Kisah Linda Yang Diperkosa Bergilir Terbaru Malam Ini

Kisah Linda Yang Diperkosa Bergilir-Linda

Warung yang menjual minuman keras itu , terletak jauh dari keramaian di pinggir kota, Warung itu selalu buka dan hampir tak pernah tutup. Hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki pemabuk, preman, bandit , rampok , pembuat onar. Tempat itu menjadi sarang penjahat .

Sejumlah preman terlihat sedang asik minum-minum. Empat dari mereka bermain kartu remi yang sudah lusuh . dan yang lima lainnya sedang berbicara dengan Supandi. Mereka sedang merencanakan perampokan terhadap toko emas di kota

Setelah berbicara cukup lama , Supandi menyalakan Rokoknya , lalu berjalan ke luar warung . Matanya menerawang jauh , menatap jalan kecil yang mulai gelap itu . Sampai matanya agak memicing , karena silau , tersorot lampu mobil .

Daihaitsu Xenia itu tepat berhenti di samping Supandi . Perlahan kaca gelap mobil itu terbuka , dan terlihat sosok gadis muda . “ malam pak , numpang tanya , perumahan cemara indah , dimana pak..” suara gadis itu begitu lembut , membuat birahi Supandi jadi bangkit .

Supandi menatap gadis itu , dia tersenyum , di otaknya mencari cara , untuk memperdaya gadis itu .

“ sebenarnya bisa lewat jalan ini terus lurus , tapi jalan di depan ada galian kabel , jadi harus muter , terus lewat gang kecil di sebelah sana..” kata ronny membohonginya .

“ Oh , lewat jalan gang .. yang mana yah pak..” kata gadis itu lagi . “ wah jalannya sempit dan rusak , terus agak belok belok..” kata Supandi lagi .

Gadis itu diam , sepertinya binggung . “ begini saja , biar saya antar , saya naik motor , nanti kamu ikuti motor saya ..” kata Supandi .

Gadis itu tersenyum , “ wah , terima kasih , jadi repotin bapak saja nih..” .

Supandi tersenyum , jantungnya berdetak lebih cepat , rencananya sudah makin mendekati ke mangsanya . Supandi tersenyum lagi lalu berkata “ tidak apa apa koq , tapi saya mau makan dulu yah.. di warung dalam sana .. kamu tunggu saja sebentar..” .

Supandi berencana , untuk mengepungnya bersama teman temannya dan membawanya masuk ke warung itu .

Tapi di luar dugaan Supandi , gadis itu malah turun dari mobil suzuki carry itu. “ eh pak , saya juga agak haus .. saya ingin minum juga..” katanya .

Itu langkah yang salah , gadis itu tak menyadari banyak serigala lapar di dalam sana
Supandi tersenyum sekali lagi , dan menatap gadis itu . Yang berpakaian seksi dan sensual. Dia mengenakan gaun pesta . Bagian dadanya lumayan rendah membuat belahan dadanya agak terlihat .

Buah dada gadis itu tidak besar, tapi padat dan bulat, dan tetap mengacung walaupun ia tidak mengenakan BH sekalipun. Pantatnya juga terlihat bulat di tutupi oleh gaun pesta itu.

Panjang gaun malam itu hanya sampai sepuluh senti di atas lutut , membuat kakinya yang panjang terlihat jelas, halus, putih mulus. Karena ketatnya gaun yang ia pakai, gadis itu berjalan perlahan, masuk ke dalam warung itu. Rambutnya yang berwarna kecoklatan jatuh tergerai di punggungnya.

Setelah gadis itu berada di dalam warung itu , Dia tidak yakin apakah memang tempat ini yang baik , setelah matanya melihat keadaan di sekelilingnya. Ia sendiri harus bertanya beberapa kali kenapa bisa sampai ke tempat ini.

Gadis itu mulai grogi , dia terus dekat Supandi yang asik melahap mie instan rebus , lalu memutuskan untuk memesan coca-cola dan sambil berdiri menunggu sebentar.

Keempat orang yang sedang bermain kartu remi memandanginya dengan mata melotot penuh nafsu birahi .Gadis itu sendiri merasa merinding ketika matanya menatap mata mereka. Mereka menjilati bibir mereka setiap kali mata Linda (Nama gadis tersebut) beradu pandang dengan mereka. Tak lama , suasana semakin memanas .

“ pak , ayo tolong antarkan saya.” kata gadis itu pada Supandi . Supandi tersenyum “ sabar yah , oh iyah nama kamu siapa sih ” . Gadis itu tak menjawab . Tapi Supandi bertanya lagi “ eh , nama kamu siapa ?” . “ Linda “ jawabnya singkat.

“ Oh nama loe bagus juga , “ kata Supandi . Linda berkata lagi “ ayo pak , nanti saya bayar ongkosnya , tolong bapak antar saya sekarang “ .

Supandi tersenyum sinis , lalu tangannya hinggap di pantat Linda dan merabanya . Gadis itu tersendak “ eh.. jangan kurang ajar yah..” katanya . Supandi tersenyum menyeringai “ he he he baru gitu aja eleo udah marah , gimana kalo gua entot loe..” .

Nada bicara Supandi berubah , yang tadinya lembut ,sekarang jadi kasar . Linda menyadarinya , ini tidak baik . Segera dia menuju ke pintu , untuk pergi dari sana . Tapi terlambat , dua orang bandit berada di depan pintu . Mereka berdiri sambil mengusapi selangkangan mereka .

“Hei Non, gimana kalo loe buka baju elo , jadi kita bisa senang senang!” seseorang dari mereka berkata. “Gimana kalo kita nyanyi sama-sama , sambil telanjang Non?” yang lain menimpali.

Linda mulai panik , “ minggir , saya mau pergi ..” katanya .

Tapi seseorang segera mendekatinya dan menempatkan tangannya di bahunya serta mendorongnya duduk di kursi sementara preman itu sendiri duduk di sebelah Linda. “ Hei , apa apa nih..” kata Linda

Kemudian tanpa aba aba , preman itu menjilat dan mencium telinga Linda .Linda berontak , dan menjerit “ apa apa nih , bajingan… “ . Lalu tangan Linda reflek menampar pipi preman itu . Teman temannya yang lain tertawa tawa .

Tiba tiba , preman itu mencabut belatinya , dan menancap belati itu di kursi kayu yang di duduki Linda , tepat di antar kedua paha Linda . Untungnya belati itu tak sampai melukai pahanya .

Linda hanya bisa memandangi belati mengkilap itu dengan mulut terbuka tak percaya kejadian ini harus menimpa dirinya .

Ketika Linda tidak mengatakan apa-apa, orang itu memasukkan tangannya ke dalam gaun Linda, merabai pahanya dan berusaha membuka kaki Linda. “ Hei , apa apa nih tolong , jangan “ . Linda meronta dan memandang sekelilingnya dengan tatapan memelas mohon pertolongan.

“ Hei , jangan gangu dia , dia milik gua..” bentak Supandi . Dan preman itu melepaskan tangannya .

Supandi segera mendekati pintu dan menguncinya. Dua orang preman memegang tangan Linda yang terus berusaha meronta dan menjerit, “ Tolong.. tolong… lepaskan… jangan…” dari atas tempat duduknya. Kedua laki-laki itu berkata “ yah terus menjerit .. gua suka dengar suara jeritan eleo…”

Wajah Linda memutih pucat ketakutan, dan memohon pada mereka untuk melepaskan dirinya.

Tapi dua dari preman itu segera menarik tangannya , dan membawanya ke meja kayu , yang biasa dipakai buat makan . Linda terus meronta . Tangan preman itu menjambak rambutnya . Akhirnya mereka berhasil membawa dan membaringkan Linda di meja kayu itu .

Kemudian kedua tangannya di ikat pada kaki meja . Kini tangan Linda , terikat terbuka , satu ke kiri dan satu kekanan . Kini Linda terbaring tak berdaya , dengan tangan terikat seperti di salib . Hanya kakinya yang bergerak menendang nendang tanpa arah . Juga jerit tangisnya yang memilu .

“ Yah , terus berontak , gua suka sekali melihatnya..” kata Supandi tertawa . Linda terus berontak , dan menangis memohon dilepaskan . Tapi Supandi hanya tertawa . “ eh , elo orang minggir , liatin gua aja yah , cewek ini punya gua..” kata Supandi pada teman temannya.

Teman temannya hanya tertawa tawa .

Lalu Supandi segera merobek gaun Linda , dengan bantuan belatinya . Sekali tarik gaun itu lepas seluruhnya di sertai jeritan Linda .

Semua mata langsung tertuju pada tubuh Linda yang hanya memakai celana dalam hitam , dan juga bra yang hitam .

Supandi merangkak naik keatas meja . Tapi Linda segera menedangnya . Supandi cepat tanggap ,menangkis tendangannya , lalu memukul keras perutnya , Linda menjerit kesakitan “ aduh , ampun jangan pukul…” .

Supandi pun turun lagi , dan mengikat kedua kakinya pada kaki meja itu . Kini Linda benar benar tak berkutik . Dia terikat diatas meja dengan kaki terbuka lebar. “ Ha ha cewek sialan loe , ayo berontak lagi..” kata Supandi.

Linda hanya bisa menitikan air mata . Dan Supandi pun segera mendekatkan mukanya pada selangkanan Linda , menciumi aroma vaginanya yang masih terbungkus celana dalamnya. Linda mengelijing dan memohon “ tolong hentikan jangan lakukan ini…” . Tapi itu sia sia saja .

Supandi terus saja menciumi celana dalamnya , dan tak lama dengan belatinya itu dia merobek celana dalam dan Bra Linda . Kini tubuh Linda terbuka , tanpa sehelai benang pun . Supandi menatap tubuh telanjang gadis itu , demikian juga preman preman bejat lainnya.

Buah dada Linda yang montok , vaginanya yang kecil dengan sedikit bulu bulu kemaluannya. Supandi segera mendekat ke vaginanya . Dengan dua jarinya dia membuka lebar bibir vagina Linda .” wah , memek elo masih bagus yah , apa eloe masih perawan..” kata Supandi.

Linda tak menjawab , hanya terisak tangis . Supandi pun mejulurkan lidah menjilati klitorisnya . Linda mengelijing dan meronta “ sudah tolong hentikan ” . Supandi terus saja bernafsu melumat vagina Linda . Membuat Linda terus mengelijing .

“ aghhh “ jerit Linda , ketika Supandi memasukan dua jarinya ke liang wanita Linda . Jari Supandi menyolok nyolok vagina Linda dengan cepat . Jerit kesakita Linda , malah semakin membuat gerakkan jari Supandi Liar . Supandi mengorek ngorek liang vagina Linda . Lalu menarik jarinya keluar.

Supandi mencabut jarinya , menatap jarinya yang basah , menyeringai , lalu kembali memasukan jarinya di liang vaginanya . “ rupanya , elo udah gak perawan yah.. dasar perek ” ejek Supandi .

Kisah Linda Yang Diperkosa Bergilir-Linda Diperkosa

Kembali jarinya menyodok nyodok vagina Linda , membuat Linda mengeram pedih.

Setelah Supandi puas memainkan vaginanya , Supandi melepaskan ikatan Linda dan langsung menariknya turun dari meja kayu itu .Linda tersungkur di lantai , dan Supandi membuka celananya . Penis ngacung keras.

Tiba-tiba, Supandi menjambak rambut Linda dan menariknya , Linda menjerit kesakitan “ ahhhh , tolong ampun…” .

Supandi memerintahkan Linda untuk segera mengulumnya dan jika ia berani mengigit penisnya, ia akan merontokan gigi Linda .

Supandi memajukan penisnya mendekati muka Linda , penisnya yang sudah tegang dan keras, ia menjepit hidung Linda untuk membuat Linda membuka mulutnya. Linda meronta , tapi Kembali Linda menjerit keras , “ Ahhhh … “ ketika satu pukulan tepat di mukanya

Ketika Linda kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, Supandi segera mendorong penisnya ke dalam mulut Linda. dan mulai mendorong dan menarik kepala Linda.

Kepala Linda bergerak maju dan mundur tanpa henti, terus menerus. Lipstik Linda yang berwarna merah menempel di batang penis yang ada di mulutnya. Dan ketika kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Linda tersedak, tapi Supandi tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Linda.

Air mata mulai meleleh di pipinya . Sambil Linda dipegangi hingga tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya. Supandi kemudian menarik penisnya keluar , lalu mendorong lagi.

Setelah kira kira 10 menit , Supandi menekan masuk penisnya . Linda tersedak , dan terasa sperma Supandi muncrat di tenggorokkannya . Setelah penis itu benar benar terlepas dari mulutnya , Linda segerah memuntahkan sperma yang memenuhi mulutnya.

Seorang dengan perut buncit , tangannya penuh tatto segera menghapiri Linda. Membuka resleting celananya , Tangannya kemudian menjambak rambut Linda dan mulai mendorong masuk penisnya dalam mulut Linda mengantikan Supandi

Menggerakan penisnya dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Linda. Semua orang dapat mendengar suara dahi Linda yang menumbuk perut orang itu, dan erangan Linda yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya.

Ketika laki-laki itu akan mengalami orgasem ia mendorong kepala Linda hingga hidung Linda terbenam di dalam rambut kemaluan orang itu tanpa bisa menarik nafas. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Linda.

Dan dari sudut mulut Linda sperma menyemprot keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Linda. Kemudian orang itu mulai bergerak lagi tanpa henti. Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Linda .Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Linda, Linda megap-megap menarik nafas dan terbatuk-batuk memuntahkan sperma yang masih ada di tenggorokannya.

Dua orang kemudian memegangi Linda sementara yang lain mulai melepaskan pakaian mereka. Linda sendiri tak berdaya untuk melarikan diri, setelah baru saja ia mengalami shock.

Ketika semuanya telah telanjang bulat, kembali Linda diangkat dan diletakan di atas meja kayu dan langsung dipegangi oleh empat orang laki-laki, setiap orang memegangi tangan dan kakinya. Kaki Linda terbuka lebar dan tubuhnya telentang.

Supandi kembali mendekat dan naik ke atas meja. Perlahan ia menggosokan penisnya yang besar ke kaki Linda. Yang lain hanya bisa memandang iri pada penis Supandi yang panjangnya hingga 15 senti dan selalu ia yang mendapat kesempatan pertama. Supandi memerintahkan orang di dekat kepala Linda untuk mengangkat kepala Linda hingga Linda bisa melihat ketika penis Supandi mulai masuk ke vagina Linda.

Orang yang memegangi kaki Linda berusaha membuka kaki Linda lebih lebar. Dengan satu kali dorongan keras, penis Supandi dengan keras memasuki vagina Linda. Linda menjerit sekeras-kerasnya, “ AaHHHGG . . .” dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Supandi memperkosa dirinya. Supandi sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Linda. Ia menyeringai setiap kali Linda menjerit kesakitan.

Ketika Supandi sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Linda dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh Linda.

Mereka mulai dengan memainkan buah dada Linda dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Linda terus menjerit , pilu “ ahhhggg ampun Ahhhh hentikan tolong….” .

Kaki Linda diangkat tinggi-tinggi dari atas meja sementara tangan-tangan merabainya, menikmati halusnya kaki Linda.

Beberapa menit kemudian jeritan Linda hanya tinggal erangan dan rintihan tapi Supandi tetap memperkosa Linda tanpa henti, terus bergerak makin cepat. Setelah lama kemudian, Supandi menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Linda, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga.

Kepala Linda terdongak dan jeritan melengking terdengar, melolong panjang keluar dari mulut Linda “ AGHHHH………”. Supandi mengejang beberapa saat penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Linda. Setelah Supandi mencabut penis , spermanya pun berhamburan keluar dari liang vagina Linda yang membengkak dan memar.

Laki-laki yang lain kemudian melepaskan pegangan Linda dan bertengkar mengenai giliran siapa selanjutnya.

Linda hanya bisa berbaring , menangis , tubuhnya menjejang kesakitan . kaki dan tangannya masih terbuka lebar, ia menangis histeris. Ia telah diperkosa , dilecehkan, harga dirinya di injak injak .

“Eh perek , kenapa nangis , Loe mustinya nikmatin, soalnya masih banyak cowok yang antri , semua mau cobain memek elo kita baru aja mulai!” katanya pada Linda.

Seorang laki-laki segera naik ke atas meja setelah Supandi turun. Sekarang, Linda dapat merasakan bagaimana bibir vagina-nya perlahan membuka kembali dan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajah Linda, ketika ia merasa tubuhnya seperti dirobek oleh penis yang masuk. Linda mengerang lagi “ aghhh sakit…”

“Loe jangan belagu deh! Kalo lo nggak suka sama punya gue atau punya temen gue tadi, masih ada yang laen! Cepet atau lambat lo pasti temuin yang lo suka!” bentak orang itu.

Perkataan orang itu membuat apa yang telah ia takutkan selama ini menjadi nyata. Linda akan diperkosa bergantian oleh seluruh orang yang ada di bar itu. Dan ia tidak punya pilihan sama sekali. Linda hanya bisa menyerahkan dirinya dan melayani mereka hingga selesai.

Sekarang Linda hanya berharap ia bisa keluar dari situ hidup-hidup, dan berharap tidak ada seorang pun yang tahu apa yang telah ia alami.

Tak lama preman itu menyemburkan spermanya ke dalam vagina Linda yang sudah terisi oleh sperma Supandi. Lalu dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu, kemudian laki-laki lain menyusul, setelah itu temannya juga mulai memperkosa Linda.

Linda tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan ia sudah kehabisan tenaga melayani laki-laki itu. Linda lalu menangis dan memohon pada semuanya agar melepaskan dirinya.” Sudah tolong lah Ahhh saya , sudah tak kuat , ahhh sakit…” .

Tapi Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dada Linda keras-keras hingga Linda menjerit kesakitan. “ AHHGGG sakit hentikan tolong…” . Dan menarik puting susunya dengan kuat “ AGHH sakit ampunnn…”

“Jangan berisik! Lo belom ngelayanin temen-temen gue! Masih ada lima orang lagi!” bentaknya pada Linda.

Tiba-tiba orang itu menarik penisnya keluar dan merangkak ke dada Linda. Linda sudah sangat ketakutan sekarang hingga ia hanya bisa berbaring dengan mata terpejam erat, menunggu orang selanjutnya yang akan mengambil giliran memperkosanya.

Ia sama sekali tidak menyadari orang yang baru saja memperkosanya mengarahkan penisnya ke muka Linda. Dan tepat sebelum orang itu orgasme Linda membuka matanya. Sperma segera menyembur ke seluruh wajah Linda. Sehingga seluruh sperma itu keluar menyembur dari penis itu.

Ketika orang itu puas ia menarik rambut Linda dan menamparkan penisnya ke wajah Linda. “satu-satunya yang boleh loe mohon cuma ini tau? Loe sendiri yang masuk ke sini pake pakaian merangsang kayak perek , dan loe mohon kita berhenti? Lo bercanda apa? Lo musti ngelayanin kita sampe kita nggak bisa bangun lagi! Ngerti” Orang itu membentak Linda.

Lima orang terakhir kemudian mengambil giliran masing-masing dan memperlakukan Linda sama dengan orang sebelumnya. Ketika hampir orgasme, mereka menarik penisnya keluar, merangkak di atas dada Linda, dan memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Linda kemudian menarik rambut Linda untuk membersihkan penis mereka.

Dan ketika orang yang terakhir selesai Linda berbaring hampir tak sadarkan diri.

Wajah, buah dada, dan puting susu Linda seluruhnya dilumuri sperma. Sperma itu mengalir turun dari sisi wajahnya, masuk ke telinga dan leher Linda. Linda tidak bisa membuka matanya karena semuanya tertutup oleh sperma. Linda harus bernafas melalui mulutnya karena sperma sudah masuk ke hidungnya.

Rambut Linda yang kecoklatan terlihat kusut karena terkena sperma yang mengering di rambutnya. Ketika orang-orang itu beristirahat sejenak, Linda hanya berbaring di atas meja , kakinya terbuka lebar dan sperma mengalir keluar dari vaginanya, menunggu orang selanjutnya memperkosa dirinya.

Vagina Linda tampak memar, memerah, dan terasa sakit karena baru saja dimasuki sepuluh orang bergantian tanpa henti.

Dua orang menarik tubuh Linda turun dari meja itu dan menyeretnya ke kamar mandi. Mereka kemudian membersihkan tubuh Linda dengan kertas tisu yang kasar dari sperma yang menempel. Dan ketika tubuhnya diseret keluar lagi, Linda melihat meja tadi telah dipindahkan ke pinggir ruangan.

Di tengah ruangan itu sekarang tergelar matras kusam dan delapan laki-laki telanjang bulat berdiri mengelilinginya. Linda didorong ke tengah-tengah lingkarang orang itu, hingga ia terjatuh ke atas matras, tubuhnya tersungkur tak berdaya untuk mengangkat tubuhnya.

Linda merasakan tangan-tangan di seluruh tubuhnya mulai menarik, mendorong dan mengangkat tubuhnya. Ketika Linda membuka matanya ia melihat seseorang telah berbaring telentang di bawah tubuhnya.

Orang itu adalah si Supandi, dan penisnya sudah tegak berdiri. Kedua bibir vagina Linda kemudian dibuka oleh dua pasang jari-jari ketika perlahan tubuh Linda diturunkan mengarah ke penis Supandi. Dengan sisa-sisa sperma yang ada, penis itu dapat lebih mudah masuk ke dalam vagina Linda.

Dan Linda sendiri hanya mengerang, merasakan kembali sakit “ Ahggg Aghh perih tolong hentikan sudahh..”

Seseorang kemudian menarik rambutnya, dan sebuah penis lain mendekati mulutnya. Linda dengan perlahan membuka mulutnya, berharap mereka tidak akan menyakitinya jika ia menuruti kemauan mereka. Penis itu masuk hingga ke tenggorokan Linda dan berhenti tak bergerak.

Selanjutnya Linda merasakan sebuah tangan mendorong tubuhnya hingga turun. Kemudian tangan-tangan lain mulai membuka belahan pantatnya. Linda panik dan berusaha merangkak menjauhi tangan-tangan itu. Dengan merangkak Linda membuat penis di mulutnya masuk makin dalam ke tenggorokannya.

“Hei, lo suka juga akhirnya! Kalo gitu ayo mulai aja sayang!” kata orang yang memasukan penisnya ke mulut Linda sambil tersenyum.

Ia mulai menggerakan pinggulnya secepat dan sekuat tenaga. Tubuh Linda yang terdorong mundur karena gerakan orang itu, disambut dengan sebuah penis lain di liang anusnya. Sekarang rasa sakit yang perlahan mulai hilang dari tubuh Linda, kembali menyengat seluruh tubuhnya.

Kisah Linda Yang Diperkosa Bergilir - Tubuh Linda Diperkosa

Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, sakit yang tidak pernah dirasakan Linda sebelumnya. Pikiran Linda menjerit-jerit kesakitan, sedangkan mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas diredam oleh penis yang keluar masuk.

Rasa sakit itu makin menjadi-jadi, ketika ketiga orang itu mulai bergerak berirama. Tubuh Linda seperti terkoyak-koyak ketika penis-penis itu bergantian keluar masuk di dalam vagina dan anusnya.

Dua orang kemudian mendekat memegangi tubuh Linda hingga ia tidak terjatuh ke samping. Semua lubang di tubuh Linda, mulut, vagina dan anus dipergunakan oleh mereka untuk memuaskan nafsu mereka secara bersamaan.

Kemudian dua orang terkakhir tadi menarik tangan Linda, melingkarkan jari-jari Linda di penis mereka dan menyuruhnya untuk mulai mengocok penis-penis mereka, sementara dua orang lainnya berlutut di samping Linda, dan menarik buah dadanya untuk kemudian digosokan pada penis mereka.

Sekarang Linda sudah dalam keadaan berlutut, tubuhnya bergoyang maju mundur. Tujuh dari sepuluh orang itu terus-menerus menggunakan tubuh Linda untuk membuat mereka puas. Tidak seorang pun peduli dan melihat bahwa Linda sama sekali tidak bisa bergerak. Semuanya tampak sangat bernafsu memperoleh bagian tubuh Linda.

Setelah beberapa menit rasa sakit itu mulai bisa ditekan oleh Linda. Linda terus memejamkan matanya karena ia tidak ingin melihat bagaiman orang-orang itu mempergunakan tubuhnya untuk memuaskan mereka. Ia hanya berharap semua itu segera selesai, karena dirinya hampir tidak bisa lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Orang di anus Linda lebih dulu orgasme. Ketika ia selesai dan menarik penisnya keluar, orang lain maju dan dengan mempergunakan sperma orang yang pertama, ia melumasi penisnya dan memasukannya ke anus Linda. Lalu orang di mulutnya menyemburkan sperma, membuat Linda tersedak tak bisa bernafas, berusaha sekuat tenaga menelan sperma orang itu.

Lalu penis itu ditarik dan digantikan oleh penis lain, yang kali ini lebih besar. Linda berusaha membuka mulutnya, tapi orang itu tidak sabar dan langsung mendorong penisnya masuk, dan mulai bergerak.

Ia mendorong penisnya dalam-dalam dan tidak menariknya keluar, terus menahannya di dalam tenggorokan Linda. Linda kemudian merasakan getaran dari tubuh Supandi di bawahnya dan cairan hangat mengalir ke dalam vaginanya, segera setelah itu orang lain menggantikan posisi Supandi tadi.

Orang-orang tadi bergantian memperkosa Linda di seluruh lubang yang ada, ia terus menelan semua sperma yang disemburkan di dalam mulutnya. Dua orang di depan wajahnya mengocok penisnya masing-masing dan mengarahkan penisnya ke wajah Linda.

Ketika Linda melihat ke bawah, orang di bawah tubuhnya sedang menatap wajahnya dan kepalanya diganjal oleh kedua tangannya. Tak lama kemudian sperma kembali masuk ke dalam vagina Linda, dua detik kemudian sperma menyembur ke anusnya.

Penis lain kembali masuk ke vagina Linda. Linda kembali memejamkan matanya, ia sekarang hanya bisa mengeluarkan suara erangan, “ aghhh aghh aghh…” . yang semakin tinggi ketika penis lain masuk ke anusnya. Ketika ia membuka matanya lagi, Linda melihat sebuah penis diarahkan ke wajahnya.

Kepala penisnya berwarna ungu bulat, dan beberapa detik kemudian sperma menyembur menghantam wajahnya mengalir masuk ke mulutnya. Orang tubuh kemudian minggir dan sebuah penis lain maju mendekat.

Sepanjang malam Linda terus melanyani sepuluh orang itu hingga semuanya mendapat bagian menggunakan mulut, vagina dan anusnya paling sedikit satu kali. Dan ketika orang-orang tersebut puas dan menjauh dari tubuh Linda, tubuh Linda tersungkur , terkapar tak berdaya .Linda lalu mengangkat wajahnya berusaha melihat orang-orang yang mengelilinginya, setelah itu semuanya gelap Linda tak sadarkan diri.

#Kisah #Linda #Yang #Diperkosa #Bergilir

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik Terbaru Malam Ini

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya.
Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Beno yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.
Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

Felicia namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Felicia lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Felicia ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Felicia.

Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekolah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Felicia adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, sementara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Felicia, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Jimmi supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Nana sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Meli sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Bon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
Ternyata Beno dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.
“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Beno sambil tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Jani sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.

Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Felicia yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Jimmi sang supir yang menjemput Felicia pastilah berpikiran bahwa Felicia telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Felicia yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutnya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Beno menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Felicia di teras sekolah tadi.

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik-Felicia Dingentod

“Gue dulu ya..”, ujarku ke Beno.
“Ok boss..”, balas Beno sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.

Kudekati tubuh Felicia yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Felicia kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranya pun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Felicia ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Felicia kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang.
“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Felicia terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Felicia, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku kearah bibir vagina Felicia. Pertama yang aku pakai adalah doggy style, ini adalah gaya favoritku. Dan..

“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Felicia disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya. Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Felicia mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Felicia saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Felicia. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Felicia terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Felicia yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

Sementara itu kepala Felicia kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memaju mundurkan tubuhnya. Badan Felicia kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Felicia tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.

Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya.

Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Felicia kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.
Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Felicia semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Felicia mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir kemaluannya.

“Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Felicia merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.
Dengan menyeringai aku tindih tubuh Felicia itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya.

“Aakkhh..”, Felicia terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya.
Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Felicia. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya.

Tubuh Felicia kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Felicia kembali kelojotan, dari bibir Felicia terdengar desahan-desahan halus “Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”.

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.

Kulihat raut muka Felicia saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejang menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.

Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Felicia. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku. “Ouugghh..”, Felicia merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Beno ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Felicia yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Felicia kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Felicia tadi.
Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett..” diikuti oleh isak tangis Felicia yang terdengar kembali.

Setelah kuperhatikan, oh ternyata Beno dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Felicia. Dengan kasarnya Beno mencabik-cabik baju seragam putih Felicia, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Felicia telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

“Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Felicia terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Beno yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu. Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Felicia, Beno membersihkan daerah selangkangan Felicia. Dengan sedikit kasar Beno mengusap-usap selangkangan Felicia sampai-sampai tubuh Felicia menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.

Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Felicia ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Felicia yang memilukan “Aaakkhh..”.

Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Beno tengah menyodomi Felicia. Posisi Felicia kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Beno berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Felicia.
“Aakkhh..” Beno pun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Felicia.

Felicia Gadis SMA Perawan Yang Cantik-Felicia

Setelah itu lubang anus Felicia dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Beno, Beno melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Felicia terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Felicia mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka.

Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Beno. Melihat ini aku kembali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Felicia yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.

Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Felicia, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Beno yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Beno berhadap-hadapan sementara Felicia berada ditengah-tengah kami. Benopun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Felicia yang masih menganga itu.

Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam rongga mulut Felicia. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu kembali Beno menggenjot tubuh Felicia dari belakang. Kulirik mata Felicia menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Felicia yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Beno yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.
“Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Felicia.

Tidak lama kemudian Beno semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Felicia, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan menegang, dari mulut Beno keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Beno pun berejakulasi dilubang dubur Felicia. Setelah itu badan Beno pun ambruk disamping badan Felicia.

Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Felicia. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Felicia, kini dengan gerakan tanganku kepala Felicia ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Felicia, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.

Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Felicia, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.

Rasa nikmat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Felicia terbatuk-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.

Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku di samping Felicia, akhirnya akupun tertidur.

Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menangkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Beno tengah menyetubuhi Felicia, tubuh telanjang Felicia yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Beno. Dengan garangnya Beno menggenjot tubuh Felicia, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Felicia kembali terguncang-guncang.

Kini nampak roman muka Felicia telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Felicia namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Beno pun berejakulasi, kembali rahim Felicia disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Felicia nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Felicia. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Felicia dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.
Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Beno tadi. Kemaluannya pun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya. Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kami pun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.

#Felicia #Gadis #SMA #Perawan #Yang #Cantik

Della Penyanyi Cafe Yang Menggoda Terbaru Malam Ini

Della Penyanyi Cafe Yang Menggoda-Della

Aku sedang menunggu clientku dan mencari tempat yang asyik dimana disana ada sajian live music untuk menghibur pengunjung saat itu yang main band beraliran jazz aku lihat dari penyayinya seorang cewek suaranya enak sekali , wajah manisnya ditambah dengan lesung pipinya membuat dia semakin manis , kira kira umurnya 26 tahun. “Para pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Della bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin bernyanyi bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau jika ingin request lagu.. silakan”.
Penyanyi yang ternyata bernama Della itu mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku hanya tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai kemudian telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku melihat ke arah band tersebut dan melihat Della ternyata bermain keyboard juga.

Della bermain solo keyboard sambil menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Aku menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat otakku berpikir setiap mendengarnya. Della ternyata bermain sangat aman. Aku terkesima menemukan seorang penyanyi cafe yang mampu bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan Della. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan cafe tersebut. “The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menuliskan nomor HP-ku. Aku melanjutkan percakapan dengan clientku dan tak lama kemudian aku mendengar suara Della.

“The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..?”
Bahasa tubuh Della menunjukkan bahwa dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Della bisa melihatku. Kulihat Della membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Della menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Della tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.
“Della.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Della meresponsku. Segera kutelepon dia.
“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Della?”
“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”
“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Della.
“Rayuan ala Boy, nih?”
“Lho.. Bukan rayuan kok. Tetapi pujian yang pantas buatmu yang memang sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapa? Aku antar pulang ya?”
“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”
“Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”
“Okay.. Aku tunggu ya.”
“Okay.. See you soon, sexy..”
Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Della yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Della dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya. Dalam perjalanan mengantarkan Della pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Della tampak menggigil.
“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Della sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.
Aku memang ingin membuat Della kedinginan. Kulihat Della bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Della diam saja.
“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimulum ringan. Della tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”
“Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”
“Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”
“Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain piano.
“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Della tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.
“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Della.
“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.“Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”
Della masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Della memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Della berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Della akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.
“Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
“Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”
Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Della akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Della.
“Salah tuh mainnya.” komentar Della. Dia ikut bernyanyi.
“Ajarin dong..” kataku.

Della Penyanyi Cafe Yang Menggoda - Della Topless

Dengan segera Della mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Della berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku.
Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Della saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.
“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
“Oh ya..” aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Della terkejut. Aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Della malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!
Della membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya.
Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Della juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.
“Agh..” kudengar rintihan Della. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.
“Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Della menggenggam batang penisku dan meremasnya.
Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Della kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Della duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Della tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!
Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Della cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik.
Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Della. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap. Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.
Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas.
Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Della. Sesekali Della menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Della. Dari bahasa tubuhnya, Della sangat menikmati pijatanku.
“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Della mengerang.
Lidahku mulai menjilati telinganya. Della menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Della makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.
“Payudaramu seksi sekali, Della.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Della memainkan bola matanya dengan genit.
“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.
“Enak lho..” sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.
“Ergh..” desah Della. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.
Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Della kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.
“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Della memintaku mulai beraksi.

Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Della dengan terampil mengikuti tempo kocokanku.
Kami bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Reni. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Reni yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.
“Agh.. Agh..” Della mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.
“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.
Rupanya Della adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat.
Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Della menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Della sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.
“Hey.. Perih tau!” teriak Della. Aku tertawa.
“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.
Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.
“Aku mau nyampe, Della..”
“crot di dalam aja boy. Udah lama aku tidak merasakan semburan kenikmatan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.
“Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil kok..” Della meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Della berteriak makin keras.
“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy…come on.. come on.. lebih dalam boy.. oh yeah..”
Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
“Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Della makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.
“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Della menyusulku orgasme.
Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya.

Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Della tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.
“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”
Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.

Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.
“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Della. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Della tertawa.
“Kenalin, dia Meri. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.
“Hi Meri..” sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Della dan memakainya. Meri masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang

#Della #Penyanyi #Cafe #Yang #Menggoda

Goyang Wanita Berjilbab Yang Kuhormati Terbaru Malam Ini

Goyang Wanita Berjilbab Yang Kuhormati

Semula aku tidak percaya telah berbuat mesum dengan seseorang yang sangat aku hormati, dia adalah Mbak Vivi (30 tahun) seorang guru agama di sebuah SMP negeri di Kota Magelang. Aku mengenalnya karena suaminya yang bernama Iwan (40 tahun) sering mengisi pulsa di counter HP milikku. Seminggu sekali dia ketempatku, kadang sendiri kadang juga berdua dengan istrinya

Karena sudah kenal baik aku sering mampir kerumahnya saat pulang dari toko, kebetulan rumahnya searah dengan tempat kosku. Oh ya namaku adalah Kendy (28 tahun) asal kotaku adalah Surabaya. Singkat cerita kami sudah akrab, mereka berdua sebenarnya keluarga yang sempurna menurutku, Mas Iwan bekerja sebagai teknisi listrik PLN dan mereka sudah memiliki 2 orang anak yang berusia 12 dan 8 tahun.

Terus terang saat pertama bertemu dengan Mbak Vivi aku sudah sangat kagum, dia pintar, cantik dan sholehah karena selalu berjilbab rapi. Selain itu dia juga taat pada suami dan pandai mendidik anaknya. Namun semua kekagumanku itu tiba-tiba berubah saat aku tahu kalau dia punya Pria Idaman Lain. Hal ini ku ketahui tanpa sengaja ketika aku melihat Mbak Vivi berboncengan dengan seorang lelaki di sebuah objek wisata di Kabupaten Magelang, padahal waktu itu masih jam sekolah dan seharusnya dia masih mengajar.

Akupun terus mengikutinya dan mereka berdua berhenti di tempat yang sepi di sebuah warung yang tak di pakai lagi. Dengan mengendap-endap aku merekam aksi mereka berdua yang memadu kasih di tempat sepi. Walaupun mereka hanya sekedar berpelukan dan berciuman namun ini bisa jadi bukti yang kuat atas perselingkuhan mereka.

Pada keesokan harinya aku berniat memberitahukan perselingkuhan ini pada Mas Iwan, namun saat aku datang kerumahnya aku cuma bertemu dengan Mbak Vivi. Entah setan mana yang menghasutku, tiba-tiba aku ingin memanfaatkan ini untuk berbuat sesuatu pada Mbak Vivi ketika aku diberitahu bahwa Mas Iwan sedang pergi mengunjungi Ibunya di Purwokerto beserta dua anaknya.

Akhirnya akupun menjelaskan tentang rekaman video itu sambil mengancam Mbak Vivi akan mengirimkan rekaman ini pada suaminya. Dia sangat terkejut dengan pernyataanku yang mengetahui dengan detail perselingkuhannya dan akhirnya dengan menangis diapun memohon padaku untuk menghapus video itu dan sebagai gantinya dia berjanji akan memberi imbalan apapun yang aku inginkan.

Akhirnya Mbak Vivi masuk perangkapku, dengan terus terang akupun meminta imbalan pertamaku yaitu mengajaknya mandi bersama. Dia langsung menolaknya dan menawarkan uang sebagai gantinya, namun aku tetap pada pendirianku sambil menyatakan bahwa aku tak butuh uang.

Setelah sedikit bujukan akhirnya diapun mau menerima permintaanku dan aku segera menuju kamar mandi, sedangkan Mbak Vivi terlebih dulu mengambil handuk di kamarnya. Hal ini sengaja kulakukan agar aku bisa meletakkan HP ku di tempat yang aman untuk bisa merekam aksi kami tanpa diketahui oleh Mbak Vivi. Sesaat kemudian diapun datang hanya dengan berlilitkan handuk, karena semua pakaian dan jilbabnya sudah di lepas di dalam kamar. akupun segera melepas pakaianku hingga bugil.

Dia terkejut melihat torpedoku yang berdiri tegak karena terangsang dan segera kuraih tangannya lalu kuajak masuk kekamar mandi. Dia hanya diam saja sambil merunduk malu dan kesal pada perbuatanku, tapi aku tak peduli segera saja kutarik handuknya dan kamipun sama-sama bugil.

Aku sempat tertegun melihat tubuh Mbak Vivi yang sangat seksi, kulitnya yang putih mulus sangat kontras dengan warna rambutnya yang hitam panjang tergerai sampai punggung. Setelah itu kami pun mandi berdua dengan menggunakan shower sambil menikmati guyuran air aku mulai mencumbui Mbak Vivi, awalnya dia menolak namun dengan sedikit ancaman diapun menurut juga.

Dengan leluasa aku memainkan organ intimnya, payudaranya yang montok dan berukuran 34B itu menjadi santapan empuk bagi bibir dan lidahku. Selain itu kedua telapak tanganku juga secara bergantian bergerilya di sekitar vagina dan pantatnya yang bahenol. Awalnya Mbak Vivi selalu berusaha menghindar saat aku memasukkan dan memainkan jariku ke lubang vegy miliknya namun akhirnya dia pasrah juga, mungkin karena sudah terangsang.

Setelah beberapa lama perkiraanku ternyata benar, Mbak Vivi mulai mendesah karena birahi dan akhirnya dia orgasme. Tubuhnya meliuk-liuk dan sesekali mengejang sambil mulutnya terus merintih. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, saat dia lengah segera kuposisikan tubuhnya sedikit menungging dan kupeluk dari belakang, dia menurut saja dan tak tahu kalau sebentar lagi akan kuentoti.

Aku terus memainkan jariku di lubang vegy miliknya dan pada saat yang tepat langsung kuganti dengan kontolku yang telah berdiri tegak Blezz…. Slepp kontolku menancap sempurna. Mbak Vivi langsung berontak dan berusaha mencabut kontolku dari vaginanya, namun hal itu sia-sia saja karena aku sudah merengkuhnya dengan sepenuh tenaga sehingga perlawanannya tak berguna. Dengan leluasa aku mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dengan irama pelan agar tidak lepas lalu diapun mulai rileks dan tak berontak lagi, mungkin dia mulai menikmati goyangan kontolku di dalam vegynya.

Goyang Wanita Berjilbab Yang Kuhormati-Mbak Vivi

Akupun mulai menambah kecepatan goyanganku Slepp…slepp…slepppp…oh…ahhh..ahhh oh…. aku dan Mbak Vivi mulai saling mendesah dan tak berapa lama dia kembali orgasme, namun reaksinya jauh berbeda dengan yang pertama. Dia mengerang dan mendesah tak karuan Ahhh….Uhghhh….ahhhchh …ohhh….. akupun menjadi bersemangat dan semakin mempercepat goyanganku lalu diapun terkulai tak berdaya di sambil bersandar pada bak mandi.

Oh… Ken kamu jahat banget sih….. aku kan sudah keluar banyak, ko masih di goyang terus….aku jadi lemas nihh. Akupun kembali memeluknya Maaf Mbak…. aku benar-benar terangsang dengan tubuhmu yang bahenol, jadi pinginnya goyang terusss…..Tapi enak kan Mbak..? Mbak Vivi tersenyum malu sambil mencubit perutku, Ken… kalo dari tadi aku tahu kamu pinter ngentot, nggak usah dipaksapun aku mau kamu entotin. Aku sangat kaget dengan pernyataanya ini, namun hal ini dibuktikan oleh dia. setelah tenaganya pulih dia tidak menolak kuajak ngentot lagi, namun dia minta pindah kedalam kamar tidur.

Masih dalam kondisi bugil aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil HPku yang kuselipkan di atas lubang ventilasi lalu segera masuk ke dalam kamar Mbak Vivi. Sambil menunggu dia datang kulihat kembali rekaman tadi dan hasilnya cukup memuaskan, karena semua adegan itu terekam dengan baik.

Setelah itu aku segera mencari tempat yang pas untuk merekam aksiku yang kedua, tak jauh dari kasur ada tumpukan kulihat pakaian, segera kuletakkan disana sehingga tersamar dengan baik. Setelah Mbak Vivi masuk kamar akupun segera mencumbuinya, sengaja kuarahkan vaginanya menghadap kamera HP yang berada diantara tumpukan pakaian, sehingga aksi jari-jariku yang nakal di vagina Mbak Vivi terekam dengan baik. Setelah puas bercumbu aku pun segera mengentotnya yang kuawali dengan posisi terlentang.

ess….Sleppp tanpa kesulitan aku menancapkan torpedoku dan rasanya memang mantap…. clepp..cleppp..ahhh…ahhhh….ohh..ohhh. Hanya desahan dan suara tumbukan kelamin kami yang terdengar dan berbagai gaya dalam ngentot seperti dalam film bokep yang ku tonton aku coba, termasuk gaya Dogy favoritku. Sampai akhirnya aku puas dan mencapai orgasme 2 kali. Sedangkan Mbak Vivi terkapar sampai tertidur karena kelelahan. Bahkan saat kurekam tubuh bugilnya dari jarak dekat dia hanya diam saja.

Sejak saat itulah fantasi Sex yang aku inginkan selalu dapat ku praktekkan, aku menjadi sering mendownload film bokep dari barat dan kemudian aku coba lakukan dengan Mbak Vivi. Dia tak pernah menolak, kapanpun aku minta ngentot asalkan nggak sedang menstruasi dia akan datang. Karena kebetulan tempat kosku sangat aman maka aku tak pernah repot mencari tempat untuk ngentot.

Namun bila rumah Mbak Vivi sepi aku lebih suka ngentot dirumahnya karena aku bisa lebih bebas berekspresi di berbagai tempat, tidak cuma di atas kasur, bisa di dapur, di ruang tengah, di meja makan di kamar mandi, di tempat jemur pakaian DLL . Di rumahnya aku memiliki tempat favorit yaitu diatas kursi sofa di ruang tamu karena lebih santai dan penuh sensasi. Sampai saat ini aku terus melakukan perselingkuhan ini.

#Goyang #Wanita #Berjilbab #Yang #Kuhormati

Jilatan Pak Polisi Yang Membangkitkan Gairah Terbaru Malam Ini

Jilatan Pak Polisi Yang Membangkitkan Gairah-Reni

Sebagai pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.

Saya, Reni (24), seorang sarjana ekonomi. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada salah satu perusahaan jasa keuangan di Solo. Sebagai wanita, terus terang, saya juga tidak bisa dikatakan tidak menarik. Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra 34B. Cukup bahenol, kata rekan pria di kantor. Sementara, suami saya juga ganteng. Rendi namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 27 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rendi orangnya pengertian dan sabar.

Karena sama-sama bekerja, otomatis pertemuan kami lebih banyak setelah sepulang atau sebelum berangkat kerja. Meski begitu, hari-hari kami lalui dengan baik-baik saja. Setiap akhir pekan–bila tidak ada kerja di luar kota–seringkali kami habiskan dengan makan malam di salah satu resto ternama di kota ini. Dan tidak jarang pula, kami menghabiskannya pada sebuah villa di Tawangmangu.

Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rendi menunaikan tugasnya sebagai suami. Hanya saja, karena suami saya itu sering pulang tengah malam, tentu saja ia tampak capek bila sudah berada di rumah. Bila sudah begitu, saya juga tidak mau terlalu rewel. Juga soal ranjang itu.

Bila Rendi sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk. Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami–yang tidak terlalu kekar itu-dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering-entah mengapa-menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok dan juga tentang ranjang.

Bila sudah sampai tentang ranjang itu, seringkali pula saya membayangkan saya bergumulan habis-habisan di tempat tidur. Seperti cerita Linda atau Intan di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya. Tapi sesungguhnya itu hanyalah khayalan menjelang tidur yang menurut saya wajar-wajar saja. Dan saya juga tidak punya pikiran lebih dari itu. Dan mungkin pikiran seperti itu akan terus berjalan bila saja saya tidak bertemu dengan Herto. Pria itu sehari-hari bekerja sebagai polisi dengan pangkat Briptu. Usianya mungkin sudah 50 tahun. Gemuk, perut buncit dan hitam.

Begini ceritanya saya bertemu dengan pria itu. Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepeda motor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya. Namun, pria itu marah-marah.
“Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam itu pada suami saya.

Mungkin karena merasa bersalah atau takut dengan gertakan pria yang mengaku sebagai polisi itu, suami saya segera menyerahkan surat kendaraan dan SIM-nya. Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motor itu esok harinya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuah bengkel. Pria itu sepertinya masih marah. Ketika Rendi menawari untuk mengantar ke rumahnya, ia menolak.

“Tidak usah. Saya pakai ojek saja,” katanya.
Esoknya, Rendi sengaja pulang kerja cepat. Setelah menjemput saya di kantor, kami pun pergi ke rumah pria gemuk itu. Rumah pria yang kemudian kami ketahui bernama Herto itu, berada pada sebuah gang kecil yang tidak memungkinkan mobil Opel Blazer suami saya masuk. Terpaksalah kami berjalan dan menitipkan mobil di pinggir jalan.

Jilatan Pak Polisi Yang Membangkitkan Gairah-Lepas Baju

Rumah kontrakan Pak Herto hanyalah rumah papan. Kecil. Di ruang tamu, kursinya sudah banyak terkelupas, sementara kertas dan koran berserakan di lantai yang tidak pakai karpet.
“Ya beginilah rumah saya. Saya sendiri tinggal di sini. Jadi, tidak ada yang membersihkan,” kata Herto yang hanya pakai singlet dan kain sarung.

Setelah berbasa basi dan minta maaf, Rendi mengatakan kalau sepeda motor Pak Herto sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang. Sepanjang Rendi bercerita, Pak Herto tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.

“Oh begitu ya. Tidak masalah,” katanya.
Saya tahu, beberapa kali ia melirikkan matanya ke saya yang duduk di sebelah kiri. Tapi saya pura-pura tidak tahu. Memandang Pak Herto, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara dadanya yang hitam membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.

Herto kemudian bercerita kalau ia sudah puluhan tahun bertugas dan tiga tahun lagi akan pensiun. Sudah hampir tujuh tahun bercerai dengan istrinya. Dua orang anaknya sudah berumah tangga, sedangkan yang bungsu sekolah di Bandung. Ia tidak bercerita mengapa pisah dengan istrinya.

Pertemuan kedua, di kantor polisi. Setelah beberapa hari sebelumnya saya habis ditodong saat berhenti di sebuah perempatan lampu merah, saya diminta datang ke kantor polisi. Saya kemudian diberi tahu anggota polisi kalau penodong saya itu sudah tertangkap, tetapi barang-barang berharga dan HP saya sudah tidak ada lagi. Sudah dijual si penodong.

Saat mau pulang, saya hampir bertabrakan dengan Pak Herto di koridor kantor Polsek itu. Tiba-tiba saja ada orang di depan saya. Saya pun kaget dan berusaha mengelak. Karena buru-buru saya menginjak pinggiran jalan beton dan terpeleset. Pria yang kemudian saya ketahui Pak Herto itu segera menyambar lengan saya. Akibatnya, tubuh saya yang hampir jatuh, menjadi terpuruk dalam pagutan Pak Herto. Saya merasa berada dalam dekapan tubuh yang kuat dan besar. Dada saya terasa lengket dengan dadanya. Sesaat saya merasakan getaran itu. Tapi tak lama.
“Makanya, jalannya itu hati-hati. Bisa-bisa jatuh masuk got itu,” katanya seraya melepaskan saya dari pelukannya. Saya hanya bisa tersenyum masam sambil bilang terimakasih.

Ketika Pak Herto kemudian menawari minum di kantin, saya pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Sambil minum ia banyak bercerita. Tentang motornya yang sudah baik, tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menggangu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.

Mungkin karena seringkali diam bila bertemu dan ia pun makin punya keberanian, Pak Herto itu kemudian malah sering datang ke rumah. Datang hanya untuk bercerita. Atau menanyai soal rumah kami yang tidak punya penjaga. Atau tentang hal lain yang semua itu, saya rasakan, hanya sekesar untuk bisa bertemu dengan berdekatan dengan saya. Tapi semua itu setahu suami saya lho. Bahkan, tidak jarang pula Rendi terlibat permainan catur yang mengasyikkan dengan Pak Herto bila ia datang pas ada Rendi di rumah.

Ketika suatu kali, suami saya ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan, Pak Herto malah menawarkan diri untuk menjaga rumah. Rendi, yang paling tidak selama sepakan di Jakarta, tentu saja gembira dengan tawaran itu. Dan saya pun merasa tidak punya alasan untuk menolak.

Meski sedikit kasar, tapi Pak Herto itu suka sekali bercerita dan juga nanya-nanya. Dan karena kemudian sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, saya pun tidak pula sungkan untuk berceritanya dengannya. Apalagi, keluarga saya tidak ada yang berada di Solo. Sekali waktu, saya keceplosan. Saya ceritakan soal desakan ibu mertua agar saya segera punya anak. Dan ini mendapat perhatian besar Pak Herto. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.

“Oh ya. Ah, kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya. Ia makin mendekat.
“Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
“Mudah-mudahan saya bisa bantu. Datanglah ke rumah. Saya beri obat dan sedikit diurut,” kata Pak Herto pula.
Dengan pikiran lurus, setelah sebelumnya saya memberitahu Rendi, saya pun pergi ke rumah Pak Herto. Sore hari saya datang. Saat saya datang, ia juga masih pakai kain sarung dan singlet.

Saya lihat matanya berkilat. Pak Herto kemudian mengatakan bahwa pengobatan yang didapatkannya melalui kakeknya, dilakukan dengan pemijatan di bagian perut. Paling tidak tujuh kali pemijatan, katanya. Setelah itu baru diberi obat. Saya hanya diam.

“Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengap. Jendela kecil di samping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya beralaskan kasur yang sudah menipis.

Pak Herto kemudian memberikan kain sarung. Ia menyuruh saya untuk membuka kulot biru tua yang saya pakai. Risih juga membuka pakaian di depan pria tua itu.
“Gantilah,” katanya ketika melihat saya masih bengong.
Inilah pertama kali saya ganti pakaian di dekat pria yang bukan suami saya. Di atas ranjang kayu itu saya disuruh berbaring.

“Maaf ya,” katanya ketika tangannya mulai menekan perut saya.
Terasa sekali jari-jari tangan yang kasar dan keras itu di perut saya. Ia menyibak bagian bawah baju. Jari tangannya menari-nari di seputar perut saya. Sesekali jari tangannya menyentuh pinggir lipatan paha saya. Saya melihat gerakannya dengan nafas tertahan. Saya berasa bersalah dengan Rendi.

Jilatan Pak Polisi Yang Membangkitkan Gairah-Reni Ngesex

“Ini dilepas saja,” katanya sambil menarik CD saya. Oops! Saya kaget.
“Ya, mengganggu kalau tidak dilepas,” katanya pula.
Tanpa menunggu persetujuan saya, Par Herto menggeser bagian atasnya. Saya merasakan bulu-bulu vagina saya tersentuh tangannya. CD saya pun merosot. Meski ingin menolak, tapi suara saya tidak keluar. Tangan saya pun terasa berat untuk menahan tangannya.

Tanpa bicara, Pak Herto kembali melanjutkan pijatannya. Jari tangan yang kasar kembali bergerilya di bagian perut. Kedua paha saya yang masih rapat dipisahkannya. Tangannya kemudian memijati pinggiran daerah sensitif saya. Tangan itu bolak balik di sana. Sesekali tangan kasar itu menyentuh daerah klitoris saya. Saya rasa ada getaran yang menghentak-hentak. Dari mulut saya yang tertutup, terdengar hembusan nafas yang berat, Pak Herto makin bersemangat.

“Ada yang tidak beres di bagian peranakan kamu,” katanya.
Satu tangannya berada di perut, sementara yang lainnya mengusap gundukan yang ditumbuhi sedikit bulu. Tangannya berputar-putar di selangkang saya itu. Saya merasakan ada kenikmatan di sana. Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah basah. Kepala saya miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang tidak tertahankan.
Tangan kanan Pak Herto makin berani. Jari-jari mulai memasuki pinggir liang vagina saya.

Ia mengocok-ngocok. Kaki saya menerjang menahan gairah yang melanda. Tangan saya yang mencoba menahan tangannya malah dibawanya untuk meremas payudara saya. Meski tidak membuka BH, namun remasan tangannya mampu membuat panyudara saya mengeras. Uh, saya tidak tahu kalau kain sarung yang saya pakai sudah merosot hingga ujung kaki. CD juga sudah tanggal. Yang saya tahu hanyalah lidah Pak Herto sudah menjilati selangkang saya yang sudah membanjir. Terdengar suara kecipak becek yang diselingi nafas memburu Pak Herto.

Ini permainan yang baru yang pertama kali saya rasaran. Rendi, suami saya, bahkan tidak pernah menyentuh daerah pribadiku dengan mulutnya. Tapi, jilatan Pak Herto benar-benar membuat dada saya turun naik. Kaki saya yang menerjang kemudian digumulnya dengan kuat, lalu dibawanya ke atas. Sementara kepalanya masih terbenam di selangkangan saya.

Benar-benar sensasi yang sangat mengasyikan. Dan saya pun tidak sadar kalau kemudian, tubuh saya mengeras, mengejang, lalu ada yang panas mengalir di vagina saya. Aduh, saya orgasme! Tubuh saya melemas, tulang-tulang ini terasa terlepas. Saya lihat Pak Herto menjilati rembesan yang mengalir dari vagina. Lalu ditelannya. Bibirnya belepotan air kenikmatan itu. Singletnya pun basah oleh keringat. Saya memejamkan mata, sambil meredakan nafas. Sungguh, permainan yang belum pernah saya alami. Pak Herto naik ke atas ranjang.
“Kita lanjutkan,” katanya.

Saya disuruhnya telungkup. Tangannya kembali merabai punggung saya. Mulai dari pundah. Lalu terus ke bagian pinggang. Dan ketika tangan itu berada di atas pantat saya, Pak Herto mulai melenguh. Jari tangannya turun naik di antara anus dan vagina. Berjalan dengan lambat. Ketika pas di lubang anus, jarinya berhenti dengan sedikit menekan. Wow, sangat mengasyikan. Tulang-tulang terasa mengejang. Terus terang, saya menikmatinya dengan mata terpejam.

Bila kemudian, terasa benda bulat hangat yang menusuk-nusuk di antara lipatan pantat, saya hanya bisa melenguh. Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya rasakan benda itu sangat keras. Benar. Saat saya berbalik, saya lihat kontol Pak Herto itu. Besar dan hitam. Tampak jelas urat-uratnya. Bulunya pun menghitam lebat.

Mulut saya sampai ternganga ketika ujung kontol Pak Herto mulai menyentuh bibir vagina saya. Perlahan ujungnya masuk. Terasa sempit di vagina saya. Pak Herto pun menekan dengan perlahan. Ia mengoyangnya. Bibir vagina saya seperti ikut bergoyang keluar masuk mengikuti goyangan kontol Pak Herto. Hampir sepuluh menit Pak Herto asik dengan goyangannya. Saya pun meladeni dengan goyangan. Tubuh kami yang sudah sama-sama telanjang, basah dengan keringat. Kuat juga stamina Pak Herto. Belum tampak tanda-tanda itunya akan ‘menembak’.

Padahal, saya sudah kembali merasakan ujung vagina saya memanas. Tubuh saya mengejang. Dengan sedikit sentakan, maka muncratlah. Berkali-kali. Orgasme yang kedua ini benar-benar terasa memabukkan. Liang vagina saya makin membanjir. Tubuh saya kehilangan tenaga. Saya terkapar.

Saya hanya bisa diam saja ketika Pak Herto masih menggoyang. Beberapa saat kemudian, baru itu sampai pada puncaknya. Ia menghentak dengan kuat. Kakinya menegang. Dengan makin menekan, ia pun memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina saya. Saya tidak kuasa menolaknya. Tubuh besar hitam itu pun ambruk diatas tubuh saya. Luar biasa permainan polisi yang hampir pensiun itu. Apalagi dibandingkan dengan permainan Rendi.

Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Herto. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Herto juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan syahwat kepadanya. Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rendi. Dan saya yakin Rendi juga tidak tahu samasekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Pak Herto itu. Entah sampai kapan.

#Jilatan #Pak #Polisi #Yang #Membangkitkan #Gairah

Skandal Dengan Pembantuku Yang Sexy Terbaru Malam Ini

Skandal Dengan Pembantuku Yang Sexy-Tuti

 Aku sedang melamun sendiri dikamar, istri dan anakku sejak kemarin pulang ke kampungnya di Jawa. Aku sendiri malas keluar, walaupun hari ini kantor libur hari sabtu. Tiba-tiba saja kudengar pintu kamarku diketok oleh orang.

” Pak , permisi, Tuti mau cuci kamar mandi bapak” terdengar suara pembantuku
” Yah Masuk aja ” jawabku
Tuti pembantuku pun masuk sambil membawa ember kecil dan yang membuat saya kaget, dia hanya memakai handuk besar yang membungkus dadanya yang besar dan pantatnya yang bahenol.
” Waduh, pake handuk aja Tuti” kataku sambil menelan liur karena menyaksikan pemandangan yang membangkitkan adekku.

” Iya pak, biar ngak basah baju Tuti ” jawabnya sambil tersenyum manis dan lirikan matanya yang genit menuju adekku yang hanya di bungkus celana dalam saja.
Kurang lebih 15 menit kudengar suara air yang disiram ke dinding kamar mandi
Wah berarti dia sudah selesai mencuci kamar mandi, akupun cepat-cepat mencopot
celana dalamku, dan langsung kutarik pintu geser kamar mandiku yang memang tidak pakai kunci.

” Eh ,pak, ”Tuti terkejut, ketika melihat aku masuk dalam keadaan bugil, dia segera jongkok dengan keadaan telanjang bulat, sambil menutupi susunya dan menghadap kedinding kamar mandi membelakangiku.
Tapi tetap aja terlihat pantatnya yang bahenol, terlihat mengkilap , hitam, karena sekujur tubuhnya basah kena air ketika mencuci kamar mandi.
Akupun langsung mendekati closet sambil mengacungkan adekku
” Iya Tuti , bapak mau kencing nih , udah ngak tahan , kamu sih lama banget cucinya”
Aku sambil pura-pura, mau kencing, tapi boro-boro mau keluar airnya, namanya juga
adek lagi bediri , mana mau keluar kencingnya, mana mata sambil terus melihat kearah Tuti yang telanjang bulat sambil jongkok.
” Udah Tuti, ngak usah malu, ngak ada orang kok, cuma kita, Bapak aja ngak malu”
Kulihat dia mulai berani mengintip kearah adekku, dia kaget melihat adekku yang sengaja kuacung-acungkan.
” Tuti, tolong minta air dong , untuk cuci ini adek bapak ” kataku, sambil menyodorkan adekku ke hadapannya.
Dengan takut- takut dan malu, tangan satunya mengambil shower dan tangan satunya tetap menutupi susunya.
” Ayo dong sekalian dicuciin” kataku

Diapun mulai berdiri, dan menyirami adekku dengan shower, sambil matanya terus melihat adekku yang sudah tegang, Adekku ukurannya panjangnya sih biasa saja sekitar 15 cm,tapi gemuk banget , sudah banyak wanita yang kaget dengan ukuran diameter dan bentuk kepalanya yang membesar seperti pukulan gong.
” Ayo jangan cuma di siram, ambil itu sabun sekalian disabunin dong ”
Kulihat dia agak kagok, tapi diambilnya juga sabun cair, dan dia mulai menyabuni
adekku .
” Ahhhh,,, enak Ti, Cucinya yang bersih Ti ”
” Yah pak.” jawabnya sambil terus tertunduk dan menatap adekku.
Sekarang dia juga dalam keadaan telanjang bulat, tidak bisa lagi menutupi susunya , karena kedua tangannya sibuk menyabuni dan menyirami adekku.
Susunya kelihatan benar besar ,masih bulat sekali dan keras sekali dengan pentil yang masih kecil tapi kelihatan sudah berdiri. sedang memeknya kelihatan berupa garis, karena bulunya sudah tidak ada, mungkin dia sering mencukurnya, tapi terlihat jelas bekas bulu yang baru dicukur, makin membuatku nafsu.

Tanganku pun mulai memegang susunya dan mengelusnya sambil berkata
” Tuti, Susu kamu bagus yah. masih montok banget”
” Pak Tuti malu pak”
” Ahhhh… . pak……jangan pak….”
Tanganku memelintir pentilnya yang keras, dan tangan satunya sibuk memutar -mutar
susu yang satunya.
” Auwww pak……pakk….”

Skandal Dengan Pembantuku Yang Sexy-Tuti Bugil

Dia mulai mendesah, dan pegangannya ke adekku bukan hanya mengelus lagi,tapi mulai meremas dengan kencang.
Mulutkupun mulai bergerilya menciumi susunya dan mulai lidahku mebelit-belit pentil susunya, pelan tanganku yang satunya turun meluncur kearah memeknya.
Jariku menemukan bibir memeknya yang udah licin, bibirnya tipis, aku, mulai mengorek-orek memeknya dan mencari-cari kelentitnya.

” Auuu pak…geli pakk…., Tuti geli pak ”
Aku terus menjilati pentilnya dan tanganku, menemukan kelentitnya yang cukup besar, terasa sebesar biji kacang tanah, keras, licin dan enak sekali dimaenin dengan tangan.
” Pakkkkkk…Auuuuu…ZZZZZZ. pak Tuti………..ngak tahan pak”
Tangannya sudah dengan kasar menggosok adekku dan sampai kebijinya diperas dengan keras, sampai aku agak terasa sakit.
” Pakkkk….ampun ….pak… Tuti….enak.pakkk” desahnya, terus menerus.
” Pelan kuangkat sebelah kakinya , kusandarkan kakinya yang satu di atas bak mandi, lalu lulutku mulai turun kebawah mencari lubang memeknya.
Kujilati bibir memeknya, dan sambil lidahku masuk menjelajahi lubang memeknya yang terasa masih kecil sekali. Lalu lidahku mulai menjilati dan mengulum biji kelentitnya yang sebesar kacang tanah, dan terasa keras serta licin sekali karena air nikmatnya yang banyak keluar.

” Aduhhhhhhhhh………..pak……. Tuti ngak tahan pakkkkkkkkkk”
” Auuuuuu……pakk Ampun pak………Tuti enak banget pakkkkk, Memek Tuti diapain pak……. Auuuuuuuuuu ”
” Memang belum pernah diginiin Tuti”
” Belummmm pakkkk….enak ….banget pakkk.”
” Auuuuuuzzzzzzzzzzz…… enak pakkkkkkkkkkk”
” Yuk kita keranjang Ti .” sambil keseret kekamarku
Langsung kurebahkan dia diranjangku. langsung kuserbu susunya kujilati dan kugigit
gigit kecil pentilya,
” Pakkkkk……. enak pak…..UZZZzzzz….”

Lidahkupun mulai meluncur kebawah, mulai kujilati bibir memeknya, kutarik dengan bibirku , pelan kubuka memeknya yang hitam, sesuai dengan kulitnya yang hitam manis, bibir memeknya pun hitam dengan bekas bulu yang dicukur, makin membuat aku nafsu, pelan kubuka memeknya, terlihatlah dalam memeknya yang berwarna merah tua segar dengan keadaan basah sekali, sangat kontras dan menarik dengan warna bibir memeknya yang hitam , ,kujilati dalam memeknya, dan terlihat kelentitnya yang menonjol dengan menantang merah dan licin sekali, langsung kujilati dan kukulum biji kelentitnya.

” Pakkkkkkkkkkk…..aduh pak…..enak……ohhhhhhhhh..ohhhhhh”
Tuti menggerakkan memeknya mendekati bibirku, terasa agak asin cairan yang keluar dari memenya, aku suka sekali melihat biji kelentitnya yang keras dan licin, terus kukulum, sehingga dia terus teriak dan mengangkat memeknya tinggi-tinggi
” Aduh pak…ampun pak…..Tuti ngak tahan pak…Ngentotin Tuti pak”
Akupun berputat dalam posisi 69, dia dengan segera menarik adekku dan langsung dengan rakus mengulum batangnya, lalu turun kebijinya, kedua bijiku disedotnya, bukan main rasanya.
” auuuuuuuu enak ti, terus ti……”

Aku terus menjilati dan menggigit biji kelentitnya, sambil menyedot cairan yang keluar,
tiba-tiba kepalaku dikepitnya dengan keras, dan terasa adekku disedot dan digigit dengan keras oleh Tuti,
” Pakkkkkkk….Tuti keluar pak…….Aya u……..uuuuu ”
Dijepitnya dengan keras kepalaku , lalu ia lemas dan kakinya mulai terbuka lagi.
” Aduh pak, enak banget pak, Tuti belum pernah diginiin sampe keluar”
“Emang kamu udah sering Tii, ” Tanyaku”
” Ngak pak , Tuti baru pernah sekali dientot sama pacar dikampung, eh abis dientot dia takut Tuti Hamil, jadi dia lari dari kampung.
Aku mulai menjilati lagi, memeknya yang semakin merah dalamnya, dan aku
menggigit kecil kelentitnya.
” Aduh..pak….kok..jadi enak lagi yah..”
” Tuti rasanya mau enak lagi nih pak”

Setelah puas kujilati semua lubang dalam memeknya, aku pun berputar dan mulai menindih tubuhnya. Pelan kugesek kepala kontolku ke bibir memeknya,
” Auiuuuu,,,,,,pak,,,,,kok,,,enak lagi yah…..aduh pa kkkk”
Pelan kucoba memasukkan adekku kedalam memeknya , sulit sekali sebab lubangnya masih kecil sekali.
” Auu pak…pelan..pak…sakit….****** bapak gede banget…”
” emang ****** pacarmu kecil Tii”
” Kecil pak, punya bapak gede banget apalagi kepalanya segede tinju Tuti”
” Bisa-bisa sobek memek Tuti pak….”
Pelan kudoron adekku memasuki memeknya, terasa pedih karena sempit
” Auuuu pak,,,sakit pakk,,,,,pelan pelan pak”
Pelan-pelan kepala kontolku berhasil masuk sebatas kepalanya.
Dia sudah menjerit-jerit kesakitan dan keenakan.

” Aduh pakkk….sakitt,,,,enak….sakit…pak tapi enak:”
“Gimana mau diterusin ngak Ti, katanya sakit”
” Terus pak biarin , mau jebol juga ngak apa yang penting enak”
katanya sambil memelukku dengan erat.
Dengan tiba-tiba kudorong semua kontolku kedalam memeknya.
” Auuuuuuuuuuuu. poakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk”

Kudiamkan kontolku masuk kedalam memeknya terasa mentok sampai rahimnya
Tuti juga terdiam, matanya melotot, sambil menggigit bibir bawahnya,
Aku senang sekali melihat gadis yang melotot ketika kontolku mentok masuk kememeknya.
” Pakkkkkkk…..sakit,,,,tapi enak banget pak, ****** bapak gede banget, sampe penuh memek Tuti.
pelan mulai kugenjot keluar masuk memeknya,
” Auusss…sekarang enak banget pakkkkk..au….pakkkk”
Matanya tetap melotot setiap kali kepala kontolku masuk mentok ke memeknya
” Au…..Auu…..Au….” setiap kali kugenjot memeknya Tuti terus mengoce dan teriak
Aku senang sekali dengan cewe yang berisik ketika di entot.

Lalu kuputar kaki satunya sehingga keatas, lalu dengan posisi miring kutusuk lagi memeknya.
” Aduh……….pakkk…….auuuu”
Tuti lebih menjerit dan melotot lagi, karena kontolku makin masuk kedalam mentok.
” Pak ….k Tuti udah ngak tahan mau keluar”
” Sebentar Ti, Bapak juga……….aaaaaa”
Kupercepat genjotanku dengan cepat sekali
” Au–…au…auu……au…………………… pakkk”
Tuti mengejang dan terasa memeknya memijit dengan keras kontolku, seakan kontolku diperas. lalu akupun merasa sudah mau keluar, dengan hentakan terakhir
kutekan keras memeknya sambil menyemburkan maniku kememeknya.
” Auu tiiii. bapak keluarrrr”
”Tuti juga pakkkk”
Lalu saya pun terjatuh diatas badanya.lemas, tapi enak banget,
Memang memek hitam dan merah dalamya enak banget,legit dan empot ayam lagi…

#Skandal #Dengan #Pembantuku #Yang #Sexy

Dina Sahabat Penaku Yang Kuentot Terbaru Malam Ini

Menikmati Sempitnya Memek Bidan Muda

Hubungan kami berawal dari dimuatnya surat pembacaku, ketika aku masih mahasiswa, di suatu surat kabar yang beroplah nasional tentang kesulitan mengirim surat ke luar negeri. Seminggu kemudian datang surat kepadaku mengomentari suratku dan menceritakan hal yang sama dengan yang kualami. Ia mengatakan hobinya juga surat-menyurat (korespondensi) dan mengajak bertukar hobi denganku. Semenjak itu kami rajin saling berkirim surat. Walaupun belum pernah saling ketemu, karena saling pandai menyusun kata-kata, kami serasa sudah akrab.

 Dina, sahabat penaku itu, waktu itu bekerja sebagai asisten apoteker di kota Cikampek. Ia memang lahir di situ, ayahnya mempunyai penggilingan beras. Seperti lazimnya pengusaha di kota kecil, ayahnya keturunan Cina. Ia sulung dari 6 bersaudara dan akhirnya aku juga akrab dengan keluarganya akibat sering main ke sana kalau liburan. Ia lebih tua 1 tahun dariku. Waktu itu aku sendiri punya pacar di fakultas dan Dina beberapa mempunyai “teman dekat”, seperti diceritakannya kepadaku lewat surat-suratnya.

Tiga tahun setelah kami akrab, ia pindah ke Jakarta dan diserahi pekerjaan mengelola apotik di daerah Jakarta Barat. Waktu itu aku sendiri sudah selesai kuliah dan mulai mencari pekerjaan di ibukota. Hubunganku dengannya sudah cukup akrab. Beberapa kali aku menginap di rumah kostnya. Ia kos bersama adik laki-laki tertuanya, yang kuliah di salah satu fakultas kedokteran. Waktu itu ia sedang pacaran dengan seorang bule, Peter, karyawan suatu perusahaan Belgia. Aku, Peter, Dina dan Andre (adiknya), sering berjalan bersama. Waktu itu aku sendiri juga bekerja di daerah Jakarta Barat dan kos di dekat camer (calon mertua). Pacarku sendiri sedang kuliah di Gajah Mada, Yogya.

Sampai akhirnya si Peter meninggal dunia, karena kecelakaan pesawat ketika sedang pulang ke Belgia. Ayah Dina waktu itu sedang masuk RS dan aku setiap malam menunggui, bergantian berdua dengan Erik atau dengan Dina, sampai juga meninggal setelah 10 hari dirawat. Kesedihan karena ditinggal si Peter dan ayahnya, membuat Dina memintaku banyak mendampinginya. Kalau selesai bekerja, kalau Andre sibuk kuliah, Dina memintaku menjemput ke apotik. Kalau ia dinas malam, aku biasa menungguinya sebelum ia selesai bekerja. Sering aku dan Dina (kalau sudah pulang kuliah), menunggui berdua lalu pulang bertiga. Semua teman kerja dan induk semang kosnya sudah mengenalku semua. Dan di antara kami semuanya berjalan biasa saja. Dina ini tinggi badannya lumayan, ada 5 cm di atas tinggi badanku. Jadi orang pasti tidak mengira kalau kami sedang pacaran. Dina tahu mengenai pacarku di Yogya.

Walaupun demikian, kedekatan kami lama-lama membuat adanya “rasa lain”. Kami biasa menonton berdua kalau Dina pulang sore. Dia juga biasa jalan bergayut di lenganku, itupun kalau bertiga dengan Andre. Sore itu, hari Sabtu, ia pulang jam 2 dari apotik. Dina sedang pulang ke Cikampek dan ia kelihatannya sedang sedih (“Aku ingat Peter”, katanya), maka tangannya tak mau lepas dari lenganku. Kesedihan itu dibawanya masuk gedung, selama film ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Spontan, kalau ia terdengar mengeluh sedikit, aku mengelus-elus kepalanya.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja, aku sudah menciumi pipinya. Ia mengeluh lirih dan merangkulku sambil mulutnya bergeser mencari bibirku. Kami berpagutan bibir cukup lama, ia seakan sedang menumpahkan semua beban pikirannya kepada pagutan bibir-bibir kami. Aku betul-betul terhanyut, tetapi masih dapat “menjaga kesopanan” dengan hanya memegangi pipinya saja. Di taksi pulang ia diam saja. Hanya pegangan di lenganku semakin bertambah erat.

Sampai di kosnya, ia memintaku masuk kamarnya. Tante kos sudah kenal baik denganku dan aku memang biasa masuk kamar mereka. Hanya saja kali ini ia langsung memelukku dan mengulangi kembali pagutan di bibirku. Aku sedikit bingung, sebelum kemudian memutuskan untuk mengikuti keinginannya.

 Kupeluk erat-erat ia yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Aku duduk di sampingnya sambil memegangi kedua pipinya. Otomatis, saking serunya ciuman kami, Lia akhirnya terdorong ke belakang dan posisinya menjadi tertidur. Tiba-tiba saja tanganku sudah pindah ke dadanya dan dari luar (ia masih memakai bajunya) mengelus payudara sebelah kanannya. Dina melenguh (bukan hanya mengeluh!) dan tangan kirinya menaikkan posisi kaos yang dipakainya.

Lalu aku sudah menggenggam payudara kanannya tanpa halangan apa-apa. Wow…, tak begitu besar, tetapi putihnya mulus. Aku mengelus payudaranya sambil sekali-kali memijit bundaran di bawah ujung putingnya. Dina seakan kesetanan, ia langsung melepas kaos yang dipakainya. Dadanya telanjang dan…..

Aku tak dapat lagi menahan diri. Sejenak kuteliti wanita di hadapanku ini. Lehernya putih, anak-anak rambut yang menggerai di sekeliling lehernya membuat penisku mengejang. Bahunya yang pualam menyangga mulutnya yang sedikit menganga dan mengeluarkan desis lirih yang memburu. Matanya terpejam. Rok bawahnya masih terikat, tetapi pantatnya sudah membuat gerak memutar-mutar sedikit.

Lalu kutelusuri lehernya. Tanganku turun ke arah payudara kanannya. Ia menempelkan badan erat-erat ke badanku. Kuputar telapakku di payudara kanannya. Ia mengelinjang. Ketika tanganku pindah ke payudara sebelah kiri, gelinjangannya bertambah dan tangannya langsung ke bawah badanku, mencari sela-sela pahaku. Ketika aku mulai menjilati puting susunya, tangannya menerobos ritsleting celanaku dan…, aku sedikit menggelinjang ketika ia mulai menggenggam penisku.

Kedua tangannya berusaha menurunkan celana dalamku, tetapi masih sulit karena celana panjangku masih bertengger di sana. Sementara itu mulutku mulai mengulum puting susunya bergantian. Dilepaskannya penisku dan, karena kegelian dan merasa nikmat, ia merengkuh kepalaku, ditariknya ke arah puting susunya. Lalu tiba-tiba didorongnya badanku, sambil nafasnya terburu, dilepaskannya rok yang masih dipakainya. Lalu tanganku diraihnya, dimasukkannya ke dalam CD-nya. Pelan-pelan kuelus bulu vaginanya. Wah, lebat betul. Dari sekian wanita yang pernah “kutelanjangi”, baru kali itu aku melihat pubis (rambut vagina) yang demikian lebat. Lebat, panjang, ketat. Hitam bukan main.

Kuelus-elus bulu vaginanya, kugelitik-gelitik rambut-rambutnya mencari lubang vaginanya. Tidak mudah ketemu, tetapi sudah basah karena air nikmatnya sudah keluar. Dina sendiri membantuku dengan menekan-nekan tanganku yang di permukaan vaginanya.
“Euuuhh…, eeuuuhh..”, gelinjangnya. Lalu, tak sabar, diturunkannya CD-nya yang sudah di pahanya. Telanjang bulatlah ia.

Gila, putihnya! Pantatnya yang bulat, yang biasanya kupegangi (dari luar) kalau ia lagi bergelayut di lenganku, betul-betul indah. Pinggulnya apalagi. Penisku langsung berdiri menegang melihat itu semua dan mengantisipasi “tugas lanjutannya”. Kugosok-gosokkan ujung hidungku ke pinggul itu, pelan-pelan kujilati memutar menuju ke pantatnya yang indah. Kuremas-remas bulatan pantatnya, sambil kugesek-gesekkan ujung hidungku terus. Harum baunya, harum sekali. Penisku yang tegang bergerak-gerak terus.

Ia tak sabar, dipegangnya tanganku, dibimbingnya untuk kembali menusuk-nusuk vaginanya. Ia sendiri seakan kesetanan menunggu lubang vaginanya dimasuki jari-jariku. Tetapi aku kembali berkonsentrasi pada puting susunya. Kujilat, kuelus memakai lidah, kusedot pelan-pelan sambil ia melenguh-lenguh dan menggelinjang-gelinjang. Akhirnya ia sudah tak sabar lagi. Tangannya mulai menurunkan celana panjangku. CD-ku langsung dipelorotnya ke bawah. Lalu tangannya menggenggam-genggam penisku.

Dina

Aku serasa melayang. Sebagai laki-laki, selama ini kalau ia bergayut di lenganku sambil berjalan-jalan, aku sering membayangkan tangannya yang putih dengan jari-jarinya yang panjang mengelus-elus penisku. Atau kujilati puting susunya yang sering membayang kalau ia memakai baju tipis. Hanya, selama itu aku hanya berani membayangkan, karena aku menghormatinya sebagai rekan akrab. Rupanya sore itu lain.

Ia langsung membalik, mengarahkan mulutnya ke penisku. Lalu tanpa basa-basi di kulum penisku. Aku sendiri langsung meneroboskan muka ke arah vaginanya. Tanganku memisahkan rambut-rambut di situ dan kulihat clitorisnya sudah kelihatan di luar. Kugosok-gosok perlahan permukaan clitorisnya. Dina menggelinjang-gelinjang. Kujilati clitorisnya sambil kuisap-isap.

“Ouww …,. ouw nikmattttt”, lenguhnya, “Terusss.., teruuuss”, lenguhnya dalam. Isapannya di penisku melemah akhirnya. Kupikir ia sudah selesai. Tiba-tiba, ia membalikkan badan lagi dan langsung berbaring di atasku. Penisku dipegangnya dan dicoba dimasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah sangat basah. Rasanya oouw, ketika kepala penisku mulai masuk. Aku yang kegelian hampir tak tahan. Maklum, waktu itu penisku baru punya jam terbang yang dapat dihitung dengan jari, dan karena masih muda, jarang memakai “pendahuluan” yang cukup lama. Biasanya kalau keduanya sudah tegang (kalau main dengan cewek lain), lalu langsung kumasukkan, ejakulasi sama-sama dan kucabut. Ini lain. Dengan Dina permainan permulaannya sudah seru duluan! (Buatku waktu itu, ketika aku “belum berpengalaman”!)

Betul, saking gelinya, aku yang di bawah sampai mengangkat kepala tak tahan geli dan mau bangkit. Pas saat itu, kepalaku dipegang Dina, dibawanya ke payudara sebelah kiri. Melihat ada gumpalan daging kenyal putih menantang, langsung kujilati dan kuisap-isap. Baru sebentar, Dina mengerang, “Ohh…, Dina nyampeee”.
Gile, baru sebentar ia sudah nyampe!
“Kamu belum apa-apa, ya?”, tanyanya sambil menciumi mulutku. Aku diam tak bisa menjawab karena mulutnya menyerang sana-sini.
“Gantian Dina di bawah, deh, biar kamu juga nyampe!”.

Ia membalikkan badan. Melihat sekilas badannya yang indah dan putih itu, penisku terasa nikmat-nikmat nyeri, rasanya ada yang akan mengalir keluar dari ujung penisku. “Gile, aku udah mau keluar…”, pikirku. Betul, ketika aku baru tiga kali memompa, spermaku keluar. Kupeluk erat-erat badannya, ia juga memegangi pantatku erat-erat sambil berbisik, “Masukkan semua…, masukkan semua..”. Kutekan erat-erat penisku ke dalam vagina bidadariku ini, kumasukkan semua benih hidupku ke dalam jaringan tubuhnya.

Ketika aku mau berguling ke sebelah badannya, dilarangnya aku. Ia ingin aku tetap di atas tubuhnya, dengan penisku masih di dalam vaginanya. Kunikmati saat itu dengan mempermainkan dagunya, menjilati payudaranya dan menggesek-gesekkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tetap menciumiku. Penisku sendiri tetap tegang di dalam vaginanya.

Lima menit kemudian nafsunya bangkit lagi. Ia mengerang pelan, sambil menggoyang-goyangkan pantat. “Dina nafsu lagi, nihh”, erangnya. Penisku sendiri yang tadi sempat sedikit mengecil menjadi besar kegelian tergesek-gesek permukaan dalam vaginanya. Lalu…, “Uuuuuuhh..” Bibir vaginanya seakan memijat penisku. Aku merasa penisku kegelian, geli-geli nikmat sampai seakan-akan badanku meronta-ronta di atas badan Dina. Dina sendiri terangsang dengan gerakanku, memelukku erat-erat sambil keras menggoyangkan pantatnya memutar.

Dalam 20 menit kemudian, 2 kali lagi ia mengalami orgasme. Gila, pikirku. Pijatan vaginanya membuatku seakan melayang ke surga, tetapi aku sendiri baru sempat orgasme sekali. Lalu ia mulai melemas seakan tak berdaya. Habis itu lalu terjadi “perkosaan”. Aku tidak tahan lagi. Dina kugulingkan ke sana ke mari menuruti nafsuku. Kadang kucabut penisku dari vaginanya, kumasukkan ke dalam mulutnya, lalu kucabut dan kugesekkan di antara lembah tetek-teteknya, lalu kumasukkan mulutnya lagi, lalu kumasukkan ke dalam vaginanya. Aku orgasme 2 kali lagi. Sekali di mulutnya, sekali di ujung vaginanya (dasar belum pengalaman, karena kegelian digesek bulu vaginanya, begitu penisku sampai di ujung vaginanya langsung keluar spermaku). Dina sendiri pasrah saja kuperlakukan seperti itu. Ia seakan sudah tidak berdaya. Kugulingkan ikut saja, kusuruh mengulum penisku yang basah mau saja, mengurut-urut kepala penis di dadanya juga ikut, membantu memasukkan penisku ke vaginanya juga turut saja.

Ketika kami berdua sudah tidak berdaya lagi, kulihat jam. Dua setengah jam sudah berlalu sejak kami masuk ke kamar itu. Akhirnya kami tak kuat lagi dan terkapar kepayahan. Mata terpejam rapat, kelihatannya ia lelah sekali dan mengantuk berat.

Aku bangkit dan barulah tercium bau sperma bercampur keringat di kamar itu. Dina sendiri sudah tidak berdaya lagi. Ia sudah tergeletak begitu saja telanjang bulat. Kuselimuti badannya dan aku mulai memunguti pakaianku yang terserak di sana-sini. Kusemprotkan Bayfresh ke dinding-dinding kamar untuk mengurangi bau “mesum” itu. Untung Andre sedang pulang ke Cikampek. Kucium dahi Dina, kututup pintu kamar dan aku pamit ke tante kos.

Esoknya aku datang lagi. Hari Minggu ini Dina mengaku sakit kepada tante kos dan minta, “Si Willy ngerawat saya, ya tante”. Jadinya kami berdua berbulan madu di kamarnya sepanjang hari. Dan terjadi perkosaan lagi, yang ternyata disenanginya.

Dalam perjalanan pulang aku berpikir bahwa hubungan kami sudah berubah. Kalau selama ini aku menganggap dia sebagai kakak, karena lebih tua 1 tahun, lagi pula ia lebih tinggi dibandingkan badanku, malam ini hal itu sudah berubah. Kakakku sayang itu telah membuatku merindukannya sebagai orang lain (Kalau aku boleh berterus-terang: aku akan merindukannya untuk merasakan vaginanya yang sangat basah dibelah penisku, untuk kudekap ketika ia telanjang bulat-bulat, untuk menggeser-geserkan ujung hidungku di permukaan vaginanya yang hitam, lebat dan merangsang itu, untuk genggaman baik tangan maupun mulutnya bagi penisku yang tegang)

#Dina #Sahabat #Penaku #Yang #Kuentot

Nikmatnya Memek Dosenku Yang Sexy Terbaru Malam Ini

Nikmatnya Memek Dosenku Yang Sexy

Kenangan indah bersama dosen dan pembantunya tiba-tiba terbersit, tiba-tiba aku ingin sekali menceritakan pengalaman Cerita Seks ku ini, Ku tulis kata-demi kata hingga aku merangakai keseluruhan cerita seks mengenai pengalamanku ngentot dengan ibu dosenku. semoga kalian terhibur dengan cerita seks yang ku alami ini.

pada waktu ujian tengah semester di warnai rintikan hujan disepanjang jalan menemaniku menuju ketempat itu, saya dipanggil ke rumah dosen wanita yang masih agak muda, sekitar 26 tahun. body asyik di pandang mata,lurus sebahu rambutnya. Ia juga lulusan dari perguruan tinggi tersebut. Dipanggil ke rumahnya karena saya diminta untuk mengurus keperluan dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 7 malam. Saat itu rumahnya hanya ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik). Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.Otomatis kondisi rumah lagi sepi,hanya wanita-wanita tok penghuninya.

Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B.

Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya. Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar.

Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada yang sintal..?”
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia nyusuin kamu.”
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja, “Oh.., boleh juga tuh Bu..!”

Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya.
Saat kami masuk, ia berkata, “Rizal, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa kok Bu..!”
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.

Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya banyak ditumbuhi bulu yang lebat.
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”

Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat batang kejantanan saya.
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”

Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum penis saya hingga biji kemaluan saya.
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desah saya.
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.

Dosenku

Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari saya.
“Ah.. Rizal, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan penismu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke liang senggamanya.

“Ah.., ternyata memek ibu sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.
“Iya Rizal, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.
Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh… besar sekali penismu, tidak masuk ke memek ku, ya Zal..?”
“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan batang keperkasaan saya.
Kemudian, untuk melonggarkan lubang memek nya, saya pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya.

“Ohhh… ohhh… Terus Zal, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang kewanitaannya.
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”

Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan vaginanya.

“Oh Rizal, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.

Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.

Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi seperti itu.
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.
15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.
“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.

Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.

“Oh.. oh.. Rizal, pelan-pelan Zal..!” katanya.
Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.
“Ah Rizal, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang banyak itu.

Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun).

Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.
“Oh Rizal, aku mau keluar lagi..!” katanya.
Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya sambil mengusap-usap lembut.

“Oh Rizal, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Rizal. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.
Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana.

Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam memeknya. Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bersetubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah dadanya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya bergairah setelah melihat permainan saya dengan majikannya.

Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bernafsu. Saya mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Saya mencium dan menjilat seluruh permukaan buah dadanya dan turun hingga ke bibir kemaluannya yang ditumbuhi hutan lebat itu.

Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kelamin kami. Kami bermain sekitar 30 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing.

Oh, ternyata saya sudah bermain seks dengan dua wanita bernafsu ini selama satu setengah jam. Saya pun akhirnya pulang dengan rasa lelah yang luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya saya merasakan bercinta dengan wanita yang cantik ini seperti mimpi.

#Nikmatnya #Memek #Dosenku #Yang #Sexy

Kenikmatan Seks Yang Tidak Didapatkan Dari Suamiku Terbaru Malam Ini

Kenikmatan Seks Yang Tidak Didapatkan Dari Suamiku

Perkenalkan namaku Heti, saya wanita usia 28 tahun dan tinggiku 169 cm dengan berat badanku 56 kg memiliki ukuran payudaraku 36B disupport dengan wajah cantikku yang putih. Saya dulu kerap kali jadi SPG (Sales Promotion Girl) pada acara pameran kendaraan karena kecantikanku.

Saya memiliki suami namanya Anto berusia 30 tahun dan kami sendiri setuju untuk memiliki anak setelah menikah. Masalah seks, kami baik-baik saja, Suamiku dapat dibilang Hypersex dalam sehari meminta jatah 3 kali.

Cerita ini bermula dari kesuksesan Anto memperoleh kepercayaan dari atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini sering membuat ia bekerja overtime, mulanya saya dapat menahannya tapi kelamaan keperluanku ingin dipenuhi juga. Itulah yang bikin kami sering berantem sebab kadang Anto harus pergi pagi sekali bahkan kadang lewat tengah malam baru pulang.

Mulailah cerita ini dikala Anto memperoleh tanggung jawab untuk menangani proyek besar dan ia dibantu oleh rekan kerjanya Reno dari luar kota. Saat dikenalkan, Reno tampak terkesima denganku dan sering menatapku saat Anto tidak ada, hal itu membuatku merasa risih.

Reno sendiri gagah dan kekar dan saya yakin banyak wanita yang menyukai. Sebab tuntutan dan agar lebih efisensi, kantor Anto memutuskan Reno untuk tinggal di rumah kami untuk sementara. Mereka berdua pun sering bekerja sampai larut malam di rumah.

Tempat tidur Reno tepat di seberang kamar kami. Sering kali Reno mencuri pandang diantara sela-sela pakaian tidurku saat saya berpamitan tidur. Saya sendiri memang senang tidur bertelanjang supaya kalau Anto datang dapat segera bercumbu.

Pernah suatu pagi hari, saya dan Anto bercumbu di dapur dengan posisiku sedang duduk di meja dan Anto dari depan, tiba-tiba Reno muncul dan memperhatikan kami. Ia menyuruh diam supaya saya tak menghentikan aktivitas kami, sebab kami sedang dalam puncaknya dan saya juga tak tega menghentikan Anto.

Walhasil ku biarkan saja Reno memperhatikan kami bercumbu tanpa Anto sadari sampai kami berdua orgasme. Saya tahu Reno pasti memperhatikan tubuh telanjangku dikala Anto melepaskan penisnya dari vaginaku dan terjongkok di bawah meja.

Sesudah kejadian itu, Reno lebih sering melihat lekuk tubuhku. Hingga saat Anto sibuk sekali sehingga hampir seminggu tak menyentuhku. Di hari Jum’at, tempat Anto bekerja sedang mengadakan pesta bersama di rumah atasan Anto.

Rumahnya terdiri dari dua lantai yang betul-betul mewah, lantai 2 terdapat galeri berisi barang-barang antik. Kami datang bertiga, saya menggunakan gaun warna merah yang terbuka di belakang cuma dihubungkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tak mungkin bisa pakai BH.

Bagian bawah gaunku terdapat sobekan panjang sampai sejengkal di atas lutut yang membuatku merasa betul-betul seksi, Reno bahkan sempat terpana dengan penampilanku. Sebelum berangkat saya dan Anto sempat bercumbu di kamar dan ternyata Reno mengintip tanpa kami ketahui melalui pintu yang tak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untuk melihat aksi kami dari pantulan cermin. Sayangnya karena letih atau terburu-buru,  Anto orgasme dulu dan saya dibiarkan menahannya dan Reno mengetahuinya.

Malam itu dikala acara betul-betul ramai, Anto tiba-tiba dipanggil oleh atasannya untuk dikenalkan dengan customer. Anto berkata padaku untuk menunggunya sejenak dan saya pun memutuskan untuk menunggu di lantai 2 sambil memperhatikan barang-barang antik. Di lantai 2 terbukti kondisi cukup sepi cuma ada 3 orang di ruangan yang besar itu.

Saya sendiri sangat tertarik dengan sebuah cermin besar yang terdapat dipojokan ruangan. Saya sangat mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin dan tanpa ku sadari Reno berada di sampingku.

“Udah, nanti kacanya pecah lho.. gak tahan dengan kecantikanmu..!”, canda Reno

“Ah bisa aja kau Reno”, balasku.

Kami berdua berbincang-bincang di depan cermin cukup lama. Reno tiba-tiba memintaku membantu memegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasku dan gelasnya.

“Saya dapat membuatmu tampak lebih seksi”, katanya yang langsung memegang rambutku dengan lembut.

Tidak bisa mengelak, ia sudah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang mulus dan saya sangat terpikat dengan kondisi diriku yang seperti itu yang tampak membuatku lebih seksi.

Saat saya sedang terpikat, tiba-tiba Reno menyentuh leherku dan membuatku geli. Selanjutnya Reno menempelkan bibirnya di leher belakangku yang langsung membuatku lemas karena daerah itu paling sensitif. Masih dalam keadaan memegang gelas, Reno sudah menyudutkanku di dinding dan mencium leherku dari depan.

“Reno apa yang kau lakukan..segera lepaskanku Reno..lepas..!”, rontaku namun Reno tahu saya tak akan berteriak di suasana ini sebab akan mempermalukan seluruh orang.

Reno terus menyerangku tubuhku dengan bebas dengan kedua tanganku yang masih memegang gelas. Ia meraba buah dadaku dari luar dan terus mencium leherku, sambil meronta-ronta saya merasa gairahku meningkat, apalagi Reno tiba-tiba mulai menyentuh belahan bawah gaunku sampai ke selangkanganku.

“Reno..hentikan Reno… saya mohon..Reno..tolong jangan lakukan itu..”, rintihku. Namun Reno tidak menghirauku dan terus menyerangku hingga jari tengah tangannya sampai di vaginaku yang terbukti sudah berair sebab serangan Reno.

Ia menyadari saya cuma mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, ia lalu menariknya dengan sekali sentakan dan terlepaslah G-stringku. Saya takut apalagi merasakan benda keras di pahaku.

Dikala Reno semakin liar dan saya pun tak bisa berbuat apa-apa, tiba-tiba Anto memanggil dari pinggir tangga yang membikin pegangan himpitan Reno terlepas, lalu saya segera lari sambil memberesi baju ku menuju Anto yang tak memperhatikan kami dan meninggalkan Reno dengan G-string hitamku.

Saya sungguh kaget dengan kejadian itu namun tanpa disadari saya menikmati gairah yang cukup tinggi menikmati tantangan mengerjakan di daerah lazim walau dalam klasifikasi diperkosa.

Rupanya pesta malam itu berlangsung sampai larut malam dan Anto mengatakan ia sepatutnya mengerjakan meeting dengan customer dan atasannya dan ia mempertimbangkan saya untuk pulang bersama Reno.

Tanpa dapat menolak hasilnya malam itu saya ditemani Reno, diperjalanan ia cuma mengakatakan

“Maaf Heti..kau sungguh menawan malam ini.” Sepanjang jalan kami tak mengobrol apaun. Sampai hingga dirumah saya segera masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, saya menikmati hal yang aneh antara malu saya baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa saya terstimulus hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah.

Heti

Tanpa sadar terbukti Reno sudah mengunci seluruh pintu dan masuk ke dalam kamarku, saya kaget dikala mendengar suaranya’,

“Heti saya berkeinginan mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri saya ambil G-stringku dengan pesat, namun dikala itu juga Reno sudah menyergapku lagi dan segera menciumiku sambil segera menarik kaitan gaun malamku, karenanya bugilah saya diahadapannya.

Tanpa menunggu banyak waktu saya segera dijatuhkan di daerah tidur dan ia segera menindihku.

Saya meronta-ronta sambil menendang-nendang?

”Reno..lepaskan saya Reno..ingat kamu sahabat suamiku Reno..jangan..ahh..saya mohon”, erangku ditengah rasa kebingungan antara nafsu dan malu, namun Reno terus menekan sampai saya berteriak dikala penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, terbukti ia telah siap dengan cuma menerapkan celana pendek saja tanpa celana dalam.

“Ahhhh?Reno..kamu..:’ Lalu mulailah ia memompaku dan lepaslah perlawananku, hasilnya saya cuma menutup mata dan menangis perlahan..clok..clok..clok..saya mendengar bunyi penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang telah betul-betul berair sampai mempermudah penisnya bergerak.

Lama sekali ia memompaku dan saya cuma meringkuk mendengar desah napasnya di telingaku, tidak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Hingga kurang lebih satu jam saya hasilnya melenguh panjang

“Ahhh?..” terbukti saya orgasme terutamanya dulu, sungguh saya betul-betul malu mengalami perkosaan yang saya nikmati.

Sepuluh menit kemudian Reno mempercepat pompaannya lalu terdengar bunyi Reno di telingaku “Ahhh..hmmfff?” saya menikmati vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh detik kemudian Reno terkulai di atasku.

“Maaf Heti saya tidak kuasa membendung nafsuku..”bisiknya perlahan lalu berdiri dan meninggalkanku meringkuk dan menerawang. hinga tertidur Saya tidak tahu jam berapa Anto pulang sampai pagi harinya. Esok paginya di hari sabtu seperti awam saya berenang di kolam renang belakang Anto dan Reno berpamitan untuk berangkat ke kantor.
Sebab tidak ada seorang bahkan saya memberanikan diri untuk berenang tanpa baju. Ketika asiknya berenang tanpa disadari, Reno terbukti berdalih tak nikmat badan dan kembali pulang, sebab Anto betul-betul mempercayainya karenanya ia izinkan Reno pulang sendiri.

 

Reno masuk dengan kunci milik Anto dan memperhatikan saya sedang berenang tanpa baju. Lalu ia bergerak ke kolam renang dan melepaskan segala bajunya, dikala itulah saya sadari kedatangannya,

“Reno..mengapa kamu ada di sini?” tanyaku,

“Hening Heti suamimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, saya memperhatikan tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk dikala ia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam

“Pantes saja, semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku.

Saya buru-buru berenang menjauh tetapi tak berani keluar dr dalam kolam sebab tak mengenakan baju apa saja juga. Ketika saya bersandar di pingiran sisi lain kolam, saya tak memperhatikan ada tanda2 Reno di dalam kolam.

Saya mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba saya menikmati vaginaku hangat sekali, terbukti Reno ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil membatasi kedua kakiku tanpa dapat meronta.

Walhasil saya cuma dapat menikmati lidahnya merayapai segala sisi vaginaku dan menjelang liang senggamaku..saya cuma menggigit bibir membendung gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama ia mengerjai vaginaku, napasnya kuat sekali pikirku.

Detik selanjutnya yang saya tahu ia sudah berada di depanku dan penisnya yang besar sudah menyeruak menggantikan lidahnya?

“Arrgghh..” erangku membendung sedap yang telah seminggu ini tak tersentuh oleh Anto. Walhasil saya membolehkan ia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang.

Kini saya cuma memeluknya saja dan membolehkan ia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk.

Malah dikala ia tarik saya ke luar kolam saya cuma menurutinya saja, edan saya mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, namun terbukti gairahku sudah menutupi kenyataan bahwa saya sedang diperkosa oleh sahabat suamiku.

Dan di pinggir kolam ia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kamu betul-betul menawan dan seksi Heti..ahh” bisiknya ditelingaku.

Saya cuma memejamkan mata berpura-pura tak menikmatinya, meskipun seandainya saya jujur saya betul-betul berkeinginan memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Cuma bunyi eranggannya dan bunyi penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..ia tahu bahwa saya telah berada dalam kekuasaannya.

Sebagian dikala kemudian kembali saya yang mengalami orgasme dimulai eranganku

“Ahhh..” saya menggigit keras bibirku sambil membatasi keras pinggiran kolam,

“Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari saya mengalami orgasme. Sejenak kemudian Reno lah yang berteriak panjang,

“Kamu hebat Heti..saya cinta kamu..AAHHH..HHH” dan saya menikmati semburan kuat di dalam vaginaku.

Edan hebat sekali ia dapat membuatku menikmatinya pikirku. Sesudah ia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, saya reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Saya tidak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau sebab ia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.

Sesudah Anto pulang herannya saya tak menyebutkan kejadian malam lalu dan pagi tadi, saya berkeinginan Anto bisa memberikan kepuasan padaku.

Dengan cuma menggenakan kimono dengan tali depan saya dekati Anto yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu saya buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berkeinginan dia berbalik dan menyerangku.

Ternyta yang kudapatkan merupakan hardikannya “Heti..apakah kau tidak dapat memperhatikan saya sedang sibuk?

Jangan kamu ganggu dahulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras.

Saya yakin Reno juga mendengar teriakannya. Saya kaget dan menangis, lalu saya keluar kamar dengan membanting pintu, lalu saya pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan membendung nafsu.

Dari kolam saya dapat memperhatikan bayang-bayang di Anto di depan komputer dan lampu di kamar Reno. Nampak samar-samar Reno keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Sebab di luar gelap tidak mungkin ia melihatku.
Tanpa sadar saya mendekat ke jendelanya dan melihat Reno mengeringkan tubuh. Edan kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku merupakan penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku.

Saya malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus.

Pelan saya membelai-belai vaginaku sampai terasa berair, hasilnya saya mempertimbangkan untuk memintanya pada Reno, dengan hati yang berdegub pesat dan nafsu yang telah menutupi kesadaran, saya nekat masuk ke dalam kamar Reno dan segera mengunci pintu dari dalam.

Reno betul-betul kaget “Heti..apa yang kau lakukan?”, saya cuma merekatkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat supaya tak bersuara sebab Anto ada di kamar seberang.

Seketika saya membuka baju tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benang pun di hadapannya, Reno cuma terperangah dan menatap terpukau pada tubuhku. Reno tersenyum sambil menunjukkan penisnya yang kian membesar dan kelihatan berotot.

Dengan seketika saya segera berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Reno yang masih kaget dengan kejadian ini cuma mendesah pelan menikmati penisnya saya kulum dan hisap dengan nafsuku yang telah memuncak.

Sambil mulutku konsisten di dalam penisnya saya pelan naik ke atas daerah tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Reno yang telah meringkuk, ia paham maksudku dan segera saja lidahnya melahap vaginaku yang telah betul-betul berair, cukup lama kami dalam posisi itu, teringat akan Anto yang dapat saja tiba-tiba datang saya segera mengambil inisiatif untuk mengubah posisi dan pelan duduk di atas penisnya yang telah mengacung tegang dan besar panjang.

Pelan saya arahkan dan usulan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan dikala saya diperkosanya, pelan namun pasti saya merasaskan suatu sensasi yang benar-benar besar hingga hasilnya keseluruhan batang penis Reno masuk ke dalam vaginaku

“Ahh..sssfff..Braaam!” erangku pelan membendung bunyi gairahku supaya tak terdengar, saya menikmati segala penisnya memenuhi vaginaku dan meraba rahimku.

Sungguh suatu sensasi yang tidak terbayangkan, dan sensasi itu kian bertambah dikala saya mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Reno dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku sampai berwarna kemerahan dan keras

“ahh..ahh..” demikian erangan kami pelan mengiringi bunyi penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tidak bendung dengan nafsunya mendadak Reno duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi.

Saya sungguh tidak bisa membendung gairah yang selama ini terpendam. Mungkin sebab nafsu yang telah betul-betul terbendung atau takut Anto mendengar tidak kuasa saya melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Reno dan menggigit pundaknya supaya tak bersuara.

Kudekap erta Reno seakan tidak bisa dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Reno menikmati penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa saya mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya betul-betul erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya.

Selesai saya orgasme sekiat 30 detik, Reno membalikan saya dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku. Reno mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku pelan, entah kenapa saya kembali bernafsu dan membalas kecupannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Reno menikmati penisnya kembali bisa keluar masuk dengan gampang sebab vaginaku telah kembali berair dan siap mendapatkan serangan selanjutnya.

Dan Reno segera memompa penisnya dengan motivasi dan pesat membikin tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh bunyi yang muncul antara erangan kami berdua yang terbendung derit daerah tidur dan bunyi penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan saya bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Reno.

Dan benar saja 10 menit kemudian saya hingga pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras bokongnya sampai penisnya meraba rahimku. Kupeluk Reno dengan erat yang membolehkan saya merasakan deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali berbarengan keluarnya cairanku.

Kugigit bibirku supaya tak mengeluarkan bunyi, cukup lama saya dalam kondisi ini dan anehnya sesudah selesai saya berada dalam puncak terbukti saya telah kembali mengimbangi gerakan Reno dengan menaik turunkan pantatku.

Ketika itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik selanjutnya pintu kamar Reno diketuk Anto, “Reno..kamu telah tidur?”, demikian ketuk Anto.

Ngentot Dengan Heti

Seketika saja Reno melepaskan pelukannya dan menyuruhku mengumpet di kamar mandi. Sempat menyambar baju tidurku yang tergolek di lantai saya segera lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar.

Sungguh hatiku berdegub dengan kerasnya membayangkan apa jadinya kalau saya ketahuan suamiku. Reno dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Anto masuk, Anto sempat kaget memperhatikan Reno telanjang,

”Sedang apa kau Reno” tanpa curiga dengan daerah tidur yang semrawut yang seandainya diamati dari dekat ada cairan kenikmatanku.

Reno cuma tersenyum dan mengatakan,”Ingin tau aja..”

Dasar Anto ia segera mendiskusikan suatu hal profesi dan mereka terlibat diskusi itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka mengobrol dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdegub-debar namun anehnya dengan kondisi ini nafsuku sungguh kian menjadi-jadi.

Sesudah Anto keluar, Reno kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi pelan,”Heti buka pintunya..telah aman”.

Itu saya buka pintunya Reno segera menarik saya dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, segera saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku.

“Ahhh..ahh..” erangan kami berdua kembali terdengar pelan sambil terus menggoyangkan bokongnya maju mundur Reno melahap buah dadaku dan putingku.

Sepuluh menit berlalu dan goyang Reno kian pesat sehingga saya tahu ia akan menempuh puncaknya, dan akupun menikmati hal yang sama.

“Reno lebih pesat sayang saya telah hampir keluar..” desahku

“Bendung sayang kita berbarengan keluarnya”, dan benar saja dikala kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku saya mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan merasakan puncak gairah itu berbarengan.

“Renoo..,” desahku terbendung.

“Ahhh Heti..kamu hebat..” demikian katanya.

Walhasil kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang betul-betul melelahkan. Ketika kulirik jam terbukti telah dua jam kami bergumul.

“Terima kasih Reno..kamu hebat..” kataku dengan ciuman mesra dan segera menerapkan baju tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Anto tak curiga sama sekali dan konsisten berkutat dengan komputernya dan tak menghiraukanku yang segera terbaring tanpa melepas pakaianku seperti umumnya sebab saya tahu ada bekas kecupan Reno di sekujur buah dadaku.

Malam itu saya merasa betul-betul bersalah pada Anto namun di lain sisi saya merasa betul-betul puas dan tidur dengan nyenyaknya. Esoknya seperti awam di hari Pekan saya dan Anto berenang di pagi hari tapi mengingat adanya Reno.

Kami yang umumnya berenang bertelanjang hasilnya mempertimbangkan menerapkan baju renang, saya syukuri sebab hal ini bisa menutupi buah dadaku yang masih memar sebab gigitan Reno. Ketika kami berenang saya menyadari bahwa Reno sedang menatap kami dari kamarnya.

Dan dikala Anto sedang asyik berenang kulihat Reno memanggilku dengan tangannya dan yang membikin saya kaget ia menunjukan penisnya yang telah mengacung besar dan tegang. Aku di hipnotis saya nekat berjalan ke dalam.

”To saya berkeinginan ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Anto, ia cuma mengiyakan sambil terus berenang, Anto memang betul-betul hobi berenang dapat 2 jam nonstop tanpa stop.

Saya dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Reno. Di sana Reno telah menunggu dan tidak tabah ia melucuti pakain renangku yang memang cuma memakai tali sebagai pengikatnya.

“Edan kau Reno..dapat ketahuan Anto lho,” protesku tanpa konfrontasi sebab saya sendiri betul-betul bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar ia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku

“Sinting kau menikmatinya khan?!,” goda Reno sambil mengecup leher belakangku.

Dan saya cuma mendesah membendung sedap dan tantangan ini. Yang lebih edan Reno menarikku ke jendela dan masih dari belakang ia meremas-remas buah dadaku dan meciumi punggung sampai pantatku,

“Edan kamu Reno, Anto dapat memperhatikan kita,” namun anehnya saya tak berontak sama sekali dan melihat Anto yang benar-benar betul-betul menikamti renangnya.

Di kamar Reno bahkan saya betul-betul merasakan sentuhan Reno.

“Heti kau menyukai ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang.

“AHH..Reno..” teriakku terkejut dan sedap, kini saya berani bersuara lebih pesat sebab tahu Anto tak akan mendengarnya.

Seketika saja Reno memaju mundurkan penisnya di vaginaku.

”Ahh.. Reno lebih pesat..fuck me Reno..puaskan saya Reno..penismu sungguh luar biasaaa..Reno aku sayang kamu..” teriakku tidak keruan dengan masih melihat Anto.

Reno mengimbangi dengan gerakan yang liar sampai vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,

”Hetia..khhaau hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, seandainya saja Anto memperhatikan sebentar ke kamar Reno karenanya ia akan betul-betul kaget meilhat panorama ini, istrinya sedang bercumbu dengan rekan kerjanya.

Rupanya kami memang dapat saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami telah menempuh puncak secara berbarengan

“Teruuus Reno lebih khheeenncang..ahhhh saya keluar Renooo”, teriaku.

“Aaakuu juga Hetii..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya berbarengan dengan puncak kenikmatan yang datang berbarengan.

Sesudah itu aku segera mengecup bibirnya dan kembali mengenakan baju renangku dan kembali berenang bersama Anto yang tak menyadari kejadian itu.

Sesudah itu hari-hari selanjutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercumbu bersama Reno.

Pernah suatu dikala hasilnya Anto berkeinginan bercumbu denganku di suatu malam sampai hasilnya ia tertidur kelelahan, saya hendak mengambil susu di dapur dan sebab telah larut malam saya nekat tak mengenakan baju apa saja.

Ketika saya membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayang-bayang di belakangku sebelum saya menyadari Reno telah di belakangku dan segera menubruku dari belakang.

Penisnya segera menikam vaginaku yang membuatku cuma tersedak dan membendung sedap tiba-tiba ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu ia mengambil tempat duduk dan duduk di atasnya sambil memangku saya.

“Reno kau badung” desahku yang juga menikmatinya dan kami bercumbu sampai hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Reno kudapatkan gairah terpendamku selama ini.

Walhasil dikala proyek kantor Anto selesai Reno sepatutnya pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi saya dan Reno melowongkan bercumbu kembali.

 

Baca juga : Jilatan Pak Polisi Yang Membangkitkan Gairah

#Kenikmatan #Seks #Yang #Tidak #Didapatkan #Dari #Suamiku

Ngentot Dengan Kawanku Yang Perawan Terbaru Malam Ini

Ngentot Dengan Kawanku Yang Perawan

Cerita ini bermula waktu jumat malam sabtu sekitar jam setengah 12 malam. Tiba-tiba aku menerima telepon dari Mely, teman kuliahku dulu. Udah lama aku gak denger kabar dari. Dulu aku sering jalan bareng sama dia dan anak-anak dari jakarta. Biasalah, waktu di kampus kan kita primodial banget

Tapi gak ada ruginya temenan sama Mely kok, orangnya cantik, tinggi semampai, body aduhai dan yang terakhir yang aku suka banget dari Mely adalah rambutnya. Dari awal kuliah sampe selesai rambut Mely yang hitam legam itu selalu panjang. Apalagi kalau ditata sedikit menggelung, hmmm aku selalu nganggep dia barbie doll banget

“Halo Mel ? ada apa nih, tumben nelpon aku. Malem-malem lagi !” tanyaku.

“Yan, bisa jemput aku di XXX gak ?” tanyanya sambil menyebut salah satu tempat hiburan malam yang cukup ternama di kota bandung.

“Ha ? Kamu ada di Bandung ? Bukannya kamu di jakarta ? Terakhir aku denger kamu dah kerja di Jakarta ?” tanyaku heran, ngapain malem-malem Mely tiba-tiba ada di Bandung.

“Yan ceritanya entar aja deh, sekarang please jemput aku. Dah malem banget nih” rajuk Mely padaku sedikit memelas.

“Ok deh, kamu tunggu sebentar, aku jemput sekarang, 10-15 menit deh” jawabku. Kemudian aku bersiap-siap mengeluarkan mobil untuk menjemput Mely.

Dalam perjalanan pikirannku penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan terbesar tetap saja, ngapain Mely melem-malem ada tempat hiburan malam di Bandung, sendirian lagi. Yang lebih aneh kenapa minta jemput sama aku ? makin aneh !

Sesampainya di tempat hiburan malam tersebut, aku memarkir mobilku. Setelah turun, aku segera menemukan Mely sedang berdiri di pintu masuk. Kondisinya agak aneh.

“Halo Mel ! Sendirian ?” tanyaku. “Iya Van..” jawabnya lemah. Matanya kelihatan merah sekali.

“Mel, kenapa ada disini ? Hmm.. sorry ya, kamu mabuk ya ?” tanyaku menyelidik.

“Van bisa kita berangkat sekarang gak ? gak enak nih diliatin sama orang-orang” ajaknya. Aku melihat sekeliling, memang sih beberapa security dan pengunjung yang baru datang memperhatikan kita dengan tatapan aneh. “Oke deh, ayo. Mobilku kesebelah sana.” ajakku ke Mely untuk naik ke mobil.

Setelah menghidupkan mobil dan mengemudikan keluar areal parkir, aku bertanya ke Mely “Mau kemana nih Mel ?” tanyaku. “Kemana aja deh Van” jawab Mely yang duduk disebelahku.

“Kamu nginep dimana ?” tanyaku. “Belom punya tempat nginep” jawabnya singkat. “Loh, gimana sih. Dah malem banget loh Mel, aku anter cari hotel ya” tawarku.

“Van aku boleh nginep tempat kamu gak. Semalem aja, aku lagi butuh ditemenin nih” pintanya. “Kamu gak pa-pa nginep ditempat aku ? Rumah kontrakan aku kecil loh, berantakan lagi. Biasa, rumah bujangan” jawabku sambil tersenyum. “Aku dah tahu kamu emang berantakan dari dulu” jawabnya tersenyum kecil. Akhirnya dia tersenyum juga

“Ya udah kita pulang aja ya, kayaknya kamu juga dah cape banget.” ajakku. “Dari Jakarta kapan ?” tanyaku. “Tadi sore” jawab Mely. “Jadi dari jakarta kamu langsung ke xxx ?” tanyaku heran. Dia cuma tersenyum kecil. Dasar nakal !

“Sorry nih Mel, kamu lagi ada masalah ya ?” tanyaku. Dia terdiam sejenak, kemudian menjawab “Ya gitu deh.” jawabnya. “Boleh aku tau gak masalahnya sampe kamu jadi kayak gini” tanyaku lagi. “Van boleh gak nanya dulu ? Please…” pintanya. “Aku cuma butuh ditemenin sekarang, tapi janji aku ceritain, kamu kan orang yang jadi repot gara-gara masalahku ini” lanjut Mely. “OK deh, kalo kamu lagi gak pengen ngomongin, aku gak bakal nanya lagi” jawabku.

Sesampainya dirumahku, ternyata Mely gak ada persiapan apa-apa untuk pergi ke bandung, dia cuma membawa tas kecil yang berisi dompet dan peralatan kosmetik. “Mel pake bajuku aja deh, baju kamu kan dah kotor dipake perjalanan” kataku sambil memberi Mely bajuku yang paling kecil dan celana pendek berkaret. “Ok deh” jawabnya menerima baju tersebut. Kemudian Mely masuk kekamar mandi membersihkan badan dan berganti pakaian. Sementara aku membersihkan kamarku untuk ditempati Mely dan aku menggelar kasur di ruang tamu untuk tempat aku tidur. Aku memang punya kasur cadangan untuk persiapan kalo ada keluarga ato teman yang mau manginap.

Mely

“Mel kamu tidur di kamar aku aja ya, tuh aku dah siapin” kataku ke Mely. “Aduh sorry Van, aku jadi ngerepotin banget” katanya. “Trus kamu dimana ?” tanya Mely. “Tuh di ruang tamu, aku punya kasur cadangan kok” jawabku.

“Kamu dah makan malem ?” tanyaku. “Udah, pake beberapa gelas bir” jawabnya sambil ketawa. “Dasar kamu… Ya udah aku punya french fries sama nugget, mau aku gorengin gak ?” tawarku. “Bolehlah, dari pada gak ada apa-apa” jawabnya sambil tertawa kecil. Akhirnya aku memasakkan dia kentang goreng, nugget dan sosis, emang cuma ada itu di kulkasku. Aku juga membuatkan dia teh hangat. Setelah makan dan minum, terlihat Mely agak segaran dikit.

“Ya udah Mel, kamu tidur aja sekarang, udah jam setengah 2 nih” kataku. “Lagian aku juga dah ngantuk banget” lanjutku. “OK deh” jawab Mely yang kemudian beranjak masuk ke kamar, sebelum masuk dia sempat ngelambain tangan ke aku sambil tersenyum. Dasar nih orang, ngerepotin tanpa perasaan

Kemudian aku rebahan di kasur dan menyalakan televisi. Tv memang ada di ruang tamuku. Aku mengecilkan suaranya supaya tidak mengganggu Mely. Walaupun aku dah ngantuk, tapi susah sekali aku memejamkan mata.

Sekitar 15 menit kemudian, Mely keluar dari kamar an menghampiri aku. “Ada apa Mel ? butuh sesuatu ?” tanyaku. Mely cuma diam tapi kemudian rebahan disampingku, bahkan dia menarik selimut yang aku pakai supaya dia kebagian.

“Kan aku dah bilang Van, aku lagi butuh ditemenin. Aku boleh tiduran disini gak ? Aku masih pengen ngobrol-ngobrol dulu sama kamu” kata Mely. “Tapi Mel, kita kan beda” jawabku. “Beda gimana ?” tanya Mely yang sudah rebahan disebelahku. “Ya kamu kan cewek, aku cowok, trus kita dah sama-sama dewasa, apa kamu gak takut” tanyaku. “Hmmm.. masa sih kamu mo nyakitin aku ? Setau aku dari dulu kamu kan baik sama aku Van.” jawab Mely. Aku cuma menarik nafas, pikirku mungkin aku baik sama dia, tapi kan aku juga cowok biasa, mana ada cowok yang gak pusing ada cewek cantik tidur disebelahnya

“Ya terserah kamu aja sih, walau menurutku agak aneh. Tapi berhubung kamu sedikit mabuk wajarlah” kataku. Mely cuma tersenyum kecil.

“Mel, ngapain kamu ada di Bandung, trus dari sekian banyak orang di bandung kenapa sih kamu minta aku yang jemput ?” tanyaku. “Gak tau Van. Dipikiranku cuma ada kamu yang bisa aku percaya dan aku repotin” jawabnya. Aku tersenyum kecil, sialan nih cewek, di baikin malah manfaatin. “Inget waktu kuliah dulu ga Van, kamu kan bantu aku terus” lanjut Mely. Aku terdiam mengingat masa lalu, memang sih Mely dulu gak semangat banget kuliahnya, kalo gak dibantu mungkin gak selesai.

“Inget waktu skripsiku dulu gak ? Kan kamu banyak banget bantu aku” lanjut Mely. “Kayaknya aku gak bantuin deh, tapi ngebuatin” jawabku sambil tertawa. “Ye… tapi kan aku dah bayar pake makan-makan” jawab Mely sambil memukul lenganku. “Masa sih bayarnya cuma makan-makan” jawabku sambil terus tertawa. “Jadi dulu gak iklas nih” tanya Mely cemberut. “Ya iklas lah, namanya juga temen” jawabku. kami berdua tertawa.

“Mel, seinget aku, kamu dulu cewek baik-baik banget deh. Walau kamu trendi abis, selalu gaya, tapi gak pernah aneh-aneh. Tapi coba liat sekarang, tiba-tiba dateng ke bandung, mabok, trus nginep di tempat cowok lagi” kataku.

Mely cuma terdiam sambil memandangi cincin yang dipakai di jari manisnya. Kemudian dia melepas cincin itu dan meletakkannya di lantai. “Ini gara-gara tunangan gue Van” kata Mely lirih.

“Jadi kamu dah tunangan ?” tanyaku. Mely cuma mengangguk kecil. “Dulu..” jawabnya singkat. “Kok dulu ?” tanyaku heran.

“Sampe siang tadi sih Van. Hari ini kan libur, maksud aku sih mau istirahat aja dirumah. Tapi tiba-tiba tunanganku dateng sama seorang cewek. Dia mo mutusin tunangan kita. Dia mo nikah sama cewek itu minggu depan Van, cewek itu dah hamil” kata Mely sambil terisak. “Oh gitu” jawabku prihatin.

“Masalahnya dia udah ngelamar aku Van, tanggal pernikahan juga udah ditentuin, persiapan juga udah dimulai” lanjut Mely dengan tangisnya yang menjadi. “Mau bilang apa coba aku sama keluargaku Van, aku malu banget” lanjut Mely menangis.

“Ya mo gimana lagi Mel, masalahnya emang berat banget” kataku kemudian memeluk dia. Lama sekali Mely menagis dipelukanku. Aku gak bisa banyak komentar, emang masalahnya pelik banget sih. Setelah tangis reda, pelukan kami lepaskan, aku dan Mely rebahan saling bersisian kembali.

“Mungkin emang dia bukan jodoh kamu Mel.” kataku ke Mely. “Iy sih, tapi masa sih dia ninggalin aku gitu aja” jawab Mely. “Abis mo gimana lagi Mel ? Anak yang dalam kandungan cewek itu gimana ? Kan harus ada yang tanggung jawab” jawabku. “Kalo misalnya kamu maksain nikah sama dia, apa kamu mau seumur hidup tersiksa mengingat cowok yang kamu nikain ternyata gak bertanggung jawab sama darah dagingnya sendiri”

“Iya juga sih. Kalo aku jadi cewek itu, aku pasti juga nuntut tanggung jawab” kata Mely. “Ya masih untung lah mantan tunangan kamu masih mau tanggung jawab” kataku.

“Sebenernya dia dulu pernah minta ML sama aku, tapi aku tolak Van. Mungkin kalo dulu aku kasih enggak jadi begini kejadiannya” kata Mely blak-blakkan. “Walaupun demikian Mel, menurut aku gak bisa jadi alasan terus dia selingkuh dan ngehamilin cewek laen” Kataku.

“Dasar cowok, kenapa sih pikirannya seks melulu” kata Mely sedikit meninggi. “Emang tuh, makanya aku gak mau pacaran sama cowok” jawabku sambil tertawa. Mely ikutan tertawa.

“Van, kamu dah pernah ML gak ?” tanya Mely menyelidik. Aku cuma tersenyum kecil. “Kok gak jawab ? dah pernah ya ?” tanya Mely dengan sangat ingin tau. “Tuh kan diem aja, berarti dah pernah. Dasar cowok sama aja, pikirannya gak jauh-jauh dari selangkangan” kata Mely sambil memukuli dadaku.

“Ya walaupun dah pernah tapi aku kan gak selingkuhin tunanganku dan ngehamilin cewek laen” jawabku menggoda Mely sambil tertawa. “Sama aja, dasar cowok. Brengsek semua” kata Mely sambil mengubah posisi yang awalnya menghadapku menjadi menghadap keatas. Aku masih tertawa.

“Yan emang ML enak banget ya, kok banyak banget sih yang belom nikah tapi dah ML, sampe hamil lagi” tanya Mely. “Enggak Mel, ML sakit banget, makanya aku gak mau lagi” jawabku becanda. Mely mencubit pinggangku. “Ihh… ditanya serius malah becanda” kata Mely.

“Abis kamu pake nanya sih. Ya pasti enak lah, kalo enggak kenapa semua orang pengen ML dan jadi ketagihan lagi” Kataku. “Mungkin kalo ML gak enak manusia udah punah kali. Gak ada yang mau punya anak kalo MLnya ga enak ato sakit” kataku bercanda. Mely cuma ketawa kecil.

“Emang enaknya kayak gimana sih” tanya Mely. Aku terdiam sejenak. “Gimana ya Mel, aku susah untuk neranginnya, tapi emang ML kegiatan paling enak dari semua kegiatan. Entar kamu juga ngerti kok kalo udah ngalamin” jawabku.

“Hmm… enaknya kayak coklat gak ?” tanya Mely semakin aneh
“Gimana ya Mel, kalo kita makan coklat kan rasa enaknya konstan, sebanyak yang elo makan ya enaknya kayak gitu aja. Tapi kalo ML enaknya ada tahapannya. jadi enaknya berubah-ubah tergantung tahapnya, kayak ada sesuatu yang dituju, ya orgasme itu” jawabku.

“Emang orgasme itu kayak apa sih ?” tanya Mely lagi. “Aku gak ngerti orgasme cewek ya, tapi kalo dicowok sih orgasme biasanya barengan sama keluarnya sperma. Dicewek kayaknya sih mirip, abis kalo cewek udah orgasme biasanya vaginanya banjir lendir” jawabku. “Gitu aja ?” tanya Mely. “Ya enggak lah” jawabku. “Kalo dah orgasme badan rasanya rileks banget, kaya diawang-awang gitu deh sangking enaknya”. lanjutku.

“Jadi mau..” kata Mely dengan muka pengen. Aku mendorong jidat Mely sambil berkata “Udah tidur sana, pikiran kamu dah kacau tuh”, walaupun sebenarnya aku juga jadi mau

“Tapi bener Van, aku jadi mau. Kamu mau gak ?” tanya Mely. Aku cuma diam. “Kenapa Van, aku kurang cantik ya ? ato aku kurang seksi sampe kamu gak mau ?” tanya Mely.

“Bukan begitu Mel. Kamu tuh lagi mabok, belom sadar bener. Pikiran kamu jadi kacau. Mendingan kita tidur aja deh, dari pada ngelakuin sesuatu yang mungkin nanti kita seselin besok pagi.” kataku. Mely mengangguk kecil.

“Ya udah, kita tidur. Tapi sebelum tidur aku boleh peluk kamu gak ? Sekali aja..” tanya Mely. Aku memandangi Mely kemudian memeluknya. Mely melingkarkan tangannya dileherku sedang aku memeluk pinggang langsing Mely. Paha Mely menjepit pahaku diselangkangannya.

Ngentot Dengan Mely

“Ma kasih ya Van, kamu selalu bantu aku kalo aku ada masalah” kata Mely. “Iya, iya, sekarang kamu tidur istirahat, biar pikiran kamu tenang besok” kataku sambil mengelus-elus rambutnya. Kemudian aku mengecup kening Mely. Pelukan Mely makin erat, aku melanjutkan mengelus-elus rambutnya, kadang aku mengelus punggungnya.

“Van cium lagi dong” kata Mely. Aku mengecup keningnya lagi. “Bukan disitu” kata Mely lagi. “Disini ?” kataku sambil menunjuk pipinya, kemudian aku mengecup pipi yang merona merah itu. “Bukan disitu” kata Mely lagi sambil menutup mata dan memajukan bibirnya.

Wah si Mely bener-bener menguji imanku. Sebenarnya aku dah nafsu banget dari tadi, tapi dalam hatiku aku gak mau manfaatin cewek yang lagi gak 100% sadar.

Aku kecup bibirnya. Tapi setelah kukecup Mely masih menutup mata dan menyorongkan bibirnya ke aku. Aku kecup sekali lagi, kali ini agak lama. Mely bereaksi dengan ikut menghisap bibirku. Aku lepas ciumanku, kemudian aku memandang Mely yang sedang melihatku dengan penuh harap. Well… wtf lah, aku gak peduli lagi, akhirnya aku cium Mely dengan buas.

Aku mencium Mely dengan menghisap bibir bawahnya, Mely membalasnya dengan menghisap bibir bawahku. Kadang-kadang aku masukkan lidahku ke mulutnya. Awalnya Mely gak bereaksi, tapi lama-lama saat lidahku masuk dia menghisap kencang, kadang-kadang Mely gantian memasukkan lidahnya kemulutku.

Selama ciuman, aku mengelus rambut Mely, kemudian elusanku turun ke punggungnya, turun lagi ke pinggangnya. Kemudian aku memberanikan diri untuk meremas pantatnya. Mely melenguh kecil “Uhh….” sambil menekan selangkangannya kearah selangkanganku.

Setelah beberapa kali mengelus bagian belakang sampai meremas pantatnya, aku meremas dadanya. Hmmm… payudara Mely mantap sekali. Besar sekali dibandingkan dengan tubuhnya. “Hmm… Hgmmm.. Hgmmm” lenguh Mely karena payudaranya diremas-remas olehku, dengan tidak melepaskan ciumannya.

Birahi memuncak saat meremas-remas sepasang daging kenyal Mely. Kemudian aku mengelus punggung Mely kembali. Kali ini aku masukkan tanganku kedalam kausnya dan mengelus punggungnya langsung dikulit. Shit, ternyata Mely tidak pakai bra, pantas saja tadi waktu payudaranya aku remas dari luar terasa kenyal sekali.

Saat aku mengelus-elus punggungnya, aku elus juga bagian samping tubuhnya sehingga panggkal payudara ikut terelus. Sepertinya Mely sangat menikmati elusanku, kemudian dia memegang tanganku dan mengarahkan tanganku agar meremas-remas payudaranya. Gila, asik banget payudaranya. Payudaranya mancung kedepan dengan pentil yang besar !

Aku sangat menikmati meremas-remas payudara Mely, terkadang aku memainkan pentilnya. Sepertinya Mely juga sangat menikmatinya, tubuhnya bergetar sambil mengeluarkan lenguhan-lenguhan kecil “Uggrhh….ugrh….”

Pahaku yang dijepit diantara selangkangan sengaja aku gesek-gesekkan ke memeknya supaya Mely makin terangsang. Mely meresponnya dengan ikut menekan-nekan memeknya lebih kuat ke pahaku. Kalau aku berhenti menggesekkan pahaku, maka Mely menggerak-gerakkan sendiri pinggulnya.

Tangan kananku kembali meremas pantat Mely. Kali ini aku masukkan tanganku ke celananya. Berhubung dia pakai celana berkaret, aku dengan mudah memasukkan tanganku. Ternyata Mely juga tidak memakai celana dalam. Aku dengan mudah meremas pantat bulat itu. Setiap aku meremas pantatnya, Mely makin menekan memeknya ke pahaku.

Aku mencoba untuk memegang memeknya dari belakang. Saat tersentuk, tubuh Mely seperti tersetrum, sambil melenguh “Uhh….”. Hmmm… ternyata Mely benar-benar terangsang, memeknya sudah sangat basah.

Sekarang aku memegang memeknya dari depan. Dan mulai mengelus-elus bibir luar memek Mely yang sudah banjir itu. Mely melepaskan ciumanku. Sekarang setiap aku menggosok bibir luar vaginanya, Mely memekik kencang “Ohgh….Ohgh…. Ohgh…..”. “Enak Van, enak banget. Kamu ngapain aku, kok enak banget sih” kata Mely sambil merem melek. Dengan jari tengahku aku mencari klentitnya, kemudian aku usap perlahan. “Akhhh…” teriak Mely saat klentitnya aku usap. Kemudian Mely menahan tanganku, sepertinya dia tidak kuat kalau klentitnya diusap terus.

Akhirnya aku telentangkan Mely. Kemudian aku membuka kaos yang dikenakan Mely sehingga Mely 1/2 bugil sekarang. Aku buka paha Mely lebar-lebar dan aku tempatkan tubuhku diantara selangkangannya. Sasaranku berikutnya adalah payudaranya. Sekarang aku menjilati pentil payudara kanannya. Tubuh Mely begerak-gerak keenakan, sepertinya dia suka sekali aku menjilati dan menghisap-hisap pentilnya. Kadang Mely menyatukan kedua payudaranya agar lebih maju.

Aku berhenti sebentar, memandangi Mely. Sebenarnya aku ingin sekali membuka celana Mely dan menusuk-nusuk memeknya dengan penisku. Tapi aku sedikit ragu.

“Van, setubuhin aku dong, aku dah gak tahan nih” kata Mely sambil memandangku penuh harap. Perkataan Mely seperti menghapus keraguanku entah kemana. Aku menarik celana Mely dengan mudah, apalagi Mely membantu dengan mengangkat pantatnya. Kemudian aku berdiri, membuka kaos dan celanaku, sehinga sekarang aku dan Mely sama-sama bugil.

Sesaat aku memandang tubuh Mely. Badannya yang langsing tinggi dibalut dengan kulit putih mulus, ditambah payudara besar didadanya. Kakinya yang panjang dan jenjang memiliki betis seperti bulis padi. Aku ternganga sesaat apalagi saat melihat vaginanya yang diliputi bulu hitam tipis diantara pahanya yang sudah terbuka lebar.

“Kok cuma diliatin ?” tanya Mely. Aku terseyum kemudian menempatkan tubuhku diantara selangkangannya. Aku cium Mely sekali lagi, dia membalasnya dengan cukup buas, kemudian ciumanku turun ke payudara besarnya. Aku cuma mau memastikan Mely cukup terangsang sebelum aku menembus memek perawannya. Sat mencium penisku menggesek-gesek memeknya walaupun belum masuk.

Aku posisikan tubuhku dan menuntun penisku ke memeknya. “Mel, pertamanya sakit, tapi entar enak kok” kataku. “Iya Van gue juga sering denger”. jawab Mely. Aku mulai mendorong penisku kedalam memek Mely. Mely hanya memandangku sambil menggigit bibirnya.

Saat penisku sudah masuk 1/2 Rar memekik “AKhh…sakit Van” . Aku berhentikan sebentar penisku. Setelah selang beberapa saat aku goyang sedikit penisku kemudian aku dorong lagi sampai full. “Aduh Van sakit banget” kata Mely memelas. “Tenang Mel, paling sakitnya sebentar, nanti juga enak” kataku menenangkan. “Enggak Van, sakit banget, bisa elo cabut dulu gak” pinta Mely sambil menahan sakit. Aku juga gak tega melihatnya akhirnya aku cabut penisku. Saat dicabut penisku diselimuti darah perawan Mely. Dari vaginanya juga aku melihat darah mengalir. Hmmm… memang lebih banyak daripada darah perawan yang pernah aku liat.

“Van kok berdarah sih ?” tanya Mely panik. “Itu namanya darah perawan sayang. Selaput dara kamu dah pecah” jawabku. “Aku mo kekamar mandi dulu Van, mo bersihin dulu” kata Mely. Aku mengantarkan Mely kekamar mandi dan menungguinya dari luar, untuk memastikan Mely gak apa-apa.

Setelah Mely keluar dari kamar mandi, vaginanya sudah bersih. Tapi nafsuku sudah turun, sepertinya nafsu Mely juga sudah turun. Akhirnya kami hanya rebahan saling berdampingan, masih bugil.

“Van kok sakit banget ya” tanya Mely. “Iya lah Mel, itu kan pertama kalinya kamu, memek kamu masih sempit ditambah ada selaput dara” jawabku. “Masih mau lanjut gak Mel ?” tanyaku pada Mely. “Mau Van, tapi pelan-pelan ya” jawab Mely.

Akhirnya Aku tempatkan tubuhku diatas tubuhnya lagi. Aku mulai menciumi tubuh Mely. Dari bibirnya, pipi, leher dan payudaranya. Aku seperti gak puas-puas menciumi dan menjilati tubuh mulus yang masih sekel itu. Kadang tanganku mengelus memeknya. Aku memang tidak berencana mencium vaginanya, takutnya dia shock dan merasa jijik, bisa batal orgasme malam ini

Setelah Mely sudah cukup terangsang, aku arahkan penisku ke vaginanya. Kali ini Mely tidak terlihat tegang seperti waktu yang pertama. Aku dorong penisku masuk. “Heghh..heghmm…” lenguh Mely saat penisku masuk. Kali ini vaginanya tidak terlalu sulit dipenestrasi, mungkin karena tidak tegang sehingga cairan vaginanya cukup. Aku dorong penisku sampai mentok. Aku melihat ada sedikit darah mengalir dari vaginanya, mungkin sisa selaput daranya masih ada yang belum pecah.

Aku goyang perlahan penisku, tubuh Mely terguncang sedikit, Mely masih menggigit bibirnya. Goyanganku aku percepat sedikit, nikmat sekali memek Mely. Sangking sempitnya serasa penisku terhisap kuat oleh vaginanya.

Aku percepat goyanganku, sekarang Mely mulai melenguh, “Akh…Akh…Akhhh…” seirama dengan keluar masuknya penisku di vaginanya. “Lagi Van..Lagi Van..Lagi” desahnya sambil memegangi pantatku seakan ingin menekannya terus.

“Gila Mel, memek kamu enak banget, sempit banget”. kataku. “Penis kamu juga keras banget Van, enak…” jawab Mely disela-sela lenguhannya.

Aku memang tidak berniat untuk memakai gaya lain. Untuk pertama kalinya Mely cukup pakai gaya konvensional, laki-laki diatas. Dengan demikian aku bisa ngontrol tusukan penisku kedalam memeknya. Aku tusuk perlahan memek Mely, kadang aku percepat. Kadang aku berhenti sesaat kemudian aku tusuk dengan keras. Kadang aku tusuk kearah samping.

Tiba-tiba tubuh Mely sedikit menegang, sepertinya dia ingin orgasme. Aku percepat goyanganku, soalnya aku mau orgasme sama-sama. Kalo sama yang perawan kadang gak mau terus kalo dia udah orgasme, capek katanya. “Ahhh…Akhh….Aghkhh..” pekikan Mely makin keras seiring dengan makin cepatnya tusukan penisku.

“Lagi sayang…lagi…lagi..” pekik Mely. Akupun merasa aku sedikit lagi akan orgasme. Tiba-tiba tubuh Mely menegang dan terguncang hebat sambil berteriak “AKHHHH….” Mely mendekapku erat dan melingkarkan kakinya di tubuhku, Aku pun sudah tidak kuat lagi, tapi aku gak bisa melepaskan tubuhku dari Mely. Akhirnya aku nekat, aku tekan penisku dalam-dalam dan aku tembakkan spermaku ke rahim Mely 5 atau 6 kali. Aku puas sekali menggagahi Mely komplit, dari merawanin sampai orgasme didalam memeknya.

Setelah beberapa lama akhirnya penisku mengecil dan Mely melepaskan dekapannya. “Gila enak banget, pantes banyak yang ketagihan” Kata Mely setelah rebahan disebelahku.

Akhirnya Mely pulang kejakarta hari minggu sore. Aku dan Mely beberapa kali mengulangi persetubuhan kami disela-sela aku dan Mely jalan-jalan di Bandung, atau lebih tepatnya aku dan Mely jalan-jalan disela-sela persetubuhan kami

Baca juga : Ngeseks Dengan Penjaga Perpustakaan Di Kampus Jakarta

#Ngentot #Dengan #Kawanku #Yang #Perawan