tapi ntah kenapa, aq dan Liana menyukainya!

Setelah beberapa menit diperkosa, Liana mengerang dengan sangat keras tanda dia mengalami orgasm yang sangat kuat. Tubuhnya gemetaran persis seperti aq tadi. Kemudian Rando memcabut penisnya dan membiarkan Liana kecapaian sehabis dipake.

Liana memindahkan posisi tubuhnya dan tiduran persis disamping aq. Nafasnya tersengal-sengal, matanya terpejam kecapaian, tetapi wajahnya nampak puas. Kayaknya dia baru kali ini merasakan kenikmatan orgasm.

“masih bisa ta mas?”, tanyaku genit. Rando cuman menyeringai. Dia belum ejakulasi setelah memakai dua ce chinese cantik ini. Wew…minum obat apa ya?

Lalu kulihat Rando, yang masih telanjang bulat dengan penis hitam besar yang mengacung kedepan itu, mendekati Celine. Aku kaget dan menggoyang badannnya Liana supaya dia tahu apa yang terjadi.

“Mas jangan ganggu adikku!”, ujar Liana lemas, dia masih dikuasi oleh kenikmatan orgasmnya. Rando menjawab ngga kok. Selama dia mau kan ya gapapa. Kalo dia juga ikutan kedalam geng kita ini, maka dia ngga akan lapor orang tua kalian kan? Artinya, kamu dan saya aman-aman aja. Hm…masuk akal juga pemikirannya.

“Tapi…”, Liana masih berusaha menahan Rando tetapi dia sendiri juga takut kalo tingkah lakunya ini dilaporkan adiknya ke orang tuanya. Bisa berabe! Inilah yang disebut sebagai dilema!

Rando dengan tenang berdiri didepan Celine dan membiarkan penisnya yang besar itu mengacung persis didepan mulut cewek putih cantik itu. Celine menutup matanya dengan kuat, seakan berusaha menolak. Tapi aq lalu berpikir, kalo emang Celine ga mau, ngapain dia diam saja. Dia bisa saja pergi kan? Saat itu aq betul-betul heran!

Karyawan aq itu lalu berjalan kebelakangnya Celine. Dia lalu mulai menciumi pipi gadis itu. Celine menolak. Rando cuman tersenyum aja. Dia lalu melepas kemeja putih tipis yang dipake Celine, dengan sedikit perlawanan. Rando lalu menciumi punggung Celine dan menjilatinya dari bawah keatas. Tangannya berusaha meremas payudara gadis itu tetapi masih mendapat perlawanan sengit. Aku dan Liana cuman bisa menonton sambil merasa gundah dan dilema.

Setelah agak lama, aq bisa melihat nafasnya Celine semakin tidak teratur. Rando lalu berhasil menyusupkan lengannya dari belakang kedepan dan mulai meremasi payudara Celine sambil terus menciumi tengkuk dan punggungnya.

“Ahhh..sshh….”, sebuah erangan kecil keluar dari mulut adik temenku yang masih SMA kelas 3 itu. Payudaranya yang mungil tetapi sexy diremasi dengan cukup kuat oleh Rando. Mata Celine terpenjam dan bibirnya mulai digigit! ouh…sudah mulai jatuh nih cewek!

Rando lalu menghentikan serangan erotisnya dan berpindah kedepan. Dilepasnya bra bikini hitam yang dipakai oleh Celine itu TANPA perlawanan. Lalu dengan ganas dilahapnya kedua payudara Celine. Dijilatinya puting berwarna merah muda itu sambil memilin-milin putingnya yang lain. “auh…mas….shhhhhhhhhh”, erang Celine semakin keras.

Yap, this girl has fall! Ternyata dia sudah terangsang melihat aq dan Liana disetubuhi oleh cowok jawa ini dan sekarang nampaknya adalah giliran dia! Seandainya dia tadi tidak melihat adegan seks kami bertiga, dia tentu tidak akan jatuh semudah ini! Aduuuuh…

Merasa sudah cukup, Rando lalu menggendong adik Liana itu keranjang dan dengan segera menindihnya. Rando melumat bibir tipis gadis SMA kelas 3 itu dengan penuh nafsu sambil penisnya digosok-gosokkan ke daerah vaginanya. Kulihat Liana meneteskan airmata. Dia tidak tahu harus berbuat apa. kasihan!

Tak lama kemudian, kulihat Rando menarik celana dalam bikini hitam Celine dan melemparkannya ke lantai. Vagina Celine nampak sangat indah, tidak begitu lebat rambutnya. Celine nampak pasrah. Rando lalu menyentuh vaginanya Celine. Wah… Mbaknya udah terangsang ya. basah basah basah….memeqnya, godanya genit, meniru sebuah lagu dangdut.

Dia lalu kembali menindih Celine dan menciumnya dengan penuh nafsu. Celine hanya pasrah dan kulihat sesekali membalas ciuman bibir Rando. Penis karyawan aq itu digesek-gesekkan persis dibelahan vagina Celine sambil kedua tangannya meremasi payudara ranum milik adik temen aq itu.

Aq ngga begitu tahu apa yang terjadi, tetapi nampaknya gerakan gesek-menggesek itu cukup efektif untuk pelan-pelan membelah vagina Celine agar tidak terlalu sakit. Aq lihat lama-lama, penis hitam besar itu semakin menghilang, masuk kedalam liang vagina Celine.

Celine semakin tidak bisa mengontrol dirinya, kenikmatan (sekaligus rasa sakit mungkin ya) betul-betul telah menguasainya, ditambah Rando tidak henti-hentinya melumat puting dan meremas payudara gadis itu.

Tak lama kemudian, nampaknya penis Rando telah dengan penuh masuk kedalam vagina Celine dan mereka kemudian semakin ganas bersetubuh.

“ahh…sssss…auh auh…”, erang Celine merasakan tubuhnya dinikmati oleh karyawan aq ini. Rando nampak sangat berpengalaman menggauli cewe dari gayanya, sedangkan Celine cuman diam pasrah tubuhnya betul-betul dinikmati dengan kasar oleh Rando.

Setelah lewat beberapa menit, Celine nampak semakin liar dan tiba-tiba tubuhnya menyentak dengan mendadak sambil berteriak “ah…cece….aaahhhsss…ceeeeee”! Tangannya mencengkeram bahu Rando dengan kuat dan kepalanya mendongak keatas. Tubuhnya bergetar dan Rando terus menggenjotnya dengan kasar sampai Celine menyelesaikan kenikmatan orgasm-nya! “sss.s…cece…sss…….ahhhhhhhhhh”!

Celine lalu terkulai lemas, nafasnya tersengal-sengal. Rando nampaknya masih belum puas. Dia kembali dengan ganas mengkocok penisnya yang besar itu sampai Celine mengerang sedikit kesakitan. Semakin lama genjotannya semakin cepat dan

“Ah…mbak…enaknya mbak.shhhhhh…aaaaaaaaaaaaaaah!”, teriak Rando keenakan. Oh! Dia menyemprotkan spermanya didalam! wah kurang ajar ini anak!!!! Dia berkelojotan sebentar diatas tubuh Celine lalu rebah kesamping.

Cerita sex : Ku Gadaikan Tubuh Ku Untuk Melunasi Hutang Suami Ku

Suasana menjadi hening. Hanya isak tangis ringan terdengar. Liana dan Celine berpelukan dalam kondisi bugil. Rando, yang hanya memakai celana dalam, asik menonton TV sambil merokok. Bercak merah keperawanan Celine jelas tercecer di sprei kamar hotel ini.

#Dengan #Tiga #Gadis #Cantik #Waktu #Liburan #Tretes

Mbak Ayu Tetanggaku Yang Suka Kentut Waktu Ngentot Terbaru Malam Ini

Namaku Deni, bukan nama sebenarnya, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.

Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.

Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.

Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.

“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.
“Iya…..boleh…” ungkapnya.

“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.

“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.

Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.

Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.

“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.
“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang.

Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.

“Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran.
“Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya.
“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.

Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.

“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.
“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.

“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.

“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.
“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut.

Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.

“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.

Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.

Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.

“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.

“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena.

Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.

Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya.

Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.

“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi.

Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.

“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.
”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.
“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.

Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.

“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.

Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.

“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.
“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.
“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.
“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.
”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.

Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.

Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.

Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.

“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena.
“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos.

Cerita sex : Ngocok Penis Gede Adik Sepupu Ku Yang Terangsang Setelah Memijit Tubuhku

Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.

#Mbak #Ayu #Tetanggaku #Yang #Suka #Kentut #Waktu #Ngentot